Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011-2013

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Rambut

2.1.1

Anatomi rambut
Rambut adalah struktur keratin memanjang yang berasal dari invaginasi

epitel epidermis. Rambut ditemukan di seluruh tubuh kecuali di telapak tangan,
telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minor. Infundibulum adalah
lubang folikel sebasea untuk saluran masuk. Isthmus adalah saluran sebasea yang
masuk ke penyisipan otot pili arrector. Otot penegak rambut (muskulus arrektor
pili) terdiri dari otot polos. Kontraksi menyebabkan ereksi dari batang rambut dan
dapat menyebabkan ‘merinding’. Titik penyisipan pili arrector disebut sebagai
tonjolan. Daerah ini merupakan lokasi dari sel-sel induk folikel. Bagian bawah
yaitu umbi rambut terdapat matriks dan papila. Melanosit yang terletak di matriks
menghasilkan warna rambut. Papila dermal terdiri dari kelompok khusus
fibroblast dan memiliki tindakan induktif pada epidermis mempromosikan

proliferasi dan differensiasi (Shapiro, 2010).
Inner root sheath adalah sebuah tabung silinder kaku. Ini berkembang
sebelum rambut di dalamnya dan fungsi utamanya adalah untuk membentuk
rambut. Rambut akan hancur pada tingkat kelenjar sebasea. Outer root sheath
berasal dari dan sambung dengan epidermis. Fungsinya tidak diketahui dan ini
tidak mengambil bagian dalam pembentukan rambut (Shapiro, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Gambar struktur folikel rambut
Dikutip dari : Amirlak, 2013

Komposisi kimia rambut yang utama adalah protein yaitu 65-95%.
Rambut meningkat pada masa pubertas dan kemudian menurun seiring
bertambahnya usia. Elemen seperti Cu, Cd, Cr, Hg, Pb, An juga terdapat pada
rambut. Rambut berasal dari sumber eksogen (kosmetik, polusi udara) atau
sumber endogen (matriks, papilla, sebasea dan kelenjar keringat) (Shapiro, 2010).
Rambut dapat terbagi atas dua jenis yaitu rambut velus dan rambut
terminal. Pada badan fetus dijumpai rambut halus yaitu rambut lanugo. Rambut
lanugo kemudian akan digantikan oleh rambut velus dan rambut terminal. Rambut

velus adalah rambut halus, sedikit mengandungi pigmen, berwarna terang.

Universitas Sumatera Utara

Rambut velus terdapat hampir diseluruh tubuh. Rambut velus diproduksi oleh
folikel-folikel rambut yang kecil yang ada di lapisan dermis dengan diameter <
0,03 mm. Rambut terminal adalah rambut yang kasar, tebal dan berwarna gelap
karena mengandungi pigmen yang banyak. Rambut terminal terdapat di kepala,
alis mata, bulu mata, ketiak dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi
oleh folikel-folikel rambut yang besar yang ada di lapisan subkutis dengan
diameter > 0,03 mm (Soepardiman, 2010).
Pada bagian luar, penampang rambut terdiri atas kutikula, medula dan
korteks. Kutikula terdiri atas lapisan keratin. Terdapat 6-8 lapisan sel kutikula,
tumpan tindih seperti genteng, margin bebas selalu mengarah ke atas. Poros yang
tebal (> 0,06 mm) adalah rambut terminal kasar dan poros yang tipis (< 0,03 mm)
adalah bulu-bulu halus velus. Kutikula berfungsi untuk perlindungan dari
kekeringan dan pengaruh lain dari luar. Korteks terdiri atas serabut polipeptida
dan mengandungi pigmen. Medula terdiri atas 3- 4 lapis sel kubus (berisi
keratohialin, badan lemak dan rongga udara). Medula tidak dijumpai pada rambut
velus (Soepardiman, 2010).


2.1.2

Fisiologi Rambut
Rambut berperan penting dalam pengaturan suhu tubuh dan sebagai alat

perasa. Rambut memelihara pengeluaran keringat, peredaran darah dan pengaruh
susunan saraf. Pori-pori rambut akan mengatur saiznya mengikut kondisi luar.
Jika kondisinya panas maka porinya akan membesar dan mengeluarkan keringat
yang banyak. Pada kondisi dingin, pori akan mengecil dan menampung suhu
tubuh. Sentuhan terhadap kulit dapat dirasa dengan adanya rambut. Rambut
sensitif terhadap sentuhan. Semakin banyak kelebatan rambut, semakin peka
terhadap sentuhan (Kusumadewi, 2002).

