UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL ANAK KELOMPOK B DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI TK TAMARISKA KABUPATEN DELI SERDANG T.A 2013/2014.

(1)

UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL ANAK KELOMPOK B

DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN

DI TK TAMARISKA KABUPATEN DELI SERDANG

T.A 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

BERTIA ELISA NAINGGOLAN

NIM.109113010

PRODI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Bertia Elisa Nainggolan, NIM 109113010. “Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Anak Kelompok B Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran Di TK

Tamariska Kabupaten Deli Serdang T.A 2013/2014”.

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah dengan menggunakan metode bermain peran dapat mengembangkan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska Jl. Karya VII ujung, Helvetia – Deli Serdang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap sosial anak dapat dikembangkan dengan menggunakan metode bermain peran di kelompok B di TK Tamariska kabupaten Deli Serdang.

Subjek Penelitian ini adalah anak kelompok B yang berjumlah 15 orang, yang terdiri dari 4 orang anak laki-laki dan 11 orang anak perempuan. Sedangkan objek penelitian ini adalah tindakan untuk mengembangkan sikap sosial anak usia dini dengan menggunakan metode bermain peran. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen pengumpulan data adalah lembar observasi. Adapun indikator yang digunakan dalam pengembangan sikap sosial anak yaitu : mau berbagi, mau menolong, saling bekerja sama dan bertanggung jawab akan tugasnya.

Hasil penelitian yang dilakukan pada tindakan siklus I dengan melakukan observasi kepada anak untuk mengetahui perkembangan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska setelah digunakannya metode bermain peran menunjukkan bahwa terdapat 5 orang anak (33.3%) tergolong baik, 9 orang anak (60%) tergolong cukup, dan 1 orang anak (6.6%) tergolong kurang. Hal ini menunjukkan bahwasanya hasilnya belum mencapai kriteria keberhasilan, sehingga perlu dilakukan Tindakan Pembelajaran yang lebih baik pada siklus II. Dari siklus II dilakukan perbaikan tindakan pembelajaran dengan menggunakkan bermain peran. Guru memberikan motivasi pada anak untuk tampil percaya diri dan lebih semangat saat bermain peran, Memberikan kebebasan pada anak untuk memilih peran masing – masing, selain itu guru memberikan hadiah kepada anak setelah bermain peran, hal ini membuat anak akan lebih tertarik mengikuti kegiatan dan melakukan kegiatan sesuai dengan peran yang dimainkan dengan baik. Setelah tindakan siklus II dilakukan, hasil perkembangan pada siklus II terdapat 12 orang anak (80%) tergolong Sangat Baik, 3 orang anak (20%) tergolong baik, dan tidak ada anak yang tergolong dan cukup kurang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bermain

peran dapat mengembangkan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska kabupaten Deli Serdang T.A 2013/2014. Disarankan kepada guru dapat menggunakkan bermain peran dalam mengembangkan sikap sosial anak.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... …ii

DAFTAR ISI ... …v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ...ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... …1

1.1LatarBelakangMasalah ... ...1

1.2IdentifikasiMasalah ... …6

1.3BatasanMasalah ... ...7

1.4 RumusanMasalah ... ....7

1.5TujuanPenelitian ... ... 7

1.6ManfaatPenelitian7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ... 9

2.1KajianTeori ... ....9

2.1.1PengertianSikapSosial ... ....9

2.1.2 Proses PerkembanganSosial ... ..10 2.1.3Faktor – faktor Yang MempengaruhiPerkembangan


(6)

