T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kematangan Emosional Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Remaja PPA IO935 “Air Hidup” Surakarta T1 BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diambil penulis adalah remaja PPA IO-935
“Air Hidup” Surakarta. Dalam penelitian ini subjek yang diambil 10 siswa.
Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan pengambilan sampel random
sederhana dengan membagi 2 kelompok.
4.2. Pelaksanaan Penelitian
4.2.1. Perijinan
Langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum melaksanakan
penelitian adalah mengurus surat ijin terlebih dahulu. Sebelumnya penulis
telah meminta ijin kepada Koordinator PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta
secara informal untuk mengadakan penelitian di PPA IO-935 “Air Hidup”
Surakarta. Setelah peneliti mendapatkan ijin maka penulis dapat melakukan
penelitian.
4.2.2. Pengumpulan Data
a) Tes Awal (pre-test)
Pre-test dilaksanakan pada tanggal 13 Sebtember 2016 dengan menyebar skala
kematangan emosional yang terdiri dari 47 item pernyataan. Tabel hasil
sebagai berikut :


28

Tabel 4.1. Perbandingan hasil pre test kelompok kontrol dan
eksperimen
No

Nama
Ek
DC
DW
IS
RP
ED

Total

Ko
AN
AL
NV

ET
T

Ek

1
2
3
4
5
Jumlah
Keterangan Ek: Eksperimen
Ko: Kontrol
Rendah : 46-94
Sedang :95-142
Tinggi : 143-190

kategori
Ek
Ko

Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

Ko

90
92
93
94
94
463


92
92
93
94
93
464

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebelum kelompok
eksperimen diberi penjelasan kematangan emosional melalui layanan
bimbingan kelompok terdapat 10 remaja kategori rendah yang akan dibagi
menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.2. Pengolahan uji statistik hasil pre test kelompok kontrol dan
eksperimen

Ranks
pretest
jumlah ekperimen

N


Mean Rank Sum of Ranks

5

6.20

31.00

kontrol

5

4.80

24.00

Total

10


29

Test Statisticsb
Jumlah
Mann-Whitney U

9.000

Wilcoxon W

24.000

Z

-.759

Asymp. Sig. (2-tailed)

.448


Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]

.548a

a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: pretest
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil pre test antara
kelompok eksperimen dan kontrol dengan teknik Mann Whitney nampak
bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) p=0.448 > 0.05 dengan mean rank pre test.
Selisih mean rank post test antara kelompok eksperimen dan kontrol sebesar
1.4, yang artinya tidak ada perbedaan pemahaman kematangan emosional
remaja yang signifikan antara kelompok eksperimen sebelum diberikan
bimbingan kelompok dengan kelompok kontrol.

b) Perlakuaan
Treatment diberikan dengan memberi layanan secara berkelanjutan
menggunakan

layanan


bimbingan

kelompok.

Kegiatan

eksperimen

dilaksanakan 7 kali pertemuan yaitu mulai tanggal 12 Januari 2017. sampai
tanggal 18 Januari 2017. Layanan ini dikatakan berhasil apabila siswa
menunjukkan antusiasme mengikuti kegiatan dan siswa dapat meningkatkan
kematangan emosionalnya. Adapun sesi eksperimen peningkatan kematangan
emosional melalui layanan bimbingan kelompok sebagai berikut:

30

1. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Januari 2017.

