Tata Cara Pemungutan/Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) PASAL 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP NUSANTARA III Medan.

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

TENTANG

TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21

TERHADAP PEGAWAI KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN

D

I

S

U

S

U

N

OLEH

NAMA

: MUHAMMAD ARMADA MARAMIS

NIM

: 062600124

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi

Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ARMADA MARAMIS

NIM : 062600124

Prog. Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN

Ketua Program Studi D-III Dosen Pembimbing Supervisor

Administrasi Perpajakan Lapangan

(Drs. M.H.Thamrin Nst,M.Si) (M.Arifin Nasution, S.sos, M SP) (H. Yance Maramis) NIP. 131 930 631 NIP. 197910052005011002 NIP. 89.00.P.00494

Diketahui Oleh : Dekan FISIP USU

NIP. 131 757 010


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat serta hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang berjudul “TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN”.

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Progam Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis berharap laporan ini dapat memberikan sumbangan kepada siapapun yang membaca laporan ini untuk mendalami masalah perpajakan.

Dalam penyelesaian laporan ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dalam hal penyajian data maupun dalam hal penulisan. Untuk itu, penulis membuka hati untuk menerima saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan laporan ini. Namun demikian, penulis juga telah dibantu oleh berbagai pihak dalam penyelesaian laporan ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yang pertama dan teristimewa, penghargaan dan ucapan terima kasih yang

sebesarnya-besarnya untuk kedua orang tuaku, Ibunda Hj. Rosmawati Hutasuhut dan Ayahanda H. Nazaruddin Maramis. Makasih ya Ma, Pa.. Buat doa-doa,


(4)

semangat, dukungan, pengertian dan kesabaran yang luar biasa selama ini. Mada harap ini bisa buat Mama Papa bangga. Walaupun terlambat.

2. Bapak Prof. DR. M.Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. H. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua Program

Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

4. Abangda M. Arifin Nasution, S.Sos, M SP selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan bantuan yang berharga dalam menyelesaikan laporan PKLM ini.

5. Seluruh Dosen dan staf pengajar serta pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Kak Korbi dan izal, terima kasih buat semua bantuan, informasi, kelancaran

proses administrasi selama masa perkuliahan dan penyelesaian laporan.

7. Terima kasih atas dukungan, saran-saran dan semangatnya buat abangku Roni

dan keluarga (kak Rina n calon ponakanku), kakak-kakakku Yona dan Fitri a.k.a pitok thanks y tok buat dukunganmu (kapan kw nikah???)hehehehe...dan spesial buat malaikat kecil di rumah “Raisa” sayang ( wang ada bombon???).

8. Om ku, H. Yance Maramis dan keluarga, yang udah banyak sekali membantu

terlaksananya PKLM ini di Kantor PTP Nusantara III Medan.

9. Untuk sahabat-sahabatku Mhd. Mansyur Hasibuan alias acun alias

‘andi’(hahaha), Handoko Helmi alias ook alias lincung, Mhd. Fauzi alias ozi alias boboho(botak-botak homo), Nirwan Prasetya alias aceh alias ‘tomi’(hahaha), Rahmat Hidayat alias mamek, H.Mhd. Haris Pane alias haris alias tok ais,


(5)

Ardiansyah Nugraha,SP alias ardi alias aca, Mhd. Iqbal Perdana,SP alias ibal alias titik, Ardini Dwi Cahyanti alias dynee, Meli Sarani alias meli alias MC Kondang yang telah banyak memberikan saran, dukungan, semangat serta doa untuk penulis dalam penyelesaian laporan PKLM ini. Sahabat selamanya y woiiiiii (kapan kita UNO lagi??)…..

10. Untuk kawan-kawan terbaik yang selalu ada Indra (ndra makasih y dah bantuin aku ngetik, gk percuma kw ‘pulang diam2’, jago ngetik kw rupanya,hehe) Naeni, Mira, Fisca, Ade ’aneh’, Hakim, Guduy, Ivan, Ali, Fajar, Yansen, Arman’gelek’, Irma, Mok-Mok, Faisal, Fitrah genduk.

11. PoweRangersFingerFighters (Kimung, Nicky, Kancil, Abdi bedeell, Ketua Usnul, Deni Penyu-den makasih y buat Laporannya).

12. Kawan-kawan futsal (bang Ucok dan keluarga, pu2, modon, bagus, doni, simson, dicky, ginda, agus, panji, jefri, riza, yubas) yang selalu bisa ngilangin suntuk. 13. “madutigaku”, makasih banyak y sayang.

14. Kawan seperjuangan berlomba dengan waktu acun, ook, rico gendut, roy ‘opung’ (luar biasa perjuangan kita woii).

15. Kawan-kawan seperjuangan di kelas C 06 ricky, ayah, panji, rio, dodi, khususnya buat ‘anak2 transferan’ senasib sepenanggungan (yudi ‘lepoh’, aong, benny, datok, golbet, meo, nuek) bagi yang belum selesai tetap semangat ya kawan2, kami siap bantu kalian.

16. Yani.. makasih banyak y yani buat dukungan, waktu luang, dan semangatnya. 17. Keluarga besar Maramis dan Hutasuhut..terima kasih y buat dukungannya.


(6)

18. Pihak-pihak atau kawan-kawan lain yang belum saya sebutkan, saya mohon maaf. Terima kasih buat kalian….

Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan PKLM ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembacanya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, September 2009 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...…..i

DAFTAR ISI………...v

DAFTAR BAGAN DAN TABEL………...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM………...5

C. Ruang Lingkup PKLM………...8

D. Metode PKLM………...8

E. Metode Pengumpulan Data...9

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM...10

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN A. Sejarah Singkat Kantor PTP Nusantara III Medan…...12

B. Maksud dan Tujuan Perusahaan...16

C. Visi dan Misi Perusahaan...19

D. Struktur Organisasi...21

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 A. Pengertian Pajak...22

B. Pengertian Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 21, dan Pegawai Tetap...23


(8)

D. Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 21...25

E. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak serta Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pajak...26

F. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...28

F.1. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...28

F.2. Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...29

G. Pengurang Yang diperbolehkan dalam menghitung PPh Pasal 21 Bagi Karyawan Tetap...30

G.1. Biaya Jabatan...30

G.2. Biaya Pensiun...30

H. Pengurangan Untuk Menghitung Penghasilan Kena Pajak...31

I. Tarif Pajak Penghasilan...33

J. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...34

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Prosedur Pemungutan/Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan...38

B. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan...39

B.1. Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21...39


(9)

B.3. Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan...40 C. Prosedur Penyetoran PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai

Kantor PTP Nusantara III Medan...43

D. Prosedur Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Kantor PTP

Nusantara III Medan...44 E. Pendaftaran Pajak Penghasilan...45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...47 B. Saran...48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR BAGAN DAN TABEL DAFTAR BAGAN

Bagan 1 : Struktur Organisasi Kantor PTP Nusantara III Medan…………..……..21

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Tarif PTKP Tahun 2000………..…32

Tabel 2 : Tarif PTKP Tahun 2008………..32

Tabel 3 : Tarif PKP Tahun 2000………...33


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, perguruan tinggi dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan setiap unsur-unsurnya termasuk mahasiswa sebagai elemen penting masa depan agar menjadi pribadi-pribadi yang mandiri, kreatif, dan solutif dalam menyikapi perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi dewasa ini.

Lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peranan dalam membentuk dan menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui teori-teori yang diterima selama masa perkuliahan dan mengaplikasikannya di lapangan melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM). Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di lingkungan kampus adalah dengan cara meningkatkan kegiatan intrakulikuler yang dimaksudkan untuk memberi pengalaman praktis di lapangan. Dengan demikian, mahasiswa dapat belajar dari dunia kerja yang sesuai dengan bidangnya dan sekaligus menjadikan mahasiswa sebagai individu yang solutif terhadap berbagai permasalahan yang muncul dilapangan. Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu lembaga pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang menekankan pada pendidikan profesionalisme untuk membentuk tenaga-tenaga ahli tingkat madya yang kompeten dalam menangani pekerjaan sesuai bidang pendidikan yang ditekuninya. Hal tersebut dimaksudkan agar para Mahasiswa/i lebih mengenal dan mengetahui keadaan dalam dunia kerja yang


(12)

sebenarnya khususnya pada bidang perpajakan, serta dapat mempraktikkan teori-teori yang diterima selama masa perkuliahan.

Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang didunia. Sebagai negara berkembang, Indonesia berusaha untuk mengadakan pembangunan di segala bidang. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut diperlukan biaya yang besar, dan salah satu pembiayaan tersebut tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan setiap tahunnya.

Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Dalam pemenuhan kebutuhan keuangan pemerintah guna membiayai pembangunan Nasional diperlukan sumber dana guna pemenuhan tersebut. Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia dahulu kala lebih mengandalkan sektor migas untuk mendapatkan dana, akan tetapi sejalan dengan waktu migas adalah sumber pendapatan Negara yang semakin hari semakin habis, oleh karena itu pemerintah perlu menggali sumber-sumber keuangan Negara yang baru, salah satunya adalah pajak. Pajak merupakan sektor potensial bagi Negara guna mendapatkan dana demi lancarnya pembangunan Nasional yang berguna untuk kepentingan bersama.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat (23) dikatakan bahwa ’’Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang’’, sehingga menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lain harus berdasarkan pada Undang-Undang.


(13)

Masalah pajak merupakan masalah yang dihadapi pemerintah sebagai pihak yang memungut pajak dengan rakyat sebagai pihak yang berkewajiban membayar pajak. Masing-masing pihak memiliki kepentingan yang saling ketergantungan. Tentang besarnya beban pajak, masyarakat wajib pajak mengharapkan adanya pemungutan pajak yang adil, artinya besarnya pajak yang terutang sesuai dengan kemampuan wajib pajak, sedangkan harapan pemerintah sebagai pemungut pajak mengharapkan adanya pelunasan pajak yang tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.

Sistem perpajakan yang lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, baik dari segi kegotong-royongan Nasional maupun dari laju pembangunan Nasional yang telah dicapai. Oleh karena itu pemerintah menciptakan sistem perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya Undang-Undang perpajakan yang baru, yang terdiri atas : UU No. 16 Tahun 1983 Jo. UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan, UU No. 7 Tahun 1983 Jo. UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Panghasilan dan UU No. 8 Tahun 1983 Jo. UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, UU No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan UU No. 13 tahun 1985 tentang Bea Materai. (Mardiasmo,2000)

Sejalan dengan perkembangan yang ada, disadari banyak masalah yang ternyata tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada sehingga menuntut perlunya penyempurnaan terhadap Undang-Undang perpajakan tersebut. Dengan alasan tersebut maka di tahun 1994 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 9,10,11, dan 12 sebagai


(14)

penyempurnaan, dan disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 16,17,18,19, dan 20 tahun 2000.(Mardiasmo,2000)

Adapun salah satu jenis pajak yang memberikan sumbangsih besar bagi penerimaan Negara adalah Pajak Penghasilan (PPh). Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 dan diubah lagi menjadi Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 yang mengatur pajak atas penghasilan (laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan.

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan penerimaan Negara yang sangat penting yang akan digunakan untuk melaksanakan pembangunan dan lain-lain. Pembayaran pajak ini bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tetapi untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat diberikan kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajaknya yang harus dibayarkan (self assessment).

Objek pajak Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan komisaris atau anggota pengawas), premi bulanan, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

Kantor PTP Nusantara III Medan merupakan instansi pemerintah yang bergerak dibidang perkebunan. Setiap pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang langsung dipotong oleh bendahara kantor. Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong lalu disetorkan oleh bendahara kantor atas penghasilan yang


(15)

diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan dari suatu pemberi kerja atau merupakan pelunasan untuk tahun pajak yang bersangkutan, sehingga pada akhir tahun pajak pegawai tersebut tidak diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

Berdasarkan uraian di atas, yang menarik bagi penulis untuk dijadikan judul laporan praktik kerja lapangan mandiri adalah Pajak Panghasilan (PPh). Dimana Pajak Penghasilan (PPh) tersebut adalah mengatur pajak atas penghasilan (laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan. Di dalam perkembangannya, Pajak Penghasilan (PPh) telah ikut memainkan peranan penting bagi penambahan pendapatan Negara. Oleh sebab itu, penulis menjadikan “Tata Cara Pemungutan/Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan” sebagai objek yang menarik untuk dijadikan wadah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat baik untuk Mahasiswa itu sendiri, pihak Universitas, atau pihak Instansi Pemerintah yang dalam hal ini Kantor PTP Nusantara III Medan dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM).


(16)

1. Tujuan PKLM

Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, yaitu :

1. Untuk Mengetahui tata cara pengadministrasian pemungutan/pemotongan Pajak

Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor PTP Nusantara III Medan.

2. Untuk memperoleh dan melihat secara langsung data mengenai tata cara

pengadministrasian pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang dilakukan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan.

3. Untuk mengetahui kendala dalam pemungutan/pemotongan PPh Pasal 21 terhadap

pegawai kantor PTP Nusantara III Medan.

2. Manfaat PKLM

Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Mahasiswa, yaitu : 1. Mengaplikasikan disiplin yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul

selama melaksanakan PKLM pada Kantor PTP Nusantara III Medan. 2. Mempelajari dunia kerja di Kantor PTP Nusantara III Medan.

3. Untuk melihat penerapan disiplin ilmu yang dipelajari dalam dunia kerja. 4. Sebagai sarana pengujian dan persiapan dalam menghadapi dunia kerja.

5. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi Mahasiswa khususnya tentang


(17)

6. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Universitas khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, adalah :

a. Mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdapat di Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya staf pengajar dan mahasiswa yang potensial.

b. Memberikan uji nyata bagi Kurikulum.

c. Untuk mengevaluasi penerapan Kurikulum Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan.

d. Memperbaiki persepsi umum tentang Universitas.

Yang menjadi manfaat PKLM bagi Instansi Pemerintah khususnya Kantor PTP Nusantara III Medan, yaitu :

a. Mendapatkan masukan dan saran terhadap pelaksanaan administrasi serta sistem

dan prosedur pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

b. Membina hubungan baik antara Kantor PTP Nusantara III Medan dengan Program

Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Memberikan masukan untuk evaluasi dan penyempurnaan di Program Studi


(18)

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

1. Proses pengadministrasian pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 21 di Kantor PTP Nusantara III Medan.

2. Pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor PTP

Nusantara III Medan.

3. Prosedur pelaksanaan pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

di Kantor PTP Nusantara III Medan.

4. PKLM ini dilaksanakan di Kantor PTP Nusantara III Medan khususnya di bagian

keuangan.

5. Data yang diperoleh penulis adalah data pada Tahun 2008.

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan seperti pemilihan objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan judul PKLM, pengajuan proposal PKLM, dan surat pengantar. 2. Studi Literatur

Dalam tahap ini penulis melakukan pencarian data dan informasi dengan membaca landasan teori, mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti: peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, buku-buku, majalah maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek PKLM.


