Identifikasi Karakteristik Morfologi Tanaman Kesemek (Diospyros kaki Thunb.) Pada Beberapa Daerah di Kabupaten Tanah Karo Sumatera Utara

5

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kesemek
Menurut Steenis (2008), tanaman kesemek diklasifikasikan menjadi
Kingdom : Plantae ; Divisio : Spermatophyta ; Sub Divisio : Angiospermae ;
Kelas : Dicotyledoneae ; Ordo : Ebenales ; Famili : Ebenaceae

; Genus :

Diospyros ; Spesies : Diospyros kaki, Thunb. Tanaman tersebut termasuk kedalam
golongan tanaman perdu.
Akar tanaman kesemek merupakan akar tunggang. akarnya agak terang
keputih-putihan. Sistem perakarannya menghujam jauh ke dalam tanah. Tanaman
kesemek biasa diperbanyak dengan menggunakan tunas akar. Tunas akar/anakan
bersemi pada awal musim hujan. Tanaman mulai berbuah pada umur 7-12 tahun
dari tunas akar (Mohlenbrock, 2005).
Kesemek adalah tanaman berbentuk pohon, bercabang namun kadangkadang ada yang bertangkai tunggal, dan biasanya ujung batang bulat dan cukup
terbuka, tegak atau semi tegak, namun ada juga yang bengkok. Diameter batang
kecil, dengan tinggi mencapai 4,5-6 m. Cabang agak rapuh dan bisa rusak bila
terkena angin kencang (Orwa, et al., 2009).

Daun kesemek berbentuk bulat telur, dengan permukaan daun berlilin,
bagian bawah daun terasa kasar. Warna permukaan atas daun hijau dan bagian
bawah lebih muda. Daun kesemek termasuk tebal, namun jika dipetik akan mudah
layu atau kering. Panjang daun kesemek 14,5-18 cm dan lebar 11-14 cm. Dengan
ukuran panjang dan lebar yang tidak terlalu berbeda maka daun cenderung
berbentuk bulat telur. Sifat kesemek yang merupakan ciri khasnya adalah daun
gugur setelah berbuah. Hal ini merupakan sifat penting dari tanaman kesemek

Universitas Sumatera Utara

6

untuk dapat bertahan hidup selama musim kemarau, guna mengurangi penguapan
(Baswarsiati, et al., 2006).
Bunga berbentuk lonceng, mencolok dikelilingi oleh kaliks berwarna
hijau, Berada pada ketiak daun, perbungaan terjadi setiap satu tahun sekali. Bunga
jantan dan Bunga betina berada pada pohon yang berbeda. Bunga betina
bergerombol, mahkota berwarna krem, biasanya berjumlah 4, dengan panjang
kaliks 2 cm. Sedangkan bunga jantan berwarna merah muda kebiruan. Umumnya,
1-5 bunga per ranting muncul pada setiap musim baru (Mohlenbrock, 2005).

Buah berbentuk bulat dengan pinggir seperti berbatas, bagian pangkal
buah datar dan tampak kelopak buah yang jelas pada ujungnya. Warna buah muda
hijau kekuningan dan setelah matang menjadi merah jingga hingga merah
menarik. Hampir semua bagian buah bisa dimakan kecuali biji dan
kelopaknya. Ukuran buah yang lazim ditemukan di Indonesia berdiameter 6-7 cm.
Sedangkan ukuran buah kesemek yang ada di pasar global cukup bervariasi, ada
yang berdiamater hingga 10 cm Daging buah tebal dan rasanya manis bila masak
optimal dan rasa kelat dapat dihilangkan dengan mencelupkan buah ke dalam air
kapur. Buah yang telah tua di pohon tidak dapat segera dimakan. Petani atau
pedagang biasanya merendam buah kesemek dalam air kapur 3-5% lebih dari 48
jam untuk menghilangkan rasa asam dan kelat (Baswarsiati, et al., 2006).
Bakal buahnya terletak di atas (superus) dengan 2 - 5 ruang, tiap ruang
terdapat 1 - 2 bakal biji. Benih tanaman kesemek pipih atau datar, berbentuk
lonjong dan berwarna coklat, dengan panjang 2 cm. Pada setiap buah kesemek
terdapat 1-8 biji. Namun perbanyakan menggunakan biji jarang dilakukan karena
produksi yang lama (Orwa, et al., 2009).

