Uji Efek Antibakteri Andrographis paniculata (Sambiloto) Terhadap Pneumococcus In Vitro.
ABSTRAK
un EFEK ANTIBAKTERI Andrographis paniculata (SAMBILOTO)
TERHADAP Pneumococcus In Vitro
Jindi Oetora, 2002; Pembimbing I : Diana Krisanti Jasaputra, dr., M Kes
Pembimbing II: Philips Onggowidjaja, S.Si., M.Si.
Latar belakang: resistensi bakteri terhadap antibiotika menuntut
diperJukannya obat antibakteri generasi baru. Andrographis paniculata
(sambiloto) merupakan tumbuhan yang memiliki khasiat antibakteri, namun
masih ada pen~apat lain yang menyangkal efek antibakteri tersebut.
Tujuan:
untuk menguji efek antibakteri
sambiloto terhadap
Pneumococcus dan untuk mengetahui adanya efek peningkatan konsentrasi
ekstrak terhadap diameter zona inhibisi pertumbuhan Pneumococcus.
Metode: 3 keping antibiotika masing-masing dieelupkan ke dalam kontrol
(akuades) dan konsentrasi ekstrak sambiloto dari 10%,20%, 30%,40% dan 50%.
Pourplate yang mengandung medium TSA diberikan biakan Pneumococcus 24
jam. Kemudian 3 keping tadi diletakkan ke pour plate dan diinkubasikan selama
24 jam dalam suhu 37°C. Diamati adanya zona inhibisi pertumbuhan
Pneumococcus di sekitar keping antibiotika, kemudian diukur diametemya.
Basil: terdapat zona inhibisi di sekitar keping antibiotika yang
mengandung ekstrak sambiloto 10%, 20%, 30%, 40%, 5()o,Io
dengan diameter ratarata pada masing-masing konsentrasi berturut-turut 1.07 em, 1.16em, 1.33em,
1,38em, 1.65em; hasil negatif pada kontroi. Terdapat korelasi positif pada
peningkatan konsentrasi ekstrak dan efeknya terhadap pembesaran diameter zona
inhibisi dengan r = 0.9742..
Kesimpulan: sambiloto memiliki efek antibakteri terhadap Pneumococcus
seeara in vitro.
Saran: eksplorasi yang lebih lanjut perfu dilakukan terhadap penelitian
obat-obatan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Dimasyarakatkan aplikasi
penggunaan tumbuhan obat.
IV
!
ABSTRACT
ANTIBA CTERIAL EFFECT TEST OF Andrographis paniculata
TO Pneumococcus BY In Vitro
Jindi Octora, 2002, 1st Tutor: Diana Krisanti Jasaputra, dr., M Kes
2ndTutor: Philips Onggowidjaja, S.Si, M.Si
Background:a bacterial resistance against antibiotics urges us to find a
new generation antibacterial drugs. Andrographis paniculata has antibacterial
activity but there is still an opinion against this.
Objectives: to test the antibacterial effect of Andrographis paniculata
against Pneumococcus in vitro, and to know the effect ~f the increase of
Andrographis paniculata concentration on the increase ~f inhibition zone
diameter of Pneumococcus growth.
Methods: antibiotic discs were dipped in aquadest (controls), and
Andrographis paniculata extract 10%, 20%, 30%, 40% to 50%. TSA media
containing 24 hour Pneumococcus culture were prepared Antibiotic discs were
placed in the plates and incubated for 16-24 hour at 3f1C. inhibition zone were
measured
Results: there were an inhibition zones of Pneumococcus growth around
the antibiotic discs that contained Andrographis paniculata extract from
concentration 10%, 20%, 30%, 40%, to 50%. The mean ~f inhibition zones were
1.07cm, 1.16cm, 1.33cm, 1.38cm, 1.65 em, with negatif result on control. There
was positive correlation between the increase of Andrographis paniculata extract
concentration and the increase ~f the inhibition zone of Pneumococcus growth,
1'=0.9742.
Conclusions: Andrographis paniculata had antibacterial effect against
Pneumococcus ill vitro.
