Korelasi Paparan Sulfur Dioksida Dengan Kadar Protein C-Reaktif, Nilai VEP1, KVP, Rasio VEP1 KVP Dan AEP 25-75% Pada Pekerja SPBU Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Chapter III V
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan uji korelasi dengan desain potong lintang (cross
sectional), untuk mengetahui apakah terdapat korelasi lamapaparan sulfur
dioksida dengan kadar Protein C-Reaktif, nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik
Pertama (VEP1), Kapasitas Vital Paksa (KVP), rasio VEP1/KVP, dan Aliran
Ekspirasi Paksa 25-75% (AEP 25-75%) pada pekerja Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Minyak Untuk Umum (SPBU).
3.2. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini terdiri dari :
Ho : tidak terdapat korelasi lama paparan sulfur dioksida dengan kadar
Protein C-Reaktif, nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama
(VEP1), Kapasitas Vital Paksa (KVP), rasio VEP1/KVP, dan Aliran
Ekspirasi Paksa 25-75% (AEP 25-75%) pada pekerja SPBU.
H a : terdapat korelasi lama paparan sulfur dioksida dengan kadar Protein
C-Reaktif, nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1),
Kapasitas Vital Paksa (KVP), rasio VEP1/KVP, dan Aliran Ekspirasi
Paksa 25-75% (AEP 25-75%) pada pekerja SPBU.
Universitas Sumatera Utara
3.3.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Untuk
Umum ( SPBU ) di kecamatan Medan Amplas kota Medan. Penelitian ini akan
dilaksanakan selama 12 - 20 minggu.
3.4. Populasi dan sampel penelitian
3.4.1. Populasi target
Pekerja pengisi bahan bakar minyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Minyak Untuk Umum (SPBU) di Kecamatan Medan Amplas kota Medan.
3.4.2. Populasi terjangkau
Pekerja Stasion Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum di Kecamatan
Medan Amplas dan memenuhi kriteria yang ditetapkan.
3.4.3. Teknik Pengambilan Sampel dan Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pekerja SPBU yang sesuai
kriteria inklusi dan kriteria ekslusi di SPBU Kecamatan Medan Amplas kota
Medan. Perhitungan besar sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus
perhitungan sampel untuk uji korelasi dengan teknik sampling stratified sampling.
Pertama ditentukan besar sampel total dengan rumus (Dahlan, M.S, 2013)
�=
Dengan n
N
2
� �1−∝/2
�2
2
(� − 1)�2 + �1−∝/2
�2
= besar sampel minimal total
= besar populasi
Z 1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu, dengan
tingkat kepercayaan 95%, maka nilai Z 1-α/2 =1,96
Universitas Sumatera Utara
σ
= nilai simpangan baku di populasi; berdasarkan penelitian
Halim dan Ghozali (2011) ditetapkan sebesar 0,12
d
= kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir; ditetapkan sebesar
0,03
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas maka diperoleh :
2
� �1−∝/2
�2
�=
2
(� − 1)�2 + �1−∝/2
�2
200 × (1.96)2 × (0,12)2
�=
(200 − 1) × (0,03)2 + (1.96)2 × (0,12)2
�=
�=
200 × 3,8416 × 0,0144
199 × 0,0009 + 3,8416 × 0,0144
11,0638
= 47,2005 ≈ 48 subjek
0,2344
Setelah didapat besar sampel minimal 48 orang, kemudian dihitung jumlah
sampel berdasarkan pembagian SPBU dengan rumus
�
�� = × ��
�
Dengan n i
= sampel untuk stratum i
n
= besar sampel minimal total
N
= besar populasi
Ni
= besar populasi untuk stratum i
Maka didapati perhitungan untuk setiap SPBU sebagai berikut:
No.
1.
Nomor SPBU
14.202.126
Jumlah Pekerja Operator Pompa
6
Jumlah Sampel
5
2.
14.201.127
20
6
3.
14.202.185
21
7
4.
14.202.141
8
3
5.
14.202.1151
15
5
6.
14.201.1159
16
5
7.
14.202.1162
15
5
8.
14.201.114
20
6
9.
14.202.137
21
7
Total
152
49
Universitas Sumatera Utara
3.5.Subjek Penelitian
3.5.1. Kriteria Inklusi
Kriteria yang termasuk menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pekerja SPBU jenis kelamin laki – laki dan perempuan
2. Umur pekerja minimal 18 tahun – 40 tahun
3. Lama bekerja minimal 1 tahun
4. Jam bertugas minimal 8 jam per hari
3.5.2. Kriteria eksklusi
Kriteria yang tidak termasuk menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut
:
1. Menderita Asma, SOPT ( sindroma Obstruksi Paska TB Paru ) atau
riwayat TB Paru dan kelainan paru lainnya
2. Penyakit Paru Obstruktif
3. Merokok
4. Gangguan dan Penyakit Hati
5. Obesitas
6. Kehamilan
Universitas Sumatera Utara
3.6.Variabel penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
• Lama Paparan Sulfur Dioksida
• C-Reactive Protein
• Volume Ekspirasi Paru Detik 1
• Kpasitas Volume Paru
• Rasio VEP1/KVP
• Aliran Ekspirasi Paksa 25-75%
3.7.Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No
Variabel
1
Jenis kelamin
2
Lama Bekerja
3
Jam Kerja
4
Konsentrasi Sulfur
Dioksida
5
Kadar C-Reactive
Protein
Definisi Operasional
Skala
Seluruh pekerja operator SPBU
berjenis kelamin laki – laki dan
perempuan
Jumlah tahun bekerja sebagai
operator Stasiun Pengisian
bahan Minyak Untuk Umum
minimal 1 tahun
Responden dibagi dalam dua
kelompok :
1. Responden dengan lama
kerja dibawah 5 tahun,
2. Responden dengan lama
kerja sama atau lebih dari 5
tahun
Jumlah jam bekerja perhari
minimal adalah 8 jam
Konsentrasi sulfur dioksida yang
diuji dengan metode
pararosanilin
Serum plasma pekerja operator
SPBU yang diuji dengan Metode
ELISA
Nominal
Ordinal
Nominal
Rasio
Rasio
Universitas Sumatera Utara
6
Nilai VEP1
7
Nilai KVP
8
Nilai VEP1/KVP
9
Nilai AEP 25-75%
Volume udara yang dikeluarkan
selama 1 detik pertama dengan
ekspirasi paksa
Volume udara yang dikeluarkan
secara maksimal setelah
menghirup udara semaksimal
mungkin
Nilai perbandingan VEP1
dengan KVP
Arus ekspirasi paksa dari
keadaan 25% kapasitas vital
sampai ke 75% kapasitas vital
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
3.8.Bahan, Alat dan Cara Kerja
Bahan , cara maupun alat kerja dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi
persiapan formulir berupa data sampel yang dibutuhkan sebagai variabel dari
penelitian. Alat – alat yang dipergunakan dalam mendukung variabel
penelitian adalah uji kadar konsentrasi Sulfur Dioksida dengan alat Impringer,
yang dilakukan di lpangan bekerja sama dengan tim Laboratorium Badan
Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara, pemeriksaan C-Reactive Protein
dengan metoda ELISA dilakukan di Laboratorium terpadu Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara bersama peneliti dan teknisi
laboratorum, uji fungsi paru dengan Spirometri untuk memperoleh nilai VEP 1,
KVP, Rasio VEP 1 /KVP dan AEP 25 – 75%
dimana
uji tersebut
menggunakan alat Spirometri Vitalograph Alpha seri model 6000 Alpha
,Ireland dengan dilengkapi alat kalibrasi. ( Lampiran )
Universitas Sumatera Utara
3.9.Kerangka Operasional
Gambar 3.2. Kerangka Operasional Penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.10 Analisis data
Seluruh data yang diperoleh dicatat dan ditabulasi. Data yang diperoleh dianalisis
dengan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Dilakukan uji normalitas untuk melihat apakah data terdistribusi normal
dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smimov terhadap umur, masa
kerja, jenis kelamin.
2. Dilakukan uji homogenitas varians dengan mengguanakan Uji Levene.
3. Jika hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Levene menunjukkan data
terdistribusi normal dan memenuhi homogenitas varians maka dilakukan
analisis bivariat yaitu uji beda mean dengan Uji T untuk melihat perbedaan
rata-rata nilai CRP, VEP1, KVP, VEP1/KVP, dan AEP 25-75% pada
kelompok lama kerja dibawah 5 tahun dan sama atau lebih dari 5 tahun.
4. Jika hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Levene tidak menunjukkan
data terdistribusi normal dan/atau tidak memenuhi homegenitas varians
maka dilakukan analisis multivariate yaitu uji korelasi dengan metode
Spearman dan Pearson untuk menilai korelasi antara lama kerja dengan
nilai CRP, VEP1/KVP, VEP1/KVP, dan AEP 25-75%.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah pekerja operator SPBU
sebanyak 71 orang berasal dari 5 tempat SPBU di Kecamatan Medan Amplas
Kota Medan. Dari 71 responden sebanyak 12 responden tidak memenuhi syarat
inklusi sehingga tidak dimasukkan dalam sampel terpilih. Responden yang
memenuhi syarat inklusi adalah sebanyak 59 responden dari 48 responden yang
direncanakan berdasarkan perhitungan besar sampel.
4.1.1. Karakteristik Responden
4.1.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.1.
dibawah ini.
Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur
No.
