efektivitas pembuatan sabun ekstrak daun kecombrang (eTLINGERA eLATIOR) sebagai repellent nyamuk aEDES aEGEPTY tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes spp. merupakan vektor utama dari demam berdarah dengue

(DBD) yang terdiri dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Kedua jenis nyamuk ini
terdapat hampir semua di pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan
ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut
suhu udara rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan
berkembangbiak (Siregar, 2004).
Tempat perindukan Aedes spp adalah di dalam rumah dan diluar rumah,
nyamuk Aedes aegypti biasa aktif di dalam rumah biasanya hinggap dibaju – baju
yang bergantungan dan berada di tempat yang gelap seperti di bawah tempat tidur,
dan mempunyai ciri pada tubuhnya tampak bercak hitam putih bila di lihat dengan
kaca pembesar di sisi kanan kiri punggungnya tampak dua garis berwarna putih,
suka bertelur di air yang bersih seperti di tempayan, bak mandi, vas bunga segar
yang berisi air dan lain nya dan menetas di dinding bejana air, telur ( jentik )
nyamuk Aedes aegypti bisa bertahan 2-3 bulan. Sedangkan nyamuk Aedes
albopiktus biasanya aktif di luar rumah dan banyak terdapat di kebun (

pekarangan rumah) misalnya pada kaleng-kaleng bekas,botol plastik, ban mobil
bekas, tempurung dan pelepah kelapa, bambu pagar dan lain nya yang
menampung air hujan di halaman rumah. Cirinya hampir sama dengan nyamuk
Aedes aegypti bila di lihat dengan kaca pembesar ( mikroskop ) tampak di

7

8

medium punggung nya ada garis putih, waktu menggigit nya juga sama pada pagi
dan sore hari (Kesuma hadi, 2009).
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk
betina yang mengisap darah. Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia
pada siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun di luar rumah.
Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak waktu
yaitu setelah matahari terbit (08.00 - 10.00) dan sebelum matahari terbenam
(15.00 – 17.00). Nyamuk betina mengisap darah dengan tujuan untuk
mendapatkan protein untuk memproduksi telur sedangkan nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan
(Djunaedi, 2006).

2.1.1

Taksonomi Aedes aegypti
Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut:

Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Subphylum

: Uniramia

Kelas

: Insekta


Ordo

: Diptera

Subordo

: Nematosera

Familia

: Culicidae

Sub family

: Culicinae

Tribus

: Culicini


Genus

: Aedes

9

Spesies

: Aedes aegypti

(Djakaria S, 2004)
2.1.2

Morfologi Aedes aegypti
Secara umum nyamuk Aedes aegypti sebagaimana serangga lainnya

mempunyai tanda pengenal sebagai berikut (Sudarto,1972):
a.


Terdiri dari tiga bagian, yaitu : kepala, dada, dan perut

b.

Pada kepala terdapat sepasang antena yang berbulu dan moncong yang
panjang (proboscis) untuk menusuk kulit hewan/manusia dan menghisap
darahnya.

c.

Pada dada ada 3 pasang kaki yang beruas serta sepasang sayap depan dan
sayap belakang yang mengecil yang berfungsi sebagai penyeimbang
(halter).
Aedes aegypti dewasa berukuran kecil dengan warna dasar hitam. Pada

bagian dada, perut, dan kaki terdapat bercak – bercak putih yang dapat dilihat
dengan mata telanjang. Pada bagian kepala terdapat pula probocis yang pada
nyamuk betina berfungsi untuk menghisap darah, sementara pada nyamuk jantan
berfungsi unutk menghisap bunga. Terdapat pula palpus maksilaris yang terdiri
dari 4 ruas yang berujung hitam dengan sisik berwarna putih keperakan. Pada

palpus maksilaris Aedes aegypti tidak tampak tanda – tanda pembesaran, ukuran
palpus maksilaris ini lebih pendek dibandingkan dengan proboscis. Sepanjang
antena terdapat diantara sepasang dua bola mata, yang pada nyamuk jantan
berbulu lebat (Plumose) dan pada nyamuk betina berbulu jarang (pilose)
(Sudarto,1972).

10

Dada nyamuk Aedes aegypti agak membongkok dan terdapat scutelum
yang berbentuk tiga lobus. Bagian dada ini kaku, ditutupi oleh scutum pada
punggung (dorsal), berwarna gelap keabu - abuan yang ditandai dengan bentukan
menyerupai huruf Y yang ditengahnya terdapat sepasang garis membujur
berwarna putih keperakan. Pada bagian dada ini terdapat dua macam sayap,
sepasang sayap kuat pada bagian mesotorak dan sepasang sayap pengimbang
(halter) pada metatorak. Pada sayap terdapat saliran trachea longitudinal yang
terdiri dari chitin yang disebut venasi. Venasi pada Aedes aegypti terdiri dari vena
costa, vena subcosta, dan vena longitudinal (Sudarto,1972).
Terdapa tiga pasang kaki yang masing – masing terdiri dari coxae,
trochanter, femur, tibia dan lima tarsus yang berakhir sebagai cakar. Pada
pembatas antara prothorax dan mesothorax, dan atara mesothorax dengan

metathorax terdapat stigma yang merupakan alat pernafasan (Sudarto,1972).
Bagian perut nyamuk Aedes aegypti berbentuk panjang ramping, tetapi
pada nyamuk gravid (kenyang) perut mengembang. Perut terdiri dari sepuluh ruas
dengan ruas terakhir menjadi alat kelamin. Pada nyamuk betina alat kelamin
disebut cerci sedang pada nyamuk jantan alat kelamin disebut hypopigidium.
Bagian dorsal perut Aedes aegypti berwarna hitam bergaris – garis putih, sedang
pada bagian ventral serta lateral berwarna hitam dengan bintik – bintik putih
keperakan (Sudarto,1972).

11

2.1.3

Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu mengalami

perubahan bentuk morfologi selama hidupnya dari stadium telur berubah menjadi
stadium larva kemudian menjadi stadium pupa dan menjadi stadium dewasa.

Gambar 2.1 Daur Hidup Aedes aegypti

Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan
ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar yang
hitam dengan bintik putih pada bagian badannya terutama pada bagian kakinya
(Depkes RI, 2007).
1.

Stadium telur Aedes aegypti
Seekor nyamuk betina rata – rata dapat menghasilkan 100 butir telur setiap

kali bertelur dan akan menetas menjadi larva dalam waktu 2 hari dalam keadaan
telur terendam air. Telur Aedes aegypti berwarna hitam, berbentuk ovale, kulit
tampak garis – garis yang menyerupai sarang lebah, panjang 0,80 mm, berat
0,0010 - 0,015 mg. Telur Aedes aegypti dapat bertahan dalam waktu yang lama

12

pada keadaan kering. Hal tersebut dapat membantu kelangsungan hidup spesies
selama kondisi iklim yang tidak memungkinkan (Depkes RI, 2007).
Pada umumnya nyamuk Aedes aegypti akan meletakan telurnya pada suhu
sekitar 20° sampai 30°C. Pada suhu 30°C, telur akan menetas setelah 1 sampai 3

hari dan pada suhu 16°C akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur nyamuk Aedes
aegypti sangat tahan terhadap kekeringan (Sudarmaja JM dan Mardihusodo,
2009).
Pada kondisi normal, telur Aedes aegypti yang direndam di dalam air akan
menetas sebanyak 80% pada hari pertama dan 95% pada hari kedua. Berdasarkan
jenis kelaminnya, nyamuk jantan akan menetas lebih cepat dibanding nyamuk
betina, serta lebih cepat menjadi dewasa. Faktor – faktor yang mempengaruhi
daya tetas telur adalah suhu, pH air perindukkan, cahaya, serta kelembaban
disamping fertilitas telur itu sendiri (Soedarto, 1992).

Gambar 2.2 Telur Aedes aegypti

13

2.

Stadium Larva Aedes aegypti
Larva nyamuk Aedes aegypti selama perkembangannya mengalami 4 kali

pergantian kulit larva instar I memiliki panjang 1-2 mm, tubuh transparan, siphon

masih transparan, tumbuh menjadi larva instar II dalam 1 hari. Larva intar II
memiliki panjang 2,5-3,9 mm, siphon agak kecoklatan, tumbuh menjadi larva
instar III selama 1-2 hari. Larva instar III berukuran panjang 4-5 mm, siphon
sudah berwarna coklat, tumbuh menjadi larva instar IV selama 2 hari. Larva instar
IV berukuran 5-7 mmm sudah terlihat sepasang mata dan sepasang antena,
tumbuh menjadi pupa dalam 2-3 hari. Umur rata – rata pertumbuhan larva hingga
pupa berkisar 5-8 hari. Posisi istirahat pada larva ini adalah membentuk sudut 450
terhadap bidang permukaan air (Depkes RI, 2007).

Gambar 2.3 Larva Aedes aegypti

14

3.

Stadium Pupa Aedes aegypti
Pada stadium pupa tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu cephalothorax yang

lebih besar dan abdomen. Bentuk tubuh membengkok. Pupa tidak memerlukan
makan dan akan berubah menjadi dewasa dalam 2 hari. Dalam pertumbuhannya

terjadi proses pembentukan sayap, kaki dan alat kelamin (Depkes RI, 2007).

Gambar 2.4 Pupa Aedes aegypti
4.

Nyamuk dewasa Aedes aegypti
Tubuh nyamuk dewasa terdiri dari 3 bagian, yatu kepala (caput), dada

(thorax) dan perut (abdomen). Badan nyamuk berwarna hitam dan memiliki
bercak dan garis – garis putih dan tampak sangat jelas pada bagian kaki dari
nyamuk Aedes aegypti. Tubuh nyamuk dewasa memiliki panjang 5 mm. Pada
bagian kepala terpasang sepasang mata majemuk, sepasang antena dan sepasang
palpi, antena berfungsi sebagai organ peraba dan pembau. Pada nyamuk betina,
antena berbulu pendek dan jarang (tipe pilose), sedangkan pada nyamuk jantan,
antena berbulu panjang dan lebat (tipe plumose). Thorax terdiri dari 3 ruas, yaitu
prothorax, mesotorax, dan methatorax. Pada bagian thorax terdapat 3 pasang kaki

15

dan pada ruas ke 2 (mesothorax) terdapat sepasang sayap. Abdomen terdiri dari 8
ruas dengan bercak putih keperakan pada masing – masing ruas. Pada ujung atau
ruas terakhir terdapat alat kopulasi berupa cerci pada nyamuk betina dan
hypogeum pada nyamuk jantan (Depkes RI, 2007).
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1:1, nyamuk jantan
keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk
jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar
dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung
mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya
sekali kawin. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya mempunyai probosis panjang
untuk menembus kulit dan penghisap darah. Sedangkan pada nyamuk jantan,
probosisnya berfungsi sebagai pengisap sari bunga atau tumbuhan yang
mengandung gula. Nyamuk Aedes aegypti betina umumnya lebih suka menghisap
darah manusia karena memerlukan protein yang terkandung dalam darah untuk
pembentukan telur agar dapat menetas jika dibuahi oleh nyamuk jantan. Setelah
dibuahi nyamuk betina akan mencari tempat hinggap di tempat tempat yang agak
gelap dan lembab sambil menunggu pembentukan telurnya, setelah menetas
telurnya diletakkan pada tempat yang lembab dan basah seperti di dinding bak
mandi, kelambu, dan kaleng - kaleng bekas yang digenangi air (Hoedojo R dan
Zulhasril, 2008).

16

Gambar 2.5 Aedes aegypti dewasa
2.1.4.1.1
1.

Tempat Perkembangbiakan

Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat menampung air guna
keperluan sehari – hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC dan
ember.

2.

Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat – tempat yang
biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari
– hari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas,
botol, pecahan gelas, vas bunga dan perangkap semut.

3.

Tempat penampungan air alami (TPA alami) seperti lubang pohon, lubang
batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang
dan potongan bambu.

17

2.1.5
1.

Bionomik Nyamuk Aedes aegypti

Perilaku makan
Aedes aegypti sangat antropofilik, walaupun ia juga bisa makan dari

hewan panas lainnya. Sebagai hewan diurnal, nyamuk betina memiliki dua
periode aktivitas menggigit, pertama dipagi hari selama beberapa jam setelah
matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas
menggigit dapat beragam, bergantung lokasi dan musim. Jika masa makannya
terganggu, Aedes aegypti dapat menggigit lebih dari satu orang. Perilaku ini dapat
memperbesar penyebaran epidemi. Aedes aegypti biasanya tidak menggigit pada
malam hari, tetapi akan menggigit saat malam di kamar yang terang (WHO,2001).
2.

Perilaku istirahat
Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap,

lembab, dan

tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk di kamar tidur, kamar
mandi, kamar kecil, maupun di dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar
rumah, di tumbuhan, atau di tempat berlindung lainnya. Di dalam ruangan,
permukaan istirahat yang mereka suka adalah di bawah furnitur, benda yang
tergantung seperti baju dan gordyn, serta dinding (WHO,2001).
3.

Jarak terbang
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh

beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi
tampaknya terbatas sampai pada jarak 100 meter dari lokasi kemunculan. Akan
tetapi, penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan nyamuk ini dapat menyebar
lebih dari 400 meter terutama untuk mencapai lokasi bertelur (WHO,2001).

18

4.

Lama Hidup
Aedes aegypti dewasa memiliki rata – rata lama hidup hanya delapan hari.

Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, resiko penyebaran
virus semakin besar (WHO,2001).
2.1.6

Demam Berdarah Dengue
Nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di

daerah pedesaan) merupakan vektor utama penyakit DBD. Penyakit DBD
disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B yaitu Arthropod borne
virus atau virus yang disebarkan oleh arthropoda. Virus ini termasuk genus
flavivirus dari famili flaviviridae. Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk,
virus memasuki aliran darah manusia untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak
diri).
Sebagai perlawanan tubuh akan membentuk antibodi, selanjutnya akan
terbentuk antigen – antibodi. Kompleks antigen – antibodi tersebut akan
melepaskan zatzat yang merusak sel – sel pembuluh darah, yang disebut dengan
proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat
yang salah satunya ditujukan dengan melebarnya pori – pori pembuluh darah
kapiler. Hal itu mengakibatkan bocornya sel – sel darah, antara lain trombosit dan
eritrosit.
Akibatnya tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai
perdarahan hebat pada kulit, saluran cerna, saluran pernapasan, dan organ vital
yang sering menyebabkan kematian. Pasien penyakit DBD umumnya disertai
dengan gejala demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, manifestasi

19

perdarahan pada tes rumple leed, mulai dari petekie sampai perdarahan spontan
seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah hitam; hasil pemeriksaan
trombosit menurun (normal : 150.000-300.000 μL dan hematokrit meningkat
(normal pria