Analisis Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria Di Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Puskesmas
2.1.1
Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
(Permenkes RI, 2014).
Menurut Departemen Kesehatan RI, puskesmas merupakan pelayanan
kesehatan
yang
meliputi
promotif
(peningkatan
kesehatan),
preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Prioritas yang harus dikembangkan oleh puskesmas diarahkan kedalam bentuk
pelayanan kesehatan dasar (basic health care service ) yang lebih mengedepankan
upaya promosi dan pencegahan (public health services).
2.1.2
Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang : memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, memiliki derajat kesehatan yang optimal,
baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Permenkes RI, 2014)
12
13
2.1.3
Fungsi Puskesmas
Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di
wilayah kerjanya dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya. Puskesmas juga memiliki wewenang dalam melaksanakan
fungsinya yaitu :
a.
Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b.
Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c.
Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
d.
Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
e.
Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
f.
Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
g.
Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h.
Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i.
Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit (Permenkes RI, 2014)
14
2.1.4
1.
Visi dan Misi Puskesmas
Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah pembangunan kesehatan yang sesuai dengan paradigma sehat, pertanggung
jawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan, tekhnologi tepat guna,
keterpaduan dan kesinambungan.
2.
Misi Puskesmas
Dalam misi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan
puskesmas adalah mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah :
1)
Mendorong semua pemangku kepentigan untuk berkomiten dalam upaya
mencegah dan mengurangi faktor resiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2)
Menggerakkan dan bertanggung awab terhadap pembangunan di wilayah
kerjanya.
3)
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
4)
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.
5)
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan tekhnologi
yang tepat guna sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan
dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan (Permenkes RI, 2014).
15
2.1.5
Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya
puskesmas menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM dan UKP tingkat
pertama di wilayah kerjanya.
2.2
Malaria
Malaria adalah penyakit yang ada sejak zaman Yunani. Istilah malaria
diambil dari bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) sehingga dapat
diartikan sebagai udara buruk (bad air ) karena penyakit malaria banyak
ditemukan di daerah rawa yang berbau busuk, penyakit malaria disebut juga
dengan “ demam kura” (Sorontou, 2013).
Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoa genus plasmodium dan
ditularkan oleh nyamuk spesies anopheles. Penyakit ini dapat menyerang segala
ras, usia, dan jenis kelamin. Golongan yang berisiko tertular malaria antara lain:
ibu hamil, pelancong yang tidak memiliki kekebalan terhadap malaria, pengungsi
dan pekerja yang berpindah ke daerah endemis malaria (Irianto, 2009).
2.2.1
Faktor Host (Pejamu)
Secara alami, penduduk di daerah endemis malaria ada yang mudah dan
yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan
masalah. Wabah penyakit ini sering terjadi di daerah pemukiman baru, seperti di
16
daerah perkebunan dan transmigrasi, karena pekerja yang datang dari daerah lain
belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi (Prabowo, 2008).
Manusia ada yang rentan (susceptible) tertular malaria namun ada pula
yang lebih kebal dan tidak mudah ditulari malaria. Berbagai bangsa atau ras
mempunyai kerentanan yang berbeda. Pada umumnya, pendatang baru ke daerah
endemi, lebih rentan terhadap malaria daripada penduduk aslinya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi host (pejamu manusia) adalah usia, jenis kelamin, sosial
ekonomi, status, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, hereditas (keturunan),
status gizi, dan tingkat imunitas (Sorontou, 2013).
2.2.2
Faktor Agent (Penyebab)
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk
anopheles betina. Spesies anopheles di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000
species dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Spesies
anopheles di Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24 spesies di antaranya telah
terbukti penular penyakit malaria (Prabowo, 2008).
Nyamuk anopheles hidup terutama di daerah beriklim tropik dan
subtropik, namun biasa juga hidup di daerah yang beriklim. Nyamuk ini jarang
ditemukan pada ketinggian lebih dari 2.500 mdpl. Sebagian besar ditemukan di
dataran rendah. Tempat perindukannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan
dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai, pedalaman dan kaki gunung. Nyamuk
betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga
subuh. Jarak terbangnya 2-3 km dari tempat perindukannya (Sorontou, 2013).
17
2.2.3
Faktor Environment (Lingkungan)
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di
suatu daerah. Keberadaan danau air payau, genangan air di hutan, persawahan,
tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat
tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (Prabowo, 2008).
2.2.4
Penyebab Penyakit Malaria
Penyebab penyakit malaria di Indonesia ada 4 jenis yaitu: Plasmodium
vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium falcifarum.
Gejala dan intensitas serangan ke-4 plasmodium tersebut pada garis besarnya
sama, namun setiap plasmodium tersebut memberikan karakteristik tersendiri
dalam intensitas dan frekuensi serangan (Harijanto dkk, 2010).
1.
Plasmodium vivax (P.vivax)
Jenis malaria ini tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia dan
merupakan jenis malaria terbanyak. Jenis ini memberikan infeksi setiap 3 hari
sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertiana. Masa inkubasi
malaria tertiana berkisar antara 12-17 hari. Serangan pertama diawali dengan
sindrom prodromal seperti sakit kepala, nyeri pinggang, mual, muntah, lesu,
demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tapi kemudian demamnya menjadi
teratur setiap 48 jam sekali di waktu siang atau sore hari. Suhu badan dapat
mencapai 40,6ºC atau lebih. Keadaan dapat diikuti pembengkakan limpa dan
timbul cacar herpes pada bibir, pusing dan rasa mengantuk, atau gejala lain yang
disebabkan iritasi serebral, namun hanya berlangsung sementara.
18
2.
Plasmodium ovale (P.ovale)
Banyak dijumpai di Indonesia bagian timur terutama di Papua. Gejala
yang ditimbulkan oleh P.ovale mirip dengan P.vivax. Penyembuhan pada P.Ovale
sering terjadi secara spontan atau sembuh sendiri dan jarang kambuh.
3.
Plasmodium malariae (P.malariae)
Jenis ini tumbuh subur di daerah tropik, di dataran rendah atau tinggi.
Gejala demam setiap 4 hari sekali, sehingga disebut malaria kuartana. Masa
inkubasi antara 18-40 hari. Gejalanya menyerupai Plasmodium vivax tetapi
demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi yang teratur dan dapat
menyebabkan gangguan pada ginjal yang bersifat menahun.
4.
Plasmodium falcifarum (P. falcifarum)
Banyak dijumpai di seluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini termasuk
malaria ganas dengan masa inkubasi 9-14 hari, menyerang limpa dan hati.
Apabila organ hati sudah terkena, akan timbul gejala yang menyerupai penyakit
kuning.
2.2.5
Gejala Penyakit Malaria
Gejala penyakit malaria dimulai dari serangan demam dan disertai gejala
lain yang diselingi oleh priode bebas penyakit Gejala penyakit malaria ditandai
dengan masa priodisitas. Masa inkubasi pada malaria adalah waktu sporozoit
masuk kedalam tubuh manusia (host) sampai timbulnya gejala demam, biasanya
berlangsung 8-37 hari bergantung pada spesies parasit, beratnya infeksi, dan
pengobatan sebelum atau pada derajat imunitas host (Sorontou, 2013).
Berikut ini tabel periode prepaten dan masa inkubasi plasmodium:
19
Tabel 2.1. Periode prepaten dan masa inkubasi plasmodium
No.
1.
2.
3.
4.
