PENDAHULUAN Formulasi Sediaan Sabun Padat Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus Aureus.

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) sering digunakan untuk bumbu masak makanan dan juga telah terbukti mampu menurunkan bobot badan, menurunkan kolesterol dan antioksidan karena tanaman tersebut mengandung senyawa hydrocycitric acid atau HCA, citric acid, dodecanoic acid, octadecanoic acid dan pentadecanoic acid (Kingopop, 2010). Mackeen (1998) meneliti bioaktivitas ekstrak etanol air buah asam gelugur yang tersebut mempunyai aktivitas antibakteri dan antifungi. Ekstrak etanol buah asam gelugur memiliki Kadar Hambat Minimum terhadap Staphylococcus aureus sebesar 0,08% dan Kadar Bunuh Minimum sebesar 0,56%(Hengsa, 2014).

Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. Staphylococcus aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et al., 1994; Warsa, 1994). Untuk memudahkan penggunaan ekstrak etanol buah asam gelugur maka diformulasi dalam sediaan sabun padat.

Sabun bukan merupakan kosmetik saja tetapi bisa menjadi alternatif sediaan obat dengan penampakan yang lebih menarik. Salah satu parameter penting yang perlu diperhatikan dalam penentuan mutu sabun mandi adalah banyaknya busa yang dihasilkan. Surfaktan diperlukan untuk meningkatkan kualitas busa pada sabun mandi (Wijana et al., 2005).Busa berperan dalam proses pembersihan dan menghantarkan wangi sabun pada kulit (Hernaniet al., 2010). Surfaktan merupakan senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fase air dengan fase minyak (Sinatrya, 2009). Salah satu surfaktan non ionik yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa sabun adalah dietanolamida (DEA). Cocamid DEA merupakan surfaktan non


(2)

surfaktan tersebut sudah menunjukan hasil yang baik untuk ekstrak lengkuas sepertinya daya zona hambat, kadar air, pH dan tinggi busa maka dipilih untuk digunakan dalam pembuatan sabun (Hernani et al., 2010). Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan formulasi ekstrak etanol buah asam gelugur dalam sediaan sabun mandi padat dengan menggunakan cocamid DEA sebagai surfaktan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana daya hambat ekstrak etanol buah asam gelugur terhadap bakteri Staphylococcus aureus setelah diformulasikan menjadi sediaan sabun padat.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol buah asam gelugur terhadap bakteri Staphylococcus aureus setelah diformulasikan dalam sediaan sabun padat.

D.Tinjauan Pustaka

1. Tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders)

a. Klasifikasi

Tanaman asam gelugur (Gambar 1) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferales Famili : Guttiferae Genus : Garcinia


(3)

Gambar 1. Buah dan Tanaman Asam Gelugur (Mackeen, 1998)

Asam gelugur merupakan tanaman yang tersebar di daerah tropis Asia. Tanaman tersebut terbagi dua jenis yang banyak dikenal, yaitu Garcinia cambogia umumnya dijumpai di India bagian selatan, sedangkan jenis lainnya, yaitu Garcinia atroviridis (asam gelugur) umumnya dijumpai di daerah Semenanjung Malaya (Rittirut & Siripatana 2007). Tanaman ini masih satu marga dengan manggis (Garcinia mangostana L.) dan asam kandis (Garcinia xanthocymus) yang tersebar di Asia Tenggara.

b. Deskrisi tanaman

Tinggi tanaman lebih dari 20 m dan memiliki batang panjang, warna abu-abu, memiliki kulit kayu yang halus. Getahnya berwarna kuning, putih, atau transparan. Buah asam gelugur muda berwarna hijau kekuningan, berbentuk bulat seperti buah jeruk yang sudah dikupas, berdiameter sekitar 7-10 cm, beralur 12-16 (Heyne, 1987).

c. Khasiat

Asam gelugur banyak digunakan untuk pengobatan di masyarakatyaitu rebusan asam gelugur dapat mengecilkan rahim bagi wanita yang baru saja bersalin. Selain itu juga dapat menurunkan berat badan dan mampu penguraian lemak. Jantan et al. (2011) telah melapor bahwa ekstrak metanol daun G.atroviridis mengandung senyawa fenolik. Zakaria et al. (2011) yang meneliti ekstrak air daun G. atroviridis menyatakan bahwa ekstrak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap S. aureus ATCC 25923 dan E. coli ATCC 25922 dengan KBM sebesar 56,82 mg/mL. Penelitian Hengsa, (2014) menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah asam gelugur memiliki KHM terhadap Staphylococcus aureus


(4)

dysenteriae sebesar 0,24% dan KBM sebesar 0,72% dan hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa kandungan senyawa dalam ekstrak etanol buah asam gelugur yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri ialah flavonoid dan fenolik.

d. Kandungan Kimia

Asam gelugur (Garcinia atroviridis) terbukti mengandung senyawa γ -lactone, atroviridin, atrovirinone, atrovirisidone, pentadekanoat,vitamin C, nonadecanoic, oktadekanoat, asam dodekanoat, beberapa asam organik (Mackeen et al., 2002), dan fenolik (Jantan et al., 2011).

