Akuntansi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Medan Denai

(1)

TUGAS AKHIR

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KECAMATAN MEDAN DENAI

Oleh :

RISKA ANGGRAINI 112102081

PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya dan tak lupa pula shalawat dan salam penulis curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas akhir ini. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KECAMATAN MEDAN DENAI”.

Tugas Akhir ini adalah suatu karya tulis ilmiah, berupa paparan tulisan hasil Praktek Kerja yang membahas pelaksanaan praktek kerja mahasiswa yang dilakukan di instansi pemerintah atau swasta secara terperinci sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni. Tugas akhir ini juga merupakan suatu tugas akhir (final assignment), dengan mempertimbangjan keterbatasan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak menerima bimbingan dan tidak terlepas dari arahan, bantuan, dan petunjuk dari berbagai pihak sampai selesainya tugas akhir ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan iniizinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M,Ec, Ac,Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Drs. Rustam, M.si, Ak, CA Selaku Ketua Program Studi Diploma D III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(3)

3. Bapak Drs.Rasdianto, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing saya yang telah membimbing penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini,

4. Seluruh Staf pengajar dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

5. Keluarga yang saya sayangi terutama Kedua Orang tua saya (M.Yusuf Morna, SE dan Hj. Erliwati), serta kakak – kakak dan abang – abang saya ( Ir. Esa Marlinda, Eva Marlina, S.Sos, M. Andi Syahputra,S.STP, MAP, M. Idris Syahputra, dan M. Rahmad Syahputra ) yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun material yang tak terhingga

6. Bapak Drs. Edi Mulia Matondang selaku Pak Camat Medan Denai yang telah mengizinkan saya untuk meriset di Kantor Kecamatan Medan Denai dalam penyelesaian Tugas Akhir ini

7. Seluruh Staf dan Karyawan kantor Kecamatan Medan Denai terutama kak Erni Chairani, SE dan kak Susilawati karena telah meluangkan waktunya untuk membantu saya memberikan informasi untuk penyelesaian Tugas Akhir ini

8. Buat orang yang teristimewa yang selalu memberikan dukungan Selama perkuliahan dan penyelesaian Tugas Akhir ini yaitu Ahmad Bukhori

9. Buat temen – temen yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan selama perkuliahan dan penyelesaian Tugas Akhir ini yaitu Anisa Tressia Meivernia,Khairunnisa, Mutia, SE, Kartika Sari, S.Com, Putri Dina Sopiana,SS, dan Citra Gandhini Putri, SS


(4)

10.Buat Teman – teman D III Akuntansi khususnya Group B yang ikut bepartisipasi dan membantu segala yang berhubungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini

Medan, 2014 Penulis

Riska Anggraini  


(5)

 

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Rencana Penulisan ... 4

1. Jadwal Penelitian ... 4

2. Rencana isi ... 4

BAB II : KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI ... 7

A. Sejarah Ringkas ... 7

B. Struktur Organisasi ... 9

C. Job Description ... 10

D. Jaringan Kegiatan ... 18

E. Kinerja Kegiatan Terkini ... 19


(6)

BAB III : AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PASAL 21 PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

DI KECAMATAN MEDAN DENAI ... 22

A. Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 22

B. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 24

C. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 31

D. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kecamatan Medan Denai ... 32

E. Pemungutan dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 Di Kecamatan Medan Denai ... 34

F. Pencatatan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Medan Denai ... 35

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 38


(7)

 

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jadwal Penelitian Tugas dan Akhir ..……….. ... 4

3.1 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 31

3.2 Tarif PKP Wajib Pajak Orang Pribadi ... 31

3.3 Daftar Penghasilan PNS di Kecamatan Medan Denai ... 32

3.4 Daftar Perhitungan PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari 2014 ... 33


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul 1. Surat Permohonan Riset / Survey 2. Surat Izin riset

3. Surat Setoran Pajak (SPP) 4. Daftar Gaji Pegawai


(9)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pajak menurut Rochmat Sumitro adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus“-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama dalam membiayai public investment.Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan Negara, seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai dan lain – lain. Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura,maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan – pekerjaan demi kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun. Orang – orang yang memiliki status social yang tinggi termasuk orang – orang yang kaya,dapat membebaskan diri dari kewajiban melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum tadi, dengan cara membayar uang ganti rugi. Setelah terbentuknya negara – negara nasional dan tercapainya pemisah antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan, pajak mendapatkan tempat yang lebih mantap di antara berbagai pendapatan negara. Dengan bertambah luasnya tugas – tugas negara, maka dengan sendirinya negara memerlukan biaya yang cukup besar. Sehubungan dengan itu maka pembayaran pajak yang tadinyabersifat


(10)

sukarela berubah menjadi pembayaran yang ditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk undang – undang dan dapat dipaksakan.

Disebut PPh pasal 21 karena ketentuan perpajakan berkenaan dengan penghasilan karyawan yang diatur dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008.

Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan salah satu pajak langsung yang dipunguti pemerintah pusat atau merupan pajak negara yang berasal dari pendapatan rakyat. Kebijakan pemerintah dalam mengatur Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 21 antara lain dengan dikeluarkannya Undang – undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah di ubah dnegan Undang – undang Nomor 10 Tahun 1994, kemudian di ubah kembali dalam Undang – undang Nomor 17 Tahun 2000.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang perpajakan, pihak yang melakukan pemotongan dan pemungutan pajak atau pengeluaran yang berasal dari APBN / APBD adalah bendahara pemerintah. Sebagai pihak yang melakukan pemotongan pemungutan pajak, bendahara pemerintah harus mengetahui aspek – aspek perpajakan terutama yang berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan serta Pajak Pertambahan Nilai. Salah satu kewajiban bendahara pemerintah sehubungan dengan pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai antara lain adalah pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 21.


(11)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan diteliti adalah “Bagaimana Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kantor Camat Medan Denai”.

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dalam mengadakan suatu penelitian tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah: “Bagaimana mengetahui cara untuk menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kantor Camat Medan Denai”.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah: a. Menambah pengetahuan peneliti tentang Perhitungan Pajak Penghasilan

(PPh) Pasal 21 terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kantor Camat Medan Denai.

b. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Camat Medan Denai sehingga dapat lebih memperhatikan dan mengetahui bagaimana Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kantor Camat Medan Denai.

c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang akan membahas dengan topic yang sama.


(12)

D.Rencana Penulisan 1. Jadwal Penelitian

Tempat : Kantor Camat Medan Denai Jl. Pancasila No.96 Medan Waktu : Tanggal 17 Juni 2014

Tabel 1.1

Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir NO

Kegiatan

Juni 2014

I II III IV

1 Pengesahan Penulisan Tugas Akhir 2 Pengajuan Judul

3 Permohonan Izin Riset

4 Penunjukan Dosen Pembimbing 5 Pengumpulan Data

6 Penyusunan Tugas Akhir 7 Bimbingan Tugas akhir 8 Penyelesaian Tugas Akhir

2. Rencana Isi

Laporan penulisan terdiri dari empat bab, dimana setiap bab saling berkaitan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembuatan tugas akhir yang telah ditetapkan bahwa susunan tugas akhir harus praktis dan sistematis. Oleh karena itu , laporan penelitian tugas akhir ini di susun sebagai berikut :


(13)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai : A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Rencana Penulisan ; dan

BAB II : PROFIL KECAMATAN MEDAN DENAI

Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai : A. Sejarah Ringkas

B. Struktur Organisasi C. Job Description D. Jaringan Kegiatan E. Kinerja Terkini; dan F. Rencana Kegiatan

BAB III : AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KECAMATAN MEDAN DENAI

Pada bab ini, penulis akan menguraikan : A. Pajak Penghasilan Pasal 21

B.Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 C.Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21


(14)

D.Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kecamatan Medan Denai.

E. Pemungutan dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Medan Denai

F. Pencatatan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Medan Denai

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan

A.Kesimpulan yang diperoleh dari bab topic penelitian setelah dibandingkan dengan hipotesis B.Saran


(15)

BAB II

KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI A.Sejarah Ringkas

Berdasarkan PP. 35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 dan diresmikan Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk dari Pemekaran Kecamatan Medan Timur dan dipimpin oleh Camat yang ditugaskan sebagai Kepala Kantor Kecamatan selaku pelaksana amanah/delegasi wewenang dari Kepala Daerah, berdasarkan PP.41 Tahun 2007 tanggal 13 Agusutus 2007 dan Perda Walikota Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan, Kecamatan Medan Denai .Melaksanakan tugas pokok melaksanakan program kegiatan dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Pelayanan Masyarakat. Sementara fungsi Kecamatan Medan Denai adalah :

1. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

2. Mengoordinasikan upaya penyelenggaran ketentraman dan ketertiban umum.

3. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang – undangan.

4. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum 5. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat


(16)

6. Membina penyelenggaraan pemerintah kelurahan

7. Melaksanakan pelayanan masyarakat menjadi ruang lingkup tugasnya dan / atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan kelurahan

8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya

Rencana strategis Kecamatan Medan Denai merupakan penjabarn RPJMD Pemerintahan Kota Medan 2011-2015. Oleh sebab itu, perumusan visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan Kecamatan Medan Denai lima tahun mendatang berpedoman pada visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan yang tertuang yang tertuang dalam RPJMD Pemko Mdan 2011-2015.

Sedangkan Visi dan Misi Kantor Camat Medan Denai : 

a) Visi adalah cara pandang jauh ke depan, kemana instansi pemerintahan harus di bawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin di wujudkan oleh kantor Kecataman Medan Denai Kota Medan. Penetapan visi mencerminkan apa yang ingin di capai, memberikan arah dan fokus stratgi yang jelas, berorientasi terhadap masa depan dan selanjutnya diharapkan mampu menumbuhkan komitmen di lingkungan kantor Kecamatan Medan Denai.

