Pengaruh Media Video dan Permainan Ular Tangga dalam Peningkatan Perilaku Anak Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati Medan tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku
Perilaku manusia bersifat kompleks, dan juga terarah pada bagian tertentu.
Perilaku manusia tidak terlepas dari keberadaan dirinya sebagai makhluk biologis,
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk religious dan sebagainya. Menurut
Skinner, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar) dan kemudian organisme tersebut memberikan respon.
Teori ini disebut dengan teori “SOR” atau Stimulus Organisme Respons. Respon
ini dibedakan menjadi, yaitu :
1. Respondent respon atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Biasanya respon-respon yang
ditimbulkan relative tetap.
2. Operant respon atau instrumental, yaitu respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan tertentu.
Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
dapat memperkuat respon.

11
Universitas Sumatera Utara


12

Maka dari hal tersebut perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap
yang terjadi pada penerima stimulus tersebut.
2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang mudah diamati.
Menurut Bloom seorang ahli psikologi pendidikan dalam Notoatmodjo
(2012), perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni Cognitive
Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga domain ini diukur dari
pengetahuan, sikap dan tindakan.
2.1.1 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil “tahu” yang terjadi pada seseorang setelah
melakukan pengindraan yang terjadi melalui pancaindra manusia seperti
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan dalam hal ini mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mampu mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

13

2. Memahami (comprehension)
Memahami dapat diartikan kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan menginterpretasikan materi
tersebut dengan benar.
3. Aplikasi (aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintetis (synthesis)
Sintesis dapat diartikan kepada suatu kemampuan meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek.
2.1.2 Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara

14

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan sebagai berikut :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan.

2. Merespon (responding)
Memberikan

jawaban

apabila

ditanya,

mengerjakan,

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Mempunyai tanggung jawab atas segala resiko terhadap sesuatu yang
sudah dipilihnya.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan
bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tingkatannya.
Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perunahan sikap merupakan
loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.
2.1.3 Tindakan (Practice)
Tindakan merupakan kelanjutan dari sikap namun sebelum menjadi suatu
tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan
antara lain fasilitas dan faktor dukungan. Tindakan memiliki beberapa tingkatan
yaitu :

Universitas Sumatera Utara

15

1. Respon terpimpin yaitu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar dan sesuai dengan contoh.
2. Mekanisme yaitu apabila seseorang telah melakukan suatu dengan
benar dan otomatis (tanpa paksaan atau perintah dari pihak lain).
3. Adopsi yaitu tindakan sudah berkembang dengan baik dan sudah

termodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2 Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan atau memandirikan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan
lingkungan yang sehat. Promosi mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk
memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). Dalam penyampaian promosi kesehatan agar
mudah diterima oleh sasaran maka diperlukan penggunaan metode dan media
promosi kesehatan.
2.2.1 Metode Promosi Kesehatan
Metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pelaku promosi
kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada sasaran atau
masyarakat. Berdasarkan sasarannya, metode dibagi menjadi:

Universitas Sumatera Utara

16


a. Metode Promosi Kesehatan Individual
Metode ini digunakan apabila sasaran dan promotor kesehatan dapat
berkomunikasi langsung. Metode ini sangat baik digunakan dan efektif
karena respon langsung didapatkan oleh keduanya. Metode ini lebih
dikenal dengan metode “councelling”.
b. Metode Promosi Kesehatan Kelompok
Metode ini digunakan untuk sasaran kelompok. Kelompok dibagi
menjadi dua yaitu kelompok kecil (6–15 orang) dan kelompok besar
(>15-50 orang). Oleh karena itu metode ini juga dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Metode untuk kelompok kecil yaitu diskusi kelompok, metode
curah pendapat, bola salju, bermain peran, metode permainan
simulasi, dan sebagainya,
2. Metode untuk kelompok besar yaitu ceramah yang dapat diikuti
dengan tanya jawab, seminar, loka karya, dan sebagainya.
2.2.2 Media Promosi Kesehatan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa
atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.

Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesanpesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran
dapat mempelajari pesan tersebut sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku
yang positif.

Universitas Sumatera Utara

17

Media yang diketahui dapat berupa media cetak (leaflet, brosur, lembar balik,
poster,dan lain-lain.) dan media elektronik (televisi dan radio). Seiring
berkembangnya zaman, teknologi semakin canggih, media dapat dikombinasikan
antara yang satu dengan lainnya (multimedia). Media dapat dibuat melalui
software komputer dan kemudian dicetak atau dapat ditampilkan dalam bentuk
gambar dan video (Notoatmodjo, 2010).
2.2.3 Tujuan Media Promosi Kesehatan
Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di
dalam pelaksanaan promosi kesehatan antara lain:
a. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir.
Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat
bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan

dapat dihindari.
b. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah
ditangkap.
c. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
d. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang
dianjurkan.

Universitas Sumatera Utara

18

2.2.4 Jenis Media Promosi Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2012) pada garis besarnya hanya terdapat tiga
macam media, yaitu :
1. Alat bantu lihat (visual aids) yang membantu menstimulasi indra
mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses penerimaan
pesan. Alat ini ada dua bentuk :
a. Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan

sebagainya.
b. Alat-alat yang tidak diproyeksikan : gambar peta, bagan, bola
dunia, boneka,dan lain-lain.
2. Alat

bantu

dengar

(audio

aids),

yang

digunakan

untuk

menstimulasi indra pendengaran pada saat proses pengajaran.

Misalnya radio, pita suara, kepingan CD, dan lain-lain.
3. Alat bantu lihat-dengar, seperti televisi, video cassette, DVD.
2.2.4.1 Media Video
Media video merupakan bagian dari media audio visual. Pengertian media
video menurut Munadi dalam Utari (2015) adalah teknologi pemrosesan sinyal
elektronik meliputi gambar gerak dan suara. Sedangkan menurut Sachary dalam
Utari (2015) video adalah gambar yang bergerak disertai dengan unsur suara dan
dapat ditayangkan melalui medium Video Compact Disk (VCD).
Menurut Notoatmodjo sebagai salah satu media elektronika maka video memiliki
beberapa kelebihan yaitu :

Universitas Sumatera Utara

19

1. Sudah dikenal masyarakat
2. Mengikutsertakan semua panca indra
3. Lebih mudah dipahami
4. Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
5. Bertatap muka
6. Penyajian dapat dikendalikan
7. Jangkauan relatif lebih besar
8. Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
Adapun kelemahannya adalah sebagai berikut :
1. Biaya lebih tinggi
2. Sedikit rumit
3. Perlu listrik
4. Perlu alat canggih untuk produksinya
5. Perlu persiapan matang
6. Peralatan selalu berkembang dan berubah
7. Perlu keterampilan penyimpanan
8. Perlu terampil dalam pengoperasian.
2.2.4.2 Media Permainan Ular Tangga
Menurut sejarah yang ada permainan ini popular pertama kali di India
dengan nama MOKSHA PATAMU yang ditemukan oleh Guru spiritual Hindu .
Permainan ini disebut Leela dan mencerminkan kesadaran Hindu di sekitar
kehidupan sehari-hari. Nama lainnya adalah "Tangga Keselamatan" yang lalu
dibawa ke Victoria Inggris di mana versi barunya telah dibuat dan diperkenalkan

Universitas Sumatera Utara

20

oleh John Jacques di tahun 1892. Lalu Masuk ke Amerika oleh seorang pembuat
mainan bernama Milton Bradley di tahun 1943 yang lalu diberi nama Snakes n
Ladder yang artinya "Ular Tangga" ( Anonim dalam Yandri, 2015). Permainan
ular tangga adalah permainan dengan adanya interaksi antar pemain satu sama
lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula.
Para pemain meletakkan bidak pada papan permainan ular tangga yang
bertuliskan “Start” selanjutnya tiap pemain akan mengocok dadu untuk
menentukan jumlah langkah yang akan diambil. Pemenang permainan adalah
yang mampu mencapai kotak “Finish” terlebih dahulu.
Permainan ular tangga merupakan jenis media visual aids. Permainan ular
tangga merupakan alat bermain yang bersifat edukatif sehingga membuat anakanak senang bermain sekaligus dapat mengembangkan kemampuan mengasah
logika dan meningkatkan keterampilan juga melatih anak untuk berkonsentrasi,
teliti dan sabar menunggu giliran (Anonim dalam Yandri, 2015). Melalui
permainan ular tangga dapat membuat anak-anak meyakini bahwa belajar itu hal
yang menyenangkan tidak membosankan dan kemampuan perkembangan anak
dapat berkembang dengan baik.
Model pembelajaran dengan menggunakan metode permainan dengan
media papan ular tangga mempunyai beberapa keunggulan, yang diantaranya
yaitu:
1. Dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
2. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual
maupun kelompok.

Universitas Sumatera Utara

21

3. Dapat mengembangkan kreativitas.
4. Kemandirian siswa menciptakan komunikasi timbal balik.
5. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
6. Struktur kognisi yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses belajar
bermakna akan stabil.
7. Tersusun secara relevan sehingga mudah diingat.
Adapun kelemahan dari model ular tangga ini adalah :
1. Tidak menstimulir efek suara dan gerak
2. Mudah rusak seperti terlipat ataupun basah.

2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2.3.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya (Kementerian Kesehatan RI, 2011). PHBS dapat diartikan pula
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan sesorang, keluarga,kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. Hidup bersih dan sehat sendiri merupakan
suatu hal yang seharusnya memang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh
masyarakat sebagai salah satu cara menjaga kesehatannya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur mengenai upaya peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam perilaku hidup bersih dan sehat ada

Universitas Sumatera Utara

22

beberapa indikator yang harus diikuti untuk memenuhi kriteria perilaku hidup
bersih dan sehat yang baik. Beberapa indikator tersebut adalah persalinan oleh
tenaga kesehatan,
melakukan penimbangan bayi dan balita, memberikan ASI Eksklusif, mencuci
tangan dengan sabun dan air bersih, memakai jamban sehat, melakukan aktivitas
fisik setiap hari, konsumsi buah dan sayur setiap hari, tidak merokok dalam
rumah, penggunaan air bersih, dan memberantas jentik nyamuk.
2.3.2 Cuci Tangan Pakai Sabun
Mencuci tangan adalah perlakuan kepada tangan menggunakan air yang
bertujuan untuk mengurangi flora transien tanpa mempengaruhi flora residen pada
kulit. Penggunaan sabun dan/atau deterjen yang mengandung agen antiseptik dapat
digunakan untuk membantu efektifitas mencuci tangan. (Madappa dalam Akim,
2013).

Sabun digunakan karena mengandung zat antiseptic yang dapat
membunuh kumat penyakit. Berbagai kuman penyakit berbahaya dapat mati
dengan kandungan antiseptic yang terdapat di dalam sabun.
Sehingga mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai
sabun dapat diartikan juga sebagai mencuci tangan dengan air bersih yang
mengalir membersihkan kotoran dan kuman-kuman, sabun dapat membersihkan
kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih
tertinggal di tangan. Air kotor juga banyak mengandung kuman dan bakteri
penyebab penyakit antara lain, mencret/diare, cacingan, typhus, flu burung, dan
lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

23

a. Tujuan Cuci Tangan
Menurut Susiati dalam Sari (2013), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu
untuk mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi
silang (cross infection), menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien
dari infeksi, memberikan perasaan segar dan bersih. Selain itu tangan yang
bersih dapat mencegah penularan penyakit seperti Diare, ISPA, Kolera
disentri, typus, kecacingan, penyakit kulit, flu burung,dan lain-lain.
Dengan mencuci tangan, maka tangan akan menjadi bersih dan bebas dari
kuman (Proverawati, 2012).
b. Indikasi Waktu Mencuci Tangan
Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2014)
adalah:
1. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang,
berkebun, dan lain-lain)
2. Setelah BAB (buang air besar)
3. Sebelum memegang makanan
4. Setelah bersin, batuk, membuang ingus
5. Setelah pulang dari berpergian
6. Setelah bermain

Universitas Sumatera Utara

24

c. Teknik Mencuci Tangan Yang Efektif
Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan
40- 60 detik. Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar menurut
anjuran Kemenkes RI (2014) yaitu sebagai berikut :
1. Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir,
2. Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu
gosok kedua punggung tangan, sela-sela jari,
3. Bersihkan buku-buku jari, kuku jari, dan kedua jempol
4. Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan
sampai pergelangan tangan sampai sisa sabun hilang,
5. Keringkan kedua tangan dengan kain, handuk bersih, atau kertas
tisu, atau mengibas- ibaskan kedua tangan sampai kering.

2.4
Anak Usia Dini
2.4.1 Pengertian Anak Usia Dini
Pada abad pertengahan, muncul anggapan bahwa anak adalah orang
dewasa dalam bentuk mini sehingga diperlakukan seperti orang dewasa, namun
pada abad ketujuh belas atau kedelapan belas munculah pemikiran bahwa masa
kanak-kanak merupakan periode awal perkembangan yang special karena
memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan, serta fisik yang khas.
Anak usia dini sendiri dapat diartikan sebagai usia dimana setelah
kelahiran sampai dengan usia sekitar 6 tahun (0-6 tahun). Pada usia tersebut
banyak terjadi perubahan seperti muncul refleks yang merupakan dasar kepekaan
terhadap stimilus, munculnya celotehan,dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

25

Anak akan mulai terlihat perkembangannya menjadi individu yang
sempurna di mulai sejak usia 3 tahun. Pada usia ini anak mulai mengenal hal-hal
yang perlu dipelajarinya untuk menjadi dasar perilakunya hingga dewasa.
Menurut psikologi anak usia dini, anak yang berusia 3-4 tahun berada pada masa
Oedipus Complex yakni sindrom yang ditandai dengan keinginan anak untuk
menggantikan orang tua yang berjenis kelamin sama untuk memperoleh perhatian
dan kasih sayang dari orang tua berjenis kelamin berbeda. Sedangkan pada usia 56 tahun, tumbuh superego yang menekan id agar tidak muncul kedalam perilaku.
Hal ini dapat mempengaruhi anak dikemudian hari, contohnya anak yang berasal
dari keluarga yang sangat menghargai kebersihan dapat berulang kali mengganti
pakaiannya karena tidak suka kotor (Pratisti, 2008).
2.4.2 Pendidikan Anak usia Dini
Kehidupan pada masa anak dengan berbagai pengaruhnya adalah masa
kehidupan yang sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya
rangsangan dan perlakuan dari lingkungan hidupnya. Berdasarkan hasil penelitian
Keith Osborn, Burton L.White, dan Benyamin S. Bloom (1993) mengemukakan
bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal
kehidupan anak. Sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi
ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8
tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua (Mutiah,
2010).
Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting dilakukan karena dalam
pendidikan tersebut merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia

Universitas Sumatera Utara

26

sebagai dasar budi pekerti luhur, kepandaian, dan keterampilan (Mutiah, 2010).
Adapun beberapa pendekatan mengenai proses pendidikan pada anak usia dini
adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan Environmetalis
Pendekatan ini menyatakan bahwa unsur lingkungan lebih berperan
dalam perkembangan manusia. Hal ini dikemukakan oleh John
Locke, menurutnya hal yang mendasari proses pendidikan dalah
tercapainya kendali diri dan untuk memperoleh kendali diri
tersebut terdapat beberapa hal yang memeberikan andil, yaitu :
1. Kendali diri dapat dilatih bila anak dalam kondisi sehat
2. Pemberian

reward dan punishment

(hadiah dan

hukuman)
3. Pengenalan aturan yang baik
4. Setiap anak memiliki karakteristik individual.
b. Pendekatan Hereditas
Pendekatan ini lebih menekankan pendidikan dengan faktor
kematangan individu. Bila sistem syaraf

pusat, otot-otot, serta

tulang sudah matang maka anak akan mampu melakukan tugastugas perkembangannya. Anak akan mengembangkan sendiri
dirinya sesuai dengan tingkat kematangan yang dimilikinya.
Pendidikan ini memungkinkan beberapa anak dengan usia yang
berbeda berada dalam satu ruang. Adapun jenis pendidikan yang

