AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Anders) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Shigella Dysenteriae Serta Bi

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH
ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders)
TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Shigella dysenteriae
SERTA BIOAUTOGRAFINYA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:
MISS SURAIHA HENGSA
K 100 090 188

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2014

2

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM
GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) TERHADAP
Staphylococcus aureus DAN Shigella dysenteriae SERTA

BIOAUTOGRAFINYA
ANTIBACTERIAL ACTIVITY AND BIOAUTOGRAPHY OF ETHANOL
EXTRACTION OF Garcinia atroviridis AGAINST Staphylococcus aureus
AND Shigella dysenteriae
Miss Suraiha Hengsa*, Rima Munawaroh
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
*Email: raiha_fb@hotmail.com

ABSTRAK
Infeksi disebabkan salah satunya oleh bakteri. Bakteri yang sering
menimbulkan infeksi pada manusia antara lain adalah Staphylococcus aureus dan
Shigella dysenteriae. Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas antibakteri
ekstrak etanol buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) terhadap Staphylococcus
aureus (Gram positif) dan Shigella dysenteriae (Gram negatif).
Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode dilusi padat. Parameter yang
digunakan adalah Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM). Seri konsentrasi yang digunakan adalah 0,72%; 0,56%; 0,4%; 0,24%;
0,08%; 0,064%; 0,048% dan 0,032%. Analisis kandungan senyawa menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase gerak etil asetat-metanol (9:1) v/v

dan fase diam Silika GF254 serta dilakukan uji bioautografi.
Ekstrak etanol buah asam gelugur menunjukkan KHM terhadap
Staphylococcus aureus sebesar 0,08% dan Shigella dysenteriae sebesar 0,24%,
sedangkan KBM terhadap Staphylococcus aureus sebesar 0,56% dan Shigella
dysenteriae sebesar 0,72%. Hasil Bioautografi terhadap Staphylococcus aureus
menunjukkan adanya zona jernih pada hRf 88 dan Shigella dysenteriae
menunjukan adanya zona jernih pada hRf 67 dan 83. Berdasarkan hasil KLT,
bercak pada hRf 88 dan 67 adalah senyawa flavonoid sedangkan pada hRf 83
adalah senyawa fenolik.
Kata kunci : Antibakteri, Bioautografi, Garcinia atroviridis, Staphylococcus
aureus, Shigella dysenteriae.
ABSTRACT
Infection caused by bacteria. The bacteria that often cause human
infections include Staphylococcus aureus and Shigella dysenteriae. This study
aims to determine the antibacterial activity of the ethanol extract of Garcinia
atroviridis against Staphylococcus aureus (Gram positive) and Shigella
dysenteriae ( Gram negative ).

1


Antibacterial activity was evaluated using agar dilution method. The
parameters used were the Minimum Inhibitory concentration ( MIC ) and
Minimum Bactericidal Concentration ( MBC ). Series of concentration used was
0.72 %, 0.56 % , 0.4 %, 0.24 %, 0.08 %, 0.064 %, 0.048 % and 0.032 %. Analysis
matter content using Thin Layer Chromatography ( TLC ) with a mobile phase of
ethyl acetate-methanol ( 9:1 ) v/v and GF254 silica stationary phase and
bioautography.
Ethanol extract of Garcinia atroviridis showed MIC against
Staphylococcus aureus was 0.08% and 0.24 % for Shigella dysenteriae, while
MBC for Staphylococcus aureus was 0.56% and 0.72 % for Shigella dysenteriae.
Results Bioautography of Staphylococcus aureus showed a clear zone on the hRf
88 and Shigella dysenteriae showed the presence of a clear zone on the hRf 67
and 83. Based on the results of TLC, spots 88 and 67 on the hRf is a flavonoid
compound while the hRf 83 are phenolic compounds.
Key Word : Antibacterial, bioautografi, Garcinia atroviridis, Staphylococcus
aureus, Shigella dysenteriae.
PENDAHULUAN
Obat tradisional masih menjadi salah satu obat mujarab, terbukti memiliki
beberapa manfaat untuk kesehatan dan dapat mengobati banyak penyakit. Sekitar
80% penduduk di Asia dan Afrika masih mengandalkan pengobatan dengan obat

