Analisis Kostum Kabuki Yang Dikenakan Oleh Aktor 'Bandou Tamasaburou' Dalam Pementasan 'Musume Doujouji' dan 'Kagami Jishi'.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

歌舞伎役者坂東玉 郎演 娘道成時 鏡獅子 歌舞伎 衣装分析

概要

マ . ェ . ッ

マ タキ 大学 文学部

日本文学科 バン ン


(2)

Universitas Kristen Maranatha 序論

演劇 紀元 年 始 日本 奈良時代 演劇 行わ

始 年 出雲大社 言う 女性 歌舞伎 言わ

新 い演劇 生 出

年 川幕府 女性 役者 舞台 立 禁 禁

歌舞伎 舞台 少年 役者 女役 演 歌舞伎

若衆歌舞伎 言わ 年 川幕府 少年 役者 舞台 演 え禁 結果 成人 迎え 男性 役者 歌舞伎 演 う 女役 演 男性 役者 女形 言う 歌舞伎 演 役者

全員男性 歌舞伎 特 い

以外 歌舞伎 い 特 あ 隈 言わ 化粧

色 用い 華 衣装 最新技術 使 大掛 舞台装置 長唄 呼 伴奏音楽 あ 化粧 衣装 舞台装置 長唄 舞台 全部一 繋 役者 化粧 衣装 常 役 性格 表 役 性格 表 衣装 作品 関係 理解 本研究 歌舞伎役者坂東玉 郎演

外題 娘道成時 鏡獅子 本 オ 用い 分析

本論

外題 娘道成時 花子 言う主役 道成寺 踊 踊 内容 清姫 話 あ 道成時 伝説 清姫 言う 若い娘 あ 言う僧侶


(3)

Universitas Kristen Maranatha い 悩 清姫 様 い 残酷 蛇 生 変わ 清姫 怖 あ 鐘 中 隠 蛇 生 変わ 清姫 鐘 焼 あ

焼 殺

歌舞伎 書割 舞台 面 背景 見 い 季節 起 出来 分 舞台 書割 桜 木 描 い 花子 踊

四季 変化 表 色 手 使い衣装 変え 見 目 変わ

日本 季節 着物 色 違 以 説 通 あ

春 ン 夏 紫 秋 黄色 藍色 冬 白 薄緑色 合わせ

物語 う 進 数回衣装 替え 主役 花子 回衣装 替え 回目 衣装 桜柄 入 い 歌舞伎 規則 作品 中 役 衣装 替え い場合 違う柄 衣装 着 い

着物 色 変え いい タ 柄 い 役

場合 限 う 観客 役 役 演 い いう

理解

花子 最初 衣装 黒色 あ 歌舞伎 い 黒色 強い役柄 表

江戸時代 流行色 い 黒い衣装 次 赤い衣装 替え 全体 花 柄 入 赤い着物 情熱的 活発 若い娘 表

最後 衣装 坂東玉 郎 白い生地 着物全体 角柄 あ 衣装 替え 角柄 蛇 う 表 役柄 変わ 見 目 着物 柄 変 わ


(4)

Universitas Kristen Maranatha 本目 オ 外題 鏡獅子 あ 作品 将軍 え 主役 弥 生 新年 い 将軍 城 踊 披露 江戸時代 旧暦 使 い 新年 月 あ 月 日本 初春 あ

舞台 書割 金色 ふ あ ふ 牡丹 描 い 牡丹 春 季節 表 季節 春 関係 弥生 着物 柄 春 咲 花々 使わ い 弥生 着物 柄 桃 桜,菊 桐 花 描

い 花 柄 孔雀 柄 描 孔雀 柄 女性 忠誠 信義

象 い

作品 最後 坂東玉 郎 獅子 役 変わ 化粧 衣装 べ 変わ 獅子 金色 描 柄 入 白 大 いサ 袴 黒い羽織 着 い 大 いサ 袴 黒い羽織 自然 強 表 獅子 衣装 牡丹 柄 多 あ 獅子 着 黒い羽織 牡丹 一対 蝶 描 い 牡丹 柄

春 季節 表 牡丹 春 咲 獅子 牡丹 好 仏陀 遣わ 創造物 言わ い 長唄 獅子 牡丹 咲 ほ 中 蝶 戯 書 い 獅子 衣装 牡丹 柄 作品 春 強調 牡丹 好

結論

本 オ 分析 結果 本研究 歌舞伎 衣装 時

節 わ 季節 関係 深い 舞台装置 特 舞


(5)

Universitas Kristen Maranatha 装 意義 長唄 通 分析 外題 坂東玉 郎 違

役 演 い 演 役 変わ 坂東玉 郎 衣装 全体的 変え 特 衣装 柄 面 変わ


(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI………..v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...1

1.2 Pembatasan Masalah………....5

1.3 Tujuan penelitian……….6

1.4 Metode penelitian………....6

1.5 Organisasi Penelitian………...8

BAB II KABUKI 2.1 Lahirnya Kabuki………...9

2.2 Daya Tarik Kabuki……….12

2.3 Kostum Kabuki………..20

BAB III PEMBAHASAN KOSTUM YANG DIGUNAKAN OLEH BANDOU TAMASABUROU DALAM PEMENTASAN MUSUME NO DOJOJI DAN KAGAMI JISHI 3.1 Musume Dojouji………....25

3.2 Kostum Hanako………...27

3.3 Harukyou kagami jishi………...44


(7)

Universitas Kristen Maranatha BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan………....62

SINOPSIS……….vii

DAFTAR PUSTAKA………xii


(8)

1 Universitas Kristen Maranatha Bab 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi dan religius menjadi inti dari kebudayaan Asia. Hal ini menyebabkan tertanamnya unsur filosofi dan religius pada bidang teaterikal di Asia.

Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra, New York, mendefinisikan teater sebagai :

cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain.

Definisi lainnya :

yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain.

( http://dramaturgi.blogspot.com)

Berdasarkan definisi tentang teater di atas, penulis menemukan seni teater Jepang yang memiliki kriteria tersebut. Teater Jepang yang menggabungkan dialog (ucapan), gestur, mimik, musik, dan tarian dikenal dengan kabuki. Seni teater kabuki terbentuk dari berbagai unsur teater yang sudah ada sebelumnya di Jepang.

Di Jepang, seni teater sudah dikenal sejak zaman Nara (abad ke-8). Sarugaku (猿 楽) atau Sangaku (散楽), merupakan seni teater yang berasal dari Dinasti Thang di China dan masuk ke Jepang pada periode tersebut. Sarugaku merupakan pementasan teater yang mencampurkan seni pantomim, tarian, lagu, akrobat, dan sulap.


(9)

2 Universitas Kristen Maranatha Pada awalnya, Sarugaku hanya dipentaskan sebagai hiburan belaka, namun berkembang menjadi sebuah bagian penting dalam ritual keagamaan. Dalam perkembangannya, terdapat kelompok pementasan Sarugaku yang mementaskan fragmen sandiwara tentang sejarah kuil dan juga cerita-cerita keagamaan. Pementasan seperti ini biasanya merupakan permintaan langsung dari pihak kuil. Pementasan Sarugaku yang seperti ini disebut “Sarugaku no Noh”.

Pada abad ke 13, muncul seni teater Dengaku (田楽). Awalnya kesenian ini diperuntukan sebagai perayaan panen (Kenee, 1990). Pada pertengahan periode Kamakura, kesenian Sarugaku dan Dengaku menjadi seni teater yang sangat terkenal di kalangan masyarakat. Keduanya merupakan seni teater yang memiliki unsur hiburan sekaligus memasukkan unsur religius di dalamnya.

Kannami (nama salah seorang seniman yang berpengaruh dalam bidang teaterikal Jepang) yang lahir pada pertengahan abad 14, mencoba menyatukan unsur Dengaku dan Sarugaku. Zeami adalah putera dari Kannami, yang mewarisi bakat ayahnya. Ia kemudian berhasil merampungkan apa yang telah dimulai ayahnya terdahulu, dengan mendirikan Teater Noh (能). Teater Noh terus berkembang berdasarkan fondasi yang diciptakan oleh Zeami.

Selain Teater Noh, pada akhir abad ke-16 muncul sebuah seni teater Bunraku (文 楽). Bunraku menggunakan boneka sebagai objek pertunjukkannya. Bunraku merupakan teater boneka yang dimainkan dengan iringan nyanyian bercerita dan musik dari alat musik samisen (三味線).

Tahun 1600-an, merupakan awal lahirnya kabuki (歌舞伎) . Pada abad ke-17 kabuki mengalami berbagai evolusi, dan terus berkembang hingga mencapai bentuk


(10)

3 Universitas Kristen Maranatha kabuki yang seperti sekarang. Dalam perkembangannya tersebut, kabuki mendapat pengaruh dari teater-teater yang sebelumnya sudah berkembang di Jepang. Misalnya, jalan keluar masuknya pemain pada pementasan Noh, menjadi inspirasi dari pembuatan Hanamichi (花道) (jalan yang menghubungkan panggung dari arah bangku penonton, sebagai jalan untuk keluar masuknya pemain kabuki pada adegan tertentu yang bersifat dramatis) .

Ciri khas kabuki adalah tata rias wajah yang tebal dan mencolok (Kumadori). Kostum yang mewah melengkapi keindahan pementasan kabuki. Cerita yang dipentaskan diiringi musik, nyanyian dan tari-tarian. Setting panggung mewah, dan penggunaan teknologi (misalnya mesin untuk menggerakkan panggung agar panggung bisa berputar) ditujukan untuk memperlancar jalannya pementasan. Ciri khas yang paling menonjol dalam teater ini adalah, tidak adanya aktris wanita. Semua pemain kabuki adalah pria.

Pemain musik semuanya duduk pada undakan-undakan yang ditempatkan di panggung bagian belakang. Nyanyian yang dibawakan semuanya sesuai dengan adegan yang sedang diperankan oleh aktor di atas pentas. Lirik-lirik yang dinyanyikan oleh para pemusik juga merupakan dialog tidak langsung yang dilantunkan ketika aktor menari atau ketika sedang melakukan adegan tertentu.

Dalam pertunjukannya, setiap pemain kabuki menggunakan kostum yang sesuai dengan tokoh yang diperankan. Kostum kabuki dibuat sedemikian rupa untuk menunjang keindahan saat pementasan. Ketika kita melihat kostum kabuki, bentuk yang terlihat hampir sama dengan pakaian yang dikenakan masyarakat pada jaman Edo.

Kebanyakan cerita kabuki diambil dari kisaran jaman Edo, maka untuk menyempurnakan kesan jaman Edo, kostum pertunjukkannya pun dibuat semirip


(11)

4 Universitas Kristen Maranatha mungkin dengan pakaian jaman Edo. Karena dibuat untuk kepentingan pementasan, ada beberapa hal yang sedikit berbeda dengan pakaian Edo yang sesungguhnya.

Detail-detail kostum kabuki lebih dipertegas, meskipun bentuk dasarnya tetap serupa dengan pakaian jaman Edo. Ukuran kostum bisa dibuat sedikit lebih besar dari ukuran tubuh aktor. Corak yang digunakan pada kain kostum juga dipilih yang sesuai dengan tokoh yang diperankan. Warna yang dikenakan juga disesuaikan dengan karakterikstik tokoh yang diperankan.

Dalam pertunjukan kabuki, bahasa Jepang yang digunakan umumnya adalah bahasa Jepang yang tingkat kesulitannya cukup tinggi untuk dimengerti oleh masyarakat awam (khususnya yang tidak mendalami bahasa Jepang). Bagi kaum awam yang baru pertama kali melihat pertunjukkan kabuki, kostum adalah bagian pertama yang menjadi daya tariknya.

Meskipun tidak mengerti dialog yang diucapkan oleh para aktor, namun penonton awam tetap menikmati kemewahan pakaian yang digunakan para aktor di atas pentas. Gerakan gemulai aktor yang memerankan tokoh wanita juga menjadi salah satu daya tarik kabuki, terutama bagi para penonton awam. Keunikan riasan aktor kabuki juga merupakan salah satu hal yang menjadikan kabuki dikenal di kalangan masyarakat awam. Setelah melihat sebuah video pertunjukkan tarian kabuki (dalam dunia kabuki disebut shosagoto 所 作 事) dengan judul ”Musume Doujouji”, penulis mengalami kesulitan dalam memahami seluk beluk ceritanya. Penulis terutama sangat merasa kesulitan untuk mengerti arti nyanyian yang dibawakan (nagauta長唄) ketika mengiringi tarian Hanako (tokoh utama dalam judul Musume Doujouji). Penulis juga tidak mengerti


(12)

5 Universitas Kristen Maranatha dengan gerakan-gerakan yang digunakan oleh aktor untuk mengekspresikan nyanyian yang dilantunkan.

Namun demikian, penulis melihat, tokoh Hanako dalam pertunjukkan “Musume Doujouji” melakukan pergantian kostum di atas panggung yang disertai dengan perubahan tempo musik. Corak dan warna kostum yang digunakan oleh Hanako dalam setiap perubahannya, selalu menampilkan unsur yang berbeda-beda. Melalui video pertunjukan tersebut, penulis tertarik untuk membahas kostum-kostum yang digunakan oleh para tokoh dalam pertunjukkan kabuki. Untuk membatasi ruang lingkup masalah, penulis akan mengambil dua judul pementasan shosagoto 所作事 yang keduanya dibawakan oleh seorang aktor yang sama yaitu Bandou Tamasaburou 坂東玉三郎 .

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan hal yang hendak dibahas, maka penulis merumuskan masalah yang ada sebagai berikut:

1. Kostum apa saja yang digunakan oleh aktor Bandou Tamasaburou dalam pertunjukkan “Musume Doujouji dan Kagami Jishi?

2. Apa makna dari setiap kostum yang digunakan oleh aktor Bandou Tamasaburo?


(13)

6 Universitas Kristen Maranatha 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah yang ditetapkan di atas, tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Mendeskripsikan kostum apa saja yang digunakan oleh aktor Bandou Tamasaburou dalam pertunjukkan Musume Doujouji dan Kagami Jishi. 2. Mendeskripsikan makna yang terkandung dari setiap kostum yang digunakan

aktor Bandou Tamasaburou dalam kedua pertunjukkan tersebut.

1.4 Metode Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang ilmiah, penulis dituntut untuk menggunakan metode penelitian ilmiah. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata deskriptif adalah: bersifat deskripsi; bersifat menggambarkan apa adanya. Sedangkan menurut M.Subana, definisi penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat sekarang, hubungan antar variable, pertentangan dua kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan antar fakta, dan lain-lain. ( Drs. M. subana, M.Pd. – Sudrajat, S . Pd. , Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, 2001)

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best,1982:119). Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variable (West, 1982). Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan


(14)

7 Universitas Kristen Maranatha utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. (www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-deskriptif.html)

Definisi lain menyatakan, pnelitian deskriptif yaitu mempelajari maslaah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena, pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti mengembangkan konsep, menghimpun fakta, tetapi tidak menguji hipotesis. Menurut Furchan, karakteristik dari metode deskriptif adalah cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya, dengan menelaah secara teratur, mengutamakan hal objektif dan dilakukan secara cermat, tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan dan tidak adanya uji hipotesa.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Hal ini tercantum dalam buku Metode Penelitian Imiah oleh M. Nazir.

Dari beberapa definisi penelitian deskriptif yang sudah dipaparkan di atas, dapat dipahami bahwa metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada kemudian menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur, mengutamakan sudut pandang yang objektif, dan dilakukan secara cermat.


(15)

8 Universitas Kristen Maranatha 1.5 Organisasi Penelitian

Untuk mendapatkan karya tulis yang sistematis, penulis membagi penelitian ini ke dalam empat bab, dimana setiap babnya terdiri atas beberapa sub-bab sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis menguraikan tentag latar belakang masalah yang berisi alasan penulis memilih judul ini. Pembatasan masalah yang berisi batasan masalah yang akan digunakan penulis agar masalah yang akan dibahas tidak teralu luas. Tujuan penelitian yang berisi tujuan penulis membuat penelitian ini. Metode penelitian yang berisi metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Terakhir organisasi penelitian yan berisi sistematika penulisan.

Bab II menjelaskan tentang lahirnya kabuki, daya tarik kabuki dan perkembangannya, serta penjelasan tentang kostum kabuki secara umum.

Bab III berisi tentang ringkasan cerita pertunjukan ”Musume Doujouji” dan “Kagami Jishi”, pembahasan kostum-kostum yang digunakan oleh aktor Bandou Tamasaburou beserta arti dari setiap kostum, dan kaitannya dengan cerita yang dibawakan.

Bab IV kesimpulan, penulis memaparkan kesimpulan dari pembahasan berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya (bab III).


(16)

62 Universitas Kristen Maranatha BAB 4

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai analisis kostum kabuki yang digunakan oleh Bandou Tamasaburou dalam pertunjukkan

“Musume Doujouji” dan “Kagami Jishi”, maka dapat disimpulkan dalam beberapa hal berikut.

Setiap kostum yang digunakan oleh Bandou Tamasaburou berhubungan dengan cerita yang dibawakan. Baik dari latar waktu maupun latar tempatnya. Kostum yang digunakan oleh Bandou Tamasaburou untuk peran wanita di kedua cerita selalu dengan furisoude yang panjang, menandakan keduanya adalah wanita muda yang belum menikah. setiap pola kimono yang terdapat dalam kostum Bandou Tamasaburo selalu memiliki pola yang berhubungan dengan bunga-bunga pada musim-musim tertentu, yang idominasi oleh musim semi.

Kostum yang digunakan juga selaras dengan lirik nagauta yang dinyanyikan dalam adegan. Keselarasan kostum juga selalu ditunjang dengan latar panggung (dekorasi) dan juga properti yang digunakan oleh Tamasaburou. Meskipun terdapat perkembangan dan arti-arti khusus yang hanya terdapat dalam dunia kabuki, namun pada dasarnya, penggunaan kimono baik dalam warna ataupun corak, tetap memperhitungkan tradisi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Tradisi yang dimaksud adalah, masyarakat Jepang sangat memperhitungkan pemakaian kimono dengan keselarasan dengan alam. Corak-corak yang digunakan di tiap musim tidaklah sama. Begitu juga dengan warna-warna yang lazim digunakan di tiap


(17)

63 Universitas Kristen Maranatha musim. Misalnya, untuk musim semi, corak yang bisa dan lazim digunakan adalah corak bunga sakura, bunga momo, dan bunga-bunga lainnya yang tumbuh di musim semi. Sedangkan warna yang cocok untuk musim semi misalnya warna merah muda dari warna bunga sakura yang merupakan ciri khas musim semi.

Selain keterikatannya dengan alam, pemakaian kimono juga harus memperhitungkan usia dan status si pemakai. Misalnya, untuk wanita yang masih muda dan belum menikah, ia akan memakai kimono berfurisoude panjang dengan warna-warna yang lebih terang dan cerah (merah, oranye, kuning, dan lain-lain), serta dengan corak kimono yang lebih ramai. Sedangkan bagi wanita yang sudah menikah, ia akan menggunakan kimono dengan furisoude pendek dengan warna-warna yang lebih lembut (salem, hijau muda pucat, cokelat, biru, dan lain-lain) dan motif yang lebih sedikit. Pemilihan kimono seperti ini dapat membantu memunculkan kesan anggun dan bersahaja pada wanita yang sudah menikah, dan kesan ceria serta keindahan pada kehidupan wanita muda.

Dalam pertunjukkan “Musume Doujouji”, Bandou Tamasaburo menggunakan 9 kostum yang berbeda. 8 kimono secara berurutan dari awal menggunakan satu pola yang sama yaitu bunga sakura, menandakan musim semi sebagai latar waktu umum pada cerita. Namun dari ke-8 kimono ini masing-masing berbeda warna. Warna-warna tersebut menggambarkan perubahan musim yang tersirat dalam lirik nagauta.

Pergantian kostum dilakukan dengan maksud menunjukkan perubahan latar yang terjadi dalam cerita atau perubahan kepribadian sang tokoh. Dalam hal perubahan latar cerita, corak kimono tidak boleh berubah. Hal ini untuk menunjukkan bahwa tokoh yang berganti kostum adalah tokoh yang sama dengan yang sebelumnya.


(18)

64 Universitas Kristen Maranatha Dalam cerita “Kagami Jishi”, Bandou Tamasaburou memerankan 2 tokoh yang berbeda. Karena itu ia mengganti kostum dan tampilannya secara keseluruhan. Untuk tokoh yang pertama ia menggunakan berbagai corak bunga yang tumbuh di musim semi, yang menandakan latar waktu kejadian.

Dalam kedua cerita, Tamasaburou memerankan tokoh seorang wanita muda dari kalangan terhormat, dan keduanya selalu berpakaian hitam untuk menunjukkan status sosialnya yang dihormati dalam strata sosial masyarakat. Dalam dunia kabuki, warna hitam bisa menginterpretasikan beberapa hal. Antara lain, untuk menunjukkan karakter yang kuat dari sebuah tokoh. Warna hitam juga umum digunakan dalam acara-acara formal. Selain itu, pada jaman Edo, warna hitam adalah salah satu warna yang sedang tren di kalangan wanita muda.

Dalam kedua cerita, Bandou Tamasaburou berganti peran menjadi sesosok makhluk gaib yang ditandai dengan perubahan kostum yang dikenakan. Pada pertunjukkan “Musume Doujouji”, perubahan terjadi pada pola kimono yang menggambarkan sisik ular. Sedangkan pada “Kagami Jishi”, kostum berganti menjadi hakama dengan ukuran yang besar dengan warna puih dan emas yang menandakan kekuatan yang sangat besar.

Untuk cerita “Musume Doujouji”, karena tokoh Hanako sebenarnya merupakan jelmaan roh Putri Kiyo, maka untuk membantu penonton mengimajinasikannya, digunakanlah teknik Hadanugi. Bagian atas kimononya bercorak sisik ular, sedangkan kimono bagian bawahnya tetap sama dengan kimono yang terakhir dipakai oleh Hanako. Dan riasan serta tampilan keseluruhan Bandou Tamasaburou tidak berbeda dengan sebelumnya. Sedangkan untuk cerita “Kagami Jishi”, karena Bandou Tamasaburou


(19)

65 Universitas Kristen Maranatha memerankan 2 tokoh yang sama sekali berbeda, ia merubah total seluruh riasan, tatanan rambut, dan kostum yang dikenakan.


(20)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Sumber INTERNET:

-Development of Kabuki Costuming.

http://www.comm.unt.edu/histofperf/nonwest/zsohar/copy_of_japanesetheatr/Kabuki%2 0Costumes.htm (24 Februari 2011)

-Dynamics of Drama.http://dramaturgi.blogspot.com (16 Maret 2010) -HISTORICAL NOTES ON THE PHOENIX IN JAPAN.

http://www.onmarkproductions.com/html/ho-oo-phoenix.shtml (15 Mei 2011) -Introduction and Scope. http://www.ils.unc.edu (24 Februari 2011)

-kabuki costume.

http://www.comm.unt.edu/histofperf/nonwest/zsohar/copy_of_japanesetheatr/Kabuki%2 0Costumes.htm (13 Februari 2011)

-Kagami Jishi. www.kabuki21.com(11 Mei 2011) -Kansai World Heritage Archives | Kabuki.

http://www.kansai.gr.jp/culture_e/archives/kabuki/index.html (16 Maret 2010) -Musume Doujouji. www.kabuki21.com (16 Maret 2010)

-Noh History. http://www.comm.unt.edu (24 Februari 2011) -鏡獅子. http://blog.goo.ne.jp (11 Mei 2011)

-日本舞踊 長唄. www.doujouji.com (11 Mei 2011) Sumber PUSTAKA:

-Drs. M. Subana, M. Pd. –sudrajat, S. Pd..2001.”DASAR-DASAR PENELITIAN ILMIAH”.CV PUSTAKA SETIA

-Ishikawa Takayuki.2006.”Kimono Ni Tsuyoku Naru”.Sekaibunsya

-James R. Brandon, Samuel L. Leiter 2004. “Materpiece of Kabuki Eighteen Plays on Stage”. University of Hawaii Press


(21)

Universitas Kristen Maranatha -Moh. Nazir,Ph.D.1988.”METODE PENELITIAN”.Ghalia Indonesia

-Norio Yamanaka. 1987. “Book of Kimono”. Kodansha International -Ronald Cavaye. 1993. “A Pocket Guide of Kabuki”. Tuttle Publishing -Ruth M. Shaver. 1990. “Kabuki Costume”. The Charles E. Tuttle company -Sawako Ariyoshi.1994.”Kabuki Dancer”.Kodansha International

-Syuuni Ookura.2001. “Kabuki Today the Art and Tradition”. Sitzhhenry&white side


(1)

62 Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai analisis kostum kabuki yang digunakan oleh Bandou Tamasaburou dalam pertunjukkan “Musume Doujouji” dan “Kagami Jishi”, maka dapat disimpulkan dalam beberapa hal berikut.

Setiap kostum yang digunakan oleh Bandou Tamasaburou berhubungan dengan cerita yang dibawakan. Baik dari latar waktu maupun latar tempatnya. Kostum yang digunakan oleh Bandou Tamasaburou untuk peran wanita di kedua cerita selalu dengan furisoude yang panjang, menandakan keduanya adalah wanita muda yang belum menikah. setiap pola kimono yang terdapat dalam kostum Bandou Tamasaburo selalu memiliki pola yang berhubungan dengan bunga-bunga pada musim-musim tertentu, yang idominasi oleh musim semi.

Kostum yang digunakan juga selaras dengan lirik nagauta yang dinyanyikan dalam adegan. Keselarasan kostum juga selalu ditunjang dengan latar panggung (dekorasi) dan juga properti yang digunakan oleh Tamasaburou. Meskipun terdapat perkembangan dan arti-arti khusus yang hanya terdapat dalam dunia kabuki, namun pada dasarnya, penggunaan kimono baik dalam warna ataupun corak, tetap memperhitungkan tradisi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Tradisi yang dimaksud adalah, masyarakat Jepang sangat memperhitungkan pemakaian kimono dengan keselarasan dengan alam. Corak-corak yang digunakan di tiap musim tidaklah sama. Begitu juga dengan warna-warna yang lazim digunakan di tiap


(2)

63 Universitas Kristen Maranatha musim. Misalnya, untuk musim semi, corak yang bisa dan lazim digunakan adalah corak bunga sakura, bunga momo, dan bunga-bunga lainnya yang tumbuh di musim semi. Sedangkan warna yang cocok untuk musim semi misalnya warna merah muda dari warna bunga sakura yang merupakan ciri khas musim semi.

Selain keterikatannya dengan alam, pemakaian kimono juga harus memperhitungkan usia dan status si pemakai. Misalnya, untuk wanita yang masih muda dan belum menikah, ia akan memakai kimono berfurisoude panjang dengan warna-warna yang lebih terang dan cerah (merah, oranye, kuning, dan lain-lain), serta dengan corak kimono yang lebih ramai. Sedangkan bagi wanita yang sudah menikah, ia akan menggunakan kimono dengan furisoude pendek dengan warna-warna yang lebih lembut (salem, hijau muda pucat, cokelat, biru, dan lain-lain) dan motif yang lebih sedikit. Pemilihan kimono seperti ini dapat membantu memunculkan kesan anggun dan bersahaja pada wanita yang sudah menikah, dan kesan ceria serta keindahan pada kehidupan wanita muda.

Dalam pertunjukkan “Musume Doujouji”, Bandou Tamasaburo menggunakan 9 kostum yang berbeda. 8 kimono secara berurutan dari awal menggunakan satu pola yang sama yaitu bunga sakura, menandakan musim semi sebagai latar waktu umum pada cerita. Namun dari ke-8 kimono ini masing-masing berbeda warna. Warna-warna tersebut menggambarkan perubahan musim yang tersirat dalam lirik nagauta.

Pergantian kostum dilakukan dengan maksud menunjukkan perubahan latar yang terjadi dalam cerita atau perubahan kepribadian sang tokoh. Dalam hal perubahan latar cerita, corak kimono tidak boleh berubah. Hal ini untuk menunjukkan bahwa tokoh yang berganti kostum adalah tokoh yang sama dengan yang sebelumnya.


(3)

64 Universitas Kristen Maranatha Dalam cerita “Kagami Jishi”, Bandou Tamasaburou memerankan 2 tokoh yang berbeda. Karena itu ia mengganti kostum dan tampilannya secara keseluruhan. Untuk tokoh yang pertama ia menggunakan berbagai corak bunga yang tumbuh di musim semi, yang menandakan latar waktu kejadian.

Dalam kedua cerita, Tamasaburou memerankan tokoh seorang wanita muda dari kalangan terhormat, dan keduanya selalu berpakaian hitam untuk menunjukkan status sosialnya yang dihormati dalam strata sosial masyarakat. Dalam dunia kabuki, warna hitam bisa menginterpretasikan beberapa hal. Antara lain, untuk menunjukkan karakter yang kuat dari sebuah tokoh. Warna hitam juga umum digunakan dalam acara-acara formal. Selain itu, pada jaman Edo, warna hitam adalah salah satu warna yang sedang tren di kalangan wanita muda.

Dalam kedua cerita, Bandou Tamasaburou berganti peran menjadi sesosok makhluk gaib yang ditandai dengan perubahan kostum yang dikenakan. Pada pertunjukkan “Musume Doujouji”, perubahan terjadi pada pola kimono yang menggambarkan sisik ular. Sedangkan pada “Kagami Jishi”, kostum berganti menjadi hakama dengan ukuran yang besar dengan warna puih dan emas yang menandakan kekuatan yang sangat besar.

Untuk cerita “Musume Doujouji”, karena tokoh Hanako sebenarnya merupakan jelmaan roh Putri Kiyo, maka untuk membantu penonton mengimajinasikannya, digunakanlah teknik Hadanugi. Bagian atas kimononya bercorak sisik ular, sedangkan kimono bagian bawahnya tetap sama dengan kimono yang terakhir dipakai oleh Hanako. Dan riasan serta tampilan keseluruhan Bandou Tamasaburou tidak berbeda dengan sebelumnya. Sedangkan untuk cerita “Kagami Jishi”, karena Bandou Tamasaburou


(4)

65 Universitas Kristen Maranatha memerankan 2 tokoh yang sama sekali berbeda, ia merubah total seluruh riasan, tatanan rambut, dan kostum yang dikenakan.


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Sumber INTERNET:

-Development of Kabuki Costuming.

http://www.comm.unt.edu/histofperf/nonwest/zsohar/copy_of_japanesetheatr/Kabuki%2 0Costumes.htm (24 Februari 2011)

-Dynamics of Drama.http://dramaturgi.blogspot.com (16 Maret 2010) -HISTORICAL NOTES ON THE PHOENIX IN JAPAN.

http://www.onmarkproductions.com/html/ho-oo-phoenix.shtml (15 Mei 2011)

-Introduction and Scope. http://www.ils.unc.edu (24 Februari 2011)

-kabuki costume.

http://www.comm.unt.edu/histofperf/nonwest/zsohar/copy_of_japanesetheatr/Kabuki%2 0Costumes.htm (13 Februari 2011)

-Kagami Jishi. www.kabuki21.com(11 Mei 2011) -Kansai World Heritage Archives | Kabuki.

http://www.kansai.gr.jp/culture_e/archives/kabuki/index.html (16 Maret 2010) -Musume Doujouji. www.kabuki21.com (16 Maret 2010)

-Noh History. http://www.comm.unt.edu (24 Februari 2011) -鏡獅子. http://blog.goo.ne.jp (11 Mei 2011)

-日本舞踊 長唄. www.doujouji.com (11 Mei 2011)

Sumber PUSTAKA:

-Drs. M. Subana, M. Pd. –sudrajat, S. Pd..2001.”DASAR-DASAR PENELITIAN ILMIAH”.CV PUSTAKA SETIA

-Ishikawa Takayuki.2006.”Kimono Ni Tsuyoku Naru”.Sekaibunsya

-James R. Brandon, Samuel L. Leiter 2004. “Materpiece of Kabuki Eighteen Plays on Stage”. University of Hawaii Press


(6)

Universitas Kristen Maranatha -Moh. Nazir,Ph.D.1988.”METODE PENELITIAN”.Ghalia Indonesia

-Norio Yamanaka. 1987. “Book of Kimono”. Kodansha International -Ronald Cavaye. 1993. “A Pocket Guide of Kabuki”. Tuttle Publishing -Ruth M. Shaver. 1990. “Kabuki Costume”. The Charles E. Tuttle company -Sawako Ariyoshi.1994.”Kabuki Dancer”.Kodansha International

-Syuuni Ookura.2001. “Kabuki Today the Art and Tradition”. Sitzhhenry&white side -松井今朝子. 2010 “歌舞伎 なぜ もしろい ”. Niponica no.1.