Universitas Sumatera Utara

7


Syarat Tumbuh
Iklim
kesemek cocok untuk wilayah dengan iklim subtropis dengan suhu rendah
sampai sedang. Tanaman ini mungkin tumbuh di dataran rendah tropis namun
biasanya tidak menghasilkan buah. Di Brazil, tanaman kesemek ini dianggap
cocok untuk semua wilayah yang dapat di tanami jeruk, tetapi untuk tanaman
kesemek pada wilayah dengan suhu terendah menginduksi hasil tertinggi.
Atmosfer yang dibutuhkan berkisar dari semi kering sampai pada tingkat
kelembaban tinggi (Orwa, et al., 2009).
Kesemek potensial dikembangkan pada wilayah dengan elevasi >700 m
dpl, rejim suhu sejuk (isotermik), dan rejim kelembaban agak kering. Rejim
kelembaban agak kering adalah bila jumlah bulan kering berkisar antara 4-7 bulan
dalam satu tahun. Fisiografi lereng bawah volkan, kecuraman lereng >8-15,
dengan budi daya umumnya dalam sistem wanatani/budi daya lorong di mana
kesemek dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pokok (Saraswati, et al., 2000).
Tanah
Tanaman kesemek dapat toleran terhadap berbagai jenis tanah, asalkan
tanah tersebut tidak begitu tinggi kadar salinitasnya. Tanah yang memiliki unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman kesemek, berdrainase baik dan memiliki sifat

fisik berlempung. Kisaran pH tanah yang baik ditanami oleh tanaman kesemek
adalah 5,5-6,5 (Orwa, et al., 2009).
Kesemek membutuhkan tanah gembur, mudah meresapkan air yang
berlebihan tetapi juga mampu menahan air, seperti jenis tanah Andosol. Kesemek
dapat tumbuh di dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1000-1500 m dari

Universitas Sumatera Utara

8

permukaan laut dan suhu rata-rata harian 18-27oC, termasuk ke dalam rejim suhu
sejuk dan kelembaban agak kering (Baswarsiati, et al., 2006).
Karakteristik Kesemek dan Penyebarannya
Kesemek (Diospyros kaki Thunb.) termasuk keluarga ebenaceae,
dibudidayakan didaerah yang luas, seperti di Asia Timur, Spanyol, Israel dan
Indonesia. Dilaporkan pada daun kesemek mengandung flavonoid, oligomers,
tanin, asam organik, klorofil dan phenol yang berkhasiat sebagai antioksidan
(Isnindar, et al., 2011).
Kesemek (Diospyros kaki) adalah tanaman hexaploid dengan jumlah
kromosom 90 (2n = 6x, x = 15). D. kaki berbunga pada bulan maret, namun

kadang dapat berbeda bila ditanam pada iklim tropis.

Biasanya umur

perbungaaan betina maupun jantan sama. Bunga jantan dan betina terletak pada
pohon yang berbeda ( namun ada beberapa pohon memiliki keduanya, bunga
jantan dan betina (berumah satu). Pada tanaman dengan bunga jantan , sesekali
terdapat bunga sempurna (biseksual) , menghasilkan buah atipikal. Seks ekspresi
dapat bervariasi dari tahun ke tahun. Banyak kultivar yang parthenocarpic. Ketika
tanaman diserbuki, mereka akan menghasilkan buah dengan biji dan mungkin
lebih besar dan memiliki rasa yang berbeda dari buah kesemek tanpa biji. Banyak
kultivar mulai produksi 3 – 4 tahun setelah tanam, namun biasanya setelah 5-6
tahun. Pemanenan berlangsung pada musim gugur dan awal musim dingin
(Sugiura et al., 2000 ; Orwa, et al., 2009).
Kesemek berasal dari Cina dan Jepang, banyak dijumpai di daerah
subtropis dan dataran tinggi daerah tropis. Dari negeri asalnya, tanaman buah ini
diintroduksikan ke berbagai negara pada awal abad 19 atau sekitar tahun 1800-an,
antara lain ke Korea dan Jepang bahkan sampai ke negara Itali, Israel, Amerika

