Pengaruh Investasi Teknologi Informasi Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Return on Investment (ROI) Melalui Intellectual Capital Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia (BEI)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Investasi TI dan SDM, penciptaan nilai dan kinerja keuangan.

Keuntungan adalah muara dari penciptaan nilai dalam bisnis. Perusahaan dalam aktivitas investasi memiliki tujuan. Tujuan investasi adalah peningkatan kinerja keuangan atau profitabilitas dan penciptaan nilai dalam meningkatkan pertumbuhan. Prioritas pertama dalam alokasi modal dan sumber daya harus diberikan untuk kegiatan usaha yang signifikan terhadap laba dan memiliki peluang pertumbuhan yang besar. Kegiatan ini memegang potensi terbesar untuk penciptaan nilai (Fuller, 2001). Aktivitas investasi membutuhkan analisis penciptaan nilai yang merupakan instrumen dalam menilai manfaat dari strategi perusahaan yang ada dan membentuk strategi optimal untuk masa depan. Analisis penciptaan nilai adalah komponen penting tetapi sering diabaikan dalam pengelolaan keuangan dari setiap perusahaan. Proses penciptaan nilai tergambar dari peningkatan volume dan kualitas produksi pada bisnis manufaktur; pekerja yang cerdas dan terampil pada bisnis jasa; penciptaan ide-ide baru dan desain baru dan menciptakan cetak biru yang efisien dan efektif pada bisnis teknik, yang semuanya mengarahkan bisnis kepada peningkatan nilai dan keuntungan.

Investasi yang memberikan keuntungan ekonomi dan menciptakan nilai adalah investasi yang ditetapkan oleh manajemen yang bebas dari hambatan kemudian dapat ditempuh berdasarkan manfaat masa depan mereka dan kepentingan strategis (Fuller, 2001).


(2)

Teori atau pandangan berbasis sumber daya (resource-based view theory -RBV) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang mampu mengumpulkan dan menyebarkan nilai (value), langka, sulit ditiru, dan tidak disubstitusikan, sumber daya diposisikan untuk menghasilkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif dan kinerja superior (Barney, 1986, 1991).

Resource based view menyarankan sebuah perusahaan untuk menerapkan manajemen SDM-nya, sehingga secara signifikan dapat meningkatkan keunggulan bersaing dengan menciptakan pengetahuan yang khusus, keterampilan, dan budaya yang ada di dalam perusahaan yang sulit untuk ditiru. Dengan kata lain mengembangkan nilai unik yang ada di dalam perusahaan sebagai sumber daya akan dapat mengembangkan inovasi yang sukar ditiru oleh para pesaing dan pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap kinerja perusahaan.

Poin-poin penting dari teori ini adalah: 1) Mengidentifikasi potensi kunci sumber daya perusahaan ; 2) Mengevaluasi apakah sumber daya tersebut memenuhi kriteria valuable (berharga), sumber daya harus memungkinkan perusahaan untuk menggunakan strategi penciptaan nilai, baik dengan mengalahkan pesaingnya atau mengurangi kelemahan sendiri. Rare (langka), untuk menjadi nilai, sumber daya harus langka menurut definisinya. In-imitable

(tidak dapat ditiru), jika sumber daya berharga dikendalikan oleh hanya satu perusahaan itu bisa menjadi sumber keunggulan kompetitif. Keuntungan ini bisa berkelanjutan jika pesaing tidak dapat menduplikasi aset strategis ini dengan sempurna. Non-substitutable (tidak tergantikan), bahkan jika sumber daya langka, berpotensi menciptakan nilai imitable dan tidak sempurna, suatu aspek yang sama


(3)

pentingnya adalah kurangnya substitusi. Jika pesaing mampu menandingi menciptakan nilai strategi perusahaan dengan pengganti, harga didorong ke titik bahwa harga sama dengan rente yang didiskontokan di masa depan yang mengakibatkan nol keuntungan ekonomi. 3) Peduli dan melindungi sumber daya yang memiliki evaluasi tersebut, karena hal itu dapat meningkatkan kinerja organisasi.

TI dan SDM sangat erat kaitannya dengan competitive advantage theory

(Porter, 1985). Keunggulan kompetitif terjadi ketika sebuah organisasi memperoleh atau mengembangkan suatu atribut atau kombinasi beberapa ciri yang memungkinkan untuk mengungguli pesaingnya. Atribut tersebut dapat mencakup akses ke sumber daya alam, atau akses ke sumber daya manusia yang sangat terlatih dan tenaga terampil. Teknologi baru seperti robotika dan teknologi informasi dapat memberikan keunggulan kompetitif, baik sebagai bagian dari produk itu sendiri, sebagai keuntungan untuk pembuatan produk, atau sebagai alat bantu kompetitif dalam proses bisnis (misalnya, identifikasi yang lebih baik dan pemahaman tentang pelanggan).

Keunggulan kompetitif menandakan kemampuan untuk tetap di depan pesaing sekarang atau pesaing yang potensial, sehingga kinerja yang unggul dicapai melalui keunggulan kompetitif akan memastikan kepemimpinan pasar. Juga memberikan pemahaman bahwa sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dan strategi bisnis akan memiliki dampak yang mendalam pada peningkatan keunggulan kompetitif.

Ada beberapa strategi dalam competitive advantage theory yaitu : strategi kepemimpinan biaya (cost leadership strategy) yang bertujuan untuk menawarkan


(4)

produk atau jasa pada biaya terendah dalam industri. Strategi perbedaan (differentiation strategy) bertujuan untuk menyediakan berbagai produk, layanan, atau fitur untuk konsumen bahwa pesaing belum menawarkan atau tidak dapat menawarkan. Hal ini memberikan keuntungan langsung kepada perusahaan yang mampu menyediakan produk yang unik atau jasa yang pesaingnya tidak mampu menawarkan. Strategi inovasi (innovation strategy) bertujuan untuk melompati pelaku pasar lainnya dengan memperkenalkan produk atau jasa yang sama sekali baru atau terutama lebih baik.

Aset fisik dan aset tak terlihat (invisible assets) menjadi perbedaan sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan (Itami, 1987). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Barney dan Arikan (2001) yang membedakan aset fisik yang terlihat (visible) dengan aset tak terlihat (invisible assets), aset fisik dihadirkan untuk operasi bisnis yang akan berlangsung tetapi aset tak terlihat diperlukan untuk keunggulan kompetitif. Aset tak terlihat merupakan sumber daya berbasis pengetahuan yang diproduksi oleh pekerja perusahaan berbasis pengetahuan (Grant, 1996).

Indrajit (2000) mengemukakan bahwa TI adalah suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data/informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu. TI meliputi komponen-komponen perangkat keras (komputer, infrastruktur, alat komunikasi, dan lain-lain) dan perangkat lunak (aplikasi, sistem operasi, database, dan lain-lain) yang harus tersedia untuk menghasilkan sistem informasi yang telah didefinisikan.


(5)

Manfaat pendayagunaan TI dibagi menjadi dua, tangible dan intangible

(Remenyi et.al., 1995). Manfaat tangible secara langsung berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, baik pengurangan atau penghematan biaya (cost) maupun peningkatan pendapatan (revenue). Manfaat intangible didefinisikan sebagai manfaat positif yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan pemanfaatan TI, namun tidak memiliki korelasi secara langsung dengan profitabilitas perusahaan.

Manfaat TI sebagai intangible assets sangat berperan dalam proses penciptaan nilai, sehingga perusahaan semakin bergantung pada TI di era

knowledge-based dan innovation-driven (Arvidsson, 2011). Lin (2007) menemukan hubungan positif antara kemampuan TI dan kinerja perusahaan konsisten dengan studi (Chatterjee et al., 2002). Hasil temuan Lin (2007) membantu memperkuat pandangan bahwa kemampuan TI suatu perusahaan sangat penting untuk keunggulan kompetitif.

Disamping TI, perusahaan sangat bergantung pada potensi SDM (Bontis et al.1999), human capital (SDM) didefinisikan sebagai seperangkat sumber daya tidak berwujud (intangible resources) yang tertanam dalam individu-individu dari organisasi. Produktivitas SDM tergantung pada faktor kombinasi kompleks yang berhubungan dengan bakat karyawan, motivasi, penghargaan, keterampilan, pengalaman, kesehatan dan faktor emosional. Pentingnya intangible asset terletak pada nilai potensialnya dalam keterampilan dan keahlian dari para pekerjanya berupa SDM yang terwujud dalam proses produksi dari layanan produk melalui kegiatan perusahaan. Investasi dalam SDM mempunyai pengaruh yang besar


(6)

terhadap peningkatan produktivitas yang dapat didorong melalui pendidikan dan pelatihan (Becker, 1964).

Pendapat Mhedhbi (2013) bahwa SDM merupakan bagian dari modal organisasional untuk menciptakan nilai, modal manusia adalah pemain yang akan menciptakan nilai dan pelanggan adalah si penerima penciptaan nilai. Orang-orang yang sangat baik menciptakan nilai yang unggul. Perusahaan modern tidak dapat menghasilkan nilai tanpa ide-ide, keterampilan, dan kepemimpinan pekerja pengetahuan. Perusahaan harus menghargai karyawan yang telah menunjukkan kemampuan superior untuk menciptakan nilai-nilai.

Perekonomian di era globalisasi saat ini, sebagian besar nilai diperoleh dari TI dan pengetahuan SDM. TI dan SDM dipandang sebagai sumber keunggulan kompetitif dalam bisnis berbasis pengetahuan dan sebagai elemen penting dalam memastikan keberhasilan pengembangan dan menciptakan nilai dalam bisnis yang berkelanjutan.

2.1.2. Intellectual Capital sebagai penciptaan nilai (value creation).

Kondisi bisnis di era global diarahkan pada salah satu isu yang paling penting bagi manajemen strategis perusahaan adalah pendorong nilai (value drivers) sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi setiap nilai perusahaan. Kondisi ini mengarahkan pandangan dunia kepada basis pengetahuan. Fenomena pergeseran dari masyarakat industrialis dan jasa kepada masyarakat pengetahuan menyebabkan perusahaan menitik beratkan akan pentingnya knowledge asset (aset pengetahuan) sebagai salah satu bentuk intangible assets. Kemampuan suatu perusahaan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor


(7)

daya saing yang sangat penting. OECD (1996) menyatakan bahwa faktor-faktor penentu keberhasilan perusahaan, dan ekonomi nasional secara keseluruhan, adalah semakin bergantung pada efektivitas mereka dalam mengumpulkan dan memanfaatkan pengetahuan.

Aspek penentuan dan klasifikasi value drivers paling sering berhubungan dengan konsep manajemen berbasis nilai. Prahalad dan Hamel (1990) menyatakan bahwa IC dipandang sebagai pendorong utama (value driver) dari penciptaan nilai (value-creation) dan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bukti adanya hubungan empiris antara IC dan penciptaan nilai (value-creation) organisasi (Marr dan Roos, 2005). Link ini tertanam dalam kemampuan perusahaan untuk terus membangun basis IC-nya dengan menghasilkan pengetahuan baru (Cabrita et al., 2007). IC hampir menjadi satu-satunya keunggulan kompetitif bagi perusahaan dalam ekonomi baru (Grant, 1991; Hysom, 2001; Wade & Hulland, 2004). Istilah penciptaan nilai (value creation), biasanya dihadapkan dengan konsep keuntungan ekonomi. Keuntungan ekonomi mengungkapkan sisa pendapatan, keuntungan di atas normal rate of return. IC sebagai pencipta nilai (value creation) dapat berhubungan dan berpengaruh langsung terhadap keuntungan atau profitabilitas perusahaan.

IC sangat berperan dalam penciptaan nilai (value creation) dan kinerja organisasi serta sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Banyak peneliti memberikan definisi dan pandangan yang beragam tentang IC. Mavridis (2005) menyatakan bahwa IC adalah suatu aktiva tidak berwujud yang memiliki potensi untuk menciptakan nilai bagi perusahaan. Martinez dan Garcia-Meca (2005) menyatakan IC adalah pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual dan


(8)

pengalaman yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan kekayaan. Edvinsson et al., (1997) mendefinisikan IC sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku. Riahi-Belkaoui (2003), IC sebagai pengetahuan khusus dan berharga yang dimiliki organisasi sebagai aset strategis yang terletak pada hubungan potensial antara IC dan kinerja perusahaan.

IC sangat erat kaitannya dengan stakeholder theory. Freeman (2008) dan Harrison et al. (2010) menyatakan bahwa perusahaan harus dikelola tidak hanya bagi para pemegang saham, tetapi lebih umum, bagi para pemangku kepentingan (stakeholder). Post et al. (2002) mengatakan bahwa mereka harus menciptakan nilai bagi semua pemangku kepentingan. Dalam konteks hubungan IC dengan kinerja keuangan, stakeholder theory lebih tepat digunakan sebagai landasan untuk menjelaskan hubungan IC dengan kinerja keuangan. Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap powerfull. Dalam pandangan teori stakeholder, perusahaan memiliki stakeholders, bukan sekedar

shareholder (Belkaoui, 2003) yang meliputi pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. (Meek & Gray, 1988) menyatakan konteks teori stakeholder adalah laba akuntansi hanyalah merupakan ukuran return bagi pemegang saham (shareholder), sementara value added adalah ukuran yang lebih akurat yang diciptakan oleh stakeholders dan kemudian didistribusikan kepada stakeholders yang sama. Value added dan return dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja organisasi. Jika IC merupakan sumber daya yang terukur untuk peningkatan competitive advantage, maka IC akan memberikan kontribusi


(9)

terhadap kinerja keuangan perusahaan (Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005; Ulum, 2009).

Untuk mengukur kinerja IC perusahaan, Pulic (1998) mengembangkan metode value added intellectual coefficient (VAICTM) yang didesain untuk memberikan informasi tentang efiseinsi penciptaan nilai (value creation efficiency) dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan.

2.1.3. Return on Investment (ROI)

Return on Investment sebagai ukuran profitabilitas, dinotasikan sebagai

ROI dalam persamaan dan dihitung sebagai rasio setelah pajak dibagi dengan total aset. ROI adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas digunakan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan total dana yang ditanamkan pada aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). Sebutan lain untuk ratio ini adalah net operating profit rate of return atau

operating earning power (Munawir, 2004). Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi dijelaskan oleh (Horne dan Wachowicz, 2005) bahwa rasio profitabilitas (profitability ratio) menghubungkan laba dengan investasi. Rasio ini akan menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan perusahaan. Salah satu pengukurannya adalah dengan tingkat pengembalian atas investasi (Return on Investment - ROI).


(10)

Formulasi ROI dapat digambarkan sebagai berikut : Laba bersih setelah pajak ROI = --- Total aktiva

ROI mengukur tingkat pengembalian atas aset oleh bank. Rasio ini membantu untuk menilai kinerja manajerial, mengukur efektivitas aset yang digunakan dan mengevaluasi proyek-proyek belanja modal yang diusulkan. Seperti yang dikutip dari Dandago (2012) menyebutkan, Arma dan Vainu (2002), berpendapat ROI/ROA adalah salah satu rasio keuangan yang paling sering digunakan oleh para analis keuangan.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Hubungan antara investasi TI, investasi SDM dengan profitabilitas dan perannya dalam penciptaan nilai serta hubungannya dengan IC terhadap profitabilitas atau kinerja keuangan perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di beberapa negara. Ringkasan penelitian tersebut disajikan pada Tabel 4. Review Penelitian Terdahulu.

Tabel 4. Review Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Hasil

Dandago et al (2012)

Impact of Investment in Information Technology on the Return on Assets of Selected Banks in Nigeria.

Variabel independen :

investasi TI (software, hardware, jumlah

ATM ).

Variabel dependen :

kinerja keuangan (ROA).

Investasi TI (software, hardware, jumlah ATM ) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA).

Bassey dan Tapang (2012)

Capitalized Human Resources Cost and Its Influence on Corporate Productivity: A Study of Selected Companies in Nigeria

Variabel independen :

Biaya perolehan sumber daya manusia (HRAC) Biaya pengembangan dan pelatihan (HRDC)

Variabel dependen :

Produktivitas perusahaan (ROI)

Adanya hubungan positif antara biaya sumber daya manusia dan kinerja perusahaan. Biaya perolehan dan biaya pengembangan merupakan penentu penting dari biaya sumber daya manusia dan secara signifikan mempengaruhi produktivitas perusahaan.


(11)

Tabel 4. Review Penelitian Terdahulu – lanjutan Samad (2013) Assessing the Contribution of Human Capital on Business Performance.

Variabel independen :

pelatihan dan pendidikan, pengetahuan, keterampilan, kompetensi dan kreativitas, sikap.

Variabel dependen :

Profitabilitas

(ROA/ROI, ROE, ROS), produktivitas, evaluasi pasar.

Investasi SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis.

Kamal et. al., (2012)

IC and Firm Performance of Commercial Banks in Malaysia

Variabel independen :

IC (VAICTM)

Variabel dependen :

ROA, ROE.

Variabel IC (VACA, VAHU) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank.

Dandago et. al., (2012) menggunakan metode penelitian survey deskriptif maupun lapangan dengan populasi 21 bank pada Bursa Efek Nigeria (Nigeria Stock Exchange/NSE). Data sekunder diperoleh dari laporan tahunan bank. Data

time series digunakan meneliti pengaruh dari sistem manajemen informasi terhadap pengembalian aset bank di Nigeria. Analisis regresi multivariate dan statistik deskriptif menggunakan SPSS. Model regresi Ordinary Least Square

(OLS) untuk memperkirakan efek gabungan dari TI (sistem informasi manajemen /MIS) terhadap kinerja keuangan Return on Assets (ROA). Variabel independen pengganti TI/MIS adalah software dan hardware (investasi bersih pada peralatan komputer dalam 10 tahun), jumlah ATM yang dimiliki bank dalam 10 tahun). Variabel dependen adalah Return on Assets (ROA) yang diukur dengan laba bersih sebagai persentase dari total aset. Hasil dari penelitian ini memberikan bukti bahwa TI/MIS memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan bank di Nigeria yang diukur dengan ROA.

Bassey dan Tapang (2012) dalam penelitiannya bertujuan untuk mengetahui pengaruh biaya sumber daya manusia pada produktivitas perusahaan.


(12)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah biaya perolehan sumber daya manusia (HRAC) dan biaya pengembangan (pelatihan) sumber daya manusia (HRDC). Variabel dependen dari penelitian ini adalah produktivitas perusahaan. Sumber daya manusia telah diidentifikasi sebagai salah satu sumber utama keunggulan kompetitif dengan banyak organisasi dalam perekonomian. Peneliti mengumpulkan data dari sepuluh (10) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Nigeria dengan bantuan kuesioner menggunakan ex-post facto desain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya perolehan dan biaya pengembangan merupakan penentu penting dari biaya sumber daya manusia dan signifikan mempengaruhi produktivitas perusahaan. Dapat disimpulkan, pendekatan sumber daya manusia pada pengukuran kinerja perusahaan telah mendapatkan perhatian besar dan digunakan dalam beberapa tahun terakhir memberikan peluang lebih lanjut untuk pemanfaatan pengukuran akuntansi biaya sumber daya manusia.

Samad (2013) dalam penelitiannya menyajikan hasil penelitian tentang hubungan antara modal manusia dan kinerja bisnis. Variabel independen dalam penelitian ini adalah modal manusia (pelatihan dan pendidikan, pengetahuan, keterampilan, kompetensi dan kreativitas, dan sikap). Variabel dependen dari penelitian ini adalah kinerja bisnis. Model ini meliputi profitabilitas, laba kotor,

Return on Asset (ROA), ROI, Return on Equity (ROE), Return on Sale (ROS), pertumbuhan pendapatan, pangsa pasar, harga saham, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan ekspor , likuiditas dan efisiensi operasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara modal manusia dan kinerja bisnis. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari sampel dari 390 staf manajerial di perusahaan logistik Malaysia berdasarkan stratified random sampling. Data yang


(13)

diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS Versi 20. Studi ini menemukan bahwa aspek modal manusia terkait dengan kinerja bisnis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua aspek SDM memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja bisnis. Temuan menunjukkan bahwa aspek modal manusia kompetensi dan kreativitas karyawan muncul sebagai faktor utama yang mempengaruhi kinerja bisnis. Ini berarti bahwa kompetensi dan kreativitas telah secara signifikan meningkatkan kinerja bisnis di perusahaan logistik Malaysia.

Kamal et. al., (2012) melakukan penelitian fokus pada hubungan antara modal kerja, modal manusia dan modal strukturtural sebagai ukuran modal intelektual dan kinerja perusahaan. Keterkaitan ini dianalisis untuk bank-bank komersial yang beroperasi di Malaysia yang terdaftar berdasarkan Bank Negara Malaysia (BNM). Ada dua ragam sumber data untuk penelitian ini yang diperoleh dari laporan tahunan bank dan Data Stream dari Thomson One Bankir Databank. Data yang dikumpulkan adalah pooled-data yang mengatur waktu ukuran seri. Data ini dikumpulkan dari tahun 2004 sampai 2008 tahun ini dipilih karena studi pasar modal membutuhkan jumlah yang banyak dari tahun seperti 5 sampai 10 tahun karena akan memberikan durasi yang wajar untuk data modal intelektual. Periode ini juga dianggap cukup lama untuk menangani penyimpangan jangka pendek dan dapat memberikan perkiraan kinerja perusahaan yang dapat diandalkan. Jumlah pengamatan adalah 18 bank komersial. Ada dua proksi ukuran kinerja yang digunakan sebagai variabel dependen dalam analisis ini yaitu Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Berdasarkan analisis empiris menunjukkan bahwa ada hubungan antara modal intelektual dan kinerja bank di Malaysia. Hasil menunjukkan hubungan antara modal intelektual dengan kinerja


(14)

18 bank komersial di Malaysia. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan dampak signifikan dari variabel IC yaitu value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU) terhadap kinerja bank. Dengan demikian, ini memberikan indikasi yang jelas bahwa mekanisme modal intelektual seperti modal manusia dan modal kerja dapat membuat dampak yang sesuai untuk nilai memaksimalkan kinerja bank.


(1)

terhadap kinerja keuangan perusahaan (Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005; Ulum, 2009).

Untuk mengukur kinerja IC perusahaan, Pulic (1998) mengembangkan metode value added intellectual coefficient (VAICTM) yang didesain untuk memberikan informasi tentang efiseinsi penciptaan nilai (value creation efficiency) dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan.

2.1.3. Return on Investment (ROI)

Return on Investment sebagai ukuran profitabilitas, dinotasikan sebagai

ROI dalam persamaan dan dihitung sebagai rasio setelah pajak dibagi dengan total aset. ROI adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas digunakan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan total dana yang ditanamkan pada aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). Sebutan lain untuk ratio ini adalah net operating profit rate of return atau

operating earning power (Munawir, 2004). Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi dijelaskan oleh (Horne dan Wachowicz, 2005) bahwa rasio profitabilitas (profitability ratio) menghubungkan laba dengan investasi. Rasio ini akan menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan perusahaan. Salah satu pengukurannya adalah dengan tingkat pengembalian atas investasi (Return on Investment - ROI).


(2)

Formulasi ROI dapat digambarkan sebagai berikut : Laba bersih setelah pajak ROI = --- Total aktiva

ROI mengukur tingkat pengembalian atas aset oleh bank. Rasio ini membantu untuk menilai kinerja manajerial, mengukur efektivitas aset yang digunakan dan mengevaluasi proyek-proyek belanja modal yang diusulkan. Seperti yang dikutip dari Dandago (2012) menyebutkan, Arma dan Vainu (2002), berpendapat ROI/ROA adalah salah satu rasio keuangan yang paling sering digunakan oleh para analis keuangan.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Hubungan antara investasi TI, investasi SDM dengan profitabilitas dan perannya dalam penciptaan nilai serta hubungannya dengan IC terhadap profitabilitas atau kinerja keuangan perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di beberapa negara. Ringkasan penelitian tersebut disajikan pada Tabel 4. Review Penelitian Terdahulu.

Tabel 4. Review Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Hasil

Dandago et al (2012)

Impact of Investment in Information Technology on the Return on Assets of Selected Banks in Nigeria.

Variabel independen :

investasi TI (software, hardware, jumlah

ATM ).

Variabel dependen :

kinerja keuangan (ROA).

Investasi TI (software, hardware, jumlah ATM ) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA).

Bassey dan Tapang (2012)

Capitalized Human Resources Cost and Its Influence on Corporate Productivity: A Study of Selected Companies in Nigeria

Variabel independen :

Biaya perolehan sumber daya manusia (HRAC) Biaya pengembangan dan pelatihan (HRDC)

Variabel dependen :

Produktivitas perusahaan (ROI)

Adanya hubungan positif antara biaya sumber daya manusia dan kinerja perusahaan. Biaya perolehan dan biaya pengembangan merupakan penentu penting dari biaya sumber daya manusia dan secara signifikan mempengaruhi produktivitas perusahaan.


(3)

Tabel 4. Review Penelitian Terdahulu – lanjutan Samad (2013) Assessing the Contribution of Human Capital on Business Performance.

Variabel independen :

pelatihan dan pendidikan, pengetahuan, keterampilan, kompetensi dan kreativitas, sikap.

Variabel dependen :

Profitabilitas

(ROA/ROI, ROE, ROS), produktivitas, evaluasi pasar.

Investasi SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis.

Kamal et. al., (2012)

IC and Firm Performance of Commercial Banks in Malaysia

Variabel independen :

IC (VAICTM)

Variabel dependen :

ROA, ROE.

Variabel IC (VACA, VAHU) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank.

Dandago et. al., (2012) menggunakan metode penelitian survey deskriptif maupun lapangan dengan populasi 21 bank pada Bursa Efek Nigeria (Nigeria Stock Exchange/NSE). Data sekunder diperoleh dari laporan tahunan bank. Data

time series digunakan meneliti pengaruh dari sistem manajemen informasi terhadap pengembalian aset bank di Nigeria. Analisis regresi multivariate dan statistik deskriptif menggunakan SPSS. Model regresi Ordinary Least Square

(OLS) untuk memperkirakan efek gabungan dari TI (sistem informasi manajemen /MIS) terhadap kinerja keuangan Return on Assets (ROA). Variabel independen pengganti TI/MIS adalah software dan hardware (investasi bersih pada peralatan komputer dalam 10 tahun), jumlah ATM yang dimiliki bank dalam 10 tahun). Variabel dependen adalah Return on Assets (ROA) yang diukur dengan laba bersih sebagai persentase dari total aset. Hasil dari penelitian ini memberikan bukti bahwa TI/MIS memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan bank di Nigeria yang diukur dengan ROA.

Bassey dan Tapang (2012) dalam penelitiannya bertujuan untuk mengetahui pengaruh biaya sumber daya manusia pada produktivitas perusahaan.


(4)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah biaya perolehan sumber daya manusia (HRAC) dan biaya pengembangan (pelatihan) sumber daya manusia (HRDC). Variabel dependen dari penelitian ini adalah produktivitas perusahaan. Sumber daya manusia telah diidentifikasi sebagai salah satu sumber utama keunggulan kompetitif dengan banyak organisasi dalam perekonomian. Peneliti mengumpulkan data dari sepuluh (10) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Nigeria dengan bantuan kuesioner menggunakan ex-post facto desain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya perolehan dan biaya pengembangan merupakan penentu penting dari biaya sumber daya manusia dan signifikan mempengaruhi produktivitas perusahaan. Dapat disimpulkan, pendekatan sumber daya manusia pada pengukuran kinerja perusahaan telah mendapatkan perhatian besar dan digunakan dalam beberapa tahun terakhir memberikan peluang lebih lanjut untuk pemanfaatan pengukuran akuntansi biaya sumber daya manusia.

Samad (2013) dalam penelitiannya menyajikan hasil penelitian tentang hubungan antara modal manusia dan kinerja bisnis. Variabel independen dalam penelitian ini adalah modal manusia (pelatihan dan pendidikan, pengetahuan, keterampilan, kompetensi dan kreativitas, dan sikap). Variabel dependen dari penelitian ini adalah kinerja bisnis. Model ini meliputi profitabilitas, laba kotor,

Return on Asset (ROA), ROI, Return on Equity (ROE), Return on Sale (ROS), pertumbuhan pendapatan, pangsa pasar, harga saham, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan ekspor , likuiditas dan efisiensi operasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara modal manusia dan kinerja bisnis. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari sampel dari 390 staf manajerial di perusahaan logistik Malaysia berdasarkan stratified random sampling. Data yang


(5)

diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS Versi 20. Studi ini menemukan bahwa aspek modal manusia terkait dengan kinerja bisnis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua aspek SDM memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja bisnis. Temuan menunjukkan bahwa aspek modal manusia kompetensi dan kreativitas karyawan muncul sebagai faktor utama yang mempengaruhi kinerja bisnis. Ini berarti bahwa kompetensi dan kreativitas telah secara signifikan meningkatkan kinerja bisnis di perusahaan logistik Malaysia.

Kamal et. al., (2012) melakukan penelitian fokus pada hubungan antara modal kerja, modal manusia dan modal strukturtural sebagai ukuran modal intelektual dan kinerja perusahaan. Keterkaitan ini dianalisis untuk bank-bank komersial yang beroperasi di Malaysia yang terdaftar berdasarkan Bank Negara Malaysia (BNM). Ada dua ragam sumber data untuk penelitian ini yang diperoleh dari laporan tahunan bank dan Data Stream dari Thomson One Bankir Databank. Data yang dikumpulkan adalah pooled-data yang mengatur waktu ukuran seri. Data ini dikumpulkan dari tahun 2004 sampai 2008 tahun ini dipilih karena studi pasar modal membutuhkan jumlah yang banyak dari tahun seperti 5 sampai 10 tahun karena akan memberikan durasi yang wajar untuk data modal intelektual. Periode ini juga dianggap cukup lama untuk menangani penyimpangan jangka pendek dan dapat memberikan perkiraan kinerja perusahaan yang dapat diandalkan. Jumlah pengamatan adalah 18 bank komersial. Ada dua proksi ukuran kinerja yang digunakan sebagai variabel dependen dalam analisis ini yaitu Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Berdasarkan analisis empiris menunjukkan bahwa ada hubungan antara modal intelektual dan kinerja bank di Malaysia. Hasil menunjukkan hubungan antara modal intelektual dengan kinerja


(6)

18 bank komersial di Malaysia. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan dampak signifikan dari variabel IC yaitu value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU) terhadap kinerja bank. Dengan demikian, ini memberikan indikasi yang jelas bahwa mekanisme modal intelektual seperti modal manusia dan modal kerja dapat membuat dampak yang sesuai untuk nilai memaksimalkan kinerja bank.


Dokumen yang terkait

Studi Penerapan Metode Return on Investment Dalam Pengukuran Human Capital di Pabrik Gula Sei Semayang

3 132 89

Pengaruh Return on Investment dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 59 82

Analisis Pengaruh Efektivitas Operasional Terhadap Return On Investment Pada Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

1 33 127

Penerapan Metode Groos margin Return On Investment Dalam Menentukan Nilai Balik Persediaan Barang Pada PT. Prima Indah Santon Medan

4 89 49

Pengaruh Investasi Teknologi Informasi Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Return on Investment (ROI) Melalui Intellectual Capital Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia (BEI)

3 58 119

Pengaruh Investasi Teknologi Informasi Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Return on Investment (ROI) Melalui Intellectual Capital Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia (BEI)

0 0 16

Pengaruh Investasi Teknologi Informasi Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Return on Investment (ROI) Melalui Intellectual Capital Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia (BEI)

0 0 2

Pengaruh Investasi Teknologi Informasi Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Return on Investment (ROI) Melalui Intellectual Capital Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia (BEI)

0 0 12

Pengaruh Investasi Teknologi Informasi Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Return on Investment (ROI) Melalui Intellectual Capital Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia (BEI)

0 2 7

Pengaruh Investasi Teknologi Informasi Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Return on Investment (ROI) Melalui Intellectual Capital Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia (BEI)

0 1 12