PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG OJEK ONLINE (GO-JEK) di YOGYAKARTA

(1)

i

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG OJEK ONLINE (GO-JEK) di YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

Nama : Firlingga Fawzi Annor

NIM : 20120610269

Fakultas : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Dagang

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ii

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG OJEK ONLINE (GO-JEK) di YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Firlingga Fawzi Annor 20120610269

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Pada Tanggal 19 Desember 2016

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Danang Wahyu M,SH.,M.Hum Fadia Fitriyanti,SH.,M.Hum.,M.kn NIK.19690528199409153022 NIK.1971127199603153026


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG OJEK ONLINE (GO-JEK) di YOGYAKARTA

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Dewan Penguji Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada Tanggal 4 Januari 2017 Yang terdiri dari:

Ketua

Dr. Mukti Fajar ND, S.H.,M.Hum NIK.19680929199407153019

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Danang Wahyu M,SH.,M.Hum Fadia Fitriyanti,SH.,M.Hum.,M.kn

NIK.19690528199409153022 NIK.1971127199603153026

Mengesahkan Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Trisno Raharjo, S.H.,M.Hum NIK.19710409199702153028


(4)

iv

Bismillahirrahmanirrahim

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Firlingga Fawzi Annor

NIM : 20120610269

Judul Skripsi : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG OJEK ONLINE (GO-JEK) di YOGYAKARTA

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan skripsi ini adalah betul-betul hasil karya dari saya sendiri berdasarkan hasil penelitian, Pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan skripsi ini diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum skripsi ini.

Yogyakarta, 9 Agustus 2016 Yang menyatakan

Firlingga Fawzi Annor 20120610269


(5)

v MOTTO

”Barangsiapa mendekati-KU sejengkal, niscaya Aku akan mendekatinya sehasta,

Dan barangsiapa mendatangi-KU sambil berjalan, niscaya Aku akan Mendatanginya sambil berlari”.


(6)

vi

Kupersembahkan penulisan hukum (skripsi) ini kepada:

 Ibundaku Tercinta yang telah meneteskan darahnya ketika melahirkanku dan selalu menasihatiku menjadi orang yang lebih baik

 Bapakku Tercinta yang selalu mengucurkan keringatnya tidak pernah putus asa dalam memenuhi kebutuhanku

 Kakak-kakak dan Adikku Tercinta yang selalu membimbing dan menyayangiku dari kecil hingga sekarang, membantu memberikan dukungan untukku agar semangat dalam kuliah


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamduliiahi Rabbil’ Alamin, segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala Rahmat serta Hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Skripsi ini tepat pada waktunya. Begitu pula Shalawat beriring salam penulis kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang ini.

Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan bangku perkulihannya. Adapun judul Skripsi yang penulis angkat ialah: “Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) di Yogyakarta.” Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan serta arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada “kedua orang tua penulis terutama kepada ibunda tercinta Ibu Kusmiyati dan Bapak Yudi Annor semoga nasihat, kesabaran, dan dedikasi yang selalu beliau berikan menjadikan amal ibadah kedua orang tua penulis amin.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(8)

viii

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Mukhtar Zuhdy, S.H., M.H. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Leli Joko Suryono, S.H., M.Hum. Selaku Kepala Program Studi Fakuktas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Bapak Danang Wahyu M. S.H.,M.Hum selaku dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas saran dan kritik, kesabaran dan nasihat yang sangat membantu dalam mengevaluasi penulisan skripsi ini hingga penulisan ini berjalan dengan baik. Penulis sangat terkesan dengan keakraban dan nasihat bapak dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Ibu Fadia Fitriyanti, S.H., M.Hum., M.Kn Selaku dosen Pembimbing II dalam Penulisan Skripsi ini. Terimakasih atas saran dan kritik, kesabaran dan nasihat yang sangat membantu dalam mengevaluasi penulisan Skripsi ini hingga penulisan ini berjalan dengan baik. Penulis sangat terkesan dengan keakraban dan nasihat ibu dalam proses penulisan skripsi ini.

7. Bapak Harimurti. Selaku kepala bidang Angkutan pada Dinas Perhubungan DIY. Terimakasih atas keramahan dan masukan yang diberikan oleh bapak. 8. Bapak Widiyanto S.H., Selaku Komisaris Polisi KASUBBAGRENMIN

DITLANTAS DIY. Terimakasih atas keramahan dan masukan yang diberikan oleh bapak.


(9)

ix

9. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan membimbing Penulis selama perkuliahan

10.Seluruh Pegawai Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu kepada seluruh mahasiswa/i, mulai dari kami masuk sampai menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Hukum ini

11.Kakak dan adikku tercinta Ferri Fawzi Annor, Farizco Fawzi Annor dan Fahrorry Fawzi Annor telah memberikan semangat, motivasi, doa dan bantuan dalam proses penulisan Skripsi ini, Semoga Allah selalu mencurahkan Rahmat serta Hidayah-Nya kepadamu.

12.Teman Seperjuangan masa kuliah dari Parkiran Selatan atau Sud De Jante Family, Aditya Nanda, Windhu, M Yusuf, Yusuf khairul, Ridho, Akshani, Chondro, Saleh, Amex, Icang, Sigit, Faturohman Nyong, Yoppi, Arif, Aris, Aziz, Ucok, Febrian, Yayan, Rendi dan yang lain-lainnya terima kasih semua telah membuat saya bisa kuat seperti saat ini, We Are SDJ Family.

13.Teman-teman KKN 03 Andre. Ali, Aris, Jarot, Putri, Hendru, Siswoko, Wisnu. dan seluruh warga Karang Rejek Imogiri. Terima kasih dengan adanya kalian semua yang semula KKN itu tidak menyenangkan suasana KKN menjadi lebih menyenangkan dengan adanya kalian semua.

14.Kawan-kawan Fakultas Teknik Elektro Ardian, Danang, Bondan, Gandi


(10)

x

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya harapan penulis agar skripsi ini dapat menjadi salah satu sumbangan pikiran yang bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Yogyakarta, 9 Agustus 2016 Hormat Saya

Firlingga Fawzi Annor 20120610269


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Umum Tentang Ojek Sepeda Motor ... 8

1. Pengertian Ojek Sepeda Motor ... 8


(12)

xii

B. Tinjauan Tentang Penumpang Angkutan Umum ... 12

1. Pengertian Pengangkutan ... 12

2. Pengertian Penumpang Angkutan Umum ... 14

3. Kedudukan Hukum Penumpang Angkutan Umum ... 16

4. Syarat-Syarat Sebagai Pengangkut ... 18

5. Sumber Hukum Pengangkutan ... 20

6. Perjanjian Pengangkutan ... 21

7. Kewajiban dan Hak Para Pihak ... 23

8. Lahirnya Tanggung Jawab Pengangkut ... 24

9. Prinsip-Prinsip Tanggung jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan ... 25

C. Tinjauan Umum Tentang Hukum Perlindungan Konsumen ... 27

1. Pengertian Perlindungan Hukum ... 27

2. Pengertian Perlindungan Konsumen ... 29

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ... 31

4. Hak dan Kewajiban Konsumen ... 34

5. Upaya Hukum Konsumen ... 36

6. Penyelesaian sengketa Konsumen ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Jenis Penelitian ... 51

B. Bahan Hukum ... 51


(13)

xiii

D. Pendekatan Penelitian ... 53

E. Analisis Bahan Hukum ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 55

A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) ... 55

B. Upaya Hukum Yang Dilakukan Penumpang Ojek Online (GO-JEK) Untuk Mendapatkan Perlindungan Hukum ... 63

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ………... 69


(14)

xiv

Transportasi atau pengangkutan merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia saat ini yang dinilai sangat efisien dalam melakukan aktivitas sehari-hari khususnya transportasi umum, dengan biaya yang cukup terjangkau kendaraan umum sangat diminati kaum masyarakat kelas menengah bawah ataupun para pelajar dan mahasiswa jika tidak ada alternatif lain atau tidak memiliki kendaraan pribadi. Baru-baru ini muncul transportasi umum yang berbasis online yaitu GO-JEK yang menyerupai ojek yang sangat disukai masyarakat Indonesia saat ini.

Penulis telah menemukan masalah dalam penulisan skripsi ini dan menyusun rumusan masalah yaitu yang pertama adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap penumpang ojek online (GO-JEK) jika terjadi kecelakaan, dan yang kedua adalah bagaimana upaya hukum yang dilakukan penumpang ojek

online (GO-JEK) untuk mendapatkan perlindungan hukum?

Metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian normatif, yaitu penelitian hukum yang menempatkan hukum sebagai sebuah bangun siste norma. Sistem norma yang dimaksud mengenai asas-asas, norma, kaidah, dari peraturan perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin. Teknik pengambilan bahan hukum berupa studi pustaka dan wawancara dengan pihak yang terkait dengan pembahasan penulisan hukum ini.