Recommendations:
fiirther explorations are needed to find herbal
antibiotic drugs; herbal drugs should be socialized
v
DAFTARISI
JUDULDALAM
PERSETUJU AN PEMBIMBING
SURAT PERNY ATAAN
ABSTRAK
ABSlRA CT
KAT A PENGANT AR
DAFT AR ISI
DAFT AR TABEL
DAFT AR LAMPIRAN
DAFT AR GAMBAR
DAFT AR GRAFIK
iii
iv
v
vi
viii
xi
xii
xiii
"
xiv
BABI.PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
........... ....... .. 1
... ...... .......... ......
1.2. Identifikasi Masalah ..
1.3. Maksud dan Tujuan
1 .4. Kegunaan
...
Pene! itian . ... .. . . .
... . . . .
1.4.1. Kegunaan Akademis
1.4.2. Kegunaan Praktis
1.5. Metode Penelitian
1.6. Lokasi dan Waktu
. . .. .. . . ... . . ... . . . .. . . ... ... . .
... .
. . . . . ..3
3
3
...3
3
...
...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Andrographis paniculata
2.1.1. Taksonomi Tumbuhan
2.1.2. Ekologi
2.1.3. Morfologi Tumbuhan
2. I .4.
Kandungan
Zat
Aktif
2
2
4
5
5
5
.. . .. . . . . ... .. .. . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . .. . 6
2.1.5. Khasiat Farmakologis
7
2.2. Streptococcuspneumoniae
(Pneumocococw)
2.2.1. Morfologi Bakteri
...
2.2.1.1. Variasi
2.2.1.2. Struktur Antigen
2.2.1.3. Reaksi Quellung
8
8
8
9
9
2.2.2. Biakan dan Medium TSA
10
2.2.3. Metabolisme Pertumbuhan
...
2.2.4. Patogenesis
2.2.4.1. Tipe Pneumococcus
2.2.4.2. Predisposisi lnfeksi
2.2.4.3. Patologi
...
..10
10
10
11
11
VIII
2.2.5.
2.2.6.
2.2.7.
2.2.8.
Gambaran Klinik Infeksi
Epidemiologi
Tes Diagnostik Laboratorium
Pengobatan
2.2.8.1. Golongan Beta Laktam
2.2.8.2. Kombinasi Antibiotika Dengan Inhibitor
Beta Laktamase
2.2.8.3. Golongan Makrolid Baru
2.2.8.4. Kuinolon
2.2.8.5. Vankomisin
...
16
16
..17
17
2.2.9. Resistensi
2.2.9.1. Mekanisme Terjadinya Resistensi Pada Bakteri
2.2.9.1.1. Antibiotic Inactivating Enzymes
2.2.9.1.2. Penurunan Akses Antibiotika
2.2.9.1.3. Antibiotic-Resistant
Target
2.2.10. Dasar Genetik Resistensi Bakteri
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1. Bahan-Bahan yang Digunakan
3.2. Alat-Alat yang Digunakan
3.3. Tata Kerja
3.3.1. Persiapan Pembuatan Ekstrak
3.3.2. Pembuatan Ekstrak
3.3.3. Peletakkan Keping Antibiotika Ppda Pourplate
BAB. IV BASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi
4.1.2. Diameter Zona Inhibisi Pad a Konsentrasi
4.1.3. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi
4.1.4. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi
4.1.5. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi
4.2. Pembahasan
BAB. V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Ekstrak
Ekstrak
Ekstrak
Ekstrak
Ekstrak
.12
12
13
14
..14
18
18
19
20
20
20
22
.22
.23
23
23
23
10%
20%
30%
400/0
50%
.24
24
24
24
25
25
30
DAN SARAN
31
31
...