(19)

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan kegiatan studi mencari data dan informasi dengan mengikuti PKLM di Kantor PTP Nusantara III Medan.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui 2 cara, yaitu : a. Data Primer

Yaitu data diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu memberi masukan dan informasi serta observasi penulis ke lapangan tempat objek PKLM.

b. Data sekunder

Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui literatur seperti sumber-sumber pustaka, undang-undang, dokumentasi maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek PKLM.

5. Analisis dan Evaluasi

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi serta mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data digunakan 3 metode, yaitu :

1. Wawancara

Yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi bagi penyusun laporan ini.


(20)

2. Pengamatan

Melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian, metode ini diharapkan dapat memberikan masukan data primer.

3. Dokumentasi

Dalam metode ini penulis mempelajari segala sumber pustaka seperti buku dan Undang-Undang yang berhubungan dengan objek PKLM dan juga meminta berbagai dokumen yang berhubungan dengan objek PKLM, yang dapat berupa struktur organisasi.

F. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan PKLM ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN

Penulis menguraikan tentang sejarah singkat Kantor PTP Nusantara III Medan, struktur organisasi Kantor PTP Nusantara III Medan, serta tata kerja Kantor PTP Nusantara III Medan.


(21)

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21

Dalam bab ini penulis memaparkan dan menguraikan tentang defenisi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, dasar hukum pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Wajib Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, Dasar Pengenaan Pajak, tarif pajak, cara penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bagian ini penulis akan menganalisa dan mengevaluasi tentang pengelolaan pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Kantor PTP Nusantara III Medan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan berdasarkan gambaran-gambaran pada bab sebelumnya, dan berusaha memberikan saran agar penerimaan pajak khususnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dapat lebih optimal lagi.


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM

KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN

A. Sejarah Singkat PTP Nusantara III Medan

PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengelolaan dan pemasaran hasil perkebunan. Pembentukan perusahaan ini mempunyai lintasan sejarah yang diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda pada tahun 1958 oleh Pemerintah RI yng dikenal sebagai proses “nasionalisasi” perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Embrio yang turut membentuk perusahaan berasal dari NV Rubber Cultuur Maatchappij Amsterdam (RCMA) dan NV Cultuur Kij’de Oeskut (CKO) yang merupakan perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak zaman kolonial pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Langkah awal perusahaan dimulai pada tahun 1958 dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara Baru cabang Sumatera Utara (PPN Baru). Setelah mengalami beberapa kali perubahan bentuk/status badan hukum sejalan dengan Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang ada, pada tahun 1968 PPN tersebut diorganisasikan menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk hukumnya dialihkan menjadi PT. Perkebunan (Persero).


(23)

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas terhadap kegiatan usaha BUMN, pemerintah telah mencanangkan program restrukturisasi BUMN sub sektor perkebunan melalui penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi.

Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT. Perkebunan III (Persero), PT. Perkebunan IV (Persero), dan PT. Perkebunan V (Persero) disatukan pengelolaannya oleh Direksi Perkebunan III (Persero). Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor : 8 tahun 1996, tanggal 14 februari 1996 perusahaan tersebut yaitu PT. Perkebunan III, IV dan V, yang wilayah kerjanya berada di provinsi Sumatera Utara di gabungkan satu perusahaan, menjadi :

Nama : Perusahaan Perseroan (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara III disingkat dengan

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Alamat : Sei Batang Hari No. 2

Medan – 20122

Telepon : 8452244 – 8453100

Fax : 8455177 – 8454728

Email :


(24)

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akta Notaris Harun Kamil, SH, Nomor 36 tanggal 11 maret 1996 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan Nomor C2-8331.HT.01.TH.96 tanggal 8 agustus serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 81 tanggal 8 oktober 1996, tambahan Nomor : 8674/1996.

Sebagai BUMN pengurusan dan pengawasan perusahaan mengacu kepada Peraturan Pemerintah yang berlaku. Adapun dasar pengangkatan dan pemberhentian manajemen perseroan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor : KEP-213/M-MBU/2003 tanggal 05 juni 2003, susunan keanggotaan Komisaris Perusahaan adalah:

Komisaris Utama Komisaris 1 Komisaris 2 Komisaris 3

Dan untuk keanggotaan Direksi, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor : KEP-245/MBU/2003 tanggal 19 juni 2003 tentang Pembentukan dan pengangkatan anggota-angggota Direksi Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III dengan susunan sebagai berikut:

Direktur Utama Direktur Produksi

Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum Direktur Keuangan


(25)

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah badan tertinggi dalam organisasi perusahaan. Dewan Komisaris (Dekom) berfungsi sebagai badan pengawas yang bertugas untuk kepentingan para pemegang saham. Pengelolaan usaha sepenuhnya dikendalikan oleh para Direksi.

Komposisi dan Personalia Dewan Komisaris beserta direksi ditetapkan oleh Menteri Negara Pendayaagunaan BUMN Republik Indonesia, sedangkan struktur organisasi perusahaan yang berlaku terhitung mulai tanggal 6 mei 1996 ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III No. III.BD/KPTS/R.01/1996.

Perusahaan bergerak dalam bidang usaha perkebunan dengan komoditi utama (core bisnis) kelapa sawit dan karet. Perusahaan memiliki lahan perkebunan yang didukung dengan pabrik pengolahan untuk masing-masing komoditi tersebut. Lahan perkebunan perusahaan tersebar di provinsi Sumatera Utara seluas 144.580 Ha dalam pengelolaan perusahaan dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) Distrik Manager.

Perusahaan melakukan pengolahan hasil tanaman dari kebun sendiri, kebun plasma maupun dari pihak lain, hasilnya menjadi bahan baku untuk Pabrik Kelapa Sawit dan Pabrik Karet. Kapasitas pabrik kelapa sawit 510 ton/jam dengan jumlah 11 buah dan kapasitas pabrik karet 202 ton karet kering/hari yang sebahagian sebagai bahan baku untuk industri hilir karet dan tidak termasuk dalam ruang lingkup manual ini.

Uraian Jenis Produk

Komoditi Kelapa Sawit Komoditi Karet

Rumah Sakit

Minyak Sawit(CPO), dan Inti Sawit (PK)

Lateks Pusingan, Crumb Rubber dan Sheet (RSS) Pelayanan Kesehatan


(26)

Untuk menunjang peningkatan, kesehatan, kesejahteraan dan pendidikan karyawan, perseroan menyediakan sarana lima unit Rumah Sakit dan Poliklinik setiap kebun/unit serta sarana sosial berupa rumah ibadah, sekolah/madrasah dan sarana olahraga disetiap lokasi perkebunan.

B. Maksud dan Tujuan Perusahaan

Sesuai akte pendirian perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sehat berlandaskan kepada azas:

1. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional melalui peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas.

2. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususnya.

3. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan tanah.