tradisional sebagai pengobatan primer. Faktor pendorong terjadinya peningkatan
penggunaan obat tradisional adalah obat tradisional murah, mudah didapat
(Muchlisah, 2001), dan memiliki efek samping lebih kecil dibandingkan
pengobatan dengan obat kimia atau melalui operasi (Mahendra, 2006).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit adalah
buah asam gelugur (Garcinia atroviridis). Asam gelugur digunakan secara luas
sebagai penyedap masakan oleh masyarakat Melayu, tetapi juga terbukti
bermanfaat untuk menurunkan kolesterol. Selain itu juga bersifat antioksidan dan
mampu menurunkan bobot badan dan kolesterol. Mackeen (1998) meneliti
bioaktivitas ekstrak etanol air dari tanaman ini yang memberikan hasil bahwa
ekstrak tersebut mempunyai aktivitas antibakteri, antifungi, antioksidan,
antitumor, dan antimalaria. Permana et al., (2000) telah berhasil mengisolasi
senyawa benzokuinon atrovorinon dan depsidon atrovirisidon dari akar tanaman
asam gelugur yang mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap sel Hela dan aktivitas
antibakteri terhadap Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus. Buah asam
2

gelugur telah dilaporkan mempunyai efek menurunkan kolesterol dan kerusakan
DNA pada hewan uji (Amran et al., 2010). Selain itu senyawa lupalbigenin dan
mangostin berhasil diisolasi dari buah Garcinia dulcis yang mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan Kadar Hambat Minimum
(KHM) berturut-turut sebesar 8 dan 4 ppm (Dechathai et al., 2005).

METODE PENELITIAN
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: bejana maserasi, syring,
petri, lampu spiritus, tabung reaksi, rak tabung, ose steril, mikropipet, autoklaf,
inkubator, pipet ukur, Laminar Air Flow (LAF), pipet volume, pipet tetes, yellow
tips, blue tips, spreader glass, erlenmeyer, beaker glass, waterbath, rotary
evaporator (Heidolph), batang pengaduk, oven dan cawan porselin, seperangkat
alat kromatografi, lampu UV254 nm dan UV366 nm, dan seperangkat alat penyemprot,
mikroskop, penjepit.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: simplisia buah asam
gelugur diperoleh dari Narathiwat Thailand, etanol 96%, bakteri Staphylococcus
aureus dan Shigella dysenteriae yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, media Mueller Hinton (Oxoid),
media brain heart infusion (Oxoid), manitol salt agar (Oxoid), miligler iron agar
(Oxoid), lysine iron agar (Oxoid), motility indole ornithine (BD), cat Gram A, cat
Gram B, cat Gram C, cat Gram D, formalin 1%, standar Mc. Farland 1,5x108

CFU/ml, akuades, etanol 70%, CMC-Na, NaCl (Merck) 0,9%, silica gel GF254 nm,
etil asetat, metanol, pereaksi semprot FeCl3, Dragendroff, sitroborat, ninhidrin.
Jalan penelitian
Identifikasibuah asam gelugur
Identifikasi dilakukan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan
ciri-ciri morfologi tanaman buah asam gelugur terhadap kepustakaan.
Identifikasi buah asam gelugur dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi,
Fakultas Farmasi UGM.
3

Pembuatan ekstrak etanol buah asam gelugur
Sebanyak 500 gram simplisia buah asam gelugur yang telah dipotongpotong direndam dalam 7,5 liter etanol 96% dalam bejana maserasi yang
terlindung dari cahaya matahari, didiamkan selama 5 hari. Simplisia yang
dimaserasi tersebut diaduk beberapa kali untuk mendapatkan konsentrasi jenuh,
sehingga tidak ada lagi zat aktif yang dapat disari oleh penyari. Hasil yang
didapatkan disaring dan dilakukan remaserasi. Maserat hasil maserasi dan
remaserasi diuapkan dengan rotary evaporator dilanjutkan dengan waterbath.
Identifikasi bakteri uji
a. Pewarnaaan Gram
Suspensi bakteri diambil 1 ujung mata ose dan diratakan pada gelas obyek