DAFTAR PUST AKA
RIW A YAT HIDUP
32
33
IX
DAFTAR TABEL
Tabel4.1. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi Ekstrak 10%
24
Tabel 4.2. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi Ekstrak 20%
24
TabeI4.3. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi Ekstrak 30%
24
TabeI4.4. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi Ekstrak 40%
25
TabeI4.5. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi Ekstrak 50%
25
x
DAFTAR LAMPIRAN
Foto 4.1. ] . Kontrol pada Pourplate
26
Foto 4.1.2. Zona Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak 10%
26
F oto 4. ] .3. Zona Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak 20%
27
Foto 4. ].4. .zona Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak 30%
27
Foto 4.1. 5. .zona Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak 40%
28
Foto 4.1.6. .Zona Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak 50%
28
Xl
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Andrographis paniculata
4
Xll
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Korelasi Peningkatan Ekstrak Sambiloto-Pembesaran Diameter Zona
lnhibisi
29
xiii
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Masalah
Setelah adanya krisis
multidimensi
yang berkepanjangan,
Indonesia
memiliki berbagai masalah kesehatan yang merebak pesat. Tingkat sosial dan
ekonomi yang rendah menyebabkan semakin banyak masyarakat yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi standar dan higiene tempat hidupnya. Hal ini
sangat riskan menimbulkan wabah penyakit, khususnya penyakit infeksi bakteri
yang berpotensi meningkatkan mortalitas.
Bakteri memiliki peran yang dominan dalam etiologi infeksi penyebab
penyakit pada manUSla. Di dunia kedokteran, telah lazim digunakan beragam
antibiotika untuk pengobatan penyakit infeksi, tetapi kemudian muncul masalah
resistensi bakteri karena penggunaan antibiotika yang tidak rasional. Pneumococcus
adalah salah satu contoh bakteri yang
resisten terhadap antibiotika penisilin.
Bakteri ini banyak menimbulkan masalah infeksi nosokomial, ia menyebabkan
penyakit
pneumoma
yang tidak jarang
menyebabkan
kematian
terhadap
penderitanya.
Saat ini dunia kedokteran telah maJu sangat pesat. Pengelolaan untuk
menyembuhkan penyakit yang disebabkan bakteri tersebut mengutamakan efisiensi
dan akurasi penggunaan antibiotika sehingga insidensi terjadinya resistensi bakteri
dapat diredam seminimal mungkin. Variasi pemberian antibiotika mengambil peran
yang esensial dalam meminimalkan timbulnya insidensi resistensi bakteri. Hal ini
berarti dibutuhkan lebih banyak alternatif obat antibiotika sehingga kombinasi
pemberian antibiotika dapat lebih variatif
Karena itu diperlukan lebih banyak
antibiotika-antibiotika generasi baru yang juga dapat diharapkan sebagai substitutor
antibiotika rezim lama yang spektrumnya telah berkurang sebagai adanya daya
resistensi bakteri tersebut.
-----
2
Upaya penemuan antibiotika generasi barn tengah marak dilakukan, salah
satu sumbernya adalah dari tumbuhan. Tumbuhan obat yang terkenal di Indonesia
bahkan di seluruh dunia hingga kini adalah Andrographis paniculata (sambiloto),
King of Bitter ini sudah sejak berabad-abad lalu diketahui memiliki berbagai
macam efek penyembuhan yang menguntungkan manusia.
Tingginya tingkat penggunaan sambiloto sebagai obat tradisional pada
pengobatan
berbagai penyakit infeksi (termasuk salah satunya infeksi karena
Pneumococcus) memunculkan asumsi bahwa sambiloto berkhasiat antibakteri pada
Pneumococcus, walaupun demikian masih ada pendapat Jain yang mengklaim
bahwa sambiloto ternyata tidak memiliki efek antibakteri sehingga hal tersebut
sebenarnya merupakan suatu fenomenal yang sangat menarik untuk diuji.
(Setiawan; 2002), (http://www.altcancer.com/andcan.htm; 2002)
1.2. Identifikasi Masalah
Apakah Andrographis paniculata (sambiJoto) memiJiki efek antibakteri
terhadap Pneumococcus secara in vitro?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adaJah ingin menguji efek antibakteri Andrographis
paniculata (sambiloto) pada Pneumococcus secara in vitro. Tujuan penelitian
adaJah mengetahui efek peningkatan konsentrasi ekstrak terhadap diameter zona
inhibisi pertumbuhan Pneumococcus di sekitar keping antibiotik yang mengandung
ekstrak sambiloto.
3
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Akademis
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
referensi khasiat sambiloto sebagai tumbuhan obat, dan diharapkan dapat berguna
untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan lebih luas lagi di klinik
pengobatan tradisional maupun modem.
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat laboratorium eksperimental prospektif, menggunakan
statistik deskriptif
1.6. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Parmakologi
Mikrobiologi
dan Laboratorium
Pakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha pada bulan
Pebruari sampai dengan Juni 2002.