2.1.3

Siklus Pertumbuhan Folikel Rambut
Folikel rambut tidak terus-menerus tumbuh, kecuali folikel janggut dan

kulit kepala. Siklus pertumbuhan folikel rambut mempunyai tiga masa yaitu masa

anagen, masa katagen dan masa telogen. Fase pertumbuhan berbeda mengikut

Universitas Sumatera Utara

tempat dan umur serta dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan patologis. Masa
anagen adalah fase pertumbuhan. Fase ini berlangsung selama 3 tahun dengan
batasan 2-6 tahun. Sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru. Sel-sel
baru akan mendorong sel-sel tua ke atas. 90% dari 100.000 folikel rambut kepala
kulit normal akan mengalami fase ini. Fase aktif pertumbuhan folikel rambut di
kepala adalah 1000 hari dan di kening adalah 28 hari. Masa katagen adalah fase
peralihan. Fase ini berlangsung selama 2-3 minggu. Fase peralihan dimulai dari
penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut
menyempit dan bagian bawahnya melebar mengalami pertandukan sehingga
terbentuk gada (club). Masa telogen adalah fase istirahat. Fase ini berlangsung
selama 100 hari (3-5 bulan). Selama fase ini, rambut akan mengalami kerontokan.
Sel epitel akan memendek dan membuat rambut baru bentuk tunas kecil. Rambut
gada akan didorong ke luar. 50-100 lembar rambut rontok dalam setiap hari
(Shapiro, 2010).

Gambar 2.2. Gambar siklus pertumbuhan rambut

Dikutip dari : Furdon, 2003

Universitas Sumatera Utara

Masa anagen berkisar berlangsung selama 1000 hari dan masa telogen
berlangsung selama 100 hari. Rasio antara anagen dan telogen di kepala adalah
9:1 dan di kening adalah 1:9. Normalnya di kepala mempunyai 100.000 folikel
rambut. Folikel rambut akan semakin berkurang dari bayi hingga umur tiga
puluhan karena meningkatnya keluasan kepala. Pada umur lima puluhan folikel
rambut akan makin berkurang dan warnanya akan berkurang dan akhirnya
menjadi putih. Warna rambut perang dan merah mempunyai jumlah yang kurang
berbanding dengan warna rambut hitam. Warna rambut ditentukan oleh pigmen
melanin pada rambut (Shapiro, 2010).

2.1.4

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut
Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan rambut:

2.1.4.1 Faktor Fisiologis

a.

Hormon

Hormon seperti androgen, estrogen, tiroksin dan kortikosteroid berperan
penting

dalam

mempengaruhi

pertumbuhan

rambut.

Androgen

akan

mempercepatkan pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut, ketiak,

dada dan rambut kasar yang lain. Pada penderita alopesia androgenik, androgen
akan memperkecilkan diameter batang dan memperkecil waktu pertumbuhan
rambut anagen. Pada wanita dapat menyebabkan hirsutisme. Estrogen bisa dapat
memperlambat

pertumbuhan

rambut

tetapi

memperpanjangkan

anagen

(Soepardiman, 2010).

b.

Nutrisi


Nutrisi juga memainkan peranan penting dalam pertumbuhan rambut.
Malnutrisi protein dan kalori akan menyebabkan rambut menjadi kering, suram,
dan kehilangan pigmen setempat. Kekurangan vitamin B12, asam folat dan zat
besi bisa menyebabkan rambut rontok (Soepardiman, 2010).

Universitas Sumatera Utara

c.