Topik pada pertemuan pertama ini adalah kematangan emosional. Tujuan

dari pertemuan pertama ini adalah siswa dapat mengetahui dan
menjelaskan tentang kematangan emosional. Dalam melaksanakan layanan
bimbingan kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan peneliti
yaitu :
a. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini penulis menyiapkan RPL Bimbingan Kelompok,
skenario kegiatan serta materi yang akan digunakan. Pada pertemuan
pertama dihadiri 5 Peserta anggota kelompok treatment. Topik yang
akan di angkat dalam pertemuan pertama adalah “Kematangan
Emosional”. Penulis kemudian menjelaskan pengertian, tujuan, asasasas serta mekanisme pelaksanaan bimbingan kelompok
b. Tahap Peralihan
Pada tahap ini penulis menjelaskan topik yang akan dibahas dan
menanyakan kesiapan peserta dalam mengikuti bimbingan kelompok.
c. Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan di awali dengan melakukan permainan “inilah aku”
dalam permainan ini peserta diminta memperkenalkan diri dan
menjelaskan tentang dirinya. Setelah permainan selesai penulis
menjelaskan tentang topik yang akan di bahas mengenai kematangan
emosional.penulis menjelaskan apa itu kematangan emosional, manfaat
dan aspek-aspek kematangan emosional.


31

d. Tahap Penngakhiran
Dalam kegiatan penutup Penulis menjelaskan bahwa pertemuan
pertama akan segera berakhir dan Penulis mengajak Peserta untuk
melakukan evaluasi kegiatan. Sebagai evaluasi penulis mengadakan
evaluasi proses yaitu dengan mengobservasi proses layanan bimbingan
kelompok pada pertemuan pertama. Kemudian penulis mengevaluasi
hasil kegiatan dengan lembar refleksi diri yang harus diisi Peserta
setelah kegiatan layanan bimbingan kelompok berlangsung.
Proses layanan bimbingan kelompok ini secara keseluruhan berjalan
lancar tetapi peserta masih belum terbuka dan pasif dalam mengikuti
kegiatan. Hal ini disebabkan karena kegiatan ini termasuk kegiatan
yang baru bagi siswa dan belum terbuka terhadap penulis.
Dari hasil pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan
kelompok berlangsung, terlihat semua anggota kelompok malu-malu..
Tetapi setelah berjalan, ada beberapa peserta yang sudah berani
bertanya dan mulai mengutarakan pendapatnya tentang topik yang
dibahas.

2.

Pertemuan II dilaksanakan Jumat, 13 Januari 2017.
Tujuan dari pertemuan kedua ini adalah siswa mampu memberikan
contoh serta menceritakan pengalamannya yang berkaitan dengan
kematangan

emosional.

Dalam melaksanakan

layanan

bimbingan

kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :

32

a. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini penulis menyiapkan RPL Bimbingan Kelompok,
skenario kegiatan serta materi yang akan digunakan. Pada
pertemuan pertama dihadiri 5 Peserta anggota kelompok treatment.
Topik yang akan di angkat dalam pertemuan pertama adalah
“Kematangan
pengertian,

Emosional”.

tujuan,

Penulis

asas-asas

serta

kemudian

menjelaskan

mekanisme

pelaksanaan

bimbingan kelompok.
b. Tahap Peralihan
Pada tahap ini penulis menjelaskan topik yang akan di bahas dan
menanyakan

kesiapan

peserta

dalam

mengikuti

bimbingan

kelompok
c. Tahap kegiatan
Penulis menanyakan kembali topik kegiatan layanan bimbingan
kelompok yang pertama dengan topik kematangan emosional,
penulis

meminta

peserta

untuk

memberikan

contoh

serta

menceritakan pengalaman yang berkaitan dengan kematangan
emosional.
d. Tahap Pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis memberikan beberapa pertanyaan kepada
peserta seperti apa yang diperoleh dari kegiatan ini.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan
kelompok, berlangsung secara lancar. Pada pertemuan kedua

33

peserta sudah mulai terbuka dan aktif dalam menyampaikan
pendapat pada sesi diskusi.
3.