Visi Kecamatan Medan Denai tahun 2011-2015:

“Kecamatan Medan Denai yang nyaman, peduli, berdaya saing serta professional dalam mewujudkan Medan sebagai kota Metropolitan”.

b) Misi adalah sesuatu yang harus di emban atau di laksanakan oleh organisasi sesuai visi yang telah di tetapkan agar tujuan organisai dapat terlaksana dan


(17)

berhasil dengan baik. Untuk mencapai visi tersebut, maka Kecamatan Medan Denai menjabarkannya dalam beberapa misi yang akan di laksanakan selama priode berjalan sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. 2. Meningkatkan profesionalisme aparatur kecamatan.

3. Mewujudkan medan sebagai kota Metropolitan yang nyaman, perduli, berdaya saing dan sejahtera.

4. Memberdayakan masyarakat yang optimal dalam pembangunan

Dengan memperhatikan visi dan misi Kecamatan Medan Denai tahun 2011-2015, tujuan dan sasaran yang akan di capai dalam lima tahun mendatang adalah sebagai berikut:

1. Misi pertama: Meningkatakan administrasi pelayanan public dengan tujuan: a. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi pemerintahan bagi

masyarakat Kecamatan Medan Denai dengan sasaran:

a) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja aparatur pelayanan publik di kelurahan dan kecamatan Medan Denai.

b) Meningkatkan disiplin aparatur pelayanan kepada public di kelurahan dan kecamatan Medan Denai.


(18)

B.Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Medan Denai

Struktur organisasi diperlukan untuk membedakan tugas-tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi, diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini di hubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Melalui strukur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektivitas kerja dapat diwujudkan melalui kerjasama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Suatu intansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan ataupun kelompok yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal.

C.Job description

Tugas Pokok Dan Fungsi Kantor Kecamatan Medan Denai.

Tugas pokok dan fungsi kantor kecamatan Medan Denai yaitu sebagai berikut:


(19)

Fungsi kecamatan Medan Denai adalah:

1. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat

2. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

3. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan

4. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum 5. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

Kecamatan

6. Membina penyelenggaraan pemerintahan kelurahan

7. Melaksanakan pelayanan masyarakat menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan kelurahan

8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1. CAMAT

Camat mempunyai tugas menyelenggarakan kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan Otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum Pemerintahan. 2. SEKRETARIS

Sekretaris mempunyai tugas pokok melakukan sebagian tugas Camat lingkup kesekretariatan yang meliputi pengelolaan administrasi umum,keuangan, dan penyusunan program.


(20)

Dalam melaksanakan tugas pokok sekretariat menyelenggarakan fungsi: a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan

b) Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Kecamatan

c) Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan d) Kecamatan yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan,

kerumahtanggaan Kecamatan

e) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Kecamatan f) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian g) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan

h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Camat sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. SUB BAGIAN UMUM

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum.

Dalam melaksanakan tugas pokok, bidang ekonomi menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan sub bagian umum

b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum c) Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah

dinas, penataan kearsipan, perlengkapan penyelenggaraan kerumah tanggaan Kecamatan


(21)

d) Pengelolaan administrasi kepegawaian

e) Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan dan kepegawaian

f) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

g) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya. 4. SUB BAGIAN KEUANGAN

Sub Bagian Keuangan di pimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Sekretaris.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan c) Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan

penyusunan rencana, penyusunan bahan pemrosesan pengusulan dan verifikasi

d) Penyiapan bahan/pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan

e) Penyusunan laporan keuangan Kecamatan

f) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian


(22)

h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5. SUB BAGIAN PERENCANAAN PROGRAM

Sub Bagian Perencanaan Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Sekretaris dalam melaksanakan tugas pokok Sub Bagian Perencanaan Prgram menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Perencanaan Program

b) Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusun rencana dan program Kecamatan.

c) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Kecamatan. d) Penyiapan bahan pembinaan dan pengendalian.

e) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas. f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

6. SEKSI TATA PEMERINTAHAN

Seksi Tata Pemerintahan di pimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Camat. Seksi Tata Pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Camat. Dalam melaksanaka tugas pokok, Seksi Tata Pemerintahan menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Seksi Tata Pemerintahan. b) Penyusunan petunjuk teknis lingkupan tata pemerintahan.


