Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi Melalui Daftar Negatif Investasi

BAB II
KEDUDUKAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DAN KOPERASI
DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007
TENTANG PENANAMAN MODAL

A. Pengertian dan Latar belakang Usaha Mikro Kecil dan Menegah
dan Koperasi (UMKMK)
1. Pengertian UMKMK
Defenisi UMKM diatur dalam Undang-Undang UMKM pada Bab 1
(ketentuan umum), Pasal 1 menyatakan bahwa usaha mikro adalah usaha
produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perseorangan
yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undangundang tersebut.
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang tersebut. Menurut Direktorat Industri Skala Kecil pada
Departemen Industri, unit-unit perusahaan industri skala kecil sangat
bervariasi. Dalam perusahaan yang menghasilkan barang logam, dari
bahan perlengkapan dapur sampai pengecoran suku cadang bagi

peralatan industri beberapa jenis sulaman, batik dan pabrik, beberapa
jenis anyaman (produk jerami, seperti keranjang dan kesetan), kayu dan

20
Universitas Sumatera Utara

kulit, serta pengolahan makanan dan minuman. Semua perusahaan
tersebut digolongkan sebagai industri kecil. 28
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak
langsung, dari usaha mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha menengah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
tersebut.
Defenisi koperasi dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2012 tentang Perkoperasian

dalam Bab 1 Pasal 1 Angka 1


disebutkan bahwa :
“koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang
perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan
kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan
usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip
koperasi.”
2. Latar belakang usaha mikro, kecil menengah dan koperasi
Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang
perananan UMKM. Beberapa kesimpulannya yakni, pertama bahwa
pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat sebagaimana terjadi di negara
Jepang, telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil. Kedua, dalam

28

Kenneth James, Aspek-Aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah (Jakarta:
PT.Pustaka LP3ES, 1993), Hlm. 19.

21
Universitas Sumatera Utara


penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak Perang Dunia II,
sumbangan UMKM ternyata tak bisa diabaikan.
Di negara sedang berkembang, UMKM berada dalam posisi
terdesak dan tersaingi oleh usaha skala besar. UMKM sendiri memiliki
berbagai ciri kelemahan, karena UMKM menyangkut kepentingan
rakyat/masyarakat

banyak,

maka

pemerintah

terdorong

untuk

mengembangkan dan melindungi UMKM. Sedangkan di negara-negara
maju UMKM mendapat perhatian karena memiliki faktor-faktor positif yang

kemudian diperkenalkan dan diterapkan di negara yang sedang
berkembang. 29
Kehadiran UMKM tidak dapat dipungkiri sebagai salah satu sendi
kehidupan ekonomi Indonesia karena: 30
Perusahaan kecil menyediakan lapangan kerja untuk berjuta-juta

a.

rakyat Indonesia
b.

Perusahaan kecil ikut membayar pajak

c.

Perusahaan kecil merupakan ujung tombak industri nasional

d.

Perusahaan kecil menjadi pedagang perantara dan pengumpul

hasil panen petani.
Pengusaha kecil memproduksi banyak sektor kebutuhan pokok

e.

rakyat banyak.
Fakta tersebut membuktikan bahwa usaha kecil sangat vital dalam
kehidupan ekonomi Indonesia. Potensi dan kans hidup perusahaan kecil
29

Tiktik Sartika Partomo, Ekonomi Koperasi (Bogor: Ghalia Indonesia , 2009), hlm.9.
B.N Marbun, Kekuatan & Kelemahan Perusahaan Kecil (Jakarta: PT Pustaka Binaman
Presindo, 1986), Hlm. 3.
30

22
Universitas Sumatera Utara

di Indonesia sangat besar dan penuh harapan, jikalau mau membuka diri,
membaharui diri serta menyesuaikan gerak hidup usahanya dengan

dasar-dasar manajemen mutakhir. Terungkap juga bahwa peran dan
peranan perusahaan kecil di Indonesia mutatis mutandis (saling berkaitan)
dengan eksistensi nasional dan merupakan sendi penting dalam
kehidupan usaha di Indonesia. 31
Sejarahnya, 32 koperasi sebenarnya bukanlah organisasi usaha
yang khas berasal dari Indonesia. Kegiatan koperasi dan organisasi
koperasi pada mulanya diperkenalkan di Inggris sekitar abad petengahan
yang memiliki misi menolong kaum buruh dan petani yang menghadapi
problem-problem ekonomi dengan menggalang kekuatan mereka sendiri.
Koperasi dikenal di Indonesia sebaga salah satu dari tiga pilar utama
penyangga perekonomian yang sering disebut sebagai soko guru
perekonomian yang jika dibandingkan dengan 2 (dua) pilar perekonomian
lainnya seperti BUMN dan BUMS adalah yang “jalannya paling terseok”. 33
Lembaga koperasi di Indonesia diarahkan oleh pemerintah untuk
berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal sebagai
golongan ekonomi lemah. Eksistensi koperasi, yang dianggap sebagai
lembaga ekonomi rakyat, merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab
tidak ada satu lembaga sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi
sekaligus diharapkan menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi
lainnya. Penegasan Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 yaitu cabang-cabang

