PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMP AS-SYAFI’IYAH MEDAN.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN INTELEKTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMP AS-SYAFI’IYAH MEDAN

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh:

SHERLY JUWITA PARINDURI NIM: 8136122049

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Sherly Juwita Parinduri, NIM 8136122409. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran dan Kecerdasan Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMP As-Syafi’iyah Medan.

Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan 2015.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (2) Untuk mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan intelegensi tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan intelegensi rendah terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (3) Untuk mengetahui interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran dengan kecerdasan intelektual terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP As-Syafi’iyah Medan. Populasi terdiri atas empat kelas yang terdiri atas 140 siswa. Sampel penelitian ditetapkan kelas VII-A yang menggunakan model pembelajaran CPS dan kelas VII-D yang menggunakan model pembelajaran TPS. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cluster random sampling sebanyak 35 orang siswa. Instrument dalam penelitian ini untuk mengukur hasil belajar digunakan tes berbentuk pilihan berganda dengan empat pilihan jawaban dengan jumlah soal sebanyak 34 soal dengan koefesien reliabilitas 0.888 sedangkan untuk mendapatkan data tentang kecerdasan intelegensi siswa digunakan tes. Uji normalitas dengan uji Liliefors sedangkan uji homogenitas dengan uji F dan uji Barlett. Teknik analisis data adalah Anava dua Jalur pada taraf signifikansi 0.05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe.

Hasil penelitian adalah: (1) rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran CPS adalah ̅ = 29.48 lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran TPS ̅ = 29 dengan Fhitung = 13.549> Ftabel = 3.92, (2) rata-rata hasil belajar siswa dengan kecerdasan intelegensi tinggi ̅ = 28.04 lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa dengan kecerdasan intelegensi rendah ̅ = 25.60 dengan Fhitung 13.708> Ftabel = 3.92, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar IPS dengan Fhitung = 13.528> Ftabel = 3.92


(6)

ABSTRACT

Sherly Juwita Parinduri, NIM. 8136122409. The effect useds of learning model and lntelegence on student achievement of sosial (IPS) at VII grade SMP As- Syafi’iyah Medan.

Thesis: Post Graduate Program, State University of Medan 2015.

The objectives of this research are: (1) to know the significant difference between the use of learning models of social science by TPS and of social science by CPS models in the students achievement in social science, (2) to know the sifnificant students achievement of social science between having high intelegence and the students achievement in social science having low intelegence, (3) to know there is an interaction between use learning model and intelegence on the students achievement in social science.

The population of this research were VII grade of SMP As-Syafi’yah Medan with 140 students. The sample was done in a cluster random sampling with 70 students comprising 0f 35 students of VII-A grade for CPS and 35 students of VII-D grade for TPS model. The experiment instrument are used by evabantice of learning in form of multiple choice test consist of 34 items with 4 answer options and coefesien reliability 0.888, while getring date of intelegence used test. The normality test used Lilliefors and the homogenetic test was F test and Bartlet test. The data analysis sechnique was analysis of variance (ANOVA) two-ways at the rever of significencce = 0.05 Scheffe test.

The result of the research showed: (1) the average of the students achievement taught with CPS of learning model was = 29.48 which was higher than the average of students achievement taught with TPS model which was ̅ = 29 with Fcount = 13.549> Ftabel = 3.92, (2) the average of student achievement it can be concluded that the student having high intelegence should with intelegence ̅ = 28.04 wich was higher than average of students achievement with low intelegence ̅ = 25.60 with Fcount 13.708> Ftabel = 3.92,(3) there was an interaction between learning model and intelegence on the students achievement of social with Fcount = 13.528> Ftabel = 3.92


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur disampaikan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas segala rahmat-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMP As-Syafi’iyah Medan”.

