Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Kerangka teoris adalah suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. Dalam kerangka teoritis, secara logis dikembangkan, digambarkan dan dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi antara variabel-variabel yang diidentifikasi melalui survei atau telaah literatur (Silalahi, 2009:92).

Emery dan Cooper mengatakan bahwa teori merupakan suatu kumpulan konsep, definisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena tertentu (Umar, 2002:55).

Berdasarakan penjelasan tersebut, perlu disusun beberapa kajian yang bersifat teoritis atau kepustakaan yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang apa masalah peneliti akan diteliti sekaligus sebagai landasan atau pondasi dari penelitian. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah:

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi dibutuhkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain, karena komunikasi merupakan pengaruh dan alat dalam aktifitas manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat bertanya mengenai suatu hal yang tidak diketahuinya, menerima dan mengawasi. Komunikasi dapat menjadi saran-saran guna terciptanya ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan melalui tukar menukar pesan (informasi), menggambarkan emosi dan kebutuhan mulai dari yang paling sederhana sampai yang kompleks.

Istilah komunikasi sudah demikian popular dan dipergunakan oleh kebanyakan orang. Istilah tersebut dipergunakan dalam semua kesempatan baik dalam pembahasan maupun dalam membicarakan berbagai masalah. Manusia


(2)

sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial mempunyai rasa ingin tahu, ingin maju dan ingin berkembang, maka salah satu syaratnya adalah komunikasi. Karenanya komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia.

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin yaitu

communico yang artinya membagi (Cangara, 1998:17).

Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah perilaku orang lain. Jadi, dengan demikian komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap, bertingkah laku yang sama dengan kita. (Widjaja, 2000: 26-27)

Harold D. Lasswell menyebutkan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya”

Paradigma Lasswell diatas menunjukan bahwa Komunikasi meliputi lima unsur yaitu:

a. Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi. Dalam komunikasi, peran komunikator bisa bersifat fleksibel dalam artian setiap partisipan dalam komunikasi bisa berperan sebagai komunikator secara bergantian.

b. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa, gambar, dan sebagainya.

c. Media (channel, media) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka diperlukan media sebagai penyampai pesan.

d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan


(3)

komunikator. Sama halnya dengan unsur komunikator dalam komunikasi, peran komunikan juga dipegang oleh setiap partisipan. e. Efek (effect, impact,influence) adalah dampak sebagai pengaruh pesan

tersebut. Efek ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh seorang komunikator lewat transmisi pesan yang dilakukan agar komunikan dapat memahami makna pesan yang terkandung. Efek ini juga diharapkan mampu mengubah perilaku atau menggerakkan komunikan agar memenuhi imperatif atau perintah yang disampaikan oleh komunikator.

H.A.W. Widjaja (2000:13), berpendapat bahwa komunikasi merupakan suatu hubungan dimana terdapat tukar menukar pendapat atau informasi diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan kontak antara manusia baik secara individu maupun kelompok.

Definisi-definisi komunikasi di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar. Namun, sedikit banyaknya dapat memberi gambaran seperti apa yang diungkapkan oleh Shanon dan Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja serta tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 1998:19).

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan / informasi. Di dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur yang sangat penting, yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer, yaitu: proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran.

2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu: proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator dalam hal ini menggunakan media kedua dalam melancarkan


(4)

komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh dan berjumlah banyak (Effendy, 1993:33).

2.1.1.2 Ciri Komunikasi

Berdasarkan paradigma Lasswell, bisa diartikan kalau komunikasi adalah proses linier penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan melalui perantara media yang diharapkan mampu menimbulkan atau menciptakan efek tertentu berupa kesepahaman hingga perubahan perilaku sesuai dengan keinginan komunikator yang disispkan di dalam makna pesan yang ditransmisikan.

Komunikasi memiliki sifat atau ciri. Adapun sifat atau ciri dari komunikasi, antara lain :

1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication)

a) Komunikasi Lisan (Oral Communication)

b) Komunikasi Tulisan / Cetak (Written/Printed Communication) 2. Komunikasi Niverbal (Nonverbal Communication)

a) Komunikasi Kial / Isyarat Badaniah (Gestured Communication)

b) Komunikasi Gambar (Pictorial Communication)

3. Komunikasi Tatap Muka ( Face to Face Communication)

4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication) (Effendy,1993:33)

2.1.1.3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Suatu pesan disampaikan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar pesan tersebut dapat dimengerti, memperkuat dan bahkan mampu mengubah orang lain. Dengan kata lain, kegiatan atau proses komunikasi tidak begitu saja diterima oleh komunikan, tetapi akan mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum akhirnya diterima dan menghasilkan efek sesuai dengan keinginan komunikator. Adapun tujuan komunikasi menurut Onong U. Effendy (1993:55), adalah :

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya memberikan informasi


(5)

mengenai menjaga lingkungan kampus dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tujuannya adalah agar mahasiswa tidak lagi membuang sampah sembarangan di lingkungan sekitar area kampus. b. Mengubah pendapat atau opini (to change the opinion)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadapat tujuan informasi yang disampaikan. Misalnya informasi mengenai kebijakan baru pihak Universitas tentang UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang mendapat tantangan dari mahasiswa maka harus disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat mahasiswa dapat terbentuk untuk menerima kebijakan tersebut.

c. Mengubah perilaku (to change the behaviour)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya informasi tentang kerugian yang dialami kampus dari tawuran antar mahasiswa agar kedepannya mahasiswa tidak lagi melakukan tawuran.

d. Mengubah masyarakat (to change the society)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat yang dimana pada akhirnya bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

Fungsi komunikasi dipandang dari arti yang luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan akan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Adapun fungsi dari kegiatan komunikasi, dibagi atas empat fungsi utama (Effendy, 1999), yaitu:

a. Menyampaikan imformasi (to infororm)