Kesimpulan dari penulis adalah sebuah perusahaan angkutan umum wajib atas kelalaian yang dilakukan sehingga mengakibatkan penumpang mengalami kerugian dan penumpang angkutan umum khususnya penumpang GO-JEK juga memiliki hak untuk mengajukan tuntutan atas kerugian yang didapat dari pihak GO-JEK melalui tiga instrumen yaitu hukum administrasi, perdata, dan pidana.


(15)

i

i

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG OJEK ONLINE (GO-JEK) di YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

Nama : Firlingga Fawzi Annor

NIM : 20120610269

Fakultas : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Dagang

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(16)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

Bismillahirrahmanirrahim

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Firlingga Fawzi Annor

NIM : 20120610269

Judul Skripsi : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG OJEK ONLINE (GO-JEK) di YOGYAKARTA

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan skripsi ini adalah betul-betul hasil karya dari saya sendiri berdasarkan hasil penelitian, Pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan skripsi ini diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum skripsi ini.

Yogyakarta, 9 Agustus 2016 Yang menyatakan

Firlingga Fawzi Annor 20120610269


(17)

iii

iii MOTTO

”Barangsiapa mendekati-KU sejengkal, niscaya Aku akan mendekatinya sehasta, Dan

barangsiapa mendatangi-KU sambil berjalan, niscaya Aku akan Mendatanginya sambil berlari”.


(18)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan penulisan hukum (skripsi) ini kepada:

 Ibundaku Tercinta yang telah meneteskan darahnya ketika melahirkanku dan selalu menasihatiku menjadi orang yang lebih baik

 Bapakku Tercinta yang selalu mengucurkan keringatnya tidak pernah putus asa dalam memenuhi kebutuhanku

 Kakak-kakak dan Adikku Tercinta yang selalu membimbing dan menyayangiku dari kecil hingga sekarang, membantu memberikan dukungan untukku agar semangat dalam kuliah  Almamaterku Tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(19)

v

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamduliiahi Rabbil’ Alamin, segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala Rahmat serta Hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Skripsi ini tepat pada waktunya. Begitu pula Shalawat beriring salam penulis kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang ini.

Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan bangku perkulihannya. Adapun judul Skripsi yang penulis angkat ialah: “Perlindungan

Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) di Yogyakarta.” Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan serta arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada “kedua orang tua penulis terutama kepada ibunda tercinta Ibu Kusmiyati

dan Bapak Yudi Annor semoga nasihat, kesabaran, dan dedikasi yang selalu beliau berikan menjadikan amal ibadah kedua orang tua penulis amin.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Priharti Yuniarlin, S.H., M.Hum. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Mukhtar Zuhdy, S.H., M.H. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(20)

vi

4. Bapak Dr. Leli Joko Suryono, S.H., M.Hum. Selaku Kepala Program Studi Fakuktas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Bapak Danang Wahyu M. S.H.,M.Hum selaku dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas saran dan kritik, kesabaran dan nasihat yang sangat membantu dalam mengevaluasi penulisan skripsi ini hingga penulisan ini berjalan dengan baik. Penulis sangat terkesan dengan keakraban dan nasihat bapak dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Ibu Fadia Fitriyanti, S.H., M.Hum., M.Kn Selaku dosen Pembimbing II dalam Penulisan Skripsi ini. Terimakasih atas saran dan kritik, kesabaran dan nasihat yang sangat membantu dalam mengevaluasi penulisan Skripsi ini hingga penulisan ini berjalan dengan baik. Penulis sangat terkesan dengan keakraban dan nasihat ibu dalam proses penulisan skripsi ini.

7. Bapak Harimurti. Selaku kepala bidang Angkutan pada Dinas Perhubungan DIY. Terimakasih atas keramahan dan masukan yang diberikan oleh bapak.

8. Bapak Widiyanto S.H., Selaku Komisaris Polisi KASUBBAGRENMIN DITLANTAS DIY. Terimakasih atas keramahan dan masukan yang diberikan oleh bapak.

9. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan membimbing Penulis selama perkuliahan

10.Seluruh Pegawai Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu kepada seluruh mahasiswa/i, mulai dari kami masuk sampai menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Hukum ini

11.Kakak dan adikku tercinta Ferri Fawzi Annor, Farizco Fawzi Annor dan Fahrorry Fawzi Annor telah memberikan semangat, motivasi, doa dan bantuan dalam proses penulisan Skripsi ini, Semoga Allah selalu mencurahkan Rahmat serta Hidayah-Nya kepadamu.


(21)

vii

vii

12.Teman Seperjuangan masa kuliah dari Parkiran Selatan atau Sud De Jante Family, Aditya Nanda, Windhu, M Yusuf, Yusuf khairul, Ridho, Akshani, Chondro, Saleh, Amex, Icang, Sigit, Faturohman Nyong, Yoppi, Arif, Aris, Aziz, Ucok, Febrian, Yayan, Rendi dan yang lain-lainnya terima kasih semua telah membuat saya bisa kuat seperti saat ini, We Are SDJ Family.

13.Teman-teman KKN 03 Andre. Ali, Aris, Jarot, Putri, Hendru, Siswoko, Wisnu. dan seluruh warga Karang Rejek Imogiri. Terima kasih dengan adanya kalian semua yang semula KKN itu tidak menyenangkan suasana KKN menjadi lebih menyenangkan dengan adanya kalian semua.

14.Kawan-kawan Fakultas Teknik Elektro Ardian, Danang, Bondan, Gandi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya harapan penulis agar skripsi ini dapat menjadi salah satu sumbangan pikiran yang bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Yogyakarta, 9 Agustus 2016 Hormat Saya

Firlingga Fawzi Annor 20120610269


(22)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Umum Tentang Ojek Sepeda Motor ... 8 1. Pengertian Ojek Sepeda Motor ... 8 2. Pengertian Tentang GO-JEK ... 8 3. Ojek Online Sebagai Kendaraan Bermotor Umum ... 11 B. Tinjauan Tentang Penumpang Angkutan Umum ... 12


(23)

ix

ix

1. Pengertian Pengangkutan ... 12 2. Pengertian Penumpang Angkutan Umum ... 14 3. Kedudukan Hukum Penumpang Angkutan Umum ... 16 4. Syarat-Syarat Sebagai Pengangkut ... 18 5. Sumber Hukum Pengangkutan ... 20 6. Perjanjian Pengangkutan ... 21 7. Kewajiban dan Hak Para Pihak ... 23 8. Lahirnya Tanggung Jawab Pengangkut ... 24 9. Prinsip-Prinsip Tanggung jawab Pengangkut Dalam

Hukum Pengangkutan ... 25 C. Tinjauan Umum Tentang Hukum Perlindungan Konsumen ... 27 1. Pengertian Perlindungan Hukum ... 27 2. Pengertian Perlindungan Konsumen ... 29 3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ... 31 4. Hak dan Kewajiban Konsumen ... 34 5. Upaya Hukum Konsumen ... 36 6. Penyelesaian sengketa Konsumen ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Jenis Penelitian ... 51 B. Bahan Hukum ... 51 C. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 52 D. Pendekatan Penelitian ... 53 E. Analisis Bahan Hukum ... 53


(24)

x

A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online

(GO-JEK) ... 55 B. Upaya Hukum Yang Dilakukan Penumpang Ojek Online

(GO-JEK) Untuk Mendapatkan Perlindungan Hukum ... 63

BAB V PENUTUP... 67

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ………... 69


(25)

(26)

xiv ABSTRAK

Transportasi atau pengangkutan merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia saat ini yang dinilai sangat efisien dalam melakukan aktivitas sehari-hari khususnya transportasi umum, dengan biaya yang cukup terjangkau kendaraan umum sangat diminati kaum masyarakat kelas menengah bawah ataupun para pelajar dan mahasiswa jika tidak ada alternatif lain atau tidak memiliki kendaraan pribadi. Baru-baru ini muncul transportasi umum yang berbasis online yaitu GO-JEK yang menyerupai ojek yang sangat disukai masyarakat Indonesia saat ini.

Penulis telah menemukan masalah dalam penulisan skripsi ini dan menyusun rumusan masalah yaitu yang pertama adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap penumpang ojek online (GO-JEK) jika terjadi kecelakaan, dan yang kedua adalah bagaimana upaya hukum yang dilakukan penumpang ojek online (GO-JEK) untuk mendapatkan perlindungan hukum?

Metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian normatif, yaitu penelitian hukum yang menempatkan hukum sebagai sebuah bangun siste norma. Sistem norma yang dimaksud mengenai asas-asas, norma, kaidah, dari peraturan perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin. Teknik pengambilan bahan hukum berupa studi pustaka dan wawancara dengan pihak yang terkait dengan pembahasan penulisan hukum ini.

Kesimpulan dari penulis adalah sebuah perusahaan angkutan umum wajib atas kelalaian yang dilakukan sehingga mengakibatkan penumpang mengalami kerugian dan penumpang angkutan umum khususnya penumpang GO-JEK juga memiliki hak untuk mengajukan tuntutan atas kerugian yang didapat dari pihak GO-JEK melalui tiga instrumen yaitu hukum administrasi, perdata, dan pidana.