SosialAnak ... .11

2.1.4TingkahLakuSosialAnakUsiaDini ... ..12

2.1.5 KemampuanSikapSosialAnakUsia 5 – 6 Tahun ... .13

2.2.MetodeBermainPeran ... .14

2.2.1.PengertianMetodeBermain ... .15

2.2.2.TujuanMetodeBermain ... .15

2.2.3.Ciri – ciriBermain ... .15

2.2.4. Jenis – jeniskegiatanBermain ... .16

2.2.5. PengertianMetodeBermainPeran ... .17

2.2.6. TujuanMetodeBermainPeran ... .21

2.2.7. TahapanPerkembanganBermainPeran………...22

2.2.8. PerananBermainPeranDalamMeningkatkan SikapSosialAnak ... . 23

2.2.9.KelebihandanKelemahanBermainPeran ... .24

2.2.10. Langkah – langkahPelaksanaanMetodeBermainPeran ... .26

2.2.11. Langkah – langkahPelaksanaanBermainPeran “MenjengukTeman Yang Sakit” ... . 28

2.3.Kerangka Konseptual... .29

2.4.Hipotesis Tindakan ... ..30

BAB III METODE PENELITIAN ... ..31

3.1JenisPenelitian ... ..31

3.2Subjek dan ObjekPenelitian ... ..31


(7)

3.2.2.ObjekPenelitian ... . 31

3.3.Definisi OperasionalVariabel Penelitian ... .31

3.4Desain Penelitian ... .32

3.5.Prosedur Penelitian ... .33

3.6.Teknik Pengumpulan Data ... .35

3.7.Teknik Analisis Data ... .37

3.8. Lokasi dan Waktu Penelitian ... . 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ..40

4.1DeskripsiHasilPenelitian ... ..40

4.1.2. Deskripsi Hasil Dan Pembahasan Penelitian Siklus I ... . 40

4.1.3. Deskripsi Hasil Dan Pembahasan Penelitian Siklus II ... .52

4.3. Pembahasan Hasil Penilaian ... .65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... .69

5.1 Kesimpulan ... .69

5.2 Saran ... .70

DAFTAR PUSTAKA ... .71 LAMPIRAN


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa anak usia dini merupakan salah satu periode yang sangat penting, karena periode ini merupakan tahap perkembangan kritis. Pada masa inilah terbentuk kepribadian seseorang yang ia peroleh melalui pengalaman-pengalaman dalam keluarga yang cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap anak sepanjang hidupnya.

Dalam kerangka pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional menyatakan Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada masa rentang usia lahir sampai usia 6 tahun. Peran lingkungan termasuk lingkungan keluarga dan lingkungan TK sangat diperlukan anak untuk memberi pengalaman penting, oleh karena itu sekolah sebagai salah satu lingkungan sosial bagi anak diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dibawanya sejak lahir.

Manusia sebagai makhluk sosial sepanjang hidupnya selalu berhubungan dengan orang lain dan membutuhkan bantuan orang lain dalam menjalankan kehidupannya, demikian juga anak usia dini juga butuh bantuan orang dewasa khususnya dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki. Salah satu dari potensi itu adalah pengembangan sosial anak, hal ini dapat berkembang apabila anak mendapat pengaruh dari hidup dalam kehidupan sosial. Dalam pengembangan kehidupan sosial anak akan mendapat sejumlah pengalaman dari lingkungan sosialnya khususnya dari orang – orang dewasa yang mengasuhnya.

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama, karena anak lahir dalam keluarga dan pertama sekali ia memperoleh pengaruh yang sangat mendasar dalam pembentukan kepribadian anak, karena lingkunan itulah pertama kali dikenal oleh anak, akan tetapi pada saat


(9)

usia 5 tahun anak mulai kurang puas hanya bergaul dengan keluarga dan ingin memperluas pergaulan dengan anggota masyarakat terdekat. Hal inilah yang mengacu orang tua untuk memberikan kebebasan bergaul dengan masyarakat, akan tetapi yang mempunyai nilai pendidikan, yaitu dengan cara memasukkan anak pada lembaga pendidikan yang dikenal dengan Taman Kanak – Kanak.