(23)

c) Penyiapan bahan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi pemerintahan kelurahan.

d) Penyiapan bahan pembinaan dan koordinasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan.

e) Penyiapan bahan koordinasi pembinaan kegiatan sosial politik, ideologi Negara dan kesatuan bangsa.

f) Penyiapan bahan pembinaan dibidang keagrarian.

g) Pelaksanaan proses pelayanan administrasi kependudukan.

h) Pelaksanaan kegiatan pencatatan monografi kecamatan dan kelurahan. i)Pelaksanaan proses pelayanan administrasi lainnya lingkup tata

pemerintahan.

j)Pemantauan pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan

k) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas l)Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Camat sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

7. SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Seksi Pemberdayaan Masyarakat di pimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Camat. Seksi Pemberdayaan Masyarakatmempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Camat.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Pemberdayaan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemberdayaan Masyarakat


(24)

b) Penyusunan bahan dan petunjuk teknis lingkup pemberdayaan masyarakat

c) Penyiapan bahan pembinaan terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Lembaga Perekonomian Koperasi Usaha Mikro, kecil dan menengah

d) Pelaksanaan proses pelayanan masyarakat lingkup pemberdayaan masyarakat

e) Penyiapan bahan koordinasi dalam penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat

f) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Camat sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

8. SEKSI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM

Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Camat. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Camat.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Ketentraman dan Ketertiban Umum

b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup Ketentraman dan Ketertiban Umum c) Penyiapan bahan pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum


(25)

d) Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dalam penyelenggaraan dalam Ketentraman dan Ketertiban Umum, pengamanan dan penertiban terhadap pelanggaran peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya di wilayah kecamatan e) Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan polisi pamong praja,

pertahanan sipil dan perlindungan masyarakat

f) Membantu pelaksanaan pengawasan terhadap penyaluran bantuan dan pengamanan akibat bencana alam dan bencana lainnya

g) Pelaksanaan proses pelayanan masyarakat lingkup Ketentraman dan Ketertiban Umum

h) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas i)Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Camat sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

9. SEKSI KESEJAHTERAAN SOSIAL

Seksi Kesejahteraan Sosial dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Camat. Seksi Kesejahteraan Sosialmempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Camat.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Kesejahteraan Sosial menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Seksi Kesejahteraan Sosial b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup Seksi Kesejahteraan Sosial

c) Penyiapan bahan pembinaan Seksi Kesejahteraan Sosial


(26)

e) Penyiapan bahan koordinasi dalam penyelenggaraan pembinaan kehidupan keagamaan, pendidikan, kepemudian, kebudayaan, olahraga, kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial lainnya

f) Membantu pelaksanaan tugsa-tugas penanggulangan bencana alam dan bencana lainnya

g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Camat sesuai dengan tugas dan fungsinya.

10. Sumber Daya Manusia / sarana dan prasarana.

a) Jumlah pegawai kantor camat Medan Denai sebanyak 28 orang terdiri dari:

1. Laki-laki sebanyak 19 orang. 2. Perempuan sebanyak 9 orang. Tingkat pendidikan :

1. SMP sederajat sebanyak 1 orang. 2. SMA sederajat sebanyak 13 orang. 3. D-III sederajat sebanyak 1 orang. 4. Sarjana sebanyak 12 orang. 5. Magister sebanyak 1 orang. Pangkat / golongan.

1. Golongan I sebanyak 1 orang. 2. Golongan II sebanyak 13 orang. 3. Golongan III sebanyak 13 orang 4. Golongan IV sebanyak 1 orang


(27)

D.Jaringan Kegiatan

Pencapaian kinerja organisasi akan dapat diukur dengan baik apabila terdapat satuan pengukuran yang memadai. Untuk itu diperlukan suatu kegiatan yang dapat menunjang organisasi dalam menilai kinerjanya. Kegiatan organisasi merupakan penjabaran kebijakan kebijakan program kerja sebagai arah pencapaian tujuan dan sasaran serat memberikan sumbangan bagi pencapaian misi organisasi. Untuk itu maka sejumlah kegiatan yang ditetapkan dengan berdasar pada setiap program opersionalnya kurun waktu 1 tahun adalah sebagai berikut:

a. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik b. Penyediaan alat tulis kantor

c. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

d. Penyediaan komponen insalasi listrik / penerangan bangunan kantor e. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang – undangan f. Penyediaan makanan dan minuman

g. Rapat – rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah

h. Koordinasi, konsilidasi dalam daerah dan peninjauan dan peninjuaan lapangan

i. Pengelolaan administrasi keuangan dan perkantoran j. Penyediaan peralatan dan perlengkapan dapur kantor k. Pengadaan kendaraan dinas/operasional

l. Penyusunan Renja SKPD


(28)

n. Pemeliharaan rutin /berkala gedung kantor

o. Pelayanan pada masyarakat dalam bidang kepentingan social p. Pelayanan pada masyarakat dalam pembuatan E-ktp

q. Pelayanan kepada masyrakat dalam penyelesaiaan konflik-konfilk pertanahan.