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis mengungkapkan rasa terimah kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu demi ketuntasan tesis ini. Ungkapan terima kasih dan penghargaan ini disampaikan kepada yang terhormat Prof. Dr.Harun Sitompul, M.Pd. sebagai pembimbing I yang penuh kesabaran dan ketulusannya memberikan masukan dan arahan yang begitu berarti bagi penulis, dan kepada Prof. Dr.Abdul Hamid K, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk dan dorongan yang begitu berarti, Kepada ketiga Narasumber yang terhormat Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd, dan Dr. Samsidar Tanjung , M.Pd yang telah memberikan masukan dan koreksi serta arahan-arahan untuk perbaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Direktur dan Asisten Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri

Medan, Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan bantuan untuk kelancaran studi selama mengikuti perkuliahan di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

2. Bapak dan Ibu dosen pengajar Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.

3. Bapak Kepala sekolah Abdul Jalil, S.Pd.I yang telah memberikan izin atas penelitian yang peneliti laksanakan di SMP As-Syafi’iyah Medan.


(8)

4. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Alm. Yusranuddin dan Ibunda Almarhumah Rosida Harahap. Walaupun mereka sudah tiada lagi, cinta mereka terus ada dan mendukung penulis.

5. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan Program Studi Teknologi Pendidikan khususnya Angakatan XXIII Eks B-2 dan secara khusus buat Sri Wahyuni, Sartika, Nurlina, Yuanisah, Bella.

6. Rekan-rekan guru As-Syafi’iyah khususnya Kartika, Dewi, Siti Khadijah, Iir, Ridwan, yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka selama bekerja

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya bagi semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu di sini. Semoga Allah yang Maha Kuasa membalas segala bentuk kebaikan dengan berlipat ganda. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dalam menambah Ilmu Pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya di As-Syafi’iyah Medan.

Medan, Juli 2015 Penulis,

Sherly Juwita Parinduri NIM. 8126122049


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 14

A. Kerangka Teoritis ... 14

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ... 14

2. Hakikat Model Pembelajaran ... 28

3. Hakikat Model Pembelajaran Creative Problem Solving ... 38

4. Hakikat Model Pembelajaran Think Pair Share ... 44

5. Hakikat Kecerdasan Intelegensi ... 49

B. Penelitian Yang Relevan ... 56

C. Kerangka Berpikir ... 58

D. Hipotesis Penelitian ... 67

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 69

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 69

B. Populasi dan Sampel ... 69

C. Metode dan Desain Penelitian ... 70


(10)

E. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 73

F. Pengontrolan Perlakuan ... 76

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 79

H. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 80

I. Teknik Analisis Data ... 83

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 85

A. Deskripsi Penelitian ... 85

1. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Creative Problem Solving ... 85

2. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Think Pair Share ... 86

3. Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Tinggi ... 87

4. Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Rendah... 89

5. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Creative Problem Solving yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Tinggi ... 90

6. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Think Pair Share yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Tinggi ... 92

7. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Creative Problem Solving yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Rendah... 94

8. Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Think Pair Share yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Rendah 96

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 98

1. Uji Normalitas ... 98

2. Uji Homogenitas Varians Data ... 102

C. Pengujian Hipotesis ... 104

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 111 1. Hasil Belajar yang IPS Siswa yang diajar dengan Model


(11)

Pembelajaran CPS Lebih Tinggi dari pada hasil Belajar Siswa yang

diajar dengan Model Pembelajaran TPS ... 111

2. Hasil Belajar yang IPS Siswa yang memiliki Kecerdasan Intelegensi Tinggi Lebih Tinggi dari Pada Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Rendah ... 113

3. Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kecerdasan Intelegensi . 114

4. Keterbatasan Penelitian ... 115

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 118

A. Simpulan ... 118

B. Implikasi ... 118

C. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Nilai Hasil Belajar ... 6

Tabel 2 Rancangan Eksperiman Desain Faktorial 2 x 2 ... 70

Tabel 3 Sintaks Creative Problem Solving ... 74

Tabel 4 Sintaks Think Pair Share ... 75

Tabel 5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ... 79

Tabel 6 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran CPS ... 85

Tabel 7 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share ... 86

Tabel 8 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Tinggi ... 87

Tabel 9 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Rendah ... 89

Tabel 10 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran CPS Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Tinggi ... 90