steril dengan dipanasi di atas nyala lampu spiritus sampai kering, kemudian
ditetesi formalin 1% ditunggu 5 menit, kemudian dikeringkan lagi dan preparat
siap dicat. Preparat yang telah siap dicat digenangi dengan cat Gram A selama 1-3
menit kemudian digenangi cat Gram B selama 0,5-1 menit, setelah itu cat dibuang
dan dicuci dengan air. Preparat kemudian ditetesi cat Gram C sampai warna cat
dilunturkan. Setelah itu preparat digenangi cat Gram D selama 1-2 menit
kemudian dicuci dan dikeringkan dalam udara kamar. Preparat siap diperiksa di
bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 x.
b. Uji biokimia
Bakteri Staphylococcus aureus digoreskan pada media manitol salt agar
(MSA) kemudian diinkubasi pada 37oC selama 18-24 jam. Bakteri Shigella
dysenteriae digoreskan pada media KIA dan LIA sedangkan pada media MIO
ditusuk, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam, dilihat hasilnya
dan dibanding dengan literatur.
Uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik
Suspensi bakteri dengan konsentrasi 1,5x108CFU/mL diambil 200 µL,
kemudian diinokulasi pada media MH. Disk antibotik (kloramfenikol, ampisilin,
tetrasiklin, dan eritromisin) ditempelkan pada medianya, kemudian diinkubasi
pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Diameter zona hambat diukur pada masing-


4

masing disk antibiotik dan dibandingkan dengan standar resistensi bakteri
terhadap antibiotik.
Uji aktivitas antibakteri dengan metode dilusi padat
Seri konsentrasi ekstrak yang dibuat ditambah Mueller Hinton dan dikocok
hingga benar-benar homogen, kemudian dipadatkan dalam posisi miring. Jika
media Mueller Hinton yang telah dicampur ekstrak telah padat, 20 µL suspensi
S. aureus dan 20 µL suspensi S. dysenteriae konsentrasi 1,5x106 CFU/mL
dioleskan ke media dan diratakan dengan ose steril, selanjutnya diinkubasi selama
18-24 jam, kemudian diamati pertumbuhan bakterinya. Konsentrasi terkecil
dimana tidak adanya pertumbuhan bakteri ditentukan sebagai KHM. Hasil KHM
dikultur kembali pada media MH dan konsentrasi terkecil yang tidak ada
pertumbuhan bakteri disebut KBM.
Uji Kandungan Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis
Ekstrak etanol buah asam gelugur dilarutkan dengan metanol (Mackeen, et
al., 2002). Silika gel GF254 diaktifkan dengan di oven 110°C selama 10 menit.
Ekstrak ditotolkan pada plat silika gel dan ditunggu sampai kering, kemudian
dielusi dengan fase gerak etil asetat-metanol 9:1 v/v (Mackeen, et al., 2002).
Setelah dielusi plat KLT dikeringkan dan diangin-anginkan kemudian plat KLT

diamati bercaknya pada sinar UV 254 nm dan UV 366 nm serta pereaksi semprot
Dragendorff, sitroborat (Wagner & Bladt, 1995), FeCl3 (Harborne, 1987) dan
ninhidrin (Mackeen, et al., 2002).
Uji Bioautografi
Untuk mendeteksi senyawa aktif yang mempunyai aktivitas sebagai
antibakteri digunakan metode bioautografi. Metode ini dilakukan dengan cara
meletakkan plat hasil elusi pada permukaan media MH dalam petri yang telah
diinokulasi dengan bakteri Staphylococcus aureus dan Shigella dysenteriae
sebanyak 200 µL selama 20 menit, setela itu plat hasil elusi diambil kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Bila bercak pada plat hasil elusi
tersebut memiliki aktivitas antibakteri maka dengan adanya difusi golongan
senyawa aktif akan terbentuk zona hambatan.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi
Buah asam gelugur kering diekstraksi menggunakan metode maserasi.
Metode ini merupakan metode yang sederhana dan mudah dilakukan. Pelarut
yang digunakan adalah pelarut universal yaitu etanol 96 % yang merupakan

campuran hidroalkohol gabungan antara pelarut polar dan non-polar, karena
keduanya mudah bercampur dan memungkinkan kombinasi yang fleksibel untuk
mengektraksi

bahan

aktif

(Ansel,

1989).

Remaserasi

dilakukan

untuk

meningkatkan efisiensi penyarian. Hasil rendemen yang diperoleh sebesar 16,63%
b/b.