Umur (tahun)
Jumlah
Persentase
1
15 - 24
29
49.2%
2
25 - 34
19
32.2%
3
35 - 44
7
11.9%
4
45 - 54
3
5.1%
5
55 – 64
1
1.7%
Total
59
100%
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.1 didapati bahwa berdasarkan umur didapati bahwa umur
pekerja terbanyak adalah usia < 25 tahun yaitu 20 orang ( 49.2%), sedangkan
kelompok umur 25 – 34 tahun adalah sebesar 19 orang (32.2%). Hanya sebanyak
7 orang (11.9%) pekerja berumur 35 – 44 tahun, 3 orang (5.1%) berumur 45 – 54
tahun dan 1 orang (1.7%) berumur 55 – 64 tahun.
4.1.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Adapun distribusi responden berdasarkan jenis kelamin selanjutnya dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-Laki
37
62.7%
2
Perempuan
22
37.3%
Total
59
100%
Dari Tabel 4.2 Pekerja dengan jenis kelamin laki – laki lebih banyak dari
pada jenis kelamin perempuan, yaitu 37 orang (62.7%) sedangkan pekrja jenis
kelamin perempuan adalah 22 orang ( 37.3%).
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja
Distribusi lama kerja dari responden dapat ditunjukkan pada tabel 4.3
dibawah ini.
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja
No.
Lama Kerja
Jumlah
Persentase
1
< 5 tahun
30
50.8%
2
≥ 5 tahun
29
49.2%
Total
59
100%
Berdasarkan lama kerja pekerja didapati bahwa kelompok terbanyak adalah
pekerja yang telah bekerja lebih atau sama dengan 5 tahun yaitu sebanyak 29
orang (49.2 %), sedangkan 30 orang (50,8%) telah bekerja dibawah 5 tahun.
4.1.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Kerja
Distribusi responden berdasarkan tempat kerja disajikan dalam Tabel 4.4
berikut ini.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Kerja
No.
Tempat Kerja
Jumlah
Persentase
1
SPBU No. 14.201.127
17
28.8%
2
SPBU No. 14.201.126
10
16.9%
3
SPBU No. 14.202.141
10
16.9%
4
SPBU No. 14.201.185
13
22%
5
SPBU No. 14.202.162
9
15%
Total
59
100%
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian ini diperoleh data bahwa pekerja terbanyak berasal dari
SPBU No.14.201.127 yaitu 17 orang (28.8%), 13 orang (22%) dari SPBU No.
14.201.185, masing – masing sebanyak 10 orang (16.9%) di SPBU No.
14.202.126 dan 10 orang (16.9%) SPBU No.14.201.141 dan 9 orang (15.3%) di
SPBU No. 14.202.162.
4.1.2. Karakteristik Jumlah Kendaraan di SPBU
Selama pengambilan data konsentrasi sulfur dioksida dengan metode
pararosanilin, dilakukan juga penghitungan jumlah kendaraan yang memasuki
SPBU selama pengambilan data berlangsung. Berikut gambaran jumlah kendaraan
yang memasuki SPBU dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5. Gambaran Jumlah Kendaraan yang Memasuki SPBU
No.
SPBU
Mobil
Truk
Minibus
Angkot
/ Pickup
Sepeda
Becak
Motor
Motor
Total
1
SPBU No. 14.201.127
272
28
52
89
746
104
1.291
2
SPBU No. 14.201.126
86
5
15
30
382
60
578
3
SPBU No. 14.202.141
72
5
10
67
1213
195
1.562
4
SPBU No. 14.201.185
100
27
47
297
558
114
1.143
5
SPBU No. 14.202.162
200
7
31
195
597
81
1.111
Total
730
72
155
678
3.496
554
5.685
Dari Tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa SPBU dengan jumlah kendaraan
terbanyak adalah SPBU No. 14.202.141 dengan 1.562 kendaraan dan SPBU
dengan jumlah kendaraan paling sedikit adalah SPBU No. 14.201.126 dengan 578
kendaraan. Berdasarkan jenis kendaraan, maka sepeda motor memiliki jumlah
terbanyak dengan total 3.496 sepeda motor yang memasuki seluruh SPBU pada
saat pengambilan data kadar sulfur dioksida berlangsung.
4.1.3. Pemeriksaan Analisis Uji Udara Ambient Sulfur Dioksida
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengujian laboratorium udara dengan metode Pararosanilin
terhadap Sulfur Dioksida dengan hasil analisa telah di konversi dengan keadaan
Normal (N) Suhu 25°C, Tekanan 760 mmHg, serta merujuk kepada Baku Mutu
PP No.41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, KEPMENLH
No.50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan, KEPMENLH No.48 Tahun
1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan serta Parameter Sudah Terakreditasi
KAN No.LP-692-IDN, maka distribusi ambient udara dengan parameter sulfur
dioksida dapat terlihat pada tabel 4.5. di bawah ini.
Tabel 4.6. Hasil Analisis Uji Udara Ambien Parameter Sulfur Dioksida
No.
SPBU
Mean ± SD (µg/m3)
1
SPBU No. 14.201.127
241.40 ± 26.197
2
SPBU No. 14.201.126
216.53 ± 37.683
3
SPBU No. 14.202.141
230.40 ± 32.369
4
SPBU No. 14.201.185
253.40 ± 19.909
5
SPBU No. 14.202.162
235.27 ± 34.605
Mean Total
237.03 ± 12.090
Dapat dilihat dari tabel 4.6diatas bahwa rerata konsentrasi sulfur dioksida
pada penelitian ini adalah 237.03 ± 12.090 µg/m³ dengan nilai tertinggi adalah
pada SPBU No.14.202.185 dengan nilai rata-rata 253.40 ± 19.909 µg/m3.
Sedangkan kadar sulfur dioksida terendah adalah pada SPBU No. 14.201.126
dengan nilai rata-rata 216.53 ± 37.683 µg/m³. Keadaan ini diikuti oleh kadar
sulfur dioksida kedua tertinggi yaitu SPBU No. 14.201.127 dengan nilai rata-rata
Universitas Sumatera Utara
241.40 ± 26.197µg/m³. Selanjutnya SPBU No. 14.202.162 dengan nilai rata-rata
235.27 ± 34.605 µg/m3 dan SPBU No. 14.202.141 dengan nilai rata-rata sulfur
dioksida adalah 230.40 ± 32.369 µg/m³.
Konsentrasi Sulfur Dioksida
(µg/m3)
Konsentrasi Sulfur Dioksida
300
225
150
75
0
261,6
250,8 241,40
211,8
14.201.127
257,6
245 230,8
239 230,40
216,53
194,6
173,8
14.202.126
14.202.141
274,4
253,40 270,2
251
234,8
234,6 235,27
201
14.202.185
14.202.162
Nama SPBU
Depan SPBU
Mesin Operator
Belakang SPBU
Rata-rata
Gambar 4.1. Gambaran Konsentrasi Sulfur Dioksida di Setiap SPBU
4.1.4
Hubungan antara Jumlah Kendaraan dengan Konsentrasi Sulfur
Dioksida
Sebagai hasil tambahan, peneliti menilai hubungan antara jumlah
kendaraan yang memasuki SPBU pada saat pengambilan data konsentrasi sulfur
dioksida dengan metode pararosanilin terhadap konsentrasi sulfur dioksida yang
didapat dan disajikan pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Gambaran Jumlah Kendaraan dan Konsentrasi Sulfur Dioksida
SPBU No. 14.201.127
Jumlah
Kendaraan
1.291
Konsentrasi
Sulfur Dioksida
(µg/m3)
241.40 ± 26.197
2
SPBU No. 14.201.126
578
216.53 ± 37.683
3
SPBU No. 14.202.141
1.562
230.40 ± 32.369
4
SPBU No. 14.201.185
1.143
253.40 ± 19.909
5
SPBU No. 14.202.162
1.111
235.27 ± 34.605
Mean Total
1.137
237.03 ± 12.090
No.
SPBU
1
Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi dan T-test antara Konsentrasi Sulfur Dioksida
terhadap Jumlah Kendaraan
Variabel
Hasil Uji Korelasi
Nilai t-test
Konsentrasi Sulfur Dioksida
0.469; p = 0,0001*
23.738; p = 0,0001*
terhadap Jumlah Kendaraan
*p < 0,05
Dari tabel 4.8 diatas didapat untuk uji korelasi dengan uji Pearson didapat
r = 0,469
(p=0,001) dan nilai T-test sebesar t = 23,738 (p = 0,001) dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara konsentrasi sulfur dioksida terhadap
jumlah kendaraan dengan korelasi kuat dan positif yang berarti peningkatan
jumlah kendaraan berhubungan dengan peningkatan konsentrasi sulfur dioksida.
Universitas Sumatera Utara
4.1.5. Gambaran Interpretasi Hasil Spirometri Responden
Terdapat 4 kemungkinan hasil uji spirometri yang dilakukan, yaitu normal,
kelainan obstruksi saja, kelainan restriksi saja, dan kelainan obstruksi disertai
restriksi. Adapun dari hasil interpretasi uji spirometri pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hasil Uji Spirometri
Kategori Hasil Spirometri
Frekuensi
Persentase
Normal
22
37.3 %
Restriksi
33
55.9 %
Obstruksi
0
0%
Restriksi dan Obstruksi
4
6.8 %
Total
59
100%
Dari tabel 4.9 dijumpai bahwa lebih dari setengah responden pada penelitian ini
mengalami kelainan restriksi paru saja sebesar 33 responden (55,9%), dan 4
responden mengalami kelainan paru campuran restriksi dan obstruksi (6,8%).
