sejarah islam di asia tenggara

Tugas Terstruktur

Dosen Pengampu

Sejarah Islam Asia Tenggara

M. Fauzan,M.Ag

ISLAM DI THAILAND

KELOMPOK 11
1. ANI LESTARI
2. ISMIYATUL RAHMAH
3. RIJALUL

(11411202793)
(11411200149)

KELAS : 2 G
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya,dan tidak lupa kepada junjungan alam dan teladan bagi
umat yakni Nabi besar Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
yang diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah SEJARAH ISLAM ASIA
TENGGARA yang berjudul “Islam di Thailand”.
Makalah ini dapat diselesaikan tidak jauh dari kerja sama anggota kelompok dan saya
berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini telah disusun berdasarkan sumber-sumber yang ada . Namun kami selaku
penulis sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, tapi kami sudah berusaha
semaksimal mungkin agar makalah ini dapat digunakan selayaknya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk membuat makalah selanjutnya lebih
baik dan sempurna.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pekanbaru, Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.


Proses Masuknya Islam ke Thailand .................................................................
Problema Minioritas Muslim Thailand ...............................................................
Minioritas Muslim Thailand (Akar Sejarah) .......................................................
Minioritas Muslim Thailand dan Kebijakan Pemerintah ....................................
Perkembangan Kontemporer Minioritas Muslim Thailand .................................
Pendidikan islam di Thailand ...........................................................................

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Thailand, Negeri yang mayoritasnya beragama Buddha. Penduduk muslim
Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di Propinsi

Pattani, Yala, Narathiwat, Satun dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian
dari Daulah Islamiyyah Pattani. Dengan jumlah umat yang menjadi minoritas ini,

walau menjadi agama ke-dua terbesar setelah Buddha, umat Islam Thailand sering
mendapat serangan dari umat Buddha (umat Buddha garis keras), intimidasi, bahkan
pembunuhan masal.
Dalam makalah ini, pemakalah akan mencoba membahas beberapa hal penting
tentang Islam di Thailand. Antara lain: Sejarah masuknya Islam di Thailand,Problema
Minioritas Muslim Thailand,Minoritas Muslim Thailamd (akar sejarah),Minoritas
Muslim Thailand dan Kebijakan Pemerintah, Perkembangan Kontemporer Minoritas
Muslim Thailand . Hal-hal tersebut menjadi pembahasan pemakalah dalam tulisan ini,
karena merupakan sebuah upaya besar dalam mengangkat dan menyebarkan agama
Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya islam di Thailand ?
2. Apa problema minoritas Muslim Thailand?
3. Bagaimana akar sejarah minoritas Muslim Thailand?
4. Bagaimana perkembangan kontemporer minoritas muslim Thailand?
5. Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap minoritas Muslim Thailand?
6. Bagaimana pendidikan islam di Thailand?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam ke Thailand
Asal Mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan
yang berumur pendek,yaitu Kerajaan Sukhotai yang didirikan pada tahun
1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan Kerajaan Ayyutthaya yang didirikan
pada pertengahan abad ke -14 dan mempunyai wilayah kekuasaan yang lebih
besar dibandingkan Sukhotai. Kebudayaan Thailand dipengaruhi kuat oleh
Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai

pada abad ke-16. Meski mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap
bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah
dijajah oleh negara Eropa. Namun demikian,pengaruh Barat,termasuk
ancaman kekerasan,mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan
diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagan Britania.1
Muslim di Thailand sekitar 15 persen, dibandingkan penganut Budha,
sekitar 80 persen. Mayoritas Muslim tinggal di Selatan Thailand, sekitar 1,5
juta jiwa, atau 80 persen dari total penduduk, khususnya di Patani, Yala dan
Narathiwat, tiga provinsi yang sangat mewarnai dinamika di Thailand Selatan.
Thailand Selatan terdiri dari lima provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat, Satun
dan Songkhla, dengan total penduduk 6.326.732 (Kantor Statistik Nasional,
Thailand, 2002). Mayoritas penduduk Muslim terdapat di empat provinsi:

Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun, yaitu sekitar 71% diperkotaan, dan 86 %
di pedesaan sedangkan di Songkhla, Muslim sekitar 19 %, minoritas, dan 76.6
% Buddha. Sementara mayoritas penduduk yang berbahasa Melayu, rata-rata
70% berada di tiga provinsi: Pattani, Yala dan Narathiwat, sementara
penduduk berbahasa China, ada di tiga provinsi: Narathiwat, 0.3 %, Pattani,
1.0 %, dan Yala, 3.0 % (Sensus Penduduk, Thailand, 2000).
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Thailand. Diantaranya ada
yang mengatakan Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 melalui para
pedagang dari Arab. Ada pula yang mengatakan Islam masuk ke Thailand
melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Jika melihat peta Thailand, akan
mendapatkan daerah-daerah yang berpenduduk muslim berada persis di
sebelah Negara-negara melayu, khususnya Malaysia. Hal ini sangat berkaitan
erat dengan sejarah masuknya Islam di Thailand, “jika dikatakan masuk”.
Karena kenyataanya dalam sejarah, Islam bukan masuk Thailand, tapi lebih
dulu ada sebelum Kerajaan Thailand “ Thai Kingdom” berdiri pada abad ke-9.
Islam berada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand Selatan sejak
awal mula penyebaran Islam dari Jazirah Arab. Hal ini bisa dilihat dari fakta
sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya,
sebuah daerah di Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam
mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam sudah ada

lebih dulu sebelum Kerajaan Thai. Lebih dari itu, penyebaran Islam di
1 Dari Wikipedia Indonesia,ensiklopedia bebas Berbahasa
Indonesia,groups.or.id/wikipedia/id/t/h/a/Thailand.html.

kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam dari Arab,
masa khilafah Umar Bin Khatab” (teori arab). Entah daerah mana yang lebih
dahulu didatangi oleh utusan dakwah dari Arab. Akan tetapi secara historis,
Islam sudah menyebar di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di
Malaka, Aceh (Nusantara), serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu
yang berada di daerah Siam (Thailand).
Pada tahun 1613, d’Eredia memperkirakan bahwa Patani masuk Islam
sebelum Malaka yang secara tradisional dikenal sebagai “darussalaam (tempat
damai) pertama” dikawasan itu. Dalam penelitiannya mengenai kedatangan
Islam di Indonesia G.W.J Drewes menemukan bahwa di Trengganu, yang
merupakan salah satu tetangga Patani, agama baru itu sudah dianut secara
mapan menjelang 1386 atau 1387. Dari penemuan ini Wyatt dan Teeuw
menarik kesimpulan bahwa tidak ada alasan mengapa (agama itu) belum
sampai di Patani menjelang tahun itu terutama jika diingat bahwa Patani
terkenal sebagai sebuah pusat Islam yang awal.
Pada puncak kekuasaan patani awal abad ke 17 diletakkan dasar-dasar bagi

perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Ini dimungkinkan oleh hubungan
yang semakin intensif antara negeri Arab yang merupakan pusat Islam dan
Asia Tenggara yang ketika itu pusat perdagangannya. Masa kejayaan yang
sudah lampau itu dilambangkan oleh kaum bangsawan dan hubungan
kekerabatan mereka dengan keluarga Melayu dan oleh citra Patani sebagai
“tempat kelahiran Islam” dikawasan itu. Lembaga keagamaan di Patani dan
daerah sekitarnya berfungsi sebagai penghubung antara golongan elit dengan
rakyat. Kaum ulama berfungsi sebagai kekuatan yang mengabsahkan
kekuasaan yang berlaku dan dukungan mereka sifatnya menentukan bagi
pemelihara dan pengguna kekuasaan politik.
B. Problema Minioritas Muslim Thailand
Problema yang dihadapi kaum Muslim Thailand dan Filipina adalah
problema kelompok minioritas yang harus hidup berdampingan secara damai
dengan non-Muslim dalam negara yang sama.
Persoalan integrasi dan asimilasi di satu sisi serta bagaimana
melestarikan nilai-nilai budaya dan agama adalah persoalan mendasar bagi
kedua kelompok minioritas Muslim di dua negara ini. Kebijakan pemerintah
yang memaksakan asimilasi dan integrasi