Jenis Plasmodium
P .vivax
P.falcifarum
P.malariae
P.ovale
Periode Prepaten
12,2 hari
11 hari
32,7 hari
12 hari
Masa Inkubasi
13 (12-17 hari)
12 (9-14 hari)
28 (18-40 hari)
17 (16-18 hari)
sumber: Cook GC. Prevention and treatment Malaria (Irianto,2009)
Gambaran khas dari penyakit malaria adalah:
1.
Demam
Sebelum terjadinya demam, penderita malaria biasanya akan mengeluh
lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak
pada perut, diare ringan. Demam pada penyakit malaria bersifat periodik dan
berbeda waktunya, tergantung dari plasmodium penyebabnya. Serangan demam
yang khas pada penyakit malaria terdiri dari 3 stadium:
a.
Stadium menggigil
Stadium ini dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Pada
saat menggigil, seluruh tubuhnya bergetar, denyut nadinya cepat, tetapi lemah,
bibir dan jari-jari tangannya biru, serta kulitnya pucat. Pada anak-anak, sering
disertai dengan kejang-kejang. Stadium ini terjadi 15 menit- 1 jam.
b.
Stadium puncak demam
Pada stadium ini, penderita menjadi panas sekali, wajah penderita merah,
kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, frekuensi pernapasan meningkat,
nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat, muntah-muntah,
kesadaran menurun, sampai timbul kejang (pada anak-anak). Suhu badan bisa
mencapai 41ºC. Stadium ini berlangsung selama dua jam atau lebih yang diikuti
dengan keadaan berkeringat.
20
c.
Stadium berkeringat
Pada stadium ini, penderita berkeringat banyak di seluruh. Suhu badan
turun dengan cepat, penderita merasa sangat lelah dan sering tertidur. Setelah
bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan
seperti bias, stadium ini berlangsung 2-4 jam.
2.
Pembesaran limpa (splenomegali)
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada penyakit malaria kronis
atau menahun. Limpa menjadi bengkak dan terasa nyeri. Limpa membengkak
akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria.
Tetapi dengan pengobatan yang baik, limpa dapat berangsur normal kembali.
3.
Anemia
Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah
sampai dibawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang
berlebihan oleh parasit malaria. Anemia juga dapat timbul akibat gangguan
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang (Sorontou, 2013).
2.2.6
Penyebaran dan Penularan Malaria
Penyakit malaria ditemukan pada 64º lintang utara sampai 32º lintang
selatan, malaria tersebar di seluruh Indonesia, terutama kawasan timur Indonesia
(Sorontou, 2013). Penyakit malaria di Indonesia dapat berjangkit di daerah dengan
ketinggian sampai 1.800 m di atas permukaan laut. Spesies yang paling banyak
dijumpai adalah P. falcifarum dan P. vivax sedangkan P. ovale dan P. malariae
pernah ditemukan di Papua dan NTT (Prabowo, 2008).
21
Penyakit malaria ditularkan melalui 2 cara, yaitu alamiah dan non alamiah.
Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
mengandung parasit malaria (sporozoit) dan non alamiah jika bukan melalui
gigitan nyamuk anopheles.
Berikut beberapa penularan penyakit malaria secara non alamiah:
1.
Malaria bawaan (kongenital)
Malaria kongenital adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena
ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada
plasenta, sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya.
2.
Penularan mekanik (transfusion malaria)
Infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang
terinfeksi penyakit malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama atau melalui
transplantasi organ. Parasit malaria dapat hidup selama 7 hari dalam darah donor
(Sorontou, 2013).
2.2.7
Pencegahan Malaria
Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil
yang optimal karena beberapa hambatan diantaranya yaitu: tempat perindukan
nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta
keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya.
Beberapa tindakan dalam upaya pencegahan penyakit malaria :
1.
Menghindari gigitan nyamuk malaria
Menghindari gigitan nyamuk terutama di daerah angka penderita malaria
tinggi, disarankan untuk memakai baju dancelana
panjang saat ke luar,
22
memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu
pada saat tidur terutama pada malam hari (Prabowo, 2008).
2.
Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa
a. Penyemprotan rumah rumah di daerah endemis malaria dengan
insektisida, sebaiknya dilaksanakan dua kali setahun dalam interval waktu
enam bulan.
b. Larvaciding yang merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang
potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
c. Biological control yaitu kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchaxpanchax) pada genangan air yang mengalir dan persawahan.
3.
Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria
Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spesies
nyamuknya. Masyarakat di daerah endemis malaria sangat perlu menjaga
kebersihan lingkungan. Tambak ikan yang kurang terpelihara dibersihkan, parit di
sepanjang pantai dan bekas galian yang terisi air payau harus ditutup, saluran
irigasi
dipastikan
mengalir
dengan
lancar
untuk
mengurangi
tempat
perkembangbiakan larva nyamuk malaria (Prabowo, 2008).
2.3
Program Eliminasi Malaria
2.3.1
Pengertian Eliminasi Malaria
Kata Eliminasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
pengurangan/ penghilangan, dan malaria adalah penyakit infeksi yang banyak
dijumpai di daerah tropis, disertai gejala demam fluktuasi suhu secara teratur, ditularkan
oleh nyamuk anopheles.
23
Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan
malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak
ada kasus impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut.
Sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah menular
kembali (Kepmenkes, 2009).
2.3.2
Tujuan Program Eliminasi Malaria
Adapun tujuan dari eliminasi malaria di Indonesia adalah terwujudnya
masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara
bertahap sampai 2030, untuk Sumatera sendiri eliminasi malaria ditargetkan
tercapai pada tahun 2020.
2.3.3
Kebijakan Program Eliminasi Malaria
Eliminasi Malaria merupakan salah satu prioritas nasional program
pemberantasan penyakit menular. Pelaksanaan eliminasi malaria di Indonesia
dengan menerapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/ MENKES /SK/
IV/2009 tentang pedoman eliminasi malaria, yaitu menghentikan penularan
malaria sehingga terwujudnya masyarakat yang sehat dan terbebas dari penularan
malaria yang akan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah,
pemerintah daerah, bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia
usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kesehatan masyarakatdan
masyarakat.
Eliminasi malaria dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi
dan dari satu pulau atau beberapa pulau sampai keseluruh wilayah indonesia
menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan sumber daya yang
24
tersedia. Berdasarkan pertimbangan terhadap kebijakan tentang eliminasi malaria,
Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal sendiri telah membuat kebijakan tentang
eliminasi malaria di Kabupaten Mandailing Natal yang tercantum dalam Peraturan
Bupati Nomor 20 Tahun 2015 tentang eliminasi malaria di Kabupaten Mandailing
Natal.