Di sini komunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi, tidak hanya informasi tetapi juga pesan, ide, gagasan, opini maupun komentar. Sehingga masyarakat bisa mengetahui keadaan yang terjadi dimanapun.

b. Mendidik (to educute)

Komunikasi sebagai sarana informasi mendidik, menyebarluaskan kreativitas, tidak hanya sekedar memberi hiburan, tetapi juga memberi


(6)

pendidikan untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, serta memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju dan lebih berkembang.

c. Menghibur (to intertain)

Komunikasi juga memberikan warna dalam kehidupan kita, tidak hanya menjadi sumber informasi tetapi komunikasi juga dapat sebagai sumber hiburan. Semua golongan menikmatinya sebagai alat hiburan dalam bersosialisasi. Menyampaikan informasi dapat berupa dalam gambar, bahasa, bunyi, tulisan, dan lagu.

d. Mempengaruhi (to influence)

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah yang baik dan modernisasi.

2.1.1.4 Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi yang ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Komunikasi Pribadi (Personal Communication), yaitu : komunikasi diri sendiri, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Komunikasi Pribadi ini terbagi atas:

a) Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) b) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

2. Komunikasi Kelompok (Group Communcation), yaitu: komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunkasi ini terdiri dari:

a) Komunikasi kelompok kecil (small group communication) 1. Ceramah (lecture)

2. Diskusi Panel (panel discussion)

3. Symposium

4. Forum

5. Seminar

b) Komunikasi kelompok besar (large group communication / Public


(7)

3. Komunikasi Massa (Mass Communication), yaitu: komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi dan kegiatan yang sebenarnya). Komunikasi Massa ini terdiri dari:

a) Komunikasi media massa cetak (printed mass media communication)

1. Surat Kabar (daily)

2. Majalah (magazine)

b) Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media

communication)

1. Radio

2. Televisi

3. Film

4. Komunikasi Medio (Medio Communication), yang terdiri dari:

a) Surat

b) Telepon

c) Pamflet

d) Poster

e) Lain-lain (Effendy,1999). 2.1.2 Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloit), buku dan film. Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan pada waktu yang serempak.

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass

communication is messages communicated through a mass medium to a large

number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi

massa tersebut harus menggunakan media massa.

Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4). Sementara itu, menerut Jay Black dan Frederick C (Nurudin, 2007:12) disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang


(8)

diproduksi secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. Luas disini berarti lebih besar daripada kumpulan orang berdekatan secara fisik, sedangkan anonim berarti individu yang menerima pesan cenderung asing satu sama lain, dan heterogen berarti pesan dikirimkan kepada orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berneda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern (media cetak dan elektronik) dalam menyampaikan informasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.

2.1.2.1 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Melalui defenisi-defenisi komunikasi massa tersebut, kita dapat mengetahui ciri-ciri komunikasi massa. Menurut Nurudin dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi Massa (2007: 19-32), ciri-ciri dari komunikasi massa adalah:

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, kumpulan antarberbagai macam unsur dan kerja sama satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/ beragam. Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragan, dan memiliki agama atau kepercayaan yang berbeda pula.

Herbert Blumer pernah memberikan ciri-ciri tentang karakteristik


(9)

a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat. b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain.

Di samping itu, antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

3. Pesannya Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan kepada khalayak plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakan pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah adanya keserempakan dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).

7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang

pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.

Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterprestasikan pesan,

menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya,

gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebauh

pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang

dilakukan. Bahkan, bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan

berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik burujnya dampak pesan yang disebarkan pun tergantung pada fungsi penapisan informasi atau pemalang pintu.


(10)

2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Disamping memiliki ciri-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang dikutip Ardianto dkk dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” (2004: 16-17) adalah sebagai berikut:

a. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk (1) pengawasan peringatan ; (2) pengawasan instrumental

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memperihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dapat serta merta menjadi ancaman. Sebuah stasiun televisi mengelolah program untuk menayangkan sebuah peringatan. Sebuah surat kabar secara berkala memuat bahaya polusi udara dan pengangguran. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan dan ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman tersebut.

Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat menbantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berite tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.

b. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau di tayangkan.

c. Lingkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatuan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi prilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati untuk menirunya.

e. Entertainment (Hiburan)

Penyiaran drama, tarian, kesenian, sastra, musik, olah raga, permainan, melalui syarat-isyarat, lambang-lambang, suara dan gambar, bertujuan untuk


(11)

menciptakan kesenangan yang bersifat hiburan. Melalui berbagai program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.

2.1.2.3 Sifat-Sifat Komunikasi Massa

Ada beberapa sifat yang melekat dalam komunikasi massa dan sekaligus membedakannya dengan bentuk komunikasi yang lainnya. Sifat-sifat yang dimaksud adalah (Fajar, 2009: 222-225):

1. Sifat komunikator

Sesuai dengan hakikatnya, didalam sifat penggunaan media atau saluran secara professional dengan teknologi tinggi melalui usaha-usaha industri maka kepemilikan media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur danpenjelmaan tugas, fungsi-fungsi serta misi tertentu. Pesan-pesan yang terbit dari suatu media massa sesungguhnya bukan berasal dari perorangan, tetapi dari rembukan bersama, olahan redaksi atau keputusan kebijaksanaan organisasi yang menerbitkannya.

2. Sifat pesan

Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, universal tentang berbagai hal dari berbagai tempat di muka bumi. Sementara itu, isi media massa adalah tentang berbagai peristiwa apa saja yang patut diketahui oleh masyarakat umum.

3. Sifat media massa

Salah satu cirri yang paling khas dalam komunikasi massa adalah sifat media massa. Komunikasi massa dampaknya lebih bertumpu pada andalan teknologi, hal ini berfungsi mengatur hubungan antara komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serempak dan menjangkau berbagai titik-titik pemukiman manusia di muka bumi pada waktu yang sama.