Tujuan perusahaan ditentukan berdasarkan visi, misi, tata nilai dan faktor strategi perusahaan dalam jangka panjang. Untuk mencapai maksud dan tujuan perusahaan tesebut, maka PT. Perkebunan Nusantara III mau tidak mau, suka tidak suka harus melakukan program perubahan untuk menghadapi perdagangan bebas dengan


(27)

tingkat kompetisi yang sangat ketat. Keberhasilan dalam memenangkan kompetisi dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola dan meningkatkan perusahaan. Sebuah perusahaan harus sadar bahwa untuk dapat bersaing di pasar global ini, harus dapat menunjukkan kompetensinya sesuai dengan persyaratan pasar, kalau tidak akan mengalami apa yng disebut dengan “konsekuensi seleksi alam”. Agar PT. Perkebunan Nusantara III mampu bertahan dan dapat terus tumbuh dan berkembang serta dapat menjadi perusahaan kelas dunia dimasa datang, PT. Perkebunan Nusantara III melaksanakan Program Transformasi Bisnis (PTB). Sadar akan tantangan dimasa mendatang ini, PT. Perkebunan Nusantara III telah mengambil inisiatif untuk melakukan pembaharuan melalui Program Transformasi Bisnis (PTB) yang merupakan metode komprehensif yang mampu menuntun dalam melakukan perubahan dan pembaharuan.

Program Transformasi Bisnis ini memuat uraian komprehensif dan sistematis tentang:

1. Tuntutan perubahan yang mendasari Program Transformasi Bisnis.

2. Rumusan Paradigma Bisnis Baru dan The Winning Formula sebagai respon atau

jawaban perusahaan tehadap tuntutan perubahan tersebut.

3. The Business Success Model merupakan terjemahan The Winning Formula

perusahaan dan berisikan indikator kinerja utama serta upaya strategi untuk mencapainya.


(28)

Rumusan paradigma baru PT. Perkebunan Nusantara III:

1. Perubahan, perbaikan dan peningkatan metoda dan kinerja adalah satu keharusan.

2. Kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama untuk memenangkan persaingan.

3. Setiap kegiatan bisnis harus menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan.

4. Pengembangan hubungan industrial yang egaliter berdasarkan keterbukaan,

kesetaraan dan kebhinekaan.

5. Pengembangan SDM yang terintegrasi untuk membangun kapital insani (human)

dan intelektual yang dibutuhkan perusahaan.

6. Kepemimpinan yang efektif membangun pengaruh melalui kemampuan mengajar

dan membagi ilmu, membina hubungan baik dan menjadi panutan.

7. Penghargaan diberikan kepada karyawan berdasarkan kompetensi dan kinerjanya. 8. Efektivitas operasional harus didukung oleh struktur organisasi yang sederhana

dan dinamis.

9. Pemanfaatan teknologi sebagai perangkat untuk peningkatan produktivitas kerja dan keunggulan kompetitif.

10. Keputusan bisnis diambil berdasarkan fakta dan data yang akurat.

11. Setiap tugas dan operasional perusahaan dilaksanakan dengan cepat tanggap, cepat tindak lanjut, tuntas, berkualitas dan penuh tanggung jawab.

12. Seluruh aktivitas perusahaan harus berorientasi pada peningkatan mutu dan lingkungan.


(29)

C. Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi

“Menjadi perusahaan agri-industri kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik pada tahun 2009”

2. Misi

a. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan. b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

c. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategi dan mengembangkannya secara

optimal.

d. Berupaya menjadi perusahaan terpilih yang memberikan “imbal hasil” terbaik

bagi para investor.

e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

f. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas. g. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

3. Tata-Nilai (Values)

Perusahaan memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi integritas profesional dan melaksanakan tata nilai yang berbasis pada:

a. Team-Work : selalu mengutamakan kerja sama tim, agar mampu menghasilkan

sinergi optimal bagi perusahaan.

b. Innovation : selalu menghargai kreatifitas dan menghasilkan inivasi dalam metoda baru dan produk baru.

c. Excellence: selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai dengan kompetensi kerja.


(30)

d. Proactivity : selalu bersikap proaktif, dengan penuh inisiatif dan mengevaluasi resiko yang mungkin terjadi.

e. Responsibility : selalu bertanggung jawab atas akibat keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan.

4. Strategi Perusahaan (Company Strategy)

a. Menjalin dan mengembangkan hubungan sinergi yang efektif dengan mitra

strategi untuk mewujudkan peluang bisnis.

b. Melaksanakan manajemen berorientasi pasar, sensitif terhadap kecenderungan

industri dan pergerakan pasar dan mencermati pesaing.

c. Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kemampu-labaan serta

pendapatan dan arus kas.

d. Mematuhi aturan-aturan SHE-Safety, Health and Environment. Keselamatan,

kesehatan dan lingkungan.

e. Melaksanakan keunggulan operasional agar perusahaan menjadi Cost-Effective.

f. Membangun budaya kerja yang kondusif dengan melaksanakan Tata-Nilai dan

Paradigna Baru.

g. Membangun dan mengimplementasikan manajemen Sumber Daya Manusia


(31)

D. Struktur Organisasi

BAB III


(32)

BAB III

DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21

A. Pengertian Pajak

Adapun beberapa pengertian pajak menurut ahli antara lain :

1. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah “kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

2. Menurut Prof. Dr. Rahmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara bedasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat kontra prestasi secara langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

3. Menurut P.J.A Adriani, SH Pajak adalah iuran kas Negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah, pajak dapat dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan


(33)

pelaksaannya yang sifatnya dapat dipaksakan, dalam pembayaran pajak tidak adanya kontra prestasi langsung, pajak dipungut oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, pajak diperuntukkan untuk pengeluaran umum.

B. Pengertian Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 21, dan Pegawai Tetap

Menurut Pasal 4 UU No 17 Tahun 2000, yang dimaksud Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia Maupun dari luar Negeri yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.

Pajak Penghasilan tergolong pajak subjektif yaitu pajak yang mempertimbangkan keadaan diri Wajib Pajak sebagai faktor utama dalam pengenaan pajak, yang tercermin pada kemampuan Wajib Pajak untuk membayar pajaknya.

Penentuan daya pikul seseorang sangat subjektif sifatnya karena daya pikulnya dapat ditentukan dengan berbagai faktor seperti jumlah kekayaan, jumlah tanggungan keluarga, dan sebagainya.

Menurut Dimsky. K. Judiseno Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau penghasilan yang diterimanya dalam satu tahun pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Jadi pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah Pajak yang dikenakan atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun


(34)

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri.

C. Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Setiap pemungutan atau pemotongan yang dilakukan oleh Negara tentu ada dasar hukumnya, yang menjadi dasar hukum pemungutan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah :

1. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan sebagaimana yang diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 dan diubah kembali menjadi Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

3. Peraturan pemerintah No. 149 Tahun 2000 Tentang Pemotongan Pajak

Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan, pensiun, dan tunjangan hari tua.

4. Keputusan DIRJEN Pajak No. KEP-545/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000

Tentang pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 dan 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan Orang Pribadi.


(35)

D. Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 Tentang PPh sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 17 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong Pajak Penghasilan (PPh) 21 antara lain :

1. Pemberi kerja yang terdiri dari Orang Pribadi dan Badan termasuk BUT, badan,

organisasi internasional yang tidak dikecualikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.

2. Bendaharawan Pemerintah termasuk bendaharawan pusat maupun daerah, instansi

atau lembaga pemerintah, lembaga Negara yang lain dan kedutaan besar Indonesia di luar negeri.

3. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan lain

yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua.

4. Perusahaan, Badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain

sebagai imbalan atas kegiatan dan jasa.

5. Perusahaan, Badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain

sebagai imbalan atas kegiatan dan jasa yang dilakukan Orang Pribadi dengan status sebagai Wajib Pajak Luar Negeri.

6. Yayasan (termasuk bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian,

olahraga, kebudayaan) lembaga kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi massa, organisasi politik dan organisasi lainnya.