2.3.4
Strategi
Strategi Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dalam pelaksanaan
eliminasi malaria yaitu (1) Melakukan penemuan dini dan pengobatan yang tepat;
(2) Memberdayakan masyarakat untuk mendukung secara aktif upaya eliminasi
malaria; (3) Menjamin akses pelayanan berkualitas terhadap masyarakat yang
berisiko; (4) Melakukan komunikasi, advokasi, motivasi dan sosialisasi kepada
Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mendukung secara aktif eliminasi
malaria; (5) Menggalang kemitraan dan sumber daya baik lokal, nasional, maupun
intenasional, secara terkoordinasi dengan seluruh sektor terkait, termasuk sektor
swasta, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan melalui forum gebrak
malaria atau forum kemitraan lainnya; (6) Menyelenggarakan sistem surveilans,
monitoring dan evaluasi sistem kesehatan; (7) Melaksanakan upaya eliminasi
malaria melalui forum kemitraan Gebrak Malaria atau forum kemitraan yang
sudah terbentuk;
(8)
Meningkatkan kualitas sumberdaya
mengembangkan teknologi (Perda Madina, 2015).
manusia
dan
25
2.3.5 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas dalam Kegiatan Eliminas Malaria
Peraturan Bupati Kabupaten Mandailing Natal tahun 2015 tentang
eliminasi malaria, dimana tujuan utama eliminasi adalah menghilangkan fokus
aktif dan menghentikan penularan pada wilayah setempat di suatu wilayah,
minimal kabupaten/kota. Pokok-pokok kegiatan adalah :
1.
Penemuan dan Tata Laksana Penderita
a. Menemukan semua penderita malaria dengan konfirmasi mikroskopis di unit
pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, maupun unit
pelayanankesehatan swasta.
b. Mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat malaria efektif
dan aman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI ( saat ini
menggunakan Artemisinin Combination Therapy atau ACT).
c. Pengobatan penderita malaria falciparum pada hari ke-7 dan ke-28 setelah
pengobatan, sedangkan penderita malaria vivax pada hari ke-7,28 dan 3 bulan
setelah pengobatan.
d. Melakukan pemeriksaan ulang sediaan darah dan secara berkala menguji
kemampuan mikroskopis dalam memeriksa sediaan darah.
e. Memantau efikasi obat malaria.
f. Meningkatkan cakupan penemuan dan pengobatan penderita secara fasif
melalui puskesmas pembantu, upaya
kesehatan berbasis masyarakat
(poskesdes, posyandu, polmandes).
g. Mengatur dan mengawasi peredaran penjualan obat malaria selain ACT
(klorokuin, fansidar) di warung-warung obat.
26
2.
Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Resiko meliputi :
a. Mendistribusikan kelambu berinsektisida secara massal maupun secara rutin
melalui kegiatan integrasi dengan program lain dapat mencakup > 80%
penduduk di lokasi fokus malaria.
b. Melakukan penyemprotan rumah dengan cakupan >90% rumah penduduk di
daerah potensial atau sedang terjadi KLB dan lokasi fokus malaria .
c. Melakukan pengendalian vektor dengan metode lain yang sesuai untuk
menurunkan reseptivitas, dan pengendalian vektor secara hayati.
d. Memantau efikasi insektisida (termasuk kelambu berinsektisida) dan resistensi
vektor.
3.
Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah meliputi :
a. Semua unit pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta (Kantor Pusat
Penanggulangan Malaria, Puskesmas, Poliklinik, Rumah Sakit) melaksanakan
SKD-KLB malaria, dianalisis dan dilaporkan secara berkala ke Dinas
Kapubaten Mandailing Natal.
b. Menanggulangi KLB malaria.
c. Memperkuat sistem informasi kesehatansehingga semua penderita dan
kematian malaria serta hasil kegiatan dapat dicatat dan dilaporkan.
d. Melaporkan penenmuan kasus dengan segera.
e. Menginventarisasi dan memetakan fokus malaria.
f. Membuat data dasar eliminasi, antara lain secara Geographycal Information
system (GIS) berdasarkan data fokus, kasus vektor, genotipe isolate parasit
dan intervensi yang dilakukan.
27
4.
Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) meliputi :
a. Meningkatkan promosi kesehatan dan kampanye eliminasi malaria.
b. Menggalang kemitraan dengan berbagai program, sektor, LSM, organisasi
keagamaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, organisasi
internasional, lembaga donor, dunia usaha, dan seluruh masyarakat.
c. Melakukan integrasi dengan program lain dalam pelayanan masyarakat,
seperti pembagian kelambu berinsektisida, pengobatan penderita.
d. Menataati dan Melaksanakan perda
dan atau perundangan lainnya untuk
mendukung eliminasi malaria..
e. Melakukan advokasi dan sosialisasi untuk mendapatkan dukungan politik dan
jaminan dalam penyedian dana secara berkesinambungan dalam upaya
eliminasi malaria, khususnya menghilangkan fokus aktif yang masih ada.
f. Mobilisasi dana yang bersumber dari kabupaten/kota, provinsi, dan pusat
maupun lembaga donor.
g. Menyelenggarkan pertemuan lintas batas kabupaten/kota untuk merencanakan
dan melaksanakan kegiatan eliminasi malaria secara terpadu.
5.
Peningkatan Sumber Daya Manusia meliputi :
a. re-orientasi program menuju tahap eliminasi disampaikan kepada tenaga
kesehatan pemerintah maupun swasta yang terlibat eliminasi. Re-orientasi ini
mulai dilaksanakan bila :
b. Melaksanakan
pelatihan/refreshing
tenaga
mikroskopis
Kantor
Pusat
Penanggulangan Malaria, Puskesmas dan Rumah Sakit pemerintah maupun
28
unit pelayanan kesehatan swasta terutama di daerah reseptif untuk menjaga
kualitas pemeriksaan sediaan darah.
c. Pelatihan tenaga pengelola malaria dalam bidang teknis dan manajemen.
d. Sosisalisasi dan pelatihan tatalaksana penderita.
2.3.6
Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria
Berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Pusat Penanggulangan Malaria
Kabupaten Mandailing Natal Nomor 443.41/ 240/ KPPM/ 2012 tentang Penetapan
Rencana Strategis Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing
Natal Tahun 2011-2016. Berdasarkan rencana strategis tersebut, target pencapaian
API pada tahun 2016 adalah 3 per 1.000 penderita. Dalam rencana strategis
tersebut ditetapkan visi “Mewujudkan Masyarakat Mandailing Natal yang Sehat
dan Bebas Malaria Tahun 2020”.
Berdasarkan profil Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2013 diketahui bahwa Tugas Pokok Kantor Pusat
Penanggulangan Malaria adalah:
1. Melaksanakan tugas Pemerintah Daerah dalam menanggulangi penyakit
malaria di Kabupaten Mandailing Natal.
2. Melaksanakan tugas dalam hal pengembangan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah.
Fungsi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria adalah:
a. Melakukan koordinasi, sinkronisasi dan kerjasama terhadap berbagai
stakeholder untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menanggulangi
malaria.
29
b. Sebagai pusat informasi kegiatan pengendalaian malaria di Kabupaten
Mandailing Natal.
c. Sebagai pusat aktifitas dalam pengendalian malaria di Kabupaten Mandailing
Natal.
d. Menjalankan fungsi sekretariat dari Pusat Pengendalian Malaria (Kantor Pusat
Penanggulangan Malaria) Kabupaten Mandailing Natal dalam hal ini Gedung
Kantor Pusat Penanggulangan Malaria.
Visi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria yaitu : Menuju Kabupaten
Mandailing Natal Bebas Malaria, sedangkan misi Kantor Pusat Penanggulangan
Malaria adalah: a) Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan melindungi
diri dari penularan malaria. b) Menggalang kemitraan seluas-luasnya dalam
pemberantasan malaria. c) Menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu untuk
mencegah dan menangani penyakit malaria.