dalam perspektif masyarakat


muslim di kedua negara itu dipandang tidak fair,karena dapat membahayakan
dan menghilangkan identitas mereka sebagai Melayu dan Muslim karena itu,
kebijakan integrasi pemerintah mendapat respon yang keras dari minoritas
muslim dikedua negara itu dan telah melahirkan konflik bersenjata antara
kelompok minoritas dan pemerintah.
C. Minoritas Muslim Thailand (akar sejarah)
Minoritas muslim di Muangthai tinggal di empat provinsi bagian
selatan: Pattani, Yala, Satun dan Narathiwat, juga termasuk sebagian dari
provinsi songkhla. Seluruh provinsi ini dulunya termasuk wilayah kesultanan
Pattani. Kapan tepatnya kerajaan Pattani beralih ke agama Islam hingga kini
belum diketahui

dengan pasti

namun proses

islamisasi dikalangan

penduduknya secara lebih intensif terjadi pada abad ke 12 hingga ke 15 syekh

said dari kampong pasai memainkan peranan yang sangat menentukan bagi
proses islamisasi kerajaan pattani yang berikutnya berubah menjadi
kesultanan. Dengan berdirinya kesultanan pattani wilayah ini kemudian tidak
hanya meneguhkan diri sebagai pusat kekuasaan politik dan dunia dagang,
namun juga menjadi tempat persemaian wacana agama dan intelektual.
Instutusi sosial politik kesultanan setidaknya telah berupaya menopang
proses islamisasi dengan cara mempraktekkan islam dalam kehidupan seharihari namun usaha lebih lanjut untuk mempertajam akar islamisasi masyarakat
ini terhalang oleh instabilitas politik kesultanan, terutama setelah pattani
masuk dalam periode “ ratu-ratu pattani”
D. Minoritas Muslim Thailand dan Kebijakan Pemerintah
Sejarah kultural, baik dari segi agama bahasa dan budaya, minoritas
muslim Muangthai yang tinggal di Thailand selatan, merupakan bagian dari
bangsa Melayu, apalagi tempat tinggalnya secara geografis berbatasan dengan
negara-negara Melayu Malaysia.
Sebenarnya, Muslim Thailand lebih memilih untuk memisahkan diri
dari kerajaan Muangthai atau bergabung dengan Malaysia, meskipun berada
dibawah pemerintahan Inggris, karena dengan begitu mereka dapat hidup
bersama dengan masyarakat yang seagama, sebahasa, sebudaya, dan sebangsa.

Dibawah pemerintahan Muangthai yang menganut agama Budha sebagai

agama resmi negara, mereka merasa diperlakukan tidak adil sebagai minoritas.
Disamping itu mereka terisolasi dari birokrasi negara dan pemerintahan, bukan
saja karena pusat pemerintahan jauh dari daerah itu dan perasaan terasing dari
birokrasi negara , tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan agama, bahasa, dan
kebudayaan. Sehingga asimilasi dan integrasi yang diharapkan pemerintah
menjadi sulit tercapai. Kaum muslim Thailand sebaliknya terkesan cenderung
mengisolasi diri, hal itu karena mengalami kesulitan beradaptasi
Selain itu, proses isolasi terhadap kaum muslim Thai, sebagian
disebabkan oleh self impossed, sebagian juga disebabkan oleh orientasi
komunikasi

media.

