Karakteristik Penderita Batu Kandung Kemih Dewasa Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 - 2015 Chapter III VI

Gambar 2. 1. Algoritma Penanganan Batu Kandung Kemih

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode deskriptif retrospektif.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Bedah Divisi Urologi RSUP H. Adam
Malik Medan dari tanggal 1 Januari 2013 s.d. 31 Desember 2015. Data diambil
berdasarkan rekam medis pasien rawat inap dan rawat jalan ≥usia
18 tahun
dengan diagnosis batu kandung kemih di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap dan rawat jalan
usia ≥ 18 tahun dengan diagnosis batu kandung kemih di RSUP H. Adam Malik
Medan.


3.3.2. Sampel Penelitian
Pasien diambil secara total sampling berdasarkan data registrasi dengan diagnosis
batu kandung kemih rawat inap dan rawat jalan di Departemen Bedah Divisi
Urologi RSUP H. Adam Malik Medan mulai tanggal 01 Januari 2013 s.d. 31
Desember 2015 dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang.

Universitas Sumatera Utara

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
13 Seluruh pasien rawat inap dan rawat
jalan usia ≥ 18 tahun dengan diagnosis batu kandung kemih di RSUP H. Adam
Malik dari tanggal 01 Januari 2013 s.d. 31 Desember 2015. Kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah data rekam medis pasien yang tidak lengkap.

3.5. Kerangka Konsep

Karakteristik penderita
batu kandung kemih :
1. Jenis kelamin

2. Usia
3. Jenis pekerjaan
4. Pendidikan terkahir

Karakteristik
Penderita batu kandung
kemih Dewasa di RSUP
HAM

5. Agama
6. Wilayah
7. Gejala klinis
8. Jumlah batu
9. Ukuran batu
10. Komorbid
11. Jenis Tindakan

Gambar 3. 1. Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


3.6. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu pertama melakukan
pengumpulan data sekunder dari rekam medis pasien batu kandung kemih di
RSUP H. Adam Malik Medan dari tanggal 1 Januari 2013 s.d. 31 Desember 2015.
Kedua, dilakukan editing untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
Ketiga, melakukan coding, yakni data yang telah terkumpul kemudian diberi kode
oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. Keempat,
melakukan entry, yakni data kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.
Setelah itu dilakukan cleaning data dengan cara memeriksa semua data yang telah
dimasukkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukkan data.
Terakhir, melakukan saving, yakni data kemudian disimpan dan siap dianalisa.
Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat dan dikelompokkan kemudian diolah
menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) dan dianalisis
secara univariat sesuai dengan tujuan penelitian.

3.7. Definisi Operasional
1. Jenis Kelamin adalah sifat jasmani dan rohani yang membedakan diri
seseorang.
- Alat ukur : rekam medis

- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : Laki-laki, Perempuan
- Skala ukur : Nominal
2. Usia adalah usia pasien yang menderita batu kandung kemih yang
tercatat di rekam medis. Usia dewasa menurut Hurlock (2001) usia ≥ 18
tahun.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : Distribusi berdasarkan kelompok umur
- Skala ukur : Rasio

Universitas Sumatera Utara

3.

Jenis pekerjaan adalah Serangkaian kegiatan atau aktivitas sehari-hari
yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan tugas yang diberikan.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : Distribusi berdasarkan kelompok pekerjaan seperti :

wiraswasta, petani, pensiunan, Ibu Rumah Tangga (IRT), Pegawai
Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, mahasiswa, sopir.
- Skala ukur : Nominal

4.

Pendidikan terakhir adalah Jenis pendidikan formal terakhir yang
diselesaikan oleh pasien.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : Distribusi berdasarkan pendidikan terdiri dari SD, SLTP,
SLTA, Sarjana.
- Skala ukur : Nominal

5.

Wilayah adalah tempat dimana penderita batu kandung kemih tinggal
menetap.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis

- Hasil ukur : Distribusi berdasarkan wilayah yang diperoleh dari rekam
medis pasien
- Skala ukur : Nominal

6. Gejala klinis adalah keluhan yang diderita penderita batu kandung kemih
seperti yang tercatat pada rekam medis.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : keluhan pasien yang tercatat pada rekam medis
- Skala ukur : Nominal
7.