(NCBIa, 2013)

(Permana et al., 2000)

(Deahathai et al., 2005)

Gambar 2. Struktur atrovirinone (A), atrovirisidone (B), atroviridin (C), depsidone atrovirisidone (D), benzoquinone atrovirinone (E), dulcisxanthone (F), dan

dulcisisoflavone (G).

C  B

E  D

G  F


(5)

2. Uji Antibakteri

Uji antibakteri dapat menggunakan cara Kirby Bauer. Prinsip dasar metode ini adalah terjadinya difusi antara sampel yang terdapat pada kertas samir (disk) dengan media yang terinokulasi. Kapas lidi yang telah dicelupkan ke dalam suspensi bakteri dengan kekeruhan tertentu dioleskan pada permukaan media, kemudian diletakkan disk yang mengandung antibakteri diatasnya. Pengamatan dilakukan setelah diinkubasi pada 37ºC selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca zona radikal dan irradikal yang terbentuk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metode difusi agar, yaitu :

a. Pradifusi. Perbedaan waktu pradifusi mempengaruhi jarak difusi dari zatuji yaitu difusi antar pencadang.

b. Ketebalan medium agar adalah penting untuk memperoleh sensitivitasyang optimal. Perbedaan ketebalan media agar mempengaruhi difusi darizat uji ke dalam agar, sehingga akan mempengaruhi diameter hambat. Makin tebal media yang digunakan akan makin kecil diameter hambatyang terjadi.

c. Komposisi media agar. Perubahan komposisi media dapat merubah sifat media sehingga jarak difusi berubah.

d. Suhu inkubasi. Kebanyakan bakteri tumbuh baik pada suhu 37 C.

e. Waktu inkubasi disesuaikan dengan pertumbuhan bakteri, karena luas daerah hambat ditentukan beberapa jam pertama, setelah diinokulasikan pada media agar, maka daerah hambat dapat diamati segera setelah adanya pertumbuhan bakteri.

f. Pengaruh pH. Adanya perbedaan pH media yang digunakan dapat menyebabkan perbedaan jumlah zat uji yang berdifusi, pH juga menentukan jumlah molekul zat uji yang mengion.

g. Kerapatan inokulum. Ukuran inokulum merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi lebar daerah hambat, jumlah inokulum yang lebih sedikit menyebabkan obat dapat berdifusi lebih jauh, sehingga daerah yang dihasilkan lebih besar, sedangkan jika jumlah inokulum lebih besar maka akan dihasilkan daerah hambat yang kecil (Brooks et al., 2005).


(6)

Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah Divisio : Protophyta

Class : Schizomycetae Ordo : Eubacteriales Familia : Micrococcaceae Genus : Stapylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teraturseperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar. Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau (Jawetz et al., 1995; Novick et al., 2000). Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah.Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka.Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et al., 1994; Warsa, 1994).

4. Sabun a. Definisi

Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak dan telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci. Sabun obat adalah garam yang berasal dari suatu asam lemak tinggi yang bereaksi dengan alkali dan ditambah dengan zat kimia, bahan obat yang berguna untuk mencegah, mengurangi ataupun menghilangkan/menyembuhkan penyakit danatau gejala penyakit pada kulit (Lubis, 2003).


(7)

b. Sifat Sabun

Sabun termasuk salah satu golongan deterjen karena mempunyai sifat menurunkan tegangan permukaan suatu zat. Untuk itu, bila sabun dipakai membersihkan sesuatu harus dengan menggunakan air untuk melarutkannya, sambil membuat busa dan mengadakan emulsifikasi dan kotoran yang menempel di kulit. Tetapi bila dengan air sadah sabun tidak dapat berbusa, bahkan sabunakan membentuk garam-garam kapur dan magnesium yang tidak larut air (Rostamailis, 2005).

c. Jenis sabun

Jenis sabun ada 2 yang dikenal yaitu sabun padat (batang) dan sabun cair.Sabun padat dibedakan atas 3 jenis, yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan (Hernani et al., 2010).

