Kebijakan Pengupahan di Indonesia (Studi Analisis : Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah hukum perkembangan masyarakat, munculnya masyarakat
Industri telah membuka lembar baru dalam hubungan dan corak produksi dalam
masyarakat. Hubungan produksi dalam masyarakat industri telah menggantikan
posisi tuan tanah dan raja dengan tani hamba di masa Feodalisme1 menjadi
pemilik modal atau borjuasi2 dengan buruh sebagai kelas pekerja atau proletar3.
Karl Marx seorang tokoh ekonomi politik dari Jerman mengatakan kedua kelas
sosial ini berada dalam suatu hierarki dalam stratifikasi sosial di era Kapitalisme4.
Kaum borjuis yang memiliki alat produksi memerlukan pekerja atau buruh untuk
dapat memproduksi komoditas menjadi barang baru yang lebih tinggi nilainya.
Sementara buruh yang tidak memiliki alat produksi memerlukan upah yang
didapatkan dari pengusaha untuk memenuhi kebutuhannya sebagai ganti dari hasil
kerjanya dalam perusahaan. Akan tetapi dalam perkembangannya era kapitalisme
tidak lagi menjadikan industri sebagai sebuah sistem modern untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan tetapi sudah berubah menjadi instrumen untuk akumulasi
kapital bagi borjuasi atau pengusaha.
Akumulasi kapital yang dilakukan oleh pemilik modal pada hakikatnya
lahir dari penghisapan nilai lebih dari hasil kerja buruh yang telahmelahirkan nilai

baru dari suatu komoditas. Nilai baru yang dimaksud adalah ketika suatu barang
yang nilainya bertambah menjadi barang baru yang nilainya lebih tinggi.
Contohnya adalah kapas, pada awalnya nilai dari kapas adalah rendah karena nilai

1

Feodalisme adalah Sistem sosial yang memberikan kekuasaan pada segolongan besar bangsawan atau Raja
yang disebut tuan tanah dengan bersandarkan pada penguasaan tanah (Feod berasal dari bahasa Perancis
yang berarti tanah)
2
Dalam perspektif kelas Marx mengatakan bahwa “Borjuasi” adalah kelas yang lahir di era Kapitalisme
sebagai kelas yang memiliki alat produksi
3
Proletar adalah kelas yang tidak memiliki alat produksi, di era kapitalisme Buruh telah menjadi kelas yang
tidak memiliki alat produksi.
4
Kapitalisme adalah sistem dan paham ekonomi yang menjunjung tinggi kebebasan individu dan
kepemilikan pribadi yang didalamnya terdapat peranan penting dari kapital sebagai alat utama dalam
produksi


1

Universitas Sumatera Utara

gunanya rendah. Sementara ketika kapas sudah dipintal menjadi benang, maka
nilai guna dari benang akan jauh lebih tinggi daripada sebuah kapas. Begitu juga
halnya ketika benang sudah di produksi menjadi pakaian yang mampu memenuhi
kebutuhan manusia, maka nilai gunanya semakin tinggi dan hal inil terjadi akibat
dari adanya kerja produksi yang mengubah kapas menjadi benang dan mengubah
benang menjadi pakaian. Dan dari kerja produksi inilah lahir nilai baru. Sehingga
terjadi pertambahan nilai terhadap suatu barang tersebut dari bentuk
mulanya5.Dan yang terlibat dalam kerja produksi dalam industri adalah klas buruh
sementara klas pemilik modal hanya mengatur berlangsungnya produksi dalam
industri. Sementara dalam pembagian keuntungan dari hasil produksi dimonopoli
oleh klas pemilik modal. Karena upah yang didapatkan buruh adalah sebagai ganti
dari kerja yang dilakukannya untuk pemilik modal. Dan inilah yang dikatakan
Marx sebagai perampasan nilai lebih.
Dalam hubungan kerja produksi buruh adalah mereka yang bekerja pada
orang lain dengan menjual tenaga kerjanya dalam bentuk menerima upah dan
tidak mempunyai apa-apa kecuali tenaga kerjanya6, buruh terlahir karena

monopoli modal, dimana orang yang tidak memiliki modal harus bekerja kepada
yang memiliki modal, buruh tidak memiliki potensi lain selain tenaganya yang di
gunakan untuk memproduksi barang-barang dan sebagai gantinya buruh
mendapatkan upah/uang atas kerjanya memproduksi barang-barang untuk
didistribusikan ke pasar.
Hubungan kerja yang terjadi dalam era kapitalisme menempatkan
pemilik modal dan buruh memiliki kepentingan yang berbeda satu sama lain
terhadap

orientasi

produksi.

Borjuasi

atau

pengusahabertujuan

untuk


memperbesar sebanyak-banyak keuntungan dari hasil produksi dengan menekan
biaya produksi dari upah buruh atau pekerja. Sementara disisi lain buruh ingin
upahnya layak, maka upah yang diterima buruh harus sesuai dengan kebutuhan si

5

Frederick Engels. 1982. Tentang Das Kapital Marx. Jakarta: Hasta Mitra . hal 39
DR.Darsono Prawironegoro. 2012. KARL MARX “ Ekonomi Politik dan Aksi Revolusioner”. Jakarta. hal 233

6

2

Universitas Sumatera Utara

buruh dan keluarganya7. Maka disini dapat dilihat secara konkret ada dua
kepentingan yang berbeda yaitu antara si pengusaha dengan keuntungannya dan
buruh dengan upahnya.Upah merupakan hak buruh, upah diterima saat adanya
hubungan produksi dan berakhir pada saat kerja berakhir. Sementara upah buruh

tidak dibayar jika buruh tidak bekerja. Sehingga keduanya akan saling
berbenturan satu sama lain dalam penentuan upah jika tidak ditangani dengan
aturan yang menjamin kepentingan kedua belah pihak.
Dalam penetapan upah sudah seharusnya dibutuhkan peran pemerintah
dalam memberikan sebuah solusi yang konkret dan objektif tanpa ada
keberpihakan pemerintah , artinya penetapan upah buruh harus sesuai dengan
kerja dan kebutuhan hidup buruh beserta keluarganya. Pemerintah sebagai
representatif dari negara berperan penting untuk mengatur persoalan upah untuk
mengantisipasi adanya benturan antara pengusaha dan buruh. Kebijakan
pengupahan yang ditetapkan dalam suatu negara mempunyai garis lurus dengan
tingkat kesejahteraaan buruh, artinya semakin tinggi upah buruh maka semakin
tinggi pula kesejahteraan buruh.
Dalam situasi kebijakan pengupahan di beberapa negara di dunia
Australia merupakan negara dengan upah minimun terbaik di dunia. Demikian
laporan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dari 27
negara maju yang didata. Upah minimum pekerja Australia usia 21 tahun ke atassebesar 15,96 dollar Australia per jam. Setelah pajak dan pengurangan lainnya,
nilai tersebut equivalen dengan 9,54 per dollar AS atau sekitar Rp 124.000 (kurs
Rp 13.000 per dollar AS)..Dan yang lebih menarik lagi, beban pajak mereka juga
rendah. Laporan OECD juga menunjukkan, upah minimum pekerja Australia
yang merupakan ibu (single) dengan dua anak dapat bekerja hanya enam jam per


