T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Militer Jepang dan Cina dalam Kedaulatan Wilayah: Studi Kasus Perebutan Wilayah Sengketa Kepulauan SenkakuDiaoyu Tahun 20122016 T1 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekumpulan pulau tak berpenghuni yang hanya terdiri dari bebatuan karang telah menjadi
pemecah hubungan antara Jepang dan Cina selama beberapa dekade terakhir. Keduanya
saling memperebutkan wilayah kepulauan yang terletak di Laut Cina Timur, bahkan
kepulauan ini memiliki nama berbeda dari kedua sisi. Jepang menyebutnya Senkaku,
sedangkan Cina menyebutnya Diaoyu.
Kepulauan Senkaku/Diaoyu memiliki luas 7 km2. Dari sisi Jepang, kepulauan tersebut
terletak 410 km dari barat Okinawa, 170 km dari utara pulau Ishigaki. Sedangkan dari sisi
Cina terletak di 330 km dari timur daratan Cina dan 170 km dari timur laut Taiwan.
Gambar 1.
Letak Geografis Kepulauan Senkaku/Diaoyu
Sumber : Website Kementerian Luar Negeri Jepang, http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/senkaku/pdfs/fact_sheet_01.pdf
Perebutan kedaulatan atas kepulauan Senkaku/Diaoyu yang dilakukan oleh Jepang dan
Cina pertama kali muncul kepermukaan pada tahun 1968. Sebuah badan penelitian yang
dibawahi oleh UNECAFE1 yaitu CCOP2 memperkirakan bahwa terdapat 175-210 triliyun
1
UNECAFE (United Nations Economic Commission for Asia and the Far East) merupakan salah satu dari lima komisi
regional dari United Nations Economic and Social Council yang berpusat di Bangkok, Thailand. Komisi ini bertujuan
untuk meningkatkan kerjasama ekonomi antara negara anggota. Saat ini, ECAFE telah berubah nama menjadi
UNESCAP (United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pasific).
kubik kandungan minyak bumi, gas, serta sumber daya laut di wilayah Laut China Timur
terutama disekitar wilayah Okinawa atau Selatan Jepang termasuk Senkaku/Diaoyu. Selain
itu, wilayah ini juga merupakan bagian dari jalur perdagangan dunia yang tentu saja akan
menguntungkan jika suatu negara dapat menguasai jalur tersebut.
Jepang menyatakan bahwa sekitar tahun 1894 negaranya telah melakukan rediscovery
terhadap gugusan pulau Senkaku/Diaoyu. Pada saat itu, seorang pengusaha asal Jepang
bernama Koga Tatsushiro melakukan penjelajahan dan menemukan kembali gugusan pulau
di perairan yang tidak begitu jauh dari Okinawa. Ia kemudian menggunakan pulau-pulau
tersebut untuk keperluan bisnis dengan memanfaatkan jalur perdagangan yang ada untuk
menjual hasil laut yang didapat dari wilayah tersebut. Berdasarkan survey dari administrasi
Okinawa, pulau-pulau tersebut tidak berpenghuni dan tidak berada dibawah kontrol Cina
atau dengan kata lain wilayah yang saat ini bernama Senkaku/Diaoyu berstatus terra nullis3
(Daqing Yang, 2013).
Setelah Jepang menang dalam perang Sino ditahun 1894, pemerintah Jepang menyusun
kabinet yang memutuskan untuk menempatkan Taiwan serta beberapa pulau dibawah
yuridiksi Okinawa dan membangun territorial landmark pada 14 Januari 1895. Paska
Perang Dunia II tepatnya tahun 1951, melalui Perjanjian Perdamaian San Fransisco, Jepang
mengumumkan ke wilayahan negaranya yang mencangkup beberapa pulau termasuk
Senkaku/Diaoyu. Namun bagaimanapun, Taiwan serta pulau-pulau tersebut berada dibawah
perwalian Amerika Serikat. Untuk itu, melalui kesepakatan Okinawa, Amerika Serikat
mengembalikan Taiwan serta pulau-pulau yang berada dibawah perwaliannya kembali ke
tangan Jepang. Selanjutnya, Jepang turut mengembalikan kewilayahan atas Taiwan ke
tangan Cina pada tahun 1972.
Disisi lain, Cina mengatakan bahwa Senkaku/Diaoyu telah menjadi bagian dari
negaranya sejak abad ke-19 tepatnya pada masa pemerintahan Dinasti Ming. Selain itu,
sebelum Senkaku//Diaoyu jatuh ketangan Jepang, wilayah tersebut telah berada dibawah
administrasi provinsi Taiwan yang berada dibawah kekuasaan Cina. Untuk itu, setelah
Taiwan dikembalikan ketangan Cina melalui perjanjian Okinawa, Cina berpendapat bahwa
2
CCOP : Committee for Coordination of Joint Prospecting for Mineral Resources in Asian Offshore Areas.
Terra nullis atau terra nulius berasal dari bahasa latin yang dipengaruhi oleh hukum romawi. Definisinya sendiri
yaitu suatu tanah yang tidak bertuan. Dalam hukum internasional, istilah ini sering digunakan untuk menandai
suatu wilayah yang tidak menjadi bagian dari suatu negara.
3
kepulauan Senkaku/Diaoyu harus pula dikembalikan. Karena Jepang juga menginginkan
kepulauan tersebut, maka ia tidak kunjung mengembalikan Senkaku/Diaoyu. Hal diatas
kemudian mendorong Cina untuk menuduh bahwa Jepang telah mencuri kepulauankepulauan tersebut dengan memanfaatkan Perjanjian Shimoniseki yang berisi tentang
pemindahaan kekuasaan atas Taiwan dari Cina ketangan Jepang pada tahun 1895.
Setelah klaim di atas muncul, kedua negara sempat melakukan beberapa diplomasi guna
menyelesaikan sengketa. Namun sayangnya, diplomasi yang mereka lakukan gagal
disebabkan oleh perbedaan pandangan. Selain diplomasi, kedua negara juga melakukan
beberapa kerjasama terkait eksplorasi minyak di Laut Cina Timur termasuk di kepulauan
Senkaku/Diaoyu. Sebelum keduanya menjalankan program kerja maupun penelitian di Laut
Cina Timur, kerjasama tersebut harus berakhir karena beberapa alasan seperti perbedaan
aliansi serta latar belakang ideologi yang sangat bersebrangan.
Dalam kasus perebutan kedaulatan antara Jepang dengan Cina atas kepulauan
Senkaku/Diaoyu, Jepang menuntut penerapan pendekatan melalui equidistant4. Sedangkan
Cina bersikukuh untuk menerapkan pendekatan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sebagai
tolok ukur kepemilikan wilayah. Jika berdasarkan pendekatan ZEE, batas ke wilayahan
kedua negara saling tumpang tindih karena lebar Laut Cina Timur kurang dari 400 mil di
wilayah yang disengketakan. Untuk itu, Jepang mengusulkan pembentukan garis median di
wilayah yang tumpang tindih. Namun selama perbatasan tersebut belum disepakati oleh
kedua belah pihak, masing-masing Jepang maupun Cina berpotensi untuk mengklaim jarak
sesuai pembenaran mereka.
Perselisihan kedua negara meningkat ketika Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan’s dan
penerusnya yaitu Yoshihiko Noda memutuskan untuk membeli tiga dari delapan pulau
Senkaku/Diaoyu dan menasionalisasi pulau-pulau tersebut pada tahun 2012. Atas tindakan
tersebut, yang sebelumnya perselisihan secara langsung antara Jepang dan Cina di wilayah
Senkaku/Diaoyu hanya melibatkan kapal penangkap ikan dari Cina serta coast guard Jepang,
kemudian meningkat menjadi perselisihan militer. Cina kemudian mengirimkan kapal
militernya untuk beroperasi keluar masuk wilayah persengketaan.
4
Sebuah pengukuran wilayah atau lokasi dimana jarak daerah pada peta harus sesuai dengan jarak daerah yang
sebenarnya di lapangan dengan perbandingan sekala yang tepat.
Pada 23 November 2013, Cina juga mendeklarasikan Air Defence Identification Zone
(ADIZ)5 atas Laut China Timur yang mencangkup wilayah udara Senkaku/Diayou. Hal ini
kemudian mendorong gelombang kemarahan bagi Jepang dan sempat membuat kondisi di
Laut China Timur memanas.
Gambar 2.
Peta Air Defence Identification Zone (ADIZ) dan
Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Cina dan Jepang.
Sumber : Website Kementerian Pertahanan Cina, http://eng.mod.gov.cn
Sekitar bulan Oktober 2014, Perdana Menteri Jepang mengirimkan persembahan berupa
pohon masakaki kecil ke kuil Yasukuni yang merupakan kediaman dari pemimpin-pemimpin
militer Jepang pada masa perang. Namun bagi Cina, pemimpin-pemimpin tersebut dianggap
sebagai penjahat perang. Atas tindakan PM Jepang, lagi-lagi Cina mengeluarkan kebijakan
dengan mengerahkan kapal militer untuk berkeliaran di wilayah persengketaan.
Kegiatan diatas kemudian berlanjut hingga tahun 2016, baik Jepang maupun Cina samasama mengerahkan sektor militernya di wilayah kepulauan Senkaku/Diaoyu. Tokyo dan
Beijing pun tidak henti-hentinya saling bertukar komentar atas memanasnya situasi di Laut
Cina Timur terutama paska Jepang ikut mendukung keputusan Pengadilan Tetap Arbitrase
pada bulan Juli 2016 yang membatalkan klaim teritorial Cina di Laut China Selatan.
Seperti yang telah diketahui, Cina merupakan negara dengan anggaran militer terbesar
ketiga dibawah Amerika Serikat dan Rusia. Berdasarkan laporan dari Stockholm
International Peace Research Institute (SIPRI), anggaran militer Cina meroket hingga 132%
5
Air Defence Identification Zone (ADIZ) atau Zona Identifikasi Pertahanan Udara merupakan ruang udara yang
berada diatas daratan maupun perairan yang digunakan untuk pelacakan, identifikasi, dan pemantauan pesawat
sipil untuk kepentingan keamanan nasional.
selama periode 10 tahun terhitung dari tahun 2006-2016. Pada tahun 2016, Tiongkok
mengalami kenaikan anggaran militer sebesar 7.6% dengan volume 954 miliar Yuan atau
146,5 miliar USD. Walaupun kenaikan anggaran tahun 2016 merupakan kenaikan terkecil
dari tahun-tahun sebelumnya, namun hal tersebut tidak menggeser posisi Cina dari
peringkatnya.
Sedangkan Jepang, pada tahun 2015 anggaran militernya mencapai 4.82 triliun Yen atau
48.97 miliar USD dimana kenaikan ini menjadi kenaikan anggaran militer terbesar dalam
kurun waktu 22 tahun terakhir. Kementerian Pertahanan Jepang memiliki agenda untuk
meningkatkan anggaran militernya dalam kurun waktu 10 tahun. Untuk tahun 2014-2018
mendatang, Kementerian Pertahanan Jepang telah mengalokasikan dana sebesar 23.97 triliun
Yen atau 199.5 miliar USD untuk sektor militer. Tomomi Inada selaku Menteri Pertahanan
Jepang mengatakan bahwa sudah waktunya bagi Jepang untuk meningkatkan anggaran serta
memperbaharui teknologi militer yang dimiliki melihat adanya perubahan situasi keamanan
di Laut Cina Timur yang kian memanas sejak lima tahun belakangan.
Sebagai dua negara yang berdaulat, adalah suatu kewajiban untuk melindungi wilayah
kedaulatannya, terlebih jika wilayah tersebut berpotensi menjadi sumber kekuatan ekonomi
bagi suatu negara. Berdasarkan pada teori neorealisme, suatu negara akan meningkatkan
power atau kekuatan guna mendapatkan keuntungan atas suatu benda atau hal yang akan
mendukung national interest nya. Hal ini sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh Jepang
dan Cina dalam mempertahankan kepulauan Senkaku/Diaoyu sebagai bagian dari wilayah
kedaulatannya paska merebaknya informasi tentang nilai-nilai strategis di kepulauan
Senkaku/Diaoyu. Sebagai dua great power yang merasa terancam atas keberadaan satu sama
lain karena kasus sengketa di wilayah kedaulatan negaranya, baik Jepang dan Cina kemudian
melakukan tindakan yang bersinggungan dengan offensive realist dimana peningkatan power
merupakan strategi yang tepat untuk bertahan dari serangan musuh, kemudian peningkatan
anggaran dan strategi militer di wilayah sengketa menjadi bagian dari self-help kedua negara
tersebut. Jika melihat dari ketimpangan kekuatan militer antara Jepang dan Cina, tentu saja
Jepang dapat menjadi negara yang tidak cukup tangguh jika disandingkan dengan Cina dalam
sengketa kepulauan Senkaku/Diaoyu. Namun jika diteliti lebih jauh lagi, Jepang memiliki
power yang cukup tangguh untuk menghadapi Cina sebagai the new hegemonic power
melalui kekuatan external maupun internalnya. Hal ini kemudian menarik penulis untuk
meneliti lebih dalam terutama tentang motif serta strategi militer Jepang dan Cina dalam
mempertahankan wilayah kepulauan Senkaku/Diaoyu sebagai bagian dari kedaulatan
masing-masing negara yang berdasarkan pada teori yang digunakan oleh peneliti.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana strategi militer Jepang dan Cina dalam mempertahankan kedaulatan
wilayah (Studi kasus perebutan wilayah sengketa kepulauan Senkaku/Diaoyu tahun 20122016) ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang strategi militer Jepang dan Cina
dalam mempertahankan kedaulatan wilayah yang berdasarkan pada studi kasus mengenai
perebutan wilayah sengketa kepulauan Senkaku/Diaoyu tahun 2012-2016
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan bagi
organisasi, akademisi, maupun masyarakat umum mengenai perebutan wilayah sengketa
yang terjadi antara Jepang dan Cina di kepulauan Senkaku/Diaoyu melalui strategi-strategi
militer.
1.4.2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi
pengembangan ilmu hubungan internasional, terutama dalam kajian pertahanan kedaulatan
negara dan sengketa teritorial di kawasan Asia Timur.
1.5. Konsep dan Batasan Penelitian
Penelitian ini berjudul “Strategi Militer Jepang Dan Cina Dalam Mempertahankan
Kedaulatan Wilayah (Studi Kasus Perebutan Wilayah Sengketa Kepulauan Senkaku/Diaoyu
Tahun 2012-2016)” dan menggunakan beberapa konsep yang dijadikan acuan sebagai
kerangka analisis, yaitu:
1. Strategi militer merupakan rencana, koordinasi, dan arahan untuk kegiatan operasioperasi militer yang menggabungkan seluruh strategi politik serta tujuan dari
penggunaan militer. Strategi dalam konsep militer juga dipahami sebagai seni dalam
menggunakan medan pertempuran untuk memenangkan perang. Strategi sendiri
berkaitan erat dengan taktik apa yang mungkin digunakan untuk melawan musuh,
dengan mengingat ukuran dari seberapa besar negara itu memiliki pasukan berkualitas,
jenis dan jumlah senjata yang kuat serta layak untuk digunakan dalam medan
pertempuran, bagaimana kekuatan yang dimiliki oleh musuh, dimana lokasi musuh
berada dan tentu saja perkiraan akan pergerakan musuh di masa depan Penggunaan
militer sebagai alat dalam mempertahankan kedaulatan terjadi akibat gagalnya jalur
diplomasi antara Jepang dan Cina (Carl Von Clausewitz).
2. Kedaulatan negara marupakan hak hakiki suatu negara untuk mengatur seluruh wilayah
kekuasaannya tanpa campur tangan dari pemerintah negara lain. Kedaulatan negara
bersifat asli, tertinggi, dan tidak terbagi-bagi. Asli berarti kekuasaan yang dimilikinya
tidak berdasarkan kekuasaan lain, tertinggi berarti tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi
darinya, sedangkan tidak terbagi-bagi berarti kedaulatan negara tidak boleh dibagikan
kepada badan-badan tertentu karena akan menimbulkan kebingungan pelaksanaannya
(J.H.A. Logemann,1962).
3. Sengketa wilayah dipahami sebagai situasi yang terjadi antara dua negara atau lebih
yang memiliki pandangan bertentangan mengenai peta wilayah kekuasaan. Dalam
penelitian ini, yang menjadi wilayah yang disengketakan adalah kepulauan
Senkaku/Diayou (Mahkamah Internasional).
Untuk memfokuskan penelitian yang sesuai dengan harapan penulis, maka dibutukan
adanya batasan penelitian. Untuk itu permasalahan penelitian ini hanya akan mencangkup
hal-hal sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya akan berfokus pada strategi-strategi militer yang digunakan oleh
Jepang
dan
Cina
dalam
mempertahankan
kedaulatan
wilayah
di
kepulauan
Senkaku/Diaoyu.
2. Penelitian ini akan menggunakan ukuran-ukuran dalam aspek militer seperti anggaran
militer, perlengkapan militer, penempatan alutista dan pasukan militer di wilayah
sengketa, serta dukungan militer untuk meneliti lebih jauh tentang strategi militer antara
Jepang dengan Cina di kepulauan Senkaku/Diaoyu.
3. Penelitian ini hanya akan menekankan penggunaan strategi militer antara Jepang dan
Cina terkait sengketa kedaulatan wilayah di kepulauan Senkaku/Diaoyu dari tahun 20122016.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekumpulan pulau tak berpenghuni yang hanya terdiri dari bebatuan karang telah menjadi
pemecah hubungan antara Jepang dan Cina selama beberapa dekade terakhir. Keduanya
saling memperebutkan wilayah kepulauan yang terletak di Laut Cina Timur, bahkan
kepulauan ini memiliki nama berbeda dari kedua sisi. Jepang menyebutnya Senkaku,
sedangkan Cina menyebutnya Diaoyu.
Kepulauan Senkaku/Diaoyu memiliki luas 7 km2. Dari sisi Jepang, kepulauan tersebut
terletak 410 km dari barat Okinawa, 170 km dari utara pulau Ishigaki. Sedangkan dari sisi
Cina terletak di 330 km dari timur daratan Cina dan 170 km dari timur laut Taiwan.
Gambar 1.
Letak Geografis Kepulauan Senkaku/Diaoyu
Sumber : Website Kementerian Luar Negeri Jepang, http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/senkaku/pdfs/fact_sheet_01.pdf
Perebutan kedaulatan atas kepulauan Senkaku/Diaoyu yang dilakukan oleh Jepang dan
Cina pertama kali muncul kepermukaan pada tahun 1968. Sebuah badan penelitian yang
dibawahi oleh UNECAFE1 yaitu CCOP2 memperkirakan bahwa terdapat 175-210 triliyun
1
UNECAFE (United Nations Economic Commission for Asia and the Far East) merupakan salah satu dari lima komisi
regional dari United Nations Economic and Social Council yang berpusat di Bangkok, Thailand. Komisi ini bertujuan
untuk meningkatkan kerjasama ekonomi antara negara anggota. Saat ini, ECAFE telah berubah nama menjadi
UNESCAP (United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pasific).
kubik kandungan minyak bumi, gas, serta sumber daya laut di wilayah Laut China Timur
terutama disekitar wilayah Okinawa atau Selatan Jepang termasuk Senkaku/Diaoyu. Selain
itu, wilayah ini juga merupakan bagian dari jalur perdagangan dunia yang tentu saja akan
menguntungkan jika suatu negara dapat menguasai jalur tersebut.
Jepang menyatakan bahwa sekitar tahun 1894 negaranya telah melakukan rediscovery
terhadap gugusan pulau Senkaku/Diaoyu. Pada saat itu, seorang pengusaha asal Jepang
bernama Koga Tatsushiro melakukan penjelajahan dan menemukan kembali gugusan pulau
di perairan yang tidak begitu jauh dari Okinawa. Ia kemudian menggunakan pulau-pulau
tersebut untuk keperluan bisnis dengan memanfaatkan jalur perdagangan yang ada untuk
menjual hasil laut yang didapat dari wilayah tersebut. Berdasarkan survey dari administrasi
Okinawa, pulau-pulau tersebut tidak berpenghuni dan tidak berada dibawah kontrol Cina
atau dengan kata lain wilayah yang saat ini bernama Senkaku/Diaoyu berstatus terra nullis3
(Daqing Yang, 2013).
Setelah Jepang menang dalam perang Sino ditahun 1894, pemerintah Jepang menyusun
kabinet yang memutuskan untuk menempatkan Taiwan serta beberapa pulau dibawah
yuridiksi Okinawa dan membangun territorial landmark pada 14 Januari 1895. Paska
Perang Dunia II tepatnya tahun 1951, melalui Perjanjian Perdamaian San Fransisco, Jepang
mengumumkan ke wilayahan negaranya yang mencangkup beberapa pulau termasuk
Senkaku/Diaoyu. Namun bagaimanapun, Taiwan serta pulau-pulau tersebut berada dibawah
perwalian Amerika Serikat. Untuk itu, melalui kesepakatan Okinawa, Amerika Serikat
mengembalikan Taiwan serta pulau-pulau yang berada dibawah perwaliannya kembali ke
tangan Jepang. Selanjutnya, Jepang turut mengembalikan kewilayahan atas Taiwan ke
tangan Cina pada tahun 1972.
Disisi lain, Cina mengatakan bahwa Senkaku/Diaoyu telah menjadi bagian dari
negaranya sejak abad ke-19 tepatnya pada masa pemerintahan Dinasti Ming. Selain itu,
sebelum Senkaku//Diaoyu jatuh ketangan Jepang, wilayah tersebut telah berada dibawah
administrasi provinsi Taiwan yang berada dibawah kekuasaan Cina. Untuk itu, setelah
Taiwan dikembalikan ketangan Cina melalui perjanjian Okinawa, Cina berpendapat bahwa
2
CCOP : Committee for Coordination of Joint Prospecting for Mineral Resources in Asian Offshore Areas.
Terra nullis atau terra nulius berasal dari bahasa latin yang dipengaruhi oleh hukum romawi. Definisinya sendiri
yaitu suatu tanah yang tidak bertuan. Dalam hukum internasional, istilah ini sering digunakan untuk menandai
suatu wilayah yang tidak menjadi bagian dari suatu negara.
3
kepulauan Senkaku/Diaoyu harus pula dikembalikan. Karena Jepang juga menginginkan
kepulauan tersebut, maka ia tidak kunjung mengembalikan Senkaku/Diaoyu. Hal diatas
kemudian mendorong Cina untuk menuduh bahwa Jepang telah mencuri kepulauankepulauan tersebut dengan memanfaatkan Perjanjian Shimoniseki yang berisi tentang
pemindahaan kekuasaan atas Taiwan dari Cina ketangan Jepang pada tahun 1895.
Setelah klaim di atas muncul, kedua negara sempat melakukan beberapa diplomasi guna
menyelesaikan sengketa. Namun sayangnya, diplomasi yang mereka lakukan gagal
disebabkan oleh perbedaan pandangan. Selain diplomasi, kedua negara juga melakukan
beberapa kerjasama terkait eksplorasi minyak di Laut Cina Timur termasuk di kepulauan
Senkaku/Diaoyu. Sebelum keduanya menjalankan program kerja maupun penelitian di Laut
Cina Timur, kerjasama tersebut harus berakhir karena beberapa alasan seperti perbedaan
aliansi serta latar belakang ideologi yang sangat bersebrangan.
Dalam kasus perebutan kedaulatan antara Jepang dengan Cina atas kepulauan
Senkaku/Diaoyu, Jepang menuntut penerapan pendekatan melalui equidistant4. Sedangkan
Cina bersikukuh untuk menerapkan pendekatan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sebagai
tolok ukur kepemilikan wilayah. Jika berdasarkan pendekatan ZEE, batas ke wilayahan
kedua negara saling tumpang tindih karena lebar Laut Cina Timur kurang dari 400 mil di
wilayah yang disengketakan. Untuk itu, Jepang mengusulkan pembentukan garis median di
wilayah yang tumpang tindih. Namun selama perbatasan tersebut belum disepakati oleh
kedua belah pihak, masing-masing Jepang maupun Cina berpotensi untuk mengklaim jarak
sesuai pembenaran mereka.
Perselisihan kedua negara meningkat ketika Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan’s dan
penerusnya yaitu Yoshihiko Noda memutuskan untuk membeli tiga dari delapan pulau
Senkaku/Diaoyu dan menasionalisasi pulau-pulau tersebut pada tahun 2012. Atas tindakan
tersebut, yang sebelumnya perselisihan secara langsung antara Jepang dan Cina di wilayah
Senkaku/Diaoyu hanya melibatkan kapal penangkap ikan dari Cina serta coast guard Jepang,
kemudian meningkat menjadi perselisihan militer. Cina kemudian mengirimkan kapal
militernya untuk beroperasi keluar masuk wilayah persengketaan.
4
Sebuah pengukuran wilayah atau lokasi dimana jarak daerah pada peta harus sesuai dengan jarak daerah yang
sebenarnya di lapangan dengan perbandingan sekala yang tepat.
Pada 23 November 2013, Cina juga mendeklarasikan Air Defence Identification Zone
(ADIZ)5 atas Laut China Timur yang mencangkup wilayah udara Senkaku/Diayou. Hal ini
kemudian mendorong gelombang kemarahan bagi Jepang dan sempat membuat kondisi di
Laut China Timur memanas.
Gambar 2.
Peta Air Defence Identification Zone (ADIZ) dan
Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Cina dan Jepang.
Sumber : Website Kementerian Pertahanan Cina, http://eng.mod.gov.cn
Sekitar bulan Oktober 2014, Perdana Menteri Jepang mengirimkan persembahan berupa
pohon masakaki kecil ke kuil Yasukuni yang merupakan kediaman dari pemimpin-pemimpin
militer Jepang pada masa perang. Namun bagi Cina, pemimpin-pemimpin tersebut dianggap
sebagai penjahat perang. Atas tindakan PM Jepang, lagi-lagi Cina mengeluarkan kebijakan
dengan mengerahkan kapal militer untuk berkeliaran di wilayah persengketaan.
Kegiatan diatas kemudian berlanjut hingga tahun 2016, baik Jepang maupun Cina samasama mengerahkan sektor militernya di wilayah kepulauan Senkaku/Diaoyu. Tokyo dan
Beijing pun tidak henti-hentinya saling bertukar komentar atas memanasnya situasi di Laut
Cina Timur terutama paska Jepang ikut mendukung keputusan Pengadilan Tetap Arbitrase
pada bulan Juli 2016 yang membatalkan klaim teritorial Cina di Laut China Selatan.
Seperti yang telah diketahui, Cina merupakan negara dengan anggaran militer terbesar
ketiga dibawah Amerika Serikat dan Rusia. Berdasarkan laporan dari Stockholm
International Peace Research Institute (SIPRI), anggaran militer Cina meroket hingga 132%
5
Air Defence Identification Zone (ADIZ) atau Zona Identifikasi Pertahanan Udara merupakan ruang udara yang
berada diatas daratan maupun perairan yang digunakan untuk pelacakan, identifikasi, dan pemantauan pesawat
sipil untuk kepentingan keamanan nasional.
selama periode 10 tahun terhitung dari tahun 2006-2016. Pada tahun 2016, Tiongkok
mengalami kenaikan anggaran militer sebesar 7.6% dengan volume 954 miliar Yuan atau
146,5 miliar USD. Walaupun kenaikan anggaran tahun 2016 merupakan kenaikan terkecil
dari tahun-tahun sebelumnya, namun hal tersebut tidak menggeser posisi Cina dari
peringkatnya.
Sedangkan Jepang, pada tahun 2015 anggaran militernya mencapai 4.82 triliun Yen atau
48.97 miliar USD dimana kenaikan ini menjadi kenaikan anggaran militer terbesar dalam
kurun waktu 22 tahun terakhir. Kementerian Pertahanan Jepang memiliki agenda untuk
meningkatkan anggaran militernya dalam kurun waktu 10 tahun. Untuk tahun 2014-2018
mendatang, Kementerian Pertahanan Jepang telah mengalokasikan dana sebesar 23.97 triliun
Yen atau 199.5 miliar USD untuk sektor militer. Tomomi Inada selaku Menteri Pertahanan
Jepang mengatakan bahwa sudah waktunya bagi Jepang untuk meningkatkan anggaran serta
memperbaharui teknologi militer yang dimiliki melihat adanya perubahan situasi keamanan
di Laut Cina Timur yang kian memanas sejak lima tahun belakangan.
Sebagai dua negara yang berdaulat, adalah suatu kewajiban untuk melindungi wilayah
kedaulatannya, terlebih jika wilayah tersebut berpotensi menjadi sumber kekuatan ekonomi
bagi suatu negara. Berdasarkan pada teori neorealisme, suatu negara akan meningkatkan
power atau kekuatan guna mendapatkan keuntungan atas suatu benda atau hal yang akan
mendukung national interest nya. Hal ini sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh Jepang
dan Cina dalam mempertahankan kepulauan Senkaku/Diaoyu sebagai bagian dari wilayah
kedaulatannya paska merebaknya informasi tentang nilai-nilai strategis di kepulauan
Senkaku/Diaoyu. Sebagai dua great power yang merasa terancam atas keberadaan satu sama
lain karena kasus sengketa di wilayah kedaulatan negaranya, baik Jepang dan Cina kemudian
melakukan tindakan yang bersinggungan dengan offensive realist dimana peningkatan power
merupakan strategi yang tepat untuk bertahan dari serangan musuh, kemudian peningkatan
anggaran dan strategi militer di wilayah sengketa menjadi bagian dari self-help kedua negara
tersebut. Jika melihat dari ketimpangan kekuatan militer antara Jepang dan Cina, tentu saja
Jepang dapat menjadi negara yang tidak cukup tangguh jika disandingkan dengan Cina dalam
sengketa kepulauan Senkaku/Diaoyu. Namun jika diteliti lebih jauh lagi, Jepang memiliki
power yang cukup tangguh untuk menghadapi Cina sebagai the new hegemonic power
melalui kekuatan external maupun internalnya. Hal ini kemudian menarik penulis untuk
meneliti lebih dalam terutama tentang motif serta strategi militer Jepang dan Cina dalam
mempertahankan wilayah kepulauan Senkaku/Diaoyu sebagai bagian dari kedaulatan
masing-masing negara yang berdasarkan pada teori yang digunakan oleh peneliti.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana strategi militer Jepang dan Cina dalam mempertahankan kedaulatan
wilayah (Studi kasus perebutan wilayah sengketa kepulauan Senkaku/Diaoyu tahun 20122016) ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang strategi militer Jepang dan Cina
dalam mempertahankan kedaulatan wilayah yang berdasarkan pada studi kasus mengenai
perebutan wilayah sengketa kepulauan Senkaku/Diaoyu tahun 2012-2016
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan bagi
organisasi, akademisi, maupun masyarakat umum mengenai perebutan wilayah sengketa
yang terjadi antara Jepang dan Cina di kepulauan Senkaku/Diaoyu melalui strategi-strategi
militer.
1.4.2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi
pengembangan ilmu hubungan internasional, terutama dalam kajian pertahanan kedaulatan
negara dan sengketa teritorial di kawasan Asia Timur.
1.5. Konsep dan Batasan Penelitian
Penelitian ini berjudul “Strategi Militer Jepang Dan Cina Dalam Mempertahankan
Kedaulatan Wilayah (Studi Kasus Perebutan Wilayah Sengketa Kepulauan Senkaku/Diaoyu
Tahun 2012-2016)” dan menggunakan beberapa konsep yang dijadikan acuan sebagai
kerangka analisis, yaitu:
1. Strategi militer merupakan rencana, koordinasi, dan arahan untuk kegiatan operasioperasi militer yang menggabungkan seluruh strategi politik serta tujuan dari
penggunaan militer. Strategi dalam konsep militer juga dipahami sebagai seni dalam
menggunakan medan pertempuran untuk memenangkan perang. Strategi sendiri
berkaitan erat dengan taktik apa yang mungkin digunakan untuk melawan musuh,
dengan mengingat ukuran dari seberapa besar negara itu memiliki pasukan berkualitas,
jenis dan jumlah senjata yang kuat serta layak untuk digunakan dalam medan
pertempuran, bagaimana kekuatan yang dimiliki oleh musuh, dimana lokasi musuh
berada dan tentu saja perkiraan akan pergerakan musuh di masa depan Penggunaan
militer sebagai alat dalam mempertahankan kedaulatan terjadi akibat gagalnya jalur
diplomasi antara Jepang dan Cina (Carl Von Clausewitz).
2. Kedaulatan negara marupakan hak hakiki suatu negara untuk mengatur seluruh wilayah
kekuasaannya tanpa campur tangan dari pemerintah negara lain. Kedaulatan negara
bersifat asli, tertinggi, dan tidak terbagi-bagi. Asli berarti kekuasaan yang dimilikinya
tidak berdasarkan kekuasaan lain, tertinggi berarti tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi
darinya, sedangkan tidak terbagi-bagi berarti kedaulatan negara tidak boleh dibagikan
kepada badan-badan tertentu karena akan menimbulkan kebingungan pelaksanaannya
(J.H.A. Logemann,1962).
3. Sengketa wilayah dipahami sebagai situasi yang terjadi antara dua negara atau lebih
yang memiliki pandangan bertentangan mengenai peta wilayah kekuasaan. Dalam
penelitian ini, yang menjadi wilayah yang disengketakan adalah kepulauan
Senkaku/Diayou (Mahkamah Internasional).
Untuk memfokuskan penelitian yang sesuai dengan harapan penulis, maka dibutukan
adanya batasan penelitian. Untuk itu permasalahan penelitian ini hanya akan mencangkup
hal-hal sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya akan berfokus pada strategi-strategi militer yang digunakan oleh
Jepang
dan
Cina
dalam
mempertahankan
kedaulatan
wilayah
di
kepulauan
Senkaku/Diaoyu.
2. Penelitian ini akan menggunakan ukuran-ukuran dalam aspek militer seperti anggaran
militer, perlengkapan militer, penempatan alutista dan pasukan militer di wilayah
sengketa, serta dukungan militer untuk meneliti lebih jauh tentang strategi militer antara
Jepang dengan Cina di kepulauan Senkaku/Diaoyu.
3. Penelitian ini hanya akan menekankan penggunaan strategi militer antara Jepang dan
Cina terkait sengketa kedaulatan wilayah di kepulauan Senkaku/Diaoyu dari tahun 20122016.