Prospek Pengaturan Hukum Atas Transaksi Pelayanan Go-Jek Dihubungkan dengan Perlindungan Hukum bagi Penyedia Layanan Go-Jek dan Pengguna Jasa Go-Jek Berdasarkan Ketentuan Perundang-Undangan di Indonesia.

(1)

PENYEDIA LAYANAN GO-JEK DAN PENGGUNA JASA GO-JEK BERDASARKAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

INDONESIA ABSTRAK

Angkutan umum merupakan hak sosial masyarakat dan bentuk pelayanan serta fasilitas yang diberikan oleh negara untuk mendukung mobilitas masyarakat bagi pemerintah. Keterbatasan sarana angkutan umum bagi sebagian besar masyarakat menjadi salah satu permasalahan utama pada bidang transportasi. Sepeda motor (Ojek) hadir sebagai salah satu alternatif angkutan umum yang bisa digunakan oleh masyarakat terlebih pada saat ini masyarakat lebih dimudahkan untuk dapat melakukan segala aktivitas dan kegiatannya dengan kehadiran GO-JEK (Ojek Online) yang dapat diakses melalui aplikasi telepon genggam, namun keberadaan Ojek atau GO-JEK tidak diatur oleh Undang-Undang sebagai angkutan umum sehingga transaksi pelayanan Ojek atau GO-JEK masih dipertanyakan keabsahannya, oleh sebab itu keberadaannya perlu diatur secara tertulis dalam bentuk Perundang-Undangan.

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan konseptual sehingga dalam penulisan ini penulis merujuk kepada prinsip-prinsip hukum, prinsip ini dapat ditemukan dalam pandangan-pandangan sarjana ataupun doktrin-doktrin hukum, meskipun tidak secara eksplisit, konsep dapat juga ditemukan di dalam undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen serta sumber hukum sekunder berupa bahan hukum primer antara lain buku-buku yang berkaitan dengan angkutan jalan. Data-data dianalisis secara kualitatif dan dengan pola pikir logika deduktif yaitu menarik kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

Keberadaan sepeda motor sebagai angkutan umum belum memenuhi syarat kendaraan angkutan umum, sistem operasional kendaraan angkutan umum dan tidak memiliki kepastian hukum yang jelas. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah membuat suatu Undang-Undang yang mengatur tentang Ojek atau GO-JEK sebagai angkutan umum guna suatu bentuk perlindungan hukum untuk melindungi hak dan kewajiban serta dapat beroperasi dan bertransaksi secara legal.


(2)

THE PROSPECT OF LEGAL REGULATION OF GO-JEK’S SERVICE TRANSACTION RELATED TO LEGAL PROTECTION FOR THE PROVIDER AND USER OF GO-JEK SERVICES ACCORDING TO THE

LAW OF REPUBLIC OF INDONESIA

ABSTRACT

Public transportation is the societie’s right and the type of services and facilities provided by the state to support the mobility of society for the government. Sufficient public transportation is one of the main mobility problems for most people. Motorcycle (ojek) is present as one of the alternative public transportations, especially at this very time when people's life is simplified with the presence of GO-JEK (Online Ojek), of which services can be accessed via a mobile phone application. However the activity of Ojek or GO-JEK has not been regulated by any legitimate regulation as public transports that the service transaction of GO-JEK is still legally questionable. Therefore, its existence should be regulated in a written regulation of Legislation.

This research uses normative juridical method accompanied with the conceptual approach as the author refers to the principles of law, which can be found in the views of scholars or legal doctrines, though not explicitly. The concept can also be found in the legislation namely the Law Number 22 of 2009 concerning Traffic and Road Transport and Law Number 8 of 1999 on Consumer Protection, and secondary legal sources in the form of primary legal materials including books relating to road transport. The data were analyzed qualitatively and with the mindset of deductive logic which was to draw conclusions from individual cases into a real general conclusions.

The existence of motorcycles as public transportation is not yet eligible, for it has not met the requirements and operating systems of public transportation and does not have a clear legal standing. One thing to do is make a specific legislation regulate Ojek or GO-JEK as public transportation as a legal protection of the rights and obligations and can be operate and transact legally.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN ………. i

PERSETUJUAN SKRIPSI ………. ii

LEMBAR PENGESAHAN ……… iii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ………... iv

PERSETUJUAN REVISI ………... v

ABSTRAK ………... vi

ABSTRACT ……….. vii

KATA PENGANTAR ………. viii

DAFTAR ISI ……… xii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 10

C. Tujuan Penulisan ………... 10

D. Manfaat Penulisan ………. 10

E. Kerangka Pemikiran ……….. 11

F. Metode Penelitian ………. 17

G. Sistematika Penulisan ………... 20

BAB II TINJAUAN UMUM DAN PENGATURAN HUKUM, TRANSAKSI UMUM DAN LAYANAN ANGKUTAN UMUM ……… 23

A. Sejarah Awal Dan Perkembangan Alat Transportasi Ojek/Ojeg Di Indonesia …... 23

1. Sejarah Istilah Kata Ojek/Ojeg ……… 23

2. Latar Belakang Penyediaan Jasa Ojek/Ojeg Di Indonesia ………... 24

3. Alat Kendaraan Transportasi Pertama Kali Yang Digunakan Oleh Tukang Ojek/Ojeg ……… 25

4. Teknologi Yang Menembus Ojek ……… 25

B. Pengaturan Alat Transportasi Di Indonesia ……….. 26


(4)

2. Fungsi Dan Manfaat Alat Transportasi Angkutan Umum ………... 28

3. Jenis-Jenis Alat Transportasi Angkutan Umum ……….. 30

4. Klasifikasi Alat Transportasi Angkutan Umum ……….. 36

C. Transportasi Umum Darat Yang Digunakan Di Indonesia ………... 40

1. Sejarah Pengaturan Mengenai Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan … 40 2. Pengertian Mengenai Regulasi Alat Transportasi Angkutan Umum 42 3. Pengaturan Mengenai Pemberian Izin Alat Transportasi Angkutan Umum Darat ……… 47