7. Perusahaan, badan dan BUT yang membayarkan honorarium atau imbalan lain


(36)

8. Penyelenggara kegiatan yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

E. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak serta Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pajak

1. Pemotong PPh Pasal 21 dan Penerima Penghasilan Yang dipotong PPh Pasal 21

wajib mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Pegawai, Penerima Pensiun berskala, serta bukan pegawai sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a angka 4 wajib membuat surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada akhir tahun kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya kepada pemotong pajak pada saat mulai bekerja atau mulai pensiun.

3. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga pegawai, penerima pensiun

berkala dan bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkan kepada Pemotong PPh Pasal 21 paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya.

4. Pemotong PPh Pasal 21 wajib menghitung, memotong,menyetorkan dan

melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan kalender.

5. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 untuk masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar


(37)

pelaporan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal 21

untuk setiap bulan kalender sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tetap berlaku, dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.

7. Dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh Pasal 21 yang

terhutang, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terhutang pada bulan berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21.

8. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 dan

memberikan bukti pemotongan tersebut kepada penerima penghasilan yang dipotong pajak.

9. Bentuk formulir pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (7)


(38)

F. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

1. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, yang termasuk Objek Pajak Penghasilan :

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun, upah, honorarium, premi bulanan, uang lembur, premi asuransi, hadiah, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun.

b. Penghasilan yang diterima secara tidak teratur berupa tunjangan hari raya, tantien, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan lainnya yang sifatnya tidak tetap.

c. Upah harian, mingguan, satuan, dan upah borongan.

d. Uang tebusan pensiun, pesangon, tabungan hari tua, dan pembayaran lain yang

sejenis.

e. Honorarium, hadiah, penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21 (Bukan Objek Pajak) :

a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan

kerja, asuransi jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa.

b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan Wajib Pajak. c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun dan iuran jaminan hari tua.

d. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam

bentuk apapun yang diberikan pemerintah.

e. Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari badan atau lembaga


(39)

Adapun penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 secara final adalah :

a. Uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun dan tunjangan hari tua atau tabungan yang dibayarkan sekaligus oleh penyelenggara JAMSOSTEK. b. Uang pesangon.

c. Hadiah dan penghargaan perlombaan.

d. Honorarium dan komisi yang diberikan penjaja barang dan petugas dinas luar

asuransi.

e. Penghasilan bruto berupa honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun yang

diterima oleh pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI.

2. Subjek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

Adapun yang menjadi subjek pajak penghasilan yang dipotong PPh 21 adalah Orang Pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan:

a. Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan

perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis.

b. Pegawai Tetap adalah Orang Pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang

menerima atau dewan komisaris atau anggota dewan pengawas yang mengelola perusahaan secara langsung.

c. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri yang memperoleh gaji,


(40)

G. Pengurang Yang diperbolehkan dalam menghitung PPh Pasal 21 Bagi Karyawan Tetap

1. Biaya Jabatan

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 3 UU No 7 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No 10 Tahun 1994 dan diubah kembali menjadi UU No. 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% dikali dengan penghasilan Bruto.

Di dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No. 250 / PMK.03 / 2008 di dalam Pasal 1 ayat 1 memutuskan bahwa hasil perhitungan antara penghasilan bruto dengan ketentuan tarif yang ditetapkan, biaya jabatan setinggi-tingginya Rp. 6.000.000( enam juta rupiah) setahun atau Rp. 500.000 ( lima ratus ribu rupiah ) sebulan.

2. Biaya Pensiun

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 3 UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No 10 Tahun 1994 dan diubah kembali menjadi UU No. 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% dikali dengan penghasilan Bruto.

Di dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No. 250 / PMK.03 / 2008 di dalam Pasal 1 ayat 2 memutuskan bahwa perhitungan antara penghasilan bruto dengan tarif yang ditetapkan, biaya pensiun setinggi-tingginya Rp. 2.400.000 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun atau Rp 200.000 (dua ratus ribu rupiah) sebulan.


(41)

H. Pengurangan Untuk Menghitung Penghasilan Kena Pajak

Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajak Dalam Negeri, Penghasilan nettonya dikurangi dengan jumlah PTKP.

1. Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya

sendiri, dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

2. Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah

setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP sebesar Rp. 15.840.000 setahun atau Rp. 1.320.000 sebulan dan ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak tiga orang, masing-masing sebesar Rp. 1.320.000 setahun atau Rp. 110.000 sebulan.

3. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.

Adapun pegawai yang baru datang, dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender, besarnya PTKP tersebut berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang bersangkutan.


(42)

Besarnya PTKP yang berlaku sesuai dengan pasal 7 UU PPh No.17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU PPh No.36 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1 Januari 2001 (Lama)

Keterangan Setahun Sebulan

1) Wajib Pajak Orang Pribadi

Rp.13.200.000 Rp.1.100.000

2) Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin

Rp.1.200.000 Rp. 100.000

3) Tambahan untuk setiap Anggota keluarga sedarah dan semanda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang ditanggung sepenuhnya, maksimal 3 orang.

Rp.1.200.000 Rp. 100.000

1 Januari 2009 (Baru)

Keterangan Setahun Sebulan

Untuk Wajib Pajak Rp.15.840.000 Rp.1.320.000

Tambahan Untuk Wajib Pajak yang Kawin

Rp.1.320.000 Rp. 110.000

Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya di gabung dengan penghasilan suami

Rp.15.840.000 Rp.1.320.000

Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang


(43)

I. Tarif Pajak Penghasilan

Tarif Pasal 17 UU No.17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU No.36 Tahun 2008, dengan ketentuan berikut:

Tarif Pasal 17 UU No.17 Tahun 2000 (Lama) 1 Januari 2001

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp.25.000.000 5 %

Diatas Rp.25.000.000 sampai dengan Rp.50.000.000

10 % Diatas Rp.50.000.000 sampai dengan Rp.100.000.000

15 % Diatas Rp.100.000.000 sampai dengan Rp.200.000.000

25 %

Diatas Rp.200.000.000 35 %

Tarif UU PPh No.36 Tahun 2008 (Baru) 1 Januari 2009

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp.50.000.000 5 %

Diatas Rp.50.000.000 s/d Rp.250.000.000 15 %

Diatas Rp.250.000.000 s/d Rp.500.000.000 25 %


(44)

J. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan teratur pegawai tetap :

1. Penghasilan Netto sebulan dicari dengan cara mengurangkan penghasilan bruto

dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuran, Tunjangan Hari Tua, kemudian disetahunkan.

2. Apabila Wajib Pajak mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan netto disetahunkan dengan mengalihkan penghasilan netto sebulan dengan banyaknya bulan sejak Wajib Pajak mulai bekerja sampai dengan Desember.

3. Penghasilan Netto disetahunkan diatas selanjutnya dikurangi PTKP untuk

memperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP) kemudian menghitung PPh 21 setahun, dengan mengalihkan PKP dengan tarif.

4. Untuk memperoleh PPh 21 sebulan atas penghasilan, jumlah PPh 21 setahun

dibagi dengan banyaknya bulan wajib pajak bekerja.

5. Tarif yang telah ditetapkan adalah tarif Pasal 17 UU PPh Tahun 2000

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008.

Berikut ini adalah contoh penghitungan PPh 21 terhadap pegawai tetap :

Tuan Armada Status menikah dengan satu anak (K/1) bekerja pada PT. Z dengan memperoleh gaji perbulan Rp.2.500.000,.PT. Z masuk program Jamsostek, Premi asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian di tanggung perusahaan sebesar Rp.110.000 dan Rp.60.000 disamping penanggung kerja menanggung iuran pensiun yang dibayarkan ke yayasan dan iuran THT masing-masing Rp.30.000 dan Rp.20.000.