d. Mutu Sabun

Terdapat beberapa spesifikasi persyaratan mutu sabun yang harus dipenuhi agar sabun layak digunakan dan dipasarkan. Spesifikasi persyaratan mutu yang harus dipenuhi pada produk sabun menurut SNI 06-3532-1994 meliputi: kadar air, jumlah asam lemak, alkali bebas, asam lemak bebas, dan minyak mineral (BSN, 1994).

e. Sabun Padat

Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa).Gugus R bersifat hodrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar). Proses yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi (Girgis, 2003). Sabun mandi merupakan salah satu produk kosmetik yang perlu digunakan dalam rumah tangga, yang dihasilkan dari reaksi antara minyak dan atau lemak dengan basa KOH atau NaOH (Kumaunang, 2012). Sabun mandi padat memiliki


(8)

pembusa), untuk meningkatkan kemampuan membersihkan dari sabun (Brown et al., 2011). Sabun mandi merupakan senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa zat tambahan lain serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit (BSN, 1994). f. Proses pembuatan sabun

Berdasarkan bahan baku yang digunakan untuk membuat sabun sampai saat ini telah dikenalkan tiga macam proses pembuatan sabun, yaitu proses saponifikasi trigliserida, netralisasi asam lemak dan proses saponifikasi metil ester asam lemak. Perbedaan antara tiga proses ini terutama disebabkan oleh senyawa impuritis yang ikut dihasilkan pada pembentukan sabun. Senyawa impuritis harus dihilangkan untuk memperoleh sabun yang sesuai dengan standar mutu yang diinginkan (Ghaim dan Elizabeth, 1995).

Proses saponifikasi trigliserida merupakan proses yang paling terkenal diantara proses yang ada, karena bahan baku yang digunakan untuk proses ini mudah diperoleh, dahulu digunakan lemak hewan sekarang telah digunakan minyak nabati. Pada saat ini telah digunakan proses saponifikasi trigliserida sistem kontinyu (Kubis, 2009). Reaksi yang terjadi pada proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Trigliserida Sabun Gliserol Gambar 3. Proses Saponifikasi trigliserida (Kubis, 2009)

Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa), memiliki dua struktur gugus yang berbeda yaitu gugus R bersifat hidrofobikberfungsi sebagai mengikat lemak atau minyak dan COONa bersifat hidrofilik berfungsi sebagai mengikat air (Girgis, 2003). Kedua gugus tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga sabun dapat mengikat kotoran berupa minyak atau lemak yang menempel di kulit (Ghaim dan Elizabeth, 1995).


(9)

g. Surfaktan

Surfaktan atau surface active agent merupakan suatu molekul amphifatic atau amphifilic yang mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dalam suatu molekul yang sama. Secara umum kegunaan surfaktan adalah untuk menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan mengontrol jenis formasi emulsi yaitu misalnya oil in water (O/W) atau water in oil (W/O) (Rieger, 1985). Cocamid DEA merupakan surfaktan non ionik yang digunakan dalam pembuatan sabun dan bersifat non iritatif (Noor dan Nurdyastuti, 2009).

E.Landasan Teori

Buah asam gelugur memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi(Mackeen, 1998). Ekstrak etanol-air buah asam gelugur (G. atroviridis) memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Mackeen, 1998).Ekstrak etanol buah asam gelugur memiliki nilai KHM sebesar 0,08% dan nilai KBM sebesar 0,56% terhadap Staphylococcus aureus (Hengsa, 2014). Untuk memudahkan penggunaan ekstrak buah asam gelugur maka diformulasikan sebagai sabun padat.

Salah satu parameter penting dalam penentuan mutu sabun mandiadalah busa. Pada penggunaannya busa mempunyai peranan penting dalamproses pembersihan kulit dan menghantarkan wangi sabun pada permukaan kulit (Hernani et al., 2010).Cocamid DEA merupakan surfaktan non ionik digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa sabun dan bersifat non iritatif (Noor dan Nurdyastuti, 2009).

F.Hipotesis

Sediaan sabun padat ekstrak etanol buah asam gelugur mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.


(1)

sebesar 0,08% dan KBM sebesar 0,56% sedangkan nilai KHM terhadap Shigella dysenteriae sebesar 0,24% dan KBM sebesar 0,72% dan hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa kandungan senyawa dalam ekstrak etanol buah asam gelugur yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri ialah flavonoid dan fenolik.

d. Kandungan Kimia

Asam gelugur (Garcinia atroviridis) terbukti mengandung senyawa γ -lactone, atroviridin, atrovirinone, atrovirisidone, pentadekanoat,vitamin C, nonadecanoic, oktadekanoat, asam dodekanoat, beberapa asam organik (Mackeen et al., 2002), dan fenolik (Jantan et al., 2011).

