STUDI KASUS MENGENAI PENERAPAN ASAS PEMBUKTIAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA PERIKANAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERIKANAN TERHADAP PASAL 194 KUHAP DIHUBUNGKAN DENGAN PUTUSAN MAHKAM.
STUDI KASUS MENGENAI PENERAPAN ASAS PEMBUKTIAN BARANG
BUKTI TINDAK PIDANA PERIKANAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR
45 TAHUN 2009 TENTANG PERIKANAN TERHADAP PASAL 194 KUHAP
DIHUBUNGKAN DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2520
K/PID.SUS/2011
Willy Mochammad Zatnika
110110080305
ABSTRAK
Penerapan arti asas hukum Lex Specialis Derogat Lex Generalis dalam
memecahkan permasalahan hukum masih terjadi permasalahan dalam beberapa kasus
tindak pidana Perikanan. Hal ini terlihat seperti dalam kasus La Rusu yang diperiksa oleh
Pengadilan Negeri Sorong yang menyatakan mengenai status barang bukti yang
dikembalikan kepada La Rusu, namun dalam hal pengembalian barang bukti ini hakim
masih berpedoman pada Pasal 194 KUHAP. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
akibat hukum terhadap putusan hakim mengenai status pengembalian barang bukti tindak
pidana perikanan dan untuk mengetahui dengan dijatuhi pidana penjara selama 1 tahun
penjara atau denda sebesar Rp.5.000.000.- sedangkan yang diamanatkan Undang-undang
Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan dengan pidana penjara 5 tahun atau maksimal
denda Rp.250.000.000.- sudah sesuai aturan dengan tujuan pemidanaan.
Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normative dan spesifikasi
penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yang menggambarkan dan
menganalisis ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan putusan Pengadilan Tindak
Pidana Perikanan pada Pengadilan Negeri Sorong Nomor:93/Pid.B/2010/PN.SRG,
Pengadilan Tinggi Jayapura Nomor:145/Pid./2010/PT.JPR dan Mahkamah Agung Nomor
2520K/Pid.Sus/2011.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Sorong Nomor: 93/Pid.B/2010/PN.SRG mengenai status barang bukti yang dilakukan
dalam tindak pidana perikanan dengan mengembalikan Barang Bukti kepada Terdakwa
La Rusu merupakan kekeliruan Hakim dalam mempertimbangkan status mengenai
Barang bukti dengan tidak menerapkan Asas Lex Specialis Derogat Lex Generalis.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sorong masih mengacu pada Pasal 194 ayat (1), (2),
dan (3) KUHAP, tidak menggunakan aturan yang lebih khusus yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan yaitu pasal 76C ayat (5).
Akibat hukum dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2520K/Pid.Sus/2011
mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap asas hokum oleh Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Sorong dengan tidak menerapkan asas Lex Specialis derogate Lex
Generalis dalam pengembalian barang bukti tindak pidana Perikanan. Putusan Nomor
2520K/Pid.Sus/2011 yang memutus terdakwa La Rusu dengan Pidana Penjara 5 Bulan
atau denda sebesar Rp.5.000.000.-tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan, karena dengan
kisaran jumlah nominal denda yang dijatuhkan terhitung lebih kecil dari apa yang
diputuskan Majelis Hakim, dengan demikian tidak akan menghadirkan efek jera kepada
terdakwa karena dengan nominal yang terhitung kecil terdakwa dapat membayar denda
dari hasil penangkapan ikan yang lebih besar.
iv
v
BUKTI TINDAK PIDANA PERIKANAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR
45 TAHUN 2009 TENTANG PERIKANAN TERHADAP PASAL 194 KUHAP
DIHUBUNGKAN DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2520
K/PID.SUS/2011
Willy Mochammad Zatnika
110110080305
ABSTRAK
Penerapan arti asas hukum Lex Specialis Derogat Lex Generalis dalam
memecahkan permasalahan hukum masih terjadi permasalahan dalam beberapa kasus
tindak pidana Perikanan. Hal ini terlihat seperti dalam kasus La Rusu yang diperiksa oleh
Pengadilan Negeri Sorong yang menyatakan mengenai status barang bukti yang
dikembalikan kepada La Rusu, namun dalam hal pengembalian barang bukti ini hakim
masih berpedoman pada Pasal 194 KUHAP. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
akibat hukum terhadap putusan hakim mengenai status pengembalian barang bukti tindak
pidana perikanan dan untuk mengetahui dengan dijatuhi pidana penjara selama 1 tahun
penjara atau denda sebesar Rp.5.000.000.- sedangkan yang diamanatkan Undang-undang
Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan dengan pidana penjara 5 tahun atau maksimal
denda Rp.250.000.000.- sudah sesuai aturan dengan tujuan pemidanaan.
Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normative dan spesifikasi
penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yang menggambarkan dan
menganalisis ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan putusan Pengadilan Tindak
Pidana Perikanan pada Pengadilan Negeri Sorong Nomor:93/Pid.B/2010/PN.SRG,
Pengadilan Tinggi Jayapura Nomor:145/Pid./2010/PT.JPR dan Mahkamah Agung Nomor
2520K/Pid.Sus/2011.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Sorong Nomor: 93/Pid.B/2010/PN.SRG mengenai status barang bukti yang dilakukan
dalam tindak pidana perikanan dengan mengembalikan Barang Bukti kepada Terdakwa
La Rusu merupakan kekeliruan Hakim dalam mempertimbangkan status mengenai
Barang bukti dengan tidak menerapkan Asas Lex Specialis Derogat Lex Generalis.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sorong masih mengacu pada Pasal 194 ayat (1), (2),
dan (3) KUHAP, tidak menggunakan aturan yang lebih khusus yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan yaitu pasal 76C ayat (5).
Akibat hukum dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2520K/Pid.Sus/2011
mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap asas hokum oleh Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Sorong dengan tidak menerapkan asas Lex Specialis derogate Lex
Generalis dalam pengembalian barang bukti tindak pidana Perikanan. Putusan Nomor
2520K/Pid.Sus/2011 yang memutus terdakwa La Rusu dengan Pidana Penjara 5 Bulan
atau denda sebesar Rp.5.000.000.-tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan, karena dengan
kisaran jumlah nominal denda yang dijatuhkan terhitung lebih kecil dari apa yang
diputuskan Majelis Hakim, dengan demikian tidak akan menghadirkan efek jera kepada
terdakwa karena dengan nominal yang terhitung kecil terdakwa dapat membayar denda
dari hasil penangkapan ikan yang lebih besar.
iv
v