Gambaran Tersangka Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Derajat
kesehatan
masyarakat
dinilai
menggunakan
beberapa
indikator
yang
mencerminkan kondisi angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas)
dan status gizi (Kemenkes R.I, 2015).
Adapun pelaksanaan dari pembangunan kesehatan adalah upaya kesehatan
masyarakat, salah satunya dilaksanakan melalui pemberantasan
penyakit
menular. Saat ini yang menjadi prioritas pemerintah dalam pemberantasan
penyakit menular adalah penyakit HIV/AIDS, Tuberkulosis, Malaria, Demam
Berdarah (DBD), Influenza dan Flu Burung (Kemenkes R.I, 2015).
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan serta mencegah dampak yang
lebih buruk. Salah satu program pemberantasan penyakit menular adalah program
pemberantasan malaria. Program pengendalian malaria difokuskan untuk
mencapai Eliminasai Malaria sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang hidup
sehat, dan terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030
(Kemenkes R.I, 2014).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan
Milenium Development Golds (MDG), dan ditargetkan dapat menghentikan
penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria yang dilihat dari indikator
menurunnya angka kesakitan (morbiditas), maupun angka kematian (mortalitas)
akibat malaria (Kemenkes R.I, 2011).
Malaria ditemukan hampir seluruh penduduk dunia terutama di negaranegara yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena
malaria berjumlah 2,3 milyar atau kurang lebih 40% populasi dunia tinggal di
daerah endemis malaria dan di Indonesia 35% penduduknya tinggal di daerah
yang berisiko terinfeksi malaria. Kematian karena malaria terutama disebabkan
oleh infeksi Plasmodium falciparum disertai komplikasi pada anak-anak, wanita
hamil, dan individu yang memiliki sistem imun yang rendah (Harijanto, 2009).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO)
tahun 2013, di
dunia terdapat 207 juta kasus malaria dan 627.000 kematian akibat malaria
dengan Case Fatality Rate (CFR) adalah 3%, dengan 77% proporsi kematian
terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun. Sedangkan data WHO (2014), kasus
malaria tercatat 198 juta kasus malaria, kematian 584.000 orang dengan CFR
sebesar 2 %, hal ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu
sebesar 1%. Sebagian besar kematian akibat malaria terjadi di Sub Sahara Afrika
dan tahun 2014 terjadi transmisi malaria di 97 Negara (WHO, 2014).
Berdasarkan laporan WHO tersebut, kematian akibat malaria sebagian
besar terjadi diwilayah Afrika yaitu 90%, diikuti oleh Asia Tenggara yaitu 7%
dan Mediterania Timur yaitu 3%. Di Asia negara yang termasuk wilayah endemis
Universitas Sumatera Utara
3
malaria adalah Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal,
Srilanka dan Thailand (Asrin, 2012).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 Insiden malaria
adalah 1,9%. Hal ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar 1 %, Prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0 %. Lima Provinsi dengan
Insiden dan Prevalensi malaria tertinggi yaitu Papua 28,9 %, Nusa Tenggara
Timur 23,3%, Papua Barat 19,4 %, Sulawesi Tengah 12,5 % dan Maluku 10,7%..
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, terdapat 252.027
kasus penderita malaria positif dengan Annual Parasite Incidence (API) 0,99%.
Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 2005-2014 cenderung
menurun yaitu dari 4,1% pada tahun 2005 menjadi 0,99% pada tahun 2014.
Sementara target Rencana Strategi kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan
malaria atau API pada tahun 2014
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Derajat
kesehatan
masyarakat
dinilai
menggunakan
beberapa
indikator
yang
mencerminkan kondisi angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas)
dan status gizi (Kemenkes R.I, 2015).
Adapun pelaksanaan dari pembangunan kesehatan adalah upaya kesehatan
masyarakat, salah satunya dilaksanakan melalui pemberantasan
penyakit
menular. Saat ini yang menjadi prioritas pemerintah dalam pemberantasan
penyakit menular adalah penyakit HIV/AIDS, Tuberkulosis, Malaria, Demam
Berdarah (DBD), Influenza dan Flu Burung (Kemenkes R.I, 2015).
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan serta mencegah dampak yang
lebih buruk. Salah satu program pemberantasan penyakit menular adalah program
pemberantasan malaria. Program pengendalian malaria difokuskan untuk
mencapai Eliminasai Malaria sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang hidup
sehat, dan terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030
(Kemenkes R.I, 2014).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan
Milenium Development Golds (MDG), dan ditargetkan dapat menghentikan
penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria yang dilihat dari indikator
menurunnya angka kesakitan (morbiditas), maupun angka kematian (mortalitas)
akibat malaria (Kemenkes R.I, 2011).
Malaria ditemukan hampir seluruh penduduk dunia terutama di negaranegara yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena
malaria berjumlah 2,3 milyar atau kurang lebih 40% populasi dunia tinggal di
daerah endemis malaria dan di Indonesia 35% penduduknya tinggal di daerah
yang berisiko terinfeksi malaria. Kematian karena malaria terutama disebabkan
oleh infeksi Plasmodium falciparum disertai komplikasi pada anak-anak, wanita
hamil, dan individu yang memiliki sistem imun yang rendah (Harijanto, 2009).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO)
tahun 2013, di
dunia terdapat 207 juta kasus malaria dan 627.000 kematian akibat malaria
dengan Case Fatality Rate (CFR) adalah 3%, dengan 77% proporsi kematian
terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun. Sedangkan data WHO (2014), kasus
malaria tercatat 198 juta kasus malaria, kematian 584.000 orang dengan CFR
sebesar 2 %, hal ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu
sebesar 1%. Sebagian besar kematian akibat malaria terjadi di Sub Sahara Afrika
dan tahun 2014 terjadi transmisi malaria di 97 Negara (WHO, 2014).
Berdasarkan laporan WHO tersebut, kematian akibat malaria sebagian
besar terjadi diwilayah Afrika yaitu 90%, diikuti oleh Asia Tenggara yaitu 7%
dan Mediterania Timur yaitu 3%. Di Asia negara yang termasuk wilayah endemis
Universitas Sumatera Utara
3
malaria adalah Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal,
Srilanka dan Thailand (Asrin, 2012).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 Insiden malaria
adalah 1,9%. Hal ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar 1 %, Prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0 %. Lima Provinsi dengan
Insiden dan Prevalensi malaria tertinggi yaitu Papua 28,9 %, Nusa Tenggara
Timur 23,3%, Papua Barat 19,4 %, Sulawesi Tengah 12,5 % dan Maluku 10,7%..
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, terdapat 252.027
kasus penderita malaria positif dengan Annual Parasite Incidence (API) 0,99%.
Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 2005-2014 cenderung
menurun yaitu dari 4,1% pada tahun 2005 menjadi 0,99% pada tahun 2014.
Sementara target Rencana Strategi kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan
malaria atau API pada tahun 2014