Identifikasi Bakteri
a. Pewarnaaan Gram
Berdasarkan hasil pengecatan Gram, S. dysenteriae merupakan bakteri
Gram negatif yang berbentuk batang, menyebar, dan berwarna merah. Warna
merah terjadi karena bakteri tersebut tidak tahan terhadap alkohol dan mengikat
cat Gram D (safranin). S. aureus merupakan bakteri Gram positif yang berwarna
ungu, bakteri tersebut tahan terhadap alkohol yang merupakan decolorizing agent
(senyawa peluntur warna) dan mengikat cat Gram A (crystal violet).
Adanya perbedaan struktur dinding sel menyebabkan terjadinya perbedaan
warna. Dinding sel bakteri Gram positif banyak mengandung peptidoglikan.
Permeabilitas dinding sel kurang dan komplek ungu kristal yodium tidak dapat
keluar (Pratiwi, 2008) sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif banyak
mengandung lipopolisakarida. Permeabilitas dinding sel lebih besar sehingga
masih memungkinkan terlepasnya kompleks ungu kristal yodium (Jawetz et al.,
2007).
b. Identifikasi Staphylococcus aureus.
Pada uji biokimiawi media agar garam manitol (Manitol Salt Agar)
merupakan media selektif differensial terhadap Staphylococcus aureus (Fang dan
Hedin, 2003). Hasil penelitian ini bisa dilihat perubahan warna, dari merah
menjadi

kuning

pada

media

MSA.

Perubahan

warna

ini

disebabkan

6

Staphylococcus aureus dapat memfermentasi manitol dalam keadaan anaerob
(Singh dan Prakash, 2008)
c. Identifikasi Shigella dysenteriae
Shigella dysenteriae pada media KIA menunjukkan adanya perubahan
warna merah pada sisi miring dan warna kuning pada sisi tegak (WHO/CDC,
1991). Pada media LIA bagian tegak berwarna kuning, bagian miring berwarna
ungu dan tidak menunjukkan adanya H2S. Media MIO menunjukkan bakteri tidak
bergerak, terjadi dekarboksilasi ornitin ditandai adanya warna ungu ditengah
media

MIO.

Setelah

penambahan

Kovacs’

timbul

warna

kekuningan

menunjukkan tidak memproduksi H2S, dan tidak bersifat motil, tidak memiliki
aktivitas dekarboksilasi ornithine dan produksi indol (WHO Global Foodborne,
2010). Hasil percobaan uji biokimia Shigella dysenteriae sesuai dengan literatur.
Uji Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik
Uji sensitivitas bakteri dilakukan dengan metode difusi disk menggunakan
antibiotik, yaitu eritromisin (E), ampisilin (A), tetrasiklin (T) dan kloramfenikol
(C). Media yang digunakan adalah MH yang telah diinokulasi suspensi bakteri
1,5x108 CFU/mL sebanyak 200 µL. Berdasarkan hasil uji sensitivitas S. aureus
diameter zonahambat pada ampisilin, eritromisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol
berturut-turut sebesar 9,5 mm, 14,5 mm, 22 mm, dan 16,25 mm. Hal ini dapat
dinyatakan bahwa S. aureus sensitif terhadap antibiotik tersebut kecuali
ampisilin, sedangkan S. dysenteriae mempunyai diameter zona hambat pada
ampisilin, eritromisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol, berturut-turut sebesar 9 mm,
15,5 mm, 19,5 mm, dan 18,5 sehingga dapat dinyatakan S. dysenteriae sensitif
terhadap antibiotik tersebut kecuali ampisilin (Tabel 1).

Disk Antibiotik
Ampisilin (10 µg)
Eritromisin (15 µg)
Kloramfenikol (30 µg)
Tetrasiklin (30 µg)

Tabel 1. Hasil uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik
Staphylococcus aureus
Shigella dysenteriae
Zona hambat (mm)
Keterangan
Zona hambat (mm)
Keterangan
9,5
Resisten
9
Resisten
14,5
Sensitif
15,5
Sensitif
16,25
Sensitif
18,5
Sensitif
22
Sensitif
19,5
Sensitif

Resistensi bakteri terhadap ampisilin terjadi karena bakteri menghasilkan
enzim penisilinase yang mampu mengubah cincin beta laktam (Refdanita et al.,
7