4. Keberadaan Alat Transportasi Angkutan Umum Roda Dua Di Berbagai Negara ……….. 53

D. Pengaturan Pengguna Jasa Alat Transportasi Umum Yang Berlaku Di Indonesia ………... 57

1. Pengertian Pengguna Jasa Alat Transportasi Angkutan Umum ….. 57

2. Kedudukan Hukum Pengguna Jasa Alat Transportasi Angkutan Umum ……….. 58

3. Hak Dan Kewajiban Pengguna Jasa Alat Transportasi Angkutan Umum ……….. 59

E. Transaksi Pelayanan Gojek ………... 61

1. Pengertian Dan Dasar Hukum Perjanjian ……… 61

2. Subjek Dan Objek Perjanjian ………... 65

3. Syarat-Syarat Terjadinya Suatu Perjanjian Yang Sah ………. 66

4. Jenis-Jenis Perjanjian Dan Asas-Asas Hukum Perjanjian ………... 70

5. Transaksi Elektronik ……… 76

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYEDIA DAN PENGGUNA JASA ALAT TRANSPORTASI UMUM DARAT, LAUT DAN UDARA ………... 79

A. Kepastian Hukum Terhadap Alat Transportasi Angkutan Umum Pada Saat Ini ……... 80

1. Pengertian Kepastian Hukum Menurut Para Ahli ………... 80

2. Kepastian Alat Transportasi Angkutan Umum Pada Saat Ini …….. 83 B. Perlindungan Hukum Penyedia Layanan Alat Transportasi Angkutan


(5)

Umum Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia ……. 88

1. Perlindungan Hukum Pengangkutan Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ……….. 88

2. Perlindungan Hukum Pengangkut Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ………... 95

3. Perlindungan Hukum Pengangkutan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Selanjutnya Disingkat UULAJ) ……….. 97

C. Perlindungan Hukum Dan Persamaan Perlindungan Hukum Pengguna Jasa Sebagai Konsumen Terhadap Alat Transportasi Umum Angkutan Darat, Laut Dan Udara …... 98

1. Perlindungan Hukum Angkutan Umum Di Darat, Laut Dan Udara 102 a. Angkutan Umum Darat ……….. 102

b. Angkutan Umum Laut ……… 103

c. Angkutan Umum Udara……….. 105

2. Persamaan Perlindungan Hukum Angkutan Umum Di Darat, Laut Dan Udara ……… 107

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA ………... 110

A. Pengaturan Hukum Atas Transaksi Layanan GO-JEK ………. 110

1. Permasalahan Dalam Transaksi Layanan GO-JEK ………. 110

2. Pengaturan Kendaraan Berupa Sepeda Motor Sebagai Angkutan Umum ……….. 114

3. Perlunya Pengaturan Hukum Legalitas GO-JEK ………. 118

B. Perlindungan Hukum Bagi Penyedia Jasa Dan Pengguna Jasa GO-JEK Di Indonesia ……….. 125

1. Perlindungan Hukum Bagi Penyedia Jasa Dan Pengguna Jasa GO-JEK Di Tinjau Dari Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia 127 a. Perlindungan Hukum Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ………... 127

b. Perlindungan Hukum Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ……….. 133


(6)

c. Perlindungan Hukum Berdasarkan Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen …………... 137

2. Legalitas Hukum GO-JEK Sebagai Salah Satu Bentuk Perlindungan Hukum …... 141

BAB V PENUTUP ………... 149

A. Kesimpulan ………... 149

B. Saran ……….. 150 Daftar Pustaka

Lampiran Matrix Revisi Curriculum Vitae


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 perubahan ketiga dijelaskan bahwa Pasal 1 ayat (3) bahwa : “Negara Indonesia adalah Negara Hukum” Hukum yang berlaku di Indonesia merupakan suatu sistem yang masing-masing bagian atau komponen saling berhubungan dalam arti saling memengaruhi dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu ketertiban dan keteraturan manusia dalam masyarakat.1 Selain tujuan tersebut Indonesia

sebagai negara hukum juga memiliki tujuan untuk memajukan kesejahteraan umum terhadap masyarakatnya.

Kesejahteraan umum tersebut berkaitan dengan berbagai aspek yang terdapat di dalam masyarakat baik itu merupakan aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya. Dalam aspek ekonomi, pada saat ini negara Indonesia sedang dihadapkan pada pembangunan ekonomi dimana semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi masyarakat pada tiap tahunnya. Secara sederhana maka hal tersebut berpengaruh terhadap bidang lainnya yang dapat memberi dampak pada masalah sosial maupun ketertiban sosial seperti sarana


(8)

transportasi khususnya angkutan darat. Angkutan darat, sebagai bagian dari sistem transportasi, turut memberikan kontribusi dalam meningkatkan perekonomian di suatu wilayah. Ini dapat dilihat bahwa pada umumnya daerah-daerah yang memiliki jaringan angkutan darat, sebagai sarana yang dapat menghubungkan daerah tersebut dengan daerah lain, akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan daerah-daerah yang terisolir.2

Manusia sebagai individu pada umumnya bermasyarakat dan berusaha hidup selaras satu sama lainnya dalam tatanan kegiatan sosial yang saling memerlukan interaksi antar sesamanya, baik dalam kawasan yang luas maupun jarak yang relatif jauh. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan hubungan sosial tersebut secara lebih baik, maka sistem transportasi menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya berupa :

1. Pelayanan untuk perorangan ataupun kelompok 2. Pertukaran/penyampaian informasi

3. Perjalanan rekreatif

4. Perluasan jangkauan perjalanan sosial

5. Pendekatan jarak, baik antara rumah dengan pusat kegiatan yang lainnya Perluasan kawasan pusat kota ke daerah pinggiran untuk pemencaran pemukiman yang penduduknya masih sedikit.3

2

Badan Pusat Statistik, Statistik Transportasi, Penerbit, Ryan indah, 2013, hlm. 1. 3


(9)

Kenaikan tingkat volume kendaraan pada setiap tahunnya menjadi salah satu penyebab permasalahan lalu lintas dan alat transportasi angkutan darat umum pada saat ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika tercatat tingkat kenaikan volume kendaraan di Indonesia pada tahun 2009-2013 sebagai berikut:

