Penelitian Tindakan Kelas Penerapan Mode (1)

Penelitian Tindakan Kelas : Penerapan Model TGT dalam
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
Matematika Pokok Bahasan Ukuran Pemusatan Data Tunggal
pada Kelas XII Semester 5 SMK N 1 Sapuran Tahun
Pelajaran 2008 / 2009
November 6, 2009 hadisetyo Leave a comment Go to comments
In English Version Clik Here
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Guru merupakan sosok yang keberadaannya tidak dapat digantikan oleh media atau fasilitas
pembelajaran apapun. Kehadiran guru masih tetap diperlukan, kehadiran guru sebagai sosok yang
berdiri di depan kelas keberadaannya sampai kapanpun tidak dapat digantikan oleh media
pembelajaran secanggih apapun. Guru harus tetap melaksanakan pembelajaran secara langsung di
depan siswa. Oleh karena itu apapun alasannya guru harus mengajar langsung di depan siswa agar
tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai.
Seiring dengan perkembangan jaman, yang berdampak terhadap perubahan kurikulum
pembelajaran, kualitas pembelajaran perlu selalu ditingkatkan. Keadaan tersebut dapat dimulai
dengan peningkatan kompetensi para guru, baik dalam menyampaikan materi, menggunakan
metode dan teknik mengajar yang tepat, menggunakan media pembelajaran maupun kebutuhan
peserta didik. Guru yang profesional pada hakekatnya adalah mampu menyampaikan materi
pembelajaran secara tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian untuk

mencapai ke arah tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran,
termasuk salah satunya menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat. Dalam
pembelajaran matematika, guru tidak cukup terfokus hanya pada satu model dan metode tertentu
saja. Guru perlu mencoba menerapkan berbagai model dan metode yang sesuai dengan tuntutan
materi pembelajaran, termasuk dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode
belajar kelompok. Pemilihan model dan metode yang tepat tersebut akan dapat meningkatkan
pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Hasil belajar matematika di SMK N 1
Sapuran hasil belajarnya belum begitu maksimal, dalam setiap ulangan harian rata-rata baru 35%
yang dapat tuntas.
Berdasarkan konsep tersebut menunjukkan bahwa metode belajar kelompok perlu diterapkan dan
dikembangkan guru dengan terlebih dahulu menguasai strategi atau langkah-langkahnya. Metode
pembelajaran, termasuk metode belajar kelompok merupakan variasi guru dalam melaksanakan
pembelajaran selain yang konvensional dalam bentuk ceramah.
ADVERTISEMENT

Guru perlu secara cermat memilih materi yang tepat untuk menggunakan metode belajar ini,
sehingga hasil belajar siswa lebih optimal. Keberadaan penerapan metode belajar kelompok untuk
mata pelajaran matematika sangat diperlukan. Para siswa dapat saling sharing pengetahuan dalam
pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama. Keadaan tersebut
memberikan manfaat sebagai pengalaman belajar yang nyata bagi para siswa apalagi mata pelajaran

matematika secara keseluruhan lebih menekankan kepada praktik dibandingkan dengan hanya
memahami konsep secara abstrak saja.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan selanjutnya menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam
bentuk penelitian, sehingga judul yang ditetapkan : “Penerapan Model TGT dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Ukuran Pemusatan
Data Tunggal pada siswa Kelas XII Semester I SMK N 1 Sapuran Tahun Pelajaran 2008 / 2009”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang
ditetapkan adalah “Apakah dengan penerapan Model TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa
mata pelajaran Matematika Pokok Bahasan Ukuran Pemusatan Data Tunggal pada siswa Kelas XII
Semester I SMK N 1 Sapuran Tahun Pelajaran 2008 / 2009?”
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penerapan Model TGT, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika Pokok Bahasan Ukuran Pemusatan
Data Tunggal pada siswa Kelas XII Semester I SMK N 1 Sapuran Tahun Pelajaran 2008 / 2009.
Kajian Teori
Hakekat Belajar Mengajar
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar

adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks karena
itu belajar sangat sulit untuk diamati, sebab meskipun dari luar kelihatan belum belajar, namun
dapat saja siswa tersebut telah memperoleh sesuatu yang banyak dari lingkungannya, kondisi
tersebut menunjukkan siswa itu sudah belajar. Skinner (Dimyati 2002:34) mengemukakan “belajar
adalah suatu perilaku”. Pada saat orang belajar, maka aktivitas yang baik menjadi meningkat,
sebaliknya apabila orang tersebut tidak belajar, maka aktivitas yang baik menjadi menurun. Dalam
belajar diperoleh beberapa hal yaitu kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan aktivitas
belajar serta konsekuensi yang bersifat menguatkan aktivitas belajar tersebut. Sedangkan Gagne
(Dimyati 2002:40) mengemukakan “belajar merupakan kegiatan yang kompleks”. Hasil belajar
merupakan kapabilitas. Orang setelah belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari simulasi yang berasal dari lingkungan serta proses
kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar.
Sementara itu Winkel (Darsono 2001:4) mengemukakan “belajar adalah suatu aktivitas mental
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan-pengetahuan keterampilan dan nilai sikap”. Dengan demikian belajar
merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
kemampuan tingkah laku dan keterampilan ke arah yang lebih baik. Selanjutnya secara lebih rinci
Ausubel (Muryati 2003:12) mengemukakan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi,
yaitu sebagai berikut.

a. Berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui
penerimaan atau penemuan.
b. Menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang
merupakan fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa
yang telah ada.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa
dan guru di dalam kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran sehubungan dengan materi
tertentu.

Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan alat untuk melihat kemajuan belajar siswa dalam penguasaan materi
belajar siswa penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan.
Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor. Makna dari belajar adalah perubahan
yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme
sebagai hasil pengalaman. Tuti Sukamto (1997 : 8) berpendapat bahwa belajar dapat didefinisikan
sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau
pengalaman. Belajar merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan
tingkah laku karena adanya reaksi terhadpa suatu situasi tertentu atau karena proses yang terjadi
secara internal di dalam diri seseorang.

Pembelajaran Kelompok
Teknik pembelajaran kelompok merupakan salah satu strategi belajar mengajar, di mana siswa di
dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.
Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai dengan 5 siswa, mereka bekerjasama dalam memecahkan
masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditentukan guru. Kerja kelompok adalah kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil,
yang diorganisir untuk kepentingan belajar, di mana keberhasilan kelompok ini menuntut kegiatan
yang kooperatif dari individu anggota kelompok tersebut (Robert L. Cilstrap dan William R. Martin
dalam Roestiyah 2001:45).
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2002:34) mengemukakan kerja kelompok berarti kerja
kepemimpinan dan keterpimpinan yang perlu dipelajari siswa untuk bekal dalam kehidupannya
nanti”. Selanjutnya secara lebih lengkap Burton (Nasution 2000:56) menjelaskan “kerja kelompok
ialah cara individu mengadakan relasi dan kerjasama dengan individu lain untuk bekerja sama.
Relasi di dalam kelompok demokratis artinya setiap individu berpartisipasi, ikut serta secara aktif
dan turut bekerjasama, sehingga individu akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan
mengalami perubahan sikap”. Keuntungan yang diperoleh dari adanya pembelajaran dengan
pendekatan kelompok adalah sebagai berikut. a) siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya, terlibat secara aktif dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi, b) siswa
mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi dan berfikir kritis dan c) terjadinya hubungan
yang positif antar siswa.

Dengan demikian pembelajaran kelompok berhubungan dengan proses belajar yang dilakukan
siswa secara bersama-sama melalui komunikasi interaktif dengan dipimpin oleh seorang pemimpin
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan materi pelajaran.
Model Pembelajaran CL Tipe TGT
Model pembelajaran kooperatif melalui suatu turnamen, lebih banyak dipilih karena waktu relatif
lebih singkat dan cara melakukannya relatif lebih mudah dibanding STAD dan Jigsaw. Untuk kelaskelas di Indonesia, fase-fase TGT dikembangkan dari empat menjadi delapan, sebagai berikut :
Fase 1 : Penjelasan guru (Teacher presentation).
Pada fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat
tentang LKS yang dibagikan kepada kelom-pok.
Fase 2 : Pembagian kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi)
siswa dari pretest atau ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender), etnik dan ras. Tiap
kelompok beranggotakan 2 – 4 orang (Slavin, 1998). Jumlah anggota kelom-pok dapat juga
dikembangkan menjadi 5 orang.
Fase 3 : Kerja kelompok (Team study)
Setelah menerima LKS dari guru, siswa bekerjasama dalam kelompok masing-masing, diskusi,
praktikum atau menjawab soal-soal pada LKS.
Fase 4 : Bimbingan kelompok/ kelas (Scafolding)

Guru membimbing kerja kelompok, mengamati psikomotorik dan sikap siswa secara individual

dalam kerja kelompok
Fase 5 : Tournament (Quizzes)
Guru membagikan lembar soal tournament (quizzes). Jumlah soal turnamen antara 10 – 20 butir
soal. Aturan main tournamen model TGT adalah sebagai berikut :
1. Setiap kelompok menentukan salah satu anggota sebagai Reader (pembaca soal kuis turnamen)
pertama dan pembaca kunci jawaban. Pembaca soal ke dua, ke tiga dan seterusnya digilir berurutan
searah dengan putaran jarum jam. Pembaca kunci jawaban adalah siswa yang posisi duduknya di
sebelah kanan reader.
2. Kesempatan pertama menjawab soal kuis turnamen diberikan kepada reader, selanjutnya giliran
menjawab bagi anggota kelompok yang lain searah putaran jarum jam.
3. Jika semua anggota kelompok menjawab benar, siswa yang memperoleh point adalah siswa
pertama yang menjawab benar.
4. Turnamen berlanjut, sampai semua soal sudah dibacakan. Kemudian perolehan skor masingmasing anggota dihitung berdasarkan jumlah jawaban benar sekaligus untuk perhitungan skor
kelompok
Fase 6 : Validation
Guru melakukan validasi, penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis. Tujuannya adalah
memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pem-belajaran.
Fase 7 : Penghargaan kelompok (Team recognition)
Setelah diperoleh skor tiap anggota pada masing-masing kelompok, kemudian diadakan rekapitulasi
nilai dan ditentukan skor kelompok menggunakan Tabel

Kerangka Berpikir
Penerapan metode belajar kelompok yang dilakukan guru untuk meningkatkan ketuntasan belajar
siswa merupakan bentuk kreativitas dalam mengajar. Melalui metode ini siswa saling berinteraksi
dalam mengemukakan pendapat untuk memecahkan masalah bersama. Setiap ide yang dimiliki
siswa dituangkan, ditampung untuk dilanjutnya dimodifikasi sebagai iden bersama dalam
menyelesaikan permasalahan.
Berdasarkan gambar tersebut dapat ditelaah bahwa secara bersama-sama guru dan siswa
melaksanakan proses belajar mengajar (pembelajaran) dengan posisi guru sebagai pengajar dan
siswa sebagai subjek didik. Selama proses pembelajaran terjadi, guru menggunakan metode
pembelajaran yang disebut sebagai metode belajar kelompok. Penggunaan metode tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Dengan adanya penggunaan metode tersebut pada
akhirnya diharapkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik, sehingga siswa memperoleh hasil
belajar yang maksimal dalam belajarnya.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan konsep tersebut, maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu sebagai
berikut. “Penerapan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika
Pokok Bahasan Ukuran Pemusatan Data Tunggal pada siswa Kelas XII Semester 5 SMK N 1
Sapuran Tahun Pelajaran 2008 / 2009”.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009 karena materi tentang
Ukuran Pemusatan Data Tunggal pada siswa Kelas XII Semester 5 SMK N 1 Sapuran Tahun
Pelajaran 2008 / 2009 dialokasikan pada semester itu. Sedangkan tempat penelitian di sekolah
dimana peneliti ditugaskan yakni SMK N 1 Sapuran pada semester 5 tahun pelajaran 2008/2009.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes tertulis dan teknik observasi. Tes
tertulis dilakukan untuk mencari data tentang hasil belajar, sedangka observasi digunakan untuk
mengumpulkan data proses pembelajaran. Alat atau instrumen penelitian berbentuk butir soal dan
tes lembar pengamatan.
Analisis Data
Analsisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk
menganalisis data yang berbentuk kuantitatif yang diperoleh melalui tes tertulis ulangan harian,
kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Sedangkan data yang berbentuk kualitatif yang diperoleh
melalui pengamatan proses pembelajaran menggunakan analisis deskriptif kualitatif yag dilanjutkan
dengan refleksi.
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini lebih menentukan metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Salah satu ciri dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah adanya tindakan yang dilakukan tiap siklus.

Langkah berikutnya adalah menentukan jumlah siklus. Dalam penelitian ini peneliti menentukan
banyaknya siklus sebanyak dua siklus. Langkah dalam setiap siklus meliputi : perencanaan
(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Nilai ulangan harian yang dilakukan sebanyak dua kali pada kondisi awal sebelum dilakukan
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ulangan harian pertama sebesar 53 dan rata-rata ulangan
harian kedua sebesar 51, rata-rata keduanya 52, kedua ulangan harian tersebut rata-rata kelas masih
di bawah KK yang telah ditetapkan, yaitu 60.
Deskripsi Hasil Siklus I
Berdasarkan hasil tes pada pelaksanaan tindakan siklus pertama nilai rata-rata 55 atau 55% bila
dibandingkan dengan kondisi awal nilai rata-rata kelas 52 atau 52%, terdapat kenaikan sebesar 55 –
52 = 3 atau 3 %.
Deskripsi Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil tes pada pelaksanaan tindakan siklus kedua nilai rata-rata 60 atau 60% bila
dibandingkan dengan kondisi siklus pertama nilai rata-rata kelas 55 atau 55%, terdapat kenaikan
sebesar 60 – 55 = 5 atau 5 %.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari kondisi awal, setelah dilaksanakan tindakan
siklus pertama dan siklus kedua disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran

TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika khususnya materi Ukuran Pemusatan Data
Tunggal pada siswa Kelas XII Semester 5 SMK N 1 Sapuran Tahun Pelajaran 2008 / 2009.
Penutup
Simpulan
Penggunaan model pembelajaran TGT dapat digunakan sebagai variasi dalam pembelajaran untuk
meningkatkan haisl belajar matematika pada pokok bahasan Ukuran Pemusatan Data Tunggal pada
siswa Kelas XII Semester 5 di SMK. Terbukti dari kondisi awal rata-rata ulangan harian satu dan
kedua 52, setelah pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran TGT nilai rata-rata kelas
mengalami peningkatan pada siklus pertama rata-rata kelas 55 pada siklus kedua nilai rata-rata
kelas 60, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang berbunyi dengan menggunakan
model TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan
Ukuran Pemusatan Data Tunggal.

Saran
Saran : (1) Bagi guru dalam mengajar agar menggunakan beberapa model pembelajaran sehingga
proses pembelajaran tidak monoton dan anak akan lebih semangat dalam belajar, (2) setiap selesai
penyampaian pembelajaran materi ditindaklajuti dengan memberikan PR sesuai indikator
pembelajaran agar peserta didik dapat melanjutkan belajar di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajardan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda Karya
Pahyono.2004. Bahan Ajar : Model-model Pembelajaran, LPMP Jawa Tengah
Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Toeti Sukamto dan Udin S. Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-mode
|Winkel, WS. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia
About these ads