Kegiatan yang telah dilaksanakan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria
Kabupaten Mandailing Natal dalam penanggulangan kasus malaria sebagai
berikut:
1. Upaya Kesehatan Secara Promotif (Promosi Malaria)
Upaya kesehatan secara promotif ini bertujuan menyebarluaskan informasi
malaria, baik secara langsung (sosialisasi) maupun tidak langsung (melalui
media), untuk meningkatakan pengetahuan dan peran serta masyarakat dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan malaria.Kegiatan promosi malaria telah
dilaksanakan meliputi sosialisasi pada masyarakat dan penyampaian informasi
malaria melalui iklan radio spot, lembar promosi dan poster. Melalui media
30
tersebut disampaikan pengetahuan tentang nyamuk yang menjadi vektor (tempat
berkembang
biak
dan
kebiasaan
menggigit),
gejala
penyakit
malaria,
pengobatannya dan pencegahannya.
2. Meningkatkan Upaya Kesehatan Secara Preventif (Pencegahan Malaria)
Upaya pencegahan malaria merupakan hal yang mutlak harus dapat
dilaksanakan oleh segenap masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan penyakit malaria. Kegiatan pencegahan (preventif) yang telah
dilaksanakan sebagai berikut : a) pembagian kelambu berinsektisida, b)
penyemprotan sarang nyamuk, c) surveilans, kegiatan surveilans meliputi kegiatan
(1) survei pemanfaatan kelambu oleh masyarakat, survei ini untuk menemukan
keluarga yang tidak mempunyai kelambu, keluarga yang tidak menggunakan
kelambu yang sudah dibagikan; (2) Survei pengetahuan usia anak sekolah tentang
malaria, survei ini dilakukan pada siswa sekolah dasar dan sekolah lanjutan.
3. Upaya Kesehatan Secara Kuratif (Pelayanan Kesehatan bagi Penderita
Malaria).
Upaya pengobatan yang dilakukan adalah bagi penderita positif malaria
setelah menjalani pemeriksaan laboratorium. Upaya kesehatan secara kuratif ini
dilaksanakan dengan pengoperasian ke beberapa desa/kelurahan. Upaya kuratif
lainnya adalah dengan mendatangi desa yang memiliki potensi ataupun angka
kesakitan malaria yang tinggi.
31
4. Peningkatan Kerja Sama Lintas Sektor
Penanggulangan Malaria di Mandailing Natal melaksanakan koordinasi
dengan puskesmas. puskesmas sebagai sarana pelayanan di kecamatan, dan
memiliki jaringan sampai ke desa yang memiliki peran yang cukup penting dalam
upaya penanggulangan malaria di Kabupaten Mandailing Natal.
2.3.5
Sumber Dana
Pemerintah Pusat dan daerah menggalang setiap sumber pendanaan
pemerintah, lembaga kemasyarakatan, kerjasama antar negara, dan lembaga
internasional. Untuk mendukung terlaksananya upaya eliminasi malaria, semua
instansi dan sektor terkait dapat merencanakan serta menyediakan anggaran yang
diajukan setiap periode/tahun sesuai dengan tugas/fungsi dan rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan. Dan pembiayaan pelaksanaan eliminasi malaria dapat
diupayakan melalui sumber APBN, APBD, bantuan luar negeri, swasta, serta
sumber lain yang sah sesuai dengan undang-undang.
2.3.6
Indikator Kinerja
Indikator kinerja program eliminasi malaria adalah apabila daerah endemis
malaria menjadi daerah tidak endemis malaria yang dinyatakan dengan tidak
ditemukan lagi kasus penularan setempat (indigenous) selama 3 ( tiga ) tahun
berturut-turut, serta dijamin dengan kemampuan pelaksanaaan surveilans yang
baik.
32
2.4
Fokus Penelitian
Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan program eliminasi malaria
dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses (process), dan luaran
(output). Dan teori yang digunakan adalah teori pendekatan sistem yaitu
penerapan suatu prosedur secara logis dan rasional melalui indikaror masukan,
proses, output yang berhungan dengan suatu kegiatan sehingga dapat berfungsi
sebagai suatu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh Karena
itu fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut :
Proses
Input
1. Tenaga
Kesehatan
2. Sarana dan
Prasarana
1. Penemuan dan tata
laksana penderita
2. Pencegahan dan
penanggulangan
faktor resiko
3. Surveilans
epidemiologi dan
penanggulangan
wabah
4. Peningkatan KIE
5. Peningkatan
sumberdaya
manusia
Output
Terlaksananya
program eliminasi
Malaria di
Puskesmas
Panyabungan Jae
dengan pelaksanaan
kegiatan program
eliminasi malaria
secara aktif
Gambar 2.1 Fokus Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka dapat dirumuskan defenisi
fokus penelitian sebagai berikut :
1. Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
program eliminasi malaria yang meliputi : Tenaga Kesehatan, Sarana dan
Prasarana.
33
1) Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya dibidang
kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
melalui pendidikan kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam
menjalankan layanan kesehatan dimana hal ini berkaitan dengan program
eliminasi malaria. Seperti kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
(PMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dan tenaga kesehatan di
Puskesmas Panyabungan Jae. Adapun hal yang akan dijadikan penilaian pada
penelitian adalah tentang kuantitas meliputi jumlah dari tenaga kesehatan,
kompetensi dari tenaga kesehatan di Puskesmas Panyabungan Jae meliputi
keterampilan tenaga kesehatan dalam program eliminasi malaria.
2) Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang yang dapat dipakai sebagai alat dalam
pencapaian eliminasi malaria. Prasarana adalah segala sesuatu yang menjadi
penunjang terlaksananya pelaksaanan eliminasi malaria, yang menjadi fokus
penelitian adalah tersedianya area untuk pasien malaria rawat jalan,
laboratorium malaria di puskesmas, ketersediaan peralatan kedokteran dan alat
penunjang pemeriksaan laboratorium dan obat-obatan.
2. Proses adalah langkah-langkah yang dilaksanakan untuk dapat meningkatkan
kompetensi input dan sehingga dapat mencapai output yang telah ditetapkan.
Proses dalam eliminasi malaria dibagi menjadi 5 kegiatan:
34
1) Penemuan dan tata laksana penderita, yang akan menjadi menjadi fokus
penelitian adalah mekanisme penemuan penderita malaria, dan bagaimana
tatalaksana kepada penderita positif malaria.
2) Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko, yang menjadi fokus penelitian
adalah hal yang berkaitan dengan pengendalian vektor meliputi pembagian
kelambu berinsektisida dan peningkatan promosi tentang pencegahan malaria.
3) Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, yang menjadi fokus
penelitian adalah pelaporan SKD-KLB secara berkala, penanggulangan bila
terjadi KLB, sistem informasi pencatatan malaria, dan pencatatan semua kasus
positif.
4) Peningkatan KIE (Komunikasi, Edukasi dan informasi) yang mencakup
kegiatan yang dilaksanakan puskesmas yang meliputi, koordinasi lintas sektor
dalam eliminasi malaria, dan kerja sama lintas sektor dalam program eliminasi
malaria.
5) Peningkatan
sumberdaya
manusia
adalah
mencakup
kegiatan
yang
dilaksanakan puskesmas meliputi pemberian pelatihan kepada petugas
kesehatan dalam eliminasi malaria, dan pelatihan kepada tenaga mikroskopis.
3. Output (Keluaran) adalah hasil dari suatu proses tertentu dengan
menggunakan input, output dari fokus penelitian adalah Terlaksananya
Program Eliminasi Malaria di Puskesmas Panyabungan Jae dengan
pelaksanaan kegiatan program eliminasi malaria secara aktif.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Puskesmas
2.1.1
Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
(Permenkes RI, 2014).
Menurut Departemen Kesehatan RI, puskesmas merupakan pelayanan
kesehatan
yang
meliputi
promotif
(peningkatan
kesehatan),
preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Prioritas yang harus dikembangkan oleh puskesmas diarahkan kedalam bentuk
pelayanan kesehatan dasar (basic health care service ) yang lebih mengedepankan
upaya promosi dan pencegahan (public health services).
2.1.2
Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang : memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, memiliki derajat kesehatan yang optimal,
baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Permenkes RI, 2014)
12
13
2.1.3
Fungsi Puskesmas
Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di
wilayah kerjanya dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya. Puskesmas juga memiliki wewenang dalam melaksanakan
fungsinya yaitu :
a.
Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b.
Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c.
Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
d.
Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
e.
Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
f.
Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
g.
Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h.
Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i.
Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit (Permenkes RI, 2014)
14
2.1.4
1.
Visi dan Misi Puskesmas
Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah pembangunan kesehatan yang sesuai dengan paradigma sehat, pertanggung
jawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan, tekhnologi tepat guna,
keterpaduan dan kesinambungan.
2.
Misi Puskesmas
Dalam misi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan
puskesmas adalah mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah :
1)
Mendorong semua pemangku kepentigan untuk berkomiten dalam upaya
mencegah dan mengurangi faktor resiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2)
Menggerakkan dan bertanggung awab terhadap pembangunan di wilayah
kerjanya.
3)
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
4)
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.
5)
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan tekhnologi
yang tepat guna sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan
dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan (Permenkes RI, 2014).
15
2.1.5
Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya
puskesmas menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM dan UKP tingkat
pertama di wilayah kerjanya.
2.2
Malaria
Malaria adalah penyakit yang ada sejak zaman Yunani. Istilah malaria
diambil dari bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) sehingga dapat
diartikan sebagai udara buruk (bad air ) karena penyakit malaria banyak
ditemukan di daerah rawa yang berbau busuk, penyakit malaria disebut juga
dengan “ demam kura” (Sorontou, 2013).
Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoa genus plasmodium dan
ditularkan oleh nyamuk spesies anopheles. Penyakit ini dapat menyerang segala
ras, usia, dan jenis kelamin. Golongan yang berisiko tertular malaria antara lain:
ibu hamil, pelancong yang tidak memiliki kekebalan terhadap malaria, pengungsi
dan pekerja yang berpindah ke daerah endemis malaria (Irianto, 2009).
2.2.1
Faktor Host (Pejamu)
Secara alami, penduduk di daerah endemis malaria ada yang mudah dan
yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan
masalah. Wabah penyakit ini sering terjadi di daerah pemukiman baru, seperti di
16
daerah perkebunan dan transmigrasi, karena pekerja yang datang dari daerah lain
belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi (Prabowo, 2008).
Manusia ada yang rentan (susceptible) tertular malaria namun ada pula
yang lebih kebal dan tidak mudah ditulari malaria. Berbagai bangsa atau ras
mempunyai kerentanan yang berbeda. Pada umumnya, pendatang baru ke daerah
endemi, lebih rentan terhadap malaria daripada penduduk aslinya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi host (pejamu manusia) adalah usia, jenis kelamin, sosial
ekonomi, status, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, hereditas (keturunan),
status gizi, dan tingkat imunitas (Sorontou, 2013).
2.2.2
Faktor Agent (Penyebab)
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk
anopheles betina. Spesies anopheles di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000
species dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Spesies
anopheles di Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24 spesies di antaranya telah
terbukti penular penyakit malaria (Prabowo, 2008).
Nyamuk anopheles hidup terutama di daerah beriklim tropik dan
subtropik, namun biasa juga hidup di daerah yang beriklim. Nyamuk ini jarang
ditemukan pada ketinggian lebih dari 2.500 mdpl. Sebagian besar ditemukan di
dataran rendah. Tempat perindukannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan
dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai, pedalaman dan kaki gunung. Nyamuk
betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga
subuh. Jarak terbangnya 2-3 km dari tempat perindukannya (Sorontou, 2013).
17
2.2.3
Faktor Environment (Lingkungan)
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di
suatu daerah. Keberadaan danau air payau, genangan air di hutan, persawahan,
tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat
tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (Prabowo, 2008).
2.2.4
Penyebab Penyakit Malaria
Penyebab penyakit malaria di Indonesia ada 4 jenis yaitu: Plasmodium
vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium falcifarum.
Gejala dan intensitas serangan ke-4 plasmodium tersebut pada garis besarnya
sama, namun setiap plasmodium tersebut memberikan karakteristik tersendiri
dalam intensitas dan frekuensi serangan (Harijanto dkk, 2010).
1.
Plasmodium vivax (P.vivax)
Jenis malaria ini tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia dan
merupakan jenis malaria terbanyak. Jenis ini memberikan infeksi setiap 3 hari
sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertiana. Masa inkubasi
malaria tertiana berkisar antara 12-17 hari. Serangan pertama diawali dengan
sindrom prodromal seperti sakit kepala, nyeri pinggang, mual, muntah, lesu,
demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tapi kemudian demamnya menjadi
teratur setiap 48 jam sekali di waktu siang atau sore hari. Suhu badan dapat
mencapai 40,6ºC atau lebih. Keadaan dapat diikuti pembengkakan limpa dan
timbul cacar herpes pada bibir, pusing dan rasa mengantuk, atau gejala lain yang
disebabkan iritasi serebral, namun hanya berlangsung sementara.
18
2.
Plasmodium ovale (P.ovale)
Banyak dijumpai di Indonesia bagian timur terutama di Papua. Gejala
yang ditimbulkan oleh P.ovale mirip dengan P.vivax. Penyembuhan pada P.Ovale
sering terjadi secara spontan atau sembuh sendiri dan jarang kambuh.
3.
Plasmodium malariae (P.malariae)
Jenis ini tumbuh subur di daerah tropik, di dataran rendah atau tinggi.
Gejala demam setiap 4 hari sekali, sehingga disebut malaria kuartana. Masa
inkubasi antara 18-40 hari. Gejalanya menyerupai Plasmodium vivax tetapi
demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi yang teratur dan dapat
menyebabkan gangguan pada ginjal yang bersifat menahun.
4.
Plasmodium falcifarum (P. falcifarum)
Banyak dijumpai di seluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini termasuk
malaria ganas dengan masa inkubasi 9-14 hari, menyerang limpa dan hati.
Apabila organ hati sudah terkena, akan timbul gejala yang menyerupai penyakit
kuning.
2.2.5
Gejala Penyakit Malaria
Gejala penyakit malaria dimulai dari serangan demam dan disertai gejala
lain yang diselingi oleh priode bebas penyakit Gejala penyakit malaria ditandai
dengan masa priodisitas. Masa inkubasi pada malaria adalah waktu sporozoit
masuk kedalam tubuh manusia (host) sampai timbulnya gejala demam, biasanya
berlangsung 8-37 hari bergantung pada spesies parasit, beratnya infeksi, dan
pengobatan sebelum atau pada derajat imunitas host (Sorontou, 2013).
Berikut ini tabel periode prepaten dan masa inkubasi plasmodium:
19
Tabel 2.1. Periode prepaten dan masa inkubasi plasmodium
No.
1.
2.
3.
4.