Siaran

banyak

menggunakan

bahasa

Thai

dan

memfokuskan diri pada soal-soal yang menjadi kepentingan populus thai
Buddis dan Cina. Sangat sedikit program dan waktu siaran dalam bahasa
Melayu. Selain itu surat kabar juga dicetak dalam huruf dan bahasa Thai,
kecuali koran lokal, ada kolom yang menggunakan bahasa Melayu,
kebanyakan Muslim Thai justru mendengarkan siaran atau membaca koran
yang datang dari negara tetangga dekatnya, Malaysia. Oleh karena itu bahasa
Melayu mereka justru bertambah bagus, selain Inggris. Singkatnya, secara
umum kaum muslim dibagian selatan Thailand tetap merasa tidak puas dengan
kebijakan pemerintah dan pengaturan administrasi diwilayah ”tanah tumpah
darah mereka”
Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Phibul Songkhram (19381944) dan (1947-1957) misalnya, dikeluarkan kebijakan dan program integrasi
pemerintahan Muangthai yang sangat mengkhawatirkan rakyat Muslim Patani.
Sebagai seorang yang diktator, Phibul songkhram berusaha men-Siamkan
semua kelompok minoritas non Buddhis di Munghtai. Pada tahun 1940 mulai
diberlakukan dan dipaksakan aturan-aturan kultural tertentu seperti; memakai
pakaian bergaya barat,mengadopsi nama-nama Thai bila ingin memasuki
sekolah-sekolah pemerintah atau bila ingin melamar pekerjaan didalam jajaran
pemerintahan. Bahasa Melayu dilarang diajarkan di sekolah-sekolah negeri
atau digunakan dalam percakapan dengan para pejabat pemerintah.

Pada periode selanjutnya, pemerintahan Thai mencabut beberapa
kebijakan ekstrem khususnya maklumat Ratthanayom dari rezim lama dan
menunjukkan sikap politik terhadap kaum Muslimin, seperti memberikan
kebebasan kepada minoritas Muslim untuk menjalankan agamanya. Cara ini
berhasil membuat masyarakat Muslim mau terbuka dan mau menggandeng
saudaranya sesama Muslim untuk berperan dalam pembangunan nasional
Muanghtai. Partisipasi Muslim melayu dalam system politik dan sebagai
warga negara Muanghtai mulai tumbuh sejak bangkitnya demokrasi pada
tahun 1979.
E. Perkembangan Kontemporer Minoritas Muslim Thailand
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara pihak Kerajaan Thai
dengan masyarakat Melayu-Muslim tampak membaik. Putera mahkota
kerajaan sering berkunjung ke propinsi-propinsi yang berbatasan dengan
Malaysia itu. Pembangunan jalan dan gedung-gedung sekolah menandai
adanya perhatian yang serius dari pihak kerajaan. Dan yang tak kalah
pentingnya bagi Melayu Muslim adalah bahwa sejak tahun 1990-an mereka
mulai mendapat kebebasan dalam menjalankan syari’at islam di wilayah
mereka itu tetap terus mereka perjuangkan.2
Hubungan pemerintahan dan Melayu-Muslim yang mulai membaik ini
tak dapat dipisahkan dari semakin segarnya angin demokrasi yang bertiup di
negara-negara sedang berkembang termasuk Thailand. Seperti di kemukakan
Abdul Rozak, seorang tokoh patani, bahwa perubahan sikap pemerintah
Thailand itu agaknya lebih karena tekanan Internasional sehubungan dengan
sedang menghangatnya isu Hak Asasi Manusia (HAM). Akan tetapi,meski
pemerintah mencoba memperbaiki hubungannya dengan Melayu-Muslim,
mereka masih belum bisa menghilangkan trauma masa lalunya,terutama
kalangan generasi tua.
Konflik di Thailand Selatan sangat kental dengan nilai-nilai agama.
Mereka melihat konflik ini adalah pertarungan antara Muslim Melayu dan
Buddhis Thai. Kata Muslim dan Buddhis mengarahkan pada kuatnya pengaruh
2 Eddy Yuniardi,”Muslim di Thailand Selatan:Bagai Api dalam sekam”,
Amanah,No.188,1993,hlm.48

agama dalam masing-masing masyarakat. Apabila dilihat lebih dekat, identitas
Muslim Melayu di Selatan memang sangat kuat. Masyarakat khususnya di tiga
provinsi: Pattani, Yala, dan Narathiwat