Hematuria adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya sel darah
merah (eritrosit) dalam urin baik makroskopik maupun mikroskopik.

Universitas Sumatera Utara

Hematuria makroskopik didefinisikan sebagai urin yang terlihat
berubah warna oleh darah, yang dapat terjadi dengan sedikit 1 ml darah
dalam 1 L urin. Hematuria mikroskopik didefinisikan > 5 sel darah

merah/HPF (High power field) pada dua dari tiga spesimen.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak gejala hematuria pada penderita
- Skala ukur : Nominal
8.

Intermitensi adalah pancaran urin yang terputus-putus pada saat
berkemih.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak keluhan intermitensi pada penderita
- Skala ukur : Nominal

9.

Frekuensi adalah sering berkemih (lebih dari 5-6 kali per hari dengan
volume lebih dari 300 mL dalam sekali berkemih).
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis

- Hasil ukur : ada atau tidak keluhan frekuensi pada penderita
- Skala ukur : Nominal

10. Urgensi adalah rasa sangat ingin berkemih sehingga terasa nyeri.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak keluhan urgensi pada penderita
- Skala ukur : Nominal
11. Disuria adalah perasaan nyeri saat berkemih.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak keluhan disuria pada penderita
- Skala ukur : Nominal

Universitas Sumatera Utara

12. Nokturia adalah frekuensi berkemih yang meningkat pada malam hari
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak keluhan nokturia pada penderita

- Skala ukur : Nominal
13. Inkontinensia adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin
yang keluar dari kandung kemih baik disadari ataupun tidak disadari.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak keluhan Inkontinensia pada penderita
- Skala ukur : Nominal
14. Passing stone adalah keluhan keluar batu atau seperti berpasir saat
berkemih.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak keluhan Passing stone pada penderita
- Skala ukur : Nominal
15. Komorbid adalah riwayat penyakit penyerta yang diderita pasien yang
terjadi bersamaan dengan penyakit batu kandung kemih.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : jenis penyakit yang tercatat pada rekam medis
- Skala ukur : Nominal
16. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah episode bakteriuria signifikan yaitu

infeksi dengan jumlah koloni > 100.000 mikroorganisme tunggal/ml.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak riwayat ISK pada penderita
- Skala ukur : Nominal

Universitas Sumatera Utara

17. Benign Prostat Hypertrophy (BPH) adalah pertumbuhan nodul-nodul
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat, dimulai dari bagian
periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan
menekan kelenjar normal yang tersisa dengan penilaian ukuran prostat
yaitu prostat yang menonjol, ukuran lebih dari 3 cm dengan konsistensi
kenyal dan dengan USG menunjukkan berat lebih dari 20 gram serta
adanya penurunan aliran urin yaitu peak flow rate < 15 ml/detik.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak riwayat BPH pada penderita
- Skala ukur : Nominal
18. Striktur urethra adalah penyempitan lumen karena fibrosis pada dinding

uretra.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak riwayat striktur urethra pada penderita
- Skala ukur : Nominal
19. Neurogenic bladder Adalah penyakit yang menyerang kandung kemih
yang disebabkan oleh kerusakan ataupun penyakit pada sistem saraf
pusat atau pada sistem saraf perifer dan otonom.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak riwayat neurogenik bladder pada penderita
- Skala ukur : Nominal
20. Jumlah batu adalah banyaknya batu yang ditemukan di dalam kandung
kemih melalui pemeriksaan USG, BNO, atau durante operasi.
- Alat Ukur : Rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil Ukur : 1 buah, 2 buah, > 2 buah
- Skala Pengukuran : Rasio