Jenis

kendaraan

2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan

pertahun (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Mobil penumpang

7 910 407 8 891 041 9 548 866 10 432 259 11 484 514 9,77

Bis 2 160 973 2 250 109 2 254 406 2 273 821 2 286 309 1,42

Mobil barang 4 489 171 4 687 789 4 958 738 5 286 061 5 615 494 5,70

Sepeda motor 52 767 093 61 078 188 68 839 341 76 381 183 84 732 654 12,57

Jumlah 67 336 644 76 907 127 85 601 351 94 373 324 104 118 969 11,51

Pada periode 2009-2013, terdapat peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi yaitu 11,51 persen per tahun. Peningkatan jumlah kendaraan terjadi pada semua jenis kendaraan setiap tahunnya. Kenaikan jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi terjadi pada sepeda motor 12,57 persen per tahun diikuti kemudian oleh mobil


(10)

penumpang, mobil barang, dan bis masing-masing 9,77 persen, 5,70 persen dan 1,42 persen per tahun.4

Hal tersebut berdampak bagi sebagian masyarakat yang semakin sulit untuk menjalankan kebutuhan hidupnya sehari-hari dikarenakan kemacetan lalu lintas dan keterbatasan fasilitas angkutan umum. Angkutan umum merupakan hak sosial masyarakat dan bentuk pelayanan serta fasilitas yang diberikan oleh negara untuk mendukung mobilitas masyarakat bagi pemerintah. Sejauh ini pemerintah sudah mengupayakan berbagai bentuk alat transportasi angkutan umum guna memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan tetapi hal tersebut dinilai belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat membutuhkan alat transportasi angkutan umum yang efisien, fleksibel dan dapat terhindar dari kemacetan lalu lintas.

Menyikapi dan mencermati perkembangan permintaan masyarakat terhadap transportasi baik secara kuantitas maupun kualitas pada saat ini alat transportasi yang dinilai dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tersebut tertuju pada alat transportasi kendaraan roda dua (sepeda motor) yang tidak termasuk kedalam alat transportasi angkutan umum. Namun bagi sebagian orang alat transportasi kendaraan roda dua (sepeda motor) sudah digunakan sebagai kendaraan angkutan umum informal dan bersifat alternatif

4


(11)

yang diberi nama ojek. Ojek merupakan sepeda atau sepeda motor yang ditambangkan dengan cara memboncengkan penumpang atau penyewanya.5

Ojek sudah menjadi alat transportasi favorit bagi sebagian masyarakat dibanding dengan alat transportasi angkutan umum kendaraan roda empat lainnya karena ojek mampu melewati kawasan-kawasan yang tidak bisa dilalui oleh angkutan umum kendaraan roda empat lain nya seperti gang-gang dan jalan-jalan kecil terlebih ojek dianggap lebih cepat karena dapat terhindar dari kemacetan.

Dalam arus era globalisasi dan kecanggihan teknologi pada saat ini harus dapat dimanfaatkan keberadaannya karena sangat membantu dalam meringankan setiap pekerjaan maupun kebutuhan masyarakat yang dibuat menjadi lebih praktis. Manfaat kecanggihan teknologi pada saat ini bukan hanya membantu meringankan pekerjaan saja akan tetapi kemanfaatan kecanggihan teknologi tersebut dapat dijadikan sebagai peluang bisnis oleh perusahaan. Keberadaan ojek pada saat dijadikan peluang bisnis oleh pengusaha untuk mendirikan suatu perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan ojek dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk membuat suatu aplikasi pada smartphone (Hand Phone) yang diberi nama aplikasi GO-JEK.

Menurut Hengky W.Pramana Aplikasi adalah suatu unit perangkat lunak yang dibuat untuk melayani kebutuhan akan beberapa aktivitas seperti

5


(12)

system perniagaan, game pelayanan masyarakat, periklanan, atau semua proses yang hampir dilakukan manusia.6 Sedangkan GO-JEK adalah

perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri transportasi Ojek. GO-JEK bermitra dengan para pengendara Ojek berpengalaman di Jakarta meliputi area JABODETABEK, Bandung, Bali dan Surabaya dan menjadi solusi utama dalam pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja dan berpergian di tengah kemacetan.7 Jadi, secara sederhana pengertian aplikasi

GO-JEK adalah suatu unit perangkat lunak yang dibuat untuk melayani kebutuhan akan pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja dan berpergian di tengah kemacetan.

Keberadaan GO-JEK itu sendiri pada saat ini masih mengundang kontroversi. Bagi sebagian orang GO-JEK dinilai sangat membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari ditengah kemacetan lalu lintas dan kurangnya ketersediaan angkutan umum, namun bagi sebagian orang keberadaan GO-JEK dinilai merugikan karena dapat mengurangi penghasilan sehari-harinya bagi masyarakat yang berprofesi didalam bidang angkutan umum darat lainnya seperti mobil angkutan umum, bus, dan taksi. Disisi lain juga keberadaan GO-JEK maupun Ojek memiliki masalah dalam hal legalitas. Secara normatif belum terdapat aturan hukum yang mengatur tentang keberadaan GO-JEK maupun Ojek tersebut.

6

Hengky W. Pramana, (2006), Aplikasi Inventory Berbasis Access 2003, Elex Media Komputindo, Jakarta. hlm. 24.

7


(13)

Kasus mengenai GO-JEK pada saat ini yaitu kisruh antar GO-JEK dan tukang Ojek tradisional. Salah satu hal yang menjadi masalah dan faktor terjadinya friksi antara pengemudi GO-JEK dengan tukang ojek lokal adalah wilayah operasi mereka. Tukang ojek merasa dengan adanya GO-JEK, lahan untuk beroperasi mereka menjadi berkurang. Lebih mengenaskan lagi, konflik ini sudah mengarah pada ancaman maupun serangan secara fisik. Menurut

CEO GO-JEK, Nadiem Makarim, pegawainya sudah banyak mendapatkan

ancaman dari tukang ojek. Hal ini disikapi dengan memberikan pesan untuk para pegawainya agar waspada di daerah-daerah tertentu. Bahkan ada kisah dari seorang konsumen yang sudah memesan layanan GO-JEK, yang mengalami konflik ini. Saat pengemudi GO-JEK tiba di tempatnya menunggu, tukang ojek lokal mengusirnya bahkan mengancam mereka untuk

pergi dari tempat tersebut.8

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan terdapat syarat angkutan umum yaitu harus memenuhi: Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor, Pengujian Kendaraan Bermotor, Perlengkapan Kendaraan Bermotor, Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan pada Pasal 9 dijelaskan bahwa mobil barang yang digunakan untuk angkutan orang paling sedikit harus memenuhi

8

http://www.duniaku.net 14 juni 2015, Hawke, “Betulkah GO-JEK Lebih Unggul dari Tukang Ojek Lokal?”, diakese pada 14 September 2015, Pukul 4.56 WIB.