memiliki identitas keislaman dan

keMelayuan yang tidak bisa dipisahkan.
Upaya rekonsiliasi telah dilakukan oleh pemerintah pusat dalam lima
tahun terakhir dengan terbentuknya Komisi Rekonsiliasi Nasional yang
mengantarkan dan memediasi perdamaian di Selatan. Kuatnya peran tentara di
Thailand,membuat banyak rekomendasi komisi tidak bisa dijalankan.
Pendidikan, pekerjaan dan fasilitas pemerintah lainnya tetap saja tidak leluasa
dinikmati bagi Muslim Melayu. Persyaratan pemakaian ketat bahasa nasional
Thai dan sikap yang mencerminkan nasionalisme –pro kebijakan pusat –
menjadi penghambat rekonsiliasi yag telah dilakukan baik oleh lembaga
swadaya masyarakat,Perguruan Tinggi dan komisi rekonsiliasi. Kehadiran
masyarakat internasional antara lain Nahdlatul Ulama yang menjembatani
ulama di Thailand Selatan dan pemerintahan kerajaan Thailand akan banyak
membuahkan hasil jika pemerintah pusat mengakomodasi gagasan dan
harapan Muslim Melayu di Selatan yaitu penggunaan tradisi Muslim Melayu
lebih terbuka, dan pengakuan pemerintah pusat atas tradisi ini,khususnya di
Pattani ,Yala, dan Narathiwat.
Dengan demikian,dapat disimpulkan,tumbuhnya sikap anti pemerintah
pusat yang dilakukan oleh Muslim di Selatan Thailand diakibatkan banyak
hal. Kesenjangan ekonomi menjadi kunci atas terus berlangsungnya gerakan
‘separatisme etnis’ atas dominasi kolonialisme internal Thailand. Kesenjangan
ini telah berlangsung puluhan tahun. Akibatnya,masyarakat Muslim yang
mendapat tekanan politis dan keamanan dari pemerintah tidak bisa berbuat
banyak. Sebagian dari mereka secara diam-diam mendukung gerakan anti
pemerintah. Bahkan beberapa di antara mereka aktif terlibat dalan aksi
kekerasan.
F. Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Thailand
Proses Islamisasi di Patani tidak bisa di lepaskan dari peranan pendidikan.
Pada tahap awal pendidikan informal sangat berperan yaitu kontak informal

antara mubaligh dengan rakyat setempat. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan
munculnya pendidikan nonformal, dan terakhir pendidikan formal.
Pada tahap awal Pendidikan Agama Islam di Kawasan Thailand Selatan di
laksanakan pendidikan Al Quran. Pengajian Al Quran dilaksanakan di masjid
dan di rumah-rumah Tok guru. Pondok berposisi sebagai lembaga pendidikan
yang amat penting di Thailand Selatan.
Alumnus pondok memiliki posisi yang sangat pening dan memiliki
peranan yang strategis di tengah-tengah masyarakat, mereka menjadi
pemimpin masyarakat khususnya dalam bidang keagamaan, menjadi imam,
khotib,bilal, menjadi ahli jawatan masjid paling tidak menjadi to’lebai.
Pendidikan formal yang dilaksanakan pemerintah dimulai pada masa raja
chalalongkarn atau Rama V pada tahun 1899. Sekolah ini kurang mendapat
sambutan masyarakat. Melihat itu pada tahun 1921 pemerintah mengeluarkan
UU yang mewajibkan sekolah mulai ditingkat sekolah dasar kelas satu sampai
kelas empat.
Kebijakan pemerintah Thailand berikutnya pada tahun 1966 adalah
mewajibkan seluruh institusi pondok untuk mendaftarkan diri ke pemerintah
dibawah Akta Rongrian Rat Son Sasna Islam (sekolah swasta mengajar agama
islam). Sejak itu mulai perubahan pendidikan pondok di Selatan Thailand.
Perubahan itu memunculkan timbulnya madrasah.
A. Perbedaan pondok dengan madrasah di Thailand adalah, pondok
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sistemnya di pengaruhi dengan

sistem

pendidikan

abad

pertengahan, yaitu halaqah.
b. Tidak memakai sistem kelas ( non klasikal).
c. Pelajaran berpedoman pada kitab-kitab yang dibaca di sebuah hall
terbuka dikenal namanya dengan sebutan balaisah, tigakali sehari.
d. Sang murid mencatat penjelasan dan komentar yang mereka
dengaar dari guru mereka.
e. Pelajar-pelajar pemula belajar bersama engan pelajar senior tidak
klasifikasi berdasarkan latar belakang mereka.
f. Tidak ada ujian dan tugas-tugas.
g. Tidak ada batas lamanya studi, seseorang bisa saja sampai
bermukim 10 tahun di pondok itu.
B. Lembaga lembaga Pendidikan Islam di Thailand
1. Pondok dan madrasah

