Makalah Lembaga Keuangan Bank and non Ba
MAKALAH
LEMBAGA KEUANGAN BANK dan NON BANK
BANK UMUM (KONVENSIONAL dan SYARIAH)
`
1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2016
MAKALAH
LEMBAGA KEUANGAN BANK dan NON BANK
BANK UMUM (KONVENSIONAL dan SYARIAH)
Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Bank Dan Non
Bank yang dibimbing oleh Bapak Toton Fanshurna
Oleh :
1. Machallafri Iskandar (E20151001)
2. Achmad Maharudin (E20151006)
3. Nur Kamilah
(E201510
4. Windi Wahyuni Ati (E20151017)
2
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: ”Bank Umum”.
Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga,
sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan dari Dosen Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank dan saran dari teman-teman
maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami
semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank dan semoga
segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca
dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk
memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:
1. Dosen Pembimbing mata kuliah Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank, Bapak Toton
Fanshurna
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT semata.
Jember, 01 Oktober 2016
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................................
i
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................
iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................
1
1.1.
Latar Belakang...............................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah..........................................................................
1
1.3.
Tujuan Penulisan............................................................................
1
1.4.
Sistematika Penulisan.....................................................................
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................
2
3
2.1
Bank Konvensional......................................................................
3
2.2
Bank Syariah..................................................................................
7
PENUTUP..................................................................................................
20
4.1
Simpulan........................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
21
BAB IV
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak suku dan budaya. Mulai dari
sabang sampai merauke, berbeda-beda tapi tetap satu. Bahkan setiap daerah memiliki
masyarakat yang berbeda-beda pula. Banyak faktor yang memebuat mereka yang
ditampung dalam satu wadah namun memiliki berbagai macam perbedaan.
Namun kali ini yang akan dibahas adalah dari segi ekonomi. Faktor ini yang sangat
berpengaruh kepada sebuah negara. Karena apabila suatu negara lebih banyak orang
yang ekonominya ke bawah, maka negara tersebut dikatakan negara yang terbelakang
alias berkembang.
Perbankan merupakan bisa dikatan induk dari pada kegiatan ekonomi. Mengapa
demikian? Karena perbankan adalah lembaga keuangan yang berhak mengedarakn uang.
Yang dimana uang merupakan satu-satunya alat tukar untuk kegiatan ekonomi.
Modern ini, di Indonesia tak semua kalangan paham apa itu Perbankan. Yang
kebanyakan mereka tahu bahwa Perbankan hanya tempatnya uang. Mereka belum tahu
bahwa banyak produk dan jasa yang ada di Perbankan yang sebenaranya bisa digunakan
untuk kepentingan ekonomi yang dari kalangan bawah. Karena ketidaktahaun itulah
yang menyebabkan orang enggan untuk bekunjung dan enggan ingin lebih jauh
memahami apa itu Perbankan.
1.2 Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang
berjudul “Bank Umum”, antara lain :
Ada Berapa macam Bank Umum...?
Apa itu Bank Konvensional dan Syariah...?
Bagaimana perkembangan bank konvensional dan bank syariah...?
Apa saja produk bank konvensional dan syariah...?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Bank Umum”, yaitu:
Menjelaskan pengertian dari Bank Konvensional dan Syariah
Menjelaskan Jasa dan Produk Perbankan
5
Menjelaskan perkembangan bank konvensional dan bank syariah
1.4 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan:
a. LatarBelakang
b. RumusanMasalah
c. TujuanPenulisan
d. SistematikaPenulisan
Bab II Pembahasan:
a. Bank Konvensional
b. Bank Syariah
Bab III Penutup :
1. Simpulan
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BANK KONVENSIONAL
1.1 Pengertian Bank Konvensional
Bank konvensioanal adalah bank yang dalam aktifitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupaun penyaluran dana memberikan dan mengenakan imbalan
berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari danan untuk suatu
periode tertentu dan biasanya presentase tersebut ditetukan per tahun.
1.2 Perkembangan Bank Konvensional
Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-surut, pemerintah melakukan
kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara bertahap pada sektor
keuangan dan perekonomian. Salah satu maksud dari kebijakan deregulasi dan
debirokratisasi adalah upaya untuk membangun suatu sistem perbankan yang sehat,
efisien, dan tangguh. Dampak dari over regulated terhadap perbankan adalah kondisi
stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan. Hal tersebut mendorong BI melakukan
deregulasi perbankan untuk memodernisasi perbankan sesuai dengan tuntutan
masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan ekonomi pada periode tersebut.
Memasuki tahun 1990-an, BI mengeluarkan Paket Kebijakan Februari 1991
yang berisi ketentuan yang mewajibkan bank berhati-hati dalam pengelolaannya. Pada
1992 dikeluarkan UU Perbankan menggantikan UU No. 14/1967. Sejak saat itu,
terjadi perubahan dalam klasifikasi jenis bank, yaitu bank umum dan BPR.
UU Perbankan 1992 juga menetapkan berbagai ketentuan tentang kehati-hatian
pengelolaan bank dan pengenaan sanksi bagi pengurus bank yang melakukan tindakan
sengaja yang merugikan bank, seperti tidak melakukan pencatatan dan pelaporan yang
benar, serta pemberian kredit fiktif, dengan ancaman hukuman pidana. Selain itu, UU
Perbankan 1992 juga memberi wewenang yang luas kepada Bank Indonesia untuk
melaksanakan fungsi pengawasan terhadap perbankan.
Pada periode 1992-1993, perbankan nasional mulai menghadapi permasalahan
yaitu meningkatnya kredit macet yang menimbulkan beban kerugian pada bank dan
berdampak keengganan bank untuk melakukan ekspansi kredit. BI menetapkan suatu
program khusus untuk menangani kredit macet dan membentuk Forum Kerjasama.
Selain kredit macet, yang menjadi penyebab keengganan bank dalam melakukan
7
ekspansi kredit adalah karena ketatnya ketentuan dalam Pakfeb 1991 yang membebani
perbankan. Hal itu ditakutkan akan mengganggu upaya untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Maka, dikeluarkanlah Pakmei 1993 yang melonggarkan ketentuan kehati-hatian
yang sebelumnya ditetapkan dalam Pakfeb 1991. Berikutnya, sejak 1994
perekonomian Indonesia mengalami booming economy dengan sektor properti
sebagai pilihan utama. Keadaan itu menjadi daya tarik bagi investor asing.
Pakmei 1993 ternyata memberikan hasil pertumbuhan kredit perbankan dalam
waktu yang sangat singkat dan melewati tingkat yang dapat memberikan tekanan
berat pada upaya pengendalian moneter. Kredit perbankan dalam jumlah besar
mengalir deras ke berbagai sektor usaha, terutama properti, meski BI telah berusaha
membatasi. Keadaan ekonomi mulai memanas dan inflasi meningkat.
Perjalanan perekonomian Indonesia di tahun 2008 penuh dengan tantangan dan
kendala yang harus dihadapi, sehingga memaksa para pelaku usaha dan pengusaha
dari berbagai sektor merevisi target pendapatan, pertumbuhan dan rencana bisnis
investasinya. Pasalnya siapa yang menduga, krisis keuangan global terjadi di tahun ini
dan akibatnya dampak tersebut mulai dirasakan negara berkembang, khususnya
Indonesia.
Meskipun dampak dirasakan belum separah yang dialami negara maju, dimana
sumber tsunaminya berasal. Namun ada khwatiran dari pelaku ekonomi dan
pengusaha dalam negeri. Pasalnya banyak ramalan dan analisis dari pengamat
ekonomi memperkirakan dampak dari resesi ekonomi dunia akan terasa pada tahun
depan, sehingga memaksa pemerintah harus bekerja keras memutar otak
mengantisipasi dampak lebih buruk ditahun mendatang.
Krisis ekonomi global mulai ditandai dengan runtuhnya lembaga keuangan
terbesar di dunia asal Amerika Lehman Brother, kredit macet sektor perumahan
(subprime mortgage) dan disusul kebangkrutan industri otomotifnya, seperti General
Motor dan Ford. Musibah yang menimpa di Amerika juga serentak dirasakan negaranegara maju Eropa. Maka tak ayal, negara maju saja tidak bisa mengelak dari krisis
keuangan global dan apalagi negara berkembang seperti Indonesia.
Ternyata betul saja, dampak krisis sempat memberikan sentimen buruk bagi
lembaga keuangan bank dan non bank di Indonesia. Pasar modal dalam negeri juga
sempat terkoreksi pada level yang paling buruk dampak menularnya kejatuhan pasar
8
bursa di Wall Street. Terkoreksinya pasar bursa dalam negeri sempat membuat otoritas
bursa menutup (suspensi) pasar dalam waktu dua hari.
1.3 Kegiatan Bank Konvensional
3.1 Menghimpun Dana (Funding)
Menghimpun dana bisa disebut juga dengan kegiatan memebeli dana dari
masyarakat. Kegiatain menghimpun dana dikenal dengan istilah funding.
Kegiatan ini dapat dialihkan dengan menawarkan beberapa jenis simpanan.