Universitas Sumatera Utara


9

Serikat (California) dan Brazil. Di daerah tropik, kesemek umumnya dijumpai
pada ketinggian di atas 1000 m dpl. Di Jawa, tanaman ini tumbuh baik pada
ketinggian 1000-1500 m dpl dengan curah hujan tinggi. Di dataran rendah,
kesemek tidak bisa berbunga atau berbuah, kecuali kesemek hutan (D. hassellii)
yang biasa tumbuh di dataran rendah. Di Indonesia, kesemek banyak dijumpai di
Brastagi dan Toba Sumatera Utara, Garut dan Ciloto Jawa Barat, Magetan,
Malang dan Batu Jawa Timur (Baswarsiati, et al., 2006).
Buah kesemek dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe (kategori) umum,
yaitu tipe Astrinjen (Astringent Variety) dan Nonastrinjen (Nonastringent
Variety). Tipe Astrinjen, adalah tipe buah yang tidak dapat langsung dikonsumsi
karena terdapat kandungan tannin yang tinggi yang dicirikan dengan rasa kesat.
Untuk dapat dikonsumsi langsung dalam bentuk buah segar, buah tipe Astrinjen
ini

memerlukan

perlakuan


pemeraman

dan

perlakuan

lainnya

(Ishaq dan Mochamad, 2012).
Berdasarkan beberapa sifat morfologi pembeda diketahui bahwa, terdapat
dua kultivar tanaman kesemek yang berkembang di daerah Garut Jawa Barat,
yakni Kultivar Reundeu dan Kapas (berdasarkan sebutan daerah setempat).
Kultivar “Reundeu” disebut kultivar “Eureka”, sedangkan kultivar “Kapas”
disebut juga kultivar “Hachiya”. Karakteristik kultivar Reundeu atau Eureka,
antara lain: umumnya memiliki bentuk buah sedang-besar dengan bentuk persegi,
terdapat kerutan di sekitar kaliks/pangkal buah, warna kulit buah oranye, tekstur
daging buah agak padat dan kering, warna daging buah kuning-oranye, fase
pemasakan buah agak lama dibandingkan dengan kultivar Kapas atau Hachiya,
pertumbuhan tanaman lambat, daun gugur


hampir sekaligus/serentak.

Karakteristik kultivar Kapas atau Hachiya antara lain: umumnya memiliki ukuran

Universitas Sumatera Utara

10

buah besar dengan bentuk conical, kulit buah halus dan mengkilap berwarna
oranye-tua sampai merah, warna daging buah kuning-tua, tekstur daging buah
lunak (basah), rasa lebih manis dari kultivar Reundeu atau Eureka (Ishaq dan
Mochamad, 2012 ; Stein et al., 2013).
Terdapat 2000 kultivar buah kesemek di china, dan 800 jenis kesemek di
jepang namun yang benar – benar sangat penting dan sering dijadikan bahan
tanam kurang dari 100 jenis. Yaitu 1. Kesemek Varietas Sepat (Astringent
Varietes) yaitu Eureka banyak di jumpai di Florida dan Texas, Hachiya
dikembangkan di California, India, dan Amerika Selatan, Honan Red, Saijo,
Tamopa varietas ini di California , Cina dan Jepang, dikatakan tidak berasa sepat,
Tanenashi di Amerika Selatan ditanam tanpa polinasi, Triumph. 2. Kesemek