(45)

Perhitungan PPh Pasal 21 Tuan Armada berdasarkan PTKP Tahun 2001 (lama):

Gaji Sebulan : Rp. 2.500.000

Premi Asuransi Asuransi Kecelakaan Kerja : Rp. 110.000 Premi Asuransi Kematian :

Penghasilan Bruto Rp. 2.670.000

Rp. 60.000+

Pengurang :

1. Biaya Jabatan :

5% x Rp.2.670.000 =Rp.133.500

(Maksimum yang diperbolehkan Rp.108.000)

2. Iuran Pensiun : =Rp. 30.000

3. Iuran THT : =Rp. 20.000+

Penghasilan Netto sebulan Rp.2.512.000

Rp. 158.000-

Penghasilan Netto setahun 12 x Rp.2.512.000 =Rp.30.144.000

PTKP :

a. Untuk WP sendiri : Rp.13.200.000

b. Untuk WP Kawin : Rp. 1.200.000

c. Tambahan 1 anak : Rp. 1.200.000+

Penghasilan Kena Pajak (PKP) RP.14.544.000


(46)

PPh Pasal 21 Terutang setahun :

5% x Rp.14.544.000 =Rp.727.200

PPh Pasal 21 Terutang sebulan :

Rp.727.200 / 12 bln =Rp 60.600

Perhitungan PPh Pasal 21 Tuan Armada berdasarkan PTKP Tahun 2009 (baru):

Gaji Sebulan : Rp.2.500.000

Premi Asuransi Kecelakaan Kerja : Rp. 110.000

Premi Asuransi Kematian : Rp. 60.000

Penghasilan Bruto : Rp.2.670.000

+

Pengurang :

1. Biaya Jabatan

5% x Rp.2.670.000 = Rp.133.500

(Maksimum yang diperbolehkan Rp. 500.000)

2. Iuran Pensiun = Rp. 30.000

3. Iuran THT Jumlah

= Rp. 20.000+

Penghasilan Netto sebulan =Rp.2.486.500

=Rp. 183.500


(47)

PTKP :

a. Untuk WP Sendiri = Rp.15.840.000

b. Untuk WP Kawin = Rp. 1.320.000

c. Tambahan 1 anak = Rp. 1.320.000+

Penghasilan Kena Pajak (PKP) =Rp.11.358.000

=Rp.18.480.000-

PPh Pasal 21 Terutang setahun :

5% x Rp.11.538.000 =Rp.576.900

PPh Pasal 21 Terutang sebulan :


(48)

BAB IV

ANALISA DATA DAN EVALUASI

A. Prosedur Pemungutan/Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan.

Adapun pemungutan/pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan adalah :

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

2. UU Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008.

3. Keputusan Menteri Keuangan RI No 521 / KMK.04/1998 yang berubah

menjadi Keputusan Menteri Keuangan RI No 250 / PMK.03/2008 Tentang biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

4. Keputusan Menteri Keuangan No 541 / KMK.04/2000 Tentang Penentuan

Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, tempat pembayaran pajak, tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak serta tata cara angsuran dan penundaan pajak.


(49)

5. Keputusan Menteri Keuangan No 250 / PMK.03/2008 Tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.

6. Keputusan Direktorat Jendral Pajak No KEP-545/PJ/2000 Tentang

Petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi.

B. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan.

1. Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

Objek pajak penghasilan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh baik penghasilan secara teratur maupun penghasilan yang diterima secara tidak tetap antara lain bonus dan tunjangan hari raya.

2. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan adalah karyawan tetap Kantor PTP Nusantara III Medan yang melakukan pekerjaan berdasarkan surat ketetapan yang ditentukan pimpinan dengan menerima atau memperoleh gaji yang telah ditentukan berdasarkan jabatan dan golongan karyawan.


(50)

3. Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan.

PTP Nusantara III Medan adalah Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang menurut Undang-Undang perpajakan diwajibkan untuk membayar pajak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dalam menghitung pajak PPh Pasal 21 Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan masih menggunakan sistem manual yang dilakukan bagian keuangan Kantor PTP Nusantara III Medan dengan penyelesaian secara komputerisasi oleh pegawainya untuk kelengkapan administrasinya. Dari interview yang dilakukan selama PKLM dapat disimpulkan bahwa karyawan dipungut PPh Pasal 21 adalah karyawan tetap yang menerima gaji tunjangan umum, tunjangan jabatan, tunjangan beras, tunjangan hari raya, tunjangan Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan dan tunjangan lainnya.

Cara Pemungutan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan melalui gaji pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan tersebut maka dapat diperoleh penghasilan bruto selama sebulan. Untuk mendapatkan Penghasilan Netto dapat dicari dengan cara memperhitungkan gaji pokok, tunjangan anak/istri, tunjangan jabatan, serta tunjangan beras. Kemudian dipotong dengan biaya jabatan yang diperbolehkan, Iuran pensiun, dan Iuran lain-lain kemudian didapatkan penghasilan Netto sebulannya.

Untuk mengetahui berapa jumlah penghasilan neto pegawai setahun, penghasilan Netto sebulan dikalikan dengan 12 bulan. Kemudian penghasilan netto pegawai tetap setahun dikurangi dengan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) yang sesuai dengan status dan tanggungan pribadi pegawai tersebut maka diketahuilah Penghasilan Kena


(51)

Pajak (PKP) yang merupakan dasar perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan dan seterusnya dikalikan dengan tarif UU No. 17 Tahun 2000 yang telah mengalami perubahan sehingga diketahuilah seberapa besar jumlah PPh Pasal 21 setahun ataupun perbulannya dengan membagi dengan 12 bulan.

Dari pengamatan yang penulis lakukan selama menjalani PKLM di Kantor tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa pemungutan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Perpajakan. Kantor sebagai pemungut melakukan setiap bulannya terhadap gaji karyawan tetapnya.

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PEGAWAI KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN

SUMATERA UTARA BULAN : NOVEMBER 2008

Nama : Syahlan

NIP : 05.00.00484

Golongan : IIIC

Jabatan : Staff Urusan

Gaji Pokok: Rp.2.182.854

-Tunjangan Jabatan: Rp.2.241.067

-Tunjangan Tetap: Rp. 727.618


(52)

Penghasilan Bruto: Rp.5.313.539 Rp.3.130.685+

Pengurang: -Biaya Jabatan

5% x Rp.5.313.539 =Rp.265.676

(Maksimum yang diperbolehkan Rp.108.000)

-Iuran THT =Rp.230.000

-Iuran Pensiun =Rp. 65.000+

Penghasilan Netto sebulan Rp.4.910.539

Rp. 403.000-

Penghasilan Netto setahun 12 x 4.910.539 =Rp.58.926.468

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2008 :

- Untuk WP Sendiri : =Rp.13.200.000

- Untuk WP Kawin : =Rp. 1.200.000

- Untuk 2 Anak : =Rp. 2.400.000+

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp.42.126.468

Rp.16.800.000-

PPh Pasal 21 terutang setahun :

10% x Rp.42.126.468 =Rp.4.212.468

PPh Pasal 21 terutang sebulan :


(53)

C. Prosedur Penyetoran PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan.

Adapun Prosedur yang dilakukan oleh Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan dalam menyetorkan PPh Pasal 21 yang telah dipungut atas penghasilan karyawan/pegawai sebagai berikut :

1. Setelah seluruh PPh Pasal 21 dihitung dan dipungut setiap bulannya kemudian

disetorkan oleh pihak Pegawai Administrasi Kantor PTP Nusantara III ke Bank Mandiri Jln.KH.Zainul Arifin.