(27)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dengan menyadari pentingnya peranan transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan ketersediaan jasa transportai yang sesuai tingkat kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan yang tertib, nyaman, lancar dan berbiaya murah.1

Karakteristik transportasi orang dapat dibedakan menjadi angkutan umum dan angkutan pribadi. Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan angkutan udara.2

Angkutan umum dibedakan menjadi dua yaitu angkutan umum paratransit dan angkutan umum masstransit.

Angkutan umum paratransit merupakan angkutan yang tidak memiliki rute dan jadwal tetap dalam beroperasi disepanjang rutenya, sedangkan angkutan umum

masstransit merupakan angkutan yang memiliki rute dan jadwal yang tetap serta tempat pemberhentian yang jelas.

1

Abdulnakir Muhammad, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 7. 2

Warpani, P. Suwardjoko, 1990, Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB, Bandung, hlm. 20.


(28)

Sepeda motor termasuk dalam klarifikasi jenis kendaraan pribadi, namun di Indonesia banyak dijumpai sepeda motor yang juga melakukan fungsi kendaraan umum yaitu mengangkut orang dan/atau barang dan memungut biaya yang telah disepakati.3

Transportasi jenis ini dikenal dengan nama ojek. Definisi ojek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sepeda motor ditambangkan dengan cara memboncengkan penumpang yang menyewa. Ojek merupakan sarana transportasi darat yang menggunakan kendaraan roda dua dengan berpelat hitam, untuk mengangkut penumpang dari satu tujuan ke tujuan lainnya kemudian menarik bayaran.

Ojek sepada motor telah menjadi alternatif angkutan bagi sebagian masyarakat karena fleksibel dalam kegiatannya, bisa menjangkau tempat yang tidak dilalui angkutan umum seperti angkutan kota, bus, atau jenis angkutan umum beroda empat lain.4 Secara de facto,

keberadaan ojek sepeda motor dianggap sangat membantu masyarakat dalam memecahkan kendala terhadap tersedianya angkutan umum sebagai angkutan alternatif, namun secara de jure, keberadaan ojek sepeda motor dianggap bermasalah dalam hal legalitas, karena secara normatif tidak memiliki hukum yang mengatur ojek sepeda motor secara jelas.5

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan (UULLAJ) Bab X tentang Angkutan pasal 137 ayat (2) jo pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan menyatakan bahwa pengangkutan orang dan/atau barang dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor seperti sepeda motor, mobil penumpang, mobil barang dan mobil bus. Akan ntetapi dalam bab yang sama pada bagian ketiga angkutan orang dengan kendaraan

3

Suwardi, 2000, Angkutan Umum, Fakultas Teknik UMS, Surakarta, hlm. 21. 4

Warpani, P. Suwardjoko, 2002, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Penerbit ITB,

Bandung, hlm. 45. 5

Hobbs, F.D, 1995, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Terjemahan Suprapto dan Waldiyono, UGM, Yogyakarta, hlm. 41.


(29)

3

bermotor umum menggunakan mobil penumpang umum dan mobil bus umum, meskipun keberadaan ojek sepeda motor dibutuhkan masyarakat sebagai salah satu pelayanan angkutan orang, tetapi sepeda motor tidak diatur oleh pemerintah beroperasi sebagai angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum.

Tidak adanya peraturan yang khusus mengenai ojek sepeda motor dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ) maupun Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan mengakibatkan ketidakpastian hukum terkait dengan kedudukan ojek sepeda motor sebagai angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum. Disatu sisi UULLAJ mengatur kendaraan dalam pasal 1 angka 10 yang menyatakan bahwa “kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran”. Dari pengertian tersebut dapat ditarik unsur-unsur kendaraan bermotor umum, sebagai berikut:6

1. Setiap kendaraan;

2. Digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang; 3. Dipungut bayaran.

Unsur-unsur tersebut apabila dibandingkan dengan pengertian ojek sepeda motor dapat dikategorikan sebagai kendaraan bermotor umum, namun ojek sepeda motor tidak diatur dibagian angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum.

Masalah peraturan ojek masih belum selesai, kini di Indonesia sedang terjadi perbincangan yaitu adanya ojek dengan pelayanan melaui sistem online yang dikenal dengan GO-JEK. Ojek dengan sistem online ini berbeda dengan dengan ojek yang biasa kita jumpai di jalan, GO-JEK adalah perusahaan yang mengelola kerja sama dengan Mitra dan menyediakan jasa manajemen operasional para mitra sehubungan dengan

6


(30)

penggunaan Aplikasi GO-JEK. Mitra disini memiliki pengertian yaitu pihak yang melaksanakan antar jemput barang dan/atau orang, pesan-antar barang yang sebelumnya telah dipesan konsumen, atau jasa lainnya melalui aplikasi GO-JEK dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua yang dimiliki mitra sendiri.

GO-JEK juga melayani pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja, dan lain sebagainya. Untuk menggunakan layanan GO-JEK calon penumpang harus memiliki aplikasi khusus yang tersedia di App Store (sebuah aplikasi yang menjual beberapa jenis aplikasi). Disana calon penumpang dapat mencari dan memesan pengendara GO-JEK melalui smartphone atau gadget milik calon penumpang.

Masalah yang dihadapi GO-JEK sama dengan yang dihadapi oleh pengemudi ojek sepeda motor pada umumnya, yaitu tidak diaturnya peraturan mengenai diperbolehkannya sepeda motor sebagai kendaraan bermotor umum. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan, sepeda motor tidak termasuk dalam kriteria kendaraan yang dapat digunakan untuk kendaraan bermotor umum. Artinya penggunaan sepeda motor sebagai alat angkut dengan menarik bayaran tidak sesuai dengan peraturan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan.

Tanggung jawab pengemudi ojek sepeda motor berkaitan dengan hak-hak konsumen, karena tanggung jawab dari pengemudi ojek sepeda motor sangat diperlukan apabila terjadi pelanggaran terhadap hak-hak konsumen dalam penyelenggaraan pengangkutan yang semestinya tidak mengakibatkan tidak selamatnya objek yang diangkut sampai tempat tujuan. Pengguna jasa ojek sepeda motor dapat disebut sebagai konsumen karena dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dalam Pasal 1 angka 2 menyatakan bahwa “Konsumen adalah setiap orang pemakai


(31)

5

barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Konsumen wajib dilindungi secara hukum melalui perundang-undangan yang jelas dan pasti, termasuk juga penyelesaian yang dapat ditempuh konsumen apabila mengalami kerugian terhadap penyelenggaraan jasa angkutan umum kendaraan bermotor ojek. Salah satu kerugian yang dialami penumpang atau pengguna jasa ojek sepeda motor adalah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan pengemudi ojek sepeda motor. Kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen berupa perlindungan terhadap hak-hak konsumen, agar pelaku usaha tidak bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan konsumen.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka disusunlah skripsi ini dengan judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap penumpang ojek online (GO-JEK) jika terjadi kecelakaan?

2. Bagaimana upaya hukum yang dilakukan penumpang ojek online (GO-JEK) untuk mendapatkan perlindungan hukum?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap penumpang ojek online (GO-JEK) jika terjadi kecelakaan.

2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dilakukan penumpang untuk mendapatkan perlindungan hukum.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat yaitu: 1. Manfaat teoritis:


(32)

Memberikan gambaran yang jelas mengenai perlindungan hukum yang diterima oleh penumpang ojek online (GO-JEK) agar masyarakat luas dapat mengetahui jika penumpang ojek online tersebut juga di lindungi oleh hukum jika terjadi kecelakaan. 2. Manfaat praktis:

Manfaat praktis bagi masyarakat adalah agar memberikan pengetahuan yang jelas mengenai perlindungan hukum terhadap penumpang ojek online (GO-JEK), agar masyarakat dapat sadar dan lebih selektif lagi untuk memilih kendaraan umum untuk keselamatan serta berhati-hati dalam memilih jasa ojek.


(33)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Ojek Sepeda Motor

1. Pengertian Ojek Sepeda Motor

Pengertian ojek menurut J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, adalah “sepeda motor yang dibuat menjadi kendaraan umum untuk memboncengi penumpang ketempat

tujuannya”.7

Peter Salim dan Yenny Salim menyebutkan bahwa ojek adalah “sepeda atau sepeda motor yang disewakan dengan cara

memboncengkan penyewanya”.8

Berdasarkan Pasal 1 angka 20 UULLAJ, menyatakan bahwa “sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah”. Ojek merupakan sarana transportasi darat yang menggunakan kendaraan roda dua (sepeda motor) untuk mengangkut penumpang dari satu tujuan ke tujuan lainnya kemudian menarik bayaran.

2. Pengertian Tentang GO-JEK

GO-JEK lahir dari ide sang CEO (chief executive officer) dan

Managing Director Nadiem Makarim yang mengaku seorang pengguna ojek. Ojek yang merupakan kendaran motor roda dua ini memang transportasi yang sangat efektif untuk mobilitas di kemacetan kota. Dengan pengalamannya saat naik ojek di jalanan yang macet inilah ia kemudian menciptakan GO-JEK, sebuah layanan antar jemput dengan

7

J.S.Badudu dan Sutan Mohammad, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PT. Integraphic, Jakarta, hlm. 48.

8


(34)

ojek modern berbasis pesanan. PT GO-JEK Indonesia yang sudah melewati perjalanannya sejak tahun 2011.

GO-JEK adalah Karya Anak Bangsa yang kali pertama lahir dengan niat baik untuk memberikan solusi memudahkan kehidupan sehari-hari di tengah kemacetan perkotaan. Kala itu pemikirannya, bagaimana masyarakat bisa mendapatkan layanan yang mudah, aman, nyaman, dan tepercaya dengan tarif jelas, sementara mitra bisa menjadi lebih mudah dalam mendapatkan pelanggan dan meningkatkan penghasilan. Layanan GO-JEK yang tertata ternyata cukup disukai oleh masyarakat dan mitra, walaupun jumlahnya masih sangat kecil dibandingkan sekarang.

Saat itu, layanan yang ditawarkan GO-JEK meliputi transportasi, kurir, dan berbelanja. Tujuan PT GO-JEK saat itu adalah meningkatkan kinerja para pengemudi ojek. Di 2015 PT GO-JEK memutuskan untuk menyediakan layanan GO-JEK dalam bentuk aplikasi. Sehingga GO-JEK menjadi sebuah solusi berbasis teknologi yang memudahkan segala kebutuhan kehidupan sehari-hari masyarakat. Di sinilah pertumbuhan GO-JEK menjadi sangat signifikan. Ketika aplikasi GO-GO-JEK diluncurkan pada tahun 2015, ada tiga layanan yang ditawarkan yaitu transport, instant courier, dan shopping.

GO-JEK memiliki fitur yang berupa jasa transportasi yang dapat dipesan secara online, dengan menggunakan GO-JEK APP (aplikasi) yang dapat diunduh melalui smartphone atau dengan gadget yang lain, konsumen dapat memesan GO-JEK driver untuk mengakses semua


(35)

10

layanan ini, dengan cara memasukan alamat seseorang tersebut untuk mengetahui biaya penggunaan layanan, lalu menggunakan layanan use my location untuk mengarahkan driver ke tempat seseorang tersebut berada.9

GO-JEK menawarkan 8 (delapan) fitur jasa layanan yang bisa dimanfaatkan oleh para pelanggannya yaitu Go-Send (Pengantaran Barang), Go-Ride (Jasa Angkutan Orang), Go-Food (Pesan Makanan),

Go-Mart (Belanja), Go-Glam, Go-Massage, Go-Box, Go-Clean, Go-Busway, dan Go-Tix yang menekankan keunggulan dalam kecepatan, inovasi dan interaksi sosial.

GO-JEK merupakan perusahaan dalam status hukum sebagai penyedia jasa. GO-JEK juga bekerja sama dengan beberapa mitra usaha sebagai pendukung dalam mengoperasikan GO-JEK itu sendiri, karena perusahaan GO-JEK menerapkan sistem merekrut mitra usaha agar dapat menambah lapangan kerja bagi pengemudi ojek yang sebelumnya belum terikat dengan perusahaan manapun.

Berdirinya perusahaan GO-JEK adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, sebagai dasar hukum berdirinya perusahaan GO-JEK dan menjadi perusahaan yang telah berbadan hukum. Dalam praktinya, PT GOJEK INDONESIA terdaftar di KEMENKUMHAM sebagai Perusahaan Penyedia Jasa aplikasi. Perusahaan ini sebagai penghubung antara penumpang (konsumen) dengan pengemudi ojek (pelaku usaha) secara mudah.

9


(36)

Sebagai perusahaan teknologi, GOJEK memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3. Ojek Online Sebagai Kendaraan Bermotor Umum

Pengertian angkutan menurut pasal 1 angka 3 UULLAJ adalah “perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat laindengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan”. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum, Angkutan adalah “perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan”.

Berdasarkan pasal 1 angka 10 UULLAJ jo pasal 1 angka 5 PP Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan menyatakan bahwa kendaraan bermotor umum adalah “setiap kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan orang dan/atau dengan dipungut biaya”.

Pada dasarnya keberadaan ojek sepeda motor sebagai kendaraan bermotor roda dua memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri mengingat ojek bisa memberi layanan door to door, dapat menjangkau lokasi sulit seperti lorong-lorong dan jalan sempit, atau mampu melewati kemacetan. Namun ojek sepeda motor dikatakan angkutan umum ilegal, karena belum adanya aturan yang mengatur secara khusus mengenai ojek


(37)

12

sepeda motor di dalam undang-undang. Keberadaan ojek sepeda motor sendiri bisa dikatakan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Ojek sepeda motor dikatakan sebagai angkutan orang dengan kendaraan bermotor roda dua. Tidak diatur secara khusus mengenai sepeda motor sebagai angkutan kendaraan bermotor umum, karena ada beberapa permasalahan dalam administrasi pendaftaran ojek sebagai kendaraan bermotor umum di Dinas Perhubungan.

B. Tinjauan Tentang Penumpang Angkutan Umum 1. Pengertian Pengangkutan

Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim dan/atau penumpang, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim dan/atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar membayar angkutan.10

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa pihak dalam perjanjian pengangkut adalah pengangkut dan pengirim dan/atau penumpang, sifat dari perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik artinya masing-masing pihak mempunyai kewajiban-kewajiban sendiri-sendiri. Pihak pengangkut berkewajiban untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tertentu

10


(38)

dengan selamat, sedangkan pengirim dan/atau penumpang berkewajiban untuk membayar uang angkutan.11

Istilah “Pengangkutan” berasal dari kata “angkut” yang berarti “mengangkut dan membawa”, sedangkan istilah “pengangkutan” dapat

diartikan sebagai “pembawaan barang-barang atau orang-orang

(penumpang)”.12

Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini terkait unsur-unsur pengangkutan sebagai berikut :

a. Ada sesuatu yang diangkut

b. Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutnya c. Ada tempat yang dapat dilalui alat angkut

Proses pengangkutan itu merupakan gerak dari tempat asal dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan di mana angkutan itu diakhiri.13

Menurut pendapat Soekardono, pengangkutan pada pokoknya berisikan perpindahan tempat baik mengenai benda maupun mengenai orang, karena perpindahan itu mutlak perlu untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi. Adapun proses dari pengangkutan itu

11

Zainal Asikin, Op.Cit, hlm. 153.

12

http://kbbi.web.id/angkut diakses tanggal 6 November 2016 Pukul 21.56 WIB

13

Muchtaruddin Siregar, 1990, Beberapa Masalah Ekonomi dan Manajemen Pengangkutan, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta, hlm. 5.


(39)

14

merupakan gerakan dari tempat asal dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan dimana angkutan itu diakhiri.14

Pembagian jenis-jenis pengangkutan pada umunya didasarkan pada jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan. Menurut H.M.N Purwosutjipto dalam bukunya Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, jenis-jenis pengangkutan terdiri dari pengangkutan darat, pengangkutan laut, pengangkutan udara, dan pengangkutan perairan darat.15

2. Pengertian Penumpang Angkutan Umum

Penumpang angkutan umum adalah penumpang yang ikut dalam perjalanan dalam suatu wahana dengan membayar, wahana yang dimaksud bisa berupa taksi, bus, kereta api, kapal laut ataupun pesawat terbang tetapi tidak termasuk awak yang mengoperasikan dan melayani wahana tersebut. Penumpang adalah setiap orang yang diangkut ataupun yang harus diangkut di dalam alat pengangkutan, atas dasar persetujuan dari persetujuan dari perusahaan ataupun badan yang menyelenggarakan angkutan tersebut.16

14

http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/05/hukum-pengangkutan.html diakses pada tanggal 18 Maret 2016 Pukul 21.40 WIB

15

Ibid, hlm. 2. 16

http://www.psychologymania.com/2013/06/pengertian-penumpang.html. diakses pada tanggal 18 Maret 2016 Pukul 21.30 WIB


(40)

Penumpang (passanger) adalah pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai dengan yang ditetapkan. Ada beberapa ciri penumpang :17 a. Orang yang berstatus pihak dalam perjanjian pengangkutan.

b. Membayar biaya angkutan. c. Pemegang dokumen angkutan.

Menurut Damadjati pengertian penumpang adalah Setiap orang yang diangkut ataupun yang harus diangkut di dalam pesawat udara ataupun alat pengangkutan lainnya atas dasar persetujuan dari perusahaan ataupun badan yang menyelenggarakan angkutan tersebut.18

Dalam pasal 1 angka 25 UU Nomor 22 tahun 2009 yang dimaksud penumpang adalah orang yang berada di kendaraan selain pengemudi dan awak kendaraan dengan mengikatkan diri setelah membayar uang atau tiket angkutan umum sebagai kontraprestasi dalam perjanjian pengangkutan, dengan demikian maka seseorang telah sah sebagai penumpang angkutan umum.