Universitas Sumatera Utara

21. Ukuran batu adalah ukuran diameter terbesar dari sebuah batu yang
ditemukan di dalam kandung kemih melalui pemeriksaan BNO atau
USG.
- Alat Ukur : Rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil Ukur : ≤ 25 mm, >25 mm
- Skala Pengukuran : Rasio
22. Vesikolitotomi adalah tindakan pembedahan mengeluarkan batu dari
vesika urinaria dengan tekhnik pembedahan terbuka.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak riwayat vesikolitotomi pada penderita
- Skala ukur : Nominal
23. Litotripsi adalah tindakan penghancuran batu kandung kemih
endoskopik transurethral secara mekanik ataupun menggunakan energi
pneumatik.
- Alat ukur : rekam medis
- Cara Ukur : Observasi rekam medis
- Hasil ukur : ada atau tidak riwayat litotripsi pada penderita
- Skala ukur : Nominal

Universitas Sumatera Utara

3.8. Cara Kerja

Data Registrasi RSUP H. Adam Malik
Diagnosis Batu Kandung Kemih
Tahun 2013 - 2015

Usia ≥18 tahun

Observasi status RM pasien

Karakteristik penderita batu kandung kemih :
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Jenis pekerjaan
4. Pendidikan terakhir
5. Agama
6. Wilayah
7. Gejala klinis
8. Jumlah batu
9. Ukuran batu
10. Komorbid
11. Jenis tindakan

Pengolahan dan Analisis Data
Gambar 3.2 Cara Kerja

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan metode
deskriptif retrospektif pada pasien penderita batu kandung kemih dewasa di RSUP
H. Adam Malik Medan.
4.2 Karakteristik Sampel
Sampel diambil dari data registrasi rumah sakit dengan diagnosis batu kandung
kemih pasien rawat inap dan rawat jalan di Departemen Bedah Divisi Urologi
RSUP H. Adam Malik Medan dari tanggal 1 Januari 2013 s.d. 31 Desember 2017.
Jumlah pasien yang diperoleh sebanyak 109 orang, dimana 11 orang diekslusikan
karena berusia < 18 tahun, kemudian dari status pasien tersebut ditemukan 40
orang tidak memiliki riwayat penyakit batu kandung kemih, dan 6 orang
dinyatakan status non aktif. Sehingga jumlah pasien yang masuk dalam penelitian
ini sebanyak 52 orang.
Variabel independen yang diambil yaitu jenis kelamin, usia, jenis
pekerjaan, pendidikan terakhir, agama, wilayah, gejala klinis, jumlah batu, ukuran
batu, komorbid dan jenis tindakan.
Data Registrasi
109 orang
11 orang
(usia 2

46
2
4

88,5
3,8
7,7

Jumlah

52

100

Jumlah batu

Berdasarkan hasil penelitian di atas didapatkan bahwa frekuensi
jumlah batu pada penderita batu kandung kemih yang terbanyak adalah 1
buah yaitu 46 orang (88,5%), diikuti dengan jumlah batu lebih dari 2 buah
terdapat 4 orang (7,7%), dan jumlah batu 2 buah yaitu 2 orang (3,8%).

4.3.9

Karakteristik Penderita Batu Kandung Kemih Berdasarkan Ukuran
Batu
Tabel 4.3.9. Karakteristik Penderita Batu Kandung Kemih
Berdasarkan Ukuran Batu

Ukuran batu
≤ 25 mm
> 25 mm
Jumlah

Penderita Batu

Persentase

Kandung Kemih (orang)

(%)

32
20

61,5
38,5

52

100

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian di atas didapatkan bahwa ukuran batu
pada penderita batu kandung kemih yang terbanyak adalah ukuran batu
kurang dari 25 mm yaitu sebanyak 32 orang (61,5%), sedangkan dengan
ukuran batu lebih dari 25 mm terdapat 20 orang (38,5%).

4.3.10 Karakteristik

Penderita

Batu

Kandung

Kemih

Berdasarkan

Komorbid
Tabel 4.3.10. Karakteristik Penderita Batu Kandung Kemih
Berdasarkan Komorbid

Komorbid
BPH
Striktur Uretra
Neurogenic Bladder
Batu Ginjal
ISK
Hipertensi
DM
Spinal cord Injury
Bladder neck Contacture
Tumor buli
Asam urat
Batu ureter
Bronkhitis
Tumor prostat
Cholelithiasis
Dislipidemia
Appendisitis kronis
Hepatitis B
Hidronefrosis
Parkinson’s Disease
Anemia
AKI
Tidak Ada

Penderita Batu

Persentase

Kandung Kemih (orang)