(14)

persyaratan: tersedianya tangga untuk naik dan turun, tersedianya tempat duduk dan/atau pegangan tangan untuk semua Penumpang, terlindungi dari sinar matahari dan/atau hujan dan tersedianya sirkulasi udara. Sejauh ini Ojek yang sudah ada belum ada aturan hukum yang melindunginya hal tersebut menimbulkan telah terjadinya kekosongan hukum guna melindungi pengendara GO-JEK dan pengguna jasa ojek apabila terjadi pelanggaran hukum.

Peranan hukum sangat diperlukan sekali dalam penyelenggaraan sistem transportasi. Aspek hukum merupakan aspek utama dalam penyelenggaraan sistem transportasi. Sehubungan dengan legalitas baik mulai dari perencanaan, analisis, operasi hingga kontrol operasi untuk mendapatkan suatu interaksi sistem transportasi dengan pelayanan optimum, dalam arti efisien dan adil terhadap segala unsur apapun komponen yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyelenggaraan sistem transportasi. Oleh karena itu secara mutlak perlu landasan hukum yang proposional, sehingga faktor-faktor destruktif dalam penyelenggaraan sistem transportasi dapat dihindari, sementara kemanfaatan yang diciptakan dapat dioptimalkan demi kesejahteraan masyarakat.9

Sejauh ini belum ada penelitian yang membahas atau meneliti mengenai prospek pengaturan hukum atas transaksi pelayanan GO-JEK dihubungkan dengan perlindungan hukum bagi penyedia layanan GO-JEK

9


(15)

dan pengguna jasa GO-JEK berdasarkan ketentuan perundang-undangan di Indonesia. Adapun penelitian lain yang membahas mengenai GO-JEK antara lain dengan judul PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN HAK PRIVASI PENGGUNA LAYANAN GO-JEK DIKAITKAN DENGAN PEMBERLAKUAN KLAUSULA EKSONERASI yang ditulis oleh Tiara Nabila jurusan Hukum Bisnis dan Investasi Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha dan penelitian yang berjudul HUBUNGAN HUKUM DAN PEMENUHAN HAK-HAK MITRA USAHA ANTARA PT.GOJEK INDO DAN PENGENDARA DITINJAU DARI PERUNDANG-UNDANGAN yang ditulis oleh Maryna January jurusan Hukum Bisnis dan Investasi Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha.

Penulis menyatakan bahwa penelitian-penelitian yang disebutkan tersebut memiliki sudut pandang dan objek penelitian yang berbeda dengan yang dilakukan penulis untuk penelitian ini.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan tinjauan secara normatif dan menguraikan pembahasan mengenai

“PROSPEK PENGATURAN HUKUM ATAS TRANSAKSI

PELAYANAN GO-JEK DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYEDIA LAYANAN GO-JEK DAN PENGGUNA JASA GO-JEK BERDASARKAN KETENTUAN


(16)

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana seharusnya pengaturan hukum atas transaksi layanan GO-JEK?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi penyedia jasa dan pengguna jasa GO-JEK di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami seharusnya pengaturan hukum atas transaksi layanan GO-JEK

2. Untuk mengetahui dan memahami perlindungan hukum bagi penyedia jasa dan pengguna jasa GO-JEK di Indonesia

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diajukan untuk dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu hukum serta memberi pemahaman mengenai pengaturan hukum atas transaksi GO-JEK dan perlindungan hukum bagi penyedia jasa dan pengguna jasa GO-JEK. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian sejenis.


(17)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi mereka penyedia jasa JEK dan pengguna jasa GO-JEK, agar tidak terjadi penyimpangan serta pelanggaran perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

E. Kerangka Pemikiran

Berangkat dari dasar filosofi penelitian ini terdapat di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 1 ayat (3) bahwa : “Negara Indonesia adalah Negara Hukum” dengan kata lain segala sesuatunya harus didasarkan kepada aturan hukum yang berlaku di negara ini. Pada masa Yunani kuno pemikiran tentang negara hukum dikembangkan oleh filsuf Yunani kuno seperti Plato dan Aristoteles menguraikan bentuk-bentuk pemerintahan yang dapat diselenggarakan; pemerintahan yang dibentuk melalui jalur hukum, dan pemerintahan yang terbentuk tidak melalui jalur hukum.

Konsep negara hukum menurut Aristoteles adalah negara yang berdiri diatas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagian hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Dan bagi Aristoteles yang memerintah dalam negara bukanlah manusia


(18)

sebenarnya, melainkan fikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum dan keseimbangan saja.10

Sebagai negara hukum seharusnya menurut paham penulis sudah seharusnya dibentuk suatu aturan hukum yang mengatur tentang GO-JEK maupun Ojek mengingat hukum tersebut menjamin keadilan kepada warga negaranya.

Sejalan dengan hal tersebut Menurut Plato merumuskan teorinya tentang hukum sebagai sarana keadilan, demikian:

1. Hukum merupakan tatanan terbaik untuk menangani dunia fenomena yang penuh situasi ketidakadilan

2. Aturan-aturan hukum harus dihimpun dalam suatu kitab, supaya tidak muncul kekacauan hukum

3. Setiap Undang-Undang harus didahului preambule tentang motif dan tujuan Undang-Undang tersebut.

Manfaatnya adalah agar rakyat dapat mengetahui dan memahami kegunaan menaati hukum itu, dan insaf tidak baik mentaati hukum hanya karena takut dihukum.11

Menurut Friedrich Karl von Savigny, hukum timbul bukan karena perintah penguasa atau kebiasaan, tetapi karena perasaan keadilan yang

10 http://prabugomong.com/2010/09/19/teori-negara-hukum/ diakses pada 13 september 2015, Pukul 10.17 WIB.