31

Ibid., Hlm. 31.
Tulus tambunan, UMKM di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009). Hlm. 149.
33
Ibid., Hlm. 164.
32

23
Universitas Sumatera Utara

produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak.” dikuasai oleh negara” bagi cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak,
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
tidak harus “dimiliki oleh negara”. Namun maksud utamanya atau masalah
pokok dalam kalimat itu (subject matter) adalah “dikuasai”.

34


Sebagai

badan usaha, koperasi adalah sebuah perusahaan yang harus mampu
berdiri sendiri menjalankan usahanya mendapatkan laba, sehingga dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat mempertinggi
nasmani para anggotanya. 35
Peranan koperasi bagi masyarakat ekonomi diantaranya adalah:
a. Koperasi meningkatkan pendapatan
b. Koperasi menciptakan lapangan kerja
c. Koperasi meningkatkan taraf hidup rakyat
d. Koperasi memeratakan pendapatan
Menurut Widiyanto (1998), 36 sejak diperkenalkannya di Indonesia
pada awal abad 20, dan dalam perkembangannya sejak itu, koperasi di
Indonesia mempunyai makna ganda yang sebenarnya bersifat ambivalen,
yakni koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus juga sebagai jiwa dan
semangat berusaha. Selain itu, peranan usaha mikro menengah (UMKM)
juga sangat pernting di semua negara, karena jumlah UMKM merupakan

34


Pandji Anoraga, Koperasi, Kewirausahaan,dan Usaha Kecil (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 58-59.
35
Sonny Sumarsono, Manajemen Koperasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003), hlm. 3.
36
Tulus Tambunan, UMKM di Indonesia, Op.Cit., hlm. 166.

24
Universitas Sumatera Utara

jumlah terbesar dari kegiatan usaha suatu negara. Tujuan ekonomi yang
ingin dicapai antara lain menciptakan kesempatan kerja, distribusi
pendapatan merata, menciptakan efisiensi, memantapkan stabilitas harga,
dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, dalam menghadapi
ekonomi pasar dimana persaingan sangat ketat menyebabkan UMKM
semakin tidak berdaya terhadap persaingan dengan usaha besar.
Hal ini menyebabkan UMKM harus bergabung dengan wadah
(organisasi), dengan saling membantu dan bekerja sama tidak saja untuk
oligopolis


maupun

monopolis,

tetapi

juga

untuk

meningkatkan

kemampuan berproduksi dan memasarkan hasil produksinya, organisasi
inilah yang disebut dengan koperasi. Koperasi berperan dalam kegiatan
usaha bersama bagi para produsen dan konsumen juga sekaligus turut
memperbaiki kondisi persaingan usaha di pasar melalui dampak
eksternalitas positif yang ditimbulkannya.
3. Pengaturan UMKM di Indonesia
Pengaturan terkait UMKM di Indonesia sebelumnya diatur dalam
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995. Dalam undang-undang ini, UMKM

masih disebut sebagai UKM (Usaha Kecil dan Menengah). Kriteria yang
berlaku bagi usaha kecil dan menengah menurut undang-undang ini yaitu
kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan
bangunan usaha. Hasil penjualan per tahun maksimal Rp. 1.000.000.00,
milik warga negara Indonesia, berdiri sendiri, bukan anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi degan

25
Universitas Sumatera Utara

perusahaan dengan perusahaan menengah atau perusahaan besar,
berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak memiliki
badan hukum, atau usaha yang memiliki badan hukum termasuk koperasi.
Disamping itu, juga diatur Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Usaha Kecil,

Peraturan Pemerintah

Nomor 44 Tahun 1997 tentang

Kemitraan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, Insruksi Presiden Nomor 10
Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah, Keppres Nomor
127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha yang Dicadangkan untuk
Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang Terbuka untuk Usaha
Menengah atau Besar dengan Syarat Kemitraan, Keppres Nomor 56
Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah,
Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan,
Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara.
Apabila dalam undang-undang sebelumnya disebut sebagai
Usaha Kecil Menengah (UKM), namun sekarang menjadi Undang-Undang
tentang Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM). Pengaturan UMKM di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
UMKM. Dalam undang-undang ini menyatakan bahwa usaha mikro yakni
usaha

produktif

dengan

kekayaan

sampai

Rp.

