Aktor aktor Dalam Hubungan Internasional

Aktor-aktor Dalam Hubungan Internasional
Pada dasarnya studi hubungan internasional memiliki tujuan dasar untuk mempelajari tentang
perilaku internasional, seperti contohnya perilaku para aktor. Baik aktor yang negara maupun
yang non-negara. Dalam dunia Hubungan Internasional, terdapat aktor-aktor tertentu yang
akan ikut berperan aktif sebagai pemegang kekuasaan yang berlaku dalam setiap episodenya.
Aktor dalam studi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, aktor negara dan juga aktor nonnegara.
Negara merupakan suatu media bagi perserikatan masyarakat dari berbagai elemen yang
bersatu dan memiliki satu kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh masyarakat yang berada
dibawah kekuasaan pimpinan tersebut. Tiga unsur yang menentukan eksistensi suatu negara,
yaitu: Lembaga, batas dan kemampuan membuat aturan (Minix & Hawley 1998, 77). Tanpa
adanya tiga unsur tersebut, negara akan merasa sulit untuk berhubungan dengan negara yang
lainnya. Akibatnya, negara tersebut akan menjadi negara yang apatis dengan dunia
internasional.
Negara boleh jadi aktor yang paling penting dalam hubungan internasional, tetapi mereka
sangat tergantung, terbatasi, dan dipengaruhi oleh aktor bukan negara (Goldstein 2005, 12).
Selain adanya aktor negara, terdapat pula aktor non-negara yang juga memiliki arti penting
bagi suatu negara untuk berhubungan dengan dunia internasional. Seperti organisasi
internasional non-pemerintah, organisasi keagamaan, atau mungkin seperti perusahaan
multinasional.
Selain itu, ada pula faktor lain yang mendukung suatu negara dapat berkembang dalam fase
transisi. Seperti yang tertulis di buku ‘PerubahanGlobal dan Perkembangan Studi Hubungan

Internasional”, karya dari Andre H. Pareira. Faktor pendukung utama untuk continuity
Hubungan Internasional adalah aktor Negara-Bangsa (Nation-State), yang dengan atribut
kedaulatan dan penggunaan power untuk meraih kepentingan nasional, berupaya untuk
mempertahankan perannya sebagai aktor utama dalam Hubungan Internasional, sedangkan
pendukung change adalah globalisasi ekonomi, kemajuan teknologi, ancaman terhadap

lingkungan hidup, peningkatan kepada power dan influence dari aktor non-negara (Toma &
Gorman 1991, 23).
Realita pada dekade 1990-an menunjukan bahwa aktor negara-bangsa yang merupakan
representasi dari kekuatan continuity sedang mengalami tantangan serius dari aktor-aktor
internasional yang menjadi representasi dari kekuatan change, seperti kekuatan ekonomi
global; Multi National Corporations (MNCs); global capital finance yang bertualang dari
negara ke negara; media masa internasional dan gerakan-gerakan populis seperti kelompok
pro demokrasi, kelompok bela HAM, dan pejuang lingkungan hidup yang bergabung dalam
INGOs (Pareira 1999, 86).
Menurut Couloumbis dan Wolfe, power sebagai payung konsep memiliki tiga unsur
(Soeprapto 1997, 121), yaitu:
1. Force (kekuatan), yang didefinisikan sebagai ancaman eksplisit, atau aktor A
menggunakan alat-alat paksa seperti misalnya militer, ekonomi, dan lain-lain terhadap
aktor B untuk mencapai tujuan-tujuan politik.

2. Influence (pengaruh), yang didefinisikan sebagai penggunaan alat-alat persuasi oleh
aktor A untuk menjaga atau mengubah perilaku aktor B dengan cara-cara yang sesuai
dengan preferensi atu sesuai dengan keinginan aktor A.
3. Otoritas, yang di definisikan sebagai kerelaan aktor B untuk memenuhi instruksiinstruksi yang dikeluarkan oleh aktor A yang dipelihara dalam persepsi aktor B mengenai
aktor A, seperti contohnya: sikap hormat, solidaritas, kepemimpinan.
Kenyataan menunjukan bahwa power itu dikatakan ada apabila kita membandingkan antara
aktor yang satu terhadap aktor yang lainnya. Dan usaha membandingkan tersebut baru
mungkin dilakukan apabila terdapat hubungan power (Soeprapto 1997, 122). Hans J.
Morgenthau mendefinisikan power sebagai suatu hubungan antara dua aktor politik di mana
aktor A memiliki kemampuan untuk mengontron dan mengendalikan pemikiran sekaligus
tindakan dari aktor B (Soeprapto 1997, 123).

Masalah meningkatnya kekuatan change ini membuat timbulnya pertanyaan-pertanyaan
tentang peran aktor negara-bangsa yang memilik peran aktor utama dalam Hubungan
Internasional. Eksistensi tentang negara-bangsa yang menjadi aktor utama hubungan
internasional masih perlu dipertanyakan kembali. Keraguan ini timbul karena adanya
persoalan-persoalan yang muncul dalam menghadapi tatanan sistem internasional, sedangkan
negara-bangsa itu sendiri masih belum bisa menghadapi secara gamblang persoalanpersoalan tersebut. Namun dengan timbulnya keraguan-keraguan tersebut, bukan berarti
menghapuskan peran negara-bangsa sebagai aktor utama.
Peran non-negara juga sangat mempengaruhi suatu negara untuk berhubungan. Non-negara

terdiri dari antar-pemerintah. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang termasuk salah satu
badan perdamaian internasional yang bertujuan untuk perdamainan bangsa-bangsa di kancah
internasional. Dan ini merupakan salah satu contoh untuk peran aktor non-negara antarpemerintah.
Sedangkan, non-pemerintah adalah suatu organisasi atau mungkin suatu badan yang secara
garis besar kajiannya tidak sama sekali berhubungan dengan pemerintah, tetapi terkadang
masih saja dikaitkan dengan persoalan pemerintah. Contohnya seperti terorisme, organisasi
agama, perusahaan multi nasional. Etno-nasionalis grup, adalah percampuran dari etnis
dengan nasionalis dalam lingkup daerah tertentu yang memilik tujuan untuk kepentingan
politik semata.
Aktor-aktor hubungan internasional tentu mempunyai peranan penting dalam setiap
kedudukannya. Semuanya memiliki perannya masing-masing. Meskipun aktor negara sering
kali lebih condong untuk terjun ke dunia hubungan internasional, tetapi disisi lain, aktor nonnegara juga kerap kali dibutuhkan dalam bidang ini.
Jadi, kesimpulannya adalah bahwa aktor negara dan aktor non-negara memiliki fungsi yang
berbeda diantara keduanya. Namun meskipun kenyataannya kedua aktor ini berbeda fungsi,
mereka masih terikat satu tujan yang sama, yaitu untuk membangun erat hubungan

internasional dengan negara lain. Karena tanpa adanya aktor-aktor tersebut, negara tidak
memiliki media atau penyalur dengan negara yang satu ke negara yang lainnya.

Referensi :

Minix, Dean A. & Hawley, Sandra M. 1998. Global Politics. West/Wadsworth,
Chapter 4.
Pareira, Andre H. 1999. Perubahan Global dan Perkembangan Studi Hubungan
Internasional. Bandung: Citra Aditya Bakti. Chapter 2.
Mas’oed, Mochtar.1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: LP3ES
Soeprapto, R. 1997. Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi, dan Perilaku.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.