Berkaitan dengan uraian di atas, penumpang angkutan umum dapat dikatakan sebagai seseorang (individu) dan/atau satu (kelompok) yang menggunakan alat transportasi umum untuk suatu perjalanan tertentu yang didasari atas suatu perjanjian sebelumnya, dimana pihak pengangkut berkewajiban untuk mengangkut penumpang tersebut dari suatu tempat ke tempat tujuan dengan selamat, sedangkan penumpang berkewajiban untuk

17

Hasyim, Farida, 2009, Hukum Dagang, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 95. 18

http://www.psychologymania.com/2013/06/pengertian-penumpang.html diakses pada tanggal 14 September 2016 Pukul 22.12 WIB


(41)

16

membayar sejumlah uang sebagai imbalan atas jasa pengangkutan tersebut.

3. Kedudukan Hukum Penumpang Angkutan Umum

Penumpang adalah salah satu pihak dalam perjanjian pengangkutan yang menerima pengamanan dari pihak pengangkut dalam bentuk jasa angkutannya. Penumpang dalam hal ini dapat diartikan sebagai konsumen, karena penumpang tersebut adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan jasa angkutan untuk tujuan memenuhi kebutuhan dirinya sendiri bukan untuk tujuan komersil.19

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah

“konsumen” sebagai definisi yuridis formal ditentukan pada undang

-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen (selanjutnya disingkat UUPK). UUPK pasal 1 angka 2 menyatakan, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lainnya dan tidak diperdagangkan.

Merujuk pada uraian di atas bahwa penumpang dikatakan sebagai konsumen dimana dalam hal ini terdapat unsur-unsur dari konsumen yaitu: (a) setiap orang, subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai jasa dan/atau barang.20 (b) pemakai, sesuai dengan bunyi penjelasan pasal 1 angka 2 UUPK, kata “pemakai” menekankan, konsumen adalah konsumen akhir (ultimate consumer),

19

AZ Nasution, 2001, Hukum Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Mediam, Jakarta, hlm.3.

20


(42)

istilah “pemakai” dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan jasa dan/atau barang yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli.21 (c) jasa dan/atau barang, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dianfaatkan oleh konsumen, sementara itu UUPK mengartikan barang sebagai setiap benda, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dpakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen,22 (d) yang tersedia dalam masyarakat, jasa dan/atau barang yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran, merujuk pada pasal 9 ayat (1) huruf e UUPK,23 (e) bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup, transaksi konsumen ditunjukkan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga,orang lain, dan makhluk hidup lainnya. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba untuk memperluas untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi jasa dan/atau barang itu diperuntukkan bagi orang lain di luar diri sendiri dan keluarga), bahkan untuk makhluk hidup lainnya,24 (f) jasa dan/atau barang itu tidak untuk diperdagangkan, pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir.25

21

Ibid, hlm.27. 22

Ibid, hlm.29. 23

Ibid

24

Ibid, hlm.30. 25


(43)

18

4. Syarat-Syarat Sebagai Pengangkut

Demi terciptanya tertib administrasi dan tertib hukum dalam penyelenggaraan pengangkutan, pemerintah melalui kementrian perhubungan selaku otoritas yang memiliki kewenangan penuh dalam bidang penyelenggaraan pengangkutan di Indonesia menetapkan regulasi bagi barang siapa yang bertindak sebagai pengangkut agar dianggap dalam menjalankan peranannya tersebut.

Penyelenggaraan pengangkutan oleh pengangkut dianggap telah sah dan layak setelah memenuhi persyaratan, yaitu memiliki ijin usaha angkutan, mengasuransikan orang dan/atau barang yang diangkut serta layak pakai bagi kendaraan yang dioperasikannya.

Khusus dalam syarat “memiliki izin usaha angkutan” sebagaimana dimaksud diatas, Menteri Perhubungan Republik Indonesia melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum (selanjutnya disingkat KM No.35 Tahun 2003).

Pasal 36 KM No.35 Tahun 2003 jo pasal 20 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 ditegaskan “untuk memperoleh izin usaha angkutan, wajib memenuhi persyaratan”.

a. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan usaha, akte pendirian koperasi bagi pemohon yang berbentuk koperasi, tanda jati diri bagi pemohon perorangan;


(44)

c. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; d. Memiliki surat izin tempat usaha (SITU);

e. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai 5 (lima) kendaraan bermotor untuk pemohon yang berdomisili di pulau Jawa, Sumatera dan Bali;

f. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan.

Pengangkut yang tidak memiliki perusahaan pengangkutan, tetapi menyelenggarakan pengangkutan, hanya menjalankan pekerjaan pengangkutan. Pengangkut yang menjalankan pekerjaan pengangkutan hanya terdapat pada pengangkutan darat melalui jalan raya.Ia tidak diwajibkan mendaftarkan usahanya dalam daftar perusahaan, tetapi harus memperoleh izin operasi (izin trayek).26

Dilihat dari makna yang dimaksudkan di atas upaya pengangkut atau pihak penyelenggara pengangkutan mampu untuk melancarkan pengangkutan umum dengan teratur dan aman bagi penumpang dan/atau barang angkutan.

5. Sumber Hukum Pengangkutan

a. Umum

Buku III KUHPerdata tentang Perikatan b. Khusus

1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

26

Morlok, E. K, 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta.


(45)

20

2) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan 3) UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

4) UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran 5) UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

6) Peraturan Menteri No. 48 Tahun 2015 tentang standar pelayanan minimum angkutan umum dengan kereta api

7) Konvensi-konvensi internasional

8) Perjanjian Bilateral dan Perjanjian Multilateral 9) Peraturan perundang-undangan

10)Yurisprudensi 11)kebiasaan

12)Perjanjian-perjanjian antara;

a) Pemerintah-Perusahaan Angkutan

b) Perusahaan Angkutan-Perusahaan Angkutan c) Perusahaan Angkutan-Swasta/Pribadi

6. Perjanjian Pengangkutan

Dalam bahasa Belanda, perjanjian disebut juga overeenkomst dan hukum perjanjian disebut overeenkomstenrech. Hukum perjanjian diatur dalam buku III BW (KUHPerdata).Pada pasal 1313 KUHPerdata, dikemukakan tentang defenisi daripada perjanjian. Menurut ketentuan


(46)

pasal ini. “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.27

Dari segi hukum, khususnya hukum perjanjian, pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim barang atau penumpang dimana pihak pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang ke suatu tempat tujuan tertentu, dan pihak pengirim barang atau penumpang mengikatkan dirinya pula untuk membayar ongkos angkutannya.28

Berdasarkan pengertian perjanjian pengangkutan di atas, di dalam perjanjian pengangkutan terkibat dua pihak, yaitu:

a. Pengangkut

b. Pengirim barang atau penumpang

Penerima barang dalam kerangka perjanjian pengangkutan tidak menjadi para pihak.Penerima merupakan pihak ketiga yang berkepentingan atas penyerahan barang.

Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dan pihak penumpang atau pengirim.Kesepakatan tersebut pada dasarnya berisi kewajiban dan hak, baik pengangkut dan penumpang maupun pengirim.

Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu

27

C.S.T. Kansil, 2006, Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 1.

28


(47)

22

dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan.29

Perjanjian pengangkutan pada umumnya bersifat lisan (tidak tertulis), tetapi selalu didukung oleh dokumen pengangkut. Dokumen pengangkutan berfungsi sebagai bukti sudah terjadi perjanjian pegangkutan dan wajib dilaksanakan oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Dokumen pengangkutan barang lazim disebut surat muatan, sedangkan dokumen pengangkutan penumpang disebut karcis pengangkutan. Perjanjian pengangkutan juga dapat dibuat tertulis yang disebut carter (charter party).30

Ada beberapa alasan yang menyebabkan para pihak menginginkan perjanjian pengangkutan dilakukan secara tertulis, yaitu:31

a. Kedua belah pihak ingin memperoleh kepastian mengenai hak dan kewajiban masing-masing.

b. Kejelasan rincian mengenai objek, tujuan, dan beban risiko para pihak. c. Kepastian dan kejelasan cara pembayaran dan penyerahan barang. d. Menghindari berbagai macam tafsiran arti kata dan isi perjanjian e. Kepastian mengenai waktu, tempat dan alasan apa perjanjian berakhir. f. Menghindari konflik pelaksanaan perjanjian akibat ketidakjelasan

maksud yang dikehendaki para pihak.

7. Kewajiban dan Hak Para Pihak

29

Wijaya C,2009, Makalah Perencanaan Angkutan Umum, Sipil UI 30

Usman Adji, 1991, Hukum pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 17. 31

Soegijatna Tjakranegara, 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 34.