Universitas Sumatera Utara

27

sesuai dengan pendidikan ini adalah pendidikan system Rousseau,
pendidikan system Montessori, dan pendidikan interaksionios.
2.4.3 Mengoptimalkan Cara Belajar Anak Usia Dini
Anak usia dini sangat erat kaitannya dengan bermain. Bermain adalah
kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, selain
itu bermain merupakan media yang digunakan anak untuk belajar. Pengalaman
bermain yang menyenangan dengan bahan-bahan, benda, anak lain, dan dukungan
orang dewasa membantu anak-anak berkembang secara optimal. Menurut para
ahli bermain bagi anak merupakan eksplorasi, eksperiment, imitation, dan
adaptasi. Plato, Aristoteles dan Frobel menganggap bermain sebagai kegiatan
kegiatan yang mempunyai nilai praktis.bermain digunakan sebagai media untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak (Mutiah, 2010).
Berikut adalah teori-teori Modern tentang bermain. Dalam teori modern dibahas
mengenai manfaat bermain bagi perkembangan anak.
Tabel 2.1 Teori Modern Bermain Bagi Anak
Peran Bermain dalam Perkembangan
Teori
anak


Mengatasi pengalaman traumatic,

Psikoanalitik
copying terhadap frustasi


Mempraktikan
konsolidasi

dan

melakukan

konsep-konsep

serta

Kognitif-Piaget
keterampilan yang telah dipelajari
sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

28


Kognitif-Vigotsky

Memajukan berpikir abstrak; belajar
dalam kaitan ZPD; pengaturan diri.



Memunculkan fleksibilitas perilaku

Kognitif-Bruner/Sutton-Smith
dan berpikir; imajinasi dan narasi


Mengatur kecepatan stimulasi dari

Singer
dalam dan dari luar

Arousal Modulation

Tetap membuat anak terjaga pada
tingkat optimal dengan menambah
stimilasi


Bateson

Memajukan

kemampuan

memahami

berbagai

untuk

tingkatan

makna
Sumber : Psikologi Bermain Anak Usia Dini

a. Fungsi Bermain bagi Anak Usia Dini
Permainan atau bermain bagi anak memiliki arti dan makna tersendiri
antara lain :
1. Bermain sebagai sarana mensosialisasikan diri yang akan membawa
anak kealam masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
2. Bermain sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dan potensi
anak.

Universitas Sumatera Utara

29

3. Bermain dapat membantu anak menunjukkan bakat, fantasi, dan
kecenderungannya.
4. Bermain dapat membantu anak mempelajari berbagai macam emosi
seperti senang, marah,tegang, dan mungkin kecewa.
5. Permainan merupakan alat pendidikan karena memberikan rasa
kepuasaan, kegembiraan, dan kebahagiaan.
6. Permainan memberikan kesempatan pelatihan dan mengenal aturanaturan, mematuhi norma-norma, berlaku jujur, setia, dan sebagainya.
7. Bermain dapat membantu anak mengembangkan sensoris motoris
anakyang penting untuk perkembangan otot-ototnya dan energy yang
ada.
b. Jenis-jenis Permainan
Terdapat beberapa jenis permainan yaitu sebagai berikut:
1. Main Peran
Main peran disebut juga dengan main simbolis atau pura-pura, fantasi,
drama, hal ini sangat penting bagi perkembangan kognisi, sosial, dan
emosi anak pada usia 3-6 tahun. Main peran dibagi menjadi dua :
a) Makro, yaitu anak berada dalam peran yang sesungguhnya dan
sudah mengenali peran tersebut. cara ini akan mengajarkan
mereka

keterampilan praakdemis

seperti mendengarkan,

menyelesaikan masalh, dan kerja sama dengan orang lain.

Universitas Sumatera Utara

30

b) Mikro, anak memegang dan menggerak-gerakkan benda-benda
untuk

menyusun

sebuah

cerita.

Anak

belajar

untuk

menghubungkan dan megambil sudut pandang dari orang lain.
2. Main Pembangunan
Main pembangunan membantu anak mengembangkan keterampilan
yang mendukung tugas-tugasnya. Bahan main pembangunan ini dapat
bersifat cair/ bahan alam seperti air, pasir, cat, lumpur, pulpen, pensil
dan apapun yang diinginkan oleh anak.
Bahan pembangunan yang terstruktur seperti balok unit, balok
berongga, puzzle, dan balok bewarna, board games (monopoli, ular
tangga, dan lain-lain).