Martin Vranken. 1994. “Demise of the Australian Model Labor Of Law in the 1990s”.Comparative Labor
Law Journal. Vol 16 nomor 1 tahun 1994. hal. 12-13

7

3

Universitas Sumatera Utara

minggu sehingga mereka dapat keluar dari garis kemiskinan. Selain itu mereka
juga menerima tunjangan dari negara.8
Sementara di Perancis Upah minimum US$ 8,24 per jam setara Rp
107.120. Akan tetapi di Perancis harga bahan pokok relatif mahal bahkan untuk
membeli sebotol air Minum seharga 2,80 US$ atau Rp 37.440. Amerika Serikat
yang merupakan salah satu negara dengan industri terbesar didunia menempati
peringkat ke-11 dengan tingkat upah minimum sebesar 7,25 dollar AS per jam.
Sedangkan jumlah take home pay (gaji bersih)nya sebesar 6,26 dollar AS per jam.
Akan tetapi di beberapa negara berkembang dan negara miskin di dunia seperti di
India Upah minimum: US$ 0,28 per jam setara Rp3.080 Seorang pekerja di India

berhak mendapatkan upah minimum US$ 0,28 per jam atau setara dengan Rp
3.640. Hal ini membuat para pekerja India mendapatkan upah US$ 2 dan US$ 3
per hari dan kurang dari US$ 700 per tahun atau setara dengan Rp 9.100.000 .
Akan tetapi Biaya hidup di India juga rendah. Sebotol air di India dijual seharga
US$ 0,25, sekarton susu US$ 0,50 dan selusin telur US$ 1 setara dengan Rp
13.000.
Di Indonesia kebijakan tentang penetapan upah masih juga tergolong
rendah, Di antara 10 negara Asean, Indonesia menduduki peringkat ke delapan
dengan gaji buruh terendah , sementara di peringkat pertama ada Singapura
dengan upah USD2.951 atau Rp35,8 juta. Berdasarkan data dari Numbeo, gaji
rata-rata per bulan buruh di Indonesia tercatat sebesar Rp3,67 juta. Pada
umumnya, seluruh pegawai di Indonesia menerima gaji di kisaran Rp2,5 juta-Rp5
juta per bulan. Masih sangat ketinggalan jauh dengan Malaysia, upah buruh rata-

8

10 Negara dengan upah minimum terbaik di dunia berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/10.negara.dengan.upah.minimum.terbaik.didunia diakses pada
tanggal 24 Mei 2016 pukul 23:40 Wib


4

Universitas Sumatera Utara

ratanya nyaris empat kali lipat lebih tinggi dari Indonesia. Pekerja di Malaysia
rata-rata memperoleh gaji sebesar USD979,2 atau Rp 11,87 juta per bulan.9.
Begitu rendahnya upah di Indonesia mengakibatkan rendahnya
kesejahteraan penduduknya karena persoalan upah adalah salah satu persoalan
tentang hajat hidup orang banyak, karena dilansir oleh berdasarkan data BPS
tahun 2015 jumlah pekerja di Indonesia 120,8 juta tenaga kerja di Indonesia atau
sekitar 53 % dari jumlah penduduk Indonesia. Hal inilah yang membuktikan
bahwa begitu besar pengaruh besaran upah dalam menentukan keberlangsungan
hidup buruh. Dan hal yang sewajarnya jika buruh diberi upah yang layak untuk
memenuhi kebutuhan dan peningkatan kesejahterahannya. Dan prinsip yang harus
dijalankan dalam membuat kebijakan

adalah adanya prinsip keadilan dalam

menentukan upah buruh.
Kebijakan dan aturan terkait skema pengupahan buruh di Indonesia

hingga saat ini belum mampu melahirkan solusi untuk memberikan win-win
solution kepada kedua belah pihak. Hal ini disebabkan adanya keberpihakan
pemerintah dalam menerapkan kebijakan pengupahan tersebut. Di masa Orde baru
kebijakan tentang pengupahan semata-mata hanya untuk menggerakan kembali
roda ekonomi yang bertumpu pada pasar, sehingga lebih melindungi para investor
ketimbang buruh. Rezim pemerintahan Soeharto menerapkan strategi modernisasi
defensif (defensive modernisatiton) dimana penguasa berusaha mengatur
segalanya dan mengontrol organisasi buruh untuk mengejar pertumbuhan
ekonomi10 .
Sementara dalam pemerintahan Megawati Soekarno Putri ditetapkan UU
no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang didalamnya terdapat aturan untuk
menentukan Upah minimum buruh. Upah minimum artinya sebagai jaring
9

Gaji buruh di Indonesia nomor 8 terendah di Asia Tenggara dilihat dari rata rata upah minimumnya :
http://economy.okezone.com.read.2015/gaji-buruh-di-Indonesia-nomor8-terendah-se-Asia-Tenggara diakses
pada tanggal 1 juni 2016 Pukul 11:30 Wib
10
Marsen. S. Naga. 2002. “Hukum Sebagai Perangkap Gerakan Buruh.Sedane”. Jurnal Kajian
Perburuhan.Vol 1 No.1 Desember tahun 2002.hal. 19


5

Universitas Sumatera Utara

pengaman untuk pengusaha ,artinya upah minimum hanya upah terendah yang
didasarkan pada kriteria tertentu. Seperti upah ditetapkan masih berdasarkan
kebutuhan hidup seorang buruh/pekerja lajang, pertimbangan penetapan upah
tidak semata-mata survey komponen hidup layak atau disingkat dengan KHL.
KHL adalah standart kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh
lajang untuk memenuhi kehidupannya tetapi juga tingkat pertumbuhan ekonomi,
sehingga sering terjadi ketimpangan dalam survei. Filosopi dari upah minimum
adalah sebagai jaring pengamanan. Berarti pengusaha tidak boleh membayar upah
buruh lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan. Arti minimum berarti
tarif paling bawah, kurang dari itu berarti timpang. Oleh karena itu ketika
pengusaha membayar upah buruh dibawah upah minimum maka kehidupan buruh
akan melarat.
Pada bab X bagian kedua UU no 13 Tahun 2003 diterangkan dimana
upah minimum yang berlaku adalah Upah Minimum Provinsi ( UMP ), Upah
Minimum Kabupaten/Kota ( UMK ) yang tiap tahunnya ditentukan oleh Gubernur

untuk UMP dan Bupati/Walikota untuk UMK atas usulan dari Dewan Pengupahan
Daerah ataupun Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota dengan proses tahapan
pembahasan dan survey terlebih dahulu. Sementara Penetapan upah minimum
provinsi di dasarkan pada permenakertrans no 13 tahun 2012 dipemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono yang direvisi dari permenakertrans no 17 tahun
2005, namun esensi dasarnya masih tetap sama dengan permen no 17 tahun 2005,
dimana kebutuhan hidup yang menjadi dasar survei harga hanyalah untuk
kebutuhan hidup buruh lajang. Artinya, kebutuhan hidup bagi para buruh yang
sudah berkeluarga, sampai sejauh ini tidak masuk dalam hitungan. Dalam
permenakertrans no 13 Tahun 2012 yang di maksud dengan “kebutuhan hidup
layak” adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat
memenuhi kebutuhan fisik dalam kurun waktu 1 (satu) bulan.
Penghitungan upah yang diatur dalam permen no 13 tahun 2012 dimana
dasar penetapan upah minimum di Indonesia adalah KHL, yang nilainya diperoleh

6

Universitas Sumatera Utara

melalui survei harga. Secara normatif, yang dimaksud dengan “hidup layak”
adalah standar kebutuhan hidup seorang buruh secara fisik dan non-fisik untuk 1
(satu) bulan.Ketentuan ini menjelaskan hanya untuk memenuhi kehidupan pekerja
lajang.

Sehingga

keberadaan

keluarga

tidak

dihitung

oleh

pengusaha

keberadaannya dalam menentukan pengupahan. Hal ini sangat bertentangan
dengan UU no. 13 tahun 2003 pasal 88 yang mengatakan, “setiap pekerja/buruh
berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
manusia”. Sehingga jelas bahwasannya sebagai seorang manusia hidup
berkeluarga merupakan hak semua manusia dan pengusaha harus memperhatikan
upah layak buruh untuk dapat memenuhi kebutuhan buruh dan keluargannya
secara wajar yang meliputi pangan, sandang dan papan serta jaminan hari
tua.Seperti itu juga peranan dari pemerintah yang berkelanjutan pada Pasal 4
No.17/MenVII/2005 yang mengatakan penetapan Upah minimum provinsi
didasarkan pada nilai KHL kabupaten/kota terendah di propinsi yang
bersangkutan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti
tidak menjadi rata-rata nilai KHL dari kabupaten/kota dalam menetapkan Upah.
Akan tetapi dari KHL terendah.
Jadi meskipun Permen 13 tahun 2012 ini di katakan sebagai peraturan
penyempurna dari Permen 17 tahun 2005 untuk penetapan upah yang sesuai
dengan kebutuhan hidup layak, namun secara kualitas tidak mengalami
perubahan, dan hal itu sama sekali tidak membawa perubahan terhadap
peningkatan atau perbaikan kesejahteraan kaum buruh dan keluarganya. Ini
karena perubahan tersebut tidak menyentuh substansi, tetapi hanya menambahkan
14 komponen kebutuhan yang nilainya sangat kecil dan tidak sesuai dengan
kebutuhan riil buruh serta jauh dari tuntutan sejati klas buruh Indonesia. Upah
buruh tetaplah murah, perubahan kebijakan di tataran regulasi hanya untuk
memperhalus praktek politik pengupahan di Indonesia dan hanya sekedar
meredam tuntutan dan aspirasi sejati dari klas buruh Indonesia, karena
kenyataannya perubahan peraturan tersebut justru memperendah posisi tawar

7

Universitas Sumatera Utara

buruh di hadapan pengusaha. Maka yang terkandung dalam sistem upah minimum
di Indonesia adalah ; upah minimum sebagai jaring pengamanan, upah minimum
hanya untuk lajang, dan pengusaha diijinkan melakukan penundaan atau
penangguhan11.
Upah minimum

hanya untuk

lajang artinya

pengusaha hanya

menanggung kebutuhan seorang buruh tanpa mempertimbangkan keluarga buruh.
Penghitungan harga kebutuhan sangat ketat berdasarkan harga pasar.Berarti
terjadi kesulitan buruh dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan bagaimana
jika si buruh mempunyai keluarga sehingga harus membagi upahnya untuk
kebutuhan istrinya dan anaknya. Kondisi ini yang membuat maraknya anak-anak
buruh tidak mengecap dunia pendidikan serta tingkat kesejahteraan yang rendah.
Seperti pada masa orde baru yang didasarkan pada kebutuhan fisik minimum (
KFM) yang pencapaiannya hanya berkisar 80-90 persen dari KFM. Sehingga
buruh hanya sekedar hidup mencari makan dengan hidup serba kekurangan.
Sementara pengusaha mendapatkan nilai lebih dari hasil kerja buruh.
Kebijakan pengupahan bertambah rumit setelah keluarnya keputusan
menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI Nomor kep-23/Men/2003. Pengusaha
berhak melakukan penangguhan upah. Dimana upah minimum hukumnya tidak
wajib bagi dari pengusaha untuk membayar jika memang pengusaha keberatan
dapat mengajukan penangguhan/penundaan dalam pelaksanaan pembayaraan
upah minimum. Atas dasar peraturan ini penguasaha dapat menunda membayar
upah minimum paling lambat 10 hari sebelum upah minimum disepakati oleh
buruh/serikat buruh. Dan persoalan seperti ini semakin berdampak pada tingkat
kesejahterahan buruh. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan
kebutuhan dan keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah. Tetapi hal ini
belum terlaksana dimana tingkat kesejahteraan buruh masih dibawah standart
karena tidak sesuai pemberian Upah dengan KHL. Setiap akhir tahun buruh selalu
11

Hand book. Minimalisasi penetapan upah layak. Analisis terhadap peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi No. 17/MEN/VII/2005

8

Universitas Sumatera Utara

menanti persentase kenaikan UMP-nya. Tentu harapannya sangat besar terhadap
pemerintahan untuk menetapkan upah yang layak.
Dalam UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan juga diatur tentang
dewan pengupahan sebagai salah satu aktor dalam penetuan upah minimum,
dewan pengupahan bertugas untuk mensurvei harga-harga komoditas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup seorang buruh, yang kemudian diakumulasikan guna
menetapkan nilai upah yang kemudian direkomendasikan kepada pemerintah.
Dewan pengupahan terdiri dari organisasi pengusaha, serikat pekerja/Serikat
buruh dengan komposisi 2:1:1. Sehingga dapat kita lihat dari komposisi dewan
pengupahan sudah ada intervensi dari pengusaha sangat besar dalam menentukan
UMP/UMK. Sehingga dalam perkembangan sistem pengupahan diIndonesia
kerap terjadi disparitas antara pihak buruh dan pihak pengusaha.
Belum sampai disitu pemerintah mengeluarkan Inpres No.9 Tahun 2013
tentang penetapan upah yang diinstruksikan kepada Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Menakertrans), dimana “untuk daerah yang Upah Minimumnya
masih berada di bawah nilai KHL, kenaikan Upah Minimum dibedakan antara
Industri Padat Karya tertentu dengan industri lainnya.” Artinya, di daerah yang
upah minimumnya masih di bawah Kebutuhan Hidup Layak (KHL), tidak boleh
ada kenaikan Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/Kota (UMP/K) yang bersifat
umum atau lintas-sektoral, hanya boleh ada kenaikan upah minimum sektoral
(UMSP/K). besaran kenaikan upah pada provinsi dan/atau kabupaten/kota yang
upah minimumnya telah mencapai KHL atau lebih, ditetapkan secara bipartit
antara pemberi kerja dan pekerja dalam perusahaan masing-masing12.” Artinya,
untuk daerah yang upah minimumnya telah mencapai KHL atau lebih, tidak boleh
ada kenaikan UMP/K, hanya boleh ada kenaikan upah aktual di tingkat
perusahaan yang ditetapkan secara bipartit.

12

Peraturan Pemerintah yang tertuang dalam Inpres no.9 tahun 2013 tentang upah minimum harus dicabut :
http://www.prp-indonesia.org/2013/-inpres-no-9-tahun-2013-tentang-upah-minimum-harus-dicabut diunduh
pada tanggal 14 April 2016 Pukul 21.00 WIB

9

Universitas Sumatera Utara

UMP/K

sendiri,

menurut

UU

No.

13

Tahun

2003

Tentang

Ketenagakerjaan (UUK), “ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota” (Pasal
89).Jadi, UMP/K mustahil ditetapkan secara bipartit, karena harus dengan Surat
Keputusan (SK) Gubernur. Ditambah lagi Inpres ini menginstruksikan Kepolisian
Negara Republik Indonesia untuk “memantau proses penentuan dan pelaksanaan
kebijakan penetapan Upah Minimum.” Artinya, Inpres ini bukan hanya
membolehkan keterlibatan kepolisian dalam proses penentuan upah minimum,
tetapi malah mengharuskannya. Hal ini membuka peluang lebih besar bagi
kepolisian untuk melakukan pembatasan terhadap aksi demonstrasi yang
dilakukan buruh dalam proses penentuan upah minimum.
Di akhir tahun 2015 tepat di bulan oktober pemerintah kembali
mengeluarkan kebijakan baru tentang sistem pengupahan yaitu Peraturan
Pemerintah No.78 Tahun 2015 Tentang sistem pengupahan buruh. Peraturan
Pemerintah No.78 Tahun 2015 atau dikenal dengan PP Pengupahan merupakan
salah satu kebijakan yang lahir dari paket ekonomi IV pemerintahan Jokowi-Jusuf
Kalla tentang ketenagakerjaan. Paket kebijakan ekonomi Pemerintahan JokowiJusuf Kalla adalah salah satu cara untuk menangani krisis ekonomi global yang
berdampak pada krisis ekonomi nasional. Begitu juga halnya dengan Peraturan
Pemerintah No.78 Tahun 2015 yang dikeluarkan oleh pemerintahan Jokowi-Jusuf
Kalla adalah untuk memberikan suatu kekondusifan atas iklim investasi bagi
pemilik modal asing untuk menanamkan sahamnya di Indonesia yang menurut
pemerintah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ditengah terpaan krisis
global.
Hal ini mempunyai korelasi terhadap sistem pengupahan buruh,dimana
salah satu indikator untuk menarik minat para Investor adalah dengan memastikan
upah dari buruh adalah rendah. Dengan rendahnya upah buruh maka para investor
dapat menekan yang namanya biaya produksi. Semakin besar biaya produksi yang

10

Universitas Sumatera Utara

dipangkas oleh perusahaan maka keuntungan yang didapat juga akan semakin
besar. Dan inilah salah satu pelayanan pemerintah terhadap para investor yang
ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
Didalam Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 mekanisme penetapan
upah yang diatur dalam pasal 44 yaitu berdasarkan fomulasi;
UMt + (UMt X (Inflasit + Δ % PDBt)
Artinya kenaikan upah tahunan buruh akan berdasarkan upah tahun
berjalan dikali dengan inflasi yang ditambah dengan persentasi pertumbuhan
ekonomi atau PDBt (pendapatan domestik bruto). Sehingga dapat dikatakan
bahwasanya penetapan upah buruh dipengaruhi oleh tingkat inflasi dan persentase
pertumbuhan ekonomi. Sementara dalam Pasal 43 ayat (5) dinyatakan bahwa
untuk peninjauan komponen kebutuhan hidup layak dilakukan setiap lima tahun
sekali. Dengan kata lain, pemerintah hanya akan melakukan peninjauan atas
komponen kebutuhan hidup layak yang digunakan sebagai dasar penghitungan
upah hanya sekali selama lima tahun.
Menghitung kenaikan upah buruh berdasarkan inflasi dan persentase
pertumbuhan ekonomi sama halnya dengan membatasi upah buruh dibawah 10%
per tahun. Karena Angka inflasi, meskipun berkorelasi dengan kenaikan harga
bahan kebutuhan pokok akan tetapi faktanya kenaikan harga-harga kebutuhan
pokok jauh melampaui angka inflasi, ambil contoh inflasi 5% kenaikan hargaharga kebutuhan pokok bisa melampaui angka 5 %. Selama ini pemerintah tidak
pernah mempunyai upaya nyata dalam membantu kehidupan buruh untuk
melakukan kontrol atas harga kebutuhan pokok. Jika harga-harga kebutuhan
pokok melambung tinggi, tentu nilai upah yang diterima oleh buruh tidak akan
sebanding dengan beban untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Hasil studi
internal organisasi salah satu Serikat buruh yaitu Gabungan Serikat Buruh
Indonesia (GSBI) menunjukkan, lebih dari 60% dari total upah yang diterima oleh
buruh digunakan untuk memenuhi konsumsi kebutuhan pokoknya.Jika demikian,

11

Universitas Sumatera Utara

bagaimana klas buruh di Indonesia bisa mendapatkan upah yang lebih baik jika
inflasi dijadikan parameter untuk penetapan upah. Jika inflasinya tinggi, sudah
pasti kenaikan harga juga lebih tinggi. Jika kenaikan harga tinggi, seberapapun
kenaikan upah tentu akan terampas kembali oleh harga barang13.
Selain inflasi, formulasi upah didalam PP Pengupahan juga dihitung
berdasarkan pertumbuhan ekonomi. Ditengah situasi krisis global yang melanda
seluruh negeri, tren pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami pelambatan.
Sejak lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi global angkanya tidak pernah
melebihi 4%, bahkan di Amerika sendiri pertumbuhan ekonominya mendekati nol
persen, atau tidak tumbuh sama sekali. Jika pemerintah Indonesia selalu
mengklaim memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi hingga 6%, tentu hal ini
patut dipertanyakan. Jikapun benar terjadi pertumbuhan ekonomi, pertanyaan
selanjutnya adalah siapa yang menikmati pertumbuhan ekonomi ini.. Bahkan pada
semester kedua tahun ini, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali
dikoreksi pada angka 4,9%. Artinya, kontribusi pertumbuhan ekonomi untuk
kenaikan upah buruh tahun 2016 kemungkinan hanya akan berada pada kisaran
5%. Jika diasumsikan inflasi berada pada angka 5%, maka upah tahun 2016 hanya
akan naik sebesar 10% saja.
Hasil survei KHL yang dilakukan oleh GSBI dan beberapa serikat buruh
lain dibeberapa kota/kabupaten menunjukkan bahwa seharusnya kenaikan upah
untuk tahun 2016 berada pada kisaran 25-30%, akan tetapi apabila kenaikan upah
tahun 2016 didasarkan pada formula penetapan kenaikan upah sebagaimana diatur
didalam PP No. 78/2015, hampir dapat dipastikan kenaikan upah hanya berkisar
10%.
Diaspek politik, Formulasi yang telah ditetapkan melalui peraturan ini
akan membatasi kesempatan bagi buruh untuk berjuang menentukan upahnya.
13

DPP GSBI,Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 sebuah skema politik upah murah Jokowi-JK :
http://www.infogsbi.org/2015/10/pp-no-782015-tentang-pengupahan-skema.html diunduh pada tanggal 2 Mei
2016 Pukul 22.15 WIB

12

Universitas Sumatera Utara

Dalam pernyataan yang sama paska Paket Kebijakan Ekonomi IV diluncurkan,
pemerintah menyatakan bahwa formulasi upah ini akan meredam “kegaduhan”
yang selama ini terjadi setiap tahun menjelang kenaikan upah. Ini sejalan dengan
Paket Kebijakan Ekonomi I yang secara tegas memberikan jaminan kepastian bagi
investor atau pengusaha. Jaminan kepastian yang disebut dalam hal ini adalah,
investasi yang ditanamkan tidak mengalami gangguan, karena situasi keamanan
yang kondusif.
Berdasarkan Latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis
tertarik untuk mengkaji dan menganalisis permasalahan dengan judul:
“Kebijakan Pengupahan Di Indonesia (Studi Analisis: Peraturan Pemerintah
No.78 Tahun 2015)”
1.2 Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana Kebijakan Pengupahan Di Indonesia dalam Peraturan Pemerintah
No.78 Tahun 2015?
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini adalah analisis terhadap kebijakan pengupahan di Indonesia
yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015, maka batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlibatan buruh dalam penetapan upah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015?
2. Dalam penelitian ini akan mengkaji bagaimana dampak yang muncul dari
Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 baik secara ekonomi, sosial dan
bagaimana dampaknya terhadap perusahaan?

1.4. Tujuan Penelitian

13

Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini mempunyai tujuan :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis tentang sistem penetapan upah di
Indonesia khususnya sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.78
Tahun 2015. Dan bagaimana keterlibatan buruh dalam penetapan upah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015.
2. Untuk meneliti bagaimana dampak ekonomi, sosial ,dan politik yang
dialami buruh dari lahirnya Peraturan Pemerintah No.78 tentang Sistem
pengupahan.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini sungguh diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang sungguh
diharapkan mampu memberikan sebuah sumbangsih mengenai konsep dan
analisis tentang sistem pengupahan buruh di Indonesia.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi serta pisau
analisis bagi buruh untuk mengkaji kebijakan pengupahan di Indonesia
khususnya PP No.78 Tahun 2015.
3. Secara akademis, penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.

1.6 Kerangka Teori

14

Universitas Sumatera Utara

1.6.1. Teori Kebijakan Publik
1.6.1.1 Konsep Kebijakan Publik
Dalam proses berjalannya sebuah negara dibutuhkan sebuah peran dari
pemerintah untuk menata kehidupan masyarakat yang dipimpinnya. Peran
pemerintah dalam hal ini adalah bagaimana pemerintah yang memiliki otoritas
mengeluarkan sebuah aturan yang dapat menyelesaikan persoalan persoalan yang
dialami oleh negara maupun masyarakat. Proses penyelesaian permasalahan
biasanya dilakukan dengan mengeluarkan sebuah kebijakan publik. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan
asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan. Banyak sekali definisi tentang kebijakan publik yang dikemukakan
oleh para ahli:
William N. Dunn merumuskan kebijakan publik sebagai berikut :
Kebijakan Publik (Public Policy) adalah pedoman yang berisi nilai-nilai dan
norma norma yang mempunyai kewenangan untuk mendukung tindakan-tindakan
pemerintah dalam wilayah yurisdiksinya.14 Sementara Konsep kebijakan publik
menurut David Easton sebagai berikut : Alokasi nilai yang otoritatif untuk seluruh
masyarakat akan tetapi hanya pemerintahlah yang dapat berbuat secara otoritatif
untuk seluruh masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk
dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari alokasi nilai-nilai
tersebut.15
Carl Frederich memandang kebijakan publik adalah suatu arah tindakan
yang diusulkan oleh seorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan - kesempatan

14

Wiliiam N. Dunn dalam Ibnu Syamsi. 1993. Diktat Kuliah Kebijaksanaan Publik dan Pengambilan
Keputusan. Fisipol UGM: Yogyakarta. hal 5
15
David Easton dalam Miftah Thoha. 1992. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu administrasi Negara .Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. hal 59-60

15

Universitas Sumatera Utara

terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dalam rangka mencapai
suatu tujuan atau merealisasikan atau suatu maksud tertentu16.
Pembagian kebijakan publik sangat banyak macamnya dari dasar
pemikiran, dan jenis kebijakan publik namun demikian secara sederhana dapat
dikelompokan menjadi tiga yaitu:
1.

Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau mendasar,
yaitu: Undang-Undang dasar Negara Reoublik Indonesia tahun 1945,
Undang



Undang/Peraturan

Pemerintah

Pengganti

Undang-

Undang,Peraturan Pemeirntah,Peraturan Presiden dan Peraturan
Daerah.
2.

Kebijakan publik yang bersifat mesoatau menengah berupa penjelasan
pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berbentuk peraturan menteri, Surat
Edaran Kebijakanya dapat pula berbentuk Surat Keputusan Bersama
atau SKB antar Menteri, Gubernur dan Bupati atau Walikota.

3.

Kebijakan Publik yang bersifat mikro adalah kebijakan yang mengatur
kebijakanya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh aparat publik di
bawah Menteri, Gubernur ,Bupati atau Wali Kota17.

Ditinjau dari sifat kebijakannya, Lowi membagi kebijakan umum empat tipe,
yaitu18 :
1.

Kebijakan regulatif: kebijakan ini terjadi apabila mengandung paksaan
dan akan diterapkan secara langsung terhadap individu. Artinya
adalah bahwa kebijakan ini dibuat agar individu tidak melakukan
suatu tindakan yang tidak diperbolehkan. Seperti undang-undang
hukum pidana, undang-undang antimonopoli dan kompetisi yang tidak
sehat dan berbagai ketentuan yang menyangkut keselamatan umum.

16

Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publi. Jogjakara : Media Presindo. hal 16.
Riant Nugroho D. 2006. Kebijakan Publik Untuk negara-negara berkembang . Jakarta. Hal 31
18
Theodore J Lowi. 2005. American Government Power and Purpose. WW Norton & Company. Dalam buku
Ramlan Surbakti. 2010. Memahami ilmu politik. Jakarta: PT. Grasindo. Hal. 246-247.

17

16

Universitas Sumatera Utara

2.

Kebijakan redistributif: kebijakan yang bersifat paksaan secara
langsung kepada warga negara, tetapi penerapannya melalui
lingkungan. Seperti pengenaan pajak secara progresif kepada sejumlah
orang yang termasuk kategori wajib pajak untuk memberikan manfaat
bagi orang lain melalui berbagai program pemerintah.

3.

Kebijakan distributif: kebijakan yang pengenaannya dilakukan secara
tidak langsung (jauh dari pengenaan paksaan secara fisik), tetapi
kebijakan tersebut diterapkan secara langsung terhadap individu.
Dalam kebijakan ini penggunaan anggaran belanja negara atau daerah
untuk memberikan manfaat secara langsung kepada individu, seperti
pendidikan dasar bebas biaya, subsidi energi BBM dan sebagainya.

4.

Kebijakan konstituen: kemungkinan paksaan secara fisik sangat jauh
dari kebijakan tersebut. Kebijakan ini dapat dikatakan sebagai
kebijakan sisa dari ketiga kebijakan diatas. Kebijakan ini mencakup
dua lingkup bidang yaitu urusan keamanan nasional dan keamanan
dan luar negeri.

Berdasarkan definisi-definisi kebijakan publik yang disebutkan di atas
termasuk ke dalam klasifikasi kebijakan sebagai keputusan karena definisi di atas
menitikberatkan kepada pemerintah sebagai aktor yang memiliki otoritas untuk
membuat keputusan, baik keputusan untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu yang berdampak pada kehidupan masyarakat.
1.6.1.2 Proses Pembuatan Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan dimulai dengan menganalisis masalah yang
harus diselesaikan melalui pembuatan kebijakan. Mengamati sebuah masalah
yang menjadi pokok pembahasan dalam kebijakan menjadikan sebuah kebijakan
menjadi tepat sasaran ataupun tidak menyimpang dari pemecahan permasalahan
yang diinginkan pada awalnya. Kegiatan dalam proses pembuatan kebijakan

17

Universitas Sumatera Utara

biasanya berkaitan dengan bagian politik dikarenakan lembaga – lembaga politik
sangat sering bersinggungan dengan proses ini. Proses pembuatan kebijakan
ditunjukkan melalui serangkaian tahap yang saling bergantung satu dengan yang
lain yang diatur menurut sesuai dengan urutan waktu, antara lain19 :
1. Penyusunan agenda
2. Penyusunan formulasi kebijakan
3. Pengadopsian kebijakan
4. Implementasi kebijakan
5. Penilaian/Evaluasi kebijakan.
Proses – proses tersebut diataslah yang kemudian menjadi rangkaian kritis
yang mengantarkan pembuatan kebijakan menjadi bisa diterima dan dilaksanakan
oleh semua kalangan dalam jangka waktu yang sesuai dengan kondisi serta dalam
lingkungan yang berbeda.

1.6.1.3 Analisis Kebijakan Publik
Suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi
sedemikian rupanya sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat
kebijakan dalam membuat keputusan20. Didalam menganalisis sebuah kebijakan
publik dapat diproses melalui sebuah proses untuk menguraikan dan mengkaji
unsur-unsur penting dalam sebuah kebijakan. Selain itu analisis kebijakan publik
juga untuk melahirkan sebuah alternatif baru yang dapat memberikan sebuah
solusi atas persoalan persoalan yang belum diselesaikan dari kebijakan tersebut.
Tindakan tindakan yang diambil dalam analisis kebijakan mungkin dapat dimulai
dengan menguraikan isu-isu seputar permasalahan yang ada sampai dengan
melakukan

evaluasi

terhadap

suatu

program

kebijakan

publik

secara

lengkap.Kebijakan publik diharapkam dapat menghasilkan informasi dan
19

Ibid. Hal 7
William.N.Dunn. 2003. Analisis Kebijakan Publik I. Yogyakarta . Gadjah Mada University Press. hal.95.

20

18

Universitas Sumatera Utara

argumen-argumen yang memiliki dasar logika yang jelas dan mengandung 3
macam tolak ukur utama yaitu :
1.

Nilai yang pencapainya mertupakan tolak ukur utama untuk melihat
apakah masalah telah teratasi

2.

fakta yang keberadaanya dapat membatasi atau meningkatkan
pencapaian nilai-nilai

3.

tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilainilai21.

Adapun pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan sesorang dalam
menganalisis sehingga memiliki dasar logika yang kuat yaitu pendekatan
empiris,valuatif dan normatif.

Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan Publik
Tabel 1.1
Pendekatan

Pertanyan Utama

Empiris

Adakah

dan

Tipe Informasi
adakah Deskriptif dan prediktif

(fakta)
Valuatif

Apa manfaatnya (nilai)

Valuatif

Normatif

Apakah yang harus di Preskriptif
perbuat (aksi)

Sumber : Analisis Kebijakan Publik. Wiliam N. Dunn Hal 98

Tabel diatas menjelaskan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam
menganalisis sebuah kebijakan publik. Pendekatan empirisi menekankan
penjelasan berbagai sebab dan akibat dari sebuah kebijakan publik. Pertanyaan
utama di dalam pendekatan empiris bersifat faktual dan informasi yang dihasilkan
bersifat deskriptif. Contohnya meramalkan, menjelaskan pengeluaran publik

21

Ibid, Hal 97

19

Universitas Sumatera Utara

untuk kesehatan, pendidikan atau jalan raya22. Sebaliknya, pendekatan valuatif
lebih menekankan terhadap penentuan bobot atau nilai yang terkandung didalam
kebijakan. Adapun pertanyaan dalam analisisnya adalah berapa nilai dan bobot
yang terkandung di dalam kebijakan tersebut, sehingga informasi yang dihasilkan
bersifat valuatif. Sebagai contoh, setelah memberikan informasi deskriptif
mengenai berbagai macam kebijakan perpajakan, analisis dapat mengevaluasi
berbagai cara yang berbeda dalam mendistribusikan beban pajak menurut
konsekuensi etis dan moral mereka. Dan yang terakhir adalah pendekatan
normatif yang menekankan terhadap rekomendasi serangkaian tindakan-tindakan
yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalah publik, pertanyaan dalam
pendekatan ini adalah yang berkenaan dengan tindakan yang diaplilkasikan dari
kebijakan publik tersebut. Sebagai contoh, kebijakan jaminan terhadap upah
minimum tahunan buruh yang dapat direkomendasikan sebagai cara untuk
menyelesaikan masalah kesejahterahan buruh saat ini.

1.6.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembuatan Kebijakan
Dalam perumusan kebijakan publik paling tidak terdapat sebanyak enam
faktor strategis yang biasanya mempengaruhi, factor-faktor tersebut meliputi :
1. Faktor Politik. Faktor ini perlu dipertimbangkan dalam perumusan suatu
kebijakan publik, karena dalam perumusan suatu kebijakan diperlukan
dukungan dari berbagai actor kebijakan (policy actors), baik aktor-aktor
dari pemerintah maupun dari kalangan bukan pemerintah (pengusaha,
LSM, asosiasi profesi, media massa, dan lain-lain).
2. Faktor ekonomi/financial. Faktro ini pun perlu dipertimbangkan terutama
apabila kebijakan tersebut akan menggunakan atau menyerap dana yang
cukup besar atau akan berpengaruh pada situasi ekonomi dalam suatu
daerah.

22
Thomas Dye. 1976. Police Analysis: What Governments Do Why They do it, and what Diffrence
Makes.Univesrity AL. The University of Alabama Press.

20

Universitas Sumatera Utara

3. Faktor administratif/organisatoris. Dalam perumusan kebijakan perlu pula
dipertimbangkan faktor administratif atau organisatoris yaitu apakah
dalam pelaksanaan kebijakan itu benar-benar akan didukung oleh
kemampuan administratif yang memadai, atau apakan sudah ada
organisasi yang akan melaksanakan kebijakan itu.
4. Faktor

teknologi.

Dalam

perumusan

kebijakan

publik

perlu

mempertimbangkan teknologi yaitu apakah teknologi yang ada dapat
mendukung apabila kebijakan tersebut diimplementasikan.
5. Faktor sosial, budaya dan agama. Faktor ini pun perlu dipertimbangkan,
misalnya apakah kebijakan tersebut tidak menimbulkan benturan sosial,
budaya, dan agama atau yang sering disebut masalah SARA.
6. Faktor pertahanan dan keamanan. Faktor pertahanan dan keamanan ini pun
akan berpengaruh dalam perumusan kebijakan, misalnya apakah kebijakan
yang akan dikeluarkan tidak mengganggu stabilitas keamanan suatu
daerah. .
1.6.2. Teori Upah
Upah adalah jumlah uang dari pengusaha yang dibayar kepada
pekerja/buruh sesuai dengan ketentuan perundang-undang. Upah sudah menjadi
pembahasaan yang hangat di Indonesia. Terbukti bagaimana pekerja melalui
serikat pekerja/buruh atau bahkan sektor rakyat lainnya tiap melakukan aksi
massa selalu mengeluh terkait rendahnya upah buruh yang membuat penghidupan
buruh semakin merosot.
Salah satu faktor produksi yang berpengaruh dalam kegiatan memproduksi
adalah tenaga kerja, dengan mengolah barang mentah menjadi barang jadi
maupun barang setengah jadi menjadi barang jadi atau dikenal dengan proses
produksi sehingga menghasilkan output yang yang diinginkan perusahaan.
Adanya pengorbanan yang dikeluarkan tenaga kerja untuk perusahaan maka
tenaga kerja berhak atas balas jasa yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja

21

Universitas Sumatera Utara

tersebut berupa upah. Sadono Sukirno membuat perbedaan diantara dua
pengertian upah 23:
1. Upah Nominal (upah uang) adalah jumlah uang yang diterima para pekerja
dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental dan fisik para
pekerja yang digunakan dalam proses produksi.
2. Upah Riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan
upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan para pekerja.
Pendapat lain dari Edwin B. Flippo menjelaskan, “a wage a price for the
service human being”, yang mana artinya adalah upah merupakan harga yang
diberikan oleh pemilik perusahaan kepada para karyawan atas dasar jasa yang
telah diberikan oleh karyawan24.
Dari defenisi diatas upah memiliki suatu maksud sebagai pengganti jasa
yang telah diserahkan kepada pihak lain atau majikan. Disini pekerja
menginginkan agar pekerjaan yang telah dihasilkan dihargai oleh pihak
perusahaan atau majikan
Tujuan pengupahan bagi pekerja diantaranya sebagai berikut.
1. Sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan.
2. Dengan pemberian upah dapat digunakan oleh pekerja untuk memenuhi
kebutuhannya sehari hari.
3. Dengan upah yang memadai dapat menjadi motivasi bagi karyawan untuk
bekerja secara efektif dan efisien. Adapun tujuan pengupahan bagi
perusahaan antara lain sebagai berikut.
a. Dengan pengupahan akan dapat meningkatkan produktivitas
perusahaan. Hal ini dikarenakan karyawan akan dapat konsentrasi
23

Sadono Sukirno. 2008. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Edwin Fillipo dalam Mohammed Kazannudin. 2007. “Pengaruh upah dan pengawasan terhadap
produktivitas karyawan(PT.Tonga tiur putra kragan Rembang)”. Jurnal fokus ekonomi. Vol.2 No.1 Juni
2007.hal 13

24

22

Universitas Sumatera Utara

penuh pada pekerjaan, sehingga dalam bekerja tidak terbebani
masalah tentang kelangsungan hidup mereka.
b. Dengan pengupahan akan mendapatkan keuntungan.
Adapun jenis-jenis upah dapat dikemukakan sebagai berikut :25
a. Yang dimaksud dengan upah nominal ialah sejumlah uang yang
dibayarkan kepada para buruh yang berhak secara tunai sebagai imbalan
atas pengerahan jasa-jasa atau pelayanannya sesuai dengan ketentuanketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja dibidang industri atau
perusahaan ataupun dalam suatu organisasi kerja, dimana kedalam upah
tersebut tidak ada tambahan atau keuntungan yang lain yang diberikan
kepadanya. Upah nominal ini sering disebut upah uang (money wages)
sehubungan dengan wujudnya yang memang berupa uang secara
keseluruhannya.
b. Upah nyata (Real Wages)
Yang dimaksud dengan upah nyata adalah upah uang yang nyata
yang benar-benar harus diterima oleh seseorang yang berhak. Upah nyata
ini ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang akan banyak tergantung
dari besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima dan besar atau kecilnya
biaya hidup yang diperlukan. Ada kalanya upah itu diterima dalam wujud
uang dan fasilitas atau in natura , maka upah nyata yang diterimanya yaitu
jumlah upah uang dan nilai rupiah dari fasilitas dan barang in natura
tersebut.
c. Upah hidup
Dalam hal ini upah yang diterima seorang buruh itu relatif cukup
untuk membiayai keperluan hidup yang lebih luas, yang tidak hanya
25

Kartasapoetra. 1992. Hukum Perburuhan di Indonesia Berlandaskan Pancasila. Jakarta. Sinar
Grafika. Hal 100

23

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan pokoknya saja yang dapat dipenuhi melainkan juga sebagian
dari kebutuhan sosial keluarganya, misalnya bagi pendidikan, bagi bahan
pangan yang memiliki nilai-nilai gizi yang lebih baik, iuran asuransi jiwa
dan beberapa lainnya lagi.
d. Upah minimum (Minimum Wages)
Sebagaimana pendapatan yang dihasilkan para buruh dalam suatu
perusahaan sangat berperan dalam hubungan perburuhan. Bertitik tolak
dari hubungan formal ini haruslah tidak dilupakan bahwa seorang buruh
adalah seorang manusia dan dilihat dari segi kemanusiaan, sewajarnyalah
kalau buruh itu mendapatkan penghargaan yang wajar dan atau
perlindungan yang layak. Dalam hal ini maka upah minimum sebaikya
dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidup buruh tersebut dan
keluarganya, walaupun dalam arti sederhana.
e. Upah wajar (Fair wages)
Upah wajar dimaksudkan sebagai upah yang secara relatif dinilai
cukup wajar oleh pengusaha dan para buruhnya sebagai uang imbalan atas
jasa-jasa yang diberikan buruh kepada pengusha atau perusahaan, sesuai
dengan perjanjian kerja diantara mereka. Upah wajar ini tentuya bervariasi
dan bergerak antara upah minimum dan upah hidup yang diperkirakan
oleh pengusaha cukup untuk mengatasi kebutuhan hidup buruh beserta
keluarganya.26 Upah wajar sangat bervariasi dan selalu berubah-ubah
antara upah minimum upah hidup, sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, yaitu:27
1. Kondisi negara pada umumnya.
2. Nilai upah rata didaerah dimana perusahaan itu berada.
26

Ibid, hal 102

27

Zaenal Asikin dkk. 2008. Dasar-Dasar Hukum Perburuhan . Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Hal. 91

24

Universitas Sumatera Utara

3. Peraturan perpajakan.
4. Standar hidup para buruh itu sendiri
5. Undang-undang mengenai upah khususnya.
6. Posisi perusahaan dilihat dari struktur perekonomian
negara.
Sementara dalam PP No.78 Tahun 2015 defenisi Upah adalah hak pekerja
atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja atau buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja buruh dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan jasa yang telah atau akan dilakukan28. Disini dapat kita
pahami bahwasanya upah adalah hak yang berarti yang harus didapatkan oleh
pekerja, dan dalam penetapannya bahwa upah harus segaris lurus dengan
kesejahterahan buruh atau pekerja, dilihat dari tingkat upah yang didapat mampu
memberikan kesejahteraan buruh dan keluarganya. Disini dapat kita tekankan
bahwa perumusan dan penetapan upah yang dilakukan dalam suatu bentuk
perjanjian antara pengusaha dan buruh tidak hanya upah seorang lajang
(Tidakberkeluarga).
Secara tidak langsung penguasaan pengusaha atas pekerja/buruh adalah
kewenangannya. Kerja buruh menghasilkan kekayaan bagi pengusaha yang
mengendalikan suatu perusahaan. Hubungan antara pengusaha-pekerja/buruh
tidak bias dilepaskan. Percepatan kapital di suatu negara seperti di Indonesia akan
meningkatkatkan upah pekerja/buruh. Mari kita andaikan suatu keadaan yang
lebih baik bila kapital produktif tumbuh maka permintaan kerja akan naik yang
ikut mempengaruhi upah buruh. Tetapi karena persaingan perusahaan-perusahan
,sehingga mendorong perusahaan besar cenderung bertahan karena dipengaruhi
kapital/modal. Sementara perusahaan kecil karena dampak persaingan banyak
yang bangkrut, akusisi atau merger diantara empat temboknya.
28

PeraturanPemerintah No.78 Tahun 2015 BAB I Pasal 1 ayat 1tentang defenisi Upah

25

Universitas Sumatera Utara

Kenaikan upah yang nyata bersyarat pada pertumbuhan cepat
kapital/modal produktif. Pertumbuhan cepat kapital produktif mengakibatkan
pertumbuhan yang sama cepatnya dalam kekayaan, kemewahan, kebutuhankebutuhan sosial, kenikmatan-kenikmatan sosial. Jadi walaupun kenikmatan
buruh telah meningkat, namun kepuasan sosial yang dipenuhinya telah berkurang
dalam perbandingan dengan kenikmatan kaum kapitalis yang meningkat, yang tak
dapat dicapai oleh buruh, dalam perbandingan dengan keadaan perkembangan
masyarakat pada umumnya. Hasrat dan kesukaan kita lahir dari masyarakat; oleh
sebab itu kita mengukurnya menurut masyarakat dan bukannya menurut bendabenda yang memuaskannya. Karena hasrat dan kesukaan itu bersifat sosial, maka
mereka bersifat relatif. Upah tidak semata-mata dihasilkan oleh komoditas yang
dapat menggantikan upah itu. Tetapi upah mengandung hubungan. Yang diterima
pekerja/buruh adalah yang pertama, sejumlah uang tertentu. Apakah upah itu
hanya ditentukan hanya dengan nilai uang dalam upah itu ? jadi harga uang kerja
tidak sesuai dengan upah riil artinya komoditas yang dihasilkan tidak sesuai
dengan upah yang diterima.
Karena itu, bila kita berbicara tentang naik atau turun upah kita harus ingat
tidak hanya akan harga kerja dalam bentuk uang, upah nominal. Tetapi baik upah
nominal, yaitu sejumlah uang yang untuk itu buruh menjual dirinya kepada kaum
kapitalis, maupun upah riil, yaitu jumlah komoditi yang dapat dibelinya dengan
uang itu, tidak menghabiskan hubungan-hubungan yang terkandung didalam upah
sehingga membuat keuntungan besar bagi kapitalis. Upah sangat dipengaruhi oleh
perbandingan keuntungan Pengusaha/kapitalis, laba kapitalis. Melalui pergantian
upah terhadap kerja, si kapitalis mendapatkan nilai baru dari pekerja/buruh
sebagai akumulasi modal.
1.6.4. Tinjauan Pustaka
Adapun yang menjadi Tinjauan pustaka dalam Penelitian ini adalah
sebagai berikut :

26

Universitas Sumatera Utara

1. “Upah buruh di Indonesia” yang ditulis oleh Abdullah Sulaiman29 : yang
didalamnya membahas dan menguraikan tentang pengupahan mulai dari
permulaan kemerdekaan yang dimana upah hanya sekedar pemenuhan
kebutuhan pokok seperti biaya makan, perumahan ,transportasi, kesehatan,
keamanan. Didalamya juga dibahas tentang Konvensi ILO (Indonesia
Labour Organization) yang pada akhirnya mendorong Indonesia untuk
melakukan penetapan upah minimum dan diberlakukannya perlindungan
upah bagi laki-laki dan perempuan.
Tuntutan buruh mendesak kenaikan upah tersebut juga mendorong
Pemerintah meratifikasi beberapa konvensi ILO tahun 1954 antara lain
UU No.49 Tahun 1954 tentang berlakunya hak-hak dasar untuk
berorganisasi dan berunding bersama terkait penetapan upah. Akan tetapi
hingga tahun 2003 posisi serikat buruh belum mampu mendorong secara
konkret pemerintah dalam menetapkan upah yang layak, karena meskipun
serikat buruh terlibat dalam penetapan upah dengan majikan atau
pengusaha, akan tetapi masih saja ditentukan sepihak oleh pemerintah
dengan legitimasi kebijakan yang ada. Kemudian didalam buku ini juga
dibahas mengenai persoalan buruh tentang pelarangan mogok buruh
berdasarkan Kepres No.123 Tahun 1963. Kemudian pada masa
Industrialisasi antara rentang 1996-1997 penetapan upah dipengaruhi oleh
faktor