4.1.6.Gambaran Interpretasi Uji Spirometri Responden Berdasarkan Lama
Kerja
Gambaran hasil uji spirometri responden berdasarkan lama kerja disajikan
dalam Tabel 4.10 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Gambaran Interpretasi Uji Spirometri berdasarkan Lama Kerja
Interpretasi Spirometri
Lama Kerja
Normal Restriksi Obstruksi
(tahun)
Restriksi dan
Saja
Saja
Obstruksi
Total
< 5 tahun
11
17
0
2
30
≥ 5 tahun
11
16
0
2
29
Total
22
33
0
4
59
Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa pada responden dengan lama
kerja dibawah 5 tahun dijumpai 17 responden dengan kelainan paru restriksi saja
dan 2 responden dengan kelainan paru restriksi dan obstruksi. Sedangkan pada
responden dengan lama kerja 5 tahun atau lebih dijumpai 16 responden dengan
kelainan restriksi saja dan 2 responden dengan kelainan paru restriksi dan
obstruksi.
4.1.7 Gambaran Interpretasi Uji Spirometri Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Gambaran interpretasi uji spirometri responden berdasarkan jenis kelamin
disajikan dalam tabel 4.11 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Gambaran Interpretasi Uji Spirometri Berdasarkan Jenis Kelamin
Interpretasi Spirometri
Jenis Kelamin Normal Restriksi Obstruksi
Restriksi +
Total
Obstruksi
Laki-Laki
11
23
0
3
37
Perempuan
11
10
0
1
22
Total
22
33
0
4
59
Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok responden lakilaki terdapat 26 responden dengan kelainan paru atau 70.27% dari total responden
laki-laki. Sedangkan pada kelompok responden perempuan terdapat 11 responden
dengan kelainan paru atau 50% dari total responden perempuan.
4.1.8. Karakteristik Variabel Berdasarkan Lama Kerja
Pada penelitian ini dilakukan penilaian h-CRP dan Uji Spirometri sebagai
variabel dependen dan lama kerja sebagai variabel independen. Adapun
komponen uji spirometri yang dinilai adalah Volume Ekspirasi Paksa 1 detik
(VEP 1 ), Kapasitas Vital Paru (KVP), Rasio VEP 1 dengan KVP (VEP 1 /KVP) dan
Aliran Ekspirasi Paksa 25-75% (AEP 25-75%). Adapun karakteristik variabel
dependen ini adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Karakteristik Variabel Dependen
Variabel
Kelompok Lama
Mean ± SD
Kerja
Konsentrasi Sulfur
< 5 tahun
236,32447 ± 11,019267
Dioksida
≥ 5 tahun
237,75859 ± 13,263173
CRP
< 5 tahun
0,0650490 ± 0,05017814
≥ 5 tahun
0,0606514 ± 0,03822895
< 5 tahun
90,33 ± 11,751
≥ 5 tahun
87,69 ± 14,705
< 5 tahun
86,10 ± 24,273
≥ 5 tahun
77,03 ± 14,705
< 5 tahun
82,90 ± 26,351
≥ 5 tahun
72,38 ± 12,698
< 5 tahun
101,53 ± 41,546
≥ 5 tahun
89,52 ± 25,160
VEP1/KVP
VEP1
KVP
AEP 25-75%
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians sebagai
uji asumsi untuk melakukan uji statistik parametrik. Adapun hasil uji normalitas
dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas varians dengan uji Levene.
Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Lama Kerja
Nilai Uji KS
Nilai p
Konsentrasi
< 5 tahun
0.195
0.005
Sulfur Dioksida
≥ 5 tahun
0.191
0.008
CRP
< 5 tahun
0.184
0.011
≥ 5 tahun
0.128
0.200*
< 5 tahun
0.152
0.073*
≥ 5 tahun
0.089
0.200*
< 5 tahun
0.192
0.006
≥ 5 tahun
0.080
0.200*
< 5 tahun
0.223
0.001
≥ 5 tahun
0.170
0.031
< 5 tahun
0.098
0.200*
≥ 5 tahun
0.138
0.164*
VEP1
KVP
VEP1/KVP
AEP 25-75
*p>0,05; berarti data dinyatakan normal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14. Hasil Uji Homogenitas Varians dengan Uji Levene
Variabel
Nilai Uji Levene
Nilai p
SO 2
2.647
0.109*
h-CRP
1.577
0.214*
VEP 1
2.959
0.091*
KVP
4.267
0.043
VEP1/KVP
1.948
0.168*
AEP 25-75%
5.229
0.026
*p > 0,05; berarti data memenuhi homogenitas varians.
Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov dan Levene diatas, dapat dilihat
bahwa meskipun data memenuhi asumsi homogenitas varians namun data tidak
memenuhi asumsi normalitas sehingga statistik parametrik tidak dapat digunakan.
Maka uji hipotesis pada penelitian ini akan menggunakan uji korelasi dengan uji
statistik Spearman dan Pearson.
Universitas Sumatera Utara
4.1.9. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman.
Berikut adalah hasil uji korelasi Spearman pada penelitian ini.
Tabel 4.15. Hasil Uji Korelasi antara Lama Kerja dengan nilai CRP
dan Uji Spirometri
CRP
VEP 1
KVP
VEP 1 /KVP
AEP 2575%
Lama
Kerja
Nilai
Korelasi
Spearman
Nilai p
*p < 0,05
0,01
- 0,191
- 0,212
- 0,304
- 0,123
0,94
0,147
0,107
0.019*
0,351
Dari Tabel 4.15. diatas dijumpai bahwa lama kerja memiliki korelasi
positif terhadap nilai CRP, yang menunjukkan pada kelompok dengan lama kerja
yang lebih panjang dijumpai nilai CRP yang lebih tinggi. Sedangkan terhadap
nilai uji spirometri lama kerja memiliki korelasi negative yang bermakna ada
adanya penurunan fungsi pernafasan. Uji korelasi ini signifikan untuk parameter
VEP1/KVP dengan p = 0,019. Namun hasil uji korelasi ini tidak signifikan untuk
parameter lain, dengan nilai p = 0,940 untuk CRP; 0,147 untuk VEP1; 0,107
untuk KVP; dan 0,351 untuk AEP 25-75%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16. Hasil Uji Korelasi Pearson Variabel
Variabel
Umur
Kadar
CRP
VEP 1 /KVP
VEP1
KVP
SO 2
Umur
Kadar SO 2
CRP
1
AEP
Jumlah
25-75%
Kendaraan
0.007
0.103
-0.311*
-0.355*
-0.339*
-0.282*
0.110
1
-0.101
0.125
0.255
0.201
0.146
0.469*
1
-0.187
-0.242
-0.219
-0.256
-0.044
1
.0385*
-0.090
0.646*
0.232
1
0.835*
0.816*
0.325*
1
0.486*
0.218
1
0.254
VEP 1 /KVP
VEP 1
KVP
AEP 25-75%
Jumlah Kendaraan
1
* p < 0.05; korelasi dinyatakan signifikan
Pada tabel 4.16. dijumpai terdapat korelasi signifikan antara umur dengan
parameter fungsi paru (VEP 1 /KVP, VEP 1 , KVP, dan AEP 25-75%) dimana
semuanya menunjukkan korelasi yang negatif. Selanjutnya dijumpai korelasi yang
positif dan signifikan antara kadar sulfur dioksida terhadap jumlah kendaraan di
SPBU. Juga dijumpai korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 /KVP terhadap
VEP 1 dan AEP 25-75%, serta korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 dan
KVP, serta antara KVP dan AEP 25-75%.
4.2. Pembahasan
Penelitian ini menguji korelasi antara lama kerja dengan nilai pemeriksaan
CRP dan uji spirometri pada pekerja SPBU di wilayah Medan Amplas. Dari hasil
uji korelasi didapatkan hasil korelasi negatif signifikan antara lama kerja dengan
nilai VEP 1 /KVP, sedangkan untuk nilai hasil CRP dijumpai korelasi positif tidak
signifikan dan untuk hasil VEP 1 , KVP, dan AEP 25-75% dijumpai korelasi positif
tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat dalam penelitian Bhide et al
(2014) yang membandingkan hasil uji spirometri antara kelompok pekerja SPBU
dengan lama kerja diatas 5 tahun, dibawah 5 tahun dan kelompok kontrol. Dalam
penelitiannya
Bhide
menemukan
perbedaan
signifikan
pada
parameter
VEP1 1 /KVP dan AEP 25-75%, sementara pada parameter VEP 1 dan KVP tidak
ditemukan perbedaan yang signifikan.
Sedangkan pada penelitian Chawla (2008) yang melihat hasil uji
spirometri pada pekerja SPBU berdasarkan lama kerja dan paparan merokok,
dijumpai hasil KVP yang menurun signifikan tanpa dipengaruhi efek paparan
merokok, hasil VEP 1 yang menurun signifikan, dan hasil AEP 25-75% yang
menurun signifikan. Hasil ini memiliki tren yang sama dengan penelitian ini,
namun pada penelitian ini korelasi negatif yang dihasilkan tidak signifikan. Hal
ini mungkin terjadi akibat sampel yang terlalu kecil, batasan lama kerja yang
sempit dan tidak adanya kelompok kontrol. Hasil penelitian Chawla juga
menemukan bahwa pada pekerja SPBU dengan lama kerja lebih dari 11 tahun
dijumpai penurunan AEP 25-75% hingga kurang dari 70%. Hal ini menunjukkan
paparan jangka panjang dari sulfur dioksida dapat menyebabkan penurunan di
parameter AEP 25-75%.