(48)

Kewajiban utama pengangkut adalah “menyelenggarakan” pengangkutan dari tempat asal ke tempat tujuan. Pengangkut juga berkewajiban menjaga keselamatan barang atau penumpang yang diangkutnya hingga sampai di tempat tujuan yang diperjanjikan. Sebaliknya pengangkut juga berhak atas ongkos angkutan yang telah ia selenggarakan.

Istilah “menyelenggarakan” pengangkutan itu bermakna, pengangkut dapat mengangkut penumpang dan barang yang bersangkutan atau oleh pengangkut lain atas perintahnya. Kewajiban utama pihak penumpang atau pengirim barang adalah membayar ongkos angkutan yang disepakati bersama.32

8. Lahirnya Tanggung Jawab Pengangkut

Telah dijelaskan di atas bahwa dalam perjanjian pengangkutan terkait dua pihak, yaitu pengangkut dan pengirim barang atau penumpang. Jika tercapai kesepakan diantara para pihak, maka pada saat itu lahirlah perjanjian pengangkutan, apabila pengangkut dengan pengirim telah melakukan perjanjian penyelenggaraan pengangkutan barang atau penumpang, pengangkut telah terikat pada konsekuensi-konsekuensi yang harus dipikul oleh pengangkut berupa tanggung jawab terhadap penumpang dan muatan.

Tanggung jawab pengangkut lahir ketika penumpang mengalami kerugian atas kelalaian pengemudi dan pengemudi bertanggung jawab atas

32 Ibid.


(49)

24

kerugian yang diderita penumpang dan/atau pemilik barang yang timbul karena kesalahan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan bermotor.

Di atas telah dijelaskan pula bahwa kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan, dari kewajiban itu timbul tanggung jawab pengangkut, maka segala sesuatu yang mengganggu keselamatan penumpang atau barang barang tersebut yang merugikan penumpang dan/atau barang menjadi tanggung jawab pengangkut. Dengan demikian, pengangkut berkewajiban menanggung segala kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau barang yang diangkut tersebut. Wujud tanggung jawab tersebut adalah ganti rugi (kompensasi).33

9. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan

Dalam hukum pengangkutan terdapat empat (4) prinsip atau ajaran dalam menentukan tanggung jawab pengangkut, yaitu sabagai berikut:34 a. Prinsip tanggung jawab atas dasar kesalahan (the based on fault atau

liability based on fault principle)

Menurut prinsip ini setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab membayar ganti kerugian yang timbul akibat dari kesalahan itu, pihak yang menderita kerugian harus membuktikan kesalahan pengangkut itu. (Pasal 1365 BW)

33

Ridwan, Machsun, Ery dan Djohari, 1999, Pengantar Hukum Dagang 1, Gama Media, Yogyakarta, hlm. 201.

34


(50)

b. Prinsip tanggung jawab atas dasar praduga (presumption of liability principle)

Menurut prinsip ini pengangkut dianggap selalu bersalah kecuali pengangkut dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah atau dapat mengemukakan hal-hal yang dapat membebaskan dari kesalahan. Beban pembuktian menjadi terbalik yaitu pada pengangkut untuk membuktikan bahwa pengangkut tidak bersalah.

c. Prinsip tanggung jawab mutlak (no fault, atau strict liability, absolute liability principle)

Pengangkut harus bertanggung jawab membayar ganti kerugian terhadap setiap kerugian yang timbul dari pengangkut yang diselenggarakan tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Pengangkut tidak dimungkinkan membebaskan diri dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian tentang kesalahan, unsur kesalahan tidak relevan untuk dipermasalahkan apakah pada kenyataannya ada atau tidak.

d. Prinsip Praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (Presumption Of Non Liability Principle)

Prinsip ini hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara common sense

dapat dibenarkan. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah hukum pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabin dan/atau


(51)

26

bagasi tangan, yang biasanya dibawa dan diawasi oleh penumpang adalah tanggung jawab dari penumpang, oleh karena itu pengangkut tidak dapat diminta pertanggungjawabannya. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab ini tidak lagi diterapkan secara mutlak, dan mengarah kepada prinsip tanggung jawab dengan pembatasan uang ganti rugi, artinya kabin dan/atau bagasi tangan tetap dapat dimintakan pertanggungjawabannya sepanjang bukti kesalahan pihak pengangkut dapat ditunjukan

C. Tinjauan Umum tentang Hukum Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Perlindungan Hukum

Menurut Sudikno Mertokusumo, hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Fungsi hukum sebagai instrumen pengatur dan instrumen perlindungan ini, diarahkan pada suatu tujuan yaitu untuk menciptakan suasana hubungan hukum antar subjek hukum secara harmonis, seimbang, damai, dan adil. Ada tiga macam perbuatan pemerintahan, yaitu perbuatan pemerintahan dalam bidang pembuatan peraturan perundang-undang (regeling), perbuatan pemerintahan dalam penerbitan ketetapan (beschikking), dan perbuatan pemerintah dalam bidang keperdataan (materiele daad).35

35

Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum:Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 35.


(52)

a. Perlindungan Hukum Preventif

Pada perlindungan hukum preventif ini, subjek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif, tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa.

Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif, pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di Indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.36

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.Penanganan perlindungan hukum oleh pengadilan umum dan peradilan administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

36

CST Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 25.


(53)

28

manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.37

Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintah adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.38

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

2. Pengertian Perlindungan Konsumen

Dalam kamus besar Bahas Indonesia Perlindungan berasal dari kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi.Sedangkan perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker. Beberapa unsur kata Perlindungan39 :

a. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/tampak, menjaga, memelihara, merawat, menyelamatkan.

37

CST Kansil, Op.Cit, hlm. 27. 38

http://halygkusukai.blogspot.co.id/2011/07/perlindungan-hukum.html diakses pada tanggal 16 Agustus 2016 pada pukul 11.34 WIB

39

http//www.artikata.com/artiperlindungan.htmldiakses pada tanggal 30 Maret 2016 pada pukul 11.30 WIB


(54)

b. Perlindungan; proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal (perbuatan) memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung

c. Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi. d. Terlindung: tertutup oleh sesuatu hingga tidak kelihatan.

e. Lindungan : yang dilindungi, cak tempat berlindung, cak perbuatan. f. Memperlindungi: menjadikan atau menyebabkan berlindung.

g. Melindungkan: membuat diri terlindungi

Hukum perlindungan konsumen memiliki ruang lingkup yang luas dan sulit dibatasi, tidak bisa dirumuskan dalam satu undang-undang saja, misalnya UUPK. Hukum perlindungan konsumen selalu berkaitan dengan berbagai bidang dan cabang ilmu lain, karena tiap bidang hukum senantiasa terdapat pihak yang disebut dengan konsumen.

Untuk memberikan pengertian dan batasan hukum perlindungan konsumen, ada beberapa istilah yang berhubungan dengan perlindungan konsumen. Az.Nasution membedakan hukum konsumen dengan hukum perlindungan konsumen. Pembedaan pengertian keduanya: “pada umumnya, hukum umum yang berlaku dapat pula menerapkan hukum konsumen, namun, bagian-bagian tertentu yang mengandung sifat-sifat membatasi dan/atau mengatur syarat-syarat tertentu perilaku kegiatan


(55)

30

usaha dan/atau melindungi kepentingan konsumen, merupakan hukum perlindungan konsumen.40

Az. Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur dan melindungi konsumen sedangkan hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan penyediaan dan penggunaan barang dan/atau jasa dalam kehidupan masyarakat.41

Ada pula yang berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen, hal ini dapat kita lihat bahwa hukum konsumen memiliki skala yang lebih luas karena hukum konsumen meliputi berbagai aspek hukum yang didalamnya terdapat kepentingan pihak konsumen dan salah satu bagian dari hukum konsumen ini adalah aspek perlindungannya, misalnya bagaimana cara mempertahankan hak-hak konsumen terhadap gangguan pihak-hak lain.42

Berdasarkan pasal 1 ayat (1) UUPK jo pasal 1 ayat (1) PP Nomor 57 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional, PP Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, pengertian perlindungan konsumen

40

N.H.T Siahaan, 2005, Hukum Konsumen, Cet 1, Panta Rei, Jakarta, hlm. 31-32.

41

Az. Nasution, 2007, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, cet 2, Diadit Media, Jakarta, hlm. 11.

42


(56)

adalah “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.

Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan lima (5) asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu :43

a. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

b. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

c. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual.

43

Christine kansil, 2013, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta Timur, hlm.214.


(57)

32

d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan

e. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam pelanggaran perlindungan konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.

Keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum juga oleh banyak para ahli menyebut sebagai tujuan hukum. Persoalaannya sebagai tujuan hukum baik menurut Radbruch maupun Achmad Ali mengatakan adanya kesulitan dalam mewujudkan secara bersamaan. Achmad Ali juga mengatakan, jika tujuan hukum sekaligus mewujudkan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum, apakah hal itu tidak menimbulkan masalah, dalam kenyataannya sering antara tujuan yang satu dengan yang lainnya terjadi benturan.44

Pasal 3 UUPK mengatur mengenai tujuan hukum perlindungan konsumen, sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;


(58)

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa; c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan

dan menurut hak-haknya sebagai konsumen;

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informs;

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha, dan;

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

4. Hak dan Kewajiban Konsumen

Penumpang merupakan konsumen dari perusahaan pengangkutan itu sendiri yang sebagaimana mestinya memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dijalankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, penumpang atau konsumen itu sendiri juga telah dilindungi dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dalam undang-undang tersebut telah ditetapkan 9 (Sembilan) hak konsumen45:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

45


(59)

34

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak seusai dengan perjanjian atau tidak sebagai mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Selain memiliki hak yang telah disebutkan di atas, konsumen juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi. Ketentuan kewajiban konsumen dapat dilihat dalam pasal 5 UUPK, sebagai berikut:

a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;


(60)

b. Beritikad baik dalam melakukan transaki pembelian barang dan/atau jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut;

Kewajiban tersebut sangat berguna bagi konsumen agar selalu berhati-hati dengan melakukan transaksi ekonomi dan hubungan dagang dengan pihak pelaku usaha, dengan demikian, konsumen dapat terlindungi dari kemungkinan-kemungkinan masalah yang akan menimpanya, selain itu, kewajiban tersebut berguna juga untuk mengimbangi hak konsumen untuk mendapatkan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.46

5. Upaya Hukum Konsumen

Salah satu ciri negara hukum adalah pengakuan dan perlindungan konsumen terhadap hak asasi manusia yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, social, ekonomi, dan kebudayaan. A. V. Dicey mengemukakan :supremasi of law, equality before the law, dan constitution based on individual right.47

Bila seorang penumpang mengajukan tuntutan ganti rugi karena luka atau lain-lainnya kepada pengangkut, cukuplah bila dia mendalilkan

46

Abdul Halim Barkatullah, 2010. Hak-hak Konsumen, Nusa Media, Bandung, hlm. 22.

47

Nutkhoh Arfawie Kurdie, 2005, Telaah Krisis Teori Negara Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm.19.


(61)

36

bahwa dia menderita luka disebabkan pengangkutan itu.48 Jika tuntutan itu dibantah oleh dibantah oleh pengangkut, maka pengangkut harus membuktikan bahwa kelalaian atau kesalahan tidak ada padanya. Bila pembuktian pengangkut ini berhasil, maka giliran penumpang yang harus membuktikan adanya kelalaian atau kesalahan pada pengangkut. Jadi kalau ada tuntutan ganti rugi dari penumpang yang menderita luka-luka, maka beban pembuktian terletak di atas pundak pengangkut, bahwa dia tidak lalai atau salah.

Dari uraian tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengangkut yang melakukan kesalahan atau kelalaian dapat digugat oleh konsumen. Pasal 45 angka 1 UUPK menyebutkan bahwa “setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum”. Adanya peraturan pada pasal 45 UUPK setiap konsumen dapat menggugat pengangkut atau pelaku usaha atas kerugian yang diderita konsumen.

Di samping pendapat bahwa kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang sampai di tempat tujuan dengan selamat atau dengan cara yang aman. Ada pendapat yang menetapkan kewajiban pengangkut hanya mengangkut penumpang sampai di tempat tujuan. Jadi, unsur “dengan selamat” atau “dengan cara yang aman” tidak termasuk dalam kewajiban pengangkut. Tetapi menurut pendapat yang kedua ini,

48

H. M. N. Purwosutjipto, 2008, Pengantar Pokok Hukum Dagang Indonesia 3: Hukum Pengangkutan, Djambatan, Jakarta, hlm. 52.


(62)

pengangkut wajib secara pantas dan cukup berikhtiar untuk mencegah kecelakaan. Bila terjadi sesuatu yang merugikan penumpang, maka pengangkut dianggap berbuat melawan hukum terhadap penumpang dan penumpang yang menderita kerugian itu dapat menuntut ganti rugi kepada pengangkut berdasarkan pada pasal 1365 KUHPdt.49

Dalam hal ini yang patut diperhatikan terkait dengan penyelesaian sengketa konsumen adalah ketentuan pasal 45 ayat (3) UUPK yang berbunyi “penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang”. Hal ini berarti bahwa meskipun para pihak (pelaku usaha dan konsumen) telah atau sedang menyelesaikan sengketa baik melalui pengadilan maupun penyelesaian di luar pengadilan, penyelesaian mana merupakan aspek perdata, tetap berlaku aspek pidana. Dengan demikian, seorang pelaku usaha atau pengangkut yang dijatuhi hukuman tertentu, misalnya ganti rugi secara perdata melalui penyelesaian sengketa di luar atau di dalam pengadilan, pelaku usaha atau pengangkut tersebut tetap akan ditindak sesuai dengan hukum acara pidana yang berlaku. Dikembalikan pada pengertian hukum formil, hukum materil yang dipertahankan dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menyangkut pada aspek hukum perdata dan aspek hukum pidana secara sekaligus.50

49

Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Grasindo, Jakarta, hlm. 64.

50

Mariam Darus Badrulzaman, dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Cetakan Pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 154


(63)

38

Syarat mutlak yang harus ada pada setiap tuntutan ganti rugi terhadap pengangkut ialah bahwa kerugian itu disebabkan oleh pengangkutan atau hal yang erat hubungannya dengan pengangkutan. Mengenai besarnya jumlah ganti rugi, belaku azas-azas yang tercantum dalam pasal 1246, 1247, dan 1248 KUHPdt, yang pada pokoknya mengganti yang hilang dan laba yang tidak diperolehnya, dengan batasan bahwa kerugian itu layak dapat diperkirakan pada saat perjanjian pengangkutan itu dibuat dan lagi pula kerugian itu harus merupakan akibat langsung dari wanprestasi pengangkut. Bagi kerugian yang tidak dapat dinilai dengan uang, misalnya cacat badan, cacat pada mukanya dan lain-lain, bekas penumpang itu tetap berhak untuk menuntut ganti rugi kepada pengangkut. Sudah tentu kalau perselisihan tentang besarnya jumlah ganti rugi, hanya hakimlah yang berwenang menentukannya.

Asuransi kecelakaan merupakan bagian penting dari penyelenggaraan usaha angkutan umum. Pasal 237 UULLAJ secara tegas mewajibkan perusahaan angkutan umum untuk mengikuti program asuransi kecelakaan sebagai wujud tanggung jawabnya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan, jika ketentuan Pasal 237 UULLAJ dikaitkan dengan Pasal 313 UULLAJ, jaminan asuransi berlaku bagi semua pihak yang terlibat dalam proses berjalannya pengangkutan, yakni pengemudi maupun penumpangnya. Ketidakpatuhan perusahaan angkutan umum terhadap Pasal 237 UULLAJ dapat berpotensi pada batal demi


(64)

hukumnya perjanjian pengangkutan, serta dikenakannya Pasal 313 UULLAJ (aspek hukum pidana).

Adapun peraturan pembuktian dalam hal tuntutan pembayaran dana menurut hukum acara perdata biasa, kecuali dalam hal-hal:51

a. Dalam Hal Ada Kematian

1) Proses perbal polisi lalu lintas atau pejabat lain yang berwenang tentang kecelakaan yang telah terjadi dengan alat angkutan lalu lintas jalan yang bersangkutan, yang menyebabkan kematian si pewaris menuntut.

2) Putusan hakim atau pihak berwajib lain yang berwenang tentang pewarisan yang bersangkutan.

3) Surat keterangan dokter dan bukti lain yang dianggap perlu guna pengesahan fakta kematian yang terjadi. Hubungan sebab musabab kematian tersebut dengan penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan dan hal-hal lain yang berguna bagi penentuan jumlah pembayaran dana yang harus diberikan (pasal 17 ayat (2) PP 18/65).

b. Dalam Hal si Korban Mendapat Cacat Tetap atau Cedera

1) Proses perbal dari polisi lalu lintas atau pejabat lainnya yang berwenang tentang memproses perbal kecelakaan yang telah terjadi dengan alat angkutan lalu lintas jalan yang bersangkutan yang mengakibatkan cacat tetap pada si korban atau penuntut.

51


(65)

40

2) Surat keterangan dokter tentang jenis cacat tetap atau cedera yang telah terjadi sebagai akibat kecelakaan lalu lintas jalan.

3) Surat-surat bukti lain yang dianggap perlu untuk pengesahan fakta cacat tetap atau cedera yang terjadi. Hubungan sebab musabab antara cacat tetap dengan penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan dan hal-hal lain yang berguna bagi penentuan jumlah pembayaran dana yang harus diberikan kepada si korban (pasal 17 ayat (2) b PP 18/65).

c. Tuntutan Ganti Rugi Ini Ada Pengecualiannya

1) Jika korban atau ahli warisnya telah memperoleh jaminan berdasarkan UU 34/1964.

2) Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan lain pada pihak korban atau ahli waris.

3) Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada waktu korban sedang dalam keadaan mabuk atau tak sadar, melakukan perbuatan kejahatan ataupun diakibatkan oleh atau terjadi karena korban memiliki cacat badan atau keadaan badaniah atau rohaniah biasa lain.

6. Penyelesaian Sengketa Konsumen

Sengketa konsumen adalah sengketa berkenaan dengan pelanggaran hak-hak konsumen. Ruang lingkupnya mencakup semua segi hukum, baik hukum pidana, hukum perdata, maupun hukum administrasi negara.UUPK hanya mengatur beberapa pasal ketentuan beracara, maka


(1)

(4) dan Pasal 310 ayat (3) dan Pasal 310 ayat (2) Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan dengan masa percobaan selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dan denda sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) subsidair 2 (dua) bulan kurungan. Berdasarkan tinjauan putusan diatas maka, hakim yang mengadili pengemudi GO-JEK yang diperkarakan oleh penumpang yang mengalami kecelakaan tersebut dapat menggunakan yurisprudensi, karena memiliki kesamaan dalam tuntutan dari isi putusan diatas, yaitu pengemudi melakukan kelalaian yang mengakibatkan kecelakaan yang merugikan penumpang, serta penumpang mengalami luka ringan sampai luka berat.


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Mengenai perlindungan hukum terhadap penumpang ojek online (GO-JEK), telah ditarik kesimpulan dari penulisan hukum ini yaitu bahwa GO-JEK tidak terdaftar sebagai angkutan umum di Dinas Perhubungan DIY karena belum memenuhi prosedur untuk menjadi angkutan umum, oleh karena itu pengemudi GO-JEK dianggap sebagai pengemudi kendaraan motor sama seperti pada umumnya yang berbeda dengan pengemudi kendaraan umum. Pihak kepolisian juga berpendapat sama dan tetap memperlakukan pengemudi GO-JEK dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pihak yang menanggung atas terjadi kecelakaan adalah asuransi Allianz yang telah bekerja sama dengan perusahaan GO-JEK dan Jasa Raharja yang juga akan memberikan santunan kepada korban kecelakaan.

Kesimpulan dari rumusan masalah yang kedua yaitu mengenai upaya hukum yang dilakukan penumpang ojek online (GO-JEK) untuk mendapatkan perlindungan hukum, bahwa penulis telah menarik kesimpulan dari penulisan hukum ini yaitu upaya hukum yang ditempuh juga dapat dilakukan dengan berbagai instrumen yaitu melalui hukum pidana dan hukum perdata yang cukup untuk mendukung bagi penumpang yang dirugikan oleh pengemudi GO-JEK jika mengalami kecelakaan di


(3)

jalan raya, dapat menuntut pengemudi tersebut dan hakim yang mengadili dapat menggunakan yurisprudensi dari putusan No. 99/Pid.B/2012/PN.PWK dan jika PT GO-JEK tidak memberi santunan, penumpang dapat menggugat atas dasar gugatan wanprestasi terhadap PT GO-JEK.

B. Saran

Saran dalam penulisan hukum ini adalah masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Yogyakarta harus pintar-pintar dalam memilih alat transportasi demi keselamatan bersama, sebelum memilih transportasi penumpang umum maka haruslah dilihat bagaimana status perusahaan jasa transportasi tersebut, karena yang harus diutamakan adalah keselamatan bersama agar tidak ada pihak yang dirugikan dan jika konsumen tidak mendapatkan hak yang selayaknya maka, segera melapor kepada pihak yang berwenang dalam menangani masalah konsumen, serta pemerintah juga harus membuat peraturan yang jelas tentang keberadaan ojek maupun ojek berbasis online.


(4)

DAFTAR PUSTAKA BUKU :

Abdul Halim Barkatullah, 2010, Hak-Hak Konsumen, Nusa Media, Bandung. Abdulnakir Muhammad, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Andika Wijaya, 2016, Aspek Hukum Bisnis Transportasi Jalan Online, Sinar Grafika, Jakarta Timur

AZ. Nasution, 2001, Hukum Perlindungan Suatu Pengantar, Diadit Mediam, Jakarta.

AZ. Nasution, 2007, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, cet 2, Diadit Media, Jakarta

C.S.T. Kansil, 2006, Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

C.S.T. Kansil, 1989,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Christine kansil, 2013, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta Timur.

H. M. N. Purwosutjipto, 2008, Pengantar Pokok Hukum Dagang Indonesia 3: Hukum Pengangkutan, Djambatan, Jakarta.

H. M. N. Purwosutjipto, 1981, Pengantar Pokok Hukum Dagang Indonesia: Hukum Pengangkutan, Djambatan, Jakarta.

Hasnil Basri, 2002, Hukum Pengangkutan, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, Medan.

J.S.Badudu dan Sutan Mohammad, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PT. Integraphic, Jakarta.

Muchtaruddin Siregar, 1990, Beberapa Masalah Ekonomi dan Manajemen Pengangkutan, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.


(5)

Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Munawar. A, 2005, Dasar-dasar Teknik Transportasi, Beta Offset, Yogyakarta N.H.T Siahaan, 2005, Hukum Konsumen, Panta Rei, Jakarta

Nutkhoh Arfawie Kurdie, 2005, Telaah Krisis Teori Negara Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Philipus M. Hadjon. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya

Ridwan, Machsun, Ery dan Djohari, 1999, Pengantar Hukum Dagang 1, Gama Media, Yogyakarta.

Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta. Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Grasindo, Jakarta.

Soegijatna Tjakranegara, 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta,

Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum:Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta

Suwardjoko Warpan, 1990, Merencanakan Sistem Pengangkutan, ITB, Bandung. Usman Adji, 1991, Hukum pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta. Peter Salim dan Yenny Salim, 1991, Kamus Bahasa Indonesia, Edisi 1, Jakarta. Yusuf Shofie, 2003, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut UUPK Teori dan

Praktek Penegakan Hukum, Citra Aditys, Bandung.


(6)

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek

Website :

Aman Sinaga, Undang-undang tak Lengkap, Operasional BPSK perlu PERMA.<http;www.HukumOnline.com

https://id.wikipedia.org/wiki/GO-JEK http://www.go-jek.com/faq.html www.indonetwork.co.id

http://www.artikata.com/artiperlindungan.html.

http://www.psychologymania.com/2013/06/pengertian-penumpang.html.

http://eprints.uny.ac.id/8763/3/bab2-200940134004.pdf,

http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/05/hukum-pengangkutan.html. http://argawahyu.blogspot.co.id/2011/06/hukum-pengangkutan.html


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN MENGGUNAKAN JASA OJEK ONLINE Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Menggunakan Jasa Ojek Online (Studi Perbandingan Go-Jek Dan Ojek Online Syar’i).

0 3 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN MENGGUNAKAN JASA OJEK ONLINE Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Menggunakan Jasa Ojek Online (Studi Perbandingan Go-Jek Dan Ojek Online Syar’i).

0 3 14

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Menggunakan Jasa Ojek Online (Studi Perbandingan Go-Jek Dan Ojek Online Syar’i).

0 6 9

Prospek Pengaturan Hukum Atas Transaksi Pelayanan Go-Jek Dihubungkan dengan Perlindungan Hukum bagi Penyedia Layanan Go-Jek dan Pengguna Jasa Go-Jek Berdasarkan Ketentuan Perundang-Undangan di Indonesia.

0 2 36

Pengaruh kualitas pelayanan dan nilai pelanggan terhadap kepuasan konsumen GO-JEK studi kasus pada konsumen Go-jek pengguna layanan Go-ride di Kota Yogyakarta.

0 1 3

PENGARUH BERITA NEGATIF GO-JEK DI PORTAL BERITA ONLINE TERHADAP ORIENTASI PENGGUNA LAYANAN JASA DI JAKARTA Studi Persepsi Mengenai Pemberitaan Negatif Go-Jek di Portal Berita Online Detikcom Terhadap Orientasi Pengguna Go-Jek.

1 3 37

Communication Strategy Based on Islam Value of U-Jek Online Taxibike (Ojek) in Semarang Strategi Komunikasi Berbasis Nilai Islam Ojek Online U-Jek di Semarang

0 0 10

Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Citra Ojek Online Go-Jek (Studi Kuantitatif pada pengguna GOJEK di kalangan karyawan Perkantoran M-GOLD Tower Bekasi) - Ubharajaya Repository

0 0 13

DAMPAK KEBERADAAN TRANSPORTASI OJEK ONLINE (GO-JEK) TERHADAP TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM LAINNYA DI KOTA MAKASSAR

0 2 108

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERBEDAAN PEMBAYARAN JASA OJEK ONLINE SECARA TUNAI DAN GOPAY (Studi Kasus Pada Driver Go Jek Online Di Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 5 104