4. Sifat komunikan

Komunikan dalam suatu komunikasi massa adalah masyarakat umum yang sangat beragam, heterogen dalam segi demografis, geografis maupun psikologis.

5. Sifat efek

Secara umum komunikasi massa mempunyai tiga efek. Berdasarkan teori hierarki efek yaitu:

a. Efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya

b. Efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu pada khalayak. Orang dapat menjadi marah atau berkurang rasa senangnya ketika menonton televisi, atau membaca surat kabar.


(12)

c. Efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

2.1.3 Televisi

Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh dan visi (videre; bahasa latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggris disebut television dapat diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima/ Television Set (Wahyudi, 1992:49).

Salah satu media dalam komunikasi adalah televisi. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto, 2004:125). Media televisi sebagai salah satu pioner dalam penyebaran informasi dan dengan menggunakan perngkat satelit, kini menjadi media informasi yang terus berkembang pesat (Kuswandi, 1996:1). Menurut Effendy (Effendy, 2002:21) yang televisi siaran merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen.

Sebagai suatu media elektronik, televisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ardianto, 2004:128) :

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik, dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak.

2. Berpikir dalam Gambar

Dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, adalah penggambaran

(picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian

rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian lebih Kompleks


(13)

Pengoperasian televisi lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang-orang yang terampil dan terlatih.

Televisi mempunyai fungsi sebagai berikut (Effendy, 2007:27) : 1. Fungsi Penerangan (The Informational Function)

Ada dua faktor yang mampu menyiarkan informasi yang memusatkan. Faktor yang pertama adalah faktor immediately (langsung dan dekat) dan faktor yang kedua adalah realism (kenyataan).

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan yang sifatnya menambah pengetahuan khalayak.

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Televisi juga menyuguhkan acara yang bersifat hiburan kepada masyarakat. Tayangan-tayangan yang bersifat hiburan misalnya sinetron, kuis, film, komedi dan lain sebagainya. Pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan dan selajutnya untuk memperoleh informasi.

2.1.3.1 Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat dikarenakan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Selain itu, gambar itu bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu TV juga dapat menyajikan berbagai program lainnya yang cukup inovatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2002 :177).

Perkembangan teknologi juga telah menghasilkan peralatan canggih yang memungkinkan televisi dapat menayangkan gambar atau benda yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebagai contoh, kamera televisi mampu menangkap gambar dalam kegelapan dengan inteosifler. Ini menjadi kelebihan dari televisi dibanding media yang lain. Selain itu televisi juga lebih menguasai jarak dan ruang serta waktu sehingga peristiwa di belahan bumi manapun dapat dilihat saat itu juga. Jangkauan televisi juga sangat luas. Hal ini berpengaruh pada sifat sugestif televisi yang sangat tinggi untuk merangsang orang melakukan sesuatu. Trend fashion, baik gaya rambut, pakaian, maupun make up merupakan mode-mode yang sering ditampilkan di televisi dan mempengaruhi gaya


(14)

berbusana masyarakat. Penyiaran suatu peristiwa dengan media televisi juga sangat cepat, termasuk siaran langsung yang mampu membangkitkan emosi massa. Tak heran banyak pihak yang menggunakan televisi sebagai media kampanye.

2.1.3.2 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media massa lain berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyajiannya isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterprestasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu panting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang timbul dari acara televisi terhadap pemirsa :

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk

menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi.

3. Dampak prilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari (Kuswandi, 1996 : 99).

2.1.3.3 Program Televisi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof.Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikilogi dari televisi itu sendiri, dimana televisi seakan-akan menghipnotis


(15)

pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah dan peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002 : 122).

Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu :

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.

2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama

3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang

tampak haruslah dibuat semenarik mungkin. Sedangkan program acara televisi, terdiri dari:

1. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau buletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

2. Liputan-liputan khusus yang membahas bebagai masalah aktual secara lebih mendalam.

3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar negeri.

4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti: acara memasak, berkebun, dan acara kuis.

5. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film dan lain sebagainya.

6. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya.

7. Acara bagi anak-anak, seperti film kartun.

8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya.

9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

10.Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow. 2.1.3.4 Reality Show

Beberapa definisi tentang reality show: Reality show adalah acara yang menampilkan realitas kehidupan seseorang yang bukan selebriti (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan TV, sehingga bisa dilihat oleh masyarakat. Reality

show tidak sekedar mengekspose kehidupan orang, tetapi juga menjadi ajang

kompetisi, bahkan menjahili orang (Widyaningrum dan Christiastuti, 2004). Menurut Motulz Media Center (2005). Reality show secara istilah berarti pertunjukan yang asli (real), tidak direkayasa, dan tidak dibuat-buat. Kejadiannya diambil dari keseharian kehidupan masyarakat apa adanya, yaitu realita dari masyarakat.


(16)

Jadi reality show adalah suatu acara yang menayangkan kejadian nyata atau asli dari kehidupan masarakat sehari hari yang diambil dari orang yang bukan selebriti (orang awam), yang disiarkan melalui jaringan televisi.

Dalam penyajiannya acara reality show terbagi menjadi 3 jenis (Harmandini, 2005).:

1. Docusoap (Documenter dan Soap Opera) yaitu gabungan dari rekaman

asli dan plot. Disini penonton dan kamera menjadi pengamat pasif dalam mengikuti orang-orang yang sedang menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Baik yang professional maupun pribadi. Dalam hal ini produser menciptakan plot sehingga enak ditonton oleh pemirsa. Para kru dalam proses editing menggabungkan setiap kejadian sesuai dengan yang mereka inginkan. Sehingga akhirnya terbentuk cerita 30 menit tiap episode.

