PENGELOLAAN PENILAIAN SIKAP SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA Pengelolaan Penilaian Sikap Sosial dalam Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa di Kelas II SDN Bayan No 216 Surakarta.

(1)

PENGELOLAAN PENILAIAN SIKAP SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN

MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

DI KELAS II SDN BAYAN NO 216 SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Pascasarjana pada Jurusan Magister Administrasi Pendidikan

Oleh:

RUVINA WINDARISNI NIM : Q 100140051

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGELOLAAN PENILAIAN SIKAP SOSIAL DALAM

PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA DI KELAS II SDN BAYAN NO 216 SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

RUVINA WINDARISNI NIM. Q 100140051

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing I

Prof . Dr. Sutama, M. Pd

Dosen Pembimbing II


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGELOLAAN PENILAIAN SIKAP SOSIAL DALAM

PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA DI KELAS II SDN BAYAN NO 216 SURAKARTA

Oleh:

RUVINA WINDARISNI NIM. Q 100140051

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Pascasarjana Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Selasa, 2 Agustus 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Prof. Dr. Sutama, M. Pd ( ) ( Ketua Dewan Penguji)

2. Dr. Wafrotur Rohmah, MM ( ) ( Anggota I Dewan Penguji)

3. Dr. Sofyan Anif, M. Si ( ) ( Anggota II Dewan Penguji)

Direktur Sekolah Pasca sarjana


(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, Juli 2016 Penulis

Ruvina Windarisni Q 100140051


(5)

1

PENGELOLAAN PENILAIAN SIKAP SOSIAL DALAM

PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA DI KELAS II SDN BAYAN NO 216 SURAKARTA

Ruvina Windarisni

Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Email: rwindarisni@yahoo.com

Abstrak

Latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa nilai-nilai moral belum menjadi prioritas utama dalam pendidikan. Pendidikan selama beberapa dekade ini bertumpu pada satu aspek intelektual saja. Penilaian sikap sosial terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Untuk itu dalam penelitian ini membahas bagaimana pengelolaan sikap sosial dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan Penilaian Sikap Sosial dalam Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa di Kelas II SDN Bayan No 216 Surakarta yang dilakukan oleh Guru, untuk mendeskripsikan pengelolaan Penilaian Sikap Sosial dalam Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa di Kelas II SDN Bayan No 216 Surakarta yang dilakukan oleh siswa Jenis penelitian ini adalah kualitataif deskriptif dengan desain studi kasus. Tempat penelitian ini di Kelas II SDN Bayan No 216 Surakarta. Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2015 – Maret 2016. Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu kata-kata, data observasi, data sekunder adalah dokumen. Sumber Data menggunakan kata-kata, dokumen. Nara sumber adalah Kepala Sekolah, Guru Kelas 2 A, Guru Kelas 2B. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis menggunakan analisis interaktif. Keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Hasil penelitian pengelolaan sikap sosial yang dilakukan oleh guru meliputi observasi dan jurnal. Pelaksanaannya meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengelolaan penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh siswa meliputi penilain diri dan penilain antar teman. Pelaksanaannya dilakukan secara sederhana yaitu secara lisan dan masih dibimbing guru. Kesimpulan pengelolaan penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh guru meliputi Observasi dan Jurnal. Penilaian sikap yang dilakukan oleh guru sudah berjalan dengan baik dan dilaksanakan dengan baik. Pengelolaan penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh siswa meliputi penilaian diri dan penilaian antar teman. Penilaian oleh siswa belum berjalan dengan baik.

Kata Kunci : bahasa jawa, pengelolaan, penilaian, sikap sosial

Abstrack

Therefore in this study discusses how social attitudes in the management of local content lessons Java language . The purpose of this study is to describe the management of Assessment attitude of Social in Education Local Content Java language in second grade of SDN Bayan No. 216 Surakarta did by Master , to describe the management of Assessment attitude of Social undertaken in Learning Local Content Java language in second grade of SDN Bayan No. 216 Surakarta by students. This research is using qualitative descriptive case study design . This research was done in second grade of SDN Bayan No. 216 Surakarta . The study was done from September 2015 - March 2016. The data in this study are primary data are using words , observation data , secondary data is the document . Data Source using the words , documents . The resource person were the Principal , Teacher 2 A , Teacher 2B and Headmaster. The technique of collecting data through observation , interviews and documentation study . Mechanical analysis is using interactive analysis . The validity of the data are using a triangulation of sources and methods . The


(6)

2

results of the research management of social attitudes carried out by teachers include observation and journals . Its implementation includes planning , implementation and evaluation . Management assessment of social attitudes was done by students include self assessment and peer assessment . The simply implementation is done orally and still guided by teachers. Conclusion The management of social attitudes assessment carried out by teachers include observations and Journal . Attitude assessment done by teachers has been going well and implemented properly . Management assessment of social attitudes conducted by students include self-assessment and peer assessment . Assessment by the students has not gone well .

Keywords : Java language , management , assessment , social attitudes

1. PENDAHULUAN

Di dalam proses belajar mengajar tentunya banyak kegiatan yang dilakukan oleh guru dari perencanaan, pelaksanaan sampai kepada penilaian. Hal ini tak bisa dihindari karena penilaian sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses kegiatan belajar mengajar. Dengan penilaian diharapkan guru dapat mengetahui apakah siswa dapat menguasai kompetensi yang telah diajarkan. Dalam setiap kurikulum tentunya memiliki pedoman penilaian yang berbeda-beda. Begitu juga di dalam kurikulum 2013.

Di dalam kurikulum 2013 terdapat 4 Kompetensi Inti (KI) yang harus dikuasai. Kompetensi yang erat hubungannya dengan karakter, akhlak, dan moral siswa, yang salah satunya adalah kompetensi sikap. Kompetensi sikap di bagi menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa. Sedangkan sikap sosial terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Penilaian sikap sosial di Sekolah Dasar memiliki porsi yang lebih besar dibanding penilaian lain.

Penilaian sikap sosial erat hubungannya dengan pembentukan karakter siswa. Pendidikan karakter menjadi momentum dalam rangka mengembangkan pendidikan secara lebih luas. Giorgetti, dkk ( 2013). Design of a Specific Quality Assessment Model for Distance Education. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa penilaian dilakukan untuk mengidentifikasi masalah atau tujuan tercapai tidaknya suatu pendidikan dan untuk menyarankan perbaikan pendidikan.

Penilaian sikap sosial juga dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Jawa karena Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah wajib bagi sekolah di Jawa Tengah


(7)

3

terutama di Surakarta. Penilaian dalam pembelajaran Bahasa Jawa memiliki keunikan disbanding pembelajaran lain. Penilaian bisa dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, metode. Bahasa Jawa memiliki kekhasan tersendiri bagi warga Surakarta karena menjadi satu-satunya bahasa daerah yang diajarkan. Selain mulok wajib, di dalam mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa banyak sekali nilai-nilai luhur dan pendidikan budi pekerti yang baik dalam pembentukan sikap siswa. Bahasa Jawa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa di SDN Bayan ini. Melalui pembelajaran Bahasa Jawa guru dapat menyisipkan nilai-nilai karakter yang baik bagi siswa.

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini ada 2 yaitu untuk mendeskripsikan pengelolaan penilaian sikap sosial dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa di kelas 2 SDN Bayan No 216 Surakarta yang dilakukan oleh guru. Untuk mendeskripsikan pengelolaan penilaian sikap sosial dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa di kelas 2 SDN Bayan No 216 Surakarta yang dilakukan oleh siswa.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan penilaian sikap sosial pada pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa yang dilakukan oleh guru dan oleh siswa. Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini bagi sekolah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan dalam pengelolaan penilaian sikap sosial, bagi guru hasil penelitian ini dapat digunakan untuk peningkatan dalam pengembangan penilaian sikap sosial di kelasnya, bagi siswa hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap sosial dan menumbuhkan karakter yang baik, bagi peneliti hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukkan untuk penelitian yang akan datang.

Kusaeri (2012: 8) Penilaian adalah suatu prosedur sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterprestasikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau obyek.

Menurut Kusaeri (2012: 187) Sikap merupakan suatu konsep psikologi yang kompleks. Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat


(8)

4

mempengaruhi seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup lainnya.

Penilaian sikap sosial merupakan salah satu penilaian autentik. Penilaian sikap sosial merupakan istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemontrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah (Kemendikbud, 2014).

Kunandar ( 2014: 104) mengemukakan bahwa penilaian sikap sosial adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memerhatikan ( receiving atau attending), merespons atau menanggapi( responding), menilai atau menghargai ( valuing), mengorganisasi atau mengelola ( organization), dan berkarakter ( characterization )

Dalam Permendikbud ( 2014) pasal 2 disebutkan bahwa muatan lokal merupakan bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajarkan dengan tujuan membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk: a. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya, dan spiritual di daerahnya. b. melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

2. METODE

Jenis penelitian Deskriptif kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan objek penelitian berupa pelaksanaan penilaian sikap sosial. Penelitian ini dilakukan di kelas 2 SD Negeri Bayan No 216. Waktu Penelitian, penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2015- Maret 2016. Data primer adalah kata-kata hasil wawancara, data hasil observasi. Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh peneliti, misalnya dokumen, arsip.


(9)

5

Sumber Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, dokumen. Nara sumber di sini adalah Kepala Sekolah, Guru Kelas 2, dan guru lain yang dianggap peneliti mampu memberikan data yang tepat. Teknik pengumpulan data yang utama adalah Observasi, wawancara mendalam terhadap nara sumber dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data interaktif model Miles dan Huberman. Untuk memperoleh data yang akurat maka diperlukan trianggulasi data. Pada penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber data, trianggulasi metode

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

SDN Bayan No 216 yang menggunakan kurikulum yang berbeda dengan sekolah lain yaitu kurikulum 2013 dimana belum semua sekolah menggunakan kurikulum 2013 ini. Dalam Kurikulum 2013 menggunakan penilaian authentik. Penilaian di SDN Bayan masih menggunakan permendikbud No 23 Tahun 2016. Penilaian sikap sosial dilakukan oleh guru dan siswa.

Pelaksanaan penilaian sikap sosial pelaksanaannya terintegrasi dalam pembelajaran. Dalam penilaian sikap sosial guru menggunakan observasi dan jurnal. Sedangkan siswa melakukan penilaian diri dan penilaian antar teman.

Pelaksanaan penilaian sikap sosial terintegrasi dalm pembelajaran. Namun sebelum menilai guru membuat dahulu perencanaan yaitu guru menentukan terlebih dahulu kompetensi sikap yang akan dinilai melalui observasi yaitu sikap jujur, sikap tanggung jawab, sikap percaya diri, sikap kerjasama, sikap santun atau sikap peduli. Kemudian guru menyusun indikator sikap yang sesuai dengan kompetensi yang diukur. Memilih teknik penilaian. Menentukan teknik pencatatan sikap misalnya dengan skor 1,2,3.4.

Sebelum melakukan observasi guru menyiapkan standar isi, silabus dan RPP pembelajaran. Sebelum melaksanakan penilaian ada beberapa hal yang dilakukan yaitu guru terlebih dahulu menyampaikan kompetensi sikap yang perlu dicapai peserta didik, guru menyampaikan kriteria penilaian dan indikator sikap, guru melakukan pengamatan tampilan sikap siswa.


(10)

6

Pada tahap akhir guru melakukan analisis, merekap hasil observasi dan membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian. Hasil observasi direkap dan dikonversikan dalam bentuk deskripsi. Nilai yang dideskripsikan adalah nilai yang terendah dan yang tertinggi.

Selain penilaian sikap sosial dengan observasi guru juga menilai dengan jurnal catatan. Sedangkan penilaian dengan jurnal hampir sama dengan observasi. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Catatan dalam jurnal dapat berupa informasi tentang sikap siswa di dalam maupun di luar kelas. Catatan jurnal secara tertulis dan dijadikan pedoman bagi guru untuk melakukan pembinaan ataupun bimbingan terhadap peserta didik.

Sebelum menilai dengan jurnal guru perlu mempersiapkan perencanaan terlebih dahulu yaitu menentukan sikap atau perilaku yang akan dinilai, dan mempersiapkan jurnal untuk pencatatan. Dalam pelaksanaan penilaian dengan jurnal ini terintegrasi juga dalam pembelajaran. Pada pelaksanaan penilaian dengan jurnal ini guru mengamati sikap siswa selama pembelajaran, guru mencatat sikap siswa dalam jurnal dengan kata-kata .

Pada tahap pelaksanaan dengan jurnal terintegrasi dalam pembelajaran KI 3 dan KI 4. Guru mengamati semua siswa satu kelas, guru membuat catatan tentang sikap siswa dan perilaku siswa baik di dalam maupun di luar sekolah, mencatat sikap siswa sesuai indikator dan mencatat sesuai tanggal urutan kejadian. Pada tahap akhir guru memberikan umpan balik dalam penilaian. Umpan balik dijadikan dasar dalam penentuan sikap siswa mana yang baik dan kurang baik dan yang perlu untuk ditingkatkan

Hasil temuan penilaian sikap dengan jurnal ini dapat dilakukan dengan pendekatan kontekstual misalnya dalam hal sikap disiplin, sikap jujur. Selain itu juga pendekatan kooperatif misalnya untuk menilai sikap tanggung jawab, kerjasama.

Penilaian sikap sosial selain dilakukan oleh guru juga dilakukan oleh siswa. Penilaian oleh siswa ini adalah penilaian diri dan penilain antar teman.


(11)

7

Namun dalam pelaksanaannya penilaian oleh siswa masih memberatkan bagi siswa kelas dua sehingga pelaksanaannya dilakukan secara sederhana. Pelaksanaan penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh siswa pelaksanaannya terintegrasi dalam pembelajaran.

Pada tahap perencanaan penilain diri dan penilain antar teman ada hal hal yang harus diperhatikan guru yaitu aspek aspek yang mau dinilai harus jelas, cara dan prosedur yang digunakan harus jelas, menentukan cara mengolah dan menentukan hasil penilaian.

Pada tahap pelaksanaan hal hal yang harus dilakukan guru yaitu guru menyampaikan kriteria penilain kepada siswa, membagikan format penilaian, meminta siswa untuk menilai diri. Namun karena kemampuan anak kelas 2 masih kurang memahami dalam penilain diri dan penilain antar teman guru membimbing siswa melalui tanya jawab dan mencatat di instrument yang digunakan guru. Pada tahap akhir guru membuat kesimpulan terhadap penilain antar peserta didik.

Hasil temuan pembelajaran Bahasa Jawa dapat menumbuhkan karakter siswa yang disisipkan dalam materi materi Bahasa Jawa seperti dongeng, cerita rakyat dan figure dari tokoh-tokoh pewayangan.

Berdasarkan hasil temuan penelitian, penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh guru meliputi observasi dan jurnal. Penilaian dengan observasi ini terintegrasi dalam pembelajaran. Dalam penilaian dengan observasi dan jurnal ini guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran. Sutama, dkk ( 2015) Pada penelitian ini menyatakan bahwa penilaian pada aspek afektif dilakukan dengan pengamatan, jurnal guru, penilaian sendiri dan penilaian dari rekan. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa pada aspek afektif guru menggunakan pengamatan dalam penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh guru.

Sebelum melakukan observasi guru menyiapkan standar isi, Silabus dam membuat RPP pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan. Kawiyono (2014) bahwa dalam kurikulum KKPI guru membuat program tahunan dan program semester yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa dalam pembelajaran guru perlu


(12)

8

menyiapkan administrasi pembelajaran dalam mengajar sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Berdasarkan hasil temuan pelaksanaan penilaian sikap sosial dengan observasi terintegrasi dalam pembelajaran. Namun sebelum menilai guru membuat dahulu perencanaan yaitu guru menentukan terlebih dahulu kompetensi sikap yang akan dinilai melalui observasi yaitu sikap jujur, sikap tanggung jawab, sikap percaya diri, sikap kerjasama, sikap santun atau sikap peduli. Guru menyusun indikator sikap yang sesuai dengan kompetensi yang diukur dan membuat instrument pengamatan. Stearns, dkk (2012) pada penelitian ini menggunakan instrumen observasi untuk memberikan umpan balik kepada guru dan pemangku kepentingan lainnya , dan tindak lanjut saran bagi mereka yang terlibat dalam pengembangan profesional . Dari hasil penelitian tersebut dapat dimaknai bahwa dalam penilaian dengan observasi perlu terlebih dahulu membuat instrument yang tepat agar guru dapat memberikan umpan balik dalam pembelajaran. Dalam penilaian dengan observasi guru harus membuat instrument pembelajaran yang sesuai.

Dalam melakukan observasi guru memilih teknik penilaian. Menentukan teknik pencatatan sikap misalnya dengan skor 1,2,3.4. sehingga guru dapat mengetahui prestasi atau sikap sikap yang baik dan kurang baik. Sabzian ( 2013) bahwa guru dapat melakukan penilaian dengan baik dan benar agar prestasi belajar siswa meningkat. Dari hasil penelitian tersebut dapat dimaknai bahwa guru dalam pembelajaran harus menyiapkan teknik penilain dengan baik agar hasil belajar sesuai dengan indikator yang ditentukan.

Berdasarkan hasil temuan pada tahap akhir guru melakukan analisis, merekap hasil observasi dan membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian. Hasil observasi direkap dan dikonversikan dalam bentuk deskripsi. Nilai yang dideskripsikan adalah nilai yang terendah dan yang tertinggi. Jadi guru dapat mengetahui sikap mana yang harus diperbaiki atau ditingkatkan. Kawiyono ( 2014) menyatakan bahwa bentuk evaluasi harapannya adalah agar siswa tidak hanya menguasai materi pelajaran saja tetapi juga mempunyai sikap yang terpuji. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa guru perlu melakukan analisis hasil


(13)

9

evaluasi agar tidak hanya aspek pengetahuan saja yang tercapai tetapi juga aspek sikap.

Hasil temuan penilaian sikap dengan observasi dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, metode, media , dan sumber belajar yang bervariasi. Dengan pendekatan kontektual sikap siswa dapat meningkat. Terutama dalam tutur kata. Anwar ( 2013) menyatakan bahwa bahasa tidak bisa dilepaskan dengan budaya penuturnya. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa dalam pembelajaran tutur kata dapat dilakukan dengan pendekatan kontektual sehari hari.

Hasil temuan selain penilaian sikap sosial dengan observasi guru juga menilai dengan jurnal catatan. Penilaian dengan jurnal ini guru mengamati sikap siswa selama pembelajaran dan mencatatnya di jurnal catatan guru. Suharningsih ( 2010) salah satu usaha guru dalam merencanakan pembelajaran adalah dengan memahami kurikulum, mengumpulkan informasi dan referensi, mengidentifikasi sumber belajar dan mempersiapkan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai tujuan. Dari penelitian ini dapat dimaknai bahwa dalam pembelajaran guru dapat menyusun pembelajaran termasuk menentukan jenis penilaian yang akan digunakan sehingga tujuan guru dalam mengajar dapat tercapai. Jenis penilain di sini dapat bermacam macam termasuk penilain dengan jurnal catatan.

Sebelum menilai dengan jurnal guru perlu mempersiapkan perencanaan terlebih dahulu yaitu menentukan sikap atau perilaku yang akan dinilai, dan mempersiapkan jurnal untuk pencatatan. Menurut Vinje ( 2015) guru membutuhkan dukungan , waktu dan mendiskusikan isi dari kurikulum dan mempelajari cara mendidik dengan baik. Dari hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa guru perlu membuat perencanaan dalam mengajar dan memahami kurikulum yang ada sehingga sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Berdasarkan hasil temuan dalam tahap pelaksanaan dengan menggunakan jurnal terintegrasi dalam pembelajaran pada KI 3 dan KI 4. Pada tahap ini guru: 1) mengamati perilaku peserta didik . Dalam hal ini mengamati semua siswa satu kelas, hal yang diamati sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. 2) membuat catatan tentang sikap dan perilaku siswa baik di dalam maupun di luar sekolah. 3)


(14)

10

mencatat sikap siswa sesuai dengan indikator yang akan dinilai. 4) mencatat sesuai urutan tanggal kejadian. Menurut penelitian Suryana ( 2013) strategi guru dalam pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dimaknai bahwa dalam pembelajaran menentukan hasil belajar siswa termasuk juga dalam penilaian. Jadi guru harus membuat langkah-langkah pembelajaran dengan baik.

Hasil temuan pada tahap akhir guru memberikan umpan balik dalam penilaian. Umpan balik dijadikan dasar dalam membuat keputusan. Hasil penilaian dikonversikan. Pelaporan diberikan dalam bentuk kategori capaian sikap disertai deskripsi. Pelaporan secara tertulis. Menurut Badu ( 2012) bahwa kegiatan evaluasi menjadi tak terpisahkan dari rencana program pembelajaran yang telah ditetapkan. Dari hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa dalam evaluasi guru perlu melakukannnya secara menyeluruh sampai pada pelaporannya.

Berdasarkan hasil temuan penelitian penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh siswa meliputi penilaian diri dan penilaian antar teman. Berdasarkan hasil pengamatan Penilaian diri di kelas sangat bagus untuk melatih kepercayaan diri siswa. Greer ( 2010) Hasil penelitian ini adalah bahwa penilaian diri dibangun dengan pertimbangan: tempat pendidikan, evaluasi pendidikan, partisipasi program, dukungan institusional dan fakultas yang intensif. Penilaian pendidikan interprofesioanl dan perencanaan intrumen untuk lembaga pendidikan dapat menjadi pembantu utama dalam membantu para pemimpin nasional dan internasional. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa dengan penilaian diri dapat membantu kepercayaan diri siswa bertambah.

Penilaian diri untuk kelas 2 siswa masih harus dibimbing oleh guru, mengingat siswa kelas 2 belum dapat sepenuhnya paham menilai dirinya. Suparno ( 2013) menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran diperlukan perbaikan sistem manajerial dengan lebih memfokuskan pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh guru dalam menunjang proses pembelajaran yang berlangsung. Dari hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa guru dalam penilaian atau pembelajaran dapat menyesuaikan diri sesuai dengan kemampuan guru ataupun siswa


(15)

11

Berdasarkan hasil temuan pada penilaian diri pada tahap pelaksanaan hal-hal yang dilakukan guru adalah menyampaikan kriteria penilaian kepada siswa, meminta siswa untuk menilai diri. Dalam pelaksanaannya guru membimbing siswa agar data yang diperoleh lebih akurat. Pada penilaian diri ini selain menggunakan lembar observasi guru juga melaksanakan penilaian diri dengan cara lisan. Instrumen yang digunakan guru berupa cek list. Siswa memberi tanda cek pada pernyataan yang dianggap benar pada lembar instrumen. Guru membimbing siswa dengan cara bertanya jawab. Pittaway ( 2012) menyatakan bahwa penilaian pada umumnya perlu dibuat lebih inovatif, lebih reflektif di alam dan seharusnya mencakup lebih banyak kepentingan. Dari hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa guru dalam menilai perlu menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik.

Hasil temuan tahap akhir guru mengkaji hasil penilaian, membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian, mengkonversi nilai hasil penilaian, melakukan tinjak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian. Giorgetti ( 2013) penilaian dilakukan untuk mengidentifikasi masalah atau tujuan tercapai tidaknya suatu pendidikan dan untuk menyarankan perbaikan pendidikan. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa dengan membuat kesimpulan pada penilaian dapat mengidentifikasi masalah tercapai tidaknya suatu pendidikan.

Berdasarkan hasil temuan penelitian penilaian yang dilakukan oleh siswa selain dengan penilaian diri juga dengan penilaian antar peserta didik. Penilaian antar peserta didik digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap. Penilaiain ini dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai satu sama lain. Instrument yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik Pada penilaian antar peserta didik ini mengacu pada indikator yang sudah dibuat guru sesuai dengan kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap. Menurut Rahmawati ( 2014) menyatakan bahwa penilaian sejawat merupakan teknik penilaian yang secara teoritis dianggap cocok untuk mengetahui perkembangan kompetensi berbicara. Penelitian ini dapat dimaknai bahwa dalam penilaian antar teman dapat diketahui kemampuan siswa dalam menilai temannya


(16)

12

Hasil temuan pada tahap pelaksanaannya guru terlebih dahulu menyampaikan kriteria penilaian kepada peserta didik. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian terhadap temannya. Namun pada saat pelaksanaannya guru membimbing siswa untuk menilai temanya dengan cara lisan. Karena kemampuan siswa kelas dua untuk menilai temannya masih rendah. Pada penilaian antar teman ini siswa tidak menggunakan lembar observasi. Sun (2015) Penilaian sejawat adalah salah satu cara untuk memberikan umpan balik pribadi yang digunakan untuk skala kelas besar . Selain manfaat logistik yang jelas , telah menduga bahwa siswa juga belajar dari praktek penilaian sejawat. Dari penelitian ini dapat dimaknai bahwa dengan penilaian antar peserta didik dapat memberikan umpan balik pribadi peserta didik.

Pada tahap akhir guru mengkaji hasil penilaian secara cermat dan obyektif, menyampaikan umpan balik berdasarkan kajian terhadap penilaian antar peserta didik, membuat kesimpulan terhadap penilaian antar peserta didik, mengkonversi nilai, melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian. Menurut Sun (2015) penilaian sejawat menyebabkan keuntungan kecil tapi signifikan dalam prestasi siswa. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa dengan melakukan penilaian antar peserta didik dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

Hasil temuan pembelajaran Bahasa Jawa dapat menumbuhkan karakter siswa yang disisipkan dalam materi- materi Bahasa Jawa seperti dongeng, cerita rakyat dan figur dari tokoh-tokoh pewayangan. Mardikantoro ( 2013) menyatakan bahwa kearifan lokal yang diungkap dengan Bahasa Jawa meliputi ajaran tentang larangan mengumbar hawa nafsu, ajaran tidak berbuat jahat, ajaran larangan menyakiti orang lain, ajaran tentang panutan hidup, ajaran tentang memegang teguh ucapan. Hal ini dapat dimaknai bahwa pembelajaran Bahasa Jawa dapat menumbuhkan karakter yang baik kepada siswa.

4. KESIMPULAN

Penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran muatan lokal Bahasa Jawa meliputi observasi dan jurnal catatan guru. Teknik penilaian dengan


(17)

13

observasi dan jurnal dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penilaian sikap sosial yang dilakukan guru sudah berjalan dengan baik dan dilaksanakan dengan baik. Ini terbukti sebelum mengajar guru sudah membuat perencanaan dengan baik ( menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Standar Isi, Silabus, RPP termasuk instrument penilaian), guru melaksanakan penilaian dengan obyektif, terpadu, efektif dan efisien. Guru menganalisis hasil penilaian dan melakukan tindak lanjut dengan bimbingan. Kelebihan dari penilaian sikap sosial dalam pembelajaran Bahasa Jawa adalah dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan pembelajaran ( kontekstual, kooperatif), metode ( bermain peran, diskusi ) dan disisipkan dalam materi-materi Bahasa Jawa seperti dongeng, cerita rakyat dan figur dari tokoh-tokoh pewayangan.

Penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran muatan lokal Bahasa Jawa meliputi penilaian diri dan penilaian antar teman Teknik penilaian dengan penilaian diri dan penilaian antar teman dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penilaian diri dan penilaian antar teman dilakukan secara lisan dengan Tanya jawab dengan dibimbing guru. Penilaian diri dalam pembelajaran Bahasa Jawa dapat dilakukan melalui metode bermain peran. Penilaian antar teman dalam pembelajaran Bahasa Jawa dilakukan dengan pendekatan kooperatif, metode diskusi, tanya jawab. Penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh siswa di kelas 2 masih banyak hambatannya karena kemampuan siswa dalam menilai diri dan temannya terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. ( 2013). Penggunaan Bahasa Jawa Anak Usia SD di Desa Tanjungrejo

Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo. Jurnal Pendidikan, Bahasa,

sastra dan budaya Jawa universitas Muhammadiyah Purworejo. Vol 3, No 4

Badu, S.Q. (2012). “ Implementasi Evaluasi model Kirkpatrick pada perkuliahan

masalah nilai awal dan syarat batas”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi


(18)

14

Giorgetti, C.G; Romero, L; Vera, M. (2013). Design of a Specific Quality Assessment Model for Distance Education. RUSC Vol 10, No 2, hal 301-314 Greer, A. G. dan Clay, M. (2010). Interprofessional Education Assessment and

Planning Instrument for Academic Institutions. Journal of Allied Health, suppl. Special issue on interprofessional Education and Care. Vol 39, No 3, Hal 224-231

Gunawan, H. (2014). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: ALFABETA

Kawiyono, A. (2014). “ Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Ketrampilan Komputer dan Pengolahan Informasi untuk membentuk kemandirian peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan”. Vol 26, No 1, Hal 21 -30 Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013

Tahun 2014. Kemendikbud

Kunandar. (2014). Penilaian Authentik ( Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan kurikulum 2013). Cetakan ke-3. Jakarta : Raja Grafindo

Persada

Kusaeri, dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Mardikantoro, H. B. ( 2013). Bahasa Jawa sebagai pengungkap Kearifan Lokal Masyarakat samin Di Kabupaten Blora. Jurnal Komunitas. Vol 5, No 2, hal 197-207

Pittaway, L. E. dan Corina, E. (2012). Assessment: Examining Practice in Enterpreneurship Education. Education & Training Vol 54, No 8/9, Hal 778-800

Rahmawati, L.E., dan Nuraini, F. (2014). “ Pengembangan Model Penilaian Authentik Kompetensi Berbicara”. Varia Pendidikan, Vol 26, No 1, Hal 1 -10

Sabzian, F.; Ismail, Z.dan Ismail, M. (2013). “ An Evaluation of The Effectiveness of Teacher. Professional Developmen ( TPD) in Iran Using Akker Spide Web

Model”. International Journal of Human Resoure Studies. Macrothink


(19)

15

Stearns, L. M., Morgan, J., dan Capraro. (2012). A Teacher Observation Instrument for PBL Classroom Instruction. Journal of STEM Education : Innovations and ResearchVol 13, No 3 , Hal 7-16.

Sudjana, N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suharningsih. (2010). “ Optimalisasi Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar”. Paedogogia, jilid no 2, Agustus 2010

Sun, D. L., Harris, N., Walther, G., dan Baiocchi, M. ( 2015). Peer Assessment Enhances Student Learning: The Results of a Matched Randomized Crossover Experiment in a College Statistics Class.

Suparno, A. (2013). “ Kontribusi Pelatihan Guru, Iklim Organisasi dan Persepsi guru tentang Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap

Keterampilan Guru dalam pembelajaran SMKN Kota Semarang “. Varia

Pendidikan, Vol 25. No 1, Hal 53-65

Suryana, D. ( 2013). “ Pengetahuan tentang Strategi Pembelajaran, Sikap, dan

Motivasi Guru”. Jurnal Ilmu Pendidikan. JIP. Jilid 19. No 2, Desember

2013, Hal 129- 251

Sutama, Narimo, S. dan Samino. (2015). “ Management of Curriculum 2013

Mathematic Learning Evaluation in Junior High School”. International

Journal of Education. Macrothink Institute, Vol. 7. Num 3 September 2015, Hal 164 -174

Vinje, I. (2015). “ Teaching Future Teachers in the Subject of Pedagogy”. International Journal of Education. Macrothink Institute, Vol.1, May 2015, Hal 19- 35


(1)

10

mencatat sikap siswa sesuai dengan indikator yang akan dinilai. 4) mencatat sesuai urutan tanggal kejadian. Menurut penelitian Suryana ( 2013) strategi guru dalam pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dimaknai bahwa dalam pembelajaran menentukan hasil belajar siswa termasuk juga dalam penilaian. Jadi guru harus membuat langkah-langkah pembelajaran dengan baik.

Hasil temuan pada tahap akhir guru memberikan umpan balik dalam penilaian. Umpan balik dijadikan dasar dalam membuat keputusan. Hasil penilaian dikonversikan. Pelaporan diberikan dalam bentuk kategori capaian sikap disertai deskripsi. Pelaporan secara tertulis. Menurut Badu ( 2012) bahwa kegiatan evaluasi menjadi tak terpisahkan dari rencana program pembelajaran yang telah ditetapkan. Dari hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa dalam evaluasi guru perlu melakukannnya secara menyeluruh sampai pada pelaporannya.

Berdasarkan hasil temuan penelitian penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh siswa meliputi penilaian diri dan penilaian antar teman. Berdasarkan hasil pengamatan Penilaian diri di kelas sangat bagus untuk melatih kepercayaan diri siswa. Greer ( 2010) Hasil penelitian ini adalah bahwa penilaian diri dibangun dengan pertimbangan: tempat pendidikan, evaluasi pendidikan, partisipasi program, dukungan institusional dan fakultas yang intensif. Penilaian pendidikan interprofesioanl dan perencanaan intrumen untuk lembaga pendidikan dapat menjadi pembantu utama dalam membantu para pemimpin nasional dan internasional. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa dengan penilaian diri dapat membantu kepercayaan diri siswa bertambah.

Penilaian diri untuk kelas 2 siswa masih harus dibimbing oleh guru, mengingat siswa kelas 2 belum dapat sepenuhnya paham menilai dirinya. Suparno ( 2013) menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran diperlukan perbaikan sistem manajerial dengan lebih memfokuskan pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh guru dalam menunjang proses pembelajaran yang berlangsung. Dari hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa guru dalam penilaian atau pembelajaran dapat menyesuaikan diri sesuai dengan kemampuan guru ataupun siswa


(2)

11

Berdasarkan hasil temuan pada penilaian diri pada tahap pelaksanaan hal-hal yang dilakukan guru adalah menyampaikan kriteria penilaian kepada siswa, meminta siswa untuk menilai diri. Dalam pelaksanaannya guru membimbing siswa agar data yang diperoleh lebih akurat. Pada penilaian diri ini selain menggunakan lembar observasi guru juga melaksanakan penilaian diri dengan cara lisan. Instrumen yang digunakan guru berupa cek list. Siswa memberi tanda cek pada pernyataan yang dianggap benar pada lembar instrumen. Guru membimbing siswa dengan cara bertanya jawab. Pittaway ( 2012) menyatakan bahwa penilaian pada umumnya perlu dibuat lebih inovatif, lebih reflektif di alam dan seharusnya mencakup lebih banyak kepentingan. Dari hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa guru dalam menilai perlu menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik.

Hasil temuan tahap akhir guru mengkaji hasil penilaian, membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian, mengkonversi nilai hasil penilaian, melakukan tinjak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian. Giorgetti ( 2013) penilaian dilakukan untuk mengidentifikasi masalah atau tujuan tercapai tidaknya suatu pendidikan dan untuk menyarankan perbaikan pendidikan. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa dengan membuat kesimpulan pada penilaian dapat mengidentifikasi masalah tercapai tidaknya suatu pendidikan.

Berdasarkan hasil temuan penelitian penilaian yang dilakukan oleh siswa selain dengan penilaian diri juga dengan penilaian antar peserta didik. Penilaian antar peserta didik digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap. Penilaiain ini dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai satu sama lain. Instrument yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik Pada penilaian antar peserta didik ini mengacu pada indikator yang sudah dibuat guru sesuai dengan kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap. Menurut Rahmawati ( 2014) menyatakan bahwa penilaian sejawat merupakan teknik penilaian yang secara teoritis dianggap cocok untuk mengetahui perkembangan kompetensi berbicara. Penelitian ini dapat dimaknai bahwa dalam penilaian antar teman dapat diketahui kemampuan siswa dalam menilai temannya


(3)

12

Hasil temuan pada tahap pelaksanaannya guru terlebih dahulu menyampaikan kriteria penilaian kepada peserta didik. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian terhadap temannya. Namun pada saat pelaksanaannya guru membimbing siswa untuk menilai temanya dengan cara lisan. Karena kemampuan siswa kelas dua untuk menilai temannya masih rendah. Pada penilaian antar teman ini siswa tidak menggunakan lembar observasi. Sun (2015) Penilaian sejawat adalah salah satu cara untuk memberikan umpan balik pribadi yang digunakan untuk skala kelas besar . Selain manfaat logistik yang jelas , telah menduga bahwa siswa juga belajar dari praktek penilaian sejawat. Dari penelitian ini dapat dimaknai bahwa dengan penilaian antar peserta didik dapat memberikan umpan balik pribadi peserta didik.

Pada tahap akhir guru mengkaji hasil penilaian secara cermat dan obyektif, menyampaikan umpan balik berdasarkan kajian terhadap penilaian antar peserta didik, membuat kesimpulan terhadap penilaian antar peserta didik, mengkonversi nilai, melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian. Menurut Sun (2015) penilaian sejawat menyebabkan keuntungan kecil tapi signifikan dalam prestasi siswa. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa dengan melakukan penilaian antar peserta didik dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

Hasil temuan pembelajaran Bahasa Jawa dapat menumbuhkan karakter siswa yang disisipkan dalam materi- materi Bahasa Jawa seperti dongeng, cerita rakyat dan figur dari tokoh-tokoh pewayangan. Mardikantoro ( 2013) menyatakan bahwa kearifan lokal yang diungkap dengan Bahasa Jawa meliputi ajaran tentang larangan mengumbar hawa nafsu, ajaran tidak berbuat jahat, ajaran larangan menyakiti orang lain, ajaran tentang panutan hidup, ajaran tentang memegang teguh ucapan. Hal ini dapat dimaknai bahwa pembelajaran Bahasa Jawa dapat menumbuhkan karakter yang baik kepada siswa.

4. KESIMPULAN

Penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran muatan lokal Bahasa Jawa meliputi observasi dan jurnal catatan guru. Teknik penilaian dengan


(4)

13

observasi dan jurnal dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penilaian sikap sosial yang dilakukan guru sudah berjalan dengan baik dan dilaksanakan dengan baik. Ini terbukti sebelum mengajar guru sudah membuat perencanaan dengan baik ( menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Standar Isi, Silabus, RPP termasuk instrument penilaian), guru melaksanakan penilaian dengan obyektif, terpadu, efektif dan efisien. Guru menganalisis hasil penilaian dan melakukan tindak lanjut dengan bimbingan. Kelebihan dari penilaian sikap sosial dalam pembelajaran Bahasa Jawa adalah dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan pembelajaran ( kontekstual, kooperatif), metode ( bermain peran, diskusi ) dan disisipkan dalam materi-materi Bahasa Jawa seperti dongeng, cerita rakyat dan figur dari tokoh-tokoh pewayangan.

Penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran muatan lokal Bahasa Jawa meliputi penilaian diri dan penilaian antar teman Teknik penilaian dengan penilaian diri dan penilaian antar teman dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penilaian diri dan penilaian antar teman dilakukan secara lisan dengan Tanya jawab dengan dibimbing guru. Penilaian diri dalam pembelajaran Bahasa Jawa dapat dilakukan melalui metode bermain peran. Penilaian antar teman dalam pembelajaran Bahasa Jawa dilakukan dengan pendekatan kooperatif, metode diskusi, tanya jawab. Penilaian sikap sosial yang dilakukan oleh siswa di kelas 2 masih banyak hambatannya karena kemampuan siswa dalam menilai diri dan temannya terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. ( 2013). Penggunaan Bahasa Jawa Anak Usia SD di Desa Tanjungrejo Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo. Jurnal Pendidikan, Bahasa, sastra dan budaya Jawa universitas Muhammadiyah Purworejo. Vol 3, No 4

Badu, S.Q. (2012). “ Implementasi Evaluasi model Kirkpatrick pada perkuliahan masalah nilai awal dan syarat batas”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Mei 2012. Tahun 16, Dies Natalis ke 48 UNY


(5)

14

Giorgetti, C.G; Romero, L; Vera, M. (2013). Design of a Specific Quality Assessment Model for Distance Education. RUSC Vol 10, No 2, hal 301-314 Greer, A. G. dan Clay, M. (2010). Interprofessional Education Assessment and

Planning Instrument for Academic Institutions. Journal of Allied Health, suppl. Special issue on interprofessional Education and Care. Vol 39, No 3, Hal 224-231

Gunawan, H. (2014). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: ALFABETA

Kawiyono, A. (2014). “ Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Ketrampilan Komputer dan Pengolahan Informasi untuk membentuk kemandirian peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan”. Vol 26, No 1, Hal 21 -30 Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013

Tahun 2014. Kemendikbud

Kunandar. (2014). Penilaian Authentik ( Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan kurikulum 2013). Cetakan ke-3. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Kusaeri, dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Mardikantoro, H. B. ( 2013). Bahasa Jawa sebagai pengungkap Kearifan Lokal Masyarakat samin Di Kabupaten Blora. Jurnal Komunitas. Vol 5, No 2, hal 197-207

Pittaway, L. E. dan Corina, E. (2012). Assessment: Examining Practice in Enterpreneurship Education. Education & Training Vol 54, No 8/9, Hal 778-800

Rahmawati, L.E., dan Nuraini, F. (2014). “ Pengembangan Model Penilaian Authentik Kompetensi Berbicara”. Varia Pendidikan, Vol 26, No 1, Hal 1 -10

Sabzian, F.; Ismail, Z.dan Ismail, M. (2013). “ An Evaluation of The Effectiveness of Teacher. Professional Developmen ( TPD) in Iran Using Akker Spide Web Model”. International Journal of Human Resoure Studies. Macrothink Institute, Vol 3, Num 2, Hal 1 -12


(6)

15

Stearns, L. M., Morgan, J., dan Capraro. (2012). A Teacher Observation Instrument for PBL Classroom Instruction. Journal of STEM Education : Innovations and ResearchVol 13, No 3 , Hal 7-16.

Sudjana, N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suharningsih. (2010). “ Optimalisasi Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar”. Paedogogia, jilid no 2, Agustus 2010

Sun, D. L., Harris, N., Walther, G., dan Baiocchi, M. ( 2015). Peer Assessment Enhances Student Learning: The Results of a Matched Randomized Crossover Experiment in a College Statistics Class.

Suparno, A. (2013). “ Kontribusi Pelatihan Guru, Iklim Organisasi dan Persepsi guru tentang Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Keterampilan Guru dalam pembelajaran SMKN Kota Semarang “. Varia Pendidikan, Vol 25. No 1, Hal 53-65

Suryana, D. ( 2013). “ Pengetahuan tentang Strategi Pembelajaran, Sikap, dan Motivasi Guru”. Jurnal Ilmu Pendidikan. JIP. Jilid 19. No 2, Desember 2013, Hal 129- 251

Sutama, Narimo, S. dan Samino. (2015). “ Management of Curriculum 2013 Mathematic Learning Evaluation in Junior High School”. International Journal of Education. Macrothink Institute, Vol. 7. Num 3 September 2015, Hal 164 -174

Vinje, I. (2015). “ Teaching Future Teachers in the Subject of Pedagogy”. International Journal of Education. Macrothink Institute, Vol.1, May 2015, Hal 19- 35