Jenis Plasmodium
P .vivax
P.falcifarum
P.malariae
P.ovale
Periode Prepaten
12,2 hari
11 hari
32,7 hari
12 hari
Masa Inkubasi
13 (12-17 hari)
12 (9-14 hari)
28 (18-40 hari)
17 (16-18 hari)
sumber: Cook GC. Prevention and treatment Malaria (Irianto,2009)
Gambaran khas dari penyakit malaria adalah:
1.
Demam
Sebelum terjadinya demam, penderita malaria biasanya akan mengeluh
lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak
pada perut, diare ringan. Demam pada penyakit malaria bersifat periodik dan
berbeda waktunya, tergantung dari plasmodium penyebabnya. Serangan demam
yang khas pada penyakit malaria terdiri dari 3 stadium:
a.
Stadium menggigil
Stadium ini dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Pada
saat menggigil, seluruh tubuhnya bergetar, denyut nadinya cepat, tetapi lemah,
bibir dan jari-jari tangannya biru, serta kulitnya pucat. Pada anak-anak, sering
disertai dengan kejang-kejang. Stadium ini terjadi 15 menit- 1 jam.
b.
Stadium puncak demam
Pada stadium ini, penderita menjadi panas sekali, wajah penderita merah,
kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, frekuensi pernapasan meningkat,
nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat, muntah-muntah,
kesadaran menurun, sampai timbul kejang (pada anak-anak). Suhu badan bisa
mencapai 41ºC. Stadium ini berlangsung selama dua jam atau lebih yang diikuti
dengan keadaan berkeringat.
20
c.
Stadium berkeringat
Pada stadium ini, penderita berkeringat banyak di seluruh. Suhu badan
turun dengan cepat, penderita merasa sangat lelah dan sering tertidur. Setelah
bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan
seperti bias, stadium ini berlangsung 2-4 jam.
2.
Pembesaran limpa (splenomegali)
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada penyakit malaria kronis
atau menahun. Limpa menjadi bengkak dan terasa nyeri. Limpa membengkak
akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria.
Tetapi dengan pengobatan yang baik, limpa dapat berangsur normal kembali.
3.
Anemia
Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah
sampai dibawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang
berlebihan oleh parasit malaria. Anemia juga dapat timbul akibat gangguan
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang (Sorontou, 2013).
2.2.6
Penyebaran dan Penularan Malaria
Penyakit malaria ditemukan pada 64º lintang utara sampai 32º lintang
selatan, malaria tersebar di seluruh Indonesia, terutama kawasan timur Indonesia
(Sorontou, 2013). Penyakit malaria di Indonesia dapat berjangkit di daerah dengan
ketinggian sampai 1.800 m di atas permukaan laut. Spesies yang paling banyak
dijumpai adalah P. falcifarum dan P. vivax sedangkan P. ovale dan P. malariae
pernah ditemukan di Papua dan NTT (Prabowo, 2008).
21
Penyakit malaria ditularkan melalui 2 cara, yaitu alamiah dan non alamiah.
Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
mengandung parasit malaria (sporozoit) dan non alamiah jika bukan melalui
gigitan nyamuk anopheles.
Berikut beberapa penularan penyakit malaria secara non alamiah:
1.
Malaria bawaan (kongenital)
Malaria kongenital adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena
ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada
plasenta, sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya.
2.
Penularan mekanik (transfusion malaria)
Infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang
terinfeksi penyakit malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama atau melalui
transplantasi organ. Parasit malaria dapat hidup selama 7 hari dalam darah donor
(Sorontou, 2013).
2.2.7
Pencegahan Malaria
Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil
yang optimal karena beberapa hambatan diantaranya yaitu: tempat perindukan
nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta
keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya.
Beberapa tindakan dalam upaya pencegahan penyakit malaria :
1.
Menghindari gigitan nyamuk malaria
Menghindari gigitan nyamuk terutama di daerah angka penderita malaria
tinggi, disarankan untuk memakai baju dancelana
panjang saat ke luar,
22
memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu
pada saat tidur terutama pada malam hari (Prabowo, 2008).
2.
Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa
a. Penyemprotan rumah rumah di daerah endemis malaria dengan
insektisida, sebaiknya dilaksanakan dua kali setahun dalam interval waktu
enam bulan.
b. Larvaciding yang merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang
potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
c. Biological control yaitu kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchaxpanchax) pada genangan air yang mengalir dan persawahan.
3.
Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria
Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spesies
nyamuknya. Masyarakat di daerah endemis malaria sangat perlu menjaga
kebersihan lingkungan. Tambak ikan yang kurang terpelihara dibersihkan, parit di
sepanjang pantai dan bekas galian yang terisi air payau harus ditutup, saluran
irigasi
dipastikan
mengalir
dengan
lancar
untuk
mengurangi
tempat
perkembangbiakan larva nyamuk malaria (Prabowo, 2008).
2.3
Program Eliminasi Malaria
2.3.1
Pengertian Eliminasi Malaria
Kata Eliminasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
pengurangan/ penghilangan, dan malaria adalah penyakit infeksi yang banyak
dijumpai di daerah tropis, disertai gejala demam fluktuasi suhu secara teratur, ditularkan
oleh nyamuk anopheles.
23
Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan
malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak
ada kasus impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut.
Sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah menular
kembali (Kepmenkes, 2009).
2.3.2
Tujuan Program Eliminasi Malaria
Adapun tujuan dari eliminasi malaria di Indonesia adalah terwujudnya
masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara
bertahap sampai 2030, untuk Sumatera sendiri eliminasi malaria ditargetkan
tercapai pada tahun 2020.
2.3.3
Kebijakan Program Eliminasi Malaria
Eliminasi Malaria merupakan salah satu prioritas nasional program
pemberantasan penyakit menular. Pelaksanaan eliminasi malaria di Indonesia
dengan menerapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/ MENKES /SK/
IV/2009 tentang pedoman eliminasi malaria, yaitu menghentikan penularan
malaria sehingga terwujudnya masyarakat yang sehat dan terbebas dari penularan
malaria yang akan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah,
pemerintah daerah, bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia
usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kesehatan masyarakatdan
masyarakat.
Eliminasi malaria dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi
dan dari satu pulau atau beberapa pulau sampai keseluruh wilayah indonesia
menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan sumber daya yang
24
tersedia. Berdasarkan pertimbangan terhadap kebijakan tentang eliminasi malaria,
Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal sendiri telah membuat kebijakan tentang
eliminasi malaria di Kabupaten Mandailing Natal yang tercantum dalam Peraturan
Bupati Nomor 20 Tahun 2015 tentang eliminasi malaria di Kabupaten Mandailing
Natal.
2.3.4
Strategi
Strategi Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dalam pelaksanaan
eliminasi malaria yaitu (1) Melakukan penemuan dini dan pengobatan yang tepat;
(2) Memberdayakan masyarakat untuk mendukung secara aktif upaya eliminasi
malaria; (3) Menjamin akses pelayanan berkualitas terhadap masyarakat yang
berisiko; (4) Melakukan komunikasi, advokasi, motivasi dan sosialisasi kepada
Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mendukung secara aktif eliminasi
malaria; (5) Menggalang kemitraan dan sumber daya baik lokal, nasional, maupun
intenasional, secara terkoordinasi dengan seluruh sektor terkait, termasuk sektor
swasta, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan melalui forum gebrak
malaria atau forum kemitraan lainnya; (6) Menyelenggarakan sistem surveilans,
monitoring dan evaluasi sistem kesehatan; (7) Melaksanakan upaya eliminasi
malaria melalui forum kemitraan Gebrak Malaria atau forum kemitraan yang
sudah terbentuk;
(8)
Meningkatkan kualitas sumberdaya
mengembangkan teknologi (Perda Madina, 2015).
manusia
dan
25
2.3.5 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas dalam Kegiatan Eliminas Malaria
Peraturan Bupati Kabupaten Mandailing Natal tahun 2015 tentang
eliminasi malaria, dimana tujuan utama eliminasi adalah menghilangkan fokus
aktif dan menghentikan penularan pada wilayah setempat di suatu wilayah,
minimal kabupaten/kota. Pokok-pokok kegiatan adalah :
1.
Penemuan dan Tata Laksana Penderita
a. Menemukan semua penderita malaria dengan konfirmasi mikroskopis di unit
pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, maupun unit
pelayanankesehatan swasta.
b. Mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat malaria efektif
dan aman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI ( saat ini
menggunakan Artemisinin Combination Therapy atau ACT).
c. Pengobatan penderita malaria falciparum pada hari ke-7 dan ke-28 setelah
pengobatan, sedangkan penderita malaria vivax pada hari ke-7,28 dan 3 bulan
setelah pengobatan.
d. Melakukan pemeriksaan ulang sediaan darah dan secara berkala menguji
kemampuan mikroskopis dalam memeriksa sediaan darah.
e. Memantau efikasi obat malaria.
f. Meningkatkan cakupan penemuan dan pengobatan penderita secara fasif
melalui puskesmas pembantu, upaya
kesehatan berbasis masyarakat
(poskesdes, posyandu, polmandes).
g. Mengatur dan mengawasi peredaran penjualan obat malaria selain ACT
(klorokuin, fansidar) di warung-warung obat.
26
2.
Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Resiko meliputi :
a. Mendistribusikan kelambu berinsektisida secara massal maupun secara rutin
melalui kegiatan integrasi dengan program lain dapat mencakup > 80%
penduduk di lokasi fokus malaria.
b. Melakukan penyemprotan rumah dengan cakupan >90% rumah penduduk di
daerah potensial atau sedang terjadi KLB dan lokasi fokus malaria .
c. Melakukan pengendalian vektor dengan metode lain yang sesuai untuk
menurunkan reseptivitas, dan pengendalian vektor secara hayati.
d. Memantau efikasi insektisida (termasuk kelambu berinsektisida) dan resistensi
vektor.
3.
Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah meliputi :
a. Semua unit pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta (Kantor Pusat
Penanggulangan Malaria, Puskesmas, Poliklinik, Rumah Sakit) melaksanakan
SKD-KLB malaria, dianalisis dan dilaporkan secara berkala ke Dinas
Kapubaten Mandailing Natal.
b. Menanggulangi KLB malaria.
c. Memperkuat sistem informasi kesehatansehingga semua penderita dan
kematian malaria serta hasil kegiatan dapat dicatat dan dilaporkan.
d. Melaporkan penenmuan kasus dengan segera.
e. Menginventarisasi dan memetakan fokus malaria.
f. Membuat data dasar eliminasi, antara lain secara Geographycal Information
system (GIS) berdasarkan data fokus, kasus vektor, genotipe isolate parasit
dan intervensi yang dilakukan.
27
4.
Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) meliputi :
a. Meningkatkan promosi kesehatan dan kampanye eliminasi malaria.
b. Menggalang kemitraan dengan berbagai program, sektor, LSM, organisasi
keagamaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, organisasi
internasional, lembaga donor, dunia usaha, dan seluruh masyarakat.
c. Melakukan integrasi dengan program lain dalam pelayanan masyarakat,
seperti pembagian kelambu berinsektisida, pengobatan penderita.
d. Menataati dan Melaksanakan perda
dan atau perundangan lainnya untuk
mendukung eliminasi malaria..
e. Melakukan advokasi dan sosialisasi untuk mendapatkan dukungan politik dan
jaminan dalam penyedian dana secara berkesinambungan dalam upaya
eliminasi malaria, khususnya menghilangkan fokus aktif yang masih ada.
f. Mobilisasi dana yang bersumber dari kabupaten/kota, provinsi, dan pusat
maupun lembaga donor.
g. Menyelenggarkan pertemuan lintas batas kabupaten/kota untuk merencanakan
dan melaksanakan kegiatan eliminasi malaria secara terpadu.
5.
Peningkatan Sumber Daya Manusia meliputi :
a. re-orientasi program menuju tahap eliminasi disampaikan kepada tenaga
kesehatan pemerintah maupun swasta yang terlibat eliminasi. Re-orientasi ini
mulai dilaksanakan bila :
b. Melaksanakan
pelatihan/refreshing
tenaga
mikroskopis
Kantor
Pusat
Penanggulangan Malaria, Puskesmas dan Rumah Sakit pemerintah maupun
28
unit pelayanan kesehatan swasta terutama di daerah reseptif untuk menjaga
kualitas pemeriksaan sediaan darah.
c. Pelatihan tenaga pengelola malaria dalam bidang teknis dan manajemen.
d. Sosisalisasi dan pelatihan tatalaksana penderita.
2.3.6
Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria
Berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Pusat Penanggulangan Malaria
Kabupaten Mandailing Natal Nomor 443.41/ 240/ KPPM/ 2012 tentang Penetapan
Rencana Strategis Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing
Natal Tahun 2011-2016. Berdasarkan rencana strategis tersebut, target pencapaian
API pada tahun 2016 adalah 3 per 1.000 penderita. Dalam rencana strategis
tersebut ditetapkan visi “Mewujudkan Masyarakat Mandailing Natal yang Sehat
dan Bebas Malaria Tahun 2020”.
Berdasarkan profil Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2013 diketahui bahwa Tugas Pokok Kantor Pusat
Penanggulangan Malaria adalah:
1. Melaksanakan tugas Pemerintah Daerah dalam menanggulangi penyakit
malaria di Kabupaten Mandailing Natal.
2. Melaksanakan tugas dalam hal pengembangan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah.
Fungsi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria adalah:
a. Melakukan koordinasi, sinkronisasi dan kerjasama terhadap berbagai
stakeholder untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menanggulangi
malaria.
29
b. Sebagai pusat informasi kegiatan pengendalaian malaria di Kabupaten
Mandailing Natal.
c. Sebagai pusat aktifitas dalam pengendalian malaria di Kabupaten Mandailing
Natal.
d. Menjalankan fungsi sekretariat dari Pusat Pengendalian Malaria (Kantor Pusat
Penanggulangan Malaria) Kabupaten Mandailing Natal dalam hal ini Gedung
Kantor Pusat Penanggulangan Malaria.
Visi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria yaitu : Menuju Kabupaten
Mandailing Natal Bebas Malaria, sedangkan misi Kantor Pusat Penanggulangan
Malaria adalah: a) Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan melindungi
diri dari penularan malaria. b) Menggalang kemitraan seluas-luasnya dalam
pemberantasan malaria. c) Menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu untuk
mencegah dan menangani penyakit malaria.
Kegiatan yang telah dilaksanakan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria
Kabupaten Mandailing Natal dalam penanggulangan kasus malaria sebagai
berikut:
1. Upaya Kesehatan Secara Promotif (Promosi Malaria)
Upaya kesehatan secara promotif ini bertujuan menyebarluaskan informasi
malaria, baik secara langsung (sosialisasi) maupun tidak langsung (melalui
media), untuk meningkatakan pengetahuan dan peran serta masyarakat dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan malaria.Kegiatan promosi malaria telah
dilaksanakan meliputi sosialisasi pada masyarakat dan penyampaian informasi
malaria melalui iklan radio spot, lembar promosi dan poster. Melalui media
30
tersebut disampaikan pengetahuan tentang nyamuk yang menjadi vektor (tempat
berkembang
biak
dan
kebiasaan
menggigit),
gejala
penyakit
malaria,
pengobatannya dan pencegahannya.
2. Meningkatkan Upaya Kesehatan Secara Preventif (Pencegahan Malaria)
Upaya pencegahan malaria merupakan hal yang mutlak harus dapat
dilaksanakan oleh segenap masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan penyakit malaria. Kegiatan pencegahan (preventif) yang telah
dilaksanakan sebagai berikut : a) pembagian kelambu berinsektisida, b)
penyemprotan sarang nyamuk, c) surveilans, kegiatan surveilans meliputi kegiatan
(1) survei pemanfaatan kelambu oleh masyarakat, survei ini untuk menemukan
keluarga yang tidak mempunyai kelambu, keluarga yang tidak menggunakan
kelambu yang sudah dibagikan; (2) Survei pengetahuan usia anak sekolah tentang
malaria, survei ini dilakukan pada siswa sekolah dasar dan sekolah lanjutan.
3. Upaya Kesehatan Secara Kuratif (Pelayanan Kesehatan bagi Penderita
Malaria).
Upaya pengobatan yang dilakukan adalah bagi penderita positif malaria
setelah menjalani pemeriksaan laboratorium. Upaya kesehatan secara kuratif ini
dilaksanakan dengan pengoperasian ke beberapa desa/kelurahan. Upaya kuratif
lainnya adalah dengan mendatangi desa yang memiliki potensi ataupun angka
kesakitan malaria yang tinggi.
31
4. Peningkatan Kerja Sama Lintas Sektor
Penanggulangan Malaria di Mandailing Natal melaksanakan koordinasi
dengan puskesmas. puskesmas sebagai sarana pelayanan di kecamatan, dan
memiliki jaringan sampai ke desa yang memiliki peran yang cukup penting dalam
upaya penanggulangan malaria di Kabupaten Mandailing Natal.
2.3.5
Sumber Dana
Pemerintah Pusat dan daerah menggalang setiap sumber pendanaan
pemerintah, lembaga kemasyarakatan, kerjasama antar negara, dan lembaga
internasional. Untuk mendukung terlaksananya upaya eliminasi malaria, semua
instansi dan sektor terkait dapat merencanakan serta menyediakan anggaran yang
diajukan setiap periode/tahun sesuai dengan tugas/fungsi dan rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan. Dan pembiayaan pelaksanaan eliminasi malaria dapat
diupayakan melalui sumber APBN, APBD, bantuan luar negeri, swasta, serta
sumber lain yang sah sesuai dengan undang-undang.
2.3.6
Indikator Kinerja
Indikator kinerja program eliminasi malaria adalah apabila daerah endemis
malaria menjadi daerah tidak endemis malaria yang dinyatakan dengan tidak
ditemukan lagi kasus penularan setempat (indigenous) selama 3 ( tiga ) tahun
berturut-turut, serta dijamin dengan kemampuan pelaksanaaan surveilans yang
baik.
32
2.4
Fokus Penelitian
Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan program eliminasi malaria
dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses (process), dan luaran
(output). Dan teori yang digunakan adalah teori pendekatan sistem yaitu
penerapan suatu prosedur secara logis dan rasional melalui indikaror masukan,
proses, output yang berhungan dengan suatu kegiatan sehingga dapat berfungsi
sebagai suatu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh Karena
itu fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut :
Proses
Input
1. Tenaga
Kesehatan
2. Sarana dan
Prasarana
1. Penemuan dan tata
laksana penderita
2. Pencegahan dan
penanggulangan
faktor resiko
3. Surveilans
epidemiologi dan
penanggulangan
wabah
4. Peningkatan KIE
5. Peningkatan
sumberdaya
manusia
Output
Terlaksananya
program eliminasi
Malaria di
Puskesmas
Panyabungan Jae
dengan pelaksanaan
kegiatan program
eliminasi malaria
secara aktif
Gambar 2.1 Fokus Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka dapat dirumuskan defenisi
fokus penelitian sebagai berikut :
1. Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
program eliminasi malaria yang meliputi : Tenaga Kesehatan, Sarana dan
Prasarana.
33
1) Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya dibidang
kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
melalui pendidikan kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam
menjalankan layanan kesehatan dimana hal ini berkaitan dengan program
eliminasi malaria. Seperti kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
(PMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dan tenaga kesehatan di
Puskesmas Panyabungan Jae. Adapun hal yang akan dijadikan penilaian pada
penelitian adalah tentang kuantitas meliputi jumlah dari tenaga kesehatan,
kompetensi dari tenaga kesehatan di Puskesmas Panyabungan Jae meliputi
keterampilan tenaga kesehatan dalam program eliminasi malaria.
2) Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang yang dapat dipakai sebagai alat dalam
pencapaian eliminasi malaria. Prasarana adalah segala sesuatu yang menjadi
penunjang terlaksananya pelaksaanan eliminasi malaria, yang menjadi fokus
penelitian adalah tersedianya area untuk pasien malaria rawat jalan,
laboratorium malaria di puskesmas, ketersediaan peralatan kedokteran dan alat
penunjang pemeriksaan laboratorium dan obat-obatan.
2. Proses adalah langkah-langkah yang dilaksanakan untuk dapat meningkatkan
kompetensi input dan sehingga dapat mencapai output yang telah ditetapkan.
Proses dalam eliminasi malaria dibagi menjadi 5 kegiatan:
34
1) Penemuan dan tata laksana penderita, yang akan menjadi menjadi fokus
penelitian adalah mekanisme penemuan penderita malaria, dan bagaimana
tatalaksana kepada penderita positif malaria.
2) Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko, yang menjadi fokus penelitian
adalah hal yang berkaitan dengan pengendalian vektor meliputi pembagian
kelambu berinsektisida dan peningkatan promosi tentang pencegahan malaria.
3) Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, yang menjadi fokus
penelitian adalah pelaporan SKD-KLB secara berkala, penanggulangan bila
terjadi KLB, sistem informasi pencatatan malaria, dan pencatatan semua kasus
positif.
4) Peningkatan KIE (Komunikasi, Edukasi dan informasi) yang mencakup
kegiatan yang dilaksanakan puskesmas yang meliputi, koordinasi lintas sektor
dalam eliminasi malaria, dan kerja sama lintas sektor dalam program eliminasi
malaria.
5) Peningkatan
sumberdaya
manusia
adalah
mencakup
kegiatan
yang
dilaksanakan puskesmas meliputi pemberian pelatihan kepada petugas
kesehatan dalam eliminasi malaria, dan pelatihan kepada tenaga mikroskopis.
3. Output (Keluaran) adalah hasil dari suatu proses tertentu dengan
menggunakan input, output dari fokus penelitian adalah Terlaksananya
Program Eliminasi Malaria di Puskesmas Panyabungan Jae dengan
pelaksanaan kegiatan program eliminasi malaria secara aktif.