Sistem Informasi Akuntansi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Pegawai Dinas Perindustrian Pemerintah Kota Medan Chapter III IV

BAB III
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PPh)
PASAL 21 PADA PEGAWAI DINAS PERINDUSTRIAN PEMERINTAH
KOTA MEDAN
A.

Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengn
lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Biasanya dibuat untuk menangani sesuatu yang berulang kali atau yang
secara rutin terjadi.
Informasi adalah data yang berguna yang diolah sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang tepat.
Karakteristik informasi yang realible harus memenuhi syarat relevan, tepat
waktu, akurat dan lengkap.
Sistem Informasi adalah sebuah sistem yang memproses data dan
transaksi

guna

menghasilkan


informasi

yang

bermanfaat

untuk

merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis.
Sistem Informasi Akuntansi adalah atau juga disingkat dengan SIA
adalah sebuah sistem informasi yang menangani segala sesuatu yang
berkenaan dengan Akuntansi. Akuntansi sebenarnya adalah sebuah sistem
informasi. Fungsi penting yang dibentuk SIA pada sebuah organisasi antara
lain :

36
Universitas Sumatera Utara

a.


Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi.

b.

Memproses data menjadi informasi yang dapat digunakan dalam
proses pengambilan keputusan.

c.

Melakukan kontrol secara tepat terhadap aset organisasi.
Subsistem SIA memproses berbagai transaksi keuangan dn transaksi

non keuangan yang secara langsung memengaruhi pemrosesan transaksi
keuangan. SIA terdiri dari 3 Subsistem :
a.

Sistem pemrosesan transaksi mendukung proses operasi bisnis harian.

b.


Sistem buku besar / pelaporan keuangan.

c.

Sistem penutupan dan pembalikan. Penutupan dan pembalikan
merupakan laporan yang dibuat dengan jurnal pembalik dan jurnal
penutup yang menghasilakan laporan keuangan seperti laporan posisi
keuangan, laporan laba/rugi, laporan arus kas, pengembalian pajak, dll

B.

Pengenalan Pajak
1.

Teori Perpajakan
a. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hakhak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak
diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh
jaminan perlindungan tersebut.

b. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan kepada
kepentingan (Misalnya Perlindungan) masing masing orang.
37
Universitas Sumatera Utara

Semakin kepentingan seseorang terhadap Negara, makin tinggi
pajak yang harus dibayarkan.
c. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya
pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing
orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan
yaitu:
1) Unsur objektif yaitu dengan melihat besarnya pengasilan atau
kekayaan yang dimiliki seseorang.
2) Unsur subjektif yaitu memperlihatkan besarnya kebutuhan
materil harus dipenuhi.
d. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan
rakyat dengan negaranya sebagai warga Negara yang berbakti,

rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah
sebagai suatu kewajiban.
e. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak.
Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dan rumah
tangga masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesehjahteraan
masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat
lebih diutamakan.

38
Universitas Sumatera Utara

2.

Defenisi Pajak
Sejak pajak mulai diperhitungkan sebagai salah satu pemasukan
yang paling penting bagi sebuah Negara, banyak ahli ekonomi
mengemukakan pendapatnya tentang defenisi pajak. Berikut ini
merupakan defenisi pajak menurut para ahli :
a.


Beaulieu, (1906) seorang sarjana dari prancis, dalam bukunya
yang berjudul Traite de la Science des Finance, 1906
mengemukakan “Pajak adalah bantuan, baik secara langsung
maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari
penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah.”

b.

Fieldmann,

(1949)

dalam

bukunya

yang

berjudul


De

overheidsmiddelen van Indonesia, Leiden (1949) memberikan
batasan bahwa pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak dan
terutang

kepada

penguasa

(menurut

norma-norma

yang

ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra – prestasi, dan
semata – mata digunakan untuk menutup pengeluaran –
pengeluaran umum.

c.

