Pertanggungjawaban Pidana Mengenai Tindak Pidana Pembakaran Lahan (Studi Putusan No : 118 PID.SUS 2014 PN.Plw)

ABSTRAK
Morando A.H. Simbolon*
Alvi Syahri**
M. Ekaputra***
Kesadaran masyarakat terhadap perlunya perlindungan lingkungan hidup
pada saat ini sangat berkurang. Setiap orang melakukan pengerusakan lingkungan
hidup, dikarenakan untuk mengejar keuntungan pribadi. Akibat perbuatan tersebut,
tidak hanya negara yang dirugikan, akibat pembakaran lahan tersebut masyarakat
dirugikan baik dari segi materill maupun imateril. pada tahun 2015 menurut
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) total kerugian negara akibat
pembakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan saja mencapai lebih dari Rp 200
Trilliun, timbulnya asap yang merusak lingkungan mengakibatkan 20.471 orang
di Jambi, 15.138 orang di Kalimantan Tengah, 28.000 orang di Sumatera Selatan,
dan 10.010 orang di Kalimantan Barat terkena Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA). Pemerintah membentuk berbagai peraturan perundang-undangan,
diantaranya
Undang-undang Kehutanan, Undang-undang Perkebunan,
Undang-undang Pengelolaan dan Perlindungan Hidup, dan dalam berbagai bentuk
peraturan perundang-undangan tersebut dapat diketahui bentuk-bentuk
pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku pembakaran lahan.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan

penelitian hukum normatif (yuridis normative) yang dilakukan dengan penelitian
kepustakaan (library research), serta bersifat deskriptif. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum
primer seperti menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
judul skripsi ini. Dan bahan hukum sekunder seperti buku-buku , putusan-putusan
pengadilan, serta berbagai majalah, literatur, artikel, dan internet yang berkaitan
dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini.
Hasil penelitian ini menujukan bahwa pemerintah dalam rangka
mewujudkan pembangunan nasional dan khususnya dalam upaya pencegahan
serta penanggulangan tindak pidana pembakaran lahan, membentuk peraturan
perundang-undangan yang mengancam pelaku pembakaran lahan, dan dalam
peraturan tersebut dimuat berbagai bentuk pertanggungjawaban bagi pelaku
pembakaran lahan, apabila memiliki unsur-unsur kemampuan bertanggungjawab,
unsur-unsur kesalahan, serta tidak adanya alasan pemaaf bagi pelaku pembakaran
hutan.

*
**

Mahasiswa Fakultas Hukum Sumatera Utara.

Guru Besar Hukum Pidana, Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
*** Staf Pengajar Hukum Pidana, Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.

i

Universitas Sumatera Utara