11

Satjipto Rahardjo, Teori Hukum,strategi tertib manusia lintas ruang dan generasi, 2010 penerbit Genta Publishing, 2010 hlm. 40.


(19)

terletak di dalam jiwa bangsa itu. Jiwa bangsa itulah yang menjadi sumber hukum. Karena itu, Savigny mengeluarkan pendapatnya yang amat terkenal bahwa “Law is and expression of the common consciousness or spirit of

people” hukum itu tidak dibuat tetapi tumbuh bersama masyarakat (das rechts

wird nicht gemacht, es ist und wird mit dem volke).12

Mochtar Kusuma Atmadja mengatakan bahwa “hukum tidak hanya kompleks kaidah dan asas yang mengatur, tetapi juga meliputi lembaga-lembaga dan proses yang diperlukan untuk mewujudkan berlakunya hukum itu dalam kenyataan.13 Hukum merupakan “sarana pembaharuan masyarakat” didasarkan kepada anggapan bahwa adanya keteraturan atau ketertiban dalam usaha pembangunan dan pembaharuan itu merupakan suatu yang diinginkan atau dipandang (mutlak) perlu. Anggapan lain yang terkandung dalam konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan adalah bahwa hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum memang bisa berfungsi sebagai alat (pengatur) atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan.”

Berdasarkan konteks di atas menunjukkan ada 2 (dua) inti pokok Teori Hukum Pembangunan yang diciptakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, yaitu: 1. Ketertiban atau keteraturan dalam rangka pembaharuan atau pembangunan

merupakan sesuatu yang diinginkan, bahkan dipandang mutlak adanya.

12

Lily Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung Citra Aditya Bakti, 2007. hlm. 63. 13

Shidarta. Mochtar Kusuma-Atmadja dan Teori Hukum Pembangunan Eksistensi dan Implikasi. Jakarta: Epistema Intitute, 2012, hlm. 19.


(20)

2. Hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum memang dapat berfungsi sebagai alat pengatur atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia yang dikehendaki ke arah pembaharuan.

Pada dasarnya Teori Hukum Pembangunan memberikan dasar fungsi hukum sebagai “sarana pembaharuan masyarakat” (law as a tool social engeneering) dan hukum sebagai suatu sistem sangat diperlukan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang.

Menurut Satjipto Rahardjo, pemikiran hukum perlu kembali pada filosofi dasarnya, yaitu hukum untuk manusia. dengan hukum progresif nya yang menegaskan bahwa hukum adalah suatu institusi yang bertujuan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat manusia bahagia.14 Berdasarkan hal itu, maka kelahiran hukum bukan untuk

dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas, yaitu; untuk harga diri manusia, kebahagiaan, kesejahteraan dan kemuliaan manusia. Itulah sebabnya ketika terjadi permasalahan didalam hukum, maka hukumlah yang harus ditinjau dan diperbaiki, bukan manusia yang dipaksa-paksa untuk dimasukkan kedalam skema hukum. 15

Dari ketiga pemikiran tersebut dapatlah ditarik suatu gambaran secara sederhana bahwa hukum yang berlaku saat ini khususnya yang mengatur tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada saat ini tidak efektif karena tidak

14

A.M. Mujahidin, 2007, “Hukum Progresif: Jalan Keluar dari Keterpurukan Hukum di Indonesia”, Varia Peradilan, Tahun ke XXII No. 257, hlm. 52.

15


(21)

memenuhi kebutuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat pada saat ini. Maka perlulah suatu pembentukan hukum baru yang mengatur dan mengikuti perkembangan masyarakat pada saat ini agar hukum tersebut dijadikan sebagai alat perubahan sosial, mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi maupun dalam hidup masyarakat

Adapun Asas Hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang perlu diperhatikan adalah:

1. Asas Legalitas

Asas legalitas dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya (due process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundangundangan tertulis tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului tindakan atau perbuatan administrasi yang dilakukan.16

2. Asas Transparan

Asas transparan adalah keterbukaan dalam penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur sehingga masyarakat mempunyai kesempatan berpartisipasi bagi pengembangan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

16 :http://www.jimly.com/pemikiran/makalah?page=5, Jimly Asshiddiqie, Makalah Konsep Negara Hukum Indonesia, pada 13 september 2015, Pukul 23.53 WIB.


(22)

3. Asas Akuntabel

Asas akuntabel adalah penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Asas Berkelanjutan

Asas berkelanjutan adalah penjaminan kualitas fungsi lingkungan melalui pengaturan persyaratan teknis laik kendaraan dan rencana umum pembangunan serta pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

5. Asas Partisifatif

Asas partisipatif adalah pengaturan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

6. Asas Bermanfaat

Asas bermanfaat adalah semua kegiatan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dapat memberikan nilai tambah sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

7. Asas Efisien

Asas efisien dan efektif adalah pelayanan dalam penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.


(23)

8. Asas Seimbang

Asas seimbang adalah penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang harus dilaksanakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban Pengguna Jasa dan penyelenggara.

9. Asas Terpadu

Asas terpadu adalah penyelenggaraan pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan dengan mengutamakan keserasian dan kesalingbergantungan kewenangan dan tanggung jawab antarinstansi pembina.

10.Asas Mandiri

Asas mandiri adalah upaya penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan melalui pengembangan dan pemberdayaan sumber daya nasional.

Dengan adanya suatu aturah hukum maka tujuan dari hukum itu sendiri terpenuhi yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan.