Pertemuan III dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Januari 2017.
Topik pada pertemuan ketiga ini adalah kemandirian. Tujuan pada
pertemuan kali ini adalah agar peserta dapat mengambil keputusan dari
sesuatu yang dikehendaki serta bertanggung jawab atas keputusan yang
telah di ambil. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok
terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
a. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini penulis menyiapkan RPL Bimbingan Kelompok,
skenario kegiatan serta materi yang akan digunakan. Pada
pertemuan pertama dihadiri 5 Peserta anggota kelompok treatment.
Topik yang akan di angkat dalam pertemuan pertama adalah
“Kemandirian”. Penulis kemudian menjelaskan pengertian, tujuan,
asas-asas serta mekanisme pelaksanaan bimbingan kelompok.
b. Tahap Peralihan
Pada tahap ini kegiatan penulis melakukan pembinaan untuk
mengkondisikan suasana kelompok supaya siap untuk menerima
layanan bimbingan kelompok yang ketiga. Pembinaan dilakukan
dengan memberi salam, menanyakan kesiapan peserta dalam
melakukan bimbingan kelompok.
c. Tahap kegiatan
Tahap kegiatan penulis menjelaskan tentang topik yang akan di

34

bahas mengenai kemandirian. Penulis menjelaskan apa itu
kemandirian dan ciri-ciri kemandirian. Penulis juga menjelaskan
sedikit tentang role play dan membagikan naskah role play untuk
dipelajari peserta. Setelah selesai mempelajari naskah, peserta di
minta untuk melakukan role play.
d. Tahap Pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis menanyakan kesimpulan materi dan
kegiatan pada pertemuan ketiga.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan
kelompok berlangsung, terlihat peserta sangat bersemangat dan
semua sudah aktif dalam memainkan peran.
4.

Pertemuan IV dilaksanakan pada hari Minggu, 15 Januari 2017.
Topik pada pertemuan ke empat ini adalah kemadirian. Tujuan dari
kegiatan layanan bimbingan kelompok yang ke empat ini adalah peserta
dapat memberikan contoh serta memainkan peran tentang topik yang
berkaitan dengan kemandirian. Dalam melaksanakan layanan bimbingan
kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
a. Tahap pembentukan
Untuk melaksanakan kegiatan ini, penulis adalah memberika salam,
memeriksa situasi dan kondisi kelompok, memeriksa kehadiran
anggota kelompok, dan semuanya hadir. Kemudian sebelum
memasuki tahap berikutnya penulis menjelaskan prosedur kegiatan
yang akan dilakukan

35

b. Tahap peralihan
Pada tahap ini Penulis menanyakan kesiapan peserta untuk
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
c. Tahap kegiatan
Peserta

diminta

untuk

berdiskusi

dalam

kelompok

untuk

memberikan contoh tentang kemandirian kemudian menentukan
topik untuk melaksanakan role play yang naskahnya akan di buat
oleh peserta melalui diskusi kelompok. Setelah diskusi selesai
peserta menampilkan role play.
d. Tahap pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis menanyakan kesimpulan dari kegiatan
yang telah dilakukan dan manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan
tersebut.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan
kelompok berlangsung pserta aktif melakukan diskusi untuk
menentukan topik role play dan sangat akif dalam kegiatan role
play.
5.

Pertemuan V dilaksanakan pada hari Senin, 16 Januari 2017
Pada pertemuan kelima ini dengan topik kemampuan beradaptasi. Dengan
tujuan peserta mampu menghadapi situasi dengan karakteristes orang
yang berbeda. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok
terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis, yaitu:
a. Tahap pembentukan

36

Untuk melaksanakan kegiatan ini, penulis adalah memberikan
salam, memeriksa situasi dan kondisi kelompok, memeriksa
kehadiran anggota kelompok, dan semuanya hadir. Kemudian
sebelum memasuki tahap berikutnya penulis menjelaskan tujuan
pertemuan kelima.

b. Tahap peralihan
Penulis menanyakan kesiapan peserta untuk mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok serta memberikan informasi tentang prosedur
kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Tahap kegiatan
Pada kegiatan ini penulis menjelaskan sedikit materi tentang
kemampuan beradaptasii serta mengajak peserta untuk berdiskusi
tentang kemampuan seseorang untuk beradaptasi, apa manfaat dari
beradaptasi. Peserta saling nyampaikaan dan menanggapi pendapat
satu dengan yang lain.
e. Tahap pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis menanyakan kesimpulan dari kegiatan
yang telah dilakukan dan manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan
tersebut.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan
kelompok berlangsung peserta aktif melakukan diskusi dan
menyampaikan pendapatnya.