Taman kanak – kanak adalah tempat bermain sambil belajar, dan tempat yang paling disenangi oleh anak – anak. Pada kenyataannya, tidak sedikit yang lebih mementingkan kemampuan aspek kognitif anak tanpa memperhatikan kemampuan aspek yang lain dalam diri anak. Tuntutan orang tua yang lebih mementingkan agar anak lebih mampu dalam calistung ( membaca, tulis, dan berhitung) mengakibatkan guru hanya memperhatikan kemampuan kognitif anak. Perkembangan sosial, motorik kasar, bahasa , nilai agama dan moral menjadi kurang dikembangkan, seharusnya orang tua dan guru dapat menyeimbangkan kemampuan kognitif dengan kemampuan yang lainnya, karena aspek – aspek tersebut saling berkaitan dalam kemampuan anak.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang turut melanjutkan pendidikan keluarga dalam mengembangkan pengetahuan anak, untuk itu guru terus berupaya mengembangkan potensi anak, salah satunya adalah kemampuan anak untuk bersosialisasi. Dalam melakukan hubungan dengan orang lain atau masyarakat disekitarnya akan mengalami yang namanya perkembangan sosial. Perkembangan sosial merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri dalam bermasyarakat, dapat bekerjasama dengan orang lain, berkomunikasi dengan baik dengan lingkungan tempat tinggal.

Pada masa prasekolah anak belajar dasar–dasar tingkah laku sosial sebagai persiapan kehidupan sosialnya di masa mendatang, di mana perkembangan anak tertuju pada upaya untuk


(10)

menjelajahi serta menguasai lingkungan atau dunianya. Kemampuan sosial anak sangatlah penting untuk dikembangakan, khususnya dalam hal berinteraksi sosial.

. Menurut Hurlock (1978:252) Pada umumya, perkembangan sosial anak usia dini yaitu anak dapat merasakan rasa takut dan cemas mulai berkembang dalam diri anak, keinginan untuk berdusta mulai muncul akan tetapi anak terlihat takut untuk melakukannya. Pada usia ini anak- anak mulai memilih – milih teman bermain yang dijadikan teman dan yang tidak mereka suka menjadi teman bermain, anak mulai berperilaku sperti boss, anak juga sudah dapat mengikuti aturan – aturan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru di TK Tamariska Deli Serdang, diketahui bahwa sikap sosial anak kurang mendapat perhatian dari guru dan orang tua, Hal ini disebabkan oleh tuntutan orang tua yang beranggapan bahwa kemampuan akademik (calistung) lebih penting serta kurangnya kemampuan guru dan terbatasnya alat peraga dalam menerapkan metode bermain peran pada anak. Sebagian besar anak belum mampu bersosialisasi dengan baik. Sebagian anak yang kurang mampu bersosialisasi dengan teman – temannya yang lain, terlihat ketika sedang bermain dan belajar anak memilih – milih teman. Anak mau memukul ataupun mencubit dan tidak mau berbagi mainan dengan temannya. Anak tidak mau berbagi bekal makanan, hal ini terlihat ketika anak memilki makanan yang banyak tidak mau berbagi dengan teman yang tidak membawa bekal. Guru harus menanyakan terlebih dahulu pada anak siapa yang mau berbagi makanan pada temannya yang tidak membawa bekal. Sebagian siswa juga kurang mau disuruh tampil kedepan kelas untuk mengemukakan pendapatnya karena anak merasa malu dan takut ditertawakan oleh teman – temannya. Tidak jarang ditemukan pada saat anak bermain dengan temannya menggunakan mainan, anak yang lain tidak mau membantu dan bekerja sama dalam merapikan mainan – mainan yag digunakan ketempatnya.. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009, yaitu saling berbagi, saling


(11)

bekerjasama, mau menolong, dan bertanggung jawab akan tugasnya.

Perkembangan sikap sosial anak tidak terlepas dari peran guru. Guru harus dapat memberikan strategi belajar – mengajar yang sesuai untuk mengembangkan sosial anak, seperti mengarahkan anak untuk dapat bersosialisasi dengan teman lainnya, memberikan pujian kepada anak yang saling membantu dan bekerja sama dengan temannyaan sebagainya. Memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan dalam mengembangkan sikap sosial anak, lebih sering memberikan permainan yang merangasang anak untuk mengembangkan sosialnya seperti dengan bermain peran.

Pada kenyataanya peneliti melihat guru membiarkan anak yang lain menertawakan temannya didepan kelas pada saat mengemukakan pendapatnya, membiarkan anak memilih – milih teman saat bermain dan belajar, membiarkan anak tidak berbagi mainan dan tidak mau membantu teman dalam menyelesaikan tugas. Selain itu, guru hanya memfokuskan pembelajaran pada membaca tulis dan berhitung Sebagaimana tuntutan dari setiap orang tua, sehingga guru kurang memperhatikan metode bermain anak. Hal tersebut membuat anak menjadi jenuh dan bosan pada saat kegiatan belajar berlangsung. Guru seharusnya dapat lebih memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan dalam mengembangkan sosial anak dengan metode bermain peran. Anak pun menjadi lebih tertarik dan suasana kelas pun menjadi tidak terlalu monoton, karena dengan metode bermain peran anak tersebut dapat bersosialisasi dengan mudah terhadap teman sebayanya serta peran sebagai orang lain meningkatkan daya imajinasi anak.

Dengan melihat permasalahan diatas peneliti menyadari perlu perbaikan proses pembelajaran. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengembangkan sikap sosial anak salah satunya adalah metode bermain peran. Hal ini dikarenakan bermain peran dapat memunculkan sikap sosial anak terhadap orang lain, seperti : mau menolong ataupun berbagi terhadap orang


(12)

lain. pernyataan diatas didukung oleh pendapat (dalam Taufik, 2012) secara online, “ melalui bermain peran, para peserta didik mengeksplorasikan hubungan antara manusia dengan memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga anak dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Metode bermain peran merupakan suatu kegiatan permainan yang mememerankan tokoh – tokoh yang diperankan anak untuk mengembangkan imajinasinya sehingga dapat menghayati tujuan dari kegiatan tersebut. Dalam metode bermain peran, anak berperan sebagai orang lain, namun lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam cerita atau pertunjukkan.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik menggunakkan metode bermain peran untuk mengembangkan sikap sosial anak 5-6 dan memusatkan bermain peran sebagai Guru dan Anak murid, dimana anak akan memerankan sebagai tokoh guru dan anak murid yang berada disekolah. Dalam bermain peran anak akan dapat menunjukkan sikap yang mau menolong saat belajar ataupun bermain, berpatisipasi saat ada teman yang sakit, membantu teman yang kesusahan dan saling berbagi terhadap orang lain. Anak juga akan mengetahui peran apa yang dimainkan anak, sehingga anak dapat mengetahui kebaikan dan kekurangan dari peran – peran yang mereka mainkan dalam skenario bermain peran tersebut.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian "Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Anak Dalam Bermain Peran Anak Usia 5 – 6 Tahun di TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014".

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian dappat diidentifikasi masalah penelitian yaitu :


(13)

- Terdapat anak yang tidak mau berbagi dan bekerja sama dalam merapikan mainan . - Kurang memadai alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran.

- Metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi.

- Penggunaan metode bermain peran sangat jarang digunakan dalam pengembangan sikap sosial anak usia 5 – 6 tahun di TK Tamariska Medan

1.3Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah pada penelitian ini, maka penelitian dibatasi pada "Upaya mengembangkan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014"

1.4Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah "Apakah dengan menggunakan metode barmain peran dapat mengembangkan sikap sosial anak kelompok B TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014?".

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah :

 Untuk mengetahui perkembangan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014"


(14)

kelompok B.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Anak

Metode bermain peran dijadikan salah satu alternatif metode pembalajaran untuk diterapkan oleh guru agar dapat meningkatkan sikap sosil anak.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti dalam menerapkan metode bermain peran dalam mengembangkan sikap sosial anak kelompok B.

3. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi guru dalam mengembangkan sikap sosial anak melalui penggunaan metode bermain peran.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan untuk memperbaiki proses pembelajaran khususnya dalam mengembangkan sikap sosial anak dengan menggunakan metode bermain peran.


(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat di peroleh kesimpulan yaitu :

1. Pada siklus I pertemuan I hasil test performance setelah kegiatan bermain peran dilakukan, terdapat kategori sangat baik 0%, kategori baik mencapai 13,3% (2 orang anak), kategori cukup mencapai 53.3% (8 orang anak), kategori kurang mencapai 33.3% (5 orang anak). Pada siklus I pertemuan II terdapat kategori sangat baik 0%, kategori baik mencapai 33,3% (5 orang anak), kategori cukup mencapai 60% (9 orang anak), kategori kurang mencapai 6.7% (1 orang anak). Pada siklus I Pertemuan II telah mengalami kemajuan terlihat pada kategori sangat baik 26.7% (4 orang anak), pada kategori baik mencapai 66.7% (10 orang anak), kategori cukup mencapai 6.6% (1 orang anak), kategori kurang mencapai 0%. Pada siklus II Pertemuan II telah mengalami peningkatan terlihat pada kategori sangat baik 80% (12 orang anak), pada kategori baik mencapai 20% (3 orang anak). Hal ini sudah terlihat keseluruhan anak sudah bisa melakukan kegiatan bermain peran dalam mengembangkan sikap sosial anak.

2. Dengan menggunakan metode bermain peran dapat mengembangkan sikap sosial anak usia 5-6 tahun di TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014.


(16)

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan metode bermain peran sebagai salah satu metode pembelajaran untuk mengembangkan sikap sosial anak dengan cara memberikan motivasi saat bermain peran, memberikan kebebasan pada anak memerankan tokoh yang berbeda sehingga anak merasa tidak bosan, dan membimbing anak dalam mengingat skenario peran yang akan dimmainkan anak.

2. Bagi sekolah hendaknya memberikan kesempatan pada guru untuk mengikuti lokakarya kegiatan bermain peran untuk mengembangkan sikap sosial anak serta menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam bermain peran.

3. Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian ini khususnya yang berkaitan dengan perbaikan proses pembelajaran dalam penerapan metode bermain peran.


(17)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Dewi, Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Pasca Sarjana Unimed.

Fadlillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.

Hawadi, Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: Grasindo Hurlock, Elisabeth B. 1978. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kurikulum Taman Kanak-Kanak. 2010. Jakarta: Kementerian Pendidikan

Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah Dasar.

Leong, Deborah, J & Bodrova Elena. 2012. Assessing and Scaffolding

Make-Belive Play. The National Association for the Education of Young Children:

www. Naecy.org/yc/permissions.

Jamaris, Martini.2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman

Kanak – Kanak. Jakarta: Grasindo

Musfiroh, Tadkiroatum. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah

Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas.

Nugraha, Ali. 2004. Metode Pengembangan Sosial Emosional, Jakarta: Universitas Terbuka.

Patmanodewo, Soemarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.58.2009. Jakarta.

Safriyani, Hanasah, dkk. 2011. 99 Ide Kegiatan Main Peran Untuk Anak Usia

Dini 5-8 Tahun. Jakarta Selatan: Indocamp.

Saleh, Samsubar. 2004. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: AMP YKPN. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta


(18)

2

Sujiono, Yuliani. dkk. 2010. Konsep Dasar Pendidikan Paud. Jakarta: Indeks. Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Taufik. 2012. Model Bimbingan Belajar Melalui Bermain Peran Untuk Anak Usia

Dini,(Online),dalam://taufik.wordpress.com/2012/5/3/model-bimbingan-belajar-melalui-bermain peran-untuk-anak-usia dini/ diakses tanggal 26 Maret 2013 pukul 14.25 WIB

Uno. Hamzah. 2010. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda


(1)

- Terdapat anak yang tidak mau berbagi dan bekerja sama dalam merapikan mainan . - Kurang memadai alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran.

- Metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi.

- Penggunaan metode bermain peran sangat jarang digunakan dalam pengembangan sikap sosial anak usia 5 – 6 tahun di TK Tamariska Medan

1.3Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah pada penelitian ini, maka penelitian dibatasi pada "Upaya mengembangkan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014"

1.4Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah "Apakah dengan menggunakan metode barmain peran dapat mengembangkan sikap sosial anak kelompok B TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014?".

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah :

 Untuk mengetahui perkembangan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014"


(2)

kelompok B.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Anak

Metode bermain peran dijadikan salah satu alternatif metode pembalajaran untuk diterapkan oleh guru agar dapat meningkatkan sikap sosil anak.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti dalam menerapkan metode bermain peran dalam mengembangkan sikap sosial anak kelompok B.

3. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi guru dalam mengembangkan sikap sosial anak melalui penggunaan metode bermain peran.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan untuk memperbaiki proses pembelajaran khususnya dalam mengembangkan sikap sosial anak dengan menggunakan metode bermain peran.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat di peroleh kesimpulan yaitu :

1. Pada siklus I pertemuan I hasil test performance setelah kegiatan bermain peran dilakukan, terdapat kategori sangat baik 0%, kategori baik mencapai 13,3% (2 orang anak), kategori cukup mencapai 53.3% (8 orang anak), kategori kurang mencapai 33.3% (5 orang anak). Pada siklus I pertemuan II terdapat kategori sangat baik 0%, kategori baik mencapai 33,3% (5 orang anak), kategori cukup mencapai 60% (9 orang anak), kategori kurang mencapai 6.7% (1 orang anak). Pada siklus I Pertemuan II telah mengalami kemajuan terlihat pada kategori sangat baik 26.7% (4 orang anak), pada kategori baik mencapai 66.7% (10 orang anak), kategori cukup mencapai 6.6% (1 orang anak), kategori kurang mencapai 0%. Pada siklus II Pertemuan II telah mengalami peningkatan terlihat pada kategori sangat baik 80% (12 orang anak), pada kategori baik mencapai 20% (3 orang anak). Hal ini sudah terlihat keseluruhan anak sudah bisa melakukan kegiatan bermain peran dalam mengembangkan sikap sosial anak.

2. Dengan menggunakan metode bermain peran dapat mengembangkan sikap sosial anak usia 5-6 tahun di TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014.


(4)

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan metode bermain peran sebagai salah satu metode pembelajaran untuk mengembangkan sikap sosial anak dengan cara memberikan motivasi saat bermain peran, memberikan kebebasan pada anak memerankan tokoh yang berbeda sehingga anak merasa tidak bosan, dan membimbing anak dalam mengingat skenario peran yang akan dimmainkan anak.

2. Bagi sekolah hendaknya memberikan kesempatan pada guru untuk mengikuti lokakarya kegiatan bermain peran untuk mengembangkan sikap sosial anak serta menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam bermain peran.

3. Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian ini khususnya yang berkaitan dengan perbaikan proses pembelajaran dalam penerapan metode bermain peran.


(5)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Dewi, Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Pasca Sarjana Unimed.

Fadlillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.

Hawadi, Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: Grasindo Hurlock, Elisabeth B. 1978. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kurikulum Taman Kanak-Kanak. 2010. Jakarta: Kementerian Pendidikan

Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah Dasar.

Leong, Deborah, J & Bodrova Elena. 2012. Assessing and Scaffolding Make-Belive Play. The National Association for the Education of Young Children: www. Naecy.org/yc/permissions.

Jamaris, Martini.2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak – Kanak. Jakarta: Grasindo

Musfiroh, Tadkiroatum. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas.

Nugraha, Ali. 2004. Metode Pengembangan Sosial Emosional, Jakarta: Universitas Terbuka.

Patmanodewo, Soemarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.58.2009. Jakarta.

Safriyani, Hanasah, dkk. 2011. 99 Ide Kegiatan Main Peran Untuk Anak Usia Dini 5-8 Tahun. Jakarta Selatan: Indocamp.

Saleh, Samsubar. 2004. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: AMP YKPN. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta


(6)

2

Sujiono, Yuliani. dkk. 2010. Konsep Dasar Pendidikan Paud. Jakarta: Indeks. Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Taufik. 2012. Model Bimbingan Belajar Melalui Bermain Peran Untuk Anak Usia Dini,(Online),dalam://taufik.wordpress.com/2012/5/3/model-bimbingan-belajar-melalui-bermain peran-untuk-anak-usia dini/ diakses tanggal 26 Maret 2013 pukul 14.25 WIB

Uno. Hamzah. 2010. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda