Perancangan Interior Rehabilitasi Narkoba Berbasis Ajaran Kristen.

(1)

ABSTRAK

Dalam penulisan makalah perancangan desain ini, penulis membahas mengenai perancangan desain sebuah rehabilitas narkoba yang berbasis ajaran Kristen beserta fasilitas penunjang yang mampu mendukung program pemulihannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang kebutuhan fasilitas yang memadai dalam sebuah rehabilitasi narkoba untuk membantu para pecandu agar terlepas dari keterikatan narkoba sehingga siapapun termasuk pembaca yang ingin mengetahui, mempelajari atau menambah ilmu mengenai seluk beluk pecandu narkoba dapat menggunakan kajian penelitian ini sebagai bahan studi.

Berdasarkan tujuan perancangan, konsep yang digunakan berawal dari tuntutan pemenuhan kebutuhan dalam proses pemulihannya yakni mengacu pada ajaran kristen yaitu mengajarkan tentang kasih dan disiplin, maka konsep perancangannya adalah “Kehangatan“ yang didasari oleh kebutuhan dan latar belakang dari pecandu narkoba sebelum terjerumus ke dalam jerat narkotika tersebut. Penggunaan konsep ini berpengaruh pada elemen-elemen desain, yaitu penggunaan bentuk, warna dan material dalam komponen ruang (lantai, dinding dan plafon).

Penyediaan fasilitas yang dirancang, meliputi ruang isolasi, ruang medis, ruang perpustakaan, gereja Kristen dan sarana olahraga yang mendukung aktivitas pemulihannya yang ditujukan untuk para residence (pecandu narkoba) dengan metode program pemulihan yang digunakan adalah metode 12 langkah yang diterapkan ke dalam desain berupa ruang relax/santai, ruang konseling, sanctuary, ruang makan dan dapur, ruang tidur, kamar mandi, toilet dan fasilitas lain seperti terdapatnya receptionist dan kantor.

Suasana yang ingin ditampilkan adalah suasana yang hangat, akrab dan berkumpul. Konsep desain diaplikasikan pada tiap zona baik publik maupun private.


(2)

ABSTRACT

In writing this paper,the author explains about a drugs rehabilitation center based on christian values,and tries to offer such facilities to support the recovery programmed of it. The purpose of its research is to find the proper facilities in a rehabilitation center to support the recovery over the drug addicts issues. Which is at the same time all the readers who are interested in getting more knowledge of it can get this paper as one of their reference.

Based on the purpose of its designing which is related to the needs of the drug addicts of being recovered by using the christian based values on love and discipline,it has led its designing into a 'warmth and welcomed' focus,as the very basic needs of the people before they got into the drug addiction issue. The using of this concept surely leads to the application into shapes,colors,materials in the space components such as floor,walls,and the ceiling.

The facilities designing included: isolation room, medical room, library, sanctuary, also a work out facilities to help out the drug addicts in the recovery process. And the used method in the recovery programmed summed up into 12 steps,which applies into such designs as: relaxing room,counseling room,kitchen, bedroom,bathroom,toilet,and other facilities such as receptionist spot and office.

The atmosphere which is tried to be presented in its designing is a warmth and welcomed,also a communal sense of concept. Its concept will be applied in both public and private zones.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN iii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN iv

BIODATA PENULIS v

KATA PENGANTAR vi

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR TABEL xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Ide Gagasan 7

1.3 Identifikasi Masalah Perancangan 9

1.4 Tujuan Perancangan 9

1.5 Sistematika Penulisan 9

BAB II LANDASAN TEORI 11

2.1 Tinjauan Teori 11

2.1.1 Narkotika dan obat-obat terlarang 11

2.1.1.1Deskripsi Narkotika 11

2.1.2 Pecandu Narkotika 13

2.1.3 Rehabilitasi Narkoba 15

2.1.4 Tahapan Pemulihan Narkoba 16


(4)

2.1.5 Proses Terapi 21

2.1.6 Pandangan Agama Mengenai Narkoba 21

2.1.6.1Pandangan Agama Kristen 22

2.1.7 Elemen Desain Sebagai Pembentuk Ruang 25

2.2 Tinjauan Lapangan 31

2.2.1 Yayasan Rumah Cemara 31

2.2.2 Victory Outreach 34

2.2.3 Yayasan Sekar Mawar 35

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI 37

3.1 Rehabilitasi Narkoba Berbasis Keagamaan 37

3.1.1 Peranan Ajaran Kristiani 38

3.1.2 Struktur Organisasi Rehabilitasi Narkoba 41

3.2 Jadwal Kegiatan Harian 42

3.3 Perencanaan Fasilitas 43

3.3.1 Program Ruang 43

3.3.1.1 Entrance 44

3.3.1.2 Receptionist (office) 44

3.3.1.3 Ruang Medis (Dokter) 44

3.3.1.4 Ruang Konseling 44

3.3.1.5 Sanctuary 44

3.3.1.6 Ruang makan & Dapur 45

3.3.1.7 Ruang Tidur 45

3.3.1.8 Tolet dan Kamar Mandi 45

3.3.1.9 Perpustakaan 45

3.3.1.10 Gereja 45

3.3.1.11 Sarana Olahraga 45

3.3.2 Penerapan Program Pemulihan dalam Desain 46

3.4 Analisis dan Implementasi Konsep 47

3.5 Acuan Site Analisis 49


(5)

3.5.2 Analisis Lokasi 50

3.6 Foto Lokasi Elshaday 52

3.7 Buble Diagram 53

3.7.1 Buble Diagram Rehabilitasi Pria 54

3.7.2 Buble Diagram Rehabilitasi Wanita 55

3.8 Metrix (Hubungan antar Ruang) 56

3.9 Zoning Blocking 57

3.10 Programming 59

3.11 Study Image 61

BAB IV PERANCANGAN INTERIOR REHABILITASI NARKOBA 63

4.1 Konsep Desain 63

4.1.1 Konsep Ruang 64

4.1.2 Konsep Warna 64

4.1.3 Konsep Material 65

4.1.4 Konsep Bentuk 65

4.1.5 Konsep Furnitur 65

4.1.6 Konsep Sirkulasi 66

4.1.7 Konsep Pencahayaan 66

4.1.8 Konsep Penghawaan 67

4.1.9 Konsep Akustik 67

4.1.10 Konsep Keamanan 67

4.2 Perancangan Layout 68

BAB V KESIMPULAN 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

BAB II LANDASAN TEORI

Tabel 2.1.7.1 Bentuk respon psikologis 27

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI

Tabel 3.1.2.1 Struktur Organisasi 41

Tabel 3.2.1 Jadwal Kegiatan 43

Tabel 3.3.2.1 Penerapan 12 langkah 46

Tabel 3.10.1 Programming 59

Tabel 3.10.2 Programming 60

BAB 1V PERANCANGAN INTERIOR REHABILITASI NARKOBA


(7)

DAFTAR GAMBAR

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.1.6.1.1 Pandangan Alkitabiah mengenai Gereja 23

Gambar 2.2.1.1 Ruang Staf & Kantor 32

Gambar 2.2.1.2 Ruang Beribadah & Seminar Keagamaan 32

Gambar 2.2.1.3 Ruang Santai 32

Gambar 2.2.1.4 Ruang Nonton TV 32

Gambar 2.2.1.5 Ruang Tidur fase 1 33

Gambar 2.2.1.6 Ruang Tidur fase 2 33

Gambar 2.2.1.7 Ruang Makan 33

Gambar 2.2.1.8 Dapur 33

Gambar 2.2.1.9 Area Gudang 33

Gambar 2.2.2.10 Ruang Tamu 34

Gambar 2.2.2.11 Kantor 34

Gambar 2.2.2.12 Sanctuary & Ruang Berdoa 34

Gambar 2.2.2.13 Ruang Makan 35

Gambar 2.2.2.14 Ruang Tidur pria 35

Gambar 2.2.3.15 Yayasan Sekar Mawar 35

Gambar 2.2.3.16 Yayasan Sekar Mawar 36

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI


(8)

Gambar 3.5.1.2 Zoning Site plan 49

Gambar 3.5.1.3 Site plan 50

Gambar 3.5.2.1 Foto lokasi 50

Gambar 3.5.2.2 Foto lokasi 51

Gambar 3.5.2.3 Foto lokasi 51

Gambar 3.5.2.4 Foto lokasi 51

Gambar 3.5.2.5 Foto lokasi 51

Gambar 3.6.1 Kapel 52

Gambar 3.6.2 Gazebo 52

Gambar 3.6.3 Aula 52

Gambar 3.6.4 Aula 52

Gambar 3.6.5 Bangunan segi 8 52

Gambar 3.6.6 Kolam Baptisan 52

Gambar 3.6.7 Wisma Haleluya 53

Gambar 3.6.8 Wisma Hosanna 53

Gambar 3.7.1 Buble Diagram Keseluruhan 53

Gambar 3.7.1.1 Buble Diagram Rehabilitasi Pria 54

Gambar 3.7.2.1 Buble Diagram Rehabilitasi Wanita 55

Gambar 3.8.1 Matrix umum 56

Gambar 3.8.2 Matrix khusus 56

Gambar 3.11.1 Study image 61

Gambar 3.11.2 Study image 61

Gambar 3.11.3 Study image 61


(9)

Gambar 3.11.5 Study image 62

Gambar 3.11.6 Study image 62

BAB 1V PERANCANGAN INTERIOR REHABILITASI NARKOBA

Gambar 4.1.2.1 Contoh warna-warna yang digunakan 64

Gambar 4.1.3.1 Contoh material-material yang digunakan 65

Gambar 4.1.5.1 Furnitur – furniture 66

Gambar 4.2.1 Site Plan 68

Gambar 4.2.2 Denah Khusus Rehabilitasi pria Lt.1 69

Gambar 4.2.3 Denah Khusus Pola Lantai Rehabilitasi pria Lt.1 70

Gambar 4.2.4 Denah Khusus Rehabilitasi Pria Lt.dasar 71

Gambar 4.2.5 Denah Khusus Pola Lantai Rehabilitasi Pria Lt.dasar 72

Gambar 4.2.6 Denah Khusus Rehabilitasi Wanita Lt. 1 dan Lt.dasar 73

Gambar 4.2.7 Denah Khusus Pola Lantai Rehabilitasi Wanita Lt. 1 dan Lt.dasar 74

Gambar 4.2.8 Denah Khusus dan Pola Lantai Receptionist dan Kantor 75

Gambar 4.2.9 Denah Ceiling Khusus Rehabilitasi Pria Lt.1 76

Gambar 4.2.10 Denah Ceiling Khusus Rehabilitasi Pria Lt.Dasar 76

Gambar 4.2.11 Denah Ceiling Khusus Rehabilitasi Wanita Lt.1 dan Lt.Dasar 77

Gambar 4.2.12 Denah Ceiling Khusus Receptionist dan Kantor 78

Gambar 4.2.13 Potongan Khusus A-A’ 79

Gambar 4.2.14 Potongan Khusus B-B’ 79

Gambar 4.2.15 Potongan Khusus C-C’ 80

Gambar 4.2.16 Potongan Khusus D-D’ 80


(10)

Gambar 4.2.18 Potongan Khusus F-F’ 81

Gambar 4.2.19 Detail Interior 1 Ceiling 82

Gambar 4.2.20 Detail Interior 2 Wall Treatment 83


(11)

BIODATA PENULIS

DATA DIRI

Nama : Shiany Anggrek

Tempat / Tanggal Lahir : Kupang, 9 September 1988

Alamat : Surya Sumantri no.91, Bandung

Agama : Kristen

RIWAYAT PENDIDIKAN

1992 – 1994 : TK. Maria Goretti, Kupang 1994 – 2000 : SDK Don Bosco IV, Kupang 2000 – 2003 : SMPK Frater, Kupang 2003 – 2006 : SMAK Giovanni, Kupang

2006 – 2010 : Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Fakultas Seni Rupa & Desain


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba bukan hanya terjadi di kalangan remaja, baik di lingkungan sekolah maupun kampus. Peredaran gelap narkoba juga kerap terjadi di lingkungan anak-anak jalanan. Selama ini narkoba banyak dipergunakan oleh mereka yang kebetulan berprofesi sebagai pengamen di bus-bus atau jalanan. Kedekatan narkoba dengan anak-anak tersebut sudah menjadi satu komponen yang sepertinya tidak bisa dipisahkan. Keadaan seperti ini kerap ditemukan di jalan-jalan, mengingat pribadi mereka selama ini tidak ada yang menopang kehidupannya.

Ada empat tahap atau proses menuju ketergantungan obat1 :  Pertama, tahap coba-coba (experimentation)

 Kedua, tahap sosial atau rekreasional  Ketiga, pemakaian secara teratur (abuse) Keempat, tahap ketergantungan (dependance)


(13)

2 Terdapat tiga faktor yang menyebabkan seseorang menyalahgunakan zat, yakni2:  Faktor predisposisi, yakni terjadi pada seseorang dengan kepribadian antisosial

(individual). Hal tersebut ditandai dengan perasaan tidak puas dengan dampak perilakunya terhadap orang lain. Yang bersangkutan tidak mampu bertingkah laku secara wajar dan efektif di rumah, di sekolah atau di tempat kerja dan dipergaulan sosialnya.

Faktor Kontribusi, yakni kondisi keluarga yang tidak baik merupakan salah satu faktor penyebab keluarga yang tidak utuh, seperti salah seorang dari orang tua meninggal, orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga waktu yang diluangkan untuk keluarga atau anak berkurang.

 Faktor Pencetus, yaitu pengaruh teman komunitas yang mula-mula memperkenalkan zat kepada calon pengguna zat berupa bujukan, jebakan, desakan bahkan tekanan.

Menurut Barlow dan Duran, faktor penyebab utama dari ketergantungan obat disebabkan oleh faktor biologis dan psikologis, di samping faktor sosial budaya3. a. Teori Genetik

Penelitian yang dilakukan terhadap kalangan anak kembar, anak adopsi, dan kakak beradik yang dibesarkan secara terpisah memperlihatkan adanya unsur genetik dalam perkembangan penyalahgunaan alkohol. Adapun penelitian mengenai anak kembar yang dilahirkan, satu dirawat keluarga A yang bukan pecandu alkohol dan satu di keluarga B yang merupakan pecandu alkohol. Ternyata studi menunjukkan anak-anak yang kembar ini meski dibesarkan di keluarga bukan pecandu alkohol namun anak tersebut tetap menjadi pecandu alkohol (alkoholik). b. Faktor Psikologis

Banyak orang yang menggunakan obat terlarang hanya karena ingin menghindari tekanan, rasa sakit atau kesedihan yang menimpa mereka. Mereka menggunakannya sebagai „self-medication‟.

Ada yang mengatakan bahwa mereka yang menggunakan obat terlarang ini merupakan penjelmaan dari gangguan kepribadian terutama kepribadian anti sosial

2

Ditulis oleh Pdt. Julianto Simanjuntakhttp://hi-in.facebook.com/topic.php?uid=45925939595&topic=9658

3


(14)

3 (berkelakuan tidak baik dan cenderung menyimpang). Mereka umumnya tidak mampu untuk menyelesaikan berbagai masalah dan belajar dari pengalaman.

Mereka yang mudah kecewa, pembosan dan lebih mengutamakan kepuasan sesaat tanpa memikirkan akibatnya dikemudian hari merupakan pribadi atau individu yang beresiko tinggi terhadap ketergantungan obat.

Faktor-faktor psikologis yang biasanya melatarbelakangi penggunaan obat dan alkohol adalah gangguan psikologis seperti: kecemasan, gangguan belajar, gangguan makan, psikosi, korban penganiayaan fisik, seksual, dan emosional, seperti mereka yang berupaya untuk pernah bunuh diri, menyendiri, mudah marah dan emosi yang labil. Remaja memerlukan untuk menjadi berbeda dari dirinya dan merasa perlu untuk dipahami, mereka tidak mau stagnasi, tidak ingin terlibat emosi dengan teman, ingin lebih kreatif dan memerlukan sesuatu hal yang baru.

c. Faktor Sosial

Hal ini terdapat pada penemuan Chassin dan kawan-kawan (1993), membuktikan anak-anak yang kurang mendapat pengawasan orangtua menjadi kontribusi utama bagi anak yang tergantung dengan obat terlarang. Di samping itu dapat dijumpai pada kalangan remaja yang berasal dari keluarga yang keadaan sosio ekonomi rendah/kurang berprestasi dalam hal pembelajaran, memiliki masalah dengan pihak yang berwajib (terlibat dalam “gang”).

d. Faktor Keluarga

Situasi keluarga yang dapat menjadi faktor pendorong seseorang terlibat narkoba adalah keluarga yang :

 orangtuanya kurang punya otoritas  pengaruh ibu lebih besar dari ayah  terdapat kurangnya komunikasi  orangtua tidak menjadi contoh/figur

 orangtua terlalu menuntut atau melindungi anak  absennya orangtua

 ibu yang terlalu pasif

 orangtua yang bersikap terlalu keras  dan lain sebagainya.


(15)

4 Salah satu penelitian juga menunjukkan di kalangan masyarakat menengah ke atas, terdapat kecenderungan memberikan materi atau uang sebagai pengganti kasih sayang orang tua terhadap anak daripada kehadiran atau waktu yang diluangkan bagi si anak.

Hubungan anak yang miskin dengan orangtuanya tersebut mereka substitusikan kedalam pergaulan dengan teman sebaya yang terhimpun dalam suatu komunitas. Dalam lingkungan teman sebaya inilah mereka mulai berkenalan dengan zat atau obat terlarang.

Selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, narkobapun berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, keluarga, masyarakat bahkan negara. Upaya pencegahan dan pengendalian peredaran narkoba telah dilakukan, baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Norma sosial yang berlaku di sebagian masyarakat untuk menghindari narkoba, juga ajaran-ajaran agama yang melarang umatnya menggunakan zat-zat yang memabukkan, telah cukup jelas diketahui banyak orang. Namun pada kenyataannya penyalahgunaan narkoba tetap berlangsung dari waktu ke waktu dengan kasus yang terus meningkat.

Dalam data tahun 2001 - 2006 tercatat jumlah kasus narkoba meningkat dari 3.617 kasus pada tahun 2001 menjadi 17.355 kasus pada tahun 2006, dengan kenaikan rata·rata kasus sebesar 42,4% per tahun. Dari kasus - kasus tersebut, tercatat bahwa jumlah tersangka meningkat dari 4.924 orang pada tahun 2001 menjadi 31.635 orang pada tahun 2006 atau meningkat rata-rata 49,5% per tahun. (ditulis oleh BNP JABAR).

Ketua Badan Narkotika Kota Bandung yang juga merupakan Wakil Wali Kota Bandung, Ayi Vivananda mengatakan bahwa kasus narkoba di Kota Bandung diprediksikan mengalami peningkatan. Berdasarkan catatan hingga Mei 2009, kasus narkoba meningkat sebesar 50% dari bulan yang sama pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 di kota Bandung terjadi 173 kasus dengan jumlah tersangka sebanyak 328 orang. Sementara itu, pada tahun 2009, dari Januari hingga Mei 2009, terjadi 74 kasus dengan jumlah 132 orang. "Melihat tahun 2009, diprediksikan terdapat peningkatan kasus narkoba karena hingga Mei 2009 saja sudah banyak".


(16)

5 Sementara itu, Dirjen Pemasyarakatan Depkumham, Untung Sugiono mengungkapkan, sebanyak 47.950 narapidana atau sekitar 35 persen dari 137.000 penghuni rumah tahanan (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia tersangkut masalah narkoba. Kondisi tersebut menyebabkan rutan dan lapas di Indonesia rawan peredaran narkoba. Kondisi itu menjadi beban berat bagi kalangan petugas lapas. Terlebih, kondisi lapas saat ini sudah melebihi kapasitas dari seharusnya 88.000 orang, namun saat ini dihuni oleh 137.000 orang.

"Kita sadar bahwa narkoba itu persoalan, kita harus perangi narkoba," ujarnya. Namun menurut Untung, hal tersebut tidak hanya sebatas pemberantasan saja tetapi juga harus diimbangi dengan kegiatan pelayanan, pencegahan, dan pengobatan.

Untung juga mengakui rutan atau lapas sering dijadikan tempat transaksi narkoba. Oleh karena itu, pihaknya selalu melakukan antisipasi seperti melakukan penggeledahan terhadap pengunjung yang datang ke rutan dan lapas secara rutin kemudian melakukan penggeledahan juga terhadap penghuni lapas.

(ditulis oleh Pikiran Rakyat Bandung).

Departemen Sosial (Depsos) sebagai instansi yang melaksanakan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial, jauh sebelum diterbitkannya Undang-undang No. 22 Tahun 1997 telah menggariskan kebijaksanaan di bidang rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkoba. Mencermati semakin meluasnya permasalahan penyalahgunaan, Depsos membentuk Unit Rehabilitasi Sosial yang diperuntukkan bagi remaja korban narkoba. Adapun nama-nama panti tersebut seperti Wisma Khusnul Khotimah di Serpong, PSPP Galuh Pakuan di Bogor, PSPP Binangkalit (putrid) di Lembang Bandung, Yayasan Rumah Cemara Jl. Gegerkalong 80 Setiabudi Kota Bandung, Pondok Pesantren Inabah IV Jl. Maribaya No. 22 Lembang Kabupaten Bandung, Yayasan Sekar Mawar Jl. Raya Tangkuban Perahu No. 108 A Lembang Kabupaten Bandung.

Tujuan didirikannya panti sosial, diantaranya untuk memberikan pelayanan atau pertolongan kepada para korban narkoba, terutama anak-anak dan remaja, sehingga mereka mampu menjauhkan diri dari penyalahgunaan narkoba dan dapat menjalankan fungsi sosialnya di dalam lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan dan masyarakat pada khususnya. Sampai sejauh ini, keberadaan panti rehabilitasi sosial dinilai telah cukup membantu anak-anak jalanan untuk membawa mereka keluar dari permasalahan yang menghimpitnya. Khusus bagi mereka yang menjadi pengguna


(17)

6 narkoba, panti sosial terdapat di banyak tempat telah melakukan banyak penanganan secara langsung dalam membantu anak-anak tersebut agar dapat berhenti menjadi pengguna narkoba.

Adapun, kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan tersebut yaitu bimbingan fisik, mental, sosial serta vokasional. Prinsip perawatan setiap rumah rehabilitasi narkoba yang ada di Indonesia sangat beragam. Ada yang menekankan pengobatan hanya pada prinsip medis, ada pula yang lebih menekankan pada prinsip rohani, bahkan memadukan kedua pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang. Pernah dilakukan uji coba memulihkan pecandu melalui pendekatan spiritual atau keagamaan (rohani) yaitu terapi iman dan terapi doa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh DR. Juhaya S. Praja, dalam tahun 1981-1989, sekitar 93,1 persen dari 5.845 anak binaan yang mengikuti program ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dan dapat kembali hidup di masyarakat dengan normal.

Dalam perspektif agama Kristen, gereja bukan hanya berarti bangunan tempat umat Kristen beribadah. Tetapi Gereja merupakan persekutuan yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang (I Petrus 2:9-10). Jadi gereja bukan semata-mata merupakan suatu persekutuan biasa yang dibentuk dan dipimpin oleh sekelompok orang.

Menurut kesaksian buku “Treasures Out Of Darkness” yang ditulis oleh Sonny dan Julie Arguinzoni menceritakan pelayanan gereja mereka di California, yang bergerak khusus di bidang pemulihan untuk orang-orang yang terlibat narkoba.

Lewat buku ini menceritakan mengenai kehidupan keluarga mereka yang terjerumus narkoba namun dipulihkan lewat saling terbuka dan saling menerima, siap diubahkan dan percaya serta menerima Tuhan Yesus di dalam hati mereka. Dari sinilah asal mulanya niat sosialitas mereka mendirikan rumah pemulihan bagi korban narkoba yang berlandaskan pada prinsip dan ajaran kristiani.

Selain perawatan dan pemulihan secara medis, juga diperlukan sebagai salah satu faktor pendukung pemulihan secara rohani. Seperti yang kita ketahui orang-orang yang terlibat narkoba tentunya dipandang negatif oleh masyarakat karena tindakan kriminalitas yang pernah mereka lakukan, dan masih banyak hal lain yang dapat meresahkan masyarakat sekitarnya sehingga si pecandu merasa takut untuk bersosialisasi, secara psikologis dirinya merasa diri tertolak, tidak merasa memiliki orang terdekat atau keluarga sekalipun. Dilatarbelakangi alasan tersebut maka gereja


(18)

7 ingin menyediakan tempat khusus bagi mereka yang merasa ingin dipulihkan serta dibebaskan dari keterikatan dan merasa masih memiliki harapan hidup untuk berubah kearah yang lebih baik ditengah keluarga dan kehidupan bermasyarakat.

Sifat narkoba itu sendiri mengikat, membuat si pecandu menjadi ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang yang dapat merusak diri mereka sehingga perlu juga didoakan agar mereka terlepas dari ikatan roh tersebut. Karena menurut hasil penelitian, bila hanya dilakukan pemulihan lewat medis saja, maka kemungkinan besar mantan pecandu tersebut akan berbalik lagi ke dunia hitam yang pernah menjerumuskan mereka. Program pemulihan yang diterapkan oleh gereja tujuannya adalah untuk mengubah karakter pribadi si pecandu agar memiliki pemikiran atau pandangan dan perspektif yang positif berdasarkan nilai-nilai kristiani untuk dipulihkan dan dibebaskan keterikatan secara spiritualnya.

Dengan demikian, untuk menunjang hal-hal di atas, maka penulis berkeinginan untuk membuat proyek Tugas Akhir berupa Perancangan Rumah Rehabilitas Narkoba yang berbasis ajaran Kristiani. Di mana tempat tersebut dapat memfasilitasi semua kebutuhan, antara lain program-program dan ajaran-ajaran dengan fasilitas bangunan yang memadai berupa rumah rehabilitasi, gereja khususnya bagi umat Kristen, sarana untuk berolahraga, dan lain sebagainya demi memberikan kelancaran yang dapat mendukung penerapan program-program pemulihan.

Pelaksanaan rehabilitasi sosial juga merupakan salah satu upaya pemberian pelayanan yang menjadi hak bagi setiap warga negara agar mereka dapat hidup layak dan manusiawi serta sebagai perwujudan dari keadilan sosial dan pemberian kesempatan bagi setiap orang untuk tumbuh dan mengembangkan potensi diri mereka.


(19)

8

1.2

Ide Gagasan

Rehabilitasi Narkoba ini memiliki konsep Hangat. Hal ini di dasari dari latar belakang para pecandu yang pada umumnya sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia hitam (narkoba) memiliki permasalahan hidup yang berbeda-beda yang tentunya membuat mereka merasa

tidak nyaman untuk tinggal dilingkungan tempat tinggalnya, dan lain sebagainya. Sehingga dengan adanya rehabilitas ini, mampu memberikan kenyamanan, kehangatan bagi mereka sehingga mereka masih merasa memiliki keluarga dan juga masih ada yang mempedulikan mereka, sehingga mereka dapat menjalankan aktivitas dengan normal seperti layaknya masyarakat pada umumnya.

Seperti yang kita ketahui, rehabilitasi narkoba yang terdapat di kota Bandung pada umumnya tidak membatasi hanya pada satu pengajaran agama itu saja, namun terbuka bagi kalangan umum yang dapat menerima pengajaran agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Namun yang menjadi permasalahan adalah sarana dan prasarananya yang kurang memadai, seperti penggunaan ruang ibadah yang digunakan secara bersama-sama, hanya di bedakan dari waktu mereka beribadah.

Dengan demikian, penulis memiliki gagasan yang akan menjadi dasar dan tolak ukur pada desain proyek tugas akhir yaitu merancang sebuah rehabilitas narkoba yang berbasis pada ajaran agama, khususnya ajaran kristiani. Hal ini menjadi salah satu daya tarik yang membedakannya dari rehabilitasi-rehabilitasi lainnya. Disamping itu, tempat rehabilitasi narkoba ini menyediakan fasilitas berupa bangunan gereja untuk beribadah dan menyalurkan bakat bagi para pecandu baik dari segi permainan music, bernyanyi, dan lainnya. Gereja yang terdapat di tempat rehabilitas ini tidak membatasi orang luar untuk beribadah, karena hal tersebut dapat membawa dampak positif bagi para pecandu, sehingga mereka dapat belajar untuk bersosialisasi dengan sewajarnya, tidak merasa di asingkan oleh masyarakat sekitar serta mereka merasa memiliki keluarga yang masih menghargai dan mempedulikan mereka.

Selain itu fasilitas pelengkap yang terdapat pada rehabilitas ini yang tidak terdapat pada rehabilitasi-rehabilitasi lain adalah ruang detoksifikasi (membersihkan


(20)

9 racun dalam tubuh sebelum mengikuti program di rehabilitasi narkoba), terdapat dokter khusus yang selalu melayani para pecandu bila membutuhkan pertolongan serta sarana olahraga yang memadai. Hal ini menjadi salah satu unsur penting untuk kebugaran tubuh dan penyalur rasa bosan selama mereka (para pecandu) menjalani program di rehabilitas narkoba.

Program yang di terapkan pada proyek perancangan rehabilitas narkoba ini adalah terapi 12 langkah. Program tersebut lebih mengarahkan para pecandu agar dapat memotivasi diri mereka sendiri sehingga merasa layak mempunyai hidup yang lebih baik lagi.

1.3

Identifikasi Masalah

Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mendesain interior Rehabilitasi Narkoba yang berbasis ajaran Kristen untuk memfasilitasi aktivitas pemulihan dengan elemen-elemen desain ?

2. Bagaimana penerapan konsep “Hangat” dalam mendesain Rehabilitasi Narkoba ?

1.4

Tujuan Perancangan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Mendeskripsikan mendesain interior Rehabilitasi Narkoba yang berbasis ajaran Kristen untuk memfasilitasi aktivitas pemulihan dengan elemen-elemen desain. 2. Menjabarkan penerapan konsep “Hangat” dalam mendesain Rehabilitasi Narkoba.

1.5

Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, ide gagasan, identifikasi masalah, tujuan perancangan, sistematika penulisan.


(21)

10 BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi hal-hal yang bersangkutan dengan pokok kajian makalah penelitian ini. Semua hal yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, termasuk narkoba dan segala hal yang berkaitan dengan Gereja dan Rehabilitas Narkoba.

BAB III : DESKRIPSI OBYEK STUDI

Bab ini berisi pembahasan tentang perancangan desain gereja dan rehabilitas narkoba yang menjadi bahan penelitian utama penulis. Dalam bab ini akan dibahas pula mengenai elemen-elemen desain berupa penggunaan warna, material, bentuk, pola dan lain sebagainya.

BAB IV : ANALISIS

Bab ini berisi pembahasan analisis dari kajian penelitian dan perancangan yang telah dilakukan serta menjelaskan tentang pengaplikasian konsep pada desain dan denah.

BAB V : SIMPULAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan dan kajian perancangan serta analisis yang telah dilakukan oleh penulis yang mungkin akan berguna bagi masyarakat Indonesia serta khalayak ramai yang membutuhkan.


(22)

93

BAB V SIMPULAN

Dalam merancang fasilitas yang berhubungan dengan healing and people kita harus memperhatikan kebutuhan users. Dalam perancangan interior rehabilitasi narkoba ini membutuhkan suatu fasilitas yang khusus karena berhubungan dengan users yang berkebutuhan khusus (special needs).

Dalam mendesain interior rehabilitasi narkoba untuk memfasilitasi aktivitas program pemulihannya, elemen-elemen desain harus diperhatikan karena memiliki pengaruh terhadap perkembangan psikologi dan jasmani dari usersnya (pecandu narkoba). Hal ini membuktikan bahwa desain interior memegang peranan penting dalam proses pemulihan khususnya bagi para pecandu narkoba. Elemen – elemen desain yang harus diperhatikan, yaitu :

 Warna : menggunakan warna-warna hangat yang menimbulkan unsur psikologis (ceria, membangkitkan energi, hangat, akrab, cinta dan kehidupan) bagi para user


(23)

94  Tekstur : tekstur yang digunakan baik dalam finishing material dinding maupun lantai menggunakan material yang halus kecuali material ekspos seperti batu-batuan alam

 Bentuk : konsep bentuk menggunakan bentuk-bentuk geometrik dan organik, misalnya : bentuk yang bersudut dan memusat (segitiga dan spiral), semi sudut (setengah lingkaran), dan tanpa sudut (bulat, arc)

Pola : pola yang digunakan adalah pola sederhana dan simple (nilai kasih) Cahaya : ruang didominasi dengan menggunakan lampu downlight dengan

warna warm light dan warna cool light pada area tertentu. Terdapat juga

hidden lamp dengan warna warm light. Dihindari adanya ruangan yang

gelap karena dapat mengganggu konsentrasi dan psikologis users (merasa sendiri)

Skala : besaran ruang (dimensi dinding, lantai, tinggi ceiling) harus disesuaikan dengan aktivitas users dalam ruang

Konsep family sebagai konsep desain dalam perancangan interior rehabilitasi narkoba ini berdasarkan kebutuhan dan latar belakang dari pecandu narkoba sebelum terjerumus ke dalam jerat narkotika tersebut. Pengaplikasian konsep family dari hasil perancangan desain adalah suasana kehangatan dan keakraban yang diciptakan melalui elemen-elemen desain dan memfasilitasi ruangan berdasarkan kegiatan selama program pemulihan berlangsung.

Selain itu, penulis juga menyadari bahwa terdapat beberapa hal lainnya yang harus diperhatikan mengenai users yang baru mengikuti program pemulihan antara lain adalah ergonomi ruang yang menyangkut kenyamanan, masalah maintenance atau perawatan elemen interior yang berhubungan dengan kesehatan users, dan penggunaan material yang aman demi keamanan.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ballast, David (1992), Interior Design Reference Manual, Proffesional Pulications., Inc, California.

2005. Terapi Warna dalam Kesehatan, Yogyakarta : Cuirosita

http://www.seleb.tv/component/option,com_akocomment/task,report/id,9430/cid,19701/Itemi d,2/

http://www.geocities.com/jebragi/naza_project_i.htm

Arguinzoni, Sonny. Treasures Out Of Darkness, Amerika

Wawan, Rick. Purpose Driven Life

Milne, Bruce. Know The Truth

BNP Jawa Barat

http://ilmupedia.com/non-akademik/674-pengaruh-narkoba-dan-akibat-penyalahgunaan-narkoba.html

http://antigadis.wordpress.com/category/kejahatan-narkoba/

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20070822123026AAqmcME

http://febrina.wordpress.com/doktrin-keselamatan-dalam-iman-kristiani/

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.22 thn 1997, tentang narkotika.

Healthy life, mom's corner posted 10 oktober 2008 melalui

http://ratnarespati.com/2008/10/11/ciri-ciri pecandu narkoba

http://terapi-air-putih.blogspot.com/2008/11/12-lngkah-meninagkatkan-ingatan.html

http://hi-in.facebook.com/topic.php?uid=45925939595&topic=9658

http://indiegost.blogspot.com/2009/05/proses-pemulihan-pecandu-narkoba.html

http://www.geocities.com/jebragi/

http://bible.org/seriespage/gereja-perjanjian-baru-pertemuannya


(1)

8

1.2

Ide Gagasan

Rehabilitasi Narkoba ini memiliki konsep Hangat. Hal ini di dasari dari latar belakang para pecandu yang pada umumnya sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia hitam (narkoba) memiliki permasalahan hidup yang berbeda-beda yang tentunya membuat mereka merasa

tidak nyaman untuk tinggal dilingkungan tempat tinggalnya, dan lain sebagainya. Sehingga dengan adanya rehabilitas ini, mampu memberikan kenyamanan, kehangatan bagi mereka sehingga mereka masih merasa memiliki keluarga dan juga masih ada yang mempedulikan mereka, sehingga mereka dapat menjalankan aktivitas dengan normal seperti layaknya masyarakat pada umumnya.

Seperti yang kita ketahui, rehabilitasi narkoba yang terdapat di kota Bandung pada umumnya tidak membatasi hanya pada satu pengajaran agama itu saja, namun terbuka bagi kalangan umum yang dapat menerima pengajaran agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Namun yang menjadi permasalahan adalah sarana dan prasarananya yang kurang memadai, seperti penggunaan ruang ibadah yang digunakan secara bersama-sama, hanya di bedakan dari waktu mereka beribadah.

Dengan demikian, penulis memiliki gagasan yang akan menjadi dasar dan tolak ukur pada desain proyek tugas akhir yaitu merancang sebuah rehabilitas narkoba yang berbasis pada ajaran agama, khususnya ajaran kristiani. Hal ini menjadi salah satu daya tarik yang membedakannya dari rehabilitasi-rehabilitasi lainnya. Disamping itu, tempat rehabilitasi narkoba ini menyediakan fasilitas berupa bangunan gereja untuk beribadah dan menyalurkan bakat bagi para pecandu baik dari segi permainan music, bernyanyi, dan lainnya. Gereja yang terdapat di tempat rehabilitas ini tidak membatasi orang luar untuk beribadah, karena hal tersebut dapat membawa dampak positif bagi para pecandu, sehingga mereka dapat belajar untuk bersosialisasi dengan sewajarnya, tidak merasa di asingkan oleh masyarakat sekitar serta mereka merasa memiliki keluarga yang masih menghargai dan mempedulikan mereka.

Selain itu fasilitas pelengkap yang terdapat pada rehabilitas ini yang tidak terdapat pada rehabilitasi-rehabilitasi lain adalah ruang detoksifikasi (membersihkan


(2)

9 racun dalam tubuh sebelum mengikuti program di rehabilitasi narkoba), terdapat dokter khusus yang selalu melayani para pecandu bila membutuhkan pertolongan serta sarana olahraga yang memadai. Hal ini menjadi salah satu unsur penting untuk kebugaran tubuh dan penyalur rasa bosan selama mereka (para pecandu) menjalani program di rehabilitas narkoba.

Program yang di terapkan pada proyek perancangan rehabilitas narkoba ini adalah terapi 12 langkah. Program tersebut lebih mengarahkan para pecandu agar dapat memotivasi diri mereka sendiri sehingga merasa layak mempunyai hidup yang lebih baik lagi.

1.3

Identifikasi Masalah

Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mendesain interior Rehabilitasi Narkoba yang berbasis ajaran Kristen untuk memfasilitasi aktivitas pemulihan dengan elemen-elemen desain ?

2. Bagaimana penerapan konsep “Hangat” dalam mendesain Rehabilitasi Narkoba ?

1.4

Tujuan Perancangan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Mendeskripsikan mendesain interior Rehabilitasi Narkoba yang berbasis ajaran Kristen untuk memfasilitasi aktivitas pemulihan dengan elemen-elemen desain. 2. Menjabarkan penerapan konsep “Hangat” dalam mendesain Rehabilitasi Narkoba.

1.5

Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, ide gagasan, identifikasi masalah, tujuan perancangan, sistematika penulisan.


(3)

10 BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi hal-hal yang bersangkutan dengan pokok kajian makalah penelitian ini. Semua hal yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, termasuk narkoba dan segala hal yang berkaitan dengan Gereja dan Rehabilitas Narkoba.

BAB III : DESKRIPSI OBYEK STUDI

Bab ini berisi pembahasan tentang perancangan desain gereja dan rehabilitas narkoba yang menjadi bahan penelitian utama penulis. Dalam bab ini akan dibahas pula mengenai elemen-elemen desain berupa penggunaan warna, material, bentuk, pola dan lain sebagainya.

BAB IV : ANALISIS

Bab ini berisi pembahasan analisis dari kajian penelitian dan perancangan yang telah dilakukan serta menjelaskan tentang pengaplikasian konsep pada desain dan denah.

BAB V : SIMPULAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan dan kajian perancangan serta analisis yang telah dilakukan oleh penulis yang mungkin akan berguna bagi masyarakat Indonesia serta khalayak ramai yang membutuhkan.


(4)

93

BAB V SIMPULAN

Dalam merancang fasilitas yang berhubungan dengan healing and people kita harus memperhatikan kebutuhan users. Dalam perancangan interior rehabilitasi narkoba ini membutuhkan suatu fasilitas yang khusus karena berhubungan dengan users yang berkebutuhan khusus (special needs).

Dalam mendesain interior rehabilitasi narkoba untuk memfasilitasi aktivitas program pemulihannya, elemen-elemen desain harus diperhatikan karena memiliki pengaruh terhadap perkembangan psikologi dan jasmani dari usersnya (pecandu narkoba). Hal ini membuktikan bahwa desain interior memegang peranan penting dalam proses pemulihan khususnya bagi para pecandu narkoba. Elemen – elemen desain yang harus diperhatikan, yaitu :

 Warna : menggunakan warna-warna hangat yang menimbulkan unsur psikologis (ceria, membangkitkan energi, hangat, akrab, cinta dan kehidupan) bagi para user


(5)

94

Tekstur : tekstur yang digunakan baik dalam finishing material dinding maupun lantai menggunakan material yang halus kecuali material ekspos seperti batu-batuan alam

 Bentuk : konsep bentuk menggunakan bentuk-bentuk geometrik dan organik, misalnya : bentuk yang bersudut dan memusat (segitiga dan spiral), semi sudut (setengah lingkaran), dan tanpa sudut (bulat, arc)

Pola : pola yang digunakan adalah pola sederhana dan simple (nilai kasih)

Cahaya : ruang didominasi dengan menggunakan lampu downlight dengan warna warm light dan warna cool light pada area tertentu. Terdapat juga hidden lamp dengan warna warm light. Dihindari adanya ruangan yang gelap karena dapat mengganggu konsentrasi dan psikologis users (merasa sendiri)

Skala : besaran ruang (dimensi dinding, lantai, tinggi ceiling) harus disesuaikan dengan aktivitas users dalam ruang

Konsep family sebagai konsep desain dalam perancangan interior rehabilitasi narkoba ini berdasarkan kebutuhan dan latar belakang dari pecandu narkoba sebelum terjerumus ke dalam jerat narkotika tersebut. Pengaplikasian konsep family dari hasil perancangan desain adalah suasana kehangatan dan keakraban yang diciptakan melalui elemen-elemen desain dan memfasilitasi ruangan berdasarkan kegiatan selama program pemulihan berlangsung.

Selain itu, penulis juga menyadari bahwa terdapat beberapa hal lainnya yang harus diperhatikan mengenai users yang baru mengikuti program pemulihan antara lain adalah ergonomi ruang yang menyangkut kenyamanan, masalah maintenance atau perawatan elemen interior yang berhubungan dengan kesehatan users, dan penggunaan material yang aman demi keamanan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ballast, David (1992), Interior Design Reference Manual, Proffesional Pulications., Inc, California.

2005. Terapi Warna dalam Kesehatan, Yogyakarta : Cuirosita

http://www.seleb.tv/component/option,com_akocomment/task,report/id,9430/cid,19701/Itemi d,2/

http://www.geocities.com/jebragi/naza_project_i.htm

Arguinzoni, Sonny. Treasures Out Of Darkness, Amerika

Wawan, Rick. Purpose Driven Life

Milne, Bruce. Know The Truth

BNP Jawa Barat

http://ilmupedia.com/non-akademik/674-pengaruh-narkoba-dan-akibat-penyalahgunaan-narkoba.html

http://antigadis.wordpress.com/category/kejahatan-narkoba/

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20070822123026AAqmcME

http://febrina.wordpress.com/doktrin-keselamatan-dalam-iman-kristiani/

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.22 thn 1997, tentang narkotika.

Healthy life, mom's corner posted 10 oktober 2008 melalui http://ratnarespati.com/2008/10/11/ciri-ciri pecandu narkoba

http://terapi-air-putih.blogspot.com/2008/11/12-lngkah-meninagkatkan-ingatan.html

http://hi-in.facebook.com/topic.php?uid=45925939595&topic=9658

http://indiegost.blogspot.com/2009/05/proses-pemulihan-pecandu-narkoba.html

http://www.geocities.com/jebragi/

http://bible.org/seriespage/gereja-perjanjian-baru-pertemuannya