M.J.H Smeets, (1951) dalam bukunya de Economische Betekenis
der Belastingen, 1951 adalah prestasi kepada pemerintah yang
terutang melalui norma – norma umum yang dapat dipaksakan
tanpa adanya kontra – prestasi yang dapat ditunjukkan dalam
kasus yang maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran
pemerintah.

39
Universitas Sumatera Utara

d.

Soemahamidjaja,(1964) dalam disertasinya yang berjudul “Pajak
Berdasarkan Asas Gotong – Royong,” Universitas Padjajaran,
Bandung, 1964, menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib
berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma – norma hukum, guna menutup biaya
produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan

umum.

e.

P.J.A Adriani beliau pernah menjabat menjadi guru besar hukum
pajak pada Universitas Amsterdam dan pemimpin Internasional
Bureau of Fiscal Documentation di Amsterdam mengatakan
bahwa : “Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib membayarnya
menurut peratauran, tanpa mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang kegunaannya untuk membiayai
pengeluaran

umum

terkait

dengan

tugas


Negara

dalam

menyelenggarakan pemerintahan.”
f.

Rochmat Soyaemitro, S.H dalam bukunya Dasar – Dasar
Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, mendefenisikan pajak
sebagai iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undangundang dengan tidak mendapat jasa – jasa timbal yang langsung
dapat dirasakan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.

3.

Penggolongan Pajak

40
Universitas Sumatera Utara


a. Berdasarkan Wewenang Pemungutan
1) Pajak Negara (Pusat) adalah pajak yang wewenang
pemungutannya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahanan
Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah (PPn dan
PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta Bea
Materai.
2) Pajak

Daerah

adalah

pajak

yang

wewenang

pemungutannya dimiliki oleh pemerintah daerah.
b. Berdasarkan Administrasi dan Pembebanan
1) Pajak Langsung yang didapat dibagi menurut pengertian
secara :
Administrasi : berkohir (surat ketetapan pajak) dan
dikenakan secara berkala (berulang pada waktu tertentu
setiap tahun).
Ekonomis : beban pajak harus di tanggung sendiri dan
tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Misalnya
pajak penghasilan.
2) Pajak Tidak Langsung, yang dapat dibagi menurut
pengertian secara :
Administrasi : tanpa berdasar kohir (surat ketetapan pajak)
dan dikenakan hanya bila terjadi hal atau peristiwa yang
dikenakan pajak.

41
Universitas Sumatera Utara

Ekonomis : beban pajak dapat dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah
c. Berdasarkan Sasaran
1) Pajak

Subjektif,

yaitu

pajak

yang

memperhatikan

pertama–tama keadaan pribadi Wajib Pajak, seperti Pajak
Penghasilan.
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang memperhatikan pertama –
tama pada objek (benda, peristiwa, perbuatan, atau
keadaan) yang menyebabkan timbulnya kewajiban pajak,
seperti Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.

4.

Undang – Undang Perpajakan
Undang – Undang Perpajakan yang berlaku di Indonesia dapat
di kelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :
a.

Undang – Undang Pajak Formal
Merupakan bagian undang – undang pajak yang
menyangkut cara-cara untuk melaksanakan undang – undang
pajak material, dimana Wajib Pajak membayar pajak, untuk
melindungi kepentingan hak fiskus maupun Wajib Pajak.

b.

Undang – Undang Pajak Material

42
Universitas Sumatera Utara

Merupakan bagian undang – undang yang menyangkut
timbulnya utang pajak, besarnya utang pajak, hapusnya utang
pajak, dan hubungan hubungan hukum antara fiskus dan Wajib
Pajak.

C.

PPh Pasal 21
1.