31
BABV
KESIMPULAN
5.1.
DAN SARAN
Kesimpulan
Andrographis paniculata (sambiloto) memiliki efek antibakteri terhadap
Pneumococcus secara in vitro. Terdapat korelasi linear antara peningkatan
konsentrasi ekstrak sambiloto dan diameter zona inhibisi.
5.2. Saran
Hendaknya dilakukan eksplorasi yang lebih lanjut terhadap penelitian obatobatan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan, dan aplikasi penggunaan tumbuhan
obat dapat dilakukan secara lebih luas.
32
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, E., J.L. Melnick, and E.A. Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.
Edisi 20,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 228-231
Dep Kes Rl
1979. Materia Medika Indonesia. Edisi 3. Jakarta; 20-25
Tang, W., G. Eisenbrand. 1992. Chinnesse Drugs Of Plant Origin. SpringerVerlag; 97-101
de Padua, L.S, N. Bunyapraphatsara, dan RH.M.J. Lemenens. 1999. Prosea:
Plant Resources Of South-East Asia IR Edisi 12. Bogor: Prosea Foundation
.
Bogar Indonesia; 119-123
Abigail, A., Salyers, and D.D. Whitt. 1994. Bacterial Pathogenesis : A
Molecular Approach. Washington, D.C. : ASM Press; 324-329
Cissy, B., K.. 1996. Masalah Bakteri Resisten Pada Pneumonia. Simposium
Nasional Penggunaan Antimikroba Dalam Bidang Respirologi 1997.
Bandung: Dep Kes RI; VII.2.] -VII.2.4
Melinda,D., N. 1996. Penggunaan Antibiotika Mutakhir Untuk Pneumonia Pada
Anak. Simposium Nasional Penggunaan Antimikroba Dalam Bidang
Respirologi 1997" Bandung: Dep Kes RI; VII.3.1-VII.3.9
Setiawan, D.. 2002. Sambiloto
2002. Edisi 386; 49
http://www.alteaneer.eom!andean.htm
: Khasiatnya
Sudah Dil4i Klinis. Trubus Januari
un EFEK ANTIBAKTERI Andrographis paniculata (SAMBILOTO)
TERHADAP Pneumococcus In Vitro
Jindi Oetora, 2002; Pembimbing I : Diana Krisanti Jasaputra, dr., M Kes
Pembimbing II: Philips Onggowidjaja, S.Si., M.Si.
Latar belakang: resistensi bakteri terhadap antibiotika menuntut
diperJukannya obat antibakteri generasi baru. Andrographis paniculata
(sambiloto) merupakan tumbuhan yang memiliki khasiat antibakteri, namun
masih ada pen~apat lain yang menyangkal efek antibakteri tersebut.
Tujuan:
untuk menguji efek antibakteri
sambiloto terhadap
Pneumococcus dan untuk mengetahui adanya efek peningkatan konsentrasi
ekstrak terhadap diameter zona inhibisi pertumbuhan Pneumococcus.
Metode: 3 keping antibiotika masing-masing dieelupkan ke dalam kontrol
(akuades) dan konsentrasi ekstrak sambiloto dari 10%,20%, 30%,40% dan 50%.
Pourplate yang mengandung medium TSA diberikan biakan Pneumococcus 24
jam. Kemudian 3 keping tadi diletakkan ke pour plate dan diinkubasikan selama
24 jam dalam suhu 37°C. Diamati adanya zona inhibisi pertumbuhan
Pneumococcus di sekitar keping antibiotika, kemudian diukur diametemya.
Basil: terdapat zona inhibisi di sekitar keping antibiotika yang
mengandung ekstrak sambiloto 10%, 20%, 30%, 40%, 5()o,Io
dengan diameter ratarata pada masing-masing konsentrasi berturut-turut 1.07 em, 1.16em, 1.33em,
1,38em, 1.65em; hasil negatif pada kontroi. Terdapat korelasi positif pada
peningkatan konsentrasi ekstrak dan efeknya terhadap pembesaran diameter zona
inhibisi dengan r = 0.9742..
Kesimpulan: sambiloto memiliki efek antibakteri terhadap Pneumococcus
seeara in vitro.