Sedangkan simpanan sendiri sering disebut dengan nama rekening atau account.
Berikut beberapa jenis simpanan yang ada dijaman sekarang, antara lain :
1. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannnya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap
pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama
jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan.
Rekening giro biasanya digunakan oleh para usahawan, baik perorangan
maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena
bunga yang diberikan kepada nasabah relatif lebih rendah dari bunga
simpanan lainnya.
2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Simpanan tabungan merupakan simpanan pada bank yang penarikannya
sesuia dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan
dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu
Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan
diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama
seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung
dari bank yang bersangkutan. Dalam praktiknya bunga tabungan lebih besar
dari bunga jasa giro.
3. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh
tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun,
saat ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas deposito yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Jenis deposito pun bergam sesuai
9
dengan keinginan nasabh. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari
deposito berjangka, sertifikat deposito deposito on call.
3.2 Menyalurkan Dana
Lending adalah suatu kegiatan menyalukan dana atau memberikan
pinjaman kepada masyarakat dana yang tersebut berasal dari masyarakat yang
menyimpan uang di bank yang disebut juga dengan funding, pemberian /
penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dimulai untuk pemberian kepada
mayarakat yaitu dengan memberikan pinjaman atau yang disebut dengan dana
kredit ada beberapa bunga kredit pada bank dan bunga pada bank pun tergantung
seberapa besar orang meminjam dana tersebut,
Sebelum kredit di kucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit
yang di ajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian.
Penerimaan kredit akan di kenakan bunga kredit yang besarnya yang bunganya
tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat
mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keunttungan utama bank adalah dari
selisih bunga kredit dengan bunga simpanan
Secara umum jenis-jenis kredit yang di tawarkan meliputi:
a. Kredit Investasi,
Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan
investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka
waktu yang relatif panjang yaitu di atas 1(satu) tahun. Contoh jenis kredit ini
adalah kredit untuk mem-bangun pabrik atau membeh peralatan pabrik
b. Kedit Modal Kerja,
Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit
jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak.lebih dari 1 (satu) tahun. Contoh
kredit ini adalah untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan
modal kerja lainnya.
c.
Kredit Perdagangan,
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka
memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.
Contoh jenis-kredit ini adalah kredit untuk membeli barang dagangan yang
diberikan kepada para suplier atau agen.
d. Kredit Produktif,
10
Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau
perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali
sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.
e. Kredit Konsumtif,
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi mi¬sainya
keperluan konsumsi, baik pangan, sandang maupun pa¬pan. Contoh jenis
kredit ini adalah kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor yang
kesemuanya untuk dipakai sendiri.
f. Kredit profesi
Merupakan kredit yang di berikan kepada kalangan profesional seperti
dosen,pengacara atau pengacara
2.2 BANK SYARIAH
2.1 Pengertian Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara islam.
Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan
transaksinya adalah efisiensi, keadilan dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada
prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar
mungkin. Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak di curangi, ikhlas dengan
persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan
mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling
meningkatkan produktivitas.
2.2 Perkembangan Bank Syariah
Bank syariah atau biasa di sebut dengan bank islam berkembang secara pesat di
dunia sejak didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975. Sejak
saat itu diperkirakan telah berkembang ratusan bank syariah di seluruh dunia, baik di
Negara islam maupun non islam. Bank syariah telah mengembangkan dananya seperti
bank-bank konvensional umumnya. Bank syariah sudah menjadi penghimpun dan
penyalur dana umat islam baik untuk kepentingan yang berkaitan dengan ibadah
seperti: dana dari zakat, infak, dan sodaqah maupun muamalah seperti: al-wadiah dan
mudharabah.
11
Di Indonesia pembentukan bank syariah dalam system perbankan nasional
memiliki dasar yang kuat yaitu deregulasi sector perbankan sejak tahun 1983. Dalam
deregulasi ektor perbankan tersebut, lembaga keuangan bank diberikan kebebasan
termasuk dalam hal penentuan tingkat suku bunga hingga nol persen.
Deregulasi di bidang perbankan dapat di manfaatkan setlah di keluarkannya
paket oktober (pakto) 1998. Dalam pakto tersebut diperkenankan untuk mendirikan
bank-bank baru. Pada tanggal 1 november 1991 didirikan bank muamalat Indonesia
sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Kedudukan bank tanpa perhitungan bunga
ini menjadi lebih kuat setelah dikeluarkannya undang-undang nomor 7tahun
1992tentang perbankan yang kemudian diperbaharui dengan UU No.10 tahun 1998
tentang perbankan. Pada pasal 13 ayat (c) UU No 10 tahun 1998 dinyatakan bahwa
salah satu usaha dari bank perkreditan rakyat adalah menyediakan pembiayaan bagi
nasabah berdasarkan prinsip bagi hasilsesuai dengan ketentuan yang di tetapkan
dalam peraturan pemerintah. Sedangkan untuk ketentuan pelaksanaanya maka pada
tanggal 30 oktober 1992 pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah Nomor 72
tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil dan diundangkan pada tanggal
30 oktober 1992 dalam lembaran Negara RI Nomor 119 tahun 1992.
Dalam peratura pemerintah tersebut secara tegas dinyatakan bahwa bank
dengan prinsip bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang tidak
berdasarkan prinsip bagi hasil (memakai system bunga). Sebaliknya, bank yang
kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip bagi hasil. Hal itu secara tegas
dinyatakan dalam ketentuan pasal 6 PP Nomor 72 tahun 1992.
Undang-undang No.7 tahun 1992 dan undang-undang No.10 tahun 1998
merupakan landasan hokum untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia.
Pengembangan bank syariah di Indonesia dipandang penting untuk:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki layanan jasa perbankan
yang sesuai dengan prinsip syariah
2. Meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang belum terserap system perbankan
yang ada
3. Meningkatkan ketahanan system perbankan nasional
4. Menyediakan sarana bagi investor internasional untuk melaksanakan pembiayaan
dan transaksi keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah
12
Perkembangan bank syariah di Indonesia cukup mengembirakan. Jumlah kantor
cabang bank umum yang beroperasi dengan prinsip syariah meningkat sebanyak 11
sehingga menjadi 130 kantor bank pada tahun 2001. Secara rinci, jumlah kantor
cabang tersebut terdiri dari 37 kantor cabang bank muamalat Indonesia dan bank
syariah mandiri, 12 kantor cabang syariah dari 3 bank umum konvensional yaitu bank
IFI, bank BNI dan bank jabar, serta 81 BPR syariah.
2.3 Produk dan Jasa Bank Syariah
Selain dari sisi penanaman dan penyaluran dana, Bank Syariah juga memiliki
prinsip operasional yang berkaitan dengan jasa perbankan. Pelayanan jasa yang di
tawarkan bank syariah antara lain:
1. AL-Kafalah
Pada jasa al kafalah bank memberikan garansi/jaminan atas permintaan
nasabah antara lain untuk menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan
kewajiban kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin. Dalam hal ini, bank dapat
meminta kepada pihak yang di jamin untuk meyetorkan sejumlah dana sebagai
setoran jaminan dengan prinsip al-wadi’ah, atas pemberian bank garansi ini, bank
memperoleh sejumlah fee tertentu sebagai imbalan 1
Jadi Akad Kafalah yaitu akad pemberian jaminan (Makful alaih) yang
diberikan satu pihak kepada pihak lain sebagai pemberi jaminan (Kafiil)
bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu hutang yang menjadi hak
penerima jaminan (Makful).Syarat kafalah : adanya idzin dari makful anhu (orang
yang di jamin).
2. AL-Hiwalah
Hiwalah, yaitu proses perpindahan tangungjawab pembayaran hutang di di
mana pihak pertama mempunyai hutang kepada pihak ketiga dan dalam waktu
yang bersamaan pihak kedua mempunyai hutang kepada pihak pertama, dan atas
persetujuan bersama pihak kedua melunasi hutang pihak pihak pertama kepada
pihak ketiga. Dalam hal ini pihak pertama adalah nasabah, secara operasional
bank proses tersebut merupakan proses transfer (kiriman uang ), dan atas
pemberian jasa transfer ini bank mendapatkan fee sebagai imbalan2
1Drs.Martono,SU,Bank dan Lembaga Keuangan Lain(Ekonisia,kampus ekonomi
UII,2002),Hlm 104
2Ibid
13
Jadi Akad Hiwalah adalah akad pemindahan piutang nasabah (Muhil)
kepada bank (Muhal’alaih) dari nasabah lain (Muhtal). Muhil meminta
muhal’alaih untuk membayarkan terlebih dahulu piutang yang timbul dari jual
beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo, muhtal akan membayar kepada
muhal’alaih. Muhal’alaih memperoleh imbalan sebagai jasa pemindahan piutang.3
Rukun Hiwalah : Muhil (Nasabah 1), Bank (Muhal’alaih), Nasabah 2
(Muhtal) Hutangnya Muhil, Hutangnya Muhtal dan shigot Hiwalah.4
3. Wakalah
Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (Muakkil) kepada penerima
kuasa (Wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (Taukil) atas nama pemberi kuasa.