(%)

18
2
2
16
11
6
8
1
1
1
4
1
1
1
1
2
1
1
5
1
10
9
6

34,6
3,8
3,8
30,8
21,1
11,5
15,4
1,9
1,9
1,9
7,7
1,9
1,9
1,9
1,9
3,8
1,9
1,9
9,6
1,9
19,2
17,3
11,5

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian di atas didapatkan bahwa komorbid
terbanyak pada penderita batu kandung kemih yaitu BPH sebanyak 18
orang ( 34,6%), kemudian diikuti batu ginjal 16 orang (30,8%), %), ISK
11 orang (21,1%), anemia 10 orang (19,2), AKI 9 orang (17,3%), DM 8
orang (15,4%), hipertensi 6 orang (11,5%), hidronefrosis 5 orang (9,6%),
asam urat 4 orang (7,7%), striktur uretra, neurogenic bladder, dan
dislipidemia masing-masing 2 orang (3,8%), sedangkan komorbid spinal
cord injury, bladder neck contracture, tumor buli, batu ureter, bronchitis,
tumor prostat, cholelithiasis, appendicitis kronis, hepatitis B, dan
Parkinson’s disease masing-masing 1 orang (1,9%). Pada penelitian ini
juga didapatkan 6 orang (11,5%) yang tidak memiliki komorbid.

4.3.11. Karakteristik Penderita Batu Kandung Kemih Berdasarkan Jenis
Tindakan

Tabel 4.3.11. Karakteristik Penderita Batu Kandung Kemih
Berdasarkan Jenis Tindakan
Penderita Batu Kandung

Persentase

Kemih (orang)

(%)

Vesikolitotomi
Litotripsi
Tidak ada

20
27
5

38,5
51,9
9,6

Jumlah

52

100

Jenis tindakan

Berdasarkan hasil penelitian di atas didapatkan bahwa jenis
tindakan pada penderita batu kandung kemih yang terbanyak adalah
litotripsi yaitu sebanyak 27 orang (51,9%), sedangkan vesikolitotomi
sebanyak 20 orang (38,5%). Pada penelitian ini terdapat juga penderita
yang tidak dilakukan tindakan yaitu 5 orang (9,6%) dimana 4 orang
menolak tindakan operasi dan 1 orang memilih operasi di RS luar.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini berdasarakan tabel 4.3.1 penderita batu kandung
kemih dewasa di RSUP Adam Malik tahun 2013-2015 jenis kelamin laki-laki
ditemukan lebih banyak yaitu 84,6% dibandingkan jenis kelamin perempuan
15,4%. Pada tabel 4.3.2 disebutkan bahwa penderita batu kandung kemih usia
terbanyak adalah rentang usia 61-65 tahun yaitu sebanyak 8 orang (15,4%)
dengan rentang usia rata-rata 45-50 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya bahwa lebih dari 75% penderita batu kandung kemih disebabkan oleh
Bladder Outlet obstruction dan umunya pada laki-laki usia di atas 50 tahun
(Torricelli et al, 2012). Penelitian lain oleh Yasui et al, 2008 bahwa batu kandung
kemih sekunder umumnya ditemukan pada laki-laki dewasa lebih dari 60 tahun.
Berdasarkan tabel 4.3.3 pekerjaan terbanyak pada penderita batu kandung
kemih dewasa di RSUP Adam Malik tahun 2013-2015 adalah wiraswasta yaitu
sebanyak 24 orang (46,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
Ginting B. (2014) penderita batu saluran kemih berdasarkan pekerjaan yang
tertinggi adalah pada kelompok wiraswasta dengan proporsi 31,8% (41 orang),
penelitian lain oleh Riskesdas (2013) di Indonesia dengan jumlah sampel
sebanyak 722.329 menemukan prevalensi tertinggi pada kelompok wiraswasta
5.779 orang (0,8%). Hasil penelitian lain oleh Basiri et al. (2010) juga
menyatakan bahwa secara demografi, penderita batu saluran kemih terbanyak
berasal dari kelompok yang melakukan aktivitas rendah dalam ruangan (indoor
low-active), yakni 67%. Kemudian diikuti dengan kelompok outdoor high-active
(16%), outdoor low-active (14%), dan indoor high-active (3%) salah satunya
adalah mahasiswa yang dalam penelitian ini adalah terendah menderita batu
kandung kemih yaitu 2 orang (3,8%). Hal ini berbeda dengan penelitian oleh
Suparlan (2001) di RS Elisabeth Medan menyatakan pekerjaan terbanyak adalah
PNS sebanyak 58 orang (23,01%) diikuti oleh wiraswasta sebanyak 57 orang
(22,62).