Varietas Tidak Sepat (Nonastringent Varieties) yaitu, Fuyu (Fuyugaki) Sangat
terkenal di Jepang dan Florida, Gosho/Giant Fuyu/O Gosho, Imoto Sangat
terkenal di California dan diduga merupakan mutasi varietas dari jiro, Izu, Jiro
Cocok

ditanam

di

daerah

panas

dan

umbuh

subur

di


Florida,

Maikawajiro, Okugosho dan Suruga. Belakangan ini diteliti bahwa ada dua
factor berbeda yang mempengaruhi astringency yaitu derajat penyerbukan dan
jumlah etanol yang dihasilkan dalam biji terakumulasi dalam daging (Yakushigi
dan Akira, 2007).
Kebanyakan kesemek, dengan pengecualian dari „Eureka‟, menghasilkan
buah tanpa biji. Buah pada kultivar eureka cenderung memiliki daya tarik mata
lebih baik dan unggul, karena dihasilkan dari penyerbukan silang, varietas ini
sering ditandai dengan daging buah yang berwarna lebih gelap. Vrietas „Eureka‟
dan „Fuyu„akan menyerbuki varietas lainnya, maka akan lebih baik untuk tidak

Universitas Sumatera Utara

11

menanam kedua varietas ini dengan varietas lain yang ingin anda jadikan buah
tanpa biji (Stein, et al., 2013).


Manfaat Tanaman Kesemek
Kesemek merupakan keluarga ebenaceae. Pada pengobatan tradisonal
tanaman kesemek banyak digunakan untuk berbagai pengobatan seperti
menurunkan tekanan darah, efek diuretik, batuk dan juga mengurangi penyakit
degeneratif. Selain itu juga dilaporkan pada buah dan biji buah memiliki aktivitas
sebagai antioksidan. Tambahan untuk nilai nutrisi buah kesemek mengandung
kalsium, potasium, dan vitamin C, Karakter terbanyak dari kandungan buah
kesemek adalah tanin yang mana akan menghilang ketika buah masak. Buah
kesemek juga berfungsi sebagai astringen karena mengandung tanin, selain itu
juga

kaya

akan

phenol

yang

berkhasiat

sebagai

antioksidan

(Fukai, et al., 2009 ; Isnindar, et al., 2011).
Beberapa kegunaan (khasiat) dari buah kesemek yang biasa dimanfaatkan
masyarakat, adalah: (1) Daun: digunakan juga sebagai obat sakit perut (buangbuang air), penggunaannya dengan cara dikunyah beberapa saat dan kemudian
ditelan; (2) Tangkai buah (Cupat): dipercaya dapat digunakan sebagai obat
penurun panas dan meredakan demam, dengan cara: tangkai buah berikut
seludangnya (kaliks) diambil (dipisahkan) dari daging buah, lalu dikeringkan,
setelah kering direndam dalam air panas, tunggu hingga air rendaman menjadi
hangat dan diminumkan kepada penderita; dan (3) Daging buah: selain
mengandung vitamin A, juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati keracunan
makanan, sebagai penetralisir racun dalam tubuh, dengan cara memakan daging
buah yang telah masak (tua) di pohon (Ishaq dan Muhammad, 2012).