E.Kinerja terkini

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

a) Penyediaan Jasa Komunikasi, sumber Daya air dan listrik. Dengan tersedianya jasa komunikasi ,sumber daya air dan listrik sangat menunjang tugas dan fungsi dalam setiap kegiatan

b) Dilakanakannya rapat koordinasi dan konsultasi agar kebijakan kebijakan yang ditetapkan semakin berkualitas

c) Tersedianya data terhadap berbagai potensi / masalah ,maka seluruh kegiatan pemerintahan kecamatan terinterigasi dan berjlan secara optimal d) Tersedianya Peralatan kebersihan dan peralatan dapur sehingga

menciptakan suasana kerja menjadi nyaman dan bersih

e) Pemeliharaan Rutin berkala Gedung Kantor , maka perlengakpan dapat dimanfaatkan dengan baik

f) Diklat Teknis Tugas dan Fungsi bagi PNS , maka akan meningkatkan motivasi SDM aparatur

g) Tersusun Laporan kinerja SKPD serta akuntabilitas kinerja pemerintah menjadi evaluasi pelaksanaan tugas


(29)

h) Tersusunnya laporan keuangan bulanan,triwulan & semesteran sehingga menjadi pedoman dalam perencanaan dan penganggaran

i)Stimulasi Pembangunan Berbasis Masyarakat F. Rencana Kegiatan

a) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran b) Program Peningkatan sarana dan prasarana aparatur c) Program Peningkatan disiplin aparatur

d) Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

e) Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan SKPD

f) Program Penyelesaian konflik-konflik pertanahan

g) Program peningkatan partisipasi msyarakat dalam pembangunan daerah h) Program peningkatan keberdayaan masyarakat

i) Perayaan bersama untuk hari besar keAgamaan dengan masyrakat sekitar j) Perayaan bersama untuk hari besar Nasional dengan masyarakat sekitar k) Penyuluhan informasi untuk hari Pemilihan Umum (PEMILU) untuk


(30)

BAB III

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN PAJAK 21 PADA PEGAWAI NEGERI DI KECAMATAN MEDAN DENAI

A.Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan adalah :

“Pajak penghasilan dapat diartikan sebagai objek pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang di terima atau diperoleh dalam satu tahun pajak”.

Sedangkan menurut Suandy (2002;75) pajak penghasilan adalah :

“Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang di terima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak”.

Pajak penghasilan yang dipungut sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi adalah pajak atas penghasilan atas gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain – lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh WPOP dalam negeri.


(31)

Pajak penghasilan pasal 21 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh Pemotong Pajak, yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan,perusahaan dan penyelenggaraan kegiatan.

Yang termasuk Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pejabat negara, pegawai negeri sipil, pegawai, pegawai tetap, pegawai dengan stastus WPLN, tenaga lepas, penerima pensiun, penerima honorarium, dan penerima upah. Sedangkan yang bukan termasuk Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat dari negara asing, pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor 611/KMK.04/1994 sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau pekerjaan lain.

Adapun yang menjadi dasar hukum pajak penghasilan pasal 21 adalah:

1. Undang – undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang No. 28 tahun 2007.

2. Undang – undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – undang Nomor 36 Tahun 2008.

3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007


(32)

tentag Penetuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penetuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran , Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26.

B.Objek Pajak Penghasilan pasal 21

Dalam perpajakan, yang dimaksud dengan objek pajak yaitu apa yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak (karena menyangkut dikenakan atau tidak dikenakan pajak atas objek dimaksud), sehingga dalam undang – undang perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap jenis pajak. Untuk itu, Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) Undang – Undang Pajak Penghasilan telah memberikan penegasan mengenai objek Pajak Penghasilan yaitu penghasilan. Pengertian penghasilan menurut undang –undang PPh adalah “setiap tambahan


(33)

kemampuan ekonomis yang di terima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”.

Dari mekanisme aliran pertambahan kemampuan ekonomis, penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak dapat dikategorikan atas 4 (empat) sumber, adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan berdasarkan hubungan kerja dan pekerjaan bebas.

2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan. 3. Penghasilan dari modal.

4. Penghasilan lain – lain, seperti: hadiah, pembebasan utang dan sebagainya. Berdasarkan keempat kategori tersebut di atas, dapat diberikan uraian mengenai objek PPh, sebagai berikut :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang – undang PPh.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan 3. Laba usaha.

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk hal – hal berikut ini :


(34)

a) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

b) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, anggota yang diperoleh perseroan, perkutuan, dan badan lainnya.

c) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau penggambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun.

d) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus atau derajat, dan badan keagamaan badan pendidikan badan social termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak – pihak yang bersangkutan.

e) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambungan, tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.


(35)

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

8. Royalti

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11. Keuntungan karena pembebasan utang.

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. 13. Selisih lebih karena selisih kurs mata uang asing. 14. Premi asuransi.

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri atas Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan volume kegiatan usaha ataupekerjaan bebas anggotanya.

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

17. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah.

18. Imbalan bunga sebagaimana yang diatur dalam undang – undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

19. Surplus Bank Indonesia.

Di samping penghasilan dari selisih lebih karena penilaian kembali di atas, sesuai Pasal 4 ayat (2) Undang – Undang PPh terdapat beberapa jenis


(36)

penghasilan yang pengenaannya dilakukan secara final yakni atas hal – hal berikut ini:

1. Bunga deposito dan tabungan – tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.

2. Penghasilan berupa hadiah undian.

3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang diperdagangkan di bursa dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang di terima oleh perusahaan modal ventura.