Tabel 11 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Tinggi ... 91

Tabel 12 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran CPS Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Rendah ... 93

Tabel 13 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Rendah ... 95

Tabel 14 Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 101

Tabel 15 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran CPS dan Model Pembelajaran TPS ... 102


(13)

Tabel 16 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Tinggi dan

Kecerdasan Intelegensi Rendah ... 103 Tabel 17 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Interaksi Model

Pembelajaran dan Kecerdasan Intelegensi ... 103 Tabel 18 Analisis Faktorial 2x2 ... 105 Tabel 19 Rangkuman Analisis Faktorial 2x2 ... 105


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Gambar 1 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar

Menggunakan Model Pembelajaran CPS ... 86 Gambar 2 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar

Menggunakan Model Pembelajaran TPS ... 87 Gambar 3 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki

Kecerdasan Intelegensi Tinggi ... 89 Gambar 4 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Memiliki

Kecerdasan Intelegensi Rendah ... 90 Gambar 5 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran CPS Pada Siswa

yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Tinggi ... 92 Gambar 6 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran TPS Pada Siswa

yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Tinggi ... 94 Gambar 7 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran TPS Pada Siswa

yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Rendah ... 96 Gambar 8 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Diajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran TPS Pada Siswa

yang Memiliki Kecerdasan Intelegensi Rendah ... 97 Gambar 9 Interaksi Model Pembelajaran dan Kecerdasan Intelegensi .. 110


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 127

Lampiran 2 RPP Model Pembelajaran ... 132

Lampiran 3 Instrumen Tes Hasil Belajar ... 138

Lampiran 4 Analisis Hasil Uji coba Instrumen Tes Hasil Belajar IPS ... 153

Lampiran 5 Tabel Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar IPS ... 162

Tabel Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Tes Hasil Belajar IPS ... 163

Tabel Uji Coba Reliabilitas Tes Hasil Belajar IPS ... 164

Lampiran 6 Rekap Skor IQ Siswa SMP As-Syafi’iyah Medan ... 165

Lampiran 7 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Median, Modus, Harga Rata-rata dan Standart Deviasi Dari Data Variabel Penelitian ... 166

Lampiran 8 Uji Normalitas Sebaran Data Penelitian ... 185

Lampiran 9 Uji Homogenitas ... 195

Lampiran 10 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 200


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan.Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional, karena merupakan salah satu penentu kemajuan suatu bangsa.Pendidikan bahkan merupakan sarana paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat, serta yang dapat mengantarkan bangsa mencapai kemakmuran.Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.


(17)

Tinggi rendahnya kualitas kehidupan dalam suatu bangsa ditentukan oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh sumber daya manusia itu sendiri.Perkembangan masyarakat Indonesia dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern sangat dipengaruhi oleh adanya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat.Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan sumber daya manusia yang bermutu.Peningkatan sumber daya manusia yang bermutu merupakan suatu program yang sedang dilaksanakan pemerintah khususnya bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri.Djamarah berpendapat bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional.Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya


(18)

hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi.

Namun pada kenyataan saat ini permasalahan pembelajaran yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dari guru untuk sungguh-sungguh menerapkan kurikulum serta model pembelajaran yang mestinya harus diterapkan saat proses pembelajaran. Sehingga dalam hal ini bukan pemerintah saja yang memiliki andil besar dalam pendidikan tetapi partisipasi guru juga perlu ditingkatkan.Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilaksanakan pemerintah mulai dari pelatihan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, penerapan berbagai model dan metode pembelajaran serta penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang mutu pendidikan.

Sebagai salah satu sekolah menengah pertama yang terdapat di Kota Medan, SMP As-syafi’iyah Medan turut melaksanakan berbagai aktivitas dan kegiatan pendidikan formal dengan turut mewujudkan ketercapaian sejumlah kompetensi pendidikan menengah pertama yang harus dimiliki para lulusan. SMP As-syafi’iyah Medan menerapkan berbagai rumpun pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai, karakteristik siswa, karakteristik rumpun pembelajaran, dan kondisi lingkungan masyarakat.