Universitas Sumatera Utara

12

Buah kesemek yang telah lunak dan masak setelah dipanen, di mana sifat
“kekesatan”-nya (astringency) akibat kandungan zat tanin telah hilang. Kesemek
dapat dimakan sebagai buah segar karena rasanya yang manis dan tekstur buah
cukup keras. atau dapat pula diproses menjadi berbagai bentuk makanan olahan
lain, seperti dibuat menjadi puree, es krim (ice cream), selai (jam), jeli (jelly), dan
lain seba-gainya. Beberapa kultivar astrinjen (astringent cultivars) dapat diproses
menjadi bentuk olahan kering, seperti “sale” atau manisan. Hampir seluruh bagian
buah kesemek dapat dimakan, kecuali kulit buah yang berasa “kesat”, dari 100 g
bagian buah yang dapat dimakan mengandung 80 g air, 0,7 g protein, 0,4 g lemak,
dan 19,6 g kar-bohidrat, terutama fruktosa dan glukosa. Selain itu, buah kesemek
juga kaya akan kandungan kalium dan vitamin A. Nilai energi 320 kJ per 100 g
(Setiawan, 2014).
Mengingat nilai gizi dan potensi ekonomi yang dimiliki buah kesemek
maupun sukun serta adanya ancaman kepunahan akibat konversi tanaman serta
konversi penggunaan lahan, maka perlu adanya upaya serta langkah kongkrit yang
didukung melalui kebijakan pemerintah dalam rangka melestarikan tanaman
tersebut (Ishaq dan Muhammad, 2012).
Penyusunan Deskripsi
Menurut SK. Menteri Pertanian Nomor : 700/Kpts/OT.320/D/12/2011
menyatakan bahwa deskripsi varietas merupakan kumpulan karakter penciri
varietas yang dapat digunakan untuk identifikasi dan pengenalan varietas yang
dimaksud, pembanding dalam uji kebenaran varietas, serta acuan pengamatan
morfologi tanaman dalam proses sertifikasi atau pemurnian varietas. Tiap karakter
yang tercantum didalam deskripsi varietas merupakan hasil pengamatan dari uji
keunggulan varietas yang dilaksanakan dalam bentuk adaptasi atau observasi.

Universitas Sumatera Utara

13

Mengingat bahwa karakter varietas untuk setiap komoditas tanaman berbeda,
sehingga untuk memudahkan dalam penyusunan deskripsi perlu dibuat standar
minimal parameter yang harus dicantumkan dalam deskripsi masing-masing
komoditas.
Salah satu pendeteksi keragaman genetik adalah pencirian varietas. Pada
umumnya pencirian kultivar berdasarkan atas asal daerah, warna kulit buah,
warna daging buah, aroma dan rasa. Penggunaan karakter morfologis merupakan
metode yang mudah dan cepat, namun kendala yang timbul adalah adanya faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil karakterisasi secara visual. Varietas
baru dapat muncul karena faktor lingkungan dan variasi genetis, misalnya akibat
penyerbukan silang. Perbedaan dan persamaan kemunculan morfologis luar
spesies suatu tanaman dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya
hubungan kekerabatan (Suskendriyati, et al., 2000).
Menurut Herwati, et al. (2011), karakterisasi adalah penyusunan deskripsi
varietas yang dilakukan olehseseorang atau sekelompok orang sebagai pemulia
yang menangani komoditas tertentudan telah memiliki pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan menjelaskan tentang asal-usulatau silsilah, metode pemuliaan,
ciri-ciri morfologi dan sifat-sifat penting lainnyadari plasma nutfah yang
dikoleksi.
Ukuran jarak merupakan ukuran yang sering digunakan atau diterapkan
untuk data berskala metrik. Sebenarnya merupakan ukuran ketidakmiripan, karena
dimana jarak yang besar menunjukkan sedikit kesamaan dan sebaliknya jarak
yang pendek menunjukkan banyak kemiripan (Hidayati, 2010).
Metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang digunakan adalah
dengan melakukan pengamatan langsung berbagai informasi di lapangan

Universitas Sumatera Utara

14

mengenai berbagai jenis tanaman budidaya, khususnya tanaman buahbuahan yang
memiliki keunggulan spesifik yang diusahakan oleh masyarakat lokal dan prospek
pengembangan

selanjutnya.

Keungulan

spesifik

yang

dimaksud

adalah

keunggulan dalam menampilkan karakter yang menjadi identitas keanekaragaman
ditingkat genetik, seperti misalnya tahan hama dan penyakit, produksi tinggi,
rasanya enak, dan memiliki peranan penting di bidang sosial dan ekonomi
masyarakat local (Purwanto, 2000).

Universitas Sumatera Utara