Umur

Pertumbuhan rambut berbeda dengan umur. Masa dalam kandungan, janin
akan mengalami masa anagen. Pada masa lahir, setelah beberapa minggu rambut
pada janin akan rontok. Pada masa balig, pertumbuhan rambut pada ketiak dan
tempat kemaluan akan meningkat karena meningkatnya hormon seks. Namun
rambut di kepala akan rontok. Pada masa kehamilan, tiga bulan pertama, jumlah
rambut telogen akan berada dalam batas normal tetapi akan menurun hingga 10%
pada masa kehamilan tua. Setelah tiga bulan melahirkan, folikel-folikel rambut
kepala ibu akan beralih ke fase telogen. Pada masa tua, laki-laki dan perempuan

akan mengalami kerontokan rambut. Fase anagen akan menjadi singkat dan
rambut rontok akan meningkat (Kusumadewi, 2002).

d.

Vaskularisasi

Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut tetapi bukan
penyebab utama pada gangguan kerontokan rambut. Pengaruh pada pertumbuhan
rambut terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh darah di bawah folikel
rambut sebelum mengalami perubahan (Suling, 2012).

2.1.4.2 Faktor patologis
a.

Peradangan sistemik / setempat

Kuman lepra akan menyebabkan kulit mengalami atropi dan folikel
rambut rusak. Akhirnya terjadi kerontokan alis mata dan bulu mata (madarosis).
Pada penyakit sifilis stadium 2, rambut akan menipis secara rata atau setempat

secara tidak rata. Keadaan ini disebut moth eaten appearance. Infeksi jamur pada
kulit kepala dan rambut akan menyebabkan kerusakan pada batang rambut dan
akan menyebabkan kerontokan rambut (Suling, 2012).

b.

Obat

Obat

antineoplasma

(kolkisin))

akan

(bleomisin,

menghalangi


endoksan,

pembentukan

vinkristin,

batang

rambut

antimitotik
yang

akan

menyebabkan rambut rontok. Obat logam berat (thalium, merkuri dan arsen) akan

Universitas Sumatera Utara

terikat pada

grup sulfhidril dalam keratin rambut yang akan mempengaruhi

pertumbuhan rambut (Suling, 2012).

c.

Bahan-bahan kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam berbagai jenis proses styling
seperti pelurusan, pengeritingan dan pewarnaan mengakibatkan kerusakan pada
rambut seperti rambut kering, rambut kasar dan rambut bercabang serta kelainan
pada kulit kepala seperti rasa terbakar, rasa gatal dan kulit kepala bersisik. Radiasi
akibat proses styling yang berlebihan juga mengakibatkan kerusakan rambut
seperti rambut bercabang, rambut rontok, rambut kering dan rambut kasar. Bahanbahan kimia seperti PPD, amonia, hidrogen peroksida, anilin yang terdapat dalam
proses pewarnaan rambut dapat menyebabkan kerusakan pada rambut seperti
rambut kusam, rambut kering, rambut rontok, rambut kasar, rambut bercabang
dan rambut mudah patah. Selain itu, pewarnaan rambut juga dapat menyebabkan
kelainan pada kulit kepala seperti rasa gatal, rasa terbakar, kulit kepala bersisik,
kemerahan, bengkak, dan luka. Pemilihan shampoo dan kondisioner yang tidak
cocok dengan jenis rambut juga bisa menyebabkan terjadinya kerusakan rambut
seperti rambut mudah patah, rambut kering, rambut kasar dan rambut rontok.
Jenis bahan kimia seperti amonium tioglikolat dan amonium bikarbonat yang
ditambahkan pada alkali kurl merusakan batang rambut dan akan bertindak keras
pada permukaan rambut (Jusuf, 2014).

2.1.5

Kelainan pada Rambut
Kelainan pada rambut dapat terjadi akibat pengaruh faktor fisiologis dan

patologis. Klasifikasi kelainan pada rambut adalah gangguan siklus folikel
rambut, perubahan folikel rambut yang tidak

dikehendaki, regenerasi folikel

rambut yang tidak sempurna, defek pada struktur batang rambut, kesalahan
pertumbuhan folikel rambut, dan kombinasi dari semua. Pada gangguan pada
siklus folikel rambut, terjadinya kasus-kasus seperti telogen efluvium, alopesia
areata, alopesia androgenik, alopesia yang diinduksi kemoterapi. Telogen
efluvium adalah keadaan dimana rambut dalam fase telogen terlepas lebih banyak