Priyadarshini et al (2014) menyebutkan bahwa AEP 25-75% merupakan
indikator terbaik untuk melihat gangguan jalan nafas kecil dan merupakan
prediktor yang baik untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) pada orang
sehat. Hasil penelitian Priyadarshini pada pekerja SPBU menunjukkan penurunan
signifikan pada parameter VEP 1 , KVP, dan AEP 25-75, sedangkan pada
VEP 1 /KVP tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Begum dan
Rathna (2012) yang menemukan penurunan signifikan untuk parameter KVP dan
VEP 1 namun tidak menemukan penurunan yang signifikan untuk parameter
VEP 1 /KVP. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan waktu pengukuran serta
gambaran karakteristik responden, dimana pada penelitian ini secara usia
karakteristik responden relatif muda (mean = 27,42 tahun). Sementara pada
penelitian Choudari et al (2013) ditemukan penurunan signifikan untuk KVP dan
VEP 1 .
Penelitian yang dilakukan oleh Central Pollution Control Board, Ministry
of Environment & Forest Delhi tahun 2012 menunjukkaan adanya hubungan kuat
dan signifikan antara polusi dan particulate matter terhadap penurunan fungsi
paru. Hasil penelitian tersebut menujukkan korelasi sebesar r = 0,74 (p < 0,0005)
terhadap KVP dan r = 0,62 (p < 0,0005) terhadap VEP 1 . Hal ini berbeda dengan
hasil yang didapat dalam penelitian ini meskipun memiliki tren yang sama
mungkin disebabkan oleh fokus polutan dalam penelitian ini hanya sulfur
dioksida, sementara dalam penelitian diatas mengamati seluruh polutan baik
polutan gas maupun particulate matter.
Sementara untuk variabel CRP, dalam penelitian ini didapatkan hasil
korelasi dengan nilai r = 0,01 dengan p = 0,94. Hasil ini menunjukkan korelasi
positif yang kecil dan tidak signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Rückerl et al (2007) dalam studi AIRGENE (Air pollution and
Inflammatory Response in Myorcardial Infarction Survivors: Gene-environment
Interaction in a High-risk Group)yang melihat hubungan antara polutan terhadap
respon inflamasi pada pasien dengan riwayat infark miokardium sebelumnya tidak
Universitas Sumatera Utara
menemukan adanya hubungan antara polutan dengan nilai CRP, namun studi ini
menemukan hubungan antara polutan dengan nilai IL-6 dan fibrinogen.
CRP, IL-6 dan fibrinogen ketiganya merupakan reaktan fase akut, namun
tidak adanya hubungan CRP terhadap polutan mungkin dikarenakan dua faktor
yaitu kadar CRP pada responden dengan usia muda relatif lebih rendah, dan kedua
adanya bias yaitu konsumsi statin pada subjek studi ini, dimana statin memiliki
efek menurunkan CRP. Pada penelitian ini faktor usia mungkin merupakan faktor
utama yang menyebabkan tidak terdapatnya hubungan antara lama kerja terhadap
nilai CRP (Rückerl et al, 2007).
Penelitian Routledge et al tahun 2006 juga menemukan hubungan yang
tidak signifikan antara polutan gas yaitu sulfur dioksida dan karbon dioksida
terhadap reaktan fase akut CRP. Penelitian Routledge merupakan penelitian acak,
double blind, eksperimental pada pasien dengan riwayat angina. Routledge
mengemukakan bahwa alasan tidak terdapatnya hubungan antara polutan gas
dengan parameter inflamasi dalam hal ini CRP adalah bahwa efek inflamasi yang
ada tidak terjadi secara sistemik, dan respon inflamasi yang terjadi bergantung
dari komposisi polutan serta logam transisional yang berada pada emisi kendaraan
atau mesin berbahan bakar fosil. Hal inilah yang mungkin menyebabkan respon
inflamasi tidak terjadi jika sulfur dioksida yang terpapar ke subjek penelitian
merupakan sulfur dioksida murni dan bukan sulfur dioksida yang berasal dari
emisi kendaraan bermotor. Kemungkinan lainnya adalah bahwa efek inflamasi
yang terjadi terjadi di tingkat lokal yaitu jaringan saluran nafas bawah dan tidak
sistemik sehingga pemeriksaan CRP dengan sampel darah tidak menunjukkan
hasil yang lebih tepat. Diharapkan untuk penelitian berikutnya pemeriksaan kadar
Universitas Sumatera Utara
CRP dapat dilakukan dengan sampel jaringan saluran nafas bawah sehingga hasil
yang didapat lebih representatif.
Beberapa keterbatasan dalam studi ini adalah tidak adanya kelompok
control, dan riwayat perokok dari sampel penelitian. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan teknis dalam memperoleh sampel yang selalu terikat kepada jam
tugas , jadwal teknisi dalam melakukan pengukuran emisi serta kendala waktu dan
biaya. Kedua adalah studi ini merupakan studi analitik dengan desain potong
lintang, sehingga studi ini tidak dapat melihat perjalanan perubahan dalam nilai
CRP maupun fungsi paru akibat paparan sulfur dioksida. Penelitian dengan desain
kohort prospektif akan lebih mampu melihat perjalanan paparan faktor resiko
terhadap efek yang dinilai. Ketiga adalah pengukuran emisi sulfur dioksida
dilakukan dalam 10 jam dimana sebaiknya dilakukan pengukuran selama 24 jam
untuk mengurangi bias akibat variasi diurnal. Hal ini disebabkan keterbatasan
teknis alat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini antara lain:
1. Pada pengukuran konsentrasi sulfur dioksida yang dilakukan dengan merataratakan konsentrasi yang didapat antara di depan SPBU, di mesin operator
SPBU dan di belakang SPBU pada lima SPBU di wilayah kerja Medan
Amplas, dijumpai nilai konsentrasi rata-rata sulfur dioksida adalah sebesar
237,03 ± 12,090 µg/m3,
2. Hasil penilaian Protein C-Reaktif (CRP) rata-rata pada pekerja SPBU di
Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 0,0628875 ± 0,04437757
mg/L ,
3. Nilai Volume Ekspirasi Detik Pertama (VEP1) rata-rata pada pekerja SPBU
di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 81,64 ± 20,491 % ,
4. Nilai Kapasitas Vital Paksa (KVP) rata-rata pada pekerja SPBU di
Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 77,73 ± 21,288 % ,
5. Rasio VEP1/KVP rata-rata pada pekerja SPBU di Kecamatan Medan
Amplas Kota Medan adalah 89,03 ± 9,919 % ,
6. Nilai Aliran Ekspirasi Paksa 25-75% (AEP 25-75%) rata-rata pada pekerja
SPBU di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 95,63 ± 34,718 % ,
7. Dijumpai hasil interpretrasi uji spirometri pada pekerja SPBU di Kecamatan
Medan Amplas Kota Medan didapati 22 responden (37,3%) memiliki fungsi
paru normal, 33 responden (55,9%) memiliki gangguan fungsi tipe restriksi
Universitas Sumatera Utara
saja, 4 responden (6,8%) memiliki gangguan fungsi tipe restriksi dan
obstruksi dan tidak dijumpai responden dengan gangguan fungsi tipe
obstruksi saja,
8. Dijumpai korelasi positif namun tidak signifikan antara lama kerja operator
SPBU terhadap nilai CRP,
9. Dijumpai korelasi negatif yang tidak signifikan antara lama kerja operator
SPBU terhadap nilai VEP1, KVP, dan AEP 25-75%,
10. Dijumpai korelasi negatif yang signifikan antara lama kerja operator SPBU
terhadap nilai VEP1/KVP.
11. Terdapat korelasi signifikan antara umur dengan parameter fungsi paru
(VEP 1 /KVP,
VEP 1 ,
KVP,
dan
AEP
25-75%)
dimana
semuanya
menunjukkan korelasi yang negatif.
12. Korelasi yang positif dan signifikan antara kadar sulfur dioksida terhadap
jumlah kendaraan di SPBU.
13. Korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 /KVP terhadap VEP 1 dan AEP
25-75%.
14. Korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 dan KVP, serta antara KVP dan
AEP 25-75%. .
15. Korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 /KVP terhadap VEP 1 dan AEP
25-75%, serta korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 dan KVP, serta
antara KVP dan AEP 25-75%.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan setelah melakukan
penelitian ini antara lain:
1. Bagi Hiswana Migas bekerja sama dengan Pertamina dan Dinas Kesehatan
terutama Unit Kesehatan Kerja agar dapat mengimplementasikan hasil
penelitian ini dan mengembangkannya untuk meningkatkan upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, seperti penggunaan alat pelindung diri
berupa masker saat bekerja dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
kepada operator SPBU. Selain itu sebagai fondasi untuk mencegah
gangguan kesehatan pada pekerja SPBU dan meningkatkan kewaspadaan
terhadap gangguan kesehatan akibat polusi udara, khususnya yang berasal
dari emisi kendaraan bermotor.
2. Bagi akademisi untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menambah jumlah sampel penelitian, melakukan penelitian skala besar,
melakukan penelitian dengan desain longitudinal baik eksperimental
maupun cohort, serta melakukan penelitian untuk pencegahan penyakit
paru kerja akibat emisi dengan melakukan upaya pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.
3. Bagi klinisi di bidang kesehatan kerja dan ilmu kesehatan paru untuk dapat
mengembangkan penelitian ini serta mengaplikasikannya kedalam suatu
tatalaksana serta mengupayakan strategi untuk dapat mencegah terjadinya
kelainan paru akibat emisi kendaraan bermotor
4. Bagi pemerintah khususnya Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera
Utara bekerjasama dengan Hiswana Migas dan Pertamina dapat
Universitas Sumatera Utara
melakukan koordinasi khususnya pemantauan kwalitas udara ambien dapat
menggunakan penelitian ini sebagai dasar untuk
menurunkan emisi
kenderaan bermotor melalui peningkatan mutu bahan bakar kenderaan
bermotor serta meningkatkan kwalitas pencegahan timbulnya penyakit
akibat sulfur dioksida di kawasan SPBU dengan penyediaan protektor
terhadap sistem pernafasan pekerja operator di SPBU.
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan uji korelasi dengan desain potong lintang (cross
sectional), untuk mengetahui apakah terdapat korelasi lamapaparan sulfur
dioksida dengan kadar Protein C-Reaktif, nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik
Pertama (VEP1), Kapasitas Vital Paksa (KVP), rasio VEP1/KVP, dan Aliran
Ekspirasi Paksa 25-75% (AEP 25-75%) pada pekerja Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Minyak Untuk Umum (SPBU).
3.2. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini terdiri dari :
Ho : tidak terdapat korelasi lama paparan sulfur dioksida dengan kadar
Protein C-Reaktif, nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama
(VEP1), Kapasitas Vital Paksa (KVP), rasio VEP1/KVP, dan Aliran
Ekspirasi Paksa 25-75% (AEP 25-75%) pada pekerja SPBU.
H a : terdapat korelasi lama paparan sulfur dioksida dengan kadar Protein
C-Reaktif, nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1),
Kapasitas Vital Paksa (KVP), rasio VEP1/KVP, dan Aliran Ekspirasi
Paksa 25-75% (AEP 25-75%) pada pekerja SPBU.
Universitas Sumatera Utara
3.3.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Untuk
Umum ( SPBU ) di kecamatan Medan Amplas kota Medan. Penelitian ini akan
dilaksanakan selama 12 - 20 minggu.
3.4. Populasi dan sampel penelitian
3.4.1. Populasi target
Pekerja pengisi bahan bakar minyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Minyak Untuk Umum (SPBU) di Kecamatan Medan Amplas kota Medan.
3.4.2. Populasi terjangkau
Pekerja Stasion Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum di Kecamatan
Medan Amplas dan memenuhi kriteria yang ditetapkan.
3.4.3. Teknik Pengambilan Sampel dan Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pekerja SPBU yang sesuai
kriteria inklusi dan kriteria ekslusi di SPBU Kecamatan Medan Amplas kota
Medan. Perhitungan besar sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus
perhitungan sampel untuk uji korelasi dengan teknik sampling stratified sampling.
Pertama ditentukan besar sampel total dengan rumus (Dahlan, M.S, 2013)
�=
Dengan n
N
2
� �1−∝/2
�2
2
(� − 1)�2 + �1−∝/2
�2
= besar sampel minimal total
= besar populasi
Z 1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu, dengan
tingkat kepercayaan 95%, maka nilai Z 1-α/2 =1,96
Universitas Sumatera Utara
σ
= nilai simpangan baku di populasi; berdasarkan penelitian
Halim dan Ghozali (2011) ditetapkan sebesar 0,12
d
= kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir; ditetapkan sebesar
0,03
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas maka diperoleh :
2
� �1−∝/2
�2
�=
2
(� − 1)�2 + �1−∝/2
�2
200 × (1.96)2 × (0,12)2
�=
(200 − 1) × (0,03)2 + (1.96)2 × (0,12)2
�=
�=
200 × 3,8416 × 0,0144
199 × 0,0009 + 3,8416 × 0,0144
11,0638
= 47,2005 ≈ 48 subjek
0,2344
Setelah didapat besar sampel minimal 48 orang, kemudian dihitung jumlah
sampel berdasarkan pembagian SPBU dengan rumus
�
�� = × ��
�
Dengan n i
= sampel untuk stratum i
n
= besar sampel minimal total
N
= besar populasi
Ni
= besar populasi untuk stratum i
Maka didapati perhitungan untuk setiap SPBU sebagai berikut:
No.
1.
Nomor SPBU
14.202.126
Jumlah Pekerja Operator Pompa
6
Jumlah Sampel
5
2.
14.201.127
20
6
3.
14.202.185
21
7
4.
14.202.141
8
3
5.
14.202.1151
15
5
6.
14.201.1159
16
5
7.
14.202.1162
15
5
8.
14.201.114
20
6
9.
14.202.137
21
7
Total
152
49
Universitas Sumatera Utara
3.5.Subjek Penelitian
3.5.1. Kriteria Inklusi
Kriteria yang termasuk menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pekerja SPBU jenis kelamin laki – laki dan perempuan
2. Umur pekerja minimal 18 tahun – 40 tahun
3. Lama bekerja minimal 1 tahun
4. Jam bertugas minimal 8 jam per hari
3.5.2. Kriteria eksklusi
Kriteria yang tidak termasuk menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut
:
1. Menderita Asma, SOPT ( sindroma Obstruksi Paska TB Paru ) atau
riwayat TB Paru dan kelainan paru lainnya
2. Penyakit Paru Obstruktif
3. Merokok
4. Gangguan dan Penyakit Hati
5. Obesitas
6. Kehamilan
Universitas Sumatera Utara
3.6.Variabel penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
• Lama Paparan Sulfur Dioksida
• C-Reactive Protein
• Volume Ekspirasi Paru Detik 1
• Kpasitas Volume Paru
• Rasio VEP1/KVP
• Aliran Ekspirasi Paksa 25-75%
3.7.Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No
Variabel
1
Jenis kelamin
2
Lama Bekerja
3
Jam Kerja
4
Konsentrasi Sulfur
Dioksida
5
Kadar C-Reactive
Protein
Definisi Operasional
Skala
Seluruh pekerja operator SPBU
berjenis kelamin laki – laki dan
perempuan
Jumlah tahun bekerja sebagai
operator Stasiun Pengisian
bahan Minyak Untuk Umum
minimal 1 tahun
Responden dibagi dalam dua
kelompok :
1. Responden dengan lama
kerja dibawah 5 tahun,
2. Responden dengan lama
kerja sama atau lebih dari 5
tahun
Jumlah jam bekerja perhari
minimal adalah 8 jam
Konsentrasi sulfur dioksida yang
diuji dengan metode
pararosanilin
Serum plasma pekerja operator
SPBU yang diuji dengan Metode
ELISA
Nominal
Ordinal
Nominal
Rasio
Rasio
Universitas Sumatera Utara
6
Nilai VEP1
7
Nilai KVP
8
Nilai VEP1/KVP
9
Nilai AEP 25-75%
Volume udara yang dikeluarkan
selama 1 detik pertama dengan
ekspirasi paksa
Volume udara yang dikeluarkan
secara maksimal setelah
menghirup udara semaksimal
mungkin
Nilai perbandingan VEP1
dengan KVP
Arus ekspirasi paksa dari
keadaan 25% kapasitas vital
sampai ke 75% kapasitas vital
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
3.8.Bahan, Alat dan Cara Kerja
Bahan , cara maupun alat kerja dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi
persiapan formulir berupa data sampel yang dibutuhkan sebagai variabel dari
penelitian. Alat – alat yang dipergunakan dalam mendukung variabel
penelitian adalah uji kadar konsentrasi Sulfur Dioksida dengan alat Impringer,
yang dilakukan di lpangan bekerja sama dengan tim Laboratorium Badan
Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara, pemeriksaan C-Reactive Protein
dengan metoda ELISA dilakukan di Laboratorium terpadu Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara bersama peneliti dan teknisi
laboratorum, uji fungsi paru dengan Spirometri untuk memperoleh nilai VEP 1,
KVP, Rasio VEP 1 /KVP dan AEP 25 – 75%
dimana
uji tersebut
menggunakan alat Spirometri Vitalograph Alpha seri model 6000 Alpha
,Ireland dengan dilengkapi alat kalibrasi. ( Lampiran )
Universitas Sumatera Utara
3.9.Kerangka Operasional
Gambar 3.2. Kerangka Operasional Penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.10 Analisis data
Seluruh data yang diperoleh dicatat dan ditabulasi. Data yang diperoleh dianalisis
dengan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Dilakukan uji normalitas untuk melihat apakah data terdistribusi normal
dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smimov terhadap umur, masa
kerja, jenis kelamin.
2. Dilakukan uji homogenitas varians dengan mengguanakan Uji Levene.
3. Jika hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Levene menunjukkan data
terdistribusi normal dan memenuhi homogenitas varians maka dilakukan
analisis bivariat yaitu uji beda mean dengan Uji T untuk melihat perbedaan
rata-rata nilai CRP, VEP1, KVP, VEP1/KVP, dan AEP 25-75% pada
kelompok lama kerja dibawah 5 tahun dan sama atau lebih dari 5 tahun.
4. Jika hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Levene tidak menunjukkan
data terdistribusi normal dan/atau tidak memenuhi homegenitas varians
maka dilakukan analisis multivariate yaitu uji korelasi dengan metode
Spearman dan Pearson untuk menilai korelasi antara lama kerja dengan
nilai CRP, VEP1/KVP, VEP1/KVP, dan AEP 25-75%.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah pekerja operator SPBU
sebanyak 71 orang berasal dari 5 tempat SPBU di Kecamatan Medan Amplas
Kota Medan. Dari 71 responden sebanyak 12 responden tidak memenuhi syarat
inklusi sehingga tidak dimasukkan dalam sampel terpilih. Responden yang
memenuhi syarat inklusi adalah sebanyak 59 responden dari 48 responden yang
direncanakan berdasarkan perhitungan besar sampel.
4.1.1. Karakteristik Responden
4.1.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.1.
dibawah ini.
Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur
No.
Umur (tahun)
Jumlah
Persentase
1
15 - 24
29
49.2%
2
25 - 34
19
32.2%
3
35 - 44
7
11.9%
4
45 - 54
3
5.1%
5
55 – 64
1
1.7%
Total
59
100%
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.1 didapati bahwa berdasarkan umur didapati bahwa umur
pekerja terbanyak adalah usia < 25 tahun yaitu 20 orang ( 49.2%), sedangkan
kelompok umur 25 – 34 tahun adalah sebesar 19 orang (32.2%). Hanya sebanyak
7 orang (11.9%) pekerja berumur 35 – 44 tahun, 3 orang (5.1%) berumur 45 – 54
tahun dan 1 orang (1.7%) berumur 55 – 64 tahun.