2. Batas waktu pembayaran atau penyetoran PPh Pasal 21 yang telah dipungut oleh

Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan adalah :

a. Untuk pembayaran Masa PPh Pasal 21 paling lambat tanggal 10 bulan

takwin berikutnya setelah masa pajak berakhir.

b. Pembayaran kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan

PPh Pasal 21 dibayar lunas selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir, sebelum SPT itu disampaikan.

3. Sarana yang digunakan dalam pembayaran dan penyetoran PPh Pasal 21 yang

terutang adalah dengan menggunakan SSP ( Surat Setoran Pajak). Dimana SSP harus diisi dengan jumlah seluruh PPh Pasal 21 yang terutang atau yang akan dibayar.

4. SSP yang digunakan terdiri dari 5 rangkap antara lain :

a. Lembar 1 untuk Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan.


(54)

c. Lembar 3 untuk dilaporkan Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan ke Kantor Pelayanan Pajak.

d. Lembar 4 untuk Bank Mandiri.

e. Lembar 5 untuk arsip Wajib Pajak.

D. Prosedur Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan Setelah PPh Pasal 21 dihitung dan disetor oleh Kantor PTP Nusantara III Medan maka selanjutnya Kantor PTP Nusantara III Medan melaporkan perhitungan dan pembayaran PPh Pasal 21 yang terhutang tersebut menurut ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Adapun Prosedur yang harus dilakukan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan dalam melaporkan perhitungan dan pembayaran PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

1. Kantor PTP Nusantara III Medan dalam melakukan pelaporan pajaknya adalah

dengan menggunakan SPT (Surat Pemberitahuan) yang harus diambil sendiri pada Kantor Pelayanan Pajak setempat dimana Kantor PTP Nusantara III Medan terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.

2. Menggunakan 2 jenis SPT dalam melaporkan PPh Pasal 21,yaitu :

a. SPT Masa PPh Pasal 21, adalah surat yang diperoleh Kantor PTP

Nusantara III Medan yang digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terhutang dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat.


(55)

b. SPT Tahunan PPh Pasal 21, adalah surat yang oleh Kantor PTP Nusantara III Medan digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terhutang dalam suatu tahun pajak.

3. SPT diisi sesuai dengan perhitungan dan pembayaran yang dilakukan dalam suatu masa atau tahun pajak yang bersangkutan.

4. SPT diserahkan atau dilaporkan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan

selambat-lambatnya untuk SPT Masa Pasal 21 tanggal 20 bulan takwim tahun berikutnya setelah masa pajak berakhir dan untuk SPT Tahunan Pasal 21 selambat-lambatnya tiga(3) bulan setelah berakhir tahun pajak (biasanya tanggal 31 Maret tahun berikutnya) ke Kantor Pelayanan Pajak.

5. Bukti-bukti yang harus dilampirkan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan pada

SPT PPh Pasal 21 adalah :

a. Daftar gaji Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan b. Surat Setoran Pajak (SSP) 3 lembar.

E. Pendaftaran Pajak Penghasilan

1. Pegawai Administrasi Kantor PTP Nusantara III Medan sebagai bendaharawan

pemerintah mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak Kota Medan atau Kantor Penyuluhan & Pengamatan Potensi Pajak.

2. Pegawai Administrasi Kantor PTP Nusantara III Medan melaporkan ke Kantor

Pelayanan Penyuluhan & Konsultasi Perpajakan ( KP2KP ) untuk diberikan NPWP.


(56)

3. Bendaharawan menghitung, memungut, menyetor PPh Pasal 21 yang terhutang setiap bulannya.

4. Bendaharawan memberikan bukti pemungutan PPh Pasal 21, baik diminta atau

tidak pada saat dilakukan pemungutan pajak.

5. Bendaharawan memberikan Bukti pembayaran PPh Pasal 21 Tahunan kepada

Karyawan & pensiunan dalam jangka waktu 2 bulan setelah tahun pajak berakhir.Apabila Karyawan / Pegawai berhenti bekerja / pensiun pada bagian tahun takwim maka bukti potongan diberikan paling lambat 1 bulan setelah karyawan / pegawai itu berhenti.

6. Bendaharawan mengisi, menandatangani dan menyampaikan SPT PPh Pasal 21


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1) Prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III

Medan dilakukan dengan cara mengumpulkan semua penghasilan yaitu gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan beras, bonus dan lain-lain dikurangkan dengan pengurangan yang diperkenankan antara lain-lain iuran pensiun, biaya jabatan dan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang kemudian diperoleh Penghasilan Kena Pajak.

2) Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan bagian keuangan setelah melakukan

perhitungan dan pemungutan/pemotongan PPh Pasal 21 maka akan selanjutnya akan disetorkan Ke Bank Mandiri.

3) Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan bagian Keuangan telah melakukan

prosedur perpajakannya dengan baik sehingga mampu menghindari dari upaya-upaya pelanggaran hukum, dalam hal ini Undang-Undang Perpajakan.

4) Kesalahan yang mungkin dilakukan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan telah

dapat diatasi atau diantisipasi oleh pihak Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan, contohnya kesalahan yang sering terjadi yaitu pegawai yang berstatus kawin, maka Pegawai Administrasi benar memperhatikan keadaan karyawan dan benar-benar mengetahui peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.


(58)

5) Prosedur pelaporan PPh Pasal 21 oleh Kantor PTP Nusantara III Medan adalah setelah seluruh PPh Pasal 21 atas Pegawai dihitung, selanjutnya melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Kantor PTP Nusantara III Medan terdaftar dengan menggunakan SPT (Surat Pemberitahuan), dimana untuk menghitung dan pembayaran masa pajak tertentu dilaporkan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajaknya berakhir, dan untuk SPT Tahunan PPh Pasal 21 selmbat-lambatnya 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak, biasanya tanggal 31 Maret tahun beikutnya.

B. Saran

1) Mengingat peraturan perundang-undangan perpajakan di Indonesia ini sering

mengalami perubahan, diharapkan kepada pihak Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan akan dapat menghitung Pajak Penghasilannya atas PPh Pasal 21 dengan benar tanpa mengalami kesalahan-kesalahan yang melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.

2) Diharapkan pihak Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan agar dapat

meningkatkan ketelitian dan pengawasan dalam penghitungan, pemungutan/pemotongan, penyetoran serta pelaporan PPh Pasal 21 berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku sehingga nantinya tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti sanksi berupa denda dan sebagainya.


(59)

3) Diharapkan lagi Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan untuk meningkatkan lagi fasilitas penunjang dalam melaksanakan prosedur pemungutan dengan teknologi otomatis seeperti proses komputerisasi dalam pemotongan gaji karyawan/pegawai sehingga meminimalisasikan kesalahan dibanding secara manual oleh pihak yang berwenang.

4) Sebaiknya Kantor PTP Nusantara III Medan khususnya di Bagian Administrasi

agar memperhatikan kondisi keadaan karyawan/pegawai dalam menetapkan PTKP, apakah pegawai tersebut berstatus kawin atau tidak atau mempunyai tanggungan atau tidak sehingga karyawan/pegawai tidak dirugikan dalam pengenaan pajaknya.