Jadi maksudnya yaitu mewakilkan suatu urusan kepada orang lain untuk
bertindak atas namanya. Dalam kegiatan operasional suatu bank, maka prinsip ini
di pakai oleh bank untuk menerima titipan uang atau surat yang erharga dan bank
mendapat kuasa dari yang menitipkan untuk mengelelola uang atau surat berharga
tersebut.5
4. AL-Sharf
Yaitu berhubungan dengan kegiatan pertukaran mata uang, Bank yang
mendapatkan izin sebagai pedagang valuta asing atau bank devisa dapat
melakukan prinsip jual beli mata asing dengan syarat bahwa mata uang asing
yang di perjualbelikan berbeda dan penyerahan pada saat transaksi jual beli
terjadi. Bank memperoleh keuntungan dari perbedaan nilai tukar dari mata uang
yang di perjuabelikan.6
Dari uraian di atas, prinsip prinsip kegiatan operasional dan produk-produk
bank syariah dapat di sederhanakan dalam tabel berikut:
Penghimpunan Dan Penyaluran Bank Syariah
N
Nama Prinsip
o
1
Al Wadi’ah
2
Al Mudharabah
Jenis Produk
Penerapan
Pada
Opersional
Simpanan
Penitiapan Barang
Pembiayaan
Simpanan
Bank
Giro,Tabungan, Dan Deposito
Safe Deposit Box
Bagi Hasil
Tabungan,Deposito Berjangka
3Hasan Bin Ahsan Bin Muhammad Bin Salim Al-Kafi, At-Taqrirot As-Syadidah Fii Al-Masa'il
Al-Mufidah (Bangil: Duroh Al-Ilmiyah, 2012), Hlm: 32
4Drs.Martono,SU,Bank dan Lembaga Keuangan Lain(Ekonisia,kampus ekonomi
UII,2002),Hlm 105
5ibid
6ibid
14
3
4
Al Musyarokah
Al Murabahah
5
Al Bai Bithman Ajil
6
Al Ijaroh
Pembiaaan
Mencari Keuntungan
Jasa Bank Lainya
Mencari Keuntungan
Jasa Bank Lainya
Pembiayaan
Barang
Al Bai’u Ta’jiri
Modal
Pembiayaan
7
8
Al Bai Dayn
9
10
11
Al Kafalah
Al Hiwalah
Al Wakalah
12
13
Al Sharf
Al Qord Ul Hasan
Penyertaan Modal
Pengadaan Barang
L/C
Pengadaan Barang
L/C
Leasing
Barang Sewa Beli
Modal
Wesel
Tagihan
Pengambilan Fee
Pengambilan Fee
Penitipan Barang
Jasa Jasa Bank Lainya
Mencari Keunntungan
Dana Dari Sumber Lain
Wesel Dagang,Wesel Ekspor
Tagihan Dalam Factoring
Bank Garansi
Transfer
L/C
Jual Beli Valuta Asing
Zakat,Infak Dan Shodaqoh
2.4 Penghimpunan dan Penyaluran Dana
4.1 Penghimpunan Dana
Penghimpun dana dari masyarakat oleh Bank Syariah dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Prinsip al-Wadi’ah
Al-wadi’ahdapat diartikan sebagai titipan murni dan merupakan
perjanjian yang bersifat saling percaya atau dilaksanakan atas dasar
kepercayaan semata atau merupakan perjanjian antara pemilik barang
(termasuk uang) dengan penyimpan (termasuk bank) dimana pihak
penyimpan bersedia menyimpan dan menjaga keselamatan barang yang
dititipkan kepadanya.
Pihak yang menitipkan barang atau uangnya kepada pihak bank adalah pihak
nasabah, dengan demikian pihak bank harus menjaga titipan tersebut dan
mengembalikannya apabila nasabah tersebut menghendakinya. Hal ini sesuai
dengan Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. Annisa: 58) Dan …
sebagian kamu mempercayai sebgaian yang lain, dan hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) … (QS. Al-Baqarah :
283).
15
Prinsip al-wadi’ah dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Al-wadi’ah Amanah
Artinya penerimaan simpanan tidak bertanggung jawab atas
kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipannya, bila tidak
diakibatkan oleh perbuatan atau kelalaian penyimpan. Berdasarkan
ketentuan tersebut, bank syariah dapat dapat memberikan produk jasa
berupa safe deposit box, di mana pihak bank berhak mengenakan biaya
atau jasa penitip tersebut.
2. Al-wadi’ah Dhamanah
Artinya pihak penyimpan dengan atau tanpa izin pemilik barang
dapat memanfaatkan barang yang dititipkan dan bertangggung jawab
atas kerusakan atau kehilanga barang yang disimpan. Semua manfaat
atau keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang tersebut
menjadihak
penyimpan.
Dengan
demikian
dalam
produk
jasa
penyimanan bank syariah yang sesuai prinsip ini adalah berupa giro
(giro wadi’ah). Fasilitas giro al Wadiah bisa diberikan untuk tujuan
keamanan dan kemudahan pemindahbukuan dan bukan untuk tujuan
investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan
deposito. Dalam kegiatan bank konvensional al-wadi’ah identic dengan
giro.
Sifat-sifat giro wadi’ah adalah sebagai berikut:
a) Merupakan titipan murni (wadi’ah yad ad dhamanah) yang dengan
seizing penitip dapat dipergunakan oleh bank.
b) Sebagai konsekuansei dari yad ad-dhamanah (menjamin kebutuhan
dana) apabila dari pengeloaan uang tersebut bank memperoleh
keuntungan, maka keuntungan tersebut seutuhnya milik bank.
c) Merupakan salah satu cara penyimpanan dana, alat pembayaran
giral dengan menggunakan media cek, bilyet giro, dan perintah
bayar lainnya.
d) Bank atas kehendaknya sendiri, tanpa penjanjian di muka dapat
semacam bonus kepada nasabahnya.
Dewasa ini banyak boroperasi bank-bank Islam (terutama di luar negeri)
yang telah berhasil mengkombinasikan al-wadi’ah dengan penyaluran dana
prinsip al-mudharabah. Kombinasi penyimpanan dan penyaluran dana ini berarti
16
besarnya bonus ditentukan sepenuhnya oleh dewan direksi dari persentase
keuntungan yang dihasilkan oleh dana al-wadiah pada kegiatan al-mudharabah
tersebut dalam suatu periode tertentu.
Berkaitan dengan pemberian bonus ini dapat dikemukakan bahwa sebagai
kelebihan yang tidak dijanjikan maka kelebuihan tersebut merupakan kebikan.
Hal ini sejalan dengan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah. Ia berkata,
“Rasulullah telah menghutang hewan, kemudian beliau membayar dengan hewan
yang lebih tua umurnya daripada hewan yang beliau hutang itu. Rasulullah
bersabda, orang yang paling baik di antara kamu ialah oranh yang dapat
mebayar hutangnya dengan lebih baik.”
b) Prinsip Al-Mudharabah
Al-mudharabah merupakan penjanjian antara pemilik modal (shahibul
al-mal) dengan pengusaha atau entrepreneur (mudharib). Mudharabah
merupakan hubungan berserikat antara dua pihak yaitu pemilik modaL dan
pihak pemilik keahlian atau pengalaman. Dalam perjanjian ini pemilik modal
bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek/usaha dan pengusaha setuju
untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan
perjanjian. Pemilik modal tidak dibenarkan ikut dalam pengelolaan usaha,
tetapi diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila
usaha yang dibiayai mengalami kerugian yang merupaka konsekuansi bisnis
semata (bukan karena penyelewengan) maka kerugian tersebut ditanggung
secara bersama-sama antara pemilik modal dan penerima modal. Contoh
produk Bank Syariah sesuai dengan prinsip mudharabah sebagai berikut:
1) Tabungan mudharabah merupakan simpanan pihak ketiga di bank
Syariah yang penarikannya dapat diloakukan setiap saat atau beberapa
kali sesuai dengan perjanjian. Dalam hal ini bank Syariah sebagai
mudharib dan deposan sebagai shahib al mal.
2) Bank sebagai mudharib akan membagi keuntungan kepada shahib al
mal sesuai dengan nisbah yang telah disetujui bersama. Pembagian
keuntungan dapat dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal
yang mengendap selama periode tersebut.
Sifat-sifat deposito mudharabah sebagai berikut:
1. Deposito mudharabahmerupakan simpanan pihak ketiga (perorangan
atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam
17
jangka waktu tertentu (sesuai jatuh tempo) dengan mendapatkan imbalan
bagi hasil.
2. Jumlah imbalan dibagi dalam bentuk pembagian pendapatan atas
penggunaan dana dengan proporsi sesuai kesepakatan, misalnya 70% :
30%. Artinya 70% untuk deposan dan 30% untuk Bank Syariah.
3. Jangka waktu mudharabahmisalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12
bulan.