2.5 Landasan Teori
Promosi kesehatan dilakukan untuk membentuk perilaku kesehatan baru yang
lebih baik dari sebelumnya untuk dapat menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat atau sasaran. Salah satu teori tentang perubahan perilaku
adalah teori stimulus organisme atau SOR menurut Skinner, perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) dan
kemudian organisme tersebut memberikan respon. Selanjutnya teori ini
mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang)
yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Menurut Hosland
(1953) dalam Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada
hakikatnya sama dengan proses belajar. Proses belajar pada individu terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara

31

a. Stimulus atau rangsangan yang diberikan kepada organisme dapat
diterima dan ditolak. Apabila terjadi penerimaan maka stimulus
dikatak efektif dan begitu juga sebaliknya.
b. Apabila stimulus diterima maka stimulus tersebut akan dilanjutkan
kepada proses berikutnya.
c. Setelah itu stimulus diubah menjadi bentuk kesediaan untuk
bertindak (bersikap)
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas dan lingkungan maka stimulus
tersebut

mempunyai efek

tindakan dari individu tersebut

(perubahan perilaku).
Proses perubahan perilaku berdasarkan teori SOR dapat digambarkan
sebagai berikut :
Organisme
Stimulus

-

Perhatian
Pengertian
penerimaan

Reaksi (perubahan sikap)

Reaksi (perubahan praktik)
Gambar 2.1 Teori SOR

Universitas Sumatera Utara

32

2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori perubahan perilaku SOR maka kerangka konsep penelitian
ini adalah sebagai berikut :

Stimulus

Organisme

Media Video dan Ular Tangga
Mengenai CTPS

Anak Usia Dini

Reaksi
Perubahan Perilaku
Mengenai CTPS :
-

Pengetahuan
Sikap
Tindakan

Gambar 2.2 Kerangka konsep

Universitas Sumatera Utara

33

Pendidikan CTPS pada anak usia dini akan disampaikan dengan media
video dan permainan ular tangga yang sudah dimodifikasi dianggap sebagai
stimulus yang diberikan. Materi yang akan diberikan adalah hal-hal terkait dengan
materi umum CTPS. Konsep dari video yang akan diberikan adalah video-video
yang berkaitan dengan CTPS. Konsep dari permainan ular tangga ini sendiri
adalah permainan yang terdiri dari kotak-kotak yang akan menggambarkan
beberapa hal yang berkaitan dengan CTPS dan akibat yang ditimbulkan dari
CTPS itu sendiri. Anak usia dini menjadi organisme yang diberikan rangsangan,
lalu respon yang akan dilihat adalah bagaimana pengaruh media yang digunakan
dalam mempengaruhi perilaku anak usia dini yang diberikan stimulus
(Pengetahuan, sikap, dan tindakan).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Media Video dan Permainan Ular Tangga dalam Peningkatan Perilaku Anak Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati Medan tahun 2017

0 2 19

Pengaruh Media Video dan Permainan Ular Tangga dalam Peningkatan Perilaku Anak Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati Medan tahun 2017

0 0 2

Pengaruh Media Video dan Permainan Ular Tangga dalam Peningkatan Perilaku Anak Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati Medan tahun 2017

0 2 10

Pengaruh Media Video dan Permainan Ular Tangga dalam Peningkatan Perilaku Anak Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati Medan tahun 2017 Chapter III VI

0 0 75

Pengaruh Media Video dan Permainan Ular Tangga dalam Peningkatan Perilaku Anak Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati Medan tahun 2017

3 10 4

Pengaruh Media Video dan Permainan Ular Tangga dalam Peningkatan Perilaku Anak Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati Medan tahun 2017

0 1 51

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO DAN BERNYANYI TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA TK PKK INDRIARINI YOGYAKARTA

1 7 6

Faktor Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di SMP

0 0 8

PENGARUH CERITA BERGAMBAR TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DI TK PERTIWI 55 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Cerita Bergambar terhadap Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Pertiwi 55 Kasihan Bantul Yogyakarta

0 0 17

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) ANAK DI TK ABA SILIRAN I KARANGSEWU GALUR KULON PROGO NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAK

0 2 11