50.000.000

dan

pendapatan sampai Rp. 300.000.000 per tahun, usaha kecil dengan nilai

26
Universitas Sumatera Utara

kekayaan usaha antara Rp. 50.000.000 dengan total penghasilan sekitar
Rp.300.000.000 sampai Rp. 2.500.000.000 per tahun. Usaha menengah
yakni usaha produktif yang memiliki kekayaan (modal) Rp. 500.000.000
hingga Rp. 10.000.000.000 dengan jumlah pendapatan Rp. 2.500.000.000
sampai Rp. 5.000.000.000. Selanjutnya mengenai peraturan pelaksanaan
UMKM diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah

B. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM)
Pemberdayaan UMKM merupakan salah satu upaya untuk
menjaga eksistensi UMKM, oleh sebab itu terdapat asas-asas yang
mendasari pelaksanaan UMKM di Indonesia yang diatur dalam Pasal 2
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 menentukan usaha mikro, kecil
dan menengah berasaskan:
1. Kekeluargaan
Asas

kekeluargaan

adalah

asas

yang

melandasi

upaya

pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah sebagai bagian dari
perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi

dengan

prinsip

kebersamaan,

efisiensi,

berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan

27
Universitas Sumatera Utara

kemajuan

dan

kesatuan

ekonomi

nasional

untuk

mewujudkan

kemakmuran rakyat.
2. Demokrasi ekonomi
Asas demokrasi ekonomi adalah pemberdayaan usaha mikro kecil,
dan menegah diselenggarakan sebagai kesatuan dari pembangunan
perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.
3. Kebersamaan
Asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh
usaha mikro, kecil menengah dan dunia usaha secara bersama-sama
dalam kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
4. Efisiensi berkeadilan
Asas

efisiensi

berkeadilan

adalah

asas

yang

mendasari

pelaksanaan pemberdayaan UMKM dengan mengedepankan efisiensi
berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,
kondusif dan berdaya saing.
5. Berkelanjutan
Asas

berkelanjutan

adalah

asas

yang

secara

terencana

mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui pemberdayaan
usaha

mikro,

kecil

dan

menengah

yang

dilakukan

secara

berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan
mandiri.
6. Berwawasan lingkungan

28
Universitas Sumatera Utara

Asas

berwawasan

lingkungan

maksudnya

adalah

asas

pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah yang dilakukan dengan
tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan
lingkungan hidup.
7. Kemandirian
Asas kemandirian berarti asas pemberdayaan UMKM yang
dilakukan

dengan

tetap

menjaga

dan

mengedepankan

potensi,

kemampuan dan kemandirian usaha mikro, kecil dan menengah.
8. Keseimbangan kemajuan
Asas keseimbangan kemajuan artinya asas pemberdayaan UMKM
yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam
kesatuan ekonomi nasional.
9. Kesatuan ekonomi nasional
Asas kesatuan ekonomi nasional yang dimaksud yaitu asas
pemberdayaan UMKM yang merupakan bagian dari pembangunan
kesatuan ekonomi nasional.Membahas pemberdayaan UMKM maka
terlebih dahulu harus disadari bahwa yang diberdayakan dan untuk
keberhasilan pembangunan ekonomi adalah pemberdayaan individu.
Masing-masing

individu

itulah

yang

menjadi

kunci

keberhasilan

pembangunan ekonomi. Apabila setiap individu telah mampu untuk
berusaha, bekerja maksimal, mereka akan mendapat keuntungan dan dan
bisa menabung serta mampu berinvestasi maka kondisi ini akan

29
Universitas Sumatera Utara

menyebabkan ekonomi rakyat secara umum akan meningkat, yang juga
berarti bahwa ekonomi negara juga akan meningkat. 37
Proses pemberdayaan UMKMK memiliki prinsip dan tujuan yang
hendak dicapai, yakni sebagai berikut:
1. Prinsip pemberdayaan UMKMK
Proses pemberdayaan UMKM memiliki beberapa prinsip yang
harus diperhatikan. Prinsip pemberdayaan UMKM tersebut diatur dalam
Pasal 4 Undang-Undang UMKM yakni:
a. Penumbuhan kemandiran, kebersamaan dan kewirausahaan
usaha mikro, kecil dan menengah untuk berkarya dengan
prakarsa sendiri
b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan
berkeadilan
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi
pasar sesuai dengan kompetensi usaha mikro dan menengah
d. Peningkatan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah, dan
e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
secara terpadu
Pemberdayaan dengan menumbuhkan kemandirian dalam proses
pembangunan UMKM dimana pemilik dan pelaku UMKM berinisiatif untuk
memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi
pelaku

UMKM.