Dasar hukum pelaksanaan prinsip Al-Mudharabah terdapat di Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Dalam Al-Qur’an terdapat ketentuan-ketentuan yang
berbunyi, “ dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebgaian
karunia Allah.” (QS. AL-Muzzamil: 20) kemudian pada surat Al-Jum’ah
ayat 10 ditegaskan “apabila telah ditunaikan ibadah sembahyang, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah Swt”.
c) Prinsip Al-Qarad ul Hasan
Selain menerima simpanan dari masyarakat dengan prinsip Al-Wadi’ah
dana Al-Mudharabah, bank syariah juga dapat menerapkan prinsip Al Qarad
ul Hasan. Prinsip ini berarti pemilik dana (masyarakat) memberikan fasilitas
dananya kepada bank (penerima dana) di mana pemilik dana atas dasar
prinsip Al qard ul Hasan dapat berupa: zakat, infaq dan sadaqah (ZIS)
4.2 Penyaluran Dana
Penyaluran dana kepada masyrakat oleh Bank Syariah berdasarkan prinsipprinsip sebagi berikut :
1. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah perjanjian usaha antara pemilik modal (Bank
Syariah) dan pengusaha, dimana pemilik modal menyediakan seluruh dana
yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha.
Hasil usaha bersama ini dibagi seusai dengan kesepakatan pada waktu
pemibiayaan ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah, misal
65% : 35%. Apabila terjadi keruagian dan kerugian tersebut merupakan
konsekuensi bisnis maka pihak penyedia dana akan menanggung kerugian
managerial skill, waktu dan kehilangan nisbah keuntungan bagi hasil yang
akan diperolehnya.
2. Al-Musyarakah
18
Al-Musyarak adalah suatu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau
lebih dalam suatu usaha atau proyek, diaman masing-masing pihak berhak
atas segala keuntungan dan bertanggung jawab atas segala kerugian yang
terjadi sesuai dengan penyertaan masing-masing. Dalam hal ini, pihak bank
menyediakan sebagian dana dari pembiayaan bagi usaha, sebagian lagi
disediakan oleh mitra usaha lain. Dalam konteks ini, bank tidak hanya
berperan sebagai penyedia dana tetapi juga sebagia partner bagi usaha
nasabah. Jadi bukan hubungan antara kreditu dan debitur seperti yang terjadi
di bank konvensional.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama dapat
berupa
dana,
barang
perdagangan
(trading
asset),
kewiraswastaan
(entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment) , atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill),
kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang
dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari
bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu
menjadikan produk ini sangat fleksibel.
Dasar akad ini yaitu surah An-nisa ayat 21: “jika saudara-saudara itu
lebih dari satu orang, maka bersekutu dalam sepertiga itu,” dan dalam surah
As-Shad ayat 24: “dan sesungguhnya kebanyakan mereka berbuat dhalim
kepada sebagian lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang shaleh.”
Perbedaan
prinsip
al-musyarakah
dan
al-mudharabah
adalah
pembiayaaan yang dilakukan hanya sebagai, yang merupakan penyertaan
dengan campur tanga pengelola (bank) pada usaha nasabah secara sementara
(ad hock) maupun tetap. Kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh bank
syariah (bagi hasil) berdasarkan prinsip al-musyarakah berupa L/C dan joint
financial.
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik
modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh
melakukan tindakan seperti:
19
Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik
modal lainnya.
Memberi pinjaman kepada pihak lain.
Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan
oleh pihak lain.
Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:
Menarik diri dari perserikatan
Meninggal dunia,
Menjadi tidak cakap hukum
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah
proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati untuk bank.
3. Al-Murabahah
Murabahah adalah menjual dengan harga asal atau harga pokok
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dalam prinsip ini bank
membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem
pembayaran kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara bank
membeli atau memberi surat kuasa kepada nasabah untuk membelikan
barang yang diperlukan atas nama bank. Selanjutnya bank menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan harga pokok ditambah sejumlah keuntungan
atau mark-up untuk dibayar oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai
dengan kesepakatan.
Dasar hukum pelaksanaan prinsip al-murabahah ini adalah mengacu
pada surat an-nisa ayat 29: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengna jalan
berniaga yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” Dan surat albaqarah ayat 275: “dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.” Prinsip al-murabahah ini mirip dengan produk kredit
modal kerja bank konvensional, sehingga pembiayaan bersifat jangka
20
pendek. Kegaitan yang dilakukan bank syariah sesuai dengan prinsip almurabahah misal pengadaan barang dan penerbitan L/C.
4. Al-Bai Bithman Ajil
Al-bai bithman ajil dapat diartikan sebagai pembelian barang dengan
pembayaran cicilan dan angsuran. Prinsip ini merupakan pengembangan dari
prinsip murabahah. Jadi dalam hal ini pihak bank membiayai pembelian
barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran angsuran. dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan cara bank membeli atau memberi surat
kuasa kepada nasabah untuk membelikan barang yang diperlukan atas nama
bank. Selanjutnya bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau mark-up, dimana jangka
waktu serta besarnya biaya angsuran berdasarkan kesepakatan bersama
antara bank dan nasabah. Prinsip ini mirip dengan produk kredit investasi
kerja bank konvensional, sehingga pembiayaan bersifat jangka panjang.
Dasar hukum pelaksanaan prinsip ini mengacu pada al-quran surah
an-nisa ayat 29: “hai orang-orang yang beriman , janganlah kamu makan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengna jalan berniaga yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” Sedangkan pada hadist,
mengacu pada hadist dari Suhaib ra. “bahwa Rasullullah bersabda: “tiga
perkara didalamnya terdapat keberkatan 1. Menjual dengan pembayaran
secara kredit. 2. Muqaradha(nama lain dari mudharabah). 3. Mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual.”
(HR. Ibnu Majah). Bentuk kegiatan pembiayaan ini dapat diterpkan dalam
proses pengadaan barang bagi nasabah dan pembiayaan impor dari luar
negeri.
5. Al-Ijarah
Al-ijarah merupakan pembiayaan bank untuk pengadaan barang yang
ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa
diakhiri dengan pemilikan. Dalam ekonomi dikenal dengan leasing (sewa
guna usaha), dimana pihak bank (leaser) memberikan kesempatan kepada
nasabah atau penyewa (lessee) untuk memperoleh manfaat dari barang untuk
jangka waktu tertentu, dengan ketentuan nasabah akan membayar sejumlah
uang (sewa) pada waktu yang disepakati secara priodik. Apabila telah habis
21
jangka waktunya, benda atau barang yang dijadikan obtek al-ijarah tersebut
tetap milik bank.
Dasar prinsip al-ijarah adalah Al-Quran surah Qasas ayat 26 :”salah
satu dari kedua gadis itu berkata “wahai bapakku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja dengan kita karena sesunggguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kau lagi dapat dipercaya””.
Sedangkan hadist yang menjadi dasar dari akad ini adlah dari Ibnu Umar
RA : Rasul besabda, “berikanlah upah buruh itu sebelum kering
keringatnya,” dan hadist dari Abi Said AlHudry RA : Rasul bersabda,
“barang siapa mempekerjakan pekerja, hendaklah menjelaskan upahnya.”
6. Al-Bai’u Ta’jiri
Al-Bai’u Ta’jiri merupakan pembiayaan bank untuk pengadaan barang
ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa yang
diakhiri dengan kepemilikan. Prinsip dari akad ini sama dengan akad sewa
beli. Setelah hasbi pembayaran sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan,
maka barang al-bai’u ta’jiri menjadi milik nasabah. Pada bank Islam yang
ada di beberapa negara prinsip al-baiu ta’jiri dikombinasikan dengan prinsip
al-murabahah dan al-bai bithman ajil yang bertujuan membiayai impor
barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian disewakan kepada nasabah
untuk jangka waktu tertentu, hingga pada akhir pembayaran, barang tersebut
dimiliki oleh nasabah. Dasar hukum prinsip akad ini sama dengan prinsip
akad al-ijarah.
7. Al-Bai Dayn
Al-Bai Dayn merupakan jual-beli dengan cara diskonto atas piutang atau
tagihan yangbersal dari transaksi jual-beli barang atau jasa. Dalam
pelaksanaannya, prinsip ini dilakukakn antara lain untuk pembelian : wesel
dagang, wesel ekspor, dan tagihan dalam rangka anjak piutang (factoring).
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bank umum terdiri dari dua sistem, konvensioanal dan syariah. Bank konvensional
adalah Bank konvensioanal adalah bank yang dalam aktifitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupaun penyaluran dana memberikan dan mengenakan imbalan
berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari danan untuk suatu
periode tertentu dan biasanya presentase tersebut ditetukan per tahun.
Sedangkan bank syariah adalah Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalah secara islam.
Produk bank konvensioan terdiri dari simpanan tabunagn, simpanan giro, simpanan
deposito, kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit perdagangan. Sedangakan
produk bank syariah terdiri dari al-wadiah, al-mudharabah, al-musyarakah, al-murabahah
dan al-ijarah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Dr, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Kasmir, Dr, 2015, Dasar-dasar Perbankan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Martono, SU, Drs, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yoguakarta.