F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan dalam penulisan ini adalah pendekatan konseptual (Conceptual Approach) sehingga dalam penulisan ini penulis merujuk kepada prinsip-prinsip hukum, prinsip ini dapat ditemukan


(24)

dalam pandangan-pandangan sarjana ataupun doktrin-doktrin hukum, meskipun tidak secara eksplisit, konsep dapat juga ditemukan di dalam undang-undang. Hanya saja dalam mengidentifikasi prinsip tersebut penulis harus terlebih dahulu memahami konsep tersebut melalui pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang ada.17

2. Sumber Data dan Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dalam upaya mencari data sekunder dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

1. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang mengikat sifatnya, yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan angkutan umum.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan-bahan yang bersumber dari pendapat ilmiah para sarjana, dan literatur lainnya yang ada kaitannya dengan transportasi khususnya mengenai GO-JEK. Secara runtut dapat ditulis sebagai berikut:

a. Buku-buku teks yang ditulis oleh para pakar dan ahli hukum yang berpengaruh;

b. Jurnal-jurnal dan makalah hukum;

17


(25)

c. Pendapat para sarjana;

d. Berbagai kasus hukum yang berkaitan dengan ojek, khususnya dengan GO-JEK.

e. legalitas ojek sebagai angkutan umum; dan f. Hasil-hasil dari Simposium.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memperjelas suatu persoalan atau suatu istilah yang ditemukan pada bahan-bahan hukum primer dan sekunder yang terdiri dari kamus hukum, kamus bahasa, dan dokumen tertulis lainnya

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh sumber hukum primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, mencari, menginventarisasi, mengkaji dan melakukan penelusuran studi kepustakaan yang berhubungan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang legalitas angkutan umum khususnya GO-JEK.

Untuk memperoleh bahan hukum sekunder dan tersier diperoleh dengan cara melakukan studi literatur di berbagai tempat, dokumen, jurnal, artikel, dan berbagai bahan yang didapat dari internet yang memiliki kaitan dengan topik dan permasalahan yang diangkat.


(26)

4. Analisis Data

Untuk analisis bahan hukum, setiap bahan-bahan hukum yang diperoleh akan saling dihubungkan dengan pokok masalah, kemudian diuraikan dan kemudian disajikan kedalam bentuk tulisan ilmiah yang disusun secara sistematis mengikuti alur sistematika pembahasan yang selanjutnya dapat memberikan jawaban atas permasalahan terkait GO-JEK.

Data dianalisis dengan metode yuridis kualitatif, yaitu data yang diperoleh selanjutnya disusun secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas dengan tidak menggunakan rumus matematis.18 Dengan kata lain, data yang diperoleh akan dianilisis

menggunakan studi kepustakaan dengan berdasarkan norma-norma, tidak menggunakan statistik, namun menggunakan penafsiran.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terbagi dalam lima bab, dan secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar balakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

18

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009. hlm. 18.


(27)

penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II :Tinjauan Pustaka

Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang relevan dengan penelitian yang diangkat penulis.

BAB III: Perlindungan hukum penyedia dan pengguna jasa alat transportasi umum darat roda dua.

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pengaturan transaksi pelayanan GO-JEK dihubungkan dengan perlindungan hukum bagi penyedia layanan GO-JEK.

BAB IV : Pembahasan dan Analisa

Pada bab ini akan menguraikan mengenai PROSPEK PENGATURAN HUKUM ATAS TRANSAKSI PELAYANAN GO-JEK DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYEDIA LAYANAN GO-JEK DAN PENGGUNA JASA GO-JEK BERDASARKAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN.


(28)

BAB V : Penutup

Pada bab ini menyajikan kesimpulan dan saran dimana kesimpulan dan saran merupakan jawaban atas Identifikasi masalah, sedangkan saran merupakan usulan yang operasional, konkrit, dan praktis serta merupakan kesinambungan atas identifikasi masalah


(29)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penulis, jawaban atas identifikasi masalah pada Bab I skripsi ini adalah;

1. Keberadaan angkutan kendaraan sepeda motor roda dua memiliki masalah baik dari segi kendaraan yang dinilai tidak memenuhi syarat kendaraan angkutan umum, sistem operasional kendaraan angkutan umum dan tidak memiliki kepastian hukum yang jelas. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merupakan suatu aturan tertulis yang mengatur segala hal tentang bentuk kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang dinilai sudah tidak sesuai atau relevan untuk diterapkan saat ini sehingga perlu diperbaharui atau dibuatkan Perundang-Undangan yang dapat mengakomodir tentang keberadaan sepeda motor sebagai kendaraan angkutan umum.

2. Bentuk perlindungan hukum terhadap penyedia jasa sepeda motor sebagai angkutan umum belum dapat ditemukan dalam ketentuan perundang-undangan di Indonesia khususnya dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, adapun bentuk perlindungan hukum yang seharusnya diberikan dengan diakomodir dalam Perundang-undangan sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap


(30)

kegiatan transaksi pelayanan sepeda motor sebagai angkutan transportasi umum. Terhadap pengguna jasa pada saat ini dapat menggunakan beberapa peraturan diantaranya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Kitab Undang Hukum Perdata, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen apabila pengguna jasa merasa dirugikan atas transaksi pelayanan sepeda motor sebagai angkutan transportasi umum.

B. Saran

Saran penulis mengenai transaksi pelayanan angkutan umum kendaraan sepeda motor roda dua adalah;

1. Pemerintah diharapkan dapat melakukan perbaharuan (revisi) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan atau dibuatkannya Undang-Undang tentang kendaraan sepeda motor roda dua sebagai angkutan umum, maka hal tersebut dianggap dapat memberikan potensi terhadap Tertib Lalu Lintas, Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas, dan Kelancaran Lalu Lintas. Serta sebagai bentuk perlindungan hukum dan kepastian hukum baik bagi penyedia jasa, pengendara dan konsumen sebagai pengguna jasa sehingga tujuan dari lalu lintas dan angkutan jalan yang terdapat pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat terselenggara dengan baik.


(31)

2. Penyedia jasa dalam hal melakukan transaksi pelayanan diharapkan tidak lepas dari tanggung jawabnya. Terlebih dalam hal pembuatan perjanjian pihak penyedia jasa dilarang untuk menerapkan klausula baku.

3. Terhadap pengemudi kendaraan yang merupakan bagian yang tidak dapat terlepas dari penyedia jasa, seharusnya dapat memintakan pertanggung jawaban terkait masalah kerugian yang mungkin timbul pada saat melakukan transaksi pelayanan salah satu nya dapat dimuat dalam bentuk asuransi.

4. Terhadap konsumen yang mengalami kerugian yang timbul pada saat melakukan transaksi juga berhak mendapatkan perlindungan hukum berupa ganti rugi, kompensasi, atau denda. Selama dapat dibuktikan kebenarannya.