31
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 4.3.4 didapatkan penderita batu kandung kemih kemih
dewasa di RSUP Adam Malik tahun 2013-2015 paling banyak berpendidikan
terakhir SLTA yaitu 31 orang (59,6%), mencakup lebih dari setengah total
sampel. Sementara pendidikan sarjana merupakan minoritas dengan jumlah
penderita hanya 3 orang (5,8%). Hal ini serupa dengan penelitian Ginting B.
(2014) dimana pendidikan yang tertinggi adalah pada kelompok tamat SMA
dengan proporsi 49,6% (64 orang).
Berdasarkan tabel 4.3.5 didapatkan penderita batu kandung kemih
mayoritas beragama Islam sebanyak 29 orang (55,8%), diikuti oleh agama
Protestan sebanyak 22 orang (42,3%) dan paling sedikit agama Katolik sebanyak
1 orang (1,9%). Hasil yang serupa juga dijumpai pada penelitian Syafrina (2008)
di RS Haji Medan dimana penderita batu saluran kemih yang beragama Islam
memiliki proporsi yang lebih besar yaitu 87,7%, Kristen (Protestan dan Katolik)
sebesar 11,8% dan paling sedikit agama Budha yaitu 0,5%. Banyaknya penderita
batu kandung kemih yang beragama Islam juga karena sebagian besar penduduk
provinsi Sumatera Utara memeluk agama Islam.
Berdasarkan tabel 4.3.6 didapatkan penderita batu kandung kemih
mayoritas berasal dari Kota Medan sebanyak 15 orang (28,8%) hal ini karena
lokasi RSUP H. Adam Malik terletak di wilayah kota Medan dan berdasarkan
sensus penduduk tahun 2010 penduduk terbesar di provinsi Sumatera Utara
berada di Kota Medan. Selain itu RSUP H. Adam Malik juga merupakan rumah
sakit rujukan nasional yang memiliki fasilitas dan tenaga kesehatan yang lengkap,
sehingga umumnya pasien batu kandung kemih yang datang telah memiliki
komplikasi dan membutuhkan penanganan lebih lanjut seperti pembedahan dan
banyak merupakan pasien rujukan dari RS swasta yang ada di kota Medan.
Meskipun pasien lain juga ditemukan berasal dari daerah lain di luar kota medan
seperti Asahan 1 orang (1,9%), Deli Serdang 5 orang (9,6%), Karo 4 orang
(7,7%), Kota Binjai 1 orang

(1,9%), Padang Sidempuan 1 orang (1,9%),

Pematang Siantar 1 orang (1,9%), Tanjung Balai 1 orang (1,9%), Labuhan Batu 1
orang (1,9%), Langkat 3 orang (5,8%), Nias Selatan 1 orang (1,9%), Serdang
Bedagai 3 orang (5,8%), Simalungun 4 orang (7,7%), Tapanuli Tengah 3 orang