4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah atau bangunan usaha jasa konstruksi dan jasa real estat dan persewaan tanah dan bangunan. 5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan

pemerintah.

Dalam peraturan Pajak Penghasilan terdapat penghasilan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan, sehingga atas penghasilan tersebut tidak dikenakan PPh. Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Undang – Undang PPh, penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek PPh sebagai berikut :

a. Sumbangan atau bantuan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh


(37)

penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi penduduk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya di atur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak – pihak yang bersangkutan.

c. Warisan.

d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyetoran modal.

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan khusus (deemed profit) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 15.


(38)

f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.

g. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD), dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia. h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh oemberi kerja maupun pegawai.

i. Penghasilan dari modal yag ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang – bidang tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham – saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatannya di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut sebagai berikut :

Merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sector – sector usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan


(39)

Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia

Dengan penegasan atas penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek PPh tersebut, para Wajib Pajak dapat menyesuaikan perhitungan dalam laporan laba-rugi, sehingga terdapat kesesuaian antara laporan Wajib Pajak dengan instansi perpajakan.

C.Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

Tarif pasal 17 UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2000, dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tarif PPh Pasal 21

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Penghasilan Kena Pajak Rp.0 s/d Rp 25.000.000 5%

Diatas Rp 25.000.000 s/d Rp 50.000.000 10% Diatas Rp 50.000.000 s/d 100.000.000 15% Diatas Rp 100.000.000 s/d Rp 200.000.000 25%

Diatas Rp 200.000.000 35%

 

  Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri :

Tabel 3.2 Tarif PKP Wajib Pajak Orang Pribadi Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000 5%


(40)

Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15% Diatas Rp 250.000.000 s/d 500.000.000 25%

Diatas Rp 500.000.000 30%

 

D.Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Camat Medan Denai Hal yang harus dilakukan bendahara pemerintah dikantor camat Medan Denai adalah:

a. Dasar perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah penghasilan dan tunjangan – tunjangan yang sebenarnya diterima atau diperoleh oleh karyawan.

b. Gaji tersebut kemudian dikurangkan dengan biaya jabatan dan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang kemudian menghasilkan penghasilan neto.

c. Untuk menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang yaitu dengan mengalihkan penghasilan neto dengan tarif pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21

Tabel 3.3 Daftar Penghasilan PNS di Kecamatan Medan Denai NAMA PEGAWAI STA.K

AWIN JMLH ISTRI/ SUAMI ANAK GAJI POKOK TJ.JABA TAN TJ.BER AS JL.PENG HASILAN KOTOR


(41)

DRS.EDI MULIA MATONDANG

1102 2.802.750 1.260.000 424.113 4.879.191

1 280.270

2 112.108

MHD.ANDI SYAHPUTRA

1102 2.802.750 980.000 410.813 4.585.891

1 280.270

2 112.108

SUGIANTO,SE 1101 3.821.600 185.000 378.544 4.843.736

1 382.160

1 76.432

Atas pembayaran gaji bulan Januari 2014 tersebut terutang PPh Pasal 21 dengan perhitungan sebagai berikut :

Tabel 3.4 Daftar Perhitungan PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari 2014

No EDI ANDI SUGIANTO

1. Gaji pokok 2,802,700 2,802,700 3,821,600

Tunjangan istri 280,270 280,270 382,160

Tunjangan anak 112,108 112,108 76,432

Tunjangan jabatan 1,260,000 980,000 185,000

Tunjangan beras 424,113 410,813 378,544

Penghasilan bruto 4,879,191 4,585,891 4,843,736

2. Pengurang

Biaya jabatan 5% 243,959 159,580 131,010

Iuran pensiun 4,75% 151,766 121,296 122,108

395,625 280,876 253,118

3. Penghasilan neto 4,483,566 2,910,724 2,367,082

Penghasilan neto disetahunkan 53,802,792 34,928,688 28,404,981 4. PTKP

untuk wajib pajak 15,840,000 15,840,000 15,840,000

Status WP kawin 1,320,000 1,320,000 1,320,000

Tanggungan 2,400,000 2,400,000 2,400,000


(42)

E.Pemungutan dan Penyetoran PPh Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Medan Denai

Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan dikantor camat Medan denai terkait dengan peraturan:

a. Pasal 21 Undang – undang PPh.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008. d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010.

e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009.