(32)

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku

Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori Dan Contoh Kasus, Jakarta: Kencana, 2011.

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Gunung Agung, Jakarta, 2002.

Achmad Ichsan, Hukum Dagang. Jakarta, Pradnya Paramita, 1982.

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Raja Grafindo, 2004.

Badan Pusat Statistik, Statistik Transportasi, Penerbit, Ryan indah, 2013.

Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Yogyakarta, Citra Media, 2006. C.S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas Hukum Perdata, Pradnya

Paramita, Jakarta, 2006.

Djanius Djamin, Syamsul Arifin, Bahan Dasar Hukum Perdata, Akademi Keuangan dan Perbankan (Perbanas), Medan, 1993.

E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan. Mandar maju, Bandung, 2000. Ermansjah djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi), Sinar Grafika, Bandung 2008.

Hengky W. Pramana, Aplikasi Inventory Berbasis Access 2003, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006.

H. M. N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Penerbit Djambatan Jakarta, 1990.

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yahng Lahir Dari Perjanjian, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1995.

Joetata Hadihardja,dkk, Sistem Transportasi, Penerbit Gunadarma, 1997. Komariah, Hukum Perdata, UMM Press, Malang, 2008.


(33)

Lily Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung Citra Aditya Bakti, 2007.

Mariam Darus Badrulzaman, (1) Hukum Perdata Tentang Perikatan, Penerbit Fakultas Hukum USU, Medan, 1974.

(2) KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Penerbit Alumni, Bandung, 1983.

Miro, Fidel, Perencanaan Transportasi untuk mahasiswa, Perencana, dan Praktisi, Penerbit Jakarta Erlangga, 2005.

Mochtar kusumaatmadja & Arif sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2000.

Muhammad Bakri, Pengantar Hukum Indonesia, Penerbit IKIP Malang, Malang, 1995.

Peter Mahmud Marzuki, (1) Penelitian Hukum, Jakarta:Pernada Media Group, 2005. (2) Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008.

R. Subekti, (1) Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1963. (2) Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1987.

Radiks Purba, Asuransi Angkutan Laut, Jakarta, Rineka Cipta, 1998.

Satjipto Rahardjo, Teori Hukum,strategi tertib manusia lintas ruang dan generasi, penerbit Genta Publishing, 2010.

Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Kompas, Jakarta, 2010.

Shidarta. Mochtar Kusuma-Atmadja dan Teori Hukum Pembangunan Eksistensi dan Implikasi. Jakarta: Epistema Intitute, 2012.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009.


(34)

Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan. Bandung. Mandar maju. 2000. Suwardjoko Warpani, Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB Bandung,

1990.

Suwardjoko Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Penerbit ITB Bandung, 2002.

Sri Soesiloeati Mahdi,Surimi Ahlan Sjarif, Ahmad Budi Cahyono, Hukum Perdata Suatu Pengantar, Jakarta, Gitama, 2005.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta 1985.

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan

Undang Undang No 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan. Angkutan udara Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan


(35)

Jurnal

Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Fakultas Hukum, 2009.

Adi Nugroho."Sejarah Ojek di Indonesia dari Zaman Dahulu Hingga Sekarang"diakses dari http://boombastis.com/sejarah-ojek/45601.

A.M. Mujahidin, 2007, “Hukum Progresif: Jalan Keluar dari Keterpurukan Hukum di Indonesia”, Varia Peradilan, Tahun ke XXII No. 25.

Dillah Joedi W.R., Indra Surya Mochtar, & Wahyu Herjianto, “ANALISIS LEGALITAS DAN KELAYAKAN FINANSIAL OPERASIONAL

ANGKUTAN OJEK DI KABUPATEN SIDOARJO”, dalam Seminar

Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW) Surabaya, 11 Juli 2012.

Jimly Asshiddiqie, Makalah Konsep Negara Hukum Indonesia, :http://www.jimly.com/pemikiran/makalah?page=5.

Muchsan, Materi Kuliah Penemuan Hukum pada Program Pasca Sarjana Magister Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta Tahun Akademi 2011-2012.

Ryosuke Oshima dkk, Study on Regulation of Motorcycle Taxi Service in Bangkok. Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 7 (2007), 1828.

Shantyabudi, firman. "Tukang Ojek dan Interaksi Sosial". (Tesis Magister, Jakarta, Universitas Indonesia), 2000.

Rujukan Elektronik http://kbbi.web.id/ojek.

http://www.go-jek.com/faq.html.

http://www.duniaku.net. Hawke, “Betulkah GO-JEK Lebih Unggul dari Tukang Ojek

Lokal?”

http://prabugomong.com/2010/09/19/teori-negara-hukum/.

http://historia.id/kota/mengorek-sejarah-ojek, Hendaru Tri Hanggoro, "Mengorek Sejarah Ojek".


(36)

http://feriansyach.wordpress.com/2011/03/08/sejarah-singkat-regulasi-lalu-lintas-danangkutan-jalan-di-indonesia/

http://virtualperth.com/m/8080784/menjaga-keselamatan-penyelenggaraan-angkutan/,

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-teknologi/661-keabsahan-alat-bukti- elektronik-dlm-suatu-perjanjian-dlm-penyelesaian-sengketa-melalui-arbitrase-onl.html.

https://hukumtransportasi2015.wordpress.com/. Melkianus, Buku Ajar Hukum Pengangkutan,

http//tekno.kompas.com, Oik Yusuf, Tarif Baru Gojek, Lebih Mahal atau Murah?, http://organda.or.id/faktor-keselamatan-alasan-organda-tidak-dukung-ojek/. Dewan

Pimpinan Pusat Organda, Faktor Keselamatan, Alasan Organda Tidak Dukung Ojek,

http://hukumonline.com/undang-undang-nomor-22-tahun-2009-pertegas-sistem tanggung-jawab-renteng/,.


(1)

152

2. Penyedia jasa dalam hal melakukan transaksi pelayanan diharapkan tidak lepas dari tanggung jawabnya. Terlebih dalam hal pembuatan perjanjian pihak penyedia jasa dilarang untuk menerapkan klausula baku.