Penyediaan

dukungan

dan

kemudahan

untuk

37

Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, Menuju Ekonomi Berdikari (Yogyakarta:
Media Presindo, 2015), hlm.93.

30
Universitas Sumatera Utara

mengembangkan usaha ekonomi produktif berskala mikro atau informal.
Pengembangan usaha skala mikro tersebut dapat dilakukan melalui
peningkatan kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan usaha,
peningkatan akses ke lembaga keuangan mikro, serta sekaligus
meningkatkan kepastian dan perlindungan usaha sehingga menjadi usaha
yang lebih mandiri, berkelanjutan dan siap untuk bertumbuh dan
bersaing. 38

2. Tujuan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah
Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

a.

berkembang, dan berkeadilan
Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha mikro,

b.

kecil, dan menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri
Meningkatkan peran usaha mikro, kecil, dan menengah dalam

c.

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
Pasal 3 Undang-Undang UMKM juga menyebutkan bahwa usaha mikro,
kecil dan menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya
dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi
ekonomi yang berkeadilan. Proses pemberdayaan atau pengembangan juga
hendaknya meliputi enabling (menciptakan suasana yang kondusif), empowering

38

Ibid.

31
Universitas Sumatera Utara

(penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting (perlindungan dari
ketidakadilan masyarakat), supporting (dukungan dan bimbingan), dan foresting
(memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang).

39

Tujuan pemberdayaan usaha kecil adalah untuk menumbuhkan
dan meningkatkan kemampuan mereka agar mandiri serta berkembang
menjadi usaha menengah. Selain itu, dapat juga memperluas kesempatan
kerja (berusaha) serta meningkatkan pemerataan pendapatan sehingga
pembangunan
perbedaan.

40

ekonomi

tidak

timpang

atau

mempertegas

jurang

Menyadari peran UMKM sangat besar, bagi kekuatan

ekonomi di Indonesia, sudah sejak lama pemerintah mengambil alih dan
memperdulikan UMKM secara nasional berbagai program pemberdayaan
juga telah dilakukan dan melalui pemberdayaan UMKM ini Pemerintah
berusaha memajukan ekonomi rakyat dengan konsep One Person One
Product, One Village One Product, One Village One Corporation dengan
menjadikannya sebagai gerakan nasional. Artinya, pemberdayaan UMKM
bertitik tolak dari pemberdayaan individu, yang harus ditingkatkan pada
pemberdayaan komunitas, mulai dari keluarga, desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi hingga negara. 41
Pemberdayaan

UMKM

juga

diarahkan

untuk

mendukung

penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan ekspor, antara lain melalui

39

Randy R.W dan Riant Nugroho Dwijowijoto, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah
Pengantar dalam Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: Elex Media
Computindo,2007), hlm. 116-117
40
Zulkarnain, Membangun Ekonomi Rakyat (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2003),
hlm. 172.
41
Ibid., Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, hlm. 220-221.

32
Universitas Sumatera Utara

peningkatan kepastian berusaha dan kepastian hukum, pengembangan
sistem insentif untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis teknologi
dan atau berorientasi ekspor, serta peningkatan akses dan perluasan
pasar ekspor bagi produk-produk koperasi dan UMKM. Untuk itu perlu
diberi kemudahan dan formalisasi dan perizinan usaha, dengan
mengembangkan pola pelayanan satu atap untuk memperlancar proses
dan pengurangan biaya perizinan. Selain itu, budaya usaha dan
kewirausahaan

dikembangkan,

melalui

berbagai

pelatihan

serta

dalam

UMKMK

ditentukan

untuk

penyuluhan dan kemitraan usaha. 42

C. Kriteria UMKMK
Pengelompokan

jenis

usaha

membedakan manakah yang termasuk golongan usaha mikro, usaha kecil,
golongan usaha menengah dan koperasi. Oleh sebab itu, Undang-Undang UMKM
mengatur kriteria UMKM antara lain:
1.

Kriteria usaha mikro
Usaha mikro sebagai suatu usaha produktif milik orang perorangan dapat

diketahui melalui 2 (dua) kriteria, yaitu:
a.

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

42

Ibid., Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, hlm.143-145.

33
Universitas Sumatera Utara

b.

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah). 43

2.

Kriteria usaha kecil
Usaha kecil ialah kegiatan usaha yang mmpunyai modal awal yang kecil,

atau nilai kekayaan (asset) yang kecil dan jumlah pekerja yang juga kecil. Nilai
modal awal, asset, atau jumlah pekerja itu bergantung kepada defenisi yang
diberikan oleh pemerintah atau institusi lain dengan tujuan-tujuan tertentu. 44
Pemerintah melalui Undang-Undang UMKM mengatur kriteria usaha
kecil, 45 yaitu:
a.

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b.

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).

3.

Kriteria usaha menengah
Usaha menengah yang merupakan usaha ekonomi produktif yang

dilakukan oleh orang perorangan maupun suatu badan hukum, dapat diketahui
melalui kriteria sebagai berikut:
a.

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
43

Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 365.
45
Undang-Undang Usaha Mikro , Kecil dan Menengah psl.6 (2)

44

34
Universitas Sumatera Utara

b.

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

4.

Kriteria koperasi
Koperasi digolongkan dalam 2 (dua) bentuk yaitu koperasi primer yaitu

koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang perseorangan dan koperasi
sekunder yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan badan hukum
koperasi. Penggolongan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian (selanjutnya disebut Undang-Undang Perkoperasian)..
Syarat

pembentukan

koperasi,

diatur

dalam

Pasal

7

Undang-Undang

Perkoperasian yaitu:
a.

Koperasi primer didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang
perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau
anggota sebagai modal awal koperasi.

b.

Koperasi sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) koperasi primer

Pengelompokkan

suatu

kegiatan

usaha/bisnis

pada

intinya

dilakukan dengan 4 (empat) tujuan, yaitu sebagai berikut: 46
1. Keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan
Ilmu ekonomi membahas kaidah-kaidah dan

hukum-hukum

ekonomi yang dikaitkan dengan kelompok kelompok usaha tersebut, baik
secara mikro maupun makro. Teori ekonomi mikro meneliti dan

46

Ibid.,Tiktik Sartika Partomo, hlm. 4-6.

35
Universitas Sumatera Utara

mempelajari kelompok-kelompok usaha mulai dari perilaku pasar, rumah
tangga, produksi, juga membahas ongkos-ongkos produksi, penghasilan,
laba dan juga mengenai kesejahteraan karyawannya. Penelitian dan
analisis terhadap kenerja perusahaan dalam industri menjadi sangat
penting dan berguna untuk memberikan solusi terbaik. Dengan demikian,
baik secara ekonomi mikro maupun makro, aspek-aspek tersebut menjadi
masukan untuk memperoleh gambaran kondisi bisnis/industri secara
nasional.
2. Keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah
Pengelompokan bisnis diperlukan suatu gambaran yang sistematis
tentang kondisi dan kegiatan tiap industri secara nasional seperti Biro
Pusat Statistik (BPS) telah menyusun data menurut golongan-golongan
industri makanan, industri tekstil, industri kulit, industri kayu dan barangbarang kayu dan sebagainya. Penggolongan-penggolongan industri
tersebut diperinci lebih lanjut menjadi sub-sub golongan/ kelompok yang
semuanya dberi kode pengenal. Data industri tersebut menjadi bahan
acuan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintah/badan yang
berkompeten.
3. Meyakinkan

pemilik

modal

atau

pengusaha

tentang

posisi

perusahaannya
Pengelompokan perusahaan dapat menilai seberapa besar pangsa
pasar

yang

diperankan

atau

seberapa

luas

kegiatan

bisnisnya

dibandingkan dengan para pesaing lainnya. Inovasi apa saja yang bisa

36
Universitas Sumatera Utara

dibuat usahanya terhadap para pesaing untuk dapat bertahan di sektor
industri

bersangkutan,

perlu

penilaian

terhadap

seberapa

tingkat

kejenuhan pasar atas produk yang ditawarkan. Melalui analisis kelompokkolompok tersebut bisa pula menilai secara umum tentang kemampuan
atau peranan dari calon mitra usaha.
4. Pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan dengan antisipasi
kinerja perusahaan
Bank-bank atau institusi

investasi/permodalan memerlukan data

umum dengan menggunakan data statistik kelompok industri guna
mengevaluasi

terhadap

calon

nasabah

dalam

rangka

pemberian

kredit/investasi. Selain itu, penilaian terhadap prospek-prospek produksi
baru ataupun perluasannya sangat memerlukan data statistik yang
sistematis dan menurut kelompok-kelompok industri. Dari pengelompokan
bisnis usaha menurut jenis industri dapat dinilai seberapa besar peranan
kegiatan usaha kecil atau menengah dalam sektor sejenisnya dan
terhadap industri secara nasional sekaligus diperoleh gambaran jenisjenis produk yang dimungkinkan bagi usaha kecil menengah untuk “entry”
dalam pasarnya.

37
Universitas Sumatera Utara

D. Kedudukan UMKMK dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal
1.

Pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil , menengah dan
koperasi
Era perdagangan bebas dan globalisasi perekonomian dunia menyebabkan

setiap pengusaha nasional dari semua kelompok skala usaha (kecil, menengah
maupun besar) di sektor industri manufaktur (seperti juga sektor-sektor ekonomi
lainnya) tidak punya pilihan lain selain harus mempersiapkan diri sejak dini untuk
bisa menghadapi persaingan global yang sangat ketat hal ini tidak berlaku bagi
pengusaha-pengusaha nasional yang berorientasi ekspor tetapi juga bagi mereka
yang hanya melayani pasar domestik karena harus bersaing dengan produkproduk impor. 47
Terdapat sudut pandang terhadap persoalan yang dihadapi usaha kecil
yang juga membawa perbedaan dalam bentuk dan strategi pengembangan usaha
kecil. 48 Anggapan yang berlaku luas melihat bahwa kelemahan usaha kecil
terletak pada aspek internal usaha kecil. Kelemahan dan keterbatasan kapasitas
individu pelaku usaha kecil di Indonesia, terutama kapasitas manajemen usaha.
Rendahnya kapasitas individu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah,
ketidakmampuan menjalankan usaha dengan manajemen yang baik, serta tidak
cukup berusaha keras untuk mendapatkan keuntungan. 49

47

Tulus Tambuanan, Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia (Jakarta:PT.
Mutiara Sumber Widya,1999), hlm.53
48
Nurul widyaningrum , eksploitasi terhadap usaha kecil (Bandung:AKATIGA,2003),
Hlm.5.
49
Haryadi, Maspiyati, Chotim, 1998, dalam Nurul widyaningrum, eksploitasi terhadap
usaha kecil (Bandung: AKATIGA, 2003), Hlm. 5.

38
Universitas Sumatera Utara

Anggapan kedua adalah bahwa persoalan usaha kecil terletak pada
permasalahan tidak adanya infrastruktur yang menghubungkan kelompok usaha
mikro kecil dengan sumber permodalan, input, atau pasar. Dengan demikian
upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha kecil adalah dengan
membangun sarana infrastruktur yang dibutuhkan seperti ruang pamer, sarana
perkreditan, sarana transportasi, serta adanya deregulasi agar peraturan yang
menghambat akses usaha kecil pada sarana yang ada bisa dihilangkan. 50
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kecil, dalam Pasal 1 menentukan, yang dimaksud dengan
pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah,
dunia usaha, dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha
menengah. Pemberdayaan adalah usaha yang dilakukan pemerintah, dunia usaha
dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan
pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat
dorinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi
usaha menengah. 51
Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan usaha
dalam bidang: 52
a.

Produksi dan pengolahan;
50

Ibid.

51

Suhardi, Hukum Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia (Jakarta:
Akademia,2012), hlm. 104-105
52
Suhardi , op.cit. hlm 103

39
Universitas Sumatera Utara

Pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara:
1) meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan
manajemen bagi usaha mikro, kecil, dan menengah;
2) memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana,
produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan
bagi produk usaha mikro, kecil, dan menengah;
3) mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan
pengolahan; dan
4) meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan bagi
usaha menengah.
b.

Pemasaran
Pengembangan dalam bidang pemasaran, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 16 ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara:
1) melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran;
2) menyebarluaskan informasi pasar;
3) meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran;
4) menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji
coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan
promosi usaha mikro dan kecil;
5) memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran,dan
distribusi; dan
6) menyediakan tenaga konsultan profesional dalam bidang pemasaran.

40
Universitas Sumatera Utara

c.

Sumber daya manusia
Pengembangan dalam bidang sumber daya manusia sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara:
1) memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan;
2) meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; dan
3) membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan
untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan
kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru.

d.

Desain dan teknologi
Pengembangan dalam bidang desain dan teknologi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d dilakukan dengan:
1) meningkatkan kemampuan di bidang desain dan teknologi serta
pengendalian mutu;
2) meningkatkan kerjasama dan alih teknologi;
3) meningkatkan kemampuan usaha kecil dan menengah di bidang
penelitian untuk mengembangkan desain dan teknologi baru;
4) memberikan insentif kepada usaha mikro, kecil, dan menengah yang
mengembangkan teknologi dan melestarikan lingkungan hidup; dan
5) mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah untuk memperoleh
sertifikat hak atas kekayaan intelektual.
Selain itu, langkah nyata yang dapat dilakukan untuk pengembangan usaha
kecil yaitu:

41
Universitas Sumatera Utara

a.

Penyebarluasan dan pengembangan minat usaha (sense of Bussinss)

b.

Pemberian bantuan kredit dari bank dengan syarat lunak bagi para
pengusaha kecil

c.

Peningkatan keterampilan angkatan kerja dengan perluasan kesempatan
kerja

d.

Perbaikan keterampilan personalia perbankan, terutama dalam pemberian
layanan kepada para pengusaha kecil yang ingin mengembangkan
usahanya dengan menambah modal melalui pengambilan kredit bank.

e.

Membentuk /mengaktifkan kembali setra-sentra industri kecil di
pedesaan untuk kesempatan kerja di pedesaan yang pada gilirannya akan
dapat mencegah arus urbanisasi.

f.

Pembatasan investasi pada industri padat modal dan memperbanyak
perluasan kesempatan berusaha dengan cara mendorong tebentuknya
sistem mitra usaha antara perusahaan besar dan perusahaan kecil

g.

Pemerintah melalui departemen terkait dan pemerintah daerah dapat
menyediakan incubator, yaitu berupa fasilitas bagi para pengusaha kecil
terutama yang masih pemula untuk memperoleh konsultasi atau
informasi tentang segala sesuatu yang menyangkut kebutuhan dan
pengembangan usahanya dan atau para pengusaha tesebut dapat bertemu
secara periodik untuk tukar menukar informasi bisnis. 53

2.

Bidang usaha yang dicadangkan untuk umkmk
53

Murti Sumarni, Pengantar Bisnis (Dasar-dasar ekonomi perusahaan), Yogyakarta:
Liberty, 2014), hlm.11.

42
Universitas Sumatera Utara

Setiap kegiatan penanaman modal di Indonesia diselenggarakan
berdasarkan asas:
a.

kepastian hukum;

b.

keterbukaan;

c.

akuntabilitas;

d.

perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara;

e.

kebersamaan;

f.

efisiensi berkeadilan;

g.

berkelanjutan;

h.

berwawasan lingkungan;

i.

kemandirian, dan

j.

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
Bidang usaha yang dicadangkan bagi UMKMK didasarkan pada asas

kemandirian yakni asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap
mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada
masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi dan juga tetap
memperhatikan asas kebersamaan yakni asas yang mendorong seluruh penanaman
modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini UMKMK hadir sebagai salah satu kegiatan
usaha yang bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi dan dengan kemitraan
bersama-sama mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui penyerapan tenaga kerja
dan pengembangan keterampilan. Salah satu tujuan dari penyelenggaraan
penanaman modal adalah untuk mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

43
Universitas Sumatera Utara

Hal ini bisa diwujudkan melalui pengembangan UMKMK. Selain menciptakan
lapangan kerja, juga untuk mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan
ekonomi riil.
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Penanaman Modal menjelaskan tujuan
dari penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk:
a.

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional

b.

Menciptakan lapangan kerja

c.

Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

d.

Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional

e.

Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional

f.

Mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan

g.

Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunaan dana yang berasal, baik dari dalam maupun dari luar negeri,
dan

h.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 4 Undang-Undang Penanaman Modal, kebjakan dasar penanaman

modal, pemerintah menerapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk :
a.

Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional ,
dan

b.

Mempercepat peningkatan penanaman modal

Dalam menetapkan kebijakan dasar tersebut, pemerintah:

44
Universitas Sumatera Utara

a.

Memberi perlakuan yang sama bagi penanaman modal dalam negeri dan
penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional

b.

Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha
bagi penanam modal sejak proses pengurusan izin sampai dengan
berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

c.