Salah satu rumpun pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama adalah rumpun ilmu pengetahuan sosial yang mengkaji interaksi antara manusia dan masyarakat serta lingkungan melalui konsep Geografi, Ekonomi dan Sejarah. Kecakapan atau kemahiran dalam pengetahuan sosial yang diharapkan dapat tercapai dalam pembelajaran ilmu sosial (IPS) dituangkan dalam standar


(19)

kompetensi berupa kemampuan memahami konsep-konsep pengetahuan sosial baik geografi, sejarah, dan ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan sosial (IPS).

IPS terpadu adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah.Bahkan pada perguruan tinggi ada juga dikembangkan sebagai salah satu mata kuliah yang sasaran utamanya adalah pengembangan aspek teoritis.Pada jenjang pendidikan menengah pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa didalam pengetahuan dan kemampuan praktis agar mereka dapat menelaah dan mengkaji fenomena yang ada disekitar mereka. Mata pelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat ( Ahmad Susanto(1996:11).

Konsep-konsep yang terdapat dalam ilmu pengetahuan sosial (IPS) antara lain interaksi, saling ketergantungan, kesinambungan dan perubahan (continuity and change), keberagaman, konflik dan konsensus, pola, tempat, kekuasaan, nilai

kepercayaan dan keadilan dan pemerataan.Selain kemampuan memahami konsep-konsep pengetahuan sosial, siswa yang mempelajari IPS juga diharapkan mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari dalam kehidupan nyata. Pembelajaran IPS menggunakan tiga dimensi yang saling berpengaruh dalam mengakaji dan memahami fenomena sosial dan kehidupan manusia secara


(20)

keseluruhan, yaitu dimensi ruang, waktu, dan nilai-nilai atau norma (Sudjamiko dan Nurlaili (2003:41).

Setelah mempelajari IPS siswa diharapkan mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya baik terhadap lingkungan alam dan lebih khusus lagi dengan sesama manusia dalam kelompok masyarakat, mampu bertindak sebagai individu yang mandiri dan bertanggung jawab di masyarakat dan yang terpenting siswa memiliki rasa cinta terhadap bangsa, Negara dan tanah air yang diwujudkan dalam tindakan nyata, mampu mengkomunikasikan gagasan dan kemampuan yang optimal dan memiliki cara berpikir logis dan bernalar tinggi dalam memecahkan persoalan-persoalan melalui pengaplikasian kecakapan yang berkaitan dengan kehidupan sosial dilingkungannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya standar kompetensi yang diharapkan dapat diperoleh siswa setelah mempelajari mata pelajaran IPS belum dapat tercapai secara optimal.Hal ini sesuai pula dengan pendapat yang dikemukakan Nurhadi (2004:2) bahwa hasil pembelajaran di sekolah dasar dan menengah di Indonesia menunjukkan ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antar yang dipelajari dan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari-hari.

Indikator lain menunjukkan ketidakmampuan siswa dalam menguasai kompetensi pembelajaran IPS adalah masih rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran tersebut. Selama ini, rendahnya hasil belajar IPS disebabkan kurikulum yang digunakan penjabarannya hanya sebatas mengukur kemampuan

kognitif belum mengukur kompetensi siswa belajar secara


(21)