24
LEMBAGA KEUANGAN BANK dan NON BANK
BANK UMUM (KONVENSIONAL dan SYARIAH)
`
1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2016
MAKALAH
LEMBAGA KEUANGAN BANK dan NON BANK
BANK UMUM (KONVENSIONAL dan SYARIAH)
Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Bank Dan Non
Bank yang dibimbing oleh Bapak Toton Fanshurna
Oleh :
1. Machallafri Iskandar (E20151001)
2. Achmad Maharudin (E20151006)
3. Nur Kamilah
(E201510
4. Windi Wahyuni Ati (E20151017)
2
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: ”Bank Umum”.
Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga,
sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan dari Dosen Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank dan saran dari teman-teman
maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami
semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank dan semoga
segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca
dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk
memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:
1. Dosen Pembimbing mata kuliah Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank, Bapak Toton
Fanshurna
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT semata.
Jember, 01 Oktober 2016
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................................
i
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................
iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................
1
1.1.
Latar Belakang...............................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah..........................................................................
1
1.3.
Tujuan Penulisan............................................................................
1
1.4.
Sistematika Penulisan.....................................................................
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................
2
3
2.1
Bank Konvensional......................................................................
3
2.2
Bank Syariah..................................................................................
7
PENUTUP..................................................................................................
20
4.1
Simpulan........................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
21
BAB IV
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak suku dan budaya. Mulai dari
sabang sampai merauke, berbeda-beda tapi tetap satu. Bahkan setiap daerah memiliki
masyarakat yang berbeda-beda pula. Banyak faktor yang memebuat mereka yang
ditampung dalam satu wadah namun memiliki berbagai macam perbedaan.
Namun kali ini yang akan dibahas adalah dari segi ekonomi. Faktor ini yang sangat
berpengaruh kepada sebuah negara. Karena apabila suatu negara lebih banyak orang
yang ekonominya ke bawah, maka negara tersebut dikatakan negara yang terbelakang
alias berkembang.
Perbankan merupakan bisa dikatan induk dari pada kegiatan ekonomi. Mengapa
demikian? Karena perbankan adalah lembaga keuangan yang berhak mengedarakn uang.
Yang dimana uang merupakan satu-satunya alat tukar untuk kegiatan ekonomi.
Modern ini, di Indonesia tak semua kalangan paham apa itu Perbankan. Yang
kebanyakan mereka tahu bahwa Perbankan hanya tempatnya uang. Mereka belum tahu
bahwa banyak produk dan jasa yang ada di Perbankan yang sebenaranya bisa digunakan
untuk kepentingan ekonomi yang dari kalangan bawah. Karena ketidaktahaun itulah
yang menyebabkan orang enggan untuk bekunjung dan enggan ingin lebih jauh
memahami apa itu Perbankan.
1.2 Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang
berjudul “Bank Umum”, antara lain :
Ada Berapa macam Bank Umum...?
Apa itu Bank Konvensional dan Syariah...?
Bagaimana perkembangan bank konvensional dan bank syariah...?
Apa saja produk bank konvensional dan syariah...?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Bank Umum”, yaitu:
Menjelaskan pengertian dari Bank Konvensional dan Syariah
Menjelaskan Jasa dan Produk Perbankan
5
Menjelaskan perkembangan bank konvensional dan bank syariah
1.4 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan:
a. LatarBelakang
b. RumusanMasalah
c. TujuanPenulisan
d. SistematikaPenulisan
Bab II Pembahasan:
a. Bank Konvensional
b. Bank Syariah
Bab III Penutup :
1. Simpulan
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BANK KONVENSIONAL
1.1 Pengertian Bank Konvensional
Bank konvensioanal adalah bank yang dalam aktifitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupaun penyaluran dana memberikan dan mengenakan imbalan
berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari danan untuk suatu
periode tertentu dan biasanya presentase tersebut ditetukan per tahun.
1.2 Perkembangan Bank Konvensional
Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-surut, pemerintah melakukan
kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara bertahap pada sektor
keuangan dan perekonomian. Salah satu maksud dari kebijakan deregulasi dan
debirokratisasi adalah upaya untuk membangun suatu sistem perbankan yang sehat,
efisien, dan tangguh. Dampak dari over regulated terhadap perbankan adalah kondisi
stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan. Hal tersebut mendorong BI melakukan
deregulasi perbankan untuk memodernisasi perbankan sesuai dengan tuntutan
masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan ekonomi pada periode tersebut.
Memasuki tahun 1990-an, BI mengeluarkan Paket Kebijakan Februari 1991
yang berisi ketentuan yang mewajibkan bank berhati-hati dalam pengelolaannya. Pada
1992 dikeluarkan UU Perbankan menggantikan UU No. 14/1967. Sejak saat itu,
terjadi perubahan dalam klasifikasi jenis bank, yaitu bank umum dan BPR.
UU Perbankan 1992 juga menetapkan berbagai ketentuan tentang kehati-hatian
pengelolaan bank dan pengenaan sanksi bagi pengurus bank yang melakukan tindakan
sengaja yang merugikan bank, seperti tidak melakukan pencatatan dan pelaporan yang
benar, serta pemberian kredit fiktif, dengan ancaman hukuman pidana. Selain itu, UU
Perbankan 1992 juga memberi wewenang yang luas kepada Bank Indonesia untuk
melaksanakan fungsi pengawasan terhadap perbankan.
Pada periode 1992-1993, perbankan nasional mulai menghadapi permasalahan
yaitu meningkatnya kredit macet yang menimbulkan beban kerugian pada bank dan
berdampak keengganan bank untuk melakukan ekspansi kredit. BI menetapkan suatu
program khusus untuk menangani kredit macet dan membentuk Forum Kerjasama.
Selain kredit macet, yang menjadi penyebab keengganan bank dalam melakukan
7
ekspansi kredit adalah karena ketatnya ketentuan dalam Pakfeb 1991 yang membebani
perbankan. Hal itu ditakutkan akan mengganggu upaya untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Maka, dikeluarkanlah Pakmei 1993 yang melonggarkan ketentuan kehati-hatian
yang sebelumnya ditetapkan dalam Pakfeb 1991. Berikutnya, sejak 1994
perekonomian Indonesia mengalami booming economy dengan sektor properti
sebagai pilihan utama. Keadaan itu menjadi daya tarik bagi investor asing.
Pakmei 1993 ternyata memberikan hasil pertumbuhan kredit perbankan dalam
waktu yang sangat singkat dan melewati tingkat yang dapat memberikan tekanan
berat pada upaya pengendalian moneter. Kredit perbankan dalam jumlah besar
mengalir deras ke berbagai sektor usaha, terutama properti, meski BI telah berusaha
membatasi. Keadaan ekonomi mulai memanas dan inflasi meningkat.
Perjalanan perekonomian Indonesia di tahun 2008 penuh dengan tantangan dan
kendala yang harus dihadapi, sehingga memaksa para pelaku usaha dan pengusaha
dari berbagai sektor merevisi target pendapatan, pertumbuhan dan rencana bisnis
investasinya. Pasalnya siapa yang menduga, krisis keuangan global terjadi di tahun ini
dan akibatnya dampak tersebut mulai dirasakan negara berkembang, khususnya
Indonesia.
Meskipun dampak dirasakan belum separah yang dialami negara maju, dimana
sumber tsunaminya berasal. Namun ada khwatiran dari pelaku ekonomi dan
pengusaha dalam negeri. Pasalnya banyak ramalan dan analisis dari pengamat
ekonomi memperkirakan dampak dari resesi ekonomi dunia akan terasa pada tahun
depan, sehingga memaksa pemerintah harus bekerja keras memutar otak
mengantisipasi dampak lebih buruk ditahun mendatang.
Krisis ekonomi global mulai ditandai dengan runtuhnya lembaga keuangan
terbesar di dunia asal Amerika Lehman Brother, kredit macet sektor perumahan
(subprime mortgage) dan disusul kebangkrutan industri otomotifnya, seperti General
Motor dan Ford. Musibah yang menimpa di Amerika juga serentak dirasakan negaranegara maju Eropa. Maka tak ayal, negara maju saja tidak bisa mengelak dari krisis
keuangan global dan apalagi negara berkembang seperti Indonesia.
Ternyata betul saja, dampak krisis sempat memberikan sentimen buruk bagi
lembaga keuangan bank dan non bank di Indonesia. Pasar modal dalam negeri juga
sempat terkoreksi pada level yang paling buruk dampak menularnya kejatuhan pasar
8
bursa di Wall Street. Terkoreksinya pasar bursa dalam negeri sempat membuat otoritas
bursa menutup (suspensi) pasar dalam waktu dua hari.
1.3 Kegiatan Bank Konvensional
3.1 Menghimpun Dana (Funding)
Menghimpun dana bisa disebut juga dengan kegiatan memebeli dana dari
masyarakat. Kegiatain menghimpun dana dikenal dengan istilah funding.
Kegiatan ini dapat dialihkan dengan menawarkan beberapa jenis simpanan.