37

6.

Pertemuan VI dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Januari 2017.
Pada tahap ini dengan topik kemampuan menguasai amarah. Adapun
tujuan layanan bimbingan kelompok ini yaitu denagn cara mengendalikan
amarah peserta mampu mengetahui hal yang membuat marah Dalam
melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok terdapat langkahlangkah yang digunakan penulis yaitu:
a. Tahap Pembentukan
Untuk melaksanakan kegiatan ini, penulis adalah memberikan
salam, memeriksa situasi dan kondisi kelompok, memeriksa
kehadiran anggota kelompok, dan semuanya hadir. Kemudian
sebelum memasuki tahap berikutnya penulis menjelaskan tujuan
pertemuan.

b. Tahap Peralihan
Penulis menanyakan kesiapan peserta untuk mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok serta memberikan informasi tentang prosedur
kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Tahap kegiatan
Pada

tahap

ini

penulis

menjelaskan

kegiatan

yang

akan

dilaksanakan pada pertemuan kelima yaitu permainan. Penulis
menjelaskan prosedur dan peraturan permainan “tentu saja” yang
akan dilaksanakan. Setelah jelas maka permaian akan dilaksanakan.
Selesai melaksanakan permainan, penulis menjelaskan tujuan
permainan dan materi tentang kemampuan menguasai amarah.

38

d. Tahap Pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis menanyakan kesimpulan dari kegiatan
yang telah dilakukan dan manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan
tersebut.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan
kelompok berlangsung peserta aktif melakukan permainan dan
menyampaikan pendapatnya.
7.

Pertemuan VII dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Januari 2017.
Pada petemuan ini dengan topik evaluasi dan posttest. Dengan tujuan agar
peserta dapat menjelaskan manfaat dari bimbingan kelompok yang telah
dilakukan dan melakukan posttest untuk mengetahui pengaruh kegiatan.
Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat langkahlangkah yang digunakan penulis, yaitu :
a. Tahap Pembentukan
Untuk melaksanakan kegiatan ini, penulis adalah memberikan
salam, memeriksa situasi dan kondisi kelompok, memeriksa
kehadiran anggota kelompok, dan semuanya hadir. Kemudian
sebelum memasuki tahap berikutnya penulis menjelaskan tujuan
pertemuan.

b. Tahap Peralihan
Pada tahap ini penulis menanyakan kesiapan peserta untuk
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok serta memberikan
informasi tentang prosedur kegiatan yang akan.

39

c. Tahap kegiatan
Penulis melakukan evalusi dengan mengulas materi dari pertemuan
pertama sampai keenam. Pesert menjelaska apa yang telah di dapat
dari kegoiatan. Peserta melalukan posttest.
d. Tahap Pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis menanyakan kesimpulan dari kegiatan
yang telah dilakukan dan manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan
tersebut serta meyampaikan bahwa ini adalah pertemuan teakhir.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan bimbingan kelompok
berlangsung, peserta mengikuti kegiatan layanan bimbingan
kelompok dengan baik dan peserta masih dapat menjelaskan materi
dari pertemuan pertama sampai ke enam. Sehingga dapat dikatakan
bahwa bimbingan kelompok ini berhasil dan menandakan bahwa
eksperimen ini berakhir.
Tabel 4.3.
Hasil Observasi
Layanan
Ke

Materi

Kematangan
emosional
1-2

Metode

a. Ceramah
b. Diskusi

Hasil Observasi
Selama
proses
kegiatan
berlangsung
bimbingan
kelompok ini secara keseluruhan
berjalan secara lancar dalam
pertemuan pertama ada beberapa
peserta yang kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan.. Namun pada
pertemuan kedua semua anggota
kelompok sudah mulai aktif
dalam
mengikuti
kegiatan
bimbingan kelompok.