Saran: eksplorasi yang lebih lanjut perfu dilakukan terhadap penelitian
obat-obatan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Dimasyarakatkan aplikasi
penggunaan tumbuhan obat.
IV
!
ABSTRACT
ANTIBA CTERIAL EFFECT TEST OF Andrographis paniculata
TO Pneumococcus BY In Vitro
Jindi Octora, 2002, 1st Tutor: Diana Krisanti Jasaputra, dr., M Kes
2ndTutor: Philips Onggowidjaja, S.Si, M.Si
Background:a bacterial resistance against antibiotics urges us to find a
new generation antibacterial drugs. Andrographis paniculata has antibacterial
activity but there is still an opinion against this.
Objectives: to test the antibacterial effect of Andrographis paniculata
against Pneumococcus in vitro, and to know the effect ~f the increase of
Andrographis paniculata concentration on the increase ~f inhibition zone
diameter of Pneumococcus growth.
Methods: antibiotic discs were dipped in aquadest (controls), and
Andrographis paniculata extract 10%, 20%, 30%, 40% to 50%. TSA media
containing 24 hour Pneumococcus culture were prepared Antibiotic discs were
placed in the plates and incubated for 16-24 hour at 3f1C. inhibition zone were
measured
Results: there were an inhibition zones of Pneumococcus growth around
the antibiotic discs that contained Andrographis paniculata extract from
concentration 10%, 20%, 30%, 40%, to 50%. The mean ~f inhibition zones were
1.07cm, 1.16cm, 1.33cm, 1.38cm, 1.65 em, with negatif result on control. There
was positive correlation between the increase of Andrographis paniculata extract
concentration and the increase ~f the inhibition zone of Pneumococcus growth,
1'=0.9742.
Conclusions: Andrographis paniculata had antibacterial effect against
Pneumococcus ill vitro.
Recommendations:
fiirther explorations are needed to find herbal
antibiotic drugs; herbal drugs should be socialized
v
DAFTARISI
JUDULDALAM
PERSETUJU AN PEMBIMBING
SURAT PERNY ATAAN
ABSTRAK
ABSlRA CT
KAT A PENGANT AR
DAFT AR ISI
DAFT AR TABEL
DAFT AR LAMPIRAN
DAFT AR GAMBAR
DAFT AR GRAFIK
iii
iv
v
vi
viii
xi
xii
xiii
"
xiv
BABI.PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
........... ....... .. 1
... ...... .......... ......
1.2. Identifikasi Masalah ..
1.3. Maksud dan Tujuan
1 .4. Kegunaan
...
Pene! itian . ... .. . . .
... . . . .
1.4.1. Kegunaan Akademis
1.4.2. Kegunaan Praktis
1.5. Metode Penelitian
1.6. Lokasi dan Waktu
. . .. .. . . ... . . ... . . . .. . . ... ... . .
... .
. . . . . ..3
3
3
...3
3
...
...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Andrographis paniculata
2.1.1. Taksonomi Tumbuhan
2.1.2. Ekologi
2.1.3. Morfologi Tumbuhan
2. I .4.
Kandungan
Zat
Aktif
2
2
4
5
5
5
.. . .. . . . . ... .. .. . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . .. . 6
2.1.5. Khasiat Farmakologis
7
2.2. Streptococcuspneumoniae
(Pneumocococw)
2.2.1. Morfologi Bakteri
...
2.2.1.1. Variasi
2.2.1.2. Struktur Antigen
2.2.1.3. Reaksi Quellung
8
8
8
9
9
2.2.2. Biakan dan Medium TSA
10
2.2.3. Metabolisme Pertumbuhan
...
2.2.4. Patogenesis
2.2.4.1. Tipe Pneumococcus
2.2.4.2. Predisposisi lnfeksi
2.2.4.3. Patologi
...
..10
10
10
11
11
VIII
2.2.5.
2.2.6.
2.2.7.
2.2.8.
Gambaran Klinik Infeksi
Epidemiologi
Tes Diagnostik Laboratorium
Pengobatan
2.2.8.1. Golongan Beta Laktam
2.2.8.2. Kombinasi Antibiotika Dengan Inhibitor
Beta Laktamase
2.2.8.3. Golongan Makrolid Baru
2.2.8.4. Kuinolon
2.2.8.5. Vankomisin
...
16
16
..17
17
2.2.9. Resistensi
2.2.9.1. Mekanisme Terjadinya Resistensi Pada Bakteri
2.2.9.1.1. Antibiotic Inactivating Enzymes
2.2.9.1.2. Penurunan Akses Antibiotika
2.2.9.1.3. Antibiotic-Resistant
Target
2.2.10. Dasar Genetik Resistensi Bakteri
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1. Bahan-Bahan yang Digunakan
3.2. Alat-Alat yang Digunakan
3.3. Tata Kerja
3.3.1. Persiapan Pembuatan Ekstrak
3.3.2. Pembuatan Ekstrak
3.3.3. Peletakkan Keping Antibiotika Ppda Pourplate
BAB. IV BASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi
4.1.2. Diameter Zona Inhibisi Pad a Konsentrasi
4.1.3. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi
4.1.4. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi
4.1.5. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi
4.2. Pembahasan
BAB. V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Ekstrak
Ekstrak
Ekstrak
Ekstrak
Ekstrak
.12
12
13
14
..14
18
18
19
20
20
20
22
.22
.23
23
23
23
10%
20%
30%
400/0
50%
.24
24
24
24
25
25
30
DAN SARAN
31
31
...
DAFTAR PUST AKA
RIW A YAT HIDUP
32
33
IX
DAFTAR TABEL
Tabel4.1. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi Ekstrak 10%
24
Tabel 4.2. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi Ekstrak 20%
24
TabeI4.3. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi Ekstrak 30%
24
TabeI4.4. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi Ekstrak 40%
25
TabeI4.5. Diameter Zona Inhibisi Pada Konsentrasi Ekstrak 50%
25
x
DAFTAR LAMPIRAN
Foto 4.1. ] . Kontrol pada Pourplate
26
Foto 4.1.2. Zona Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak 10%
26
F oto 4. ] .3. Zona Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak 20%
27
Foto 4. ].4. .zona Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak 30%
27
Foto 4.1. 5. .zona Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak 40%
28
Foto 4.1.6. .Zona Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak 50%
28
Xl
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Andrographis paniculata
4
Xll
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Korelasi Peningkatan Ekstrak Sambiloto-Pembesaran Diameter Zona
lnhibisi
29
xiii
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Masalah
Setelah adanya krisis
multidimensi
yang berkepanjangan,
Indonesia
memiliki berbagai masalah kesehatan yang merebak pesat. Tingkat sosial dan
ekonomi yang rendah menyebabkan semakin banyak masyarakat yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi standar dan higiene tempat hidupnya. Hal ini
sangat riskan menimbulkan wabah penyakit, khususnya penyakit infeksi bakteri
yang berpotensi meningkatkan mortalitas.
Bakteri memiliki peran yang dominan dalam etiologi infeksi penyebab
penyakit pada manUSla. Di dunia kedokteran, telah lazim digunakan beragam
antibiotika untuk pengobatan penyakit infeksi, tetapi kemudian muncul masalah
resistensi bakteri karena penggunaan antibiotika yang tidak rasional. Pneumococcus
adalah salah satu contoh bakteri yang
resisten terhadap antibiotika penisilin.
Bakteri ini banyak menimbulkan masalah infeksi nosokomial, ia menyebabkan
penyakit
pneumoma
yang tidak jarang
menyebabkan
kematian
terhadap
penderitanya.
Saat ini dunia kedokteran telah maJu sangat pesat. Pengelolaan untuk
menyembuhkan penyakit yang disebabkan bakteri tersebut mengutamakan efisiensi
dan akurasi penggunaan antibiotika sehingga insidensi terjadinya resistensi bakteri
dapat diredam seminimal mungkin. Variasi pemberian antibiotika mengambil peran
yang esensial dalam meminimalkan timbulnya insidensi resistensi bakteri. Hal ini
berarti dibutuhkan lebih banyak alternatif obat antibiotika sehingga kombinasi
pemberian antibiotika dapat lebih variatif
Karena itu diperlukan lebih banyak
antibiotika-antibiotika generasi baru yang juga dapat diharapkan sebagai substitutor
antibiotika rezim lama yang spektrumnya telah berkurang sebagai adanya daya
resistensi bakteri tersebut.
-----
2
Upaya penemuan antibiotika generasi barn tengah marak dilakukan, salah
satu sumbernya adalah dari tumbuhan. Tumbuhan obat yang terkenal di Indonesia
bahkan di seluruh dunia hingga kini adalah Andrographis paniculata (sambiloto),
King of Bitter ini sudah sejak berabad-abad lalu diketahui memiliki berbagai
macam efek penyembuhan yang menguntungkan manusia.
Tingginya tingkat penggunaan sambiloto sebagai obat tradisional pada
pengobatan
berbagai penyakit infeksi (termasuk salah satunya infeksi karena
Pneumococcus) memunculkan asumsi bahwa sambiloto berkhasiat antibakteri pada
Pneumococcus, walaupun demikian masih ada pendapat Jain yang mengklaim
bahwa sambiloto ternyata tidak memiliki efek antibakteri sehingga hal tersebut
sebenarnya merupakan suatu fenomenal yang sangat menarik untuk diuji.
(Setiawan; 2002), (http://www.altcancer.com/andcan.htm; 2002)
1.2. Identifikasi Masalah
Apakah Andrographis paniculata (sambiJoto) memiJiki efek antibakteri
terhadap Pneumococcus secara in vitro?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adaJah ingin menguji efek antibakteri Andrographis
paniculata (sambiloto) pada Pneumococcus secara in vitro. Tujuan penelitian
adaJah mengetahui efek peningkatan konsentrasi ekstrak terhadap diameter zona
inhibisi pertumbuhan Pneumococcus di sekitar keping antibiotik yang mengandung
ekstrak sambiloto.
3
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Akademis
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
referensi khasiat sambiloto sebagai tumbuhan obat, dan diharapkan dapat berguna
untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan lebih luas lagi di klinik
pengobatan tradisional maupun modem.
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat laboratorium eksperimental prospektif, menggunakan
statistik deskriptif
1.6. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Parmakologi
Mikrobiologi
dan Laboratorium
Pakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha pada bulan
Pebruari sampai dengan Juni 2002.
31
BABV
KESIMPULAN
5.1.
DAN SARAN
Kesimpulan
Andrographis paniculata (sambiloto) memiliki efek antibakteri terhadap
Pneumococcus secara in vitro. Terdapat korelasi linear antara peningkatan
konsentrasi ekstrak sambiloto dan diameter zona inhibisi.
5.2. Saran
Hendaknya dilakukan eksplorasi yang lebih lanjut terhadap penelitian obatobatan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan, dan aplikasi penggunaan tumbuhan
obat dapat dilakukan secara lebih luas.
32
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, E., J.L. Melnick, and E.A. Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.
Edisi 20,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 228-231
Dep Kes Rl
1979. Materia Medika Indonesia. Edisi 3. Jakarta; 20-25
Tang, W., G. Eisenbrand. 1992. Chinnesse Drugs Of Plant Origin. SpringerVerlag; 97-101
de Padua, L.S, N. Bunyapraphatsara, dan RH.M.J. Lemenens. 1999. Prosea:
Plant Resources Of South-East Asia IR Edisi 12. Bogor: Prosea Foundation
.
Bogar Indonesia; 119-123
Abigail, A., Salyers, and D.D. Whitt. 1994. Bacterial Pathogenesis : A
Molecular Approach. Washington, D.C. : ASM Press; 324-329
Cissy, B., K.. 1996. Masalah Bakteri Resisten Pada Pneumonia. Simposium
Nasional Penggunaan Antimikroba Dalam Bidang Respirologi 1997.
Bandung: Dep Kes RI; VII.2.] -VII.2.4
Melinda,D., N. 1996. Penggunaan Antibiotika Mutakhir Untuk Pneumonia Pada
Anak. Simposium Nasional Penggunaan Antimikroba Dalam Bidang
Respirologi 1997" Bandung: Dep Kes RI; VII.3.1-VII.3.9
Setiawan, D.. 2002. Sambiloto
2002. Edisi 386; 49
http://www.alteaneer.eom!andean.htm
: Khasiatnya
Sudah Dil4i Klinis. Trubus Januari