4.1.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Adapun distribusi responden berdasarkan jenis kelamin selanjutnya dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-Laki
37
62.7%
2
Perempuan
22
37.3%
Total
59
100%
Dari Tabel 4.2 Pekerja dengan jenis kelamin laki – laki lebih banyak dari
pada jenis kelamin perempuan, yaitu 37 orang (62.7%) sedangkan pekrja jenis
kelamin perempuan adalah 22 orang ( 37.3%).
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja
Distribusi lama kerja dari responden dapat ditunjukkan pada tabel 4.3
dibawah ini.
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja
No.
Lama Kerja
Jumlah
Persentase
1
< 5 tahun
30
50.8%
2
≥ 5 tahun
29
49.2%
Total
59
100%
Berdasarkan lama kerja pekerja didapati bahwa kelompok terbanyak adalah
pekerja yang telah bekerja lebih atau sama dengan 5 tahun yaitu sebanyak 29
orang (49.2 %), sedangkan 30 orang (50,8%) telah bekerja dibawah 5 tahun.
4.1.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Kerja
Distribusi responden berdasarkan tempat kerja disajikan dalam Tabel 4.4
berikut ini.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Kerja
No.
Tempat Kerja
Jumlah
Persentase
1
SPBU No. 14.201.127
17
28.8%
2
SPBU No. 14.201.126
10
16.9%
3
SPBU No. 14.202.141
10
16.9%
4
SPBU No. 14.201.185
13
22%
5
SPBU No. 14.202.162
9
15%
Total
59
100%
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian ini diperoleh data bahwa pekerja terbanyak berasal dari
SPBU No.14.201.127 yaitu 17 orang (28.8%), 13 orang (22%) dari SPBU No.
14.201.185, masing – masing sebanyak 10 orang (16.9%) di SPBU No.
14.202.126 dan 10 orang (16.9%) SPBU No.14.201.141 dan 9 orang (15.3%) di
SPBU No. 14.202.162.
4.1.2. Karakteristik Jumlah Kendaraan di SPBU
Selama pengambilan data konsentrasi sulfur dioksida dengan metode
pararosanilin, dilakukan juga penghitungan jumlah kendaraan yang memasuki
SPBU selama pengambilan data berlangsung. Berikut gambaran jumlah kendaraan
yang memasuki SPBU dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5. Gambaran Jumlah Kendaraan yang Memasuki SPBU
No.
SPBU
Mobil
Truk
Minibus
Angkot
/ Pickup
Sepeda
Becak
Motor
Motor
Total
1
SPBU No. 14.201.127
272
28
52
89
746
104
1.291
2
SPBU No. 14.201.126
86
5
15
30
382
60
578
3
SPBU No. 14.202.141
72
5
10
67
1213
195
1.562
4
SPBU No. 14.201.185
100
27
47
297
558
114
1.143
5
SPBU No. 14.202.162
200
7
31
195
597
81
1.111
Total
730
72
155
678
3.496
554
5.685
Dari Tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa SPBU dengan jumlah kendaraan
terbanyak adalah SPBU No. 14.202.141 dengan 1.562 kendaraan dan SPBU
dengan jumlah kendaraan paling sedikit adalah SPBU No. 14.201.126 dengan 578
kendaraan. Berdasarkan jenis kendaraan, maka sepeda motor memiliki jumlah
terbanyak dengan total 3.496 sepeda motor yang memasuki seluruh SPBU pada
saat pengambilan data kadar sulfur dioksida berlangsung.
4.1.3. Pemeriksaan Analisis Uji Udara Ambient Sulfur Dioksida
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengujian laboratorium udara dengan metode Pararosanilin
terhadap Sulfur Dioksida dengan hasil analisa telah di konversi dengan keadaan
Normal (N) Suhu 25°C, Tekanan 760 mmHg, serta merujuk kepada Baku Mutu
PP No.41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, KEPMENLH
No.50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan, KEPMENLH No.48 Tahun
1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan serta Parameter Sudah Terakreditasi
KAN No.LP-692-IDN, maka distribusi ambient udara dengan parameter sulfur
dioksida dapat terlihat pada tabel 4.5. di bawah ini.
Tabel 4.6. Hasil Analisis Uji Udara Ambien Parameter Sulfur Dioksida
No.
SPBU
Mean ± SD (µg/m3)
1
SPBU No. 14.201.127
241.40 ± 26.197
2
SPBU No. 14.201.126
216.53 ± 37.683
3
SPBU No. 14.202.141
230.40 ± 32.369
4
SPBU No. 14.201.185
253.40 ± 19.909
5
SPBU No. 14.202.162
235.27 ± 34.605
Mean Total
237.03 ± 12.090
Dapat dilihat dari tabel 4.6diatas bahwa rerata konsentrasi sulfur dioksida
pada penelitian ini adalah 237.03 ± 12.090 µg/m³ dengan nilai tertinggi adalah
pada SPBU No.14.202.185 dengan nilai rata-rata 253.40 ± 19.909 µg/m3.
Sedangkan kadar sulfur dioksida terendah adalah pada SPBU No. 14.201.126
dengan nilai rata-rata 216.53 ± 37.683 µg/m³. Keadaan ini diikuti oleh kadar
sulfur dioksida kedua tertinggi yaitu SPBU No. 14.201.127 dengan nilai rata-rata
Universitas Sumatera Utara
241.40 ± 26.197µg/m³. Selanjutnya SPBU No. 14.202.162 dengan nilai rata-rata
235.27 ± 34.605 µg/m3 dan SPBU No. 14.202.141 dengan nilai rata-rata sulfur
dioksida adalah 230.40 ± 32.369 µg/m³.
Konsentrasi Sulfur Dioksida
(µg/m3)
Konsentrasi Sulfur Dioksida
300
225
150
75
0
261,6
250,8 241,40
211,8
14.201.127
257,6
245 230,8
239 230,40
216,53
194,6
173,8
14.202.126
14.202.141
274,4
253,40 270,2
251
234,8
234,6 235,27
201
14.202.185
14.202.162
Nama SPBU
Depan SPBU
Mesin Operator
Belakang SPBU
Rata-rata
Gambar 4.1. Gambaran Konsentrasi Sulfur Dioksida di Setiap SPBU
4.1.4
Hubungan antara Jumlah Kendaraan dengan Konsentrasi Sulfur
Dioksida
Sebagai hasil tambahan, peneliti menilai hubungan antara jumlah
kendaraan yang memasuki SPBU pada saat pengambilan data konsentrasi sulfur
dioksida dengan metode pararosanilin terhadap konsentrasi sulfur dioksida yang
didapat dan disajikan pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Gambaran Jumlah Kendaraan dan Konsentrasi Sulfur Dioksida
SPBU No. 14.201.127
Jumlah
Kendaraan
1.291
Konsentrasi
Sulfur Dioksida
(µg/m3)
241.40 ± 26.197
2
SPBU No. 14.201.126
578
216.53 ± 37.683
3
SPBU No. 14.202.141
1.562
230.40 ± 32.369
4
SPBU No. 14.201.185
1.143
253.40 ± 19.909
5
SPBU No. 14.202.162
1.111
235.27 ± 34.605
Mean Total
1.137
237.03 ± 12.090
No.
SPBU
1
Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi dan T-test antara Konsentrasi Sulfur Dioksida
terhadap Jumlah Kendaraan
Variabel
Hasil Uji Korelasi
Nilai t-test
Konsentrasi Sulfur Dioksida
0.469; p = 0,0001*
23.738; p = 0,0001*
terhadap Jumlah Kendaraan
*p < 0,05
Dari tabel 4.8 diatas didapat untuk uji korelasi dengan uji Pearson didapat
r = 0,469
(p=0,001) dan nilai T-test sebesar t = 23,738 (p = 0,001) dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara konsentrasi sulfur dioksida terhadap
jumlah kendaraan dengan korelasi kuat dan positif yang berarti peningkatan
jumlah kendaraan berhubungan dengan peningkatan konsentrasi sulfur dioksida.
Universitas Sumatera Utara
4.1.5. Gambaran Interpretasi Hasil Spirometri Responden
Terdapat 4 kemungkinan hasil uji spirometri yang dilakukan, yaitu normal,
kelainan obstruksi saja, kelainan restriksi saja, dan kelainan obstruksi disertai
restriksi. Adapun dari hasil interpretasi uji spirometri pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hasil Uji Spirometri
Kategori Hasil Spirometri
Frekuensi
Persentase
Normal
22
37.3 %
Restriksi
33
55.9 %
Obstruksi
0
0%
Restriksi dan Obstruksi
4
6.8 %
Total
59
100%
Dari tabel 4.9 dijumpai bahwa lebih dari setengah responden pada penelitian ini
mengalami kelainan restriksi paru saja sebesar 33 responden (55,9%), dan 4
responden mengalami kelainan paru campuran restriksi dan obstruksi (6,8%).