Universitas Sumatera Utara

dari normal seperti 150 jadi 400 lembar sehari. Telogen effluvium bisa terjadi
akibat menderita demam tinggi. Alopesia areata adalah kehilangan rambut yang
cepat dan komplit sehingga terbentuk berak satu atau lebih, berupa bulatan atau
oval, biasanya di kepala dan tempat berambut lain (alis mata, kumis, badan). Pada
kasus alopesia androgenik, hirsutisme, hipertrikosis terjadinya perubahan pada
folikel rambut yang tidak dikehendaki. Alopesia androgenik dapat terbagi kepada
dua yaitu pada laki-laki dan pada wanita. Pada laki-laki dikenali sebagai male
pattern alopecia. Pada wanita dikenali sebagai female pattern alopecia.
Terjadinya kerontokan rambut akibat pengaruh hormon. Regenerasi folikel
rambut yang tidak sempurna akan menyebabkan kasus seperti alopesia sikatrikal
(liken planopilaris), alopesia karena traksi, alopesia karena radiasi, folliculitis
decalvans dan SLE kronis. Folikulitis adalah inflamasi folikel rambut akibat
infeksi. Defek pada struktur batang rambut seperti gangguan pada batang rambut
akan menyebabkan monilethrix, pili torti, dan trikotiodistrofi. Kesalahan
pertumbuhan folikel rambut menyebabkan Aplasia cutis congenital dan dysplasia
ectodermal. Kelainan pada rambut bisa juga terjadi akibat kombinasi dari semua
kelainan di atas (Harrison, 2003).
Penyakit tertentu juga memiliki peranan yang cukup besar yang
menyebabkan rambut rontok seperti penyakit kanker, diabetes mellitus, systemic
lupus erythematosus (SLE), penyakit kronis dan degeneratif lainnya yang masuk
dalam stadium lanjut. Perubahan dan ketidak seimbangan hormon tubuh juga
memiliki peranan aktif dalam masalah rambut rontok. Perubahan hormon ini
dapat terjadi pada seorang wanita yang sedang dalam masa kehamilan, seseorang
yang memasuki masa menopause, efek samping pemakaian pil kontrasepsi dan
ketidak seimbangan kelenjar tiroid (Soepardiman, 2010).
Pada umumnya, rambut rontok mengalami kerontokan 50-100 helai setiap
harinya. Dibandingkan rambut yang berjumlah 100.000 helai di setiap kepala,
tetapi tidak menyebabkan penipisan rambut berlebih. Rambut yang mulai menipis
biasanya disebabkan oleh faktor usia yang semakin bertambah. Jika rambut yang
rontok lebih banyak daripada rambut yang tumbuh, dan jika rambut tumbuh lebih
tipis dibanding rambut yang rontok pada bagian tertentu (Suling, 2012).

Universitas Sumatera Utara

2.2

Pewarnaan Rambut

2.2.1 Sejarah Pewarnaan Rambut
Saat ini pewarnaan rambut sangat populer. Tidak hanya wanita, kaum priapun telah memiliki kecenderungan yang meningkat dalam penggunaan bahan
pewarna ini. Pewarna rambut yang aman pertama kali di-komersilkan pada tahun
1909 oleh seorang kimiawan asal Perancis, Eugene Schuller (Carbett, 1988).
Proses pewarnaaan pada rambut sebetulnya terjadi karena adanya reaksi
kimia antara molekul rambut dengan zat pewarna rambut. Reaksi pada umumnya
merupakan reaksi oksidasi. Rambut pada dasarnya adalah keratin, yaitu sejenis
protein yang juga sama ditemukan pada kulit dan kuku. Warna alami pada rambut
bergantung pada perbandingan dan jumlah dari dua jenis protein yang terkandung
di dalamnya. Dua jenis protein tersebut bernama eumelanin dan phaeomelanin.
Eumelanin adalah zat yang berperan pada pewarnaan rambut coklat ke corak
hitam sedangkan phaeomelanin berperan pada pewarnaan rambut keemasan,
pirang, dan merah. Ketidakikutsertaan salah satu dari melanin tersebut akan
mengakibatkan warna putih atau abu-abu pada rambut. Manusia telah mewarnai
rambut mereka sejak ribuan tahun yang lalu dengan menggunakan tumbuhan dan
mineral alami, contohnya inai, kerak biji kacang kenari, dan cuka (vinegar)
(Carbett, 1988).
Para arkeologi menemukan bahwa cat rambut atau pewarna rambut telah
digunakan sejak masa Neanderthal, dimana manusia waktu itu menggunakan
berbagai sarana untuk mengubah warna rambut dan kulit. Orang-orang Galia
Kuno dan Saxon juga mengecat rambut mereka untuk menunjukkan peringkat
atau status sosialnya. Sedangkan orang Babilonia menaburkan debu emas untuk
mengubah warna rambut mereka. Pada zaman Mesir Kuno, Yunani dan Romawi,
tanaman dan hewan dijadikan bahan untuk mewarnai rambut. Biasanya bahanbahan tersebut ditujukan untuk menggelapkan warna rambut (Shapiro, 2001).
Menjelang tahun 1800-an, perak nitrat digunakan sebagai pewarna rambut
yang ditujukan untuk menggelapkan, hingga rambut pemakainya berwarna
keunguan. Warna ungu itu kemudian mengarah pada penciptaan pewarna rambut
sintetis pertama, ketika pada tahun 1800-an ahli kimia menemukan PPD dan