Sejarah dan Istilah
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Apabila
penghasilan tersebut diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai
penghasilan tersebut diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi ssebagai
Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN), maka akan dikenai PPh Pasal 21.
Adapun yang menjadi dasar hukum pajak penghasilan pasal 21
adalah :
a.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tanggal 17
Juli 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

43
Universitas Sumatera Utara

b.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
sebagaimanan telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 tanggal 23 September 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan.

c.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 250/PMK.03/2008 tanggal 31
Desember 2008

tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya

Pensiun yang dapat Dikurangi dari Penghasilan Bruto Pegawai
Tetap atau Pensiunan.
d.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 252/PMK.03/2008 tanggal 31
Desember 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak
atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi.

e.

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009 tanggal 16 Nopember
2009 tetang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan
Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari
Tua, dan Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus.

f.

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tanggal 20 Desember
2010 tentang Tarif Pemotongan dan Pengenaan Pajak Penghasilan
Yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

g.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 262/PMK.03/2010 tanggal 31
Desember 2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan

44
Universitas Sumatera Utara

Pasal 21 Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota
POLRI, dan Pensiunannya Atas Penghasilan Yang Menjadi Beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
h.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 101/PMK.010/2016 tanggal
22 Juni 2015 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak.

i.

Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER-14/PJ/2013 tanggal 18 April
2013 tentang Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 dan/atau Pasal 26.

j.

Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER-32/PJ/2015 tanggal 8 Agustus
2015 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan
Kegiatan Orang Pribadi.

2.

Subjek dan Objek PPh Pasal 21
Pihak yang harus memotong PPh Pasal 21 dan yang
membayarkan penghasilan tersebut antara lain :
a.

Pemberi Kerja yang terdiri atas orang pribadi dan badan, baik
merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang

45
Universitas Sumatera Utara

membayar gaji, upah, honorium, tunjangan dan pembayaran
lain dengann nama dan dalam benuk apapun, sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh
pegawai atau bukan pegawai;
b.

Bendahara

atau

pemegang

kas

pemerintah,

termasuk

bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk
institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, Instansi atau
lembaga pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya, dan
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Luar Negeri, yang
membayarkan

gaji,

upah,

honorium,

tunjangan,

dan

pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c.

Dana Pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pension dan
tujangan hari tua atau jaminan hari tua;

d.

Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan
bebas.

e.

Penyelenggara
organisasi

yang

kegiatan,
bersifat

termasuk
nasional

badan
dan

pemerintah,
internasional,

perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorium,
hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib

46
Universitas Sumatera Utara

Pajak pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu bentuk
kegiatan.
Dalam hal ini Pemotong PPh 21 Pegawai dalam Dinas
Perindustrian Kota Medan adalah Bendahara atau pemegang kas
pemerintah.

3.

Objek Pajak PPh Pasal 21
Objek pajak penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 antara lain:
a.

Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

b.

Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;

c.

Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara
sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenisnya;

d.

Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa
upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau
upah dibayarkan secara bulanan;

e.

Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorium,
komisi, fee, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan, antara lain:

47
Universitas Sumatera Utara

1) Tenaga ahli yang melakukan perkerjaan bebas, yang terdiri
atas pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries,
penilai dan akuaris;
2) Pemain musik, pembawa acara penyanyi, pelawak, bintang
film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto
model, peragawan, peragawati, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis dan seniman lainnya.
3) Olahragawan;
4) Penasehat,

pengajar,

pelatih,

penceramah,

penyuluh,

moderator;
5) Pengarang, peneliti, penerjemah;
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer
dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa dalam suatu kegiatan;
7) Agen iklan;
8) Pengawas atau pengelola proyek;
9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara;
10) Petugas penjaja barang dagangan;
11) Petugas dinas luar asuransi;
12) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling
dan kegiatan sejenis lainnya.

48
Universitas Sumatera Utara

f.

Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku,
uang representasi, uang rapat, honorium, hadiah atau penghargaan
dengan nama dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan
nama apapun;

g.

Penerima dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
1) Bukan Wajib Pajak;
2) Wajib Pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat
final;
3) Wajib Pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan
norma penghitungan khusus (deemed profit).

4.