4.1.6.Gambaran Interpretasi Uji Spirometri Responden Berdasarkan Lama
Kerja
Gambaran hasil uji spirometri responden berdasarkan lama kerja disajikan
dalam Tabel 4.10 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Gambaran Interpretasi Uji Spirometri berdasarkan Lama Kerja
Interpretasi Spirometri
Lama Kerja
Normal Restriksi Obstruksi
(tahun)
Restriksi dan
Saja
Saja
Obstruksi
Total
< 5 tahun
11
17
0
2
30
≥ 5 tahun
11
16
0
2
29
Total
22
33
0
4
59
Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa pada responden dengan lama
kerja dibawah 5 tahun dijumpai 17 responden dengan kelainan paru restriksi saja
dan 2 responden dengan kelainan paru restriksi dan obstruksi. Sedangkan pada
responden dengan lama kerja 5 tahun atau lebih dijumpai 16 responden dengan
kelainan restriksi saja dan 2 responden dengan kelainan paru restriksi dan
obstruksi.
4.1.7 Gambaran Interpretasi Uji Spirometri Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Gambaran interpretasi uji spirometri responden berdasarkan jenis kelamin
disajikan dalam tabel 4.11 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Gambaran Interpretasi Uji Spirometri Berdasarkan Jenis Kelamin
Interpretasi Spirometri
Jenis Kelamin Normal Restriksi Obstruksi
Restriksi +
Total
Obstruksi
Laki-Laki
11
23
0
3
37
Perempuan
11
10
0
1
22
Total
22
33
0
4
59
Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok responden lakilaki terdapat 26 responden dengan kelainan paru atau 70.27% dari total responden
laki-laki. Sedangkan pada kelompok responden perempuan terdapat 11 responden
dengan kelainan paru atau 50% dari total responden perempuan.
4.1.8. Karakteristik Variabel Berdasarkan Lama Kerja
Pada penelitian ini dilakukan penilaian h-CRP dan Uji Spirometri sebagai
variabel dependen dan lama kerja sebagai variabel independen. Adapun
komponen uji spirometri yang dinilai adalah Volume Ekspirasi Paksa 1 detik
(VEP 1 ), Kapasitas Vital Paru (KVP), Rasio VEP 1 dengan KVP (VEP 1 /KVP) dan
Aliran Ekspirasi Paksa 25-75% (AEP 25-75%). Adapun karakteristik variabel
dependen ini adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Karakteristik Variabel Dependen
Variabel
Kelompok Lama
Mean ± SD
Kerja
Konsentrasi Sulfur
< 5 tahun
236,32447 ± 11,019267
Dioksida
≥ 5 tahun
237,75859 ± 13,263173
CRP
< 5 tahun
0,0650490 ± 0,05017814
≥ 5 tahun
0,0606514 ± 0,03822895
< 5 tahun
90,33 ± 11,751
≥ 5 tahun
87,69 ± 14,705
< 5 tahun
86,10 ± 24,273
≥ 5 tahun
77,03 ± 14,705
< 5 tahun
82,90 ± 26,351
≥ 5 tahun
72,38 ± 12,698
< 5 tahun
101,53 ± 41,546
≥ 5 tahun
89,52 ± 25,160
VEP1/KVP
VEP1
KVP
AEP 25-75%
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians sebagai
uji asumsi untuk melakukan uji statistik parametrik. Adapun hasil uji normalitas
dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas varians dengan uji Levene.
Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Lama Kerja
Nilai Uji KS
Nilai p
Konsentrasi
< 5 tahun
0.195
0.005
Sulfur Dioksida
≥ 5 tahun
0.191
0.008
CRP
< 5 tahun
0.184
0.011
≥ 5 tahun
0.128
0.200*
< 5 tahun
0.152
0.073*
≥ 5 tahun
0.089
0.200*
< 5 tahun
0.192
0.006
≥ 5 tahun
0.080
0.200*
< 5 tahun
0.223
0.001
≥ 5 tahun
0.170
0.031
< 5 tahun
0.098
0.200*
≥ 5 tahun
0.138
0.164*
VEP1
KVP
VEP1/KVP
AEP 25-75
*p>0,05; berarti data dinyatakan normal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14. Hasil Uji Homogenitas Varians dengan Uji Levene
Variabel
Nilai Uji Levene
Nilai p
SO 2
2.647
0.109*
h-CRP
1.577
0.214*
VEP 1
2.959
0.091*
KVP
4.267
0.043
VEP1/KVP
1.948
0.168*
AEP 25-75%
5.229
0.026
*p > 0,05; berarti data memenuhi homogenitas varians.
Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov dan Levene diatas, dapat dilihat
bahwa meskipun data memenuhi asumsi homogenitas varians namun data tidak
memenuhi asumsi normalitas sehingga statistik parametrik tidak dapat digunakan.
Maka uji hipotesis pada penelitian ini akan menggunakan uji korelasi dengan uji
statistik Spearman dan Pearson.
Universitas Sumatera Utara
4.1.9. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman.
Berikut adalah hasil uji korelasi Spearman pada penelitian ini.
Tabel 4.15. Hasil Uji Korelasi antara Lama Kerja dengan nilai CRP
dan Uji Spirometri
CRP
VEP 1
KVP
VEP 1 /KVP
AEP 2575%
Lama
Kerja
Nilai
Korelasi
Spearman
Nilai p
*p < 0,05
0,01
- 0,191
- 0,212
- 0,304
- 0,123
0,94
0,147
0,107
0.019*
0,351
Dari Tabel 4.15. diatas dijumpai bahwa lama kerja memiliki korelasi
positif terhadap nilai CRP, yang menunjukkan pada kelompok dengan lama kerja
yang lebih panjang dijumpai nilai CRP yang lebih tinggi. Sedangkan terhadap
nilai uji spirometri lama kerja memiliki korelasi negative yang bermakna ada
adanya penurunan fungsi pernafasan. Uji korelasi ini signifikan untuk parameter
VEP1/KVP dengan p = 0,019. Namun hasil uji korelasi ini tidak signifikan untuk
parameter lain, dengan nilai p = 0,940 untuk CRP; 0,147 untuk VEP1; 0,107
untuk KVP; dan 0,351 untuk AEP 25-75%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16. Hasil Uji Korelasi Pearson Variabel
Variabel
Umur
Kadar
CRP
VEP 1 /KVP
VEP1
KVP
SO 2
Umur
Kadar SO 2
CRP
1
AEP
Jumlah
25-75%
Kendaraan
0.007
0.103
-0.311*
-0.355*
-0.339*
-0.282*
0.110
1
-0.101
0.125
0.255
0.201
0.146
0.469*
1
-0.187
-0.242
-0.219
-0.256
-0.044
1
.0385*
-0.090
0.646*
0.232
1
0.835*
0.816*
0.325*
1
0.486*
0.218
1
0.254
VEP 1 /KVP
VEP 1
KVP
AEP 25-75%
Jumlah Kendaraan
1
* p < 0.05; korelasi dinyatakan signifikan
Pada tabel 4.16. dijumpai terdapat korelasi signifikan antara umur dengan
parameter fungsi paru (VEP 1 /KVP, VEP 1 , KVP, dan AEP 25-75%) dimana
semuanya menunjukkan korelasi yang negatif. Selanjutnya dijumpai korelasi yang
positif dan signifikan antara kadar sulfur dioksida terhadap jumlah kendaraan di
SPBU. Juga dijumpai korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 /KVP terhadap
VEP 1 dan AEP 25-75%, serta korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 dan
KVP, serta antara KVP dan AEP 25-75%.
4.2. Pembahasan
Penelitian ini menguji korelasi antara lama kerja dengan nilai pemeriksaan
CRP dan uji spirometri pada pekerja SPBU di wilayah Medan Amplas. Dari hasil
uji korelasi didapatkan hasil korelasi negatif signifikan antara lama kerja dengan
nilai VEP 1 /KVP, sedangkan untuk nilai hasil CRP dijumpai korelasi positif tidak
signifikan dan untuk hasil VEP 1 , KVP, dan AEP 25-75% dijumpai korelasi positif
tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat dalam penelitian Bhide et al
(2014) yang membandingkan hasil uji spirometri antara kelompok pekerja SPBU
dengan lama kerja diatas 5 tahun, dibawah 5 tahun dan kelompok kontrol. Dalam
penelitiannya
Bhide
menemukan
perbedaan
signifikan
pada
parameter
VEP1 1 /KVP dan AEP 25-75%, sementara pada parameter VEP 1 dan KVP tidak
ditemukan perbedaan yang signifikan.
Sedangkan pada penelitian Chawla (2008) yang melihat hasil uji
spirometri pada pekerja SPBU berdasarkan lama kerja dan paparan merokok,
dijumpai hasil KVP yang menurun signifikan tanpa dipengaruhi efek paparan
merokok, hasil VEP 1 yang menurun signifikan, dan hasil AEP 25-75% yang
menurun signifikan. Hasil ini memiliki tren yang sama dengan penelitian ini,
namun pada penelitian ini korelasi negatif yang dihasilkan tidak signifikan. Hal
ini mungkin terjadi akibat sampel yang terlalu kecil, batasan lama kerja yang
sempit dan tidak adanya kelompok kontrol. Hasil penelitian Chawla juga
menemukan bahwa pada pekerja SPBU dengan lama kerja lebih dari 11 tahun
dijumpai penurunan AEP 25-75% hingga kurang dari 70%. Hal ini menunjukkan
paparan jangka panjang dari sulfur dioksida dapat menyebabkan penurunan di
parameter AEP 25-75%.
Priyadarshini et al (2014) menyebutkan bahwa AEP 25-75% merupakan
indikator terbaik untuk melihat gangguan jalan nafas kecil dan merupakan
prediktor yang baik untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) pada orang
sehat. Hasil penelitian Priyadarshini pada pekerja SPBU menunjukkan penurunan
signifikan pada parameter VEP 1 , KVP, dan AEP 25-75, sedangkan pada
VEP 1 /KVP tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Begum dan
Rathna (2012) yang menemukan penurunan signifikan untuk parameter KVP dan
VEP 1 namun tidak menemukan penurunan yang signifikan untuk parameter
VEP 1 /KVP. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan waktu pengukuran serta
gambaran karakteristik responden, dimana pada penelitian ini secara usia
karakteristik responden relatif muda (mean = 27,42 tahun). Sementara pada
penelitian Choudari et al (2013) ditemukan penurunan signifikan untuk KVP dan
VEP 1 .