Universitas Sumatera Utara

penggunaannya dalam pembuatan zat warna sintetis. Pada waktu itu pula,
hidrogen peroksida ditemukan, dan dinyatakan sebagai bahan kimia yang lembut
dan aman untuk pewarnaan rambut (Bolduc, 2001).

2.2.2

Proses Pewarnaan Rambut
Pigmen alami pada umumnya bekerja dengan cara mengecat tangkai

rambut dengan warna. Beberapa pewarna alami digunakan dengan cara yang sama
seperti shampoo namun tidak membutuhkan waktu yang lama dan kepekatan yang
tinggi seperti pada formula sintetis modern. Permasalahannya adalah sulit untuk
mendapatkan hasil yang sama persis jika menggunakan bahan alami, ditambah
lagi karakteristik beberapa orang yang alergi terhadap ramuan tradisional (Bolduc,
2001).
Sedangkan pewarna sintetis bekerja berdasarkan proses oksidasi. Dalam
beberapa kasus, pigmen warna buatan masuk kedalam tangkai rambut dan
membentuk kompleks yang lebih besar di dalam tangkainya. Pewarna sintetis
biasanya bersifat sementara. Hal ini terjadi karena pewarna rambut tidak banyak
mengandung amonia yang menyebabkan tangkai rambut bagian atas tidak terbuka
selama proses pewarnaan rambut, sehingga sebenarnya pewarna rambut yang
alami lebih mampu menahan produk pencuci atau shampoo jauh lebih baik
(Shapiro, 2001).
Bahan pemutih biasa digunakan untuk memberikan kesan bercahaya pada
rambut. Reaksi pemutih dengan melanin di dalam rambut merupakan reaksi yang
bersifat irreversible. Zat pemutih mengoksidasi molekul melanin. Namun,
melanin masih tetap dapat ditemukan dalam bentuk hasil oksidasi yang telah
berganti warna. Walau telah dioksidasi, warna rambut cenderung bercahaya
dengan warna kuning muda, karena warna kuning merupakan warna alami dari zat
keratin yaitu struktur protein yang terdapat pada rambut. Selain itu juga pemutih
lebih mudah bereaksi dengan pigmen eumelanin yang pekat dan phaeomelamin,
sehingga beberapa hasil sisa warna yaitu warna keemasan atau merah yang dapat
terlihat kembali setelah pencahayaan. Salah satu zat yang digunakan sebagai
kesan bercahaya adalah hidrogen peroksida (Bolduc, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Pewarna rambut juga dapat bersifat permanen. Bagian luar lapisan dari
tangkai rambut disebut kutikula. Bagian ini harus terbuka sebelum pewarnaan.
Pewarnaan rambut permanen melalui dua tahapan proses pewarnaan (biasanya
terjadi bersama-sama). Proses yang pertama adalah mengganti warna asli rambut
dan proses yang kedua adalah menyimpan warna barunya, dasar prosesnya sama
seperti pada proses membuat efek bercahaya pada rambut, kecuali zat pewarna
tersebut terikat dengan tangkai rambut (Shapiro, 2001).
Amonia adalah zat kimia yang bersifat basa yang mampu membuka
kutikula dan membiarkan pewarna rambut masuk ke dalam bagian korteks
rambut. Amonia juga bereaksi sebagai katalis ketika pewarna rambut permanen
masuk bersama-sama dengan peroksida, kemudian peroksida mengganti posisi
pigmen pada saat reaksi awal pergantian warna atau “pre-existing” atau disebut
juga awal ketetapan warna. Pada saat itu, peroksida menghancurkan ikatan kimia
pada rambut, melepaskan sulfur, dan kemudian memberikan karakteristik bau
pada pewarna rambut (Bolduc, 2001).
Melanin yang telah ter-decolorinasi akan menjadi warna permanen yang
baru karena telah membentuk ikatan dengan korteks rambut. Beberapa jenis
alkohol serta kondisioner juga dapat melakukan degradasi warna pada rambut,
untuk kondisioner prosesnya adalah penutupan kutikula setelah pewarna masuk
kedalam selaput dalam dan kemudian mengikat warna baru (Bolduc, 2001).