Tarif Pajak dan Faktor Pemotongnya
a.

Tarif Pajak
Tarif PPh atas penghasilan yang dikenai PPh yang bersifat final
berupa honorium atau imbalan tidak tetap dan teratur lainnya yang
menjadi beban APBN atau APBD dan dibayarkan kepada PNS
(termasuk CPNS) adalah sebagai berikut:
1) Sebesar 0% (nol persen) dari jumlah bruto honorium atau
imbalan lain bagi PNS golongan I dan golongan II, Anggota
TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan
Bintara, dan Pensiunannya;

49
Universitas Sumatera Utara

2) Sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto honorium atau
imbalan lain bagi PNS golongan III, Anggota TNI dan
Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan
Pensiunannya;
3) Sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto honorium
atau imbalan lain bagi Pejabat Negara, PNS Golongan IV,
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira
Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiuannya.
b. Biaya Jabatan
Biaya jabatan yaitu 5% (lima persen) dari penghasilan bruto
dengan jumlah biaya jabatan maksimal Rp 500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah) sebulan atau Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah)
setahun.
c.

Iuran Pensiun/THT/JHT
Iuran yang terikat pada gaji kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkagan oleh Menteri Keuangan dan iuran
Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua (THT) kepada badan
penyelenggara Jamsostek, kecuali badan penyelenggara Taspen
yang dibayar oleh pegawai.

d. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dalam perhitungan PPh
Pasal 21 yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan
Nomor

101/PMK.010/2016

tentang

penyesuaian

Besarnya

50
Universitas Sumatera Utara

Penghasilan Tidak Kena Pajak Tanggal 22 Juni 2016 untuk
pegawai, termasuk pegawai tetap, pensiuan, pegawai tidak tetap,
pemagang, dan calon pegawai, termasuk harian lepas, distributor
multilevel marketing/direct selling, petugas dinas luar asuransi,
penjaja barang dagangan dan/atau penerima penghasilan bukan
pegawai lainnya dengan ketentuan yang berbeda-beda.

Tabel 3.1 Besarnya PTKP per tahun

Jumlah PTKP

Diperuntukkan

Rp 54.000.000,00

Untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

Rp 4.500.000,00

Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
Tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis

Rp 4.500.000,00

keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga

51
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.2 Besarnya PTKP per bulan
Jumlah PTKP

Diperuntukkan

Rp 4.500.000,00

Untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

Rp 375.000,00

Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
Tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis

Rp 375.000,00

keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga

Besarnya PTKP per hari adalah sebesar PTKP setahun dibagi
dengan 360 hari.
Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut :
1. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri dan,
2. Bagi karyawati tidak kawin sebesar PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya.
Jumlah tanggungan keluarga yang diperhitungkan sebagai dasar
PTKP

adalah jumlah tanggungan keluaga pada awal tahun

kalender.

52
Universitas Sumatera Utara

5.

Perhitungan PPh Pasal 21
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk penghasilan tetap dan teratur
setiap bulan dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan
PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap Masa Pajak, yang
dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21, selain Masa Pajak
Desember atau Masa Pajak terakhir ;
b. Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian 1721 A2 dan
pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang untuk Masa Pajak
Desember atau Masa Pajak terakhir.
1) Bulan dimana pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun.
2) Bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir
tahun kalender dan bagi penerima pensiun yang menerima uang
pensiun sampai akhir tahun kalender.