Pondok adalah lembaga pendidikan yang berdiri sebagai
pengembangan dari lembaga pendidikan istana dan mesjid.
Pondok adalah lembaga pendidikan tertua di Patani dan diantara
pondok tertua itu adalah pondok Dala,B ermin, Samela, Dual,
Kota, Gersih, Telok manok, yang mempunyai pengaruh besar bagi
pertumbuhan pendidikan islam di daerah ini,

oleh karna itu

pondok pondok itu banyak didatangi oleh pelajar. Pelajar dari luar
patani. Karena itu pondok ini banyak sekali pengaruhnya bagi
pengembangan bahasa melayu,pengaruhnya juga sampai ke burma
dan kamboja.
Madrasah memakai sistem klasikal, yakni ada tingkatan
tingkatan dan jenjang jenjangnya, baik jenjang itu berdasarkan
kelas maupun jenjang berdasarkan tingkatan sekolah. Institusi
madrasah di thailand dapat dibagi tiga tingkatan :Ibtidaiyah,
Mutawassithah, Tsanawiyah.

2.

Sekolah
Sistem pendidikan di Thailand, berpedoman pada undangundang tentang sistem pendidikan nasional tahun 1999. Berdasarkan
undang-undang tentang sistem pendidikan nasional ada 3 bentuk
pendidikan yaitu: Formal ,Non formal dan informal

3.

Pendidikan Tinggi Islam di Thailand
Sebagai sampel dari perguruan tinggi Islam di Thailand
dikemukakan seperti college of Islamic studies prince of songkla
university.
College of islamic studies mempunyai status yang sama dengan
fakultas. Kolej ini didirikan pada tahun 1989 untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat muslim thailand dalam bidang pengajian tinggi

islam. Kolej ini satu satunya kolej islam negeri dan diharapkan akan
menjadi pusat pengajian tinggi islam di thailand.3

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thailand merupakan salah satu Negara di wilayah di Asia Tenggara yang
mayoritas penduduknya beragama Budha. Tetapi didalam Thailan terdapad provinsi
yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu di Thailand Selatan. Tepatnya di
Pattani dan beberapa provinsi lainnya. Islam masuk di Thailand dengan cara
perdagangan oleh orang-orang Arab. Buktinya lukisan kuno yang menggambarkan
bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand dan juga keberhasilan bangsa
Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah. Meskipun Islam merupakan agama yang
minoritaas di Thailand tetapi Islam mempunyai lembaga yang berpengaruh di
Thailand yaitu Patani United Liberation Organization (PULO).
3 Haidar Putra Daulay,Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara(Jakarta:Rineka
Cipta,2009)hal 131

Kelompok Islam di Thailand, yang menjadi penduduk dinegeri ini sekarang
tinggal di tempat provinsi dibagian selatan, yaitu Pattani, yala, Naratiwat, dan satul.
Juga termasuk bagian di provinsi Shongkala. Dengan demikian, secara historis
kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara Thailand dan
memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya
Muangthai dikenal secara luas. Dengan periode pertumbuhan ekonomi yang sangat
tinggi, muangthai juga mengalami perkembangan yang sangat cepat dibidang
ekonomi sosial-budaya.
B. Saran
Dari beberapa uraian diatas tentunya banyak sekali kesalahan dan
kekurangan. Semua itu dikarenakan keterbatasan penulis. Untuk itu, demi kemajuan
bersama kami mengharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk lebih
sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Eddy Yuniardi.1993.Muslim di Thailand Selatan:Bagai Api dalam sekam,Amanah
Putra Daulay,Haidar.2009. Dinamika Pendidikan Islam di Asia
Tenggara,Jakarta:Rineka Cipta
Helmiati.2011.Sejarah Islam Asia Tenggara,Pekanbaru:Suska Press
Id.wikipedia.org/wiki/islam_di_Thailand