2004). Resistensi terjadi karena bakteri memproduksi enzim yang dapat merusak
atau menginaktivasi antibiotika, bakteri mengubah permeabilitas membran sel
sehingga sukar ditembus oleh antibiotika, adanya mutasi genetik bakteri dengan
mengubah protein dan letak ikatan (binding sites) dari antibiotika, bakteri
mengubah jalur metaboliknya sehingga tidak dipengaruhi oleh antibiotika (Kalalo
et al., 2006; Tenover, 2006; Dzidic et al., 2008).
Uji aktivitas antibakteri dengan Metode Dilusi Padat
Penelitian ini melakukan terhadap ekstrak untuk memastikan kualitasnya.
Konsentrasi stok ekstrak etanol yang digunakan sebesar 4% b/v pada Shigella
dysenteriae dan Staphylococcus aureus (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil KHM dan KBM Ekstrak Etanol buah asam gelugur terhadap Shigella dysenteriae dan Staphylococcus
aureus.
Konsentrasi
ekstrak(%)b/v
0,032
0,048
0,064
0,08
0,24
0,4
0,56
0,72
K1
K2
K3
Keterangan:
(+) = ada pertumbuhan
(-) = tidak ada pertumbuhan
(X) = tidak dilakukan uji KBM

Staphylococcus aureus
KHM
+
+
+
+
+

KBM
X
X
X
+
+
+
+
X

Shigella dysenteriae
KHM
+
+
+
+
+
+

KBM
X
X
X
X
+
+
+
+
X

KI = kontrol media (media MH)
KII = kontrol bakteri (media MH + bakteri)
KIII = kontrol suspending agent

Hasil uji antibakteri ekstrak etanol buah asam gelugur menunjukkan KHM
terhadap

S. aureus sebesar 0,08% dan S.dysenteriae sebesar 0,24%, sedangkan

KBM terhadap S. aureus sebesar 0,56% dan S.dysenteriae sebesar 0,72%. Hal ini
menunjukkan ekstrak etanol buah asam gelugur lebih berpotensi menghambat
bakteri Gram positif (S. aureus) dari pada bakteri Gram negatif (S.dysenteriae),
karena dinding sel bakteri Gram negatif relatif lebih tahan terhadap kerusakan dari
pada bakteri Gram positif karena tidak mengandung asam teikoat dan hanya
mengandung sejumlah kecil peptidoglikan, sedangkan dinding sel bakteri Gram
8

positif mengandung banyak lapisan peptidoglikan (murein), asam teikoat (Pratiwi,
2008) (Tabel 3).
Tabel 3. Perbandingan parameter KHM dan KBM ekstrak etanol buah asam gelugur terhadap bakteri
Bakteri
Shigella dysenteriae

KHM

KBM

0,24%

0,72%

Staphylococcus aureus

0,08%

0,56%

Uji Kandungan Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kandungan senyawa dalam ekstrak etanol buah asam gelugur dianalisis
secara KLT. Keuntungan dari uji kromatografi lapis tipis antara lain sampel yang
dibutuhkan sedikit, hasil pemisahan cepat, dan mudah pengamatan. Hasil optimasi
menunjukkan bahwa fase gerak etil asetat-metanol (9:1) v/v dapat memisahkan
dengan baik (Mackeen et al., 2002). Reagen semprot yang digunakan adalah
Dragendroff, FeCl3, sitroborat, ninhidrin.
Hasil KLT menunjukkan pada tempat totolan terdapat senyawa
alkaloid, pada sinar tampak berwarna coklat setelah disemprot Dragendroff.
Bercak hRf 67 dan 88 setelah disemprot sitroborat berwarna hijau kekuningan
dilihat pd UV 366 menunjukkan

senyawa flavonoid, bercak hRf 83 setelah

disemprot FeCl3 pada sinar tampak berwarna biru kehitaman menunjukkan
senyawa fenolik, dan setelah disemprot ninhidrin secara visual tidak terlihat
bercak warna kuning menunjukkan bahwa tidak mengandung senyawa asam
aminonya (Tabel 4).
Tabel4. Hasil KLT ekstak etanol buah asam gelugur
No

1

hRf

Deteksi

Sinar
tampak
coklat

2

Totola
n
67

3

83

coklat

4

88

coklat

-

UV
254
pemad
aman
pemad
aman
Pemad
aman

Senyawa

UV
366
coklat

Drage
ndrof
coklat

Sitroborat
UV 366
Biru

hijau
kekuningan
kuning

-

hijau
kekuningan
-

biru

-

-

hijau
kekuningan

FeCl3
coklat

Ninhi
drin
ungu

Alkaloid

-

-

Flavonoid

biru
kehitaman

-

Fenolik

-

-

Flavonoid

Hasil uji kandungan senyawa dengan cara kromatografi lapis tipis
menunjukkan bahwa ekstrak etanol asam gelugur mempunyai kandungan senyawa
flavonoid dan fenolik. Penelitian lain membuktikan adanya flavonoid pada genus
9