5a. Penghitungan Masa atau Bulanan Selain Masa Pajak Desember
atau Masa Pajak Terakhir:
5a1. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, dan Anggota POLRI
a. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap
dan teratur setiap bulan, terlebih dahulu dihitung seluruh
penghasilan bruto yang diterima selama sebulan, yang
meliputi seluruh gaji dan tunjangan;

53
Universitas Sumatera Utara

b. Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan
yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto
sebulan dengan biaya jabatan dan iuran pensiun;
c. Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu
jumlah penghasilan neto sebulan dikalikan 12 (dua belas);
d. Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau
Anggota POLRI mulai bekerja setelah bulan Januari, maka
penghasilan neto setahun dihitung dengan mengalikan
penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak
Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau Anggota POLRI
mulai bekerja sampai dengan bulan Desember;
e. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak yaitu
sebesar Penghasilan neto setahun sebagaimana dimaksud
pada hurut c atau hurut d, dikurangi dengan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP);
f. PPh Pasal 21 terutang atas perkiraan penghasilan setahun
dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh
terhadap Penghasilan Kena Pajak;
g. Selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh
Pemerintah sebulan, yaitu:
1)

Jumlah PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan
sebagaimana dimaksud pada huruf c dibagi dengan
12 (dua belas);

54
Universitas Sumatera Utara

2)

Jumlah PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan
sebagaimana

dimaksud

pada

huruf

d

dibagi

banyaknya bulan yang menjadi faktor pengali
sebagaimana dimaksud pada huruf d.

5a2. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Gaji, Uang Pensiun, dan
Tunjangan Ke-13 (Ketiga belas) atau Rapel Gaji dan/atau
Tunjangan
a.

Apabila kepada Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI,
Anggota POLRI dan Pensiunan diberikan Gaji, Uang
Pensiun, dan Tunjangan ke-13 (ketiga belas) atau rapel
gaji dan/atau tunjangan, maka PPh Pasal 21 dihitung
dengan cara sebagai berikut:
1)

Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan
teratur setiap bulan yang disetahunkan ditambah
dengan penghasilan berupa gaji uang pensiun dan
tunjangan ke-13 (ketiga belas).

2)

Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan
teratur setiap bulan yang disetahunkan tanpa gaji dan
tunjangan ke-13 (ketiga belas) atau uang pensiun
dan tunjangan ke-13 (ketiga belas).

3)

Selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan
angka 1) dan angka 2) adalah PPh Pasal 21 atas

55
Universitas Sumatera Utara

penghasilan berupa gaji dan tunjangan ke-13 (ketiga
belas) atau uang pensiun dan tunjangan ke-13
(ketiga belas).
b.

Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota
POLRI dan Pensiunan baru mulai bekerja/Pensiun setelah
bulan Januari, maka PPh Pasal 21 atas Gaji dan Tunjangan
ke-13 (ketiga belas) atau Uang Pensiun dan Tunjangan ke13 (Ketiga

Belas) tersebut

dihitung dengan cara

sebagaimana pada huruf a dengan memperhatikan
ketentuan mengenai Penghitungan PPh Pasal 21 Bulanan
atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan pada butir
I.A.1 huruf b angka 2), 4) dan 5) di atas.
c.

Apabila kepada Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI,
Anggota POLRI dan Pensiunan dibayar (rapel gaji ), maka
PPh Pasal 21 dihitung dan dipotong dengan cara
sebagaimana dimaksud pada huruf a.

5a3. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, dan Anggota POLRI yang menerima
tambahan penghasilan yang bersifat tetap dan teratur
setiap

bulan

yang

pembayarannya

terpisah

dari

pembayaran gaji.

56
Universitas Sumatera Utara

Dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tetap
dan teratur setiap bulan yang pembayarannya terpisah dari
pembayaran gaji kepada seorang Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, atau Anggota POLRI, baik karena ditugaskan
pada Satuan Kerja lain atau adanya tambahan tunjangan
tertentu, maka PPh Pasal 21 dihitung dengan cara sebagai
berikut:
a.

Bendahara yang membayarkan gaji pokok melakukan
perhitungan PPh Pasal 21 sesuai dengan petunjuk
sebagaimana dimaksud dalam butir I.A.1 dan/atau I.A.2.

b.