Penelitian yang dilakukan oleh Central Pollution Control Board, Ministry
of Environment & Forest Delhi tahun 2012 menunjukkaan adanya hubungan kuat
dan signifikan antara polusi dan particulate matter terhadap penurunan fungsi
paru. Hasil penelitian tersebut menujukkan korelasi sebesar r = 0,74 (p < 0,0005)
terhadap KVP dan r = 0,62 (p < 0,0005) terhadap VEP 1 . Hal ini berbeda dengan
hasil yang didapat dalam penelitian ini meskipun memiliki tren yang sama
mungkin disebabkan oleh fokus polutan dalam penelitian ini hanya sulfur
dioksida, sementara dalam penelitian diatas mengamati seluruh polutan baik
polutan gas maupun particulate matter.
Sementara untuk variabel CRP, dalam penelitian ini didapatkan hasil
korelasi dengan nilai r = 0,01 dengan p = 0,94. Hasil ini menunjukkan korelasi
positif yang kecil dan tidak signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Rückerl et al (2007) dalam studi AIRGENE (Air pollution and
Inflammatory Response in Myorcardial Infarction Survivors: Gene-environment
Interaction in a High-risk Group)yang melihat hubungan antara polutan terhadap
respon inflamasi pada pasien dengan riwayat infark miokardium sebelumnya tidak
Universitas Sumatera Utara
menemukan adanya hubungan antara polutan dengan nilai CRP, namun studi ini
menemukan hubungan antara polutan dengan nilai IL-6 dan fibrinogen.
CRP, IL-6 dan fibrinogen ketiganya merupakan reaktan fase akut, namun
tidak adanya hubungan CRP terhadap polutan mungkin dikarenakan dua faktor
yaitu kadar CRP pada responden dengan usia muda relatif lebih rendah, dan kedua
adanya bias yaitu konsumsi statin pada subjek studi ini, dimana statin memiliki
efek menurunkan CRP. Pada penelitian ini faktor usia mungkin merupakan faktor
utama yang menyebabkan tidak terdapatnya hubungan antara lama kerja terhadap
nilai CRP (Rückerl et al, 2007).
Penelitian Routledge et al tahun 2006 juga menemukan hubungan yang
tidak signifikan antara polutan gas yaitu sulfur dioksida dan karbon dioksida
terhadap reaktan fase akut CRP. Penelitian Routledge merupakan penelitian acak,
double blind, eksperimental pada pasien dengan riwayat angina. Routledge
mengemukakan bahwa alasan tidak terdapatnya hubungan antara polutan gas
dengan parameter inflamasi dalam hal ini CRP adalah bahwa efek inflamasi yang
ada tidak terjadi secara sistemik, dan respon inflamasi yang terjadi bergantung
dari komposisi polutan serta logam transisional yang berada pada emisi kendaraan
atau mesin berbahan bakar fosil. Hal inilah yang mungkin menyebabkan respon
inflamasi tidak terjadi jika sulfur dioksida yang terpapar ke subjek penelitian
merupakan sulfur dioksida murni dan bukan sulfur dioksida yang berasal dari
emisi kendaraan bermotor. Kemungkinan lainnya adalah bahwa efek inflamasi
yang terjadi terjadi di tingkat lokal yaitu jaringan saluran nafas bawah dan tidak
sistemik sehingga pemeriksaan CRP dengan sampel darah tidak menunjukkan
hasil yang lebih tepat. Diharapkan untuk penelitian berikutnya pemeriksaan kadar
Universitas Sumatera Utara
CRP dapat dilakukan dengan sampel jaringan saluran nafas bawah sehingga hasil
yang didapat lebih representatif.
Beberapa keterbatasan dalam studi ini adalah tidak adanya kelompok
control, dan riwayat perokok dari sampel penelitian. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan teknis dalam memperoleh sampel yang selalu terikat kepada jam
tugas , jadwal teknisi dalam melakukan pengukuran emisi serta kendala waktu dan
biaya. Kedua adalah studi ini merupakan studi analitik dengan desain potong
lintang, sehingga studi ini tidak dapat melihat perjalanan perubahan dalam nilai
CRP maupun fungsi paru akibat paparan sulfur dioksida. Penelitian dengan desain
kohort prospektif akan lebih mampu melihat perjalanan paparan faktor resiko
terhadap efek yang dinilai. Ketiga adalah pengukuran emisi sulfur dioksida
dilakukan dalam 10 jam dimana sebaiknya dilakukan pengukuran selama 24 jam
untuk mengurangi bias akibat variasi diurnal. Hal ini disebabkan keterbatasan
teknis alat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini antara lain:
1. Pada pengukuran konsentrasi sulfur dioksida yang dilakukan dengan merataratakan konsentrasi yang didapat antara di depan SPBU, di mesin operator
SPBU dan di belakang SPBU pada lima SPBU di wilayah kerja Medan
Amplas, dijumpai nilai konsentrasi rata-rata sulfur dioksida adalah sebesar
237,03 ± 12,090 µg/m3,
2. Hasil penilaian Protein C-Reaktif (CRP) rata-rata pada pekerja SPBU di
Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 0,0628875 ± 0,04437757
mg/L ,
3. Nilai Volume Ekspirasi Detik Pertama (VEP1) rata-rata pada pekerja SPBU
di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 81,64 ± 20,491 % ,
4. Nilai Kapasitas Vital Paksa (KVP) rata-rata pada pekerja SPBU di
Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 77,73 ± 21,288 % ,
5. Rasio VEP1/KVP rata-rata pada pekerja SPBU di Kecamatan Medan
Amplas Kota Medan adalah 89,03 ± 9,919 % ,
6. Nilai Aliran Ekspirasi Paksa 25-75% (AEP 25-75%) rata-rata pada pekerja
SPBU di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 95,63 ± 34,718 % ,
7. Dijumpai hasil interpretrasi uji spirometri pada pekerja SPBU di Kecamatan
Medan Amplas Kota Medan didapati 22 responden (37,3%) memiliki fungsi
paru normal, 33 responden (55,9%) memiliki gangguan fungsi tipe restriksi
Universitas Sumatera Utara
saja, 4 responden (6,8%) memiliki gangguan fungsi tipe restriksi dan
obstruksi dan tidak dijumpai responden dengan gangguan fungsi tipe
obstruksi saja,
8. Dijumpai korelasi positif namun tidak signifikan antara lama kerja operator
SPBU terhadap nilai CRP,
9. Dijumpai korelasi negatif yang tidak signifikan antara lama kerja operator
SPBU terhadap nilai VEP1, KVP, dan AEP 25-75%,
10. Dijumpai korelasi negatif yang signifikan antara lama kerja operator SPBU
terhadap nilai VEP1/KVP.
11. Terdapat korelasi signifikan antara umur dengan parameter fungsi paru
(VEP 1 /KVP,
VEP 1 ,
KVP,
dan
AEP
25-75%)
dimana
semuanya
menunjukkan korelasi yang negatif.
12. Korelasi yang positif dan signifikan antara kadar sulfur dioksida terhadap
jumlah kendaraan di SPBU.
13. Korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 /KVP terhadap VEP 1 dan AEP
25-75%.
14. Korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 dan KVP, serta antara KVP dan
AEP 25-75%. .
15. Korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 /KVP terhadap VEP 1 dan AEP
25-75%, serta korelasi yang positif signifikan antara VEP 1 dan KVP, serta
antara KVP dan AEP 25-75%.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan setelah melakukan
penelitian ini antara lain:
1. Bagi Hiswana Migas bekerja sama dengan Pertamina dan Dinas Kesehatan
terutama Unit Kesehatan Kerja agar dapat mengimplementasikan hasil
penelitian ini dan mengembangkannya untuk meningkatkan upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, seperti penggunaan alat pelindung diri
berupa masker saat bekerja dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
kepada operator SPBU. Selain itu sebagai fondasi untuk mencegah
gangguan kesehatan pada pekerja SPBU dan meningkatkan kewaspadaan
terhadap gangguan kesehatan akibat polusi udara, khususnya yang berasal
dari emisi kendaraan bermotor.
2. Bagi akademisi untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menambah jumlah sampel penelitian, melakukan penelitian skala besar,
melakukan penelitian dengan desain longitudinal baik eksperimental
maupun cohort, serta melakukan penelitian untuk pencegahan penyakit
paru kerja akibat emisi dengan melakukan upaya pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.
3. Bagi klinisi di bidang kesehatan kerja dan ilmu kesehatan paru untuk dapat
mengembangkan penelitian ini serta mengaplikasikannya kedalam suatu
tatalaksana serta mengupayakan strategi untuk dapat mencegah terjadinya
kelainan paru akibat emisi kendaraan bermotor
4. Bagi pemerintah khususnya Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera
Utara bekerjasama dengan Hiswana Migas dan Pertamina dapat
Universitas Sumatera Utara
melakukan koordinasi khususnya pemantauan kwalitas udara ambien dapat
menggunakan penelitian ini sebagai dasar untuk
menurunkan emisi
kenderaan bermotor melalui peningkatan mutu bahan bakar kenderaan
bermotor serta meningkatkan kwalitas pencegahan timbulnya penyakit
akibat sulfur dioksida di kawasan SPBU dengan penyediaan protektor
terhadap sistem pernafasan pekerja operator di SPBU.
Universitas Sumatera Utara