Universitas Sumatera Utara

(5,8%), Tapanuli Utara 2 orang (3,8%), Tebing Tinggi 1 orang (1,9%) dan Toba
Samosir 2 orang (3,8%), Aceh Tengah 2 orang (3,8%) dan Aceh Tenggara 1 orang
(1,9%).
Berdasarkan tabel 4.3.7 didapatkan gejala klinis yang paling banyak pada
penderita batu kandung kemih adalah gejala disuria yaitu 35 orang (67,3%).
Diikuti gejala hematuria terdapat 28 orang (53,8%), nyeri pinggang 27 orang
(51,9%), intermitensi 21 orang (40,4 %), Passing stone 19 orang (36,5%),
frekuensi 5 orang (9,6%), inkontinensia 4 orang (7,7%), nokturia 3 (5,8%),
urgensi 2 orang (3,8%), dan nyeri perut bawah 1 orang (1,9%). Hasil ini lebih
tinggi jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Torricelli et al, 2012 bahwa gejala Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS)
dialami sekitar 50% pasien dengan batu kandung kemih namun gejala paling
umum adalah hematuria dan jarang yang ditemukan tanpa keluhan (Benway et
al,2016), meskipun pada penelitian ini juga ditemukan 2 penderita (3,8%) tanpa
keluhan.
Berdasarkan tabel 4.3.8 didapatkan bahwa frekuensi jumlah batu pada
penderita batu kandung kemih yang terbanyak adalah 1 buah yaitu 46 orang
(88,5%), diikuti dengan jumlah batu lebih dari 2 buah terdapat 4 orang (7,7%),
dan jumlah batu 2 buah yaitu 2 orang (3,8%). Jumlah batu 1 buah umumnya
adalah batu yang paling besar yang terdeteksi saat pemeriksaan radiologi seperti
BNO maupun USG, sehingga batu dengan ukuran lebih kecil kurang
teridentifikasi. Dari penelitian ini juga didapatkan berdasarkan tabel 4.3.9 bahwa
ukuran batu pada penderita batu kandung kemih yang terbanyak adalah ukuran
batu ≤ 25 mm yaitu sebanyak 32 orang (61,5%), sedangkan dengan ukuran batu >
25 mm terdapat 20 orang (38,5%). Persentase ini lebih rendah dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Douenias et al, 1991. Dimana
pada penelitian 100 pasien batu kandung kemih didapatkan sekitar 80 % penderita
memiliki ukuran batu < 2 cm. Selain itu gejala yang dialami pasien sudah dapat
dirasakan meskipun ukuran batu masih kecil sehingga mendorong pasien untuk
datang berobat ke rumah sakit, meskipun belum ada penenlitian yang pasti berapa
ukuran batu yang dapat menimbulkan manifestasi klinis pada pasien.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 4.3.10 didapatkan bahwa komorbid terbanyak pada
penderita batu kandung kemih adalah BPH sebanyak 18 orang ( 34,6%). Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Papatsoris et al, 2006 bahwa BPH
adalah yang paling sering menyebabkan Bladder outlet obstruction dimana lebih
dari 75% menyebabkan batu kandung kemih. (Torricelli et al, 2012). Komorbid
terbanyak kedua yaitu batu ginjal 16 orang (30,8%). Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam penelitian Benway et al, 2016 bahwa batu kandung kemih dapat
berkembang secara de novo di kandung kemih atau maturasi dari nidus yang
bermigrasi dari saluran kemih bagian atas yang gagal dikeluarkan secara spontan
dan tersering berasal dari ginjal. Persentase batu ginjal yang bermigrasi ke
kandung kemih belum diketahui secara pasti sehingga masih membutuhkan
penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hubungan keduanya. Selain BPH dan
batu ginjal komorbid terbanyak berikutnya adalah ISK 11 orang (21,1%). Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Torricelli et al, 2012 bahwa ISK dapat
berhubungan dengan terjadinya batu kandung kemih sebanyak 22-34 % kasus.
Proteus sp. adalah mikroorganisme yang paling sering dijumpai dari kultur urin.
Proteus, dan sebagian strain Pseudomonas dan E. Coli menghasilkan urease yang
menghidrolisis

urea

dan

menghasilkan

ammonia

dan

karbondioksida,

meningkatkan pH dan supersaturasi urin sehingga terjadi pengendapan kristalkristal magnesium ammonium fosfat. Menurut penelitian lain oleh Yilmaz et al.
(2012) yang meneliti hubungan batu saluran kemih dengan infeksi saluran kemih
di Turki dengan 177 sampel menemukan 27 sampel mengalami batu saluran
kemih disertai ISK yang dibuktikan dengan kultur urin positif. Hasil yang sama
juga didapati oleh Ertan et al. (2011) yang melakukan penelitian di Turki dengan
85 sampel menemukan bahwa 22 sampel (22,5%) mengalami infeksi saluran
kemih.
Berdasarkan tabel 4.3.11 didapatkan bahwa jenis tindakan pada penderita
batu kandung kemih yang terbanyak adalah litotripsi yaitu sebanyak 27 orang
(51,9%), sedangkan vesikolitotomi sebanyak 20 orang (38,5%). Dalam penelitian
ini terdapat juga penderita yang tidak dilakukan tindakan yaitu 5 orang (9,6%)
dimana 4 orang menolak tindakan operasi dan 1 orang memilih operasi di rumah