(NCBIa, 2013)

(Permana et al., 2000)

(Deahathai et al., 2005)

Gambar 2. Struktur atrovirinone (A), atrovirisidone (B), atroviridin (C), depsidone atrovirisidone (D), benzoquinone atrovirinone (E), dulcisxanthone (F), dan dulcisisoflavone (G).

C  B

E  D

G  F


(2)

2. Uji Antibakteri

Uji antibakteri dapat menggunakan cara Kirby Bauer. Prinsip dasar metode ini adalah terjadinya difusi antara sampel yang terdapat pada kertas samir (disk) dengan media yang terinokulasi. Kapas lidi yang telah dicelupkan ke dalam suspensi bakteri dengan kekeruhan tertentu dioleskan pada permukaan media, kemudian diletakkan disk yang mengandung antibakteri diatasnya. Pengamatan dilakukan setelah diinkubasi pada 37ºC selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca zona radikal dan irradikal yang terbentuk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metode difusi agar, yaitu :

a. Pradifusi. Perbedaan waktu pradifusi mempengaruhi jarak difusi dari zatuji yaitu difusi antar pencadang.

b. Ketebalan medium agar adalah penting untuk memperoleh sensitivitasyang optimal. Perbedaan ketebalan media agar mempengaruhi difusi darizat uji ke dalam agar, sehingga akan mempengaruhi diameter hambat. Makin tebal media yang digunakan akan makin kecil diameter hambatyang terjadi.

c. Komposisi media agar. Perubahan komposisi media dapat merubah sifat media sehingga jarak difusi berubah.

d. Suhu inkubasi. Kebanyakan bakteri tumbuh baik pada suhu 37 C.

e. Waktu inkubasi disesuaikan dengan pertumbuhan bakteri, karena luas daerah hambat ditentukan beberapa jam pertama, setelah diinokulasikan pada media agar, maka daerah hambat dapat diamati segera setelah adanya pertumbuhan bakteri.

f. Pengaruh pH. Adanya perbedaan pH media yang digunakan dapat menyebabkan perbedaan jumlah zat uji yang berdifusi, pH juga menentukan jumlah molekul zat uji yang mengion.

g. Kerapatan inokulum. Ukuran inokulum merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi lebar daerah hambat, jumlah inokulum yang lebih sedikit menyebabkan obat dapat berdifusi lebih jauh, sehingga daerah yang dihasilkan lebih besar, sedangkan jika jumlah inokulum lebih besar maka akan dihasilkan daerah hambat yang kecil (Brooks et al., 2005).


(3)

3. Staphylococcus aureus

Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah Divisio : Protophyta

Class : Schizomycetae Ordo : Eubacteriales Familia : Micrococcaceae Genus : Stapylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teraturseperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar. Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau (Jawetz et al., 1995; Novick et al., 2000). Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah.Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka.Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et al., 1994; Warsa, 1994).

4. Sabun a. Definisi

Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak dan telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci. Sabun obat adalah garam yang berasal dari suatu asam lemak tinggi yang bereaksi dengan alkali dan ditambah dengan zat kimia, bahan obat yang berguna untuk mencegah, mengurangi ataupun menghilangkan/menyembuhkan penyakit danatau gejala penyakit pada kulit (Lubis, 2003).


(4)

b. Sifat Sabun

Sabun termasuk salah satu golongan deterjen karena mempunyai sifat menurunkan tegangan permukaan suatu zat. Untuk itu, bila sabun dipakai membersihkan sesuatu harus dengan menggunakan air untuk melarutkannya, sambil membuat busa dan mengadakan emulsifikasi dan kotoran yang menempel di kulit. Tetapi bila dengan air sadah sabun tidak dapat berbusa, bahkan sabunakan membentuk garam-garam kapur dan magnesium yang tidak larut air (Rostamailis, 2005).

c. Jenis sabun

Jenis sabun ada 2 yang dikenal yaitu sabun padat (batang) dan sabun cair.Sabun padat dibedakan atas 3 jenis, yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan (Hernani et al., 2010).

d. Mutu Sabun

Terdapat beberapa spesifikasi persyaratan mutu sabun yang harus dipenuhi agar sabun layak digunakan dan dipasarkan. Spesifikasi persyaratan mutu yang harus dipenuhi pada produk sabun menurut SNI 06-3532-1994 meliputi: kadar air, jumlah asam lemak, alkali bebas, asam lemak bebas, dan minyak mineral (BSN, 1994).

e. Sabun Padat

Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa).Gugus R bersifat hodrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar). Proses yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi (Girgis, 2003). Sabun mandi merupakan salah satu produk kosmetik yang perlu digunakan dalam rumah tangga, yang dihasilkan dari reaksi antara minyak dan atau lemak dengan basa KOH atau NaOH (Kumaunang, 2012). Sabun mandi padat memiliki


(5)

kekerasan yang akan memberikan busa yang cukup (yaitu, perilaku sebagai agen pembusa), untuk meningkatkan kemampuan membersihkan dari sabun (Brown et al., 2011). Sabun mandi merupakan senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa zat tambahan lain serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit (BSN, 1994). f. Proses pembuatan sabun

Berdasarkan bahan baku yang digunakan untuk membuat sabun sampai saat ini telah dikenalkan tiga macam proses pembuatan sabun, yaitu proses saponifikasi trigliserida, netralisasi asam lemak dan proses saponifikasi metil ester asam lemak. Perbedaan antara tiga proses ini terutama disebabkan oleh senyawa impuritis yang ikut dihasilkan pada pembentukan sabun. Senyawa impuritis harus dihilangkan untuk memperoleh sabun yang sesuai dengan standar mutu yang diinginkan (Ghaim dan Elizabeth, 1995).

Proses saponifikasi trigliserida merupakan proses yang paling terkenal diantara proses yang ada, karena bahan baku yang digunakan untuk proses ini mudah diperoleh, dahulu digunakan lemak hewan sekarang telah digunakan minyak nabati. Pada saat ini telah digunakan proses saponifikasi trigliserida sistem kontinyu (Kubis, 2009). Reaksi yang terjadi pada proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Trigliserida Sabun Gliserol Gambar 3. Proses Saponifikasi trigliserida (Kubis, 2009)

Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa), memiliki dua struktur gugus yang berbeda yaitu gugus R bersifat hidrofobikberfungsi sebagai mengikat lemak atau minyak dan COONa bersifat hidrofilik berfungsi sebagai mengikat air (Girgis, 2003). Kedua gugus tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga sabun dapat mengikat kotoran berupa minyak atau lemak yang


(6)

g. Surfaktan

Surfaktan atau surface active agent merupakan suatu molekul amphifatic atau amphifilic yang mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dalam suatu molekul yang sama. Secara umum kegunaan surfaktan adalah untuk menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan mengontrol jenis formasi emulsi yaitu misalnya oil in water (O/W) atau water in oil (W/O) (Rieger, 1985). Cocamid DEA merupakan surfaktan non ionik yang digunakan dalam pembuatan sabun dan bersifat non iritatif (Noor dan Nurdyastuti, 2009).

E.Landasan Teori

Buah asam gelugur memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi(Mackeen, 1998). Ekstrak etanol-air buah asam gelugur (G. atroviridis) memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Mackeen, 1998).Ekstrak etanol buah asam gelugur memiliki nilai KHM sebesar 0,08% dan nilai KBM sebesar 0,56% terhadap Staphylococcus aureus (Hengsa, 2014). Untuk memudahkan penggunaan ekstrak buah asam gelugur maka diformulasikan sebagai sabun padat.

Salah satu parameter penting dalam penentuan mutu sabun mandiadalah busa. Pada penggunaannya busa mempunyai peranan penting dalamproses pembersihan kulit dan menghantarkan wangi sabun pada permukaan kulit (Hernani et al., 2010).Cocamid DEA merupakan surfaktan non ionik digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa sabun dan bersifat non iritatif (Noor dan Nurdyastuti, 2009).

F.Hipotesis

Sediaan sabun padat ekstrak etanol buah asam gelugur mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.


Dokumen yang terkait

FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus Formulasi Sediaan Sabun Padat Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Ander

0 4 11

FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) SEBAGAI Formulasi Sediaan Sabun Padat Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococ

8 47 15

FORMULASI SEDIAAN GEL TANGAN SANITIZER EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Formulasi Sediaan Gel Tangan Sanitizer Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap

7 11 15

FORMULASI SEDIAAN GEL TANGAN SANITIZER EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Formulasi Sediaan Gel Tangan Sanitizer Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap

0 2 12

PENDAHULUAN Formulasi Sediaan Gel Tangan Sanitizer Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

0 5 5

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) SEBAGAI Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

0 2 15

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

3 9 12

PENDAHULUAN Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

2 8 8

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Anders) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Shigella Dysenteriae Serta Bi

0 2 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff. Et Anders) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Shigella Dysenteriae Serta Bi

0 2 15