2. Hidden camera yaitu sebuah kamera tersembunyi merekam orang-orang

dalam situasi yang sudah diatur.

3. Reality game show yaitu sejumlah kontestan yang direkam secara intensif

dalam suatu lingkungan khusus guna memperebutkan hadiah. Fokus dari acara ini para kontestan menjalani kontes dengan tipu muslihat sampai reaksi yang menang dan kalah.

Junior MasterChef Indonesia merupakan sebuah program acara komperisi

Talent Search memasak anak–anak terbesar pertama kali di Indonesia yang diikuti

oleh anak–anak berusia 8–13 tahun yang memiliki passion memasak. Program acara tersebut menampilkan adu kemampuan memasak bagi kalangan anak-anak, sehingga seharusnya mampu memberikan inspirasi bagi semua kalangan dan anak-anak tentunya.

Masterchef menyajikan tiga sesi yaitu: 1. Sesi pertama (babak kapten)

Setiap peserta mengadukan masakan secara individu. Kemudian, peserta mendapatkan posisi pertama akan menjadi kapten.

2. Sesi kedua (babak peserta eliminasi)

Setiap peserta mengadukan memasak secara individu atau kelompok.untuk kelompok dibagi 2 tim yaitu merah dan biru.bagi 6 peserta (individu) atau tim (kelompok) akan memasuki tahap eliminasi


(17)

3. Sesi ketiga (babak eliminasi)

Setiap peserta mengadukan memasak secara individu. Satu dari tiga mendapatkan nilai yang tidak memuaskan akan dieliminasi.

Tantangan Masterchef yaitu:

1. Mystery Box: kontestan harus membuat masakan dari bahan-bahan yang ada di dalam kotak.

2. Multi Mystery Box: selain bahan-bahan yang ada didalam mystery box, kontestan juga harus menggunakan bahan yang berada di mystery box yang besar yang ada dihadapan juri.

3. Signature Dish: kontestan harus membuat masakan dengan tema tertentu.

4. Popstar Challenge: kontestan membuat masakan kesukaan bintang tamu.

5. One Core Ingredient: kontestan harus membuat hidangan dengan satu bahan dasar yang telah ditentukan.

6. Duel Captain Challenge: kapten dari sebuah tim akan bertanding memasak

dengan kapten dari tim yang lain.

7. Offsite Challenge: tantangan yang dilakukan di luar Galeri MasterChef. 8. Pair Challenge: Kontestan akan memasak / menghadapi tantangan secara

berpasangan sesuai dengan tantangan yang ditentukan .

9. Team Challenge: kontestan dibagi menjadi 2 tim atau lebih, tim-tim tersebut diadu memasak di dalam Galeri MasterChef.

10.Pro Chef Challenge: salah satu kontestan berhadapan dengan seorang chef profesional. Apabila berhasil menang, kontestan akan mendapatkan hadiah 11.Pressure Test: Tim yang kalah dalam Offsite Challenge atau Team Challenge akan memasak untuk membuktikan bahwa kontestan tersebut masih layak di Galeri Masterchef.

12.Spike Elimination: kontestan mengikuti babak eliminasi tetapi bukan tantangan memasak, melainkan memilih salah satu kontestan yang menurutnya harus dikeluarkan.

13.Elimination Test: Babak Eliminasi.

14.Duel Black Team: Kontestan terbawah bertanding duel dengan salah satu

dari Black Team. Jika kontestan menang maka akan tetap mempertahankan posisinya dan Black Team akan tereliminasi. Namun jika Black Team yang menang maka akan bertukar posisi dengan kontestan tersebut.

15.Black Team Royal Battle: Kontestan terbawah bertanding duel dengan seluruh anggota Black Team. Pemenang akan bertahan dalam kompetisi dan yang kalah akan tereliminasi.

16.Duplication Test: kontestan harus menduplikasi masakan tertentu dari segi presentasi dan rasa.

17.Invention Test: kontestan harus menyiapkan sebuah hidangan hasil kreasi baru dari bahan yang ada.

18.Taste Test: tantangan menebak bahan dalam suatu masakan.

19.Skill Test: kontestan mengadu kecepatan dalam mengolah bahan makanan.


(18)

Junior Masterchef menyajikan tiga sesi, yaitu sesi pertama (babak kapten), sesi kedua (babak peserta eliminasi), sesi ketiga (babak eliminasi) dan memiliki tantangan setiap episodenya yang membuat persaingan sangat ketat sehingga sangat menarik perhatian pemirsa dan antusias untuk terus mengikuti. Dari uraian tersebut, jelas bahwa Junior MasterChef Indonesia merupakan termasuk dalam program acara reality game show.

2.1.3.5 Karakteristik Tayangan Televisi

Terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi karakteristik televisi (Baskin, 2006: 63-68), yaitu:

1. Penampilan penyaji berita atau host.

Host secara umum diartikan sebagai orang yang memegang sebuah

acara tertentu. Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakannya. Dengan demikian, selain jenis acara, figur host yang bersangkutan juga memegang peranan penting. Kehadiran seorang host yang berkarakter akan menjadi daya tarik sebuah acara. Menurut RM Hartoko, ada beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu:

a. Penampilan yang baik dan perlu didukung pula oleh watak dan

pengalaman.

b. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa,

daya penyesuaian, dan daya ingatan yang kuat.

c. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar. Penampilan penyiar di layar televisi harus tetap disertai dengan sopan-santun perjumpaan supaya tidak menyinggung perasaan rata-rata pemirsa.

d. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak, menyenangkan untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap, yaitu suara yang menimbulkan kepercayaan, meyakinkan bagi yang mendengarnya, sehingga membuat pemirsa memperhatikan apa yang dikatakan.