Universitas Sumatera Utara

sakit luar. Di RSUP H. Adam Malik Medan tindakan pembedahan untuk batu
kandung kemih umumnya dilakukan dengan 2 cara yaitu litotripsi dan
vesikolitotomi. Litotripsi adalah tindakan yang paling sering dilakukan untuk
ukuran batu ≤ 25 mm hal ini karena alat penghancur batu mekanik yang biasa
digunakan hanya dapat menghancurkan batu ukuran maksimal 25 mm. Selain
litotriptor mekanik alat litotriptor lain yang biasa digunakan adalah litotripsi jenis
pneumatik yang lebih efektif untuk batu ukuran ≤ 25 mm karena bila digunakan
untuk menghancurkan batu ukuran >25 mm maka akan membutuhkan waktu
pembedahan yang lebih lama.
Berdasarkan efektivitasnya Razvi et al. membandingkan efektivitas
litotripsi mekanik, ultrasonik dan elektrohirolik pada kelompok 106 pasien
penderita batu kandung kemih. Menurut penulis, semua metode efektif, tetapi
ultrasound lebih baik untuk batu yang lebih besar dan lebih keras. Tingkat
keberhasilan adalah 88%, 63% dan 90% masing-masing untuk metode ultrasonik,
elektrohidrolik dan mekanik. Namun demikian, angka komplikasi lebih tinggi
dengan litotripsi mekanik (9%) daripada dengan ultrasonik (tidak ada) atau
elektrohidrolik (6%).
Sementara untuk batu ukuran > 25 mm di RSUP H. Adam Malik Medan
pilihan terapinya adalah vesikolitotomi. Tindakan vesikolitotomi Sebelumnya
dianggap sebagai gold standar untuk pengobatan batu kandung kemih. Namun
menurut Damirel et al, 2006 akhir-akhir ini tindakan vesikolitotomi mulai di
tinggalkan karena adanya teknik terbaru dengan minimal invasif. Selain itu
tindakan vesikolitotomi dapat menyebabkan stress pada pasien, karena
penggunaan kateter yang lama, waktu rawat inap yang panjang, dan meninggalkan
bekas insisi.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan

Karakteristik penderita batu kandung kemih dewasa di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2013- 2015 menurut jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki
(84,6%), menurut usia yang terbanyak adalah rentang usia 61-65 tahun (15,4%),
menurut jenis pekerjaan yang terbanyak adalah wiraswasta (46,1%), menurut
pendidikan terkahir yang terbanyak adalah SLTA (59,6%), menurut agama yang
terbanyak adalah agama Islam (55,8%), menurut wilayah yang terbanyak adalah
dari Kota Medan (28,8%), menurut gejala klinis yang terbanyak adalah disuria
(67,3%), menurut jumlah batu yang terbanyak adalah 1 buah (88,5%), menurut
ukuran batu yang terbanyak adalah batu ukuran ≤ 25 mm (61,5%), menurut
komorbid yang terbanyak adalah BPH (34,6%), dan menurut jenis tindakan yang
terbanyak adalah litotripsi (51,9%).

6.2. Saran

1. Bagi peneliti di tingkat lanjutan perlu dilakukan analisis lebih dalam antara
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap batu kandung kemih dengan metode
penelitian analitik yang mampu menunjukkan hubungan sebab akibat.
2. Bagi dokter dan tenaga kesehatan, agar dapat mendokumentasikan data pasien
dengan lengkap sehingga dapat memberikan hasil yang lebih maksimal dalam
bidang penelitian dan bidang lainnya.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap batu kandung kemih dengan jumlah sampel yang lebih besar dan
subjek penelitian yang lebih luas.

Universitas Sumatera Utara