Sedangkan simpanan sendiri sering disebut dengan nama rekening atau account.
Berikut beberapa jenis simpanan yang ada dijaman sekarang, antara lain :
1. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannnya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap
pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama
jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan.
Rekening giro biasanya digunakan oleh para usahawan, baik perorangan
maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena
bunga yang diberikan kepada nasabah relatif lebih rendah dari bunga
simpanan lainnya.
2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Simpanan tabungan merupakan simpanan pada bank yang penarikannya
sesuia dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan
dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu
Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan
diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama
seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung
dari bank yang bersangkutan. Dalam praktiknya bunga tabungan lebih besar
dari bunga jasa giro.
3. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh
tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun,
saat ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas deposito yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Jenis deposito pun bergam sesuai
9
dengan keinginan nasabh. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari
deposito berjangka, sertifikat deposito deposito on call.
3.2 Menyalurkan Dana
Lending adalah suatu kegiatan menyalukan dana atau memberikan
pinjaman kepada masyarakat dana yang tersebut berasal dari masyarakat yang
menyimpan uang di bank yang disebut juga dengan funding, pemberian /
penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dimulai untuk pemberian kepada
mayarakat yaitu dengan memberikan pinjaman atau yang disebut dengan dana
kredit ada beberapa bunga kredit pada bank dan bunga pada bank pun tergantung
seberapa besar orang meminjam dana tersebut,
Sebelum kredit di kucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit
yang di ajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian.
Penerimaan kredit akan di kenakan bunga kredit yang besarnya yang bunganya
tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat
mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keunttungan utama bank adalah dari
selisih bunga kredit dengan bunga simpanan
Secara umum jenis-jenis kredit yang di tawarkan meliputi:
a. Kredit Investasi,
Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan
investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka
waktu yang relatif panjang yaitu di atas 1(satu) tahun. Contoh jenis kredit ini
adalah kredit untuk mem-bangun pabrik atau membeh peralatan pabrik
b. Kedit Modal Kerja,
Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit
jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak.lebih dari 1 (satu) tahun. Contoh
kredit ini adalah untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan
modal kerja lainnya.
c.
Kredit Perdagangan,
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka
memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.
Contoh jenis-kredit ini adalah kredit untuk membeli barang dagangan yang
diberikan kepada para suplier atau agen.
d. Kredit Produktif,
10
Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau
perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali
sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.
e. Kredit Konsumtif,
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi mi¬sainya
keperluan konsumsi, baik pangan, sandang maupun pa¬pan. Contoh jenis
kredit ini adalah kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor yang
kesemuanya untuk dipakai sendiri.
f. Kredit profesi
Merupakan kredit yang di berikan kepada kalangan profesional seperti
dosen,pengacara atau pengacara
2.2 BANK SYARIAH
2.1 Pengertian Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara islam.
Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan
transaksinya adalah efisiensi, keadilan dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada
prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar
mungkin. Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak di curangi, ikhlas dengan
persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan
mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling
meningkatkan produktivitas.
2.2 Perkembangan Bank Syariah
Bank syariah atau biasa di sebut dengan bank islam berkembang secara pesat di
dunia sejak didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975. Sejak
saat itu diperkirakan telah berkembang ratusan bank syariah di seluruh dunia, baik di
Negara islam maupun non islam. Bank syariah telah mengembangkan dananya seperti
bank-bank konvensional umumnya. Bank syariah sudah menjadi penghimpun dan
penyalur dana umat islam baik untuk kepentingan yang berkaitan dengan ibadah
seperti: dana dari zakat, infak, dan sodaqah maupun muamalah seperti: al-wadiah dan
mudharabah.
11
Di Indonesia pembentukan bank syariah dalam system perbankan nasional
memiliki dasar yang kuat yaitu deregulasi sector perbankan sejak tahun 1983. Dalam
deregulasi ektor perbankan tersebut, lembaga keuangan bank diberikan kebebasan
termasuk dalam hal penentuan tingkat suku bunga hingga nol persen.
Deregulasi di bidang perbankan dapat di manfaatkan setlah di keluarkannya
paket oktober (pakto) 1998. Dalam pakto tersebut diperkenankan untuk mendirikan
bank-bank baru. Pada tanggal 1 november 1991 didirikan bank muamalat Indonesia
sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Kedudukan bank tanpa perhitungan bunga
ini menjadi lebih kuat setelah dikeluarkannya undang-undang nomor 7tahun
1992tentang perbankan yang kemudian diperbaharui dengan UU No.10 tahun 1998
tentang perbankan. Pada pasal 13 ayat (c) UU No 10 tahun 1998 dinyatakan bahwa
salah satu usaha dari bank perkreditan rakyat adalah menyediakan pembiayaan bagi
nasabah berdasarkan prinsip bagi hasilsesuai dengan ketentuan yang di tetapkan
dalam peraturan pemerintah. Sedangkan untuk ketentuan pelaksanaanya maka pada
tanggal 30 oktober 1992 pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah Nomor 72
tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil dan diundangkan pada tanggal
30 oktober 1992 dalam lembaran Negara RI Nomor 119 tahun 1992.
Dalam peratura pemerintah tersebut secara tegas dinyatakan bahwa bank
dengan prinsip bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang tidak
berdasarkan prinsip bagi hasil (memakai system bunga). Sebaliknya, bank yang
kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip bagi hasil. Hal itu secara tegas
dinyatakan dalam ketentuan pasal 6 PP Nomor 72 tahun 1992.
Undang-undang No.7 tahun 1992 dan undang-undang No.10 tahun 1998
merupakan landasan hokum untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia.
Pengembangan bank syariah di Indonesia dipandang penting untuk:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki layanan jasa perbankan
yang sesuai dengan prinsip syariah
2. Meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang belum terserap system perbankan
yang ada
3. Meningkatkan ketahanan system perbankan nasional
4. Menyediakan sarana bagi investor internasional untuk melaksanakan pembiayaan
dan transaksi keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah
12
Perkembangan bank syariah di Indonesia cukup mengembirakan. Jumlah kantor
cabang bank umum yang beroperasi dengan prinsip syariah meningkat sebanyak 11
sehingga menjadi 130 kantor bank pada tahun 2001. Secara rinci, jumlah kantor
cabang tersebut terdiri dari 37 kantor cabang bank muamalat Indonesia dan bank
syariah mandiri, 12 kantor cabang syariah dari 3 bank umum konvensional yaitu bank
IFI, bank BNI dan bank jabar, serta 81 BPR syariah.
2.3 Produk dan Jasa Bank Syariah
Selain dari sisi penanaman dan penyaluran dana, Bank Syariah juga memiliki
prinsip operasional yang berkaitan dengan jasa perbankan. Pelayanan jasa yang di
tawarkan bank syariah antara lain:
1. AL-Kafalah
Pada jasa al kafalah bank memberikan garansi/jaminan atas permintaan
nasabah antara lain untuk menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan
kewajiban kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin. Dalam hal ini, bank dapat
meminta kepada pihak yang di jamin untuk meyetorkan sejumlah dana sebagai
setoran jaminan dengan prinsip al-wadi’ah, atas pemberian bank garansi ini, bank
memperoleh sejumlah fee tertentu sebagai imbalan 1
Jadi Akad Kafalah yaitu akad pemberian jaminan (Makful alaih) yang
diberikan satu pihak kepada pihak lain sebagai pemberi jaminan (Kafiil)
bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu hutang yang menjadi hak
penerima jaminan (Makful).Syarat kafalah : adanya idzin dari makful anhu (orang
yang di jamin).
2. AL-Hiwalah
Hiwalah, yaitu proses perpindahan tangungjawab pembayaran hutang di di
mana pihak pertama mempunyai hutang kepada pihak ketiga dan dalam waktu
yang bersamaan pihak kedua mempunyai hutang kepada pihak pertama, dan atas
persetujuan bersama pihak kedua melunasi hutang pihak pihak pertama kepada
pihak ketiga. Dalam hal ini pihak pertama adalah nasabah, secara operasional
bank proses tersebut merupakan proses transfer (kiriman uang ), dan atas
pemberian jasa transfer ini bank mendapatkan fee sebagai imbalan2
1Drs.Martono,SU,Bank dan Lembaga Keuangan Lain(Ekonisia,kampus ekonomi
UII,2002),Hlm 104
2Ibid
13
Jadi Akad Hiwalah adalah akad pemindahan piutang nasabah (Muhil)
kepada bank (Muhal’alaih) dari nasabah lain (Muhtal). Muhil meminta
muhal’alaih untuk membayarkan terlebih dahulu piutang yang timbul dari jual
beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo, muhtal akan membayar kepada
muhal’alaih. Muhal’alaih memperoleh imbalan sebagai jasa pemindahan piutang.3
Rukun Hiwalah : Muhil (Nasabah 1), Bank (Muhal’alaih), Nasabah 2
(Muhtal) Hutangnya Muhil, Hutangnya Muhtal dan shigot Hiwalah.4
3. Wakalah
Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (Muakkil) kepada penerima
kuasa (Wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (Taukil) atas nama pemberi kuasa.