3. Terhadap pengemudi kendaraan yang merupakan bagian yang tidak dapat terlepas dari penyedia jasa, seharusnya dapat memintakan pertanggung jawaban terkait masalah kerugian yang mungkin timbul pada saat melakukan transaksi pelayanan salah satu nya dapat dimuat dalam bentuk asuransi.

4. Terhadap konsumen yang mengalami kerugian yang timbul pada saat melakukan transaksi juga berhak mendapatkan perlindungan hukum berupa ganti rugi, kompensasi, atau denda. Selama dapat dibuktikan kebenarannya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku

Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori Dan Contoh Kasus, Jakarta: Kencana, 2011.

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Gunung Agung, Jakarta, 2002.

Achmad Ichsan, Hukum Dagang. Jakarta, Pradnya Paramita, 1982.

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Raja Grafindo, 2004.

Badan Pusat Statistik, Statistik Transportasi, Penerbit, Ryan indah, 2013.

Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Yogyakarta, Citra Media, 2006. C.S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas Hukum Perdata, Pradnya

Paramita, Jakarta, 2006.

Djanius Djamin, Syamsul Arifin, Bahan Dasar Hukum Perdata, Akademi Keuangan dan Perbankan (Perbanas), Medan, 1993.

E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan. Mandar maju, Bandung, 2000. Ermansjah djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi), Sinar Grafika, Bandung 2008.

Hengky W. Pramana, Aplikasi Inventory Berbasis Access 2003, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006.

H. M. N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Penerbit Djambatan Jakarta, 1990.

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yahng Lahir Dari Perjanjian, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1995.

Joetata Hadihardja,dkk, Sistem Transportasi, Penerbit Gunadarma, 1997. Komariah, Hukum Perdata, UMM Press, Malang, 2008.


(3)

Lily Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung Citra Aditya Bakti, 2007.

Mariam Darus Badrulzaman, (1) Hukum Perdata Tentang Perikatan, Penerbit Fakultas Hukum USU, Medan, 1974.

(2) KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Penerbit Alumni, Bandung, 1983.

Miro, Fidel, Perencanaan Transportasi untuk mahasiswa, Perencana, dan Praktisi, Penerbit Jakarta Erlangga, 2005.

Mochtar kusumaatmadja & Arif sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2000.

Muhammad Bakri, Pengantar Hukum Indonesia, Penerbit IKIP Malang, Malang, 1995.

Peter Mahmud Marzuki, (1) Penelitian Hukum, Jakarta:Pernada Media Group, 2005. (2) Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008.

R. Subekti, (1) Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1963. (2) Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1987.

Radiks Purba, Asuransi Angkutan Laut, Jakarta, Rineka Cipta, 1998.

Satjipto Rahardjo, Teori Hukum,strategi tertib manusia lintas ruang dan generasi, penerbit Genta Publishing, 2010.

Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Kompas, Jakarta, 2010.

Shidarta. Mochtar Kusuma-Atmadja dan Teori Hukum Pembangunan Eksistensi dan Implikasi. Jakarta: Epistema Intitute, 2012.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009.


(4)

Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan. Bandung. Mandar maju. 2000. Suwardjoko Warpani, Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB Bandung,

1990.

Suwardjoko Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Penerbit ITB Bandung, 2002.

Sri Soesiloeati Mahdi,Surimi Ahlan Sjarif, Ahmad Budi Cahyono, Hukum Perdata Suatu Pengantar, Jakarta, Gitama, 2005.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta 1985.

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan

Undang Undang No 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan. Angkutan udara Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan


(5)

Jurnal

Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Fakultas Hukum, 2009.

Adi Nugroho."Sejarah Ojek di Indonesia dari Zaman Dahulu Hingga Sekarang"diakses dari http://boombastis.com/sejarah-ojek/45601.

A.M. Mujahidin, 2007, “Hukum Progresif: Jalan Keluar dari Keterpurukan Hukum di Indonesia”, Varia Peradilan, Tahun ke XXII No. 25.

Dillah Joedi W.R., Indra Surya Mochtar, & Wahyu Herjianto, “ANALISIS LEGALITAS DAN KELAYAKAN FINANSIAL OPERASIONAL

ANGKUTAN OJEK DI KABUPATEN SIDOARJO”, dalam Seminar

Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW) Surabaya, 11 Juli 2012.

Jimly Asshiddiqie, Makalah Konsep Negara Hukum Indonesia, :http://www.jimly.com/pemikiran/makalah?page=5.

Muchsan, Materi Kuliah Penemuan Hukum pada Program Pasca Sarjana Magister Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta Tahun Akademi 2011-2012.

Ryosuke Oshima dkk, Study on Regulation of Motorcycle Taxi Service in Bangkok. Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 7 (2007), 1828.

Shantyabudi, firman. "Tukang Ojek dan Interaksi Sosial". (Tesis Magister, Jakarta, Universitas Indonesia), 2000.

Rujukan Elektronik http://kbbi.web.id/ojek.

http://www.go-jek.com/faq.html.

http://www.duniaku.net. Hawke, “Betulkah GO-JEK Lebih Unggul dari Tukang Ojek

Lokal?”

http://prabugomong.com/2010/09/19/teori-negara-hukum/.

http://historia.id/kota/mengorek-sejarah-ojek, Hendaru Tri Hanggoro, "Mengorek Sejarah Ojek".


(6)

http://feriansyach.wordpress.com/2011/03/08/sejarah-singkat-regulasi-lalu-lintas-danangkutan-jalan-di-indonesia/

http://virtualperth.com/m/8080784/menjaga-keselamatan-penyelenggaraan-angkutan/,

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-teknologi/661-keabsahan-alat-bukti- elektronik-dlm-suatu-perjanjian-dlm-penyelesaian-sengketa-melalui-arbitrase-onl.html.

https://hukumtransportasi2015.wordpress.com/. Melkianus, Buku Ajar Hukum Pengangkutan,

http//tekno.kompas.com, Oik Yusuf, Tarif Baru Gojek, Lebih Mahal atau Murah?, http://organda.or.id/faktor-keselamatan-alasan-organda-tidak-dukung-ojek/. Dewan

Pimpinan Pusat Organda, Faktor Keselamatan, Alasan Organda Tidak Dukung Ojek,

http://hukumonline.com/undang-undang-nomor-22-tahun-2009-pertegas-sistem tanggung-jawab-renteng/,.