Tata cara penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 :

1. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset mendaftarkan diri sebagai pemotong pajak ke Kantor Pelayanan Pajak di Medan

2. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan dengan menggunakan Urat Setoran Pajak yang diisi sesuai perhitungan yang telah dilakukan pemotong pajak

3. Pemotongan pajak memberikan Bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 kepada pegawai.

Tabel 3.5 Pemotongan dan Penyetoran PPh 21

No Uraian Keterangan


(43)

Tunjangan, Honorarium, dll 2 Saat Penyetoran Paling Lambat tanggal 10

bulan berikutnya 3 Tempat Penyetoran Bank / Kantor Pos

4 Bukti Setoran SPP

F. Pencatatan dan Pelaporan PPh Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Camat Medan Denai

Format / bentuk dan tata cara pencatatan, seperti ditetapkan dalam Pasal 28 ayat (12) UU KUP diatur dengan Keputusan Dirjen Pajak, yang sekarang berlaku adalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-4/PJ/2009. Pada prinsipnya pencatatn harus mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

Pencatatan harus dibuat secara lengkap dan benar, serta didukung dengan dokumen yang dijadikan dasar perhitungan peredaran atau penerimaan bruto atau penghasilan bruto, serta penghasilan yang bukan objek pajak atau penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final. Pencatatan dalam suatu tahun pajak meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan, mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Pencatatan harus dapat menggambarkan sejumlah peredaran bruto atau penerimaan bruto, seta penghasilan yang bukan objek pajak atau penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. Bagi Wajib PajakOrang Pribadi yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha atau tempat usaha, pencatatan harus dapat


(44)

menggambarkan secara jelas jumlah peredaran atau penerimaan bruto dari masing – masing jenis usaha dan tempat yang bersangkutan.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas ynag boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Perhitungan penghasilan Netto harus mencatat peredaran atau penerimaan bruto, penghasilan yang bukan objek pajak, dan penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final. Sedangkan WPOP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas harus mencatat penghasilan bruto dan penghasilan yang bukan objek pajak atau penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final.

Pencatatan yang dilakukan akan menjadi dasar penyusunan SPT Tahunan PPh, hal mana WPOP harus mencatumkan jumlah peredaran usaha atau penerima bruto setiap bulan selama setahun. Dalam hal WPOP menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, yang sudag dipotong PPh-nya oleh pemberi kerja, menyimpan formulir 1721 – A1 sudah dianggap melakukan pencatatan, kemudian untuk SPT tahunan PPh-nya wajib dilampirkan fotokopi formulir 1721 – A1 tersebut.


(45)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab III adalah:

1. Sistem penggajian dan pengenaan pajak penghasilan pasal 21 yang dilakukan untuk pegawai negeri sipil membutuhkan mekanisme yang rumit dan panjang. Mekanisme tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah di buat pada setiap daerah. Perlu adanya ketaatan bagi Bendahara Pengeluaran yang mengurusi pencairan gaji pegawai dapat menerima cairnya gaji bagi pegawai.

2. Mekanisme pencairan gaji pegawai dan pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 membutuhkan dokumen yang banyak. Dokumen tersebut harus dipenuhi dan diperlengkapi saat pengajuan permintaan gaji pegawai.

B.Saran

Berikut beberapa saran yang dapat dipertimbangkan berdasar kesimpulan di atas:

1. Perlu ada sosialisasi tentang mekanisme penggajian pegawai negeri sipil untuk setiap pegawai karena system penggajian yang tidak mudah. Sosialisai perlu dilakukan untuk membuat setiap pegawai negeri sipil mengerti mekanisme dan dokumen yang dibutuhkan dalam proses penggajian. Jika setiap pegawai negeri sipil menyadari tidak mudah menjadi


(46)

Bendahara Pengeluaran dan menjadikan pegawai negeri sipil untuk tidak banyak menuntut dalam hal agar gaji dapat dicairkan dengan cepat.

2. Setiap pegawai negeri sipil lebih baik diajarkan prosedur pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji. Perlu diajarkan juga tentang prosedur dalam melaporkan penghasilan yang diterima dan pajak yang disetor ke Negara pada tiap masanya. Hal itu perlu dilakukan agar pegawai negeri sipil tidak merasa kebingungan saat prosedur tersebut harus ditempuh. Setiap pegawai negeri sipil perlu diberitahukan bahwa atas gaji yang di terima juga dikenakan Pajakl Penghasilan Pasal 21 yang dipotong oleh Pemerintah Pusat.

                         


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta,Jakarta

Devanto, Sony dan S.Kurnia. 2006.Perpajakan : Konsep, Teori dan IS , Kencana Jakarta

Hadi,Sutrisni.2000.Metodologi Riset.Yogyakarta : Andi

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak. 2011. Bendahara Mahir Pajak.Jakarta

Mardismo. 2009.Perpajakan Edisi Revisi 2008.Yogyakarta: Andi Waluyo, 2007. Perpajakan Indonesia. Bandung , Salemba Empat  


(1)

E.Pemungutan dan Penyetoran PPh Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Medan Denai

Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan dikantor camat Medan denai terkait dengan peraturan:

a. Pasal 21 Undang – undang PPh.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008. d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010.

e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009.

Tata cara penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 :

1. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset mendaftarkan diri sebagai pemotong pajak ke Kantor Pelayanan Pajak di Medan

2. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan dengan menggunakan Urat Setoran Pajak yang diisi sesuai perhitungan yang telah dilakukan pemotong pajak

3. Pemotongan pajak memberikan Bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 kepada pegawai.

Tabel 3.5 Pemotongan dan Penyetoran PPh 21

No Uraian Keterangan


(2)

Tunjangan, Honorarium, dll 2 Saat Penyetoran Paling Lambat tanggal 10

bulan berikutnya 3 Tempat Penyetoran Bank / Kantor Pos

4 Bukti Setoran SPP

F. Pencatatan dan Pelaporan PPh Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Camat Medan Denai

Format / bentuk dan tata cara pencatatan, seperti ditetapkan dalam Pasal 28 ayat (12) UU KUP diatur dengan Keputusan Dirjen Pajak, yang sekarang berlaku adalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-4/PJ/2009. Pada prinsipnya pencatatn harus mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

Pencatatan harus dibuat secara lengkap dan benar, serta didukung dengan dokumen yang dijadikan dasar perhitungan peredaran atau penerimaan bruto atau penghasilan bruto, serta penghasilan yang bukan objek pajak atau penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final. Pencatatan dalam suatu tahun pajak meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan, mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Pencatatan harus dapat menggambarkan sejumlah peredaran bruto atau penerimaan bruto, seta penghasilan yang bukan objek pajak atau penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. Bagi Wajib PajakOrang Pribadi yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha atau tempat usaha, pencatatan harus dapat


(3)

menggambarkan secara jelas jumlah peredaran atau penerimaan bruto dari masing – masing jenis usaha dan tempat yang bersangkutan.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas ynag boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Perhitungan penghasilan Netto harus mencatat peredaran atau penerimaan bruto, penghasilan yang bukan objek pajak, dan penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final. Sedangkan WPOP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas harus mencatat penghasilan bruto dan penghasilan yang bukan objek pajak atau penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final.

Pencatatan yang dilakukan akan menjadi dasar penyusunan SPT Tahunan PPh, hal mana WPOP harus mencatumkan jumlah peredaran usaha atau penerima bruto setiap bulan selama setahun. Dalam hal WPOP menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, yang sudag dipotong PPh-nya oleh pemberi kerja, menyimpan formulir 1721 – A1 sudah dianggap melakukan pencatatan, kemudian untuk SPT tahunan PPh-nya wajib dilampirkan fotokopi formulir 1721 – A1 tersebut.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab III adalah:

1. Sistem penggajian dan pengenaan pajak penghasilan pasal 21 yang dilakukan untuk pegawai negeri sipil membutuhkan mekanisme yang rumit dan panjang. Mekanisme tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah di buat pada setiap daerah. Perlu adanya ketaatan bagi Bendahara Pengeluaran yang mengurusi pencairan gaji pegawai dapat menerima cairnya gaji bagi pegawai.

2. Mekanisme pencairan gaji pegawai dan pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 membutuhkan dokumen yang banyak. Dokumen tersebut harus dipenuhi dan diperlengkapi saat pengajuan permintaan gaji pegawai.

B.Saran

Berikut beberapa saran yang dapat dipertimbangkan berdasar kesimpulan di atas:

1. Perlu ada sosialisasi tentang mekanisme penggajian pegawai negeri sipil untuk setiap pegawai karena system penggajian yang tidak mudah. Sosialisai perlu dilakukan untuk membuat setiap pegawai negeri sipil mengerti mekanisme dan dokumen yang dibutuhkan dalam proses penggajian. Jika setiap pegawai negeri sipil menyadari tidak mudah menjadi


(5)

Bendahara Pengeluaran dan menjadikan pegawai negeri sipil untuk tidak banyak menuntut dalam hal agar gaji dapat dicairkan dengan cepat.

2. Setiap pegawai negeri sipil lebih baik diajarkan prosedur pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji. Perlu diajarkan juga tentang prosedur dalam melaporkan penghasilan yang diterima dan pajak yang disetor ke Negara pada tiap masanya. Hal itu perlu dilakukan agar pegawai negeri sipil tidak merasa kebingungan saat prosedur tersebut harus ditempuh. Setiap pegawai negeri sipil perlu diberitahukan bahwa atas gaji yang di terima juga dikenakan Pajakl Penghasilan Pasal 21 yang dipotong oleh Pemerintah Pusat.

                         


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta,Jakarta

Devanto, Sony dan S.Kurnia. 2006.Perpajakan : Konsep, Teori dan IS , Kencana Jakarta

Hadi,Sutrisni.2000.Metodologi Riset.Yogyakarta : Andi

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak. 2011. Bendahara Mahir Pajak.Jakarta

Mardismo. 2009.Perpajakan Edisi Revisi 2008.Yogyakarta: Andi

Waluyo, 2007. Perpajakan Indonesia. Bandung , Salemba Empat