Jadi maksudnya yaitu mewakilkan suatu urusan kepada orang lain untuk
bertindak atas namanya. Dalam kegiatan operasional suatu bank, maka prinsip ini
di pakai oleh bank untuk menerima titipan uang atau surat yang erharga dan bank
mendapat kuasa dari yang menitipkan untuk mengelelola uang atau surat berharga
tersebut.5
4. AL-Sharf
Yaitu berhubungan dengan kegiatan pertukaran mata uang, Bank yang
mendapatkan izin sebagai pedagang valuta asing atau bank devisa dapat
melakukan prinsip jual beli mata asing dengan syarat bahwa mata uang asing
yang di perjualbelikan berbeda dan penyerahan pada saat transaksi jual beli
terjadi. Bank memperoleh keuntungan dari perbedaan nilai tukar dari mata uang
yang di perjuabelikan.6
Dari uraian di atas, prinsip prinsip kegiatan operasional dan produk-produk
bank syariah dapat di sederhanakan dalam tabel berikut:
Penghimpunan Dan Penyaluran Bank Syariah
N
Nama Prinsip
o
1
Al Wadi’ah
2
Al Mudharabah
Jenis Produk
Penerapan
Pada
Opersional
Simpanan
Penitiapan Barang
Pembiayaan
Simpanan
Bank
Giro,Tabungan, Dan Deposito
Safe Deposit Box
Bagi Hasil
Tabungan,Deposito Berjangka
3Hasan Bin Ahsan Bin Muhammad Bin Salim Al-Kafi, At-Taqrirot As-Syadidah Fii Al-Masa'il
Al-Mufidah (Bangil: Duroh Al-Ilmiyah, 2012), Hlm: 32
4Drs.Martono,SU,Bank dan Lembaga Keuangan Lain(Ekonisia,kampus ekonomi
UII,2002),Hlm 105
5ibid
6ibid
14
3
4
Al Musyarokah
Al Murabahah
5
Al Bai Bithman Ajil
6
Al Ijaroh
Pembiaaan
Mencari Keuntungan
Jasa Bank Lainya
Mencari Keuntungan
Jasa Bank Lainya
Pembiayaan
Barang
Al Bai’u Ta’jiri
Modal
Pembiayaan
7
8
Al Bai Dayn
9
10
11
Al Kafalah
Al Hiwalah
Al Wakalah
12
13
Al Sharf
Al Qord Ul Hasan
Penyertaan Modal
Pengadaan Barang
L/C
Pengadaan Barang
L/C
Leasing
Barang Sewa Beli
Modal
Wesel
Tagihan
Pengambilan Fee
Pengambilan Fee
Penitipan Barang
Jasa Jasa Bank Lainya
Mencari Keunntungan
Dana Dari Sumber Lain
Wesel Dagang,Wesel Ekspor
Tagihan Dalam Factoring
Bank Garansi
Transfer
L/C
Jual Beli Valuta Asing
Zakat,Infak Dan Shodaqoh
2.4 Penghimpunan dan Penyaluran Dana
4.1 Penghimpunan Dana
Penghimpun dana dari masyarakat oleh Bank Syariah dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Prinsip al-Wadi’ah
Al-wadi’ahdapat diartikan sebagai titipan murni dan merupakan
perjanjian yang bersifat saling percaya atau dilaksanakan atas dasar
kepercayaan semata atau merupakan perjanjian antara pemilik barang
(termasuk uang) dengan penyimpan (termasuk bank) dimana pihak
penyimpan bersedia menyimpan dan menjaga keselamatan barang yang
dititipkan kepadanya.
Pihak yang menitipkan barang atau uangnya kepada pihak bank adalah pihak
nasabah, dengan demikian pihak bank harus menjaga titipan tersebut dan
mengembalikannya apabila nasabah tersebut menghendakinya. Hal ini sesuai
dengan Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. Annisa: 58) Dan …
sebagian kamu mempercayai sebgaian yang lain, dan hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) … (QS. Al-Baqarah :
283).
15
Prinsip al-wadi’ah dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Al-wadi’ah Amanah
Artinya penerimaan simpanan tidak bertanggung jawab atas
kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipannya, bila tidak
diakibatkan oleh perbuatan atau kelalaian penyimpan. Berdasarkan
ketentuan tersebut, bank syariah dapat dapat memberikan produk jasa
berupa safe deposit box, di mana pihak bank berhak mengenakan biaya
atau jasa penitip tersebut.
2. Al-wadi’ah Dhamanah
Artinya pihak penyimpan dengan atau tanpa izin pemilik barang
dapat memanfaatkan barang yang dititipkan dan bertangggung jawab
atas kerusakan atau kehilanga barang yang disimpan. Semua manfaat
atau keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang tersebut
menjadihak
penyimpan.
Dengan
demikian
dalam
produk
jasa
penyimanan bank syariah yang sesuai prinsip ini adalah berupa giro
(giro wadi’ah). Fasilitas giro al Wadiah bisa diberikan untuk tujuan
keamanan dan kemudahan pemindahbukuan dan bukan untuk tujuan
investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan
deposito. Dalam kegiatan bank konvensional al-wadi’ah identic dengan
giro.
Sifat-sifat giro wadi’ah adalah sebagai berikut:
a) Merupakan titipan murni (wadi’ah yad ad dhamanah) yang dengan
seizing penitip dapat dipergunakan oleh bank.
b) Sebagai konsekuansei dari yad ad-dhamanah (menjamin kebutuhan
dana) apabila dari pengeloaan uang tersebut bank memperoleh
keuntungan, maka keuntungan tersebut seutuhnya milik bank.
c) Merupakan salah satu cara penyimpanan dana, alat pembayaran
giral dengan menggunakan media cek, bilyet giro, dan perintah
bayar lainnya.
d) Bank atas kehendaknya sendiri, tanpa penjanjian di muka dapat
semacam bonus kepada nasabahnya.
Dewasa ini banyak boroperasi bank-bank Islam (terutama di luar negeri)
yang telah berhasil mengkombinasikan al-wadi’ah dengan penyaluran dana
prinsip al-mudharabah. Kombinasi penyimpanan dan penyaluran dana ini berarti
16
besarnya bonus ditentukan sepenuhnya oleh dewan direksi dari persentase
keuntungan yang dihasilkan oleh dana al-wadiah pada kegiatan al-mudharabah
tersebut dalam suatu periode tertentu.
Berkaitan dengan pemberian bonus ini dapat dikemukakan bahwa sebagai
kelebihan yang tidak dijanjikan maka kelebuihan tersebut merupakan kebikan.
Hal ini sejalan dengan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah. Ia berkata,
“Rasulullah telah menghutang hewan, kemudian beliau membayar dengan hewan
yang lebih tua umurnya daripada hewan yang beliau hutang itu. Rasulullah
bersabda, orang yang paling baik di antara kamu ialah oranh yang dapat
mebayar hutangnya dengan lebih baik.”
b) Prinsip Al-Mudharabah
Al-mudharabah merupakan penjanjian antara pemilik modal (shahibul
al-mal) dengan pengusaha atau entrepreneur (mudharib). Mudharabah
merupakan hubungan berserikat antara dua pihak yaitu pemilik modaL dan
pihak pemilik keahlian atau pengalaman. Dalam perjanjian ini pemilik modal
bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek/usaha dan pengusaha setuju
untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan
perjanjian. Pemilik modal tidak dibenarkan ikut dalam pengelolaan usaha,
tetapi diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila
usaha yang dibiayai mengalami kerugian yang merupaka konsekuansi bisnis
semata (bukan karena penyelewengan) maka kerugian tersebut ditanggung
secara bersama-sama antara pemilik modal dan penerima modal. Contoh
produk Bank Syariah sesuai dengan prinsip mudharabah sebagai berikut:
1) Tabungan mudharabah merupakan simpanan pihak ketiga di bank
Syariah yang penarikannya dapat diloakukan setiap saat atau beberapa
kali sesuai dengan perjanjian. Dalam hal ini bank Syariah sebagai
mudharib dan deposan sebagai shahib al mal.
2) Bank sebagai mudharib akan membagi keuntungan kepada shahib al
mal sesuai dengan nisbah yang telah disetujui bersama. Pembagian
keuntungan dapat dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal
yang mengendap selama periode tersebut.
Sifat-sifat deposito mudharabah sebagai berikut:
1. Deposito mudharabahmerupakan simpanan pihak ketiga (perorangan
atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam
17
jangka waktu tertentu (sesuai jatuh tempo) dengan mendapatkan imbalan
bagi hasil.
2. Jumlah imbalan dibagi dalam bentuk pembagian pendapatan atas
penggunaan dana dengan proporsi sesuai kesepakatan, misalnya 70% :
30%. Artinya 70% untuk deposan dan 30% untuk Bank Syariah.
3. Jangka waktu mudharabahmisalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12
bulan.