Membuka

kesempatan

bagi

perkembangan

dan

memberikan

perlindungan kepada UMKMK.
Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Penanaman Modal menyebutkan bahwa
Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha
mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka untuk
usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan UMKMK. Bidang usaha
yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat
diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu. Terdapat 5
(lima) bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, salah satunya ialah bidang
usaha yang dicadangkan dengan UMKMK.
Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan yang dicadangkan
untuk UMKMK yaitu: 54
a.

pembangkit tenaga listrik skala kecil (s/d 10 mw);

b.

agen perjalanan wisata;

c.

sanggar seni;

54

H.Salim HS, Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hlm. 57.

45
Universitas Sumatera Utara

d.

usaha jasa pramuwisata, pengusahaan hutan tanaman lainnya (aren,
kemiri, biji asam, bahan baku arang, kayu manis dan lain-lain);

e.

pengusahaan sarang burung wallet;

f.

industri kayu gergajian (kapasitas produksi sampai 2000 m3/tahun);

g.

industri primer pengolahan rotan;

h.

industri barang setengah jadi dari kayu bakau;industri primer pengolahan
hasil hutan bukan kayu lainnya (getah pins, bambu, minyak atsiri);

i.

perlengkapan dan peredaran tumbuhan dan satwa liar (tsl) dari habitat
alam;

j.

perikanan tangkap dengan menggunakan kapal penangkap ikan
berukuran sampai dengan 30 gt, di wilayah perairan sampai dengan 12
mil atau kurang;

k.

penangkapan ikan di perairan umum;

l.

usaha

pengolahan

hasil

perikanan

(upi)

peragian,

fermentasi,

pereduksian/pengekstaksian, pengolahan surimi dan jelly ikan;
m. lembaga penyiaran komunitas (lpk) radio dan televisi;
n.

perusahaan jasa kurur/jasa titipan seperti:
1) kirim-mengirim barang cetakan;
2) surat kabar;
3) bungkusan kecil;
4) paket dan
5)

o.

pengiriman uang

jasa telekomunikasi , meliputi

46
Universitas Sumatera Utara

1) warung telekomunikasi
2) warung internet, instalasi kabel ke rumah dan gedung
p.

jasa konstruksi (jasa pelaksana konstruksi) golongan kecil

q.

jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi golongan kecil

r.

angkutan orang, meliputi:
1) dalam trayek, seperti angkutan bis/pedesaan
2) tidak dalam trayek seperti angkutan taksi

s.

pelayaran rakyat

t.

industri penggaraman/pengeringan ikan dan biota perairan lainnya dan
industri pemindangan ikan dan biota perairan lainnya

u.

industri pewarnaan benang dari serat alam maupun serat buatan menjadi
benang bermotif/celup, ikat, dengan alat yang digerakkan tangan

v.

industri batik tulis;industri pengasapan karet

w. industri perkakas tangan yang diproses secara manual atau semi mekanik
untuk pertukangan dan pemotongan
x.

industri barang dari tanah liat baik yang diglasir maupun tidak diglasir
untuk keperluan rumah tangga

y.

industri jasa pemeliharaan dan perbaikan sepeda motor kecuali yang
trintegrasi

dengan

bidang

usaha

penjualan

sepeda

motor

(agen/distributor) dan industri reparasi barang-barang keperluan pribadi
dan rumah tangga
z.

industri kerajinan yang memiliki kekayaan khas khasanah budaya daerah
nilai seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi

47
Universitas Sumatera Utara

aa. industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk
persiapan ahan, proses produksi pemanenan pasca panen dan pengolahan
kecuali cangkul dan sekop
bb. gula merah
cc. industri makanan olahan biji-bijian dan umbi-umbian, sagu , melinjo dari
kopra
dd. industri pengupasan dan pembersihan umbi-umbian
ee. industri pengeringan an pengolahan tembakau
ff. budidaya padi (dengan luas atau sama dengan 25 ha)
gg. budidaya ubi kayu (dengan luas atau sama dengan 25 ha)
hh. budidaya jagung (dengan luas atau sama dengan 25 ha)
ii. budidaya tanaman pangan lainnya selain ubi kayu dan jagung dengan
luas kurang atau sama dengan 25 ha
jj. pembibitan dan budidaya babi dengan jumlah kurang atau sama dengan
125 ekor
kk. pembibitan dan budidaya ayam buras serta persilangannya
ll. usaha perkebunan dengan luas kurang dari 25 ha
mm.

usaha industri pengolahan hasil perkebuanan di bawah kapasitas

tertentu sesuai Permentan Nomor 26 Tahun 2007
nn. usaha pembenihan perkebunan dengan luas kurang dari 25 ha.

48
Universitas Sumatera Utara