40

a. Diskusi
3-4

Kemandirian

b. Role Play

a. Ceramah
5

Kemampuan
beradaptasi

6

Kemampuan
menguasai
amarah

7

Evaluasi
posttest

b. Diskusi

a. Diskusi
b. Permainan

dan
a. Diskusi

Kegiatan yang ketiga dan ke
empat sewaktu berlangsungya
bimbingan kelompok kegiatan
direspon baik oleh para peserta.
Semua anggota kelompok aktif
dalam melakukan role play dan
diskusi dalam kelompok. Peserta
juga dapat memberikan contoh
dan menunjukkannya dalam role
play yang di buat oleh peserta.
Proses
kegiatan
selanjutnya
berjalan dengan lancar dan
peserta dapat berdiskusi dan
saling meninggapai diskusi satu
dengan yang lain. Peserta juga
dapat
memberikan
contoh
tentang kemmpuan beradaptasi
di lingkungan sekitar.
Kegiatan ke 6 proses pertemuan
penulis mengajak peserta untuk
melakukan
permainan.
Permainan ini bernama “tentu
saja” dalam permainn ini peserta
berpasangan
dan
saling
mengungkapkan kelemahan dan
kelebihan dari pasangan dan
pernyataan
kelemahan
dan
kelebihan tersebut harus di jawab
dengan kalimat “tentu saja”.
Sehingga dalam permainan ini
peserta
belajar
untuk
mengungkapkan dalam kalimat
yang tidak mudah menyakiti hati
pasangan. Dalam permainan ini
peserta terlihat antusias dan para
peserta belajar untuk tidak cemat
marah.
Proses dipertemuan di akhir
kegiatan bimbingan kelompok
berlangsung,
peserta
sangat
antusias
mengikuti
kegiatan
layanan bimbingan kelompok ini.
Dari pengalaman penulis selama
kegiatan bimbingan kelompok
pertemuan terakhir ini berjalan
lancar sesuai dengan RPL. Siswa
mengikuti kegiatan ini dengan
antusias dan aktif dalam proses
diskusi dan evaluasi, sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
bimbingan kelompok ini berhasil
dan
menandakan
bahwa

41

eksperimen ini berakhir.

c) Tes akhir (Post test)
Post test dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2017 kepada 10 remaja
PPA IO-935 “AIR HIDUP” Surakarta. Pada kegiatan ini penulis membagikan
skala Kematangan Emosional yang berjumlah 47 item.
a. Analisis Data
Setelah hasil observasi selama kegiatan bimbingan kelompok selesai
dilakukan, penulis memberikan pos test, lalu mengolah data instrument.
Tabel 4.4. Perbandingan hasil post test kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
No

Nama
Ek
DC
DW
IS
RP
ED

Ko
AN
AL
NV
ET
T

Total
Ek
145
156
168
166
180
815

Kategori
Ko

Ek
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi

Ko
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah

1
92
2
96
3
93
4
95
5
94
Jumlah
470
Keterangan Ek: Eksperimen
Ko: Kontrol
Rendah : 46-94
Sedang :95-142
Tinggi : 143-190
Setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok, kemudian diadakan
test yang hasilnya menunjukan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat 5
remaja pada kategori tinggi. Skor terendah post test kelompok eksperimen
adalah 145 dan skor tertinggi 180 sedangkan pada kelompok kontrol terdapat
4 remaja pada kategori rendah dan 1 siswa pada kategori sedang. Skor
terendah post test kelompok kontrol adalah 92 sedangkan tertinggi 96.

42

Setelah seluruh data terkumpul maka penulis melakukan pengolahan
data dengan menggunakan teknik analisis Mann Whitney (U-Test) dengan
bantuan program SPSS 16.0. dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5. Uji Mann Whitney (U-Test) post test kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen
Ranks
postest

N

jumlah eksperimen

Mean Rank Sum of Ranks

5

8.00

40.00

kontrol

5

3.00

15.00

Total

10
Test Statisticsb
Jumlah
Mann-Whitney U

.000

Wilcoxon W

15.000

Z

-2.611

Asymp. Sig. (2-tailed)

.009

Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]

.008a

a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: postest
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil pos test antara
kelompok eksperimen dan kontrol dengan teknik Mann Whitney nampak
bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) p=0.009 ≤ 0.05 dengan mean rank post test
kelompok eksperimen 8.00 dan kelompok kontrol 3.00.

43

4.3. Uji Hipotesis
Setelah seluruh data terkumpul maka penulis melakukan pengolahan
data dengan menggunakan teknik analisis Mann Whitney (U-Test) dengan
bantuan program SPSS 16.0. dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6. Uji Mann Whitney (U-Test) pre test dan posttest
kelompok eksperimen
Ranks
kelompo
k
jumlah pretest
posttest
Total

N

Mean Rank Sum of Ranks
5

3.00

15.00

5

8.00

40.00

10

Test Statisticsb
jumlah
Mann-Whitney U

.000

Wilcoxon W

15.000

Z

-2.619

Asymp. Sig. (2-tailed)

.009

Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]

.008a

a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil pos test antara
kelompok eksperimen dan kontrol dengan teknik Mann Whitney nampak
bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) p=0.009 ≤ 0.05 dengan mean rank post test 3.00
dan pre test 5.00. Selisih mean rank post test dan pre test kelompok

44

eksperimen sebesar 5.00, yang artinya ada peningkatan kematangan emosional
remaja antara kelompok eksperimen setelah diberikan bimbingan kelompok.
Pada pengolahan hasil uji beda pre test dan post test kelompok
eksperimen nampak p = 0.009 ≤ 0.050 yang menunjukkan ada perbedaan
antara pre test dan post test dalam kemtangan emosional setelah diberi layanan
bimbingan kelompok.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis bahwa “kematangan
Emosional remaja PPA IO-935 “AIR HIDUP” Surakarta meningkat melalui
layanan bimbingan kelompok” dinyatakan diterima.
4.4. Pembahasan
Kematangan emosional merupakan suatu keadaan untuk mencapai tingkat
kedewasaan dari perkembangan emosional dan karena itu pribadi yang
bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosi yang pantas bagi anak-anak.
Istilah kematangan atau kedewasaan emosi seringkali membawa implikasi adanya
kontrol emosional. Bagian terbesar orang dewasa mengalami pula emosi yang
sama dengan anak-anak, namun mereka mampu menekan atau mengontrolnya
lebih baik, khususnya di tengah-tengah situasi sosial (Chaplin 2002).
Menurut Darajat (1982), remaja adalah masa peralihan dari anak
menjelang dewasa. Disisi lain, perlu dicermati bahwa PPA“Air Hidup” IO-935
Surakarta di bagi menjadi beberapa kelompok usia dan salah satunya adalah usia
remaja, masa ini disebut pula masa transisi dari kanak-kanan ke masa dewasa.
Namun pada kenyataannya anak PPA“Air Hidup” IO-935 Surakarta usia
remaja belum dapat mengontrol dan mengendalikan emosinya dengan baik. Dari

45

hasil observasi yang dilakukan peneliti terdapat hubungan yang kurang harmonis
dari remaja PPA “Air Hidup” IO-935 Surakarta. Hal ini di karenakan remaja
belum dapat mengontrol dan mengendalikan emosinya dengan baik sehingga
terjadi adanya perbedaan pendapat antar individu, kurang mampu menyelesaikan
masalah, kurang bertanggung jawab, serta kurang mampu menguasai amarah
sehingga terjadi perselisihan antara individu.
Melalui hasil observasi yang dilakukan penulis pada remaja PPA “Air
Hidup” IO-935 Surakarta terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kematangan emosional remaja yang pertama adalah pola asuh orang tua yaitu
bagaimana cara orang tua dalam mendidik dan berinteraksi dengan keluarga akan
sangat berpengaruh pada perilaku remaja. Faktor kedua adalah lingkungan yaitu
tempat dimana remaja dapat berinteraksi dengan orang lain seperti sekolah dan
lingkungan tempat tinggal, dari pengalaman remaja berinterksi dengan lingkungan
maka akan membentuk perilaku remaja. Faktor ketiga adalah diri sendiri yaitu
bagaimana remaja dapat berfikir dan berperilaku sesuai dengan usianya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Astuti (2000) yang menyatakan beberapa faktor yang
mempengaruhi kematangan emosional seseorang yaitu pola asuh orang tua,
pengalaman traumatis, temperamen, usia, dan jenis kelamin.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kematangan
emosional

adalah

melalui

bimbingan

kelompok.

Prayitno

(1996)

mengemukakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas

46

mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain sebagainya,
sehingga apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta
yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Dari hasil uji hipotesis diketahui bahwa bimbingan kelompok untuk
meningkatkan kematangan emosional ditunjukkan dengan hasil uji beda p =
0.009 ≤ 0.050. Selisih mean rank post test dan pre test kelompok eksperimen
sebesar 5.00 sehingga ada perbedaan antara kelompok eksperimen dalam
peningkatan kematangan emosional setelah diberi layanan bimbingan
kelompok.
Layanan Bimbingan kelompok diadakan selama 7 kali pertemuan.
Layanan Bimbingan kelompok ini mengajarkan pada remaja untuk lebih saling
terbuka dan saling menghormati satu sama lain. Bimbingan kelompok ini
sangat membantu untuk membantu memecahkan masalah pribadi, sosial,
belajar, karir. Salah satu permasalahan yang dapat diselesaikan dengan layanan
bimbingan kelompok adalah kematangan emosional.
Peningkatan kematangan emosional pada remaja PPA IO-935 “Air
Hidup” Surakarta juga dapat dilihat dari perubahan perilaku remaja pada
kelompok ekperimen. Pada saat layanan bimbingan kelompok belum di
berikan, remaja

PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta cenderung bersikap

menjauhi satu dengan yang lain karena remaja PPA IO-935 “Air Hidup”
Surakarta menghadapi dan menerima karakteristik orang lain. Remaja PPA
IO-935 “Air Hidup” Surakarta kurang mampu untuk menyelesaikan masalah
serta mengambil keputusan. Menurut Hurlock (1999) Kematangan emosional

47

dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang
stabil terhadap suatu objek permasalahan sehingga untuk mengambil suatu
keputusan atau bertingkah laku didasari dengan suatu pertimbangan dan tidak
mudah berubah-ubah dari suatu suasana ke suasana hati yang lain. Setelah
dilakukan layanan bimbingan kelompok, remaja PPA IO-935 “Air Hidup”
Surakarta dapat membangun hubungan pertemanan dengan baik dan remaja
mampu menerima dan menghadapi situasi dengan beragam karakteristik
orang.

Remaja

PPA

IO-935

“Air

Hidup”

Surakarta

juga

mampu

menyelesaikan masalahnya dan mengambil keputusan dengan baik
Hasil penelitian yang dilakukan penulis menyatakan bahwa kematangan
emosional dapat meningkat melalui bimbingan kelompok. Hal ini mendukung
penelitian Yuni Anto (2014) mengemukakan ada pengaruh signifikan antara
bimbingan kelompok terhadap kematangan emosional dan penelitian Sebtia
Ningsih, Elni Yakub dan Tri Umari (2013) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kematangan emosional anak bungsu setelah diberikan layanan
bimbingan kelompok.

48

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Hubungan Antara Kepercayaan Diri DenganMotivasi Berprestasi Remaja Panti Asuhan

17 116 2

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5