2. Narasumber

Narasumber merupakan orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. R. Fadli (2002) menyebutkan bahwa seorang narasumber yang baik harus memiliki hal-hal berikut:

a. Memiliki kapabilitas, yaitu kemampuan yang meliputi bidang akademis maupun pengalaman.

b. Memiliki kredibilitas, meliputi kualitas, kapabilitas, atau kekuatan sehingga menimbulkan kepercayaan.

c. Memiliki akseptabilitas, meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber yang sesuai dengan topik pembahasan.


(19)

3. Materi Acara

Faktor lain yang diperhatikan dalam tayangan televisi terletak pada materi acara atau permasalahan (Wibowo, 1997: 48). Dalam hal ini ada dua kategori untuk mengetahui sampai seberapa jauh permasalahan itu menarik, yaitu:

a. Permasalahan apa yang dibahas, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan

diskusi tersebut merupakan permasalahan yang penting bagi masyarakat. b. Masalah itu merupakan masalah yang aktual atau yang sedang hangat

dibicarakan masyarakat.

4. Perangkat Acara

Ilustrasi visual didalam tayangan dapat berupa sajian musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi, gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara (Wibowo, 1997: 37). Perangkat acara merupakan orang-orang yang memiliki peran dalam tayangan tersebut dan bertugas untuk menyampaikan ilustrasi visual terhadap khalayak. Agar ilustrasi tersebut dapat disampaikan dengan baik, perangkat acara perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Keselarasan antara perangkat acara dan kerjasama tim.

b. Komunikasi antara perangkat acara yang terlihat dalam penggunaan humor

ataupun visualisasi.

5. Waktu tayang

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah pemilihan waktu tayang. Pemilihan waktu tayang diperlukan agar segmentasi khalayak yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pemilihan waktu tayangan juga perlu memperhatikan:

a. Frekuensi penayangan yang diperlukan untuk memudahkan penonton

untuk mengingat acara tersebut.

b. Durasi tayangan, yaitu lamanya tayangan itu berlangsung. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari penonton dari kebosanan.

2.1.4 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus Organism Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.

Menurut stimulus reponse ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah:


(20)

a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

Dalam prosesnya perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada 3 (tiga) variabel penting (Effendy, 2007:255) adalah sebagai berikut:

1. Perhatian

2. Pengertian mencakup pengetahuan dan pemahaman 3. Penerimaan

Gambar 2.1 Teori S-O-R

Sumber: (Effendy, 2003 : 255)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organism. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, teori S-O-R dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Stimulus S (Pesan) yang dimaksud adalah acara reality show Junior

MasterChef di RCTI

Organisme

 Perhatian

 Pengertian

 Penerimaan

Response Stimulus


(21)

b. Organism O (Komunikan) yang dimaksud adalah khalayak pemirsa, yakni siswa ekstrakulikuler SMP St. Yoseph Pemuda Medan.

c. Response R (Efek) yang berupa persepsi siswa ekstrakulikuler SMP St.

Yoseph Pemuda Medan terhadap acara reality show Junior MasterChef di RCTI .

Perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan pada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Setelah terjadinya proses-proses di dalam diri komunikan, maka perubahan yang terjadi adalah:

a. Perubahan kognitif, pada perubahan ini pesan ditujukan kepada

komunikan, bertujuan hanya untuk mengubah pikiran komunikan.

b. Perubahan afektif, dalam hal ini, adapun tujuan komunikator bukan saja hanya untuk diketahui oleh komunikan, melainkan diharapkan adanya timbul sesuatu bentuk perasaan tertentu seperti rasa iba, sedih, terharu, bahagia, puas dan lain sebagainya.

c. Perubahan behavioral, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.

Pada penelitian ini, perubahan sikap yang akan diteliti adalah perubahan afektif, yaitu adanya peningkatan pengetahuan mengenai tokoh-tokoh di Indonesia dalam diri komunikan setelah menyaksikan acara reality show “Junior MasterChef”.

2.1.5 Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa


(22)

Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa Inggris Perception berasal dari bahasa latin “perceptio”, dari percipare yang artinya menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, persepsi ialah penglihatan, yakni bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).

Manusia dalam menerima informasi, mengolah, menyimpan dan menghasilkannya kembali mengalami empat proses, yaitu meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi, menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2005:51). Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Perhatian (attention) merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi persepsi.

Menurut Kenneth E. Andersen (1972) dikutip dari (Jalaluddin Rakhmat, 2000: 52-54) bukunya Psikologi Komunikasi, perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat-alat indera yang lain. Faktor yang mempengaruhi perhatian dibagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor situasional terkadang sering disebut sebagai faktor eksternal yang menarik perhatian atau penarik perhatian. Faktor internal dalam diri kita yang mempengaruhi perhatian adalah: faktor biologis, faktor sosiopsikologis, motif sosiogenis. Selain perhatian, ada faktor lain yang


(23)

mempengaruhi persepsi, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural. Berelson dan Steiner (1964:88) mengatakan “perception is the complex process by which people select, organize, and interpret sensory stimulation into a meaningful and

coherent picture of the world”. Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi

adalah anggapan (assumption), harapan kebudayaan (cultural expectations), motivasi (motivations), suasana hati (moods), dan sikap (attitudes). Proses persepsi tidak dapat berjalan dengan sendirinya, melainkan melalui tahapan-tahapan dalam individu yang didapat dan digambarkan sebagai berikut :

a. Pada tahap pertama dalam individu terdapat saringan perhatian (attention

filter), yaitu setiap orang, sengaja atau tidak sengaja akan menghindari

sebuah rangsangan (stimuli) yang menerpanya. Individu akan mencari informasi tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya, dan kadangkala banyak terpaan stimuli yang ditepisnya karena dianggap tidak menarik atau kurang relevan baginya, sehingga hanya sebagian kecil informasi yang berhasil menerpa seseorang.

b. Tahap kedua adalah proses penafsiran, individu menginterprestasikan sendiri setiap pesan yang diterimanya sesuai dengan pengalamanya sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sesuai pula dengan pengalaman individu itu sendiri. Dengan pemahamannya itu, maka individu diharapkan dapat mempersepsikan pesan yang menerpanya itu. Faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain harapan pengalaman masa lalu, dan keadaan psikologis yang mana menciptakan kumpulan perseptual. Selain hal tersebut masih ada beberapa hal yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

1) Yang paling berpengaruh terhadap persepsi adalah perhatian, karena perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran, pada saat stimulus lainya melemah. Dalam stimulus mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain intensitas dan pengulangan. Diri orang yang membentuk persepsi itu sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karateristik


(24)

individual yang turut berpengaruh seperti sikap kepentingan, minat, kebutuhan, pengalaman, harapan dan kepribadian.

2) Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu. Stimulus yang dimaksud mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.

3) Faktor situasi dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana dan lain-lain.

2.1.5.1 Proses Persepsi

Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan perantara ransangan diluar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap ransangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori ransangan-tanggapan (stimulus-respons/SR), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah ransangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran.

Seperti dinyatakan pada bagan berikut, persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya ransangan menerima dan dengan cara menahan dampak dari ransangan.

Gambar 2.2

Variabel Psikologis Antara Ransangan dan Tanggapan Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan disebut sebagai variabel psikologis yang muncul diantara ransangan dan tanggapan. Sudah tentu ada pula

Ransangan Persepsi Pengenalan Tanggapan

Pengenalan


(25)

cara lain untuk mengonsepsikan lapangan psikologis, namun rumus S-R dikemukakan disini karena unsur-unsur dasarnya telah diterima secara luas oleh para psikolog dan telah dipahami dan digunakan oleh ilmu sosial lainnya.

Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama (Sobur, 2010: 447): 1. Seleksi, yakni proses penyaringan oleh indera terhadap ransangan dari

luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

2.1.5.2 Sifat-sifat Persepsi

Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan di dalam objek, dan selalu merupakan pengetahuan tentang yang tampak. Maka apa yang mudah bagi kita boleh jadi tidak mudah bagi orang lain, atau apa yang jelas bagi orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam konteks inilah kita perlu memahami persepsi dengan melihat lebih jauh sifat-sifat persepsi (Djuasa, 1994:54-55).

Pertama, persepsi adalah pengalaman. Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek, atau peristiwa, kita harus memiliki dasar/basis untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan orang lain, objek, atau peristiwa tersebut, atau dengan hal-hal yang menyerupainya. Tanpa landasan pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk mempersepsikan suatu makna, sebab ini akan membawa kita kepada suatu kebingungan.

Kedua, persepsi adalah selektif. Ketika mempersepsikan sesuatu, kita cenderung hanya memperhatikan bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain. Dalam hal ini biasanya kita mempersepsikan apa yang kita inginkan atas dasar sikap, nilai dan keyakinan yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai dan keyakinan tersebut.


(26)

Ketiga, persepsi adalah penyimpulan. Proses psikologis dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat ditangkap oleh indera kita. Sifat ini saling mengisi dengan sifat kedua. Pada sifat kedua persepsi adalah selektif, karena keterbatasan kapasitas otak, maka kita hanya dapat mempersepsi sebagian karakteristik dari objek. Melalui penyimpulan ini kita berusaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai objek yang kita persepsikan atas dasar sebagian karakteristik dari objek tersebut.

Keempat, persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak akan objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologi yang ada di dalam diri kita, maka bersifat subyektif.

Suatu hal yang tidak terpisahkan dari interpretasi subyektif adalah proses evaluasi. Rasanya hampir tidak mungkin kita mempersepsi suatu objek tanpa mempersepsikan pula baik atau buruknya objek tersebut. Adalah sangat langka kita dapat mempersepsikan sesuatu secara sepenuhnya netral. Hal ini dapat kita telusuri dari pengalaman kita sendiri. Kita cenderung untuk mengingat hal-hal yang memiliki nilai tertentu bagi diri kita, dan hal-hal yang sangat (baik ataupun buruk) yang dapat kita ingat dengan baik. Selebihnya, hal-hal yang netral dan “biasa saja” cenderung kita lupakan atau tidak bisa kita ingat dengan baik (kabur). Jadi, ketika pengalaman mendasari persepsi yang kita lakukan, maka tidak dapat dihindari terjadinya proses evaluasi.

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa. Konsep menggambarkan suatu


(27)

fenomena suatu abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap suatu yang khas (Nawawi, 1995:40).

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang sederhana merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. agar konsep dapat di teliti secara epiri, maka harusdi operasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun komponen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Persepsi Siswa ekstrakulikuler memasak SMP St. Yoseph Pemuda Medan terhadap tayangan Junior MasterChef di RCTI. Berdasarkan komponen tersebut, maka terbentuklah suatu skema model teoritis penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.3

Model Teoritis Penelitian

2.3 Operasional Komponen

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk mempermudah penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut:

Siswa Ekstrakulikuler Memasak SMP St. Yoseph

Pemuda Medan

 Memperhatikan

 Menghayati

 Menerima

Tayangan Junior MasterChef Indonesia

Persepsi berupa tanggapan dalam menambah pengetahuan Siswa ekstrakulikuler memasak


(28)

Tabel 2.1

Komponen Indikator

1. Tayangan Junior MasterChef Indonesia di RCTI

2. Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan

3. Karakteristik Responden

a. Penampilan Penyaji/host b. Narasumber

c. Materi Acara d. Perangkat Acara

e. Waktu Tayang : - Frekuensi - Durasi

a. Seleksi b. Interpretasi c. Reaksi

a. Jenis Kelamin b. Kelas (tingkatan) c. Frekuensi Menonton

2.3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur konsep-konsep yang akan diteliti menjadi bersifat operasional (Sarwono, 2006:27). Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Tayangan Junior MasterChef Indonesia

a. Host secara umum diartikan sebagai orang yang memegang sebuah

acara tertentu. Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakannya. Dengan demikian, selain jenis acara, figur host yang bersangkutan juga memegang peranan penting. Kehadiran seorang host yang berkarakter akan menjadi daya tarik sebuah acara. Dalam hal ini, Rinrin Marinka, Bara Raoul Pattiradjawane,

dan Arnold Poernomo merupakan Host tayangan Junior


(29)

b. Narasumber merupakan orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. Dalam hal ini, Rinrin Marinka, Bara Raoul Pattiradjawane, dan Arnold Poernomo

merupakan narasumber yang merupakan Juri sekaligus Host

tayangan Junior MasterChef Indonesia di RCTI.

c. Faktor lain yang diperhatikan dalam tayangan televisi terletak pada materi acara atau permasalahan. Permasalahan apa yang dibahas, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan diskusi tersebut merupakan permasalahan yang penting bagi kontestan dan penonton.

d. Ilustrasi visual didalam tayangan dapat berupa sajian musik di awal

acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik,

menyajikan ilustrasi, gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara

e. Waktu tayang

1. Durasi menonton tayangan televisi berarti membutuhkan waktu, lamanya selang waktu yang dibutuhkan untuk menonton sebuah tayangan televisi. Dalam hal ini lamanya selang waktu siswa melihat tayangan Junior MasterChef Indonesia di RCTI.

2. Frekuensi. Menonton tayangan televisi dapat berlangsung dalam frekuensi yang berbeda-beda, dapat seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali, tergantung dari individu yang bersangkutan.

2. Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan

a. Seleksi adalah proses penyaringan informasi oleh siswa

ekstrakulikuler memasak SMP St. Yoseph Pemuda Medan mengenai tayangan Junior MasterChef Indonesia, serta rangsangan yang menimbulkan perhatian siswa.

b. Interpretasi adalah proses dimana Siswa ekstrakulikuler memasak SMP St. Yoseph Pemuda Medan memahami dan menerima


(30)

informasi dari tayangan pemberitahuan tersebut sehingga memiliki makna bagi siswa.

c. Reaksi adalah respon yang diterima berdasarkan stimulus atau rangsangan yang diterima oleh alat indea. Respon dalam hal ini berkaitan dengan reaksi atau emosi terhadap tayangan Junior MasterChef Indonesia di RCTI.

3. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin dari siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan yaitu laki-laki atau perempuan.

b. Kelas (tingkatan) dari siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan kelas

1 dan 2.

c. Frekuensi menonton yaitu frekuensi menonton siswa SMP St. Yospeh Pemuda Medan yang pernah menonton tayangan Junior MasterChef di RCTI. Penliti menganggap siswa dapat memenuhi karakteristik frekuensi menonton hanya dengan sekali saja melihat tayangan, dikarenakan tayangan tersebut mengudara selama 90 menit per episode-nya.


(1)

cara lain untuk mengonsepsikan lapangan psikologis, namun rumus S-R dikemukakan disini karena unsur-unsur dasarnya telah diterima secara luas oleh para psikolog dan telah dipahami dan digunakan oleh ilmu sosial lainnya.

Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama (Sobur, 2010: 447): 1. Seleksi, yakni proses penyaringan oleh indera terhadap ransangan dari

luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

2.1.5.2 Sifat-sifat Persepsi

Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan di dalam objek, dan selalu merupakan pengetahuan tentang yang tampak. Maka apa yang mudah bagi kita boleh jadi tidak mudah bagi orang lain, atau apa yang jelas bagi orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam konteks inilah kita perlu memahami persepsi dengan melihat lebih jauh sifat-sifat persepsi (Djuasa, 1994:54-55).

Pertama, persepsi adalah pengalaman. Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek, atau peristiwa, kita harus memiliki dasar/basis untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan orang lain, objek, atau peristiwa tersebut, atau dengan hal-hal yang menyerupainya. Tanpa landasan pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk mempersepsikan suatu makna, sebab ini akan membawa kita kepada suatu kebingungan.

Kedua, persepsi adalah selektif. Ketika mempersepsikan sesuatu, kita cenderung hanya memperhatikan bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain. Dalam hal ini biasanya kita mempersepsikan apa yang kita inginkan atas dasar sikap, nilai dan keyakinan yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai dan keyakinan tersebut.


(2)

Ketiga, persepsi adalah penyimpulan. Proses psikologis dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat ditangkap oleh indera kita. Sifat ini saling mengisi dengan sifat kedua. Pada sifat kedua persepsi adalah selektif, karena keterbatasan kapasitas otak, maka kita hanya dapat mempersepsi sebagian karakteristik dari objek. Melalui penyimpulan ini kita berusaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai objek yang kita persepsikan atas dasar sebagian karakteristik dari objek tersebut.

Keempat, persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak akan objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologi yang ada di dalam diri kita, maka bersifat subyektif.

Suatu hal yang tidak terpisahkan dari interpretasi subyektif adalah proses evaluasi. Rasanya hampir tidak mungkin kita mempersepsi suatu objek tanpa mempersepsikan pula baik atau buruknya objek tersebut. Adalah sangat langka kita dapat mempersepsikan sesuatu secara sepenuhnya netral. Hal ini dapat kita telusuri dari pengalaman kita sendiri. Kita cenderung untuk mengingat hal-hal yang memiliki nilai tertentu bagi diri kita, dan hal-hal yang sangat (baik ataupun buruk) yang dapat kita ingat dengan baik. Selebihnya, hal-hal yang netral dan “biasa saja” cenderung kita lupakan atau tidak bisa kita ingat dengan baik (kabur). Jadi, ketika pengalaman mendasari persepsi yang kita lakukan, maka tidak dapat dihindari terjadinya proses evaluasi.

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa. Konsep menggambarkan suatu


(3)

fenomena suatu abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap suatu yang khas (Nawawi, 1995:40).

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang sederhana merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. agar konsep dapat di teliti secara epiri, maka harusdi operasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun komponen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Persepsi Siswa ekstrakulikuler memasak SMP St. Yoseph Pemuda Medan terhadap tayangan Junior MasterChef di RCTI. Berdasarkan komponen tersebut, maka terbentuklah suatu skema model teoritis penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.3

Model Teoritis Penelitian

2.3 Operasional Komponen

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk mempermudah penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut:

Siswa Ekstrakulikuler Memasak SMP St. Yoseph

Pemuda Medan  Memperhatikan

 Menghayati  Menerima Tayangan Junior

MasterChef Indonesia

Persepsi berupa tanggapan dalam menambah pengetahuan Siswa ekstrakulikuler memasak


(4)

Tabel 2.1

Komponen Indikator

1. Tayangan Junior MasterChef Indonesia di RCTI

2. Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan

3. Karakteristik Responden

a. Penampilan Penyaji/host b. Narasumber

c. Materi Acara d. Perangkat Acara

e. Waktu Tayang : - Frekuensi - Durasi

a. Seleksi b. Interpretasi c. Reaksi

a. Jenis Kelamin b. Kelas (tingkatan) c. Frekuensi Menonton

2.3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur konsep-konsep yang akan diteliti menjadi bersifat operasional (Sarwono, 2006:27). Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Tayangan Junior MasterChef Indonesia

a. Host secara umum diartikan sebagai orang yang memegang sebuah acara tertentu. Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakannya. Dengan demikian, selain jenis acara, figur host yang bersangkutan juga memegang peranan penting. Kehadiran seorang host yang berkarakter akan menjadi daya tarik sebuah acara. Dalam hal ini, Rinrin Marinka, Bara Raoul Pattiradjawane, dan Arnold Poernomo merupakan Host tayangan Junior


(5)

b. Narasumber merupakan orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. Dalam hal ini, Rinrin Marinka, Bara Raoul Pattiradjawane, dan Arnold Poernomo merupakan narasumber yang merupakan Juri sekaligus Host tayangan Junior MasterChef Indonesia di RCTI.

c. Faktor lain yang diperhatikan dalam tayangan televisi terletak pada materi acara atau permasalahan. Permasalahan apa yang dibahas, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan diskusi tersebut merupakan permasalahan yang penting bagi kontestan dan penonton.

d. Ilustrasi visual didalam tayangan dapat berupa sajian musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi, gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara

e. Waktu tayang

1. Durasi menonton tayangan televisi berarti membutuhkan waktu, lamanya selang waktu yang dibutuhkan untuk menonton sebuah tayangan televisi. Dalam hal ini lamanya selang waktu siswa melihat tayangan Junior MasterChef Indonesia di RCTI.

2. Frekuensi. Menonton tayangan televisi dapat berlangsung dalam frekuensi yang berbeda-beda, dapat seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali, tergantung dari individu yang bersangkutan.

2. Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan

a. Seleksi adalah proses penyaringan informasi oleh siswa ekstrakulikuler memasak SMP St. Yoseph Pemuda Medan mengenai tayangan Junior MasterChef Indonesia, serta rangsangan yang menimbulkan perhatian siswa.

b. Interpretasi adalah proses dimana Siswa ekstrakulikuler memasak SMP St. Yoseph Pemuda Medan memahami dan menerima


(6)

informasi dari tayangan pemberitahuan tersebut sehingga memiliki makna bagi siswa.

c. Reaksi adalah respon yang diterima berdasarkan stimulus atau rangsangan yang diterima oleh alat indea. Respon dalam hal ini berkaitan dengan reaksi atau emosi terhadap tayangan Junior MasterChef Indonesia di RCTI.

3. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin dari siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan yaitu laki-laki atau perempuan.

b. Kelas (tingkatan) dari siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan kelas 1 dan 2.

c. Frekuensi menonton yaitu frekuensi menonton siswa SMP St. Yospeh Pemuda Medan yang pernah menonton tayangan Junior MasterChef di RCTI. Penliti menganggap siswa dapat memenuhi karakteristik frekuensi menonton hanya dengan sekali saja melihat tayangan, dikarenakan tayangan tersebut mengudara selama 90 menit per episode-nya.


Dokumen yang terkait

Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

4 91 109

PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TARGET DAN STRATEGI DI TELEVISI PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TARGET DAN STRATEGI DI TELEVISI (Studi Kasus Tentang Persepsi Pencinta Airsoftgun Terhadap Program Acara Target Dan Strategi Di Televisi).

0 14 12

PENDAHULUAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TARGET DAN STRATEGI DI TELEVISI (Studi Kasus Tentang Persepsi Pencinta Airsoftgun Terhadap Program Acara Target Dan Strategi Di Televisi).

0 6 18

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LOKALITAS PROGRAM ACARA TELEVISI SWASTA LOKAL Persepsi Masyarakat Terhadap Lokalitas Program Acara Televisi Swasta Lokal (Studi Kasus Persepsi Masyarakat Kota Madiun terhadap Lokalitas Program Acara Dagelan Tembang Jawa (D’T

0 3 16

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LOKALITAS PROGRAM ACARA TELEVISI SWASTA LOKAL Persepsi Masyarakat Terhadap Lokalitas Program Acara Televisi Swasta Lokal (Studi Kasus Persepsi Masyarakat Kota Madiun terhadap Lokalitas Program Acara Dagelan Tembang Jawa (D’

0 2 15

Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

0 0 16

Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

0 0 2

Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

0 0 6

Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

0 0 2

Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

0 0 13