Bendahara yang membayarkan tambahan penghasilan
tetap dan teratur setiap bulan melakukan perhitungan PPh
Pasal 21 sebagai berikut:
1) dihitung PPh Pasal 21 atas keseluruhan penghasilan
tetap dan teratur yang diterima setiap bulan yang
disetahunkan, baik atas gaji sebagaimana dimaksud
pada huruf a maupun atas tambahan penghasilan.
2) PPh

Pasal

21

yang

terutang

atas

tambahan

penghasilan yang bersifat tetap dan teratur setiap
bulan adalah sebesar selisih antara PPh Pasal 21 yang
dihitung sebagaimana dimaksud pada butir 1) dengan
PPh Pasal 21 yang dihitung sebagaimana dimaksud
pada huruf a.

57
Universitas Sumatera Utara

5b. Penghitungan PPh Pasal 21 Terutang Pada Masa Pajak
Desember
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada Masa Pajak Desember
adalah sebagai berikut:
a.

Dihitung PPh Pasal 21 terutang atas seluruh penghasilan tetap
dan teratur setiap bulan yang diterima dalam tahun kalender
yang bersangkutan.

b.

PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Desember adalah
sebesar selisih antara PPh Pasal 21 terutang atas seluruh
penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang diterima dalam
tahun kalender yang bersangkutan, sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, dengan PPh Pasal 21 yang telah dihitung tiap
Masa Pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan sampai
dengan Masa Pajak November.

c.

apabila dalam PPh Pasal 21 yang telah dihitung tiap Masa Pajak
dalam tahun kalender yang bersangkutan sampai dengan Masa
Pajak November terdapat tambahan PPh Pasal 21 sebesar 20%
lebih tinggi daripada tarif PPh umum karena belum memiliki
NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang telah dihitung tiap
Masa Pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan sampai
dengan Masa Pajak November sebagaimana dimaksud pada

58
Universitas Sumatera Utara

huruf b tidak termasuk tambahan PPh Pasal 21 sebesar 20%
tersebut.

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI,
dan Anggota POLRI yang Bekerja dari Januari sampai dengan Desember.
Aprinta, Pegawai Negeri Sipil Golongan III/c, menduduki eselon IV.a status kawin,
mempunyai 3 orang tanggungan, telah memiliki NPWP, bekerja di Kantor Pelayanan
Pemerintahan A (KPP A), menerima penghasilan tetap
dan teratur setiap bulan sebagai berikut:
Gaji Pokok

Rp

xxx

Tunjangan Istri

Rp

xxx

Tunjangan Anak

Rp

xxx

Tunjangan Jabatan

Rp

xxx

Tunjangan Beras

Rp

xxx

Pembulatan

Rp

xxx +

Rp

xxx

Jumlah penghasilan bruto

Penghitungan PPh Pasal 21 bulanan untuk bulan Januari s.d Desember:
Gaji Pokok

Rp

xxx

Tunjangan Istri

Rp

xxx

Tunjangan Anak

Rp

xxx

Tunjangan Jabatan

Rp

xxx

59
Universitas Sumatera Utara

Tunjangan Beras

Rp

xxx

Pembulatan

Rp

xxx +

Rp

xxx

Jumlah penghasilan bruto
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% X Rp xxx =

Rp

xxx

2. Iuran pensiun
4,75% X Rp xxx =

Rp xxx

+

Penghasilan neto

Rp

xxx -

Rp

xxx

Penghasilan neto disetahunkan:
12 x Rp xxx

Rp

xxx

PTKP (K/3)
▪ untuk Wajib Pajak

Rp xxx

▪ status WP Kawin

Rp xxx

▪ tambahan 3 orang tanggungan
(3 x Rp xxx)

Rp xxx

+
Rp

xxx -

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Rp

xxx

Pembulatan

Rp

xxx

PPh Pasal 21 atas gaji setahun
5% x Rp xxx= Rp xxx

60
Universitas Sumatera Utara

PPh Pasal 21 atas gaji sebulan
Rp xxx: 12 = Rp xxx
Catatan:
1. PPh Pasal 21 yang terutang setiap bulan sebesar Rp xxx Ditanggung Pemerintah.
2. Apabila Aprinta belum memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang
terutang setiap bulan adalah:
120% x Rp xxx = Rp xxx
Atas tambahan PPh 21 terutang yaitu sebesar Rp xxx (Rp xxx - Rp xxx) tidak
Ditanggung Pemerintah sehingga Bendahara Pemerintah wajib memotong dari
gaji dan tunjangan Aprinta dan menyetorkannya ke Kas Negara.

6.

Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 pada pegawai
Dinas Perindustrian Kota Medan
Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan formulir Surat
Setoran Pajak (SSP). Setelah diisi lengkap isian-isian dalam SSP, uang
pajak disetorkan ke kas Negara yaitu bank persepsi atau kantor pos.
Surat Setoran Pajak dianggap sah apabila telah divalidasi dengan
NOmor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN). PPh pasal 21/26
penyetoran paling lama adalah tanggal 10 pada bulan berikutnya
dengan sanksi administrasi sebesar 2%.
Pelaporan pajak menggunakan formulir Surat Pemberitahuan (SPT)
disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama dimana bendahara

61
Universitas Sumatera Utara

terdaftar sesuai batas ketentuan yang telah berlaku dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pembayaran dan Penyetoran Pajak dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan (SPT). Khusus
untuk bendahara pemerintah batas waktu pelaporan SPT Masa PPh
pasal 21/26 tanggal 20 bulan berikutnya dengan sanksi administrasi
sebesar Rp 100.000
Selain itu, bendahara pemerintah bisa melakukan pembayaran
dengan menyetorkan PPh dan/atau PPn melalui sistem pembayaran
pajak elektronik (e-billing).
E-Billing adalah penyetoran pajak yang dapat dilakukan dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas elektronik yang telah disediakan
Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu fasilitas tersebut adalah sistem
pembayaran elektronik (billing system) yang memudahkan penyetoran
pajak. Penyetoran pajak melalui sistem dapat dilakukan melalui 2 (dua)
kanal yaitu sse.pajak.go.id dan djponline.pajak.go.id

Pendaftaran
Peserta
e-Billing

Pembuatan
Kode
e-Billing

Pembayaran
Berdasarkan
Kode e-BIlling

Gambar 3.3
Tata cara pembayaran melalui e-Billing

62
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah dilakukan
di BAB III adalah :
1.

Pada sistem penggajian dan pengenaan pajak penghasilan pasal 21 yang
dilakukan pada pegawai Dinas Perindustrian Kota Medan sudah sesuai
dengan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan
mengikuti sesuai aturan dan update dalam melakukan pembayaran
pajaknya. Bendahara Dinas Perindustrian sudah membayar pajak
dengan menggunakan e-Billing serta melakukan pembayaran tepat
waktu.

2.

Pajak Penghasilan pasal 21 yang dikenakan pada pegawai Dinas
Perindustrian Kota Medan adalah gaji, tunjangan istri, tunjangan anak,
tunjangan perubahan penghasilan, tunjangan struktural, tunjangan
fungsional, tunjangan fungsional umum, tunjangan beras serta
mendapatkan tunjangan untuk PPh pasal 21.

63
Universitas Sumatera Utara

B.

Saran
Beberapa saran yang saya berikan berdasarkan kesimpulan diatas :
1.

Perlu adanya penyuluhan tentang pendaftaran NPWP

dengan

menggunakan pelayanan pajak elektronik ke seluruh pegawai Dinas
Perindustrian Kota Medan.
2.

Perlu adanya rincian perhitungan pajak penghasilan PPh pasal 21 dari
Dinas Perindustrian Kota Medan terhadap pegawai agar lebih
memudahkan untuk mengetahui perhitungan dan pencatatan yang
sesuai akuntansi yang berlaku sesuai dengan Pajak Penghasilan Pasal
21.

64
Universitas Sumatera Utara