5) Dalam era sekarang ini banyak perusahaan yang berusaha untuk memperkecil

jumlah pajaknya ataupun menggelapkan pajaknya, maka diharapkan kepada perusahaan untuk dapat terus mengikuti peraturan pajak yang ada dan dapat menghindari dari upaya-upaya pelanggaran hukum yang nantinya akan berdampak buruk terhadap perusahaan sendiri.

6) Dengan dikeluarkannya Pasal 21 UU PPh Tahun 2008, maka sangat baik apabila

Kantor PTP Nusantara III Medan menghimbau kepada pegawainya atas pentingnya Nomor Poko Wajib Pajak(NPWP), hal ini dikarenakan apabila seorang pegawai tidak memiliki NPWP maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa tarif pajak sebesar 20% setahunnya.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2006, Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sihaloho, Cyrus, 2006, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soemitro, Rochmat, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994, PT Eresco, Bandung, 1992.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan (PPh). Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).

Keputusan Menteri Keuangan RI No. 521 / KMK.04 / 1998 Tentang Biaya Jabatan dan Dana Pensiun.

Peraturan Menteri Keuangan RI No. 250 / PMK / 2008 Tentang Biaya Jabatan dan Dana Pensiun.


(1)

b. SPT Tahunan PPh Pasal 21, adalah surat yang oleh Kantor PTP Nusantara III Medan digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terhutang dalam suatu tahun pajak.

3. SPT diisi sesuai dengan perhitungan dan pembayaran yang dilakukan dalam suatu masa atau tahun pajak yang bersangkutan.

4. SPT diserahkan atau dilaporkan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan selambat-lambatnya untuk SPT Masa Pasal 21 tanggal 20 bulan takwim tahun berikutnya setelah masa pajak berakhir dan untuk SPT Tahunan Pasal 21 selambat-lambatnya tiga(3) bulan setelah berakhir tahun pajak (biasanya tanggal 31 Maret tahun berikutnya) ke Kantor Pelayanan Pajak.

5. Bukti-bukti yang harus dilampirkan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan pada SPT PPh Pasal 21 adalah :

a. Daftar gaji Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan b. Surat Setoran Pajak (SSP) 3 lembar.

E. Pendaftaran Pajak Penghasilan

1. Pegawai Administrasi Kantor PTP Nusantara III Medan sebagai bendaharawan pemerintah mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak Kota Medan atau Kantor Penyuluhan & Pengamatan Potensi Pajak.

2. Pegawai Administrasi Kantor PTP Nusantara III Medan melaporkan ke Kantor Pelayanan Penyuluhan & Konsultasi Perpajakan ( KP2KP ) untuk diberikan NPWP.


(2)

3. Bendaharawan menghitung, memungut, menyetor PPh Pasal 21 yang terhutang setiap bulannya.

4. Bendaharawan memberikan bukti pemungutan PPh Pasal 21, baik diminta atau tidak pada saat dilakukan pemungutan pajak.

5. Bendaharawan memberikan Bukti pembayaran PPh Pasal 21 Tahunan kepada Karyawan & pensiunan dalam jangka waktu 2 bulan setelah tahun pajak berakhir.Apabila Karyawan / Pegawai berhenti bekerja / pensiun pada bagian tahun takwim maka bukti potongan diberikan paling lambat 1 bulan setelah karyawan / pegawai itu berhenti.

6. Bendaharawan mengisi, menandatangani dan menyampaikan SPT PPh Pasal 21 Ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat 31 Maret tahun takwin berikutnya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1) Prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan dilakukan dengan cara mengumpulkan semua penghasilan yaitu gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan beras, bonus dan lain-lain dikurangkan dengan pengurangan yang diperkenankan antara lain-lain iuran pensiun, biaya jabatan dan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang kemudian diperoleh Penghasilan Kena Pajak.

2) Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan bagian keuangan setelah melakukan perhitungan dan pemungutan/pemotongan PPh Pasal 21 maka akan selanjutnya akan disetorkan Ke Bank Mandiri.

3) Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan bagian Keuangan telah melakukan prosedur perpajakannya dengan baik sehingga mampu menghindari dari upaya-upaya pelanggaran hukum, dalam hal ini Undang-Undang Perpajakan.

4) Kesalahan yang mungkin dilakukan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan telah dapat diatasi atau diantisipasi oleh pihak Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan, contohnya kesalahan yang sering terjadi yaitu pegawai yang berstatus kawin, maka Pegawai Administrasi benar memperhatikan keadaan karyawan dan benar-benar mengetahui peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.


(4)

5) Prosedur pelaporan PPh Pasal 21 oleh Kantor PTP Nusantara III Medan adalah setelah seluruh PPh Pasal 21 atas Pegawai dihitung, selanjutnya melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Kantor PTP Nusantara III Medan terdaftar dengan menggunakan SPT (Surat Pemberitahuan), dimana untuk menghitung dan pembayaran masa pajak tertentu dilaporkan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajaknya berakhir, dan untuk SPT Tahunan PPh Pasal 21 selmbat-lambatnya 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak, biasanya tanggal 31 Maret tahun beikutnya.

B. Saran

1) Mengingat peraturan perundang-undangan perpajakan di Indonesia ini sering mengalami perubahan, diharapkan kepada pihak Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan akan dapat menghitung Pajak Penghasilannya atas PPh Pasal 21 dengan benar tanpa mengalami kesalahan-kesalahan yang melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.

2) Diharapkan pihak Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan agar dapat meningkatkan ketelitian dan pengawasan dalam penghitungan, pemungutan/pemotongan, penyetoran serta pelaporan PPh Pasal 21 berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku sehingga nantinya tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti sanksi berupa denda dan sebagainya.


(5)

3) Diharapkan lagi Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan untuk meningkatkan lagi fasilitas penunjang dalam melaksanakan prosedur pemungutan dengan teknologi otomatis seeperti proses komputerisasi dalam pemotongan gaji karyawan/pegawai sehingga meminimalisasikan kesalahan dibanding secara manual oleh pihak yang berwenang.

4) Sebaiknya Kantor PTP Nusantara III Medan khususnya di Bagian Administrasi agar memperhatikan kondisi keadaan karyawan/pegawai dalam menetapkan PTKP, apakah pegawai tersebut berstatus kawin atau tidak atau mempunyai tanggungan atau tidak sehingga karyawan/pegawai tidak dirugikan dalam pengenaan pajaknya.

5) Dalam era sekarang ini banyak perusahaan yang berusaha untuk memperkecil jumlah pajaknya ataupun menggelapkan pajaknya, maka diharapkan kepada perusahaan untuk dapat terus mengikuti peraturan pajak yang ada dan dapat menghindari dari upaya-upaya pelanggaran hukum yang nantinya akan berdampak buruk terhadap perusahaan sendiri.

6) Dengan dikeluarkannya Pasal 21 UU PPh Tahun 2008, maka sangat baik apabila Kantor PTP Nusantara III Medan menghimbau kepada pegawainya atas pentingnya Nomor Poko Wajib Pajak(NPWP), hal ini dikarenakan apabila seorang pegawai tidak memiliki NPWP maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa tarif pajak sebesar 20% setahunnya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2006, Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sihaloho, Cyrus, 2006, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soemitro, Rochmat, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994, PT Eresco, Bandung, 1992.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan (PPh). Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).

Keputusan Menteri Keuangan RI No. 521 / KMK.04 / 1998 Tentang Biaya Jabatan dan Dana Pensiun.

Peraturan Menteri Keuangan RI No. 250 / PMK / 2008 Tentang Biaya Jabatan dan Dana Pensiun.