UPAYA ETNIS TIONGHOA DALAM MELESTARIKAN TRADISI PERAYAAN IMLEK.

UPAYA ETNIS TIONGHOA DALAM MELESTARIKAN
TRADISI PERAYAAN IMLEK DI KOTA STABAT

Oleh :
Ferdiana Arifah
NIM 3101121209
Program Studi Pendidikan Sejarah

SKRIPSI
Diajukan Untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

ABSTRAK
FerdianaArifah, Nim : 3101121209, “Upaya Etnis Tionghoa Dalam
Melestarikan Tradisi Perayaan Imlek. (Pembimbing : Drs. YusharTanjung,

M.Si). Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah Program Studi S1, Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan. 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui sejarah kedatangan etnis
Tionghoa di Kota Stabat. 2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan
masyarakat Tionghoa di kota Stabat dalam mempertahan tradisinya dalam
perayaan imlek. 3. Untuk mengetahui persiapan apa saja yang dilakukan
masyarakat Tionghoa dalam penyambutan perayaan imlek. 4. Untuk mengtahui
makna dan nilai apa saja yang terkadung dalam pelaksanaan tradisi perayaan
imlek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode field
reseacrh dimana peneliti langsung turun kelapangan untuk mengadakan
penelitian dan mengambil data yang seperlunya, dengan sumber primer dan
sumber sekunder. Serta metode library research, yaitu peneliti melakukan
penelusuran buku-buku yang berhubungan dengan topik penelitian. Data yang
diperoleh dianalisis dengan metode berpikir ilmiah, yaitu dengan cara
menganalisis antara kajian teoritis dengan literatur yang tertuang dalam bab
pembahasan untuk mengambil kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh
adalah:. , untuk melestarikan tradisi Imlek ke generasi muda tionghoa biasanya
orang tua selalu menyuruhanak-anak mereka untuk berkumpul bersama serta
bersembayang memanjarkan doa di kelenteng pada saat hari pelaksanaaan Imlek.
Anak-anak disuruh untuk memakai pakaian serba merah sebagai simbol

kebahagiaan. Selain itu, biasanya orang tua meminta anak- anaknya berkumpul di
rumah orang tuanya, orang tua biasanya meminta anak yangmerantau pulang ke
rumah orang tuanya untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan anggota keluarga
pada saat Imlek. Mereka kemudian pergi ke vihara untuk berdoa. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah Dalam mempertahankan tradisi imlek, para petua
mengenalkan tradisi apa saja dalam perayaan imlek kepada para pemuda
tionghoa. Selain itu para petua juga, melibatkan para pemuda untuk
memeriahkan perayaan imlek setiap tahunnya, seperti menyuruh para pemuda
untuk keliling kota dengan membawa lilin. Tradisi adat dan kebudayaan tahun
baru Imlek di Indonesia tidak jauh berbeda dengan di China,hanya beberapa saja
tradisi dan kebudayaan di Indonesia dengan China.

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada seluruh makhluk ciptaanNya serta Shalawat berangkai salam kepada Nabi Besar Muhammad S.W.T yang
telah membawa kehidupan manusia dari zaman kebodohan sampai pada zaman yang
penuh dengan pendidikan saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “UPAYA ETNIS TIONGHOA DALAM MELESTARIKAN
TRADISI PERAYAAN IMLEK”

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana (S-I) pada Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Sejarah
Universitas Negeri Medan. Skripsi ini ditulis dengan mendapatkan banyak
bimbingan,arahan,serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar,M.S selaku Rektor di Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Dr.H. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan.
3. Ibu Dra.Hj. Lukitaningsih,M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Universitas Negeri Medan.
4. Ibu Dra. Hj. Hafnita SD Lubis selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah
Universitas Negeri Medan.
5. Bapak Drs. Yushar Tanjung M,Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis
yang telah banyak sekali memberi arahan, dan masukan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih bapak atas dorongan mental yang bapak
berikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dra.Hj.Hafnita Sari Dewi Lubis, selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus penguji penulis yang telah mengoreksi dan banyak memberikan
masukan kepada penulis hingga skripsi selesai.


ii

7. Ibu Drs. Ponirin selaku dosen Ahli Pembanding Utama yang telah mengoreksi
dan banyak memberikan masukan kepada penulis hingga skripsi selesai.
8. Bapak Dr.Samsidar Tanjug selaku dosen Pembanding Bebas yang juga telah
banyak mengoreksi dan memberikan masukan kepada penulis hingga skripsi
selesai.
9. Seluruh Dosen – dosen dan staf administrasi di jurusan pendidikan sejarah.
10. Ayahanda Kaharuddin dan Ibunda tercinta Sunarsih yang telah mendidik dan
membesarkan mendo’akan saya mulai dari saya terlahir di dunia ini dengan
penuh kasih sayang dan rasa cinta yang tidak pernah ada habisnya yang tidak
pernah saya dapatkan dari orang lain. Mudah – mudahan skripsi ini bisa
menjadi sebuah kado kecil sebagai tanda kasih sayang saya sebagai anak
kepada ayah dan ibu. Terimakasih yang telah berusaha menyekolahkan kami
anak- anakmu ini.
11. Keluarga besar saya yang selalu memberi dukungan dan menjadi
penyemangat penulis yaitu adinda Safridha Nurul Janah, Mak cik Saya
Maimanah dan Zahriah beserta keluarga yang telah memberi tempat tinggal
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Kepada sahabat- sahabat saya, Julianita Tanjung, Kiki Susanti, Ika Safitri,

Monatia Sari, Ayu Irma, Nelly Sartika, Rasyid Habibi yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam melaksanakan
skiripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala kebaikan
dan ketulusan membantu penulis selama ini. Penulis doakan semoga Tuhan
membalas kebaikan dan memberi kemudahan dalam menyelesaikan TA. Serta
Kepada seluruh teman PPL SMA SWASTA PERSIAPAN STABAT dan
khusus kelas B-Reguler’10 yang telah bersama-sama menjalani perkuliahan
dan semua pengalaman yang kita alami takkan pernah terlupakan. Sukses buat
kita semua. Terima kasih kepada semua Narasumber yang telah membantu
peneliti dalam meneyelesaikan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan karena
tanpa adanya keterbukaan serta kerja sama dngan berbagai pihak, skripsi ini

iii

tidak akan dapat terselesaikan. kepada teman-teman dan pihak yang tidak
bisa sebutkan satu-persatu namanya.
Penulis tidak dapat membalas semua kebaikan yang diberikan selama ini,Semoga
Tuhan yang membalas dan memberikan semua kebaikan kepada kita semua. Akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi
semua pembaca. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam

penyempurnaan skripsi ini.

Medan,

Agustus 2014

Penulis,

Ferdiana Arifah
3101121209

iv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Stabat adalah

ibu kota Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara.


Stabat memiiliki luas daerah 90.46 km², merupakan kota kecamatan terbesar
sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh
salah satu sungaiterpanjang di Sumatera Utara yakni Sungai Wampu yang
sekaligus memisahkan kecamatan ini dengan Kecamatan Wampu di sebelah barat.
Stabat juga dilalui oleh Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum Lintas Pantai
Timur).Sebagian besar penduduk Kecamatan Stabat adalah Suku Melayu 60 %
sebagai salah satu suku asli di Propinsi Sumatera Utara terutama di Kabupaten
Langkat. Namun, Suku Tionghoa dan Suku Jawa cukup besar sekitar 30 % .
Orang Tionghoa dan Jawa telah lama melakukan migrasi ke bumi
Langkat. Hal ini disebabkan dengan pembukaan perkebunan di Sumatera Timur
pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Pesebaran orang Tionghoa dan orang
Jawa di Sumatera Timur terbilang cepat, dikarenakan pemerintah koloni
membutuhkan banyak tenaga kerja atau pekerja diperkebunan, sehingga
pemerintah kolonial mengirimkan pekerja dari Cina dan Jawa. Orang Tionghoa
pada saat itu hanya dipekerjakan sebagai buruh biasa atau kuli diperkebunan.
Hingga periode kolonial Belanda berakhir orang- orang Tionghoa masih menetap
di Langkat khususnya kota Stabat.
Istilah Zhōngguó ini sudah ditemukan pada naskah sejarah klasik dari abad
6 , penyebutan untuk kekaisaran dinasti Zhou. Mereka merasa sebagai pusat


1

kebudayaan dibandingkan dengan keadaan daerah sekelilingnya. Kadang-kadang
istilah Zhōngguó dipakai juga untuk menamai ibukota pusat kekaisaran yang
membedakan penamaan kota dibawah kuasa pangeran yang berinduk pada kaisar.
Sejalan dengan perkembangan zaman Zhōngguó juga dipakai sebagai singkatan
penamaan dari republik tahun 1911 yang didirikan Dr. Sun Yat Sen ( Zhonghua
Minguo). arti harafiah „negara rakyat Chunghwa‟, atau Republik Chunghwa
(sesuai istilah tata negara). Penyebutan singkat menjadi Chung Guo, dalam dialek
Hokkian dibaca Tiongkok.Sedangkan warga masyarakatnya disebut Chunghwa
atau dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.
Di Indonesia Istilah “orang Tionghoa “ masih jadi perdebatan hingga kini
terus berlanjut. Relasi kekuasaan dalam konteks penjulukan yang ditunjukkan
pada orang Tionghoa telah dijadikan politik identitas.Politik identitas telah terjadi
pada zaman penjajahan Belanda.Sebutan Cina berasal dari bahasa Belanda Chi‟na
yang mengacu pada Cina kunciran.Istilah cina mengandung arti yang
merendahkan, dan dianggap oleh orang yang bersangkutan sebagai sebutan yang
bersifat menghina dan meremehkan.
Etnis Tionghoa sangat memegang teguh prinsip ajaran yang sudah mereka

terapkan dalam kehidupan sehari-hari di negara asalnya. Mereka menggunakan
ajaran konfusianisme yang diajarkan oleh Konghucu sebagai pedoman hidup
mereka.Bahkan hingga sampai saat ini orang Tionghoa masih banyak yang
menggunakan ajaran Konghucu sebagai ajaran hidup mereka. Sejarah Konghucu
sendiri pada awalnya adalah sebuah nama dari seorang filsuf yang mengajarkan
ilmu filsafat atau yang sering disebut sebagai konfusius. Ilmu yang dia ajarkan

2

adalah hal yang berkaitan dengan moralitas pribadi dan pemerintahan yang
berdasarkan sifat-sifat ketradisionalan Tionghoa.
Di Indonesia ajaran Konghucu dianggap sebagai agama, fakta ini tidak
akan bisa ditemukan di daratan Tiongkok atau negara lain. Karena memang pada
dasarnya ajaran Konghucu tidak mengajarkan tentang surga dan neraka seperti
yang diajarkan oleh agama pada umumnya melainkan mengajarkan tentang
moralitas pribadi dan pemerintahan yang berdasarkan pada sifat-sifat tradisional
Tionghoa.
Selain ajaran Konghucu, orang Tionghoa juga menganut ajaran Taoisme
yaitu ajaran dari Cina yang menjadi pandangan hidup di Asia Timur yang
menekankan pada hubungan harmonis antara manusia dengan alam semesta.

Taoisme adalah salah satu ajaran filsafat yang bersifat mistik yang mampu
mempengaruhi cara berfikir orang Tionghoa sampai abad ke-20.
Meskipun di Indonesia agama Tao tidak diakui secara resmi oleh
pemerintah Indonesia namun banyak dari masyarakat Tionghoa yang menganut
agama tersebut meskipun dalam katu identitas mereka tidak mencantumkan Tao
sebagai agamanya, bahkan pada tahun 1974 di Medan dibentuk organisasi
keagamaan tao yang diketuai oleh Taosu Kusumo, dan karena banyaknya
dukungan dari berbagai masyarakat, terutama masyarakat Tionghoa yang
memeluk agama Tao akhirnya pada tahun 1992 umat dan simpatisan tao
membentuk suatu organisasi keagamaan dengan nama Majelis Taoisme Indonesia
(MTI).
Bagi etnis Tionghoa, dimanapun mereka migrasi tetap membawa tradisi,
tata kehidupan, dan aturan norma dari tempat asal mereka bertempat tinggal.

3

Salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Tionghoa di Kota
Stabat adalah tradisi perayaan Imlek.Imlek adalah tradisi pergantian tahun. Asalusul Imlek berasal dari Tiongkokdan perayaan ini sudah ada sejak zaman dinasti
Xia ( 2100- 1600 M ), Perayaan Imlek pada masa itu disebut dengan “Chun Lie” ,
berarti Hari Raya Musim Semi. Hari Raya ini jatuh pada bulan Februari dan bila

di negeri Tiongkok, Korea dan Jepang ditandai dengan sudah mulainya musim
semi.
Pada setiap tahun masyarakat Tionghoa merayakan tradisi perayaan Imlek
dengan dengan berbagai acara atau kegiatan diantaranya memasang lentera,
menggantung gambar dewa didepan pintu, menyapu rumah, mengadakan jamuan
makan bersama saat malam hari sebelum perayaan Imlek, pada saat perayaan
imlek berlangsung diadakan sembahyang untuk leluhur, menyulut petasan dan
kemudian melakukan kunjungan ketempat kerabat, atraksi barongsai, pesta
kembang api, pentas musik yang khiem, warung semawis, dan lain- lain.
Pada masa Kolonial pemerintahan Belanda dan pemerintahan Soekarno,
tradisi perayaan imlek dilakukan secara terbuka.Setelah jatuhnya pemerintahan
Soekarno dan masuknya pemerintahan Orde Baru, tradisi imlek dilakukan secara
tertutup

perayaan

imlek

hanya

dilakukan

dalam

lingkungan

keluarga.

Pendiskriminasian etnis Tionghoa sebenarnya sudah terjadi pada masa kolonial
Belanda. Setelah reformasi, dalam pemerintahan K.H. Abdul Rahman Wahid
mencabut larangan bagi masyarakat Tionghoa.Beliau memberikan izin bagi
masyarakat Tionghoa untuk menjalankan tradisinya tanpa harus meminta ijin
kepada pemerintah.Pada Tahun 2000, Megawati Soekarnoputri menyatakan hari
raya Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional. Pada tahun 2006, pemerintah

4

mengeluarkan undang- undang

yang menghapus segala perbedaan antara

Tionghoa dan pribumi.

1.2. Identifikasi Masalah
1. Asal usul etnis Tionghoa di Kota Stabat
2. Istilah Tionghoa
3. Upaya etnis Tionghoa di kota Stabat dalam mempertahankan tradisi
imlek
4. Proses pelaksanaan perayaan Imlek di kota Stabat
5. Makna dan nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi perayaan
imlek

1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat perumusan masalah
yaitu:
1. Bagaimana sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Kota Stabat ?
2. Bagaimana upaya masyarakat etnis Tionghoa di Kota Stabat dalam
mempertahankan tradisi perayaan imlek ?
3. Apa makna dan nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi
perayaan Imlek

5

1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Kota Stabat
2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Tionghoa
di kota Stabat dalam mempertahan tradisinya dalam perayaan imlek.
3. Untuk mengetahui persiapan apa saja yang dilakukan masyarakat
Tionghoa dalam penyambutan perayaan imlek
4. Untuk mengtahui makna dan nilai apa saja yang terkadung dalam
pelaksanaan tradisi perayaan imlek

1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini :
1. Menambah wawasan bagi peneliti dan pembaca mengenai salah satu
tradisi etnis Tionghoa
2. Memberikan pengalaman pada peneliti dalam penulisan karya ilmiah
3. Sebagai tambahan kepustakaan yang dijadikan karya ilmiah pada
permaslahan yang sama.

6

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam mempertahankan tradisi imlek, para petua mengenalkan tradisi apa
saja dalam perayaan imlek kepada para pemuda tionghoa. Selain itu para petua
juga, melibatkan para pemuda untuk memeriahkan perayaan imlek setiap
tahunnya, seperti menyuruh para pemuda untuk keliling kota dengan membawa
lilin. Tradisi adat dan kebudayaan tahun baru Imlek di Indonesia tidak jauh
berbeda dengan di China,hanya beberapa saja tradisi dan kebudayaan di Indonesia
dengan China antara lain:

Tradisi Makan yang berbeda antara lain yaitu:


Di Indonesia pada saat tahun baru Imlek makanan mie yang disajikan
tidak ada pantangan untuk dipotong-potong.



Ikan yang disajikan tidak harus disisakan atau boleh dihabiskan
(Indonesia).



Makanan yang disajikan atau disediakan pada waktu tahun baru Imlek
di Indonesia tidak harus berjumlah 12 macam sesuai Shio,hal ini
tergantung pada keadaan dan kondisi ekonomi atau kemampuan
ekonominya.



Di Indonesia tidak ada pantangan atau larangan untuk memakan dan
menyediakan bubur saat tahun baru Imlek.

63

Tradisi tahun baru Imlek lainnya yaitu:

a. Tradisi pemberian Angpao pada saat tahun baru Imlek tidak ada pantangan
atau larangan bahwa jumlah uangnya jumlahnya harus mengandug angka 8
dan dilarang yang mengandung angka4.
b. Pada saat malam tahun baru Imlek di Indonesia tidak ada tradisi atau tidak
ada anjuran untuk berjudi.
c. Ucapan atau salam yang biasa diucapkan pada saat tahun baru Imlek di
Indonesia hanya “Gong Xi fa Cai”

B. Saran

1. Kepada Pemerintah Daerah
Peneliti menyarankan agar pemerintah kelurahan Desa Perdamaian mendukung
dan mengijinkan setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka diadakanya Tradisi
Imlek.Dengan adanya dukungan dari pemerintah setempat diharapkan Tradisi Imlek
ini dapat dilestariakan terus menerus.

2. Kepada masyarakat Tionghoa di Kota Stabat
Peneliti menyarankan supaya masyarakat Tionghoa di Kota Stabat selalu
mengadakan atau merayakan tradisi Imlek ini setiap tahunnya, serta masyarakat juga
harus mewariskan tradisi ini kepada anak cucu mereka dengan mengajak mereka
terlibat langsung dalam perayaan tradisi Imlek

64

3. Kepada generasi muda Tionghoa di Kota Stabat
Peneliti menyarankan kepada generasi muda Tionghoa di Kota Stabat untuk tetap
melestarikan tradisi Imlek yaitu dengan turut berperan aktif dalam setiap kegiatan
ketika perayaan Imlek di tiba. Meraka hendaknya melestarikan tradisi leluhur mereka
dari masa ke masa.

65

DAFTAR PUSTAKA
Cushman, Gungwu.1991.Perubahan Identitas orang cina di Asia
Tenggara.Jakarta:Grafiti
Keping Wang.2011. Etos Kebudayaan Cina.Jakarta:Gramedia
Suhadinata. 2009. WNI Keturunan Tonghoa dalam Stabilitas Ekonomi dan Politik
Indonesia. Jakarta: Gramedia
Koentjaraningrat.2007.Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta:Djambatan
_____________.1986. Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru
Suryadinata, Leo. 2004. Dilema Minoritas Tionghoa.Jakarta:Grafitipers.
Tan Mely.1981.Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia.Jakarta: Gramedia
Nazir Moh.2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Setiadi Elly.2008.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Bandung:Perdana Media Group
Sunarto Kumanto.2004.Pengantar Sosiologi.Jakarta:Lembaga penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
www.wikipediasejarahbarongsai.com