Garcinia lain, yaitu Garcinia celebica (Widyowati dan Rahman 2010). Adanya
fenolik dalam buah asam glugur juga dibuktikan oleh penelitian Jantan et al
(2011).
Uji Bioautografi
Uji bioautografi merupakan metode spesifik untuk mendeteksi bercak pada
lempeng KLT yang berkhasiat antibakteri (Pratiwi, 2011). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah asam gelugur memiliki khasiat sebagai
antibakteri dengan menggunakan metode bioautografi kontak, metode ini adalah
metode yang sederhana, cepat, dan mudah dilakukan. Uji bioautografi
menggunakan fase gerak etil asetat-metanol (9:1) v/v. Senyawa yang memiliki
aktivitas antibakteri berdifusi ke media MH. Parameter uji bioautografi adalah
zona jernih di sekitar bercak. Hasil bioautografi ekstrak etanol buah asam gelugur
dapat diamati.
Berdasarkan

hasil

uji

bioautografi

pada

Staphylococcus

aureus

menunjukkan zona jernih pada hRf 88 dan pada Shigella dysenteriae menunjukan
zona jernih pada hRf 67,83. Berdasarkan hasil uji KLT dapat diketahui pada hRf
88 dan 67 menunjukkan adanya senyawa flavonoid sedangkan pada hRf 83
menunjukkan adanya senyawa fenolik. Pada penelitian ini bisa diketahui senyawa
dalam ekstrak etanol buah asam gelugur yang mempunyai aktivitas menghambat
Staphylococcus aureus adalah senyawa flavonoid dan yang menghambat Shigella
dysenteriae adalah senyawa flavonoid dan fenolik. Mekanisme flavonoid adalah
menghambat membran sitoplasma, energi membran serta DNA girase (Cushnie
dan Lamb, 2005) sedangkan mekanisme fenol sebagai antibakteri adalah
menghambat sintesis protein (Akinjogunla et al., 2012).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan yaitu:
1.

Ekstrak etanol buah asam gelugur memiliki KHM terhadap Staphylococcus
aureus sebesar 0,08%

dan KBM sebesar 0,56% sedangkan nilai KHM

terhadap Shigella dysenteriae sebesar 0,24% dan KBM sebesar 0,72%.

10

2.

Hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa kandungan senyawa dalam ekstrak
etanol buah asam gelugur yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri ialah
flavonoid dan fenolik.

SARAN
Perlu dilakukan fraksinasi untuk ekstrak buah asam gelugur dan uji
aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus dan Basillus subtilis.

DAFTAR PUSTAKA
Akinjogunla, O.J., Adenugba, I.T., & Jumbo, O.M., 2012, In Vitro Antibacterial
Evaluation of Ethanolic Stem Crude Extract of Anacardium occidentale
Linn. (Anacardiaceae) on Streptococcus muntans Associated With Dental
Caries, Scientific Journal Of Microbiology, 1 (3), 71-81.
Amran, A.A., Zakaria, Z., Othman, F., & Morat, P., 2010, Effect Garcinia
Atroviridis on Oxidative Stess and Atherosclerotic Changes in
Experimental Guinea Pigs, American Journal of Pharmacology and
Toxicology, 5 (2), 65-70.
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bnetuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Ibrahim, F., Edisi IV, 605-619, UI Press, Jakarta.
Cushnie, T.P.T dan Lamb, A.J., 2005, Antimicrobial Activity of Flavonoid,
International Journal Of Antimicrobial Agents, 26, 343-356.
Dechathai, S., Mahabusarakam, W., Phongpaichit, S., & Taylor, W.C., 2005,
Phenolic Compounds from The Fruit of Garcinia dulcis, Phytochemistry,
66, 2368-2375.
Dzidic, S., Suskovic, J., & Kos, B., 2008, Antibiotic Resistance Mechanisms In
Bacteria: Biochemial And Genetic Aspects, Food Technology
Biotechnology, 46 (1), 11-21.
Fang, H., & Hedin, G., 2003, Rapid Screening and Identification of MethicillinResistant Staphylococcus aureus from Clinical Samples by SelectiveBroth and Real Time PCR Assay, Journal Clinical Microbiology, 41 (7),
2894.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, 49, Bandung, Penerbit ITB.