2.2.3

Klasifikasi Pewarnaan Rambut
Pewarnaan rambut dapat dibagi kepada duaa jenis secara garis besar yaitu

permanen dan tidak permanen (Bariqina, 2001).

2.2.3.1 Pewarnaan Tidak Permanen
Pewarnaan rambut tidak permanen adalah pewarnaan yang hanya tahan
kurang dari 6 minggu. Contohnya adalah pewarnaan rambut sementara
(temporary) dan pewarnaan rambut semi-permanen.
Pewarnaan rambut sementara (temporary) tersedia sebagai bilasan,
shampoo, gel, semprotan, dan busa. Jenis pewarnaan rambut sementara biasanya

Universitas Sumatera Utara

lebih terang dan lebih hidup daripada warna rambut semi-permanen dan
permanen. Pewarnaan sementara bertahan hanya 1 cucian. Pewarnaan sementara
paling sering digunakan untuk warna rambut untuk acara-acara khusus dan sering
digunakan untuk acara, pesta dan halloween. Molekul-molekul pigmen warna
teknik pewarnaan sementara adalah besar dan tidak bisa menembus lapisan
kutikula. Sebaliknya, partikel warna tetap terserap (erat patuh) pada batang
rambut dan mudah dihapus dengan cucian rambut pertama. Namun, bahkan warna
rambut sementara dapat bertahan jika rambut pengguna adalah terlalu kering atau
rusak, memungkinkan untuk migrasi dari pigmen ke bagian dalam batang rambut
(Bariqina, 2001).
Pewarnaan rambut semi-permanen memiliki molekul yang lebih kecil
daripada pewarnaan sementara, dan karena itu dapat sebagian menembus batang
rambut. Untuk alasan ini, warna akan bertahan walaupun cucinya berulang,
biasanya 4-6 minggu. Pewarnaan semi-permanen tidak mengandung, atau tingkat
yang sangat rendah dari pengembang, peroksida atau amonia, dan karena itu lebih
aman untuk rambut rusak atau rapuh. Namun, pewarnaan semi-permanen
mungkin masih mengandung senyawa beracun PPD atau sarana lainnya. Warna
akhir dari setiap helai rambut akan tergantung pada warna dan porositas aslinya,
sehingga akan ada variasi halus di tempat teduh di seluruh kepala. Hal ini
memberikan hasil yang lebih natural daripada padat, warna keseluruhan dari
pewarnaan permanen. Namun, itu juga berarti bahwa rambut abu-abu atau putih
tidak akan sama sebagai sisa rambut. Jika ada hanya beberapa abu-abu / putih
rambut, efeknya biasanya akan cukup bagi mereka untuk berbaur, tetapi sebagai
menyebar abu-abu, akan datang suatu titik dimana ia tidak akan menyamar juga.
Dalam hal ini, pindah ke warna permanen kadang-kadang dapat ditunda dengan
menggunakan semi-permanen sebagai dasar dan menambahkan pewarnaan.
Warna semi-permanen tidak dapat meringankan rambut (Ideawati, 2001).

2.2.3.2 Pewarnaan Permanen
Semua pewarnaan jenis permanen mengandung pengembang, atau zat
pengoksidasi, dan agen amonia alkali. Ketika warna yang mengandung bahan

Universitas Sumatera Utara

alkali dikombinasikan dengan pengembang (biasanya hidrogen peroksida),
peroksida menjadi alkali dan berdifusi melalui serat rambut, memasuki korteks, di
mana melanin berada. Pencelupan terjadi ketika peroksida memecah melanin dan
menggantikannya dengan warna baru. Amonia membuka kutikula rambut agar
pigmen warna untuk menembus jauh ke dalam batang rambut. Warna permanen
benar-benar permanen dan tidak akan mencuci keluar, meskipun mungkin
memudar. Pertumbuhan kembali rambut jelas akan warna alami rambut, yang
berarti bahwa pewarnaan bulanan atau enam rutin mingguan akan menjadi penting
selama warna rambut tetap terjaga. Pewarnaan permanen adalah satu-satunya cara
untuk mewarnai rambut gelap menjadi lebih terang, dan itu harus dilakukan dalam
dua bagian: pertama, rambut diputih, dan warna diterapkan. Hasil dari proses ini
adalah pewarnaan jenis permanen bertahan untuk jangka waktu yang panjang.
Satu-satunya cara untuk menyingkirkan warna permanen adalah untuk menjalani
proses pengupasan (yang tidak mungkin dengan semua warna dan dapat merusak
rambut) atau warna kembali ke warna yang alami (yang bisa sulit jika perubahan
warna telah ekstrim) (Rahmadewi, 2014).

2.2.4

Efek Samping Pewarnaan Rambut
Pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Ghamdi di Saudi Arabia,

menunjukkan hasil sebagai pewarnaan rambut kebanyakkan digunakan oleh
wanita mulai dari usia muda dan sering digunakan adalah wanita tua, jenis
permanen yang tinggal berasingan dari keluarga dan mempunyai uang saku yang
banyak dan tidak melakukan tes alergi sebelum melakukan pewarnaan. Pewarnaan
rambut menyebabkan terjadi kerusakan dan perubahan pada struktur rambut. Pada
kulit

kepala

pula,

pewarnaan

rambut

menyebabkan

kerusakan

yang

mengakibatkan terjadinya masalah kulit kepala bersisik, kulit kepala kering, gatal
dan sebagainya. Pemilihan pewarnaan yang salah dapat mengubah tone warna
rambut. Selain dari itu, efek sistemik pewarnaan rambut adalah iritasi pada mata,
gangguan hormonal, kanker payudara dan lain-lain (Vizcardine, 2013).

Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerusakan pada Rambut
Kerusakan rambut dapat dibagi kepada beberapa tingkat kerusakan rambut

yaitu tingkat ringan, sedang dan berat. Tingkat kerusakan ringan adalah tingkat
rambut yang rusak disebabkan oleh sinaran matahari, air, dan proses styling. Ciriciri rambutnya adalah kusam, kering, rambut mudah patah. Tingkat kerusakan
sedang adalah disebabkan oleh proses kimia. Cirinya adalah kusam, kering, kasar
dan kemerahan. Tingkat kerusakan berat disebabkan oleh bleaching. Ciri-cirinya
adalah kusam, kering, rambut bercabang, kasar, kemerahan serta seperti kapas
(Soepardiman, 2010).

2.4

Kelainan pada Kulit Kepala
Akibat pewarnaan rambut bisa menyebakan terjadinya kelainan pada kulit

kepala. Dermatitis kontak alergi adalah salah satu contoh yang sering terjadi
akibat pewarnaan rambut. Komponen pewarnaan rambut yaitu PPD akan
menyebabkan terjadinya dermatitis kontak alergi serta edema pada wajah yang
parah. Lichen simplex chronicus juga bisa terjadi akibat PPD yang terdapat pada
pewarnaan rambut. Ciri-ciri kelainan pada kulit kepala adalah rasa gatal , rasa
terbakar, kulit kepala kering, bersisik, bengkak, kemerahan dan luka (Bariqina,
2001).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011, dan 2012

4 58 80

Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011-2013

1 18 63

Hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stress pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013

2 13 61

Hubungan Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

0 1 14

Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011-2013

0 1 15

Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011-2013

0 0 2

Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011-2013

0 0 4

Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011-2013

0 0 3

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011, dan 2012

0 0 21

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011, dan 2012

0 0 12