Dasar hukum pelaksanaan prinsip Al-Mudharabah terdapat di Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Dalam Al-Qur’an terdapat ketentuan-ketentuan yang
berbunyi, “ dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebgaian
karunia Allah.” (QS. AL-Muzzamil: 20) kemudian pada surat Al-Jum’ah
ayat 10 ditegaskan “apabila telah ditunaikan ibadah sembahyang, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah Swt”.
c) Prinsip Al-Qarad ul Hasan
Selain menerima simpanan dari masyarakat dengan prinsip Al-Wadi’ah
dana Al-Mudharabah, bank syariah juga dapat menerapkan prinsip Al Qarad
ul Hasan. Prinsip ini berarti pemilik dana (masyarakat) memberikan fasilitas
dananya kepada bank (penerima dana) di mana pemilik dana atas dasar
prinsip Al qard ul Hasan dapat berupa: zakat, infaq dan sadaqah (ZIS)
4.2 Penyaluran Dana
Penyaluran dana kepada masyrakat oleh Bank Syariah berdasarkan prinsipprinsip sebagi berikut :
1. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah perjanjian usaha antara pemilik modal (Bank
Syariah) dan pengusaha, dimana pemilik modal menyediakan seluruh dana
yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha.
Hasil usaha bersama ini dibagi seusai dengan kesepakatan pada waktu
pemibiayaan ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah, misal
65% : 35%. Apabila terjadi keruagian dan kerugian tersebut merupakan
konsekuensi bisnis maka pihak penyedia dana akan menanggung kerugian
managerial skill, waktu dan kehilangan nisbah keuntungan bagi hasil yang
akan diperolehnya.
2. Al-Musyarakah
18
Al-Musyarak adalah suatu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau
lebih dalam suatu usaha atau proyek, diaman masing-masing pihak berhak
atas segala keuntungan dan bertanggung jawab atas segala kerugian yang
terjadi sesuai dengan penyertaan masing-masing. Dalam hal ini, pihak bank
menyediakan sebagian dana dari pembiayaan bagi usaha, sebagian lagi
disediakan oleh mitra usaha lain. Dalam konteks ini, bank tidak hanya
berperan sebagai penyedia dana tetapi juga sebagia partner bagi usaha
nasabah. Jadi bukan hubungan antara kreditu dan debitur seperti yang terjadi
di bank konvensional.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama dapat
berupa
dana,
barang
perdagangan
(trading
asset),
kewiraswastaan
(entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment) , atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill),
kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang
dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari
bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu
menjadikan produk ini sangat fleksibel.
Dasar akad ini yaitu surah An-nisa ayat 21: “jika saudara-saudara itu
lebih dari satu orang, maka bersekutu dalam sepertiga itu,” dan dalam surah
As-Shad ayat 24: “dan sesungguhnya kebanyakan mereka berbuat dhalim
kepada sebagian lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang shaleh.”
Perbedaan
prinsip
al-musyarakah
dan
al-mudharabah
adalah
pembiayaaan yang dilakukan hanya sebagai, yang merupakan penyertaan
dengan campur tanga pengelola (bank) pada usaha nasabah secara sementara
(ad hock) maupun tetap. Kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh bank
syariah (bagi hasil) berdasarkan prinsip al-musyarakah berupa L/C dan joint
financial.
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik
modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh
melakukan tindakan seperti:
19
Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik
modal lainnya.
Memberi pinjaman kepada pihak lain.
Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan
oleh pihak lain.
Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:
Menarik diri dari perserikatan
Meninggal dunia,
Menjadi tidak cakap hukum
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah
proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati untuk bank.
3. Al-Murabahah
Murabahah adalah menjual dengan harga asal atau harga pokok
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dalam prinsip ini bank
membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem
pembayaran kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara bank
membeli atau memberi surat kuasa kepada nasabah untuk membelikan
barang yang diperlukan atas nama bank. Selanjutnya bank menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan harga pokok ditambah sejumlah keuntungan
atau mark-up untuk dibayar oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai
dengan kesepakatan.
Dasar hukum pelaksanaan prinsip al-murabahah ini adalah mengacu
pada surat an-nisa ayat 29: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengna jalan
berniaga yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” Dan surat albaqarah ayat 275: “dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.” Prinsip al-murabahah ini mirip dengan produk kredit
modal kerja bank konvensional, sehingga pembiayaan bersifat jangka
20
pendek. Kegaitan yang dilakukan bank syariah sesuai dengan prinsip almurabahah misal pengadaan barang dan penerbitan L/C.
4. Al-Bai Bithman Ajil
Al-bai bithman ajil dapat diartikan sebagai pembelian barang dengan
pembayaran cicilan dan angsuran. Prinsip ini merupakan pengembangan dari
prinsip murabahah. Jadi dalam hal ini pihak bank membiayai pembelian
barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran angsuran. dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan cara bank membeli atau memberi surat
kuasa kepada nasabah untuk membelikan barang yang diperlukan atas nama
bank. Selanjutnya bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau mark-up, dimana jangka
waktu serta besarnya biaya angsuran berdasarkan kesepakatan bersama
antara bank dan nasabah. Prinsip ini mirip dengan produk kredit investasi
kerja bank konvensional, sehingga pembiayaan bersifat jangka panjang.
Dasar hukum pelaksanaan prinsip ini mengacu pada al-quran surah
an-nisa ayat 29: “hai orang-orang yang beriman , janganlah kamu makan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengna jalan berniaga yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” Sedangkan pada hadist,
mengacu pada hadist dari Suhaib ra. “bahwa Rasullullah bersabda: “tiga
perkara didalamnya terdapat keberkatan 1. Menjual dengan pembayaran
secara kredit. 2. Muqaradha(nama lain dari mudharabah). 3. Mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual.”
(HR. Ibnu Majah). Bentuk kegiatan pembiayaan ini dapat diterpkan dalam
proses pengadaan barang bagi nasabah dan pembiayaan impor dari luar
negeri.
5. Al-Ijarah
Al-ijarah merupakan pembiayaan bank untuk pengadaan barang yang
ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa
diakhiri dengan pemilikan. Dalam ekonomi dikenal dengan leasing (sewa
guna usaha), dimana pihak bank (leaser) memberikan kesempatan kepada
nasabah atau penyewa (lessee) untuk memperoleh manfaat dari barang untuk
jangka waktu tertentu, dengan ketentuan nasabah akan membayar sejumlah
uang (sewa) pada waktu yang disepakati secara priodik. Apabila telah habis
21
jangka waktunya, benda atau barang yang dijadikan obtek al-ijarah tersebut
tetap milik bank.
Dasar prinsip al-ijarah adalah Al-Quran surah Qasas ayat 26 :”salah
satu dari kedua gadis itu berkata “wahai bapakku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja dengan kita karena sesunggguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kau lagi dapat dipercaya””.
Sedangkan hadist yang menjadi dasar dari akad ini adlah dari Ibnu Umar
RA : Rasul besabda, “berikanlah upah buruh itu sebelum kering
keringatnya,” dan hadist dari Abi Said AlHudry RA : Rasul bersabda,
“barang siapa mempekerjakan pekerja, hendaklah menjelaskan upahnya.”
6. Al-Bai’u Ta’jiri
Al-Bai’u Ta’jiri merupakan pembiayaan bank untuk pengadaan barang
ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa yang
diakhiri dengan kepemilikan. Prinsip dari akad ini sama dengan akad sewa
beli. Setelah hasbi pembayaran sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan,
maka barang al-bai’u ta’jiri menjadi milik nasabah. Pada bank Islam yang
ada di beberapa negara prinsip al-baiu ta’jiri dikombinasikan dengan prinsip
al-murabahah dan al-bai bithman ajil yang bertujuan membiayai impor
barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian disewakan kepada nasabah
untuk jangka waktu tertentu, hingga pada akhir pembayaran, barang tersebut
dimiliki oleh nasabah. Dasar hukum prinsip akad ini sama dengan prinsip
akad al-ijarah.
7. Al-Bai Dayn
Al-Bai Dayn merupakan jual-beli dengan cara diskonto atas piutang atau
tagihan yangbersal dari transaksi jual-beli barang atau jasa. Dalam
pelaksanaannya, prinsip ini dilakukakn antara lain untuk pembelian : wesel
dagang, wesel ekspor, dan tagihan dalam rangka anjak piutang (factoring).
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bank umum terdiri dari dua sistem, konvensioanal dan syariah. Bank konvensional
adalah Bank konvensioanal adalah bank yang dalam aktifitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupaun penyaluran dana memberikan dan mengenakan imbalan
berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari danan untuk suatu
periode tertentu dan biasanya presentase tersebut ditetukan per tahun.
Sedangkan bank syariah adalah Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalah secara islam.
Produk bank konvensioan terdiri dari simpanan tabunagn, simpanan giro, simpanan
deposito, kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit perdagangan. Sedangakan
produk bank syariah terdiri dari al-wadiah, al-mudharabah, al-musyarakah, al-murabahah
dan al-ijarah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Dr, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Kasmir, Dr, 2015, Dasar-dasar Perbankan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Martono, SU, Drs, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yoguakarta.
24