kurikulum dan hanya sebatas penyampaian materi yang abstrak, sehingga sebagian besar siswa belajar cenderung menganggap IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit dan membosankan.Dengan kondisi seperti itu, siswa kurang menyadari pentingnya penguasaan kompetensi IPS dalam kehidupan sehari-hari dan mereka kurang tertarik untuk mempelajari secara mendalam. Selain itu pelajaran IPS kurang diperhatikan dikarenakan mata pelajaran ini tidak masuk dalam rumpun mata pelajaran yang masuk dalam ujian nasional sehingga kurang adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa, seharusnya prestasi belajar IPS juga perlu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh pemerintah, pemerhati pendidikan dan oleh guru sebagai pelaku pendidikan itu sendiri karena tujuan dari mata pelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak sekolah namun dalam kenyataanya mutu pendidikan masih tetap rendah.Rendahnya mutu pendidikan ini tercermin pada hasil belajar siswa yang salah satu tolak ukurnya adalah Ujian Akhir Sekolah (UAS).Hal ini terjadi di SMP As-Syafi’iyah Medan, bahwa hasil belajar siswa sangat rendah termasuk pada mata pelajaran IPS yaitu nilainya berada dibawah nilai ketuntasan belajar (75). Data yang diperoleh dari kantor Tata Usaha, dapat dilihat bahwa rata-rata UAS siswa SMP Asyafi’iyah Medan untuk mata pelajaran IPS relatif rendah, seperti terlihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1. Perolehan Hasil Nilai Rata-rata Siswa Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial T.A. 2010-2013

TAHUN AJARAN Nilai Rata-Rata Nilai Terendah Nilai Tertinggi

2010/2011 60,08 55,01 70,28

2011/2012 60,32 60,71 73,34

2013/2014 60,66 60,17 72,69


(22)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMP As-syafi’iyah Medan, model pembelajaran yang digunakan oleh guru IPS selama ini cenderung menggunakan metode ceramah diselingi dengan tanya jawab, diskusi dan penugasan. Dengan metode ini siswa hanya memperoleh sejumlah informasi yang bersumber dari guru saja.Informasi dan komunikasi yang terjadi satu arah ini menyebabkan siswa lebih banyak menunggu tanpa berbuat sesuatu untuk menemukan sendiri konsep-konsep IPS. Guru yang lebih banyak berbuat tanpa memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau pengetahuan yang dimilikinya berkaitan dengan informasi yang telah mereka peroleh dari sumber lain dilingkungannya yang erat hubungannya dengan materi yang sedang dipelajari. Hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam belajar dan kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran IPS.

Dalam proses pembelajaran akan ditemui masalah-masalah tersebut, dimana sering kali ditemui seorang guru kurang memperhatikan variasi dalam memberikan materi yang akan diberikan kepada siswa, sehingga pelajaran tersebut kurang atau tidak mampu diserap dan siswa akan cenderung lebih cepat jenuh. Berdasarkan data yang diperoleh di SMP As-Syafi’iyah Medan, terlihat bahwa terdapat kesenjangan tersebut perlu diidentifikasi faktor penyebab kesenjangan yang terjadi. Salah satu penyebab kesenjangan ini adalah kurang variatifnya model pembelajaran yang digunakan, dan kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan siswa maupun guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Dalam pembelajaran IPS Terpadu banyak sumber yang dapat digunakan seperti lingkungan, literatur perpustakaan, internet, dan yang lainnya tergantung


(23)

kreativitas dari guru IPS Terpadu yang melakukan pembelajaran kepada siswa. Proses pembelajaran IPS Terpadu dapat di desain dengan memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, seperti demonstrasi, model praktikum, model kooperatif, dan metode-metode yang dikombinasikan dengan pemanfaatan media. Untuk itu perlu meningkatkan pengetahuan tentang merancang sebuah metode atau strategi pembelajaran agar lebih efektif, efesien dan memiliki daya tarik.Variasi didalam pemberian materi memang sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya masalah-masalah siswa yang mengakibatkan siswa bosan atau merasa sia-sia di dalam belajar.Variasi didalam pengajaran ini sering di kenal dengan model pembelajaran.

Untuk mencari pemecahan dari permasalahan ini dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan membawa siswa pada suasana belajar yang lebih variatif pada saat pembelajaran berlangsung. Suasana belajar ini dapat dilakukan dengan

menggunakan Think Pair Share dan model pembelajaran Creative Problem

Solving diharapkan siswa tidak hanya menghafal dan mengingat fakta-fakta IPS,

tetapi diupayakan untuk aktif dalam membahas suatu masalah dalam suatu diskusi dengan tujuan siswa dapat memahami materi IPS yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata yang dihadapi dilingkungannya.