11

Jantan, I., Jumuddin, FA., Saputri, FC., Rahman, K., 2011, Inhibitory effects of
the extracts of Garcinia species on human low-density lipoprotein
peroxidation and platelet aggregation in relation to their total phenolic
contents, J. Med. Plant Res., 5, (2699-2709).
Jawetz, Melnick, & Adelberg’s, 2007, Medical Microbiology, Edisi 24, United
States of America, Mc Graw Hill, 226.
Kalalo, L.P., Aryati, & Subagjo, B., 2006, Pola Bakteri dan Tes Kepekaan
Antibiotika Wanita Hamil dengan Bakteriuria Asimtomatis, Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 12 (3), 103-109.
Mackeen, MM., 1998, Bioassay-guided isolation and identification of bioactive
compounds from Garcinia atroviridis (Asam gelugor), Tesis, Faculty of
Food Science and Biotechnology, Universiti Putra Malaysia.
Mackeen, M.M., Ali, A.M., Lajis, N.H., Kawazu, K., Kikuzaki, H., & Nakatani,
N., 2002, Antifungal Garcinia Acid Esters from the Fruits of Garcinia
atroviridis, Z. Naturforsch, (57), 291-295.
Mahendra, B., 2006, Panduan Meracik Herbal, 3, Jakarta, Penebar Swadaya.
Muchlisah, F., 2001, Taman Obat Keluarga, 1, Jakarta, Penebar Swadaya.
Permana, D., Lajis, HJ., N., Mackeen, M., Ali, AM., & Aimi, N., 2000, Isolation
and Bioactivities of Contitutents of The Roots of Garcinia atroviridis,
American Chemical Society and American Society of Pharmacognosy.
Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 190-192, Jakarta, Erlangga.
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran, 179, 184, 202, EGC, Jakarta.
Refdanita, Maksum, R., Nurgani, A., & Endang, P., 2004, Pola Kepekaan Kuman
terhadap Antibiotika di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta Tahun 2001-2002, Makara Kesehatan, 8 (2), 41-48.
Singh, P., dan Prakash, A., 2008, Isolation of Escherichia coli, Staphylococcus
aureus and Listeria monocytogenes from Milk Products Sold Under
Market Conditions at Agra Region, Acta agriculturae Slovenica, 1, 83–88.
Tenover, 2006, Mechanisms of Antimicrobial Resistance in Bacteria, The
American Journal of Medicine, 119 (6), 3-10.
Wagner, H. & Bladt, S., 1996, Plant Drug Analysis-A Thin Layer
Chromatography Atlas, 2nd Ed, 330, Springer, Germany.
12

WHO Global Foodborne, 2010, Laboratory Protocol: Biochemical identification
of Salmonella and Shigella Using an Abbreviated Panel of Tests, Atlanta,
USA.
WHO, Centers for Disease Control, 1991, Laboratory Methods for the Diagnosis
of Epidemic Dysentery and Cholera, Atlanta, Gorgia.
Widyowati, R. & Rahman, A., 2010, Kandungan Kimia dan Aktivitas
Antimikroba Ekstrak Garcinia celebica L. terhadap Staphylococcus
aureus, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans, Majalah Farmasi
Airlangga, 8 (2), 23-27.

13

Dokumen yang terkait

FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus Formulasi Sediaan Sabun Padat Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Ander

0 4 11

PENDAHULUAN Formulasi Sediaan Sabun Padat Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus Aureus.

2 9 9

FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) SEBAGAI Formulasi Sediaan Sabun Padat Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococ

8 47 15

FORMULASI SEDIAAN GEL TANGAN SANITIZER EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Formulasi Sediaan Gel Tangan Sanitizer Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap

7 11 15

FORMULASI SEDIAAN GEL TANGAN SANITIZER EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Formulasi Sediaan Gel Tangan Sanitizer Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap

0 2 12

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) SEBAGAI Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

0 2 15

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

3 9 12

PENDAHULUAN Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

2 8 8

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Anders) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Shigella Dysenteriae Serta Bi

0 2 12

PENDAHULUAN Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Anders) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Shigella Dysenteriae Serta Bioautografinya.

0 4 7