Dalam aplikasi strategi pembelajaran Think Pair Share memberi siswa

kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah tiga


(24)

think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas). Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan

pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan, Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas.

Dalam aplikasi model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan, pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir Ada banyak kegiatan yang melibatkan kreativitas dalam pemecahan masalah seperti riset dokumen, pengamatan terhadap lingkungan sekitar, kegiatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, dan penulisan yang kreatif. Dengan CPS (creative problem solving) siswa dapat

memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa untuk memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan dibutuhkan suatu mode atau pendekatan


(25)

pembelajaran yang mampu untuk memberdayakan siswa dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran think pair share dan creative problem solving

(CPS) menekankan pada pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses konstruksi pengetahuan IPS oleh siswa. Model pembelajaran dikembangkan dengan tujuan pembelajaran lebih produktif dan bermakna.

Agar seorang guru hendaknya mampu menggunakan berbagai model pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu untuk mengenali dan mengetahui karakteristik siswa. Sebab pemahaman yang baik terhadap karakteristik siswa akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar, bila guru dapat mengetahui karakteristik siswa maka guru dapat menyesuaikan dengan penggunaan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang kecerdasan intelektual siswa sebagai pembentukan pengalaman siswa dalam mengorganisasi informasi-informasi ke dalam bentuk yang khas.Kecerdasan intelegensi berkaitan dengan kemampuan individu memperhatikan, menerima dan mengingat. Guru harus mampu mengidentifikasi kecerdasan intelegensi yang dimiliki oleh siswa agar materi yang akan diajarkan kepada siswa dapat diserap oleh siswa dengan baik. Setiap siswa memiliki kecerdasan intelegensi yang berbeda, perbedaan kecerdasan intelegensi siswa juga akan mempengaruhi terhadap pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk mengkaitkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran khususnya pada materi pelajaran IPS.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti membuat penelitian pada kajian model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan judul penelitian


(26)

” Pengaruh penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dan Kecerdasan Intelegensi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMP As-Syafi’iyah Medan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dapat diidentifikasikan penelitian ini diantaranya: (1)Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan selama ini ? (2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar IPS Terpadu siswa? (3) Apakah penggunaan model pembelajaran yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa? (4) Apakah model pembelajaran Think Pair Share dapat

meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu siswa? (5)Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Think Pair Share dengan model

pembelajaran Creative Problem Solving? (6) Apakah terdapat interaksi antara

model pembelajaran dengan kecerdasan intelegensi siswa dalam mempengaruhi hasil belajar? (7) Apakah kecerdasan intelegensi siswa dapat mempengaruhi hasil belajar IPS?

C. Pembatasan Masalah

Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada

model pembelajaran yang dibedakan atas : model pembelajaran Think Pair Share

dan model pembelajaran Creative Problem Solving. Kecerdasan intelegensi siswa


(27)

rendah. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VII semester ganjil SMP As-Syafi’iyah Medan dibatasi pada materi kegiatan ekonomi masyarakat, dalam ranah kognitif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan penggunaan model pembelajaran Think Pair Share

dan model pembelajaran Creative Problem Solving ?

2. Apakah terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki kecerdasan intelegensi tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan intelegensi rendah ?

3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan

kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ?

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan intelegensi tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan intelegensi rendah terhadap hasil belajar belajar Ilmu Pengerahuan Sosial.


(28)

3. Untuk mengetahui interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran dan kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

F. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat praktis dan teoretis yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1. Manfaat Teoretis.

a. Sebagai bahan kajian lebih lanjut, dan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

b. Dapat menambah khazanah ilmu tentang penggunaan model

pembelajaran, kecerdasan intelegensi dan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dalam proses pembelajaran

b. Bagi guru, sebagai masukan untuk mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran dalam pembelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal. c. Bagi sekolah, sebagai masukan dan dapat dikembangkan untuk mata


(29)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran Creative Problem Solving lebih tinggi dari hasil belajar

Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran Think Pair Share.

2. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang memiliki Kecerdasan

Intelegensi tinggi lebih tinggi dari pada hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa yang memiliki Kecerdasan Intelegensi rendah.

3. Terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kecerdasan

intelegensi dalam mempengaruhi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bagi siswa dengan kecerdasan intelegensi tinggi hasil belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial lebih tinggi diajar dengan model pembelajaran Creative Problem

Solving dari model Think Pair Share, sebaliknya untuk siswa yang kecerdasan intelegensi rendah hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial lebih tinggi diajar

dengan model Think Pair Share dari hasil belajar dengan model Creative


(30)

B. Implikasi

Pertama, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan sosial. Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Ini dapat dipahami karena melalui penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya dapat menggiring keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian konsekuensinya apabila model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran, maka tentu akan berakibat berkurang pula partipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil belajar IPS lebih tinggi dengan menggunakan model pembelajaran CPS dari pada model pembelajaran TPS. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran CPS lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPS, karena dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran CPS dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan upaya dalam menyelesaikan masalah, dimana model pembelajaran CPS berusaha mengubah suasana kelas secara total dan berusaha memadukan permasalahan nyata yang terjadi disekitar lingkungan hidup sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan dengan daya ingat yang kuat.

Konsekuensi logis dari pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap hasil belajar IPS berimplikasi kepada guru untuk melaksanakan model


(31)

pembelajaran CPS diharapkan guru dapat membangkitkan dan memotivasi keterlibatan dan partisipasi aktif siswa terhadap pembelajaran IPS dan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan efektif dalam mecapai tujuan pembelajaran.

Kedua,hasil menunjukkan bahwa Kecerdasan Intelegensi siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPS. Siswa dengan Kecerdasan Intelegensi tinggi secara rata-rata lebih tinggi atau unggul dibandikang dengan siswa dengan Kecerdasan Intelegensi rendah. Pernyataan ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa Kecerdasan Intelegensi tinggi signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa.Siswa dengan Kecerdasan Intelegensi tinggi akan selalu berusaha memecahkan setiap persoalan yang diberikan oleh guru, siswa dengan Kecerdasan Intelegensil tinggi tidak gampang menyerah selalu berusaha menyelesaikan atau menemukan jalan dalam memecahkan masalah-masalah belajar.

Ketiga, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat interaksi model pembelajaran dan Kecerdasan Intelegensi terhadap hasil belajar IPS. Interaksi tersebut terindikasi dari siswa dengan Kecerdasan Intelegensil tinggi dan diajar dengan model pembelajaran CPS secara rata-rata mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran TPS, sedangkan bagi siswa dengan Kecerdasan Intelegensi rendah dan diajar dengan menggunakan model pembelajaran TPS secara rata-rata lebih unggul dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran CPS siswa yang memiliki Kecerdasan Intelegensi rendah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa model pembelajaran CPS lebih tepat digunakan bagi siswa dengan Kecerdasan


(32)

Intelegensi tinggi, sedangkan model pembelajaran TPS lebih tepat digunakan bagi siswa dengan Kecerdasan Intelegensi rendah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar IPS dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan Kecerdasan Intelegensi siswa. Dalam hal ini antara guru dan siswa mempunyai peranan yang sama dan berarti dalam meningkatkan hasil belajar IPS itu sendiri, sehingga dengan demikian untuk mencapai hasil belajar yang maksimal maka kedua variabel tersebut yaitu model pembelajaran dan Kecerdasan Intelegensi.

Konsekuensi logis dari interaksi model pembelajaran dan Kecerdasan Intelegensi berimplikasi kepada guru dan siswa. Untuk guru, agar dapat memahami dan tentunya melaksanakan dengan baik model pembelajaran di kelas karena melalui penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar, sedangkan untuk siswa agar selalu berupaya mengembangkan Kecerdasan Intelegensi dengan membuka diri dan wawasan dalam belajar.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam upaya peningkatan hasil belajar IPS, maka guru yang mengasuh mata

pelajaran IPS disarankan agar menggunakan model pembelajaran yang tepat dan variatif dalam menyajikan materi dan aplikasi IPS dalam kegiatan pembelajaran di kelas.


(33)

2. Disarankan kepada guru agar memperhatikan karakteristik siswa khususnya Kecerdasan Intelegensi yang dimiliki siswa sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

3. Disarankan kepada pihak pengambil kebijakan dilingkungan SMP

As-Syafi’iyah Medan untuk mengadakan pelatihan bagi guru-guru tentang penggunaan model pembelajaran yang tepat dan dapat dijadikan alternatif dalam menyampaikan materi melalui (MGMP) musyawarah guru mata pelajaran, untuk pembelajaran IPS yang lebih baik.

4. Guna penelitian lebih lanjut pada penggunaan model pembelajaran di samping

guru yang menjadi mitra peneliti, perlu disosialisasikan terlebih dahulu kepada siswa bagaimana tahapan model pembelajaran sehingga pengguna waktu dapat dimaksimalkan seefesien mungkin serta keefektifan pembelajaran dapat tercapai.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Amir,M.T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana .

Anastasia, A dan Susana Arbina. (2001). Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik. Jakarta: PT. Prenhalindo.

Arends,R. (1989). Learning to Teach, New York: Me Graw Hill Book Company. Ahmadi, Abu. (1991) Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmad, Susanto. (2014) Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta:Prenadamedia Group.

Arikunto. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Aneka Cipta. Agus Suprijono. (2010). Metode dan Model-Model Belajar. Bandung: Alfabeta.

Azizah, Nur. (2008). Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair and Share. Bandung: Yrama Widya.

Azwar, Saifuddin. (2006). Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bloom,B.S (1984) Taxonomy of Education Objektives. New York:Longman. Inc.

Bruner,J.S. (1960). The Process of Education. London: Harvard University Press.

Chaplin, J.P. (1992). Fungsi Pengembangan dan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaplin,J.P.(1974). Dictionary of Psychology. New York: Harcount Brace and Co. Dalyono. M. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdikbud. (2002). Model-Model Pembelajaran Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. PGSM.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dewi, E P. 2008. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematika Siswa SMA . FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan. jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan diakses 12 maret 2015.

Dimyati & Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.


(35)

Gagne, R.M. (1975). Essentials of Learning for Instructions. Illinois: The Dryden Press. Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction. New York:

Holt Rinehart and Winston.

Glassersfeld, Van. (1989). Environment and Communication. (ERIC Document Reproduction Service No. ED 295850).

Ginsburg, H. & Magoon, R.A (1972). Educational Psychology: An Integration of Psychology and educational Practices. Colombus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Company.

Hamid, Abdul. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan : Pustaka Pribadi. Hasan,Said Hamid (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Depdikbud.

Http://www.wikipedia.go.id/pengertianbelajarips.html.

Http://pendidikansains. /2008/06/pengembangan-model-creative

-problem.html).Diakses 20 Desember 2014.

Ibrahim, M. et. All (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya.

Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jarolimek,J. & Forste,C.D (1976). Teaching and Learning The Elementary School. London: Mc. Millan Pub.Co.Inc.

Johnson & Johnson. (1994) Cooperatif Learning in The Classroom. Virginia, Association for Supervision and Curriculum Development.

Johnson, E.B. (2002) Contekxtual Teaching and Learning.California: Convin Press, Inc. Joyce,B., Well.M. Calhoun, E (2000). Model of Teaching. London: Allyn and Bacon.

Juwita Sari (2011) Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Malang”. jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan diakses 12 maret 2015.

Khairil, S.D. (2010). Psikologi Pendidikan. Alfabeta : Bandung. Lie,A. (2002) Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.

Made, Wena. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Gramedia. Made, Wena. (2009). Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka.

Maslow, Abraham H. “A Theory of Human Motivation”. Psychological Review, 50 : 370,396, 1943.


(36)

Morgan,dkk (2010). Pengertian Belajar .http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar (10 Desember 2014).

Mursid, R. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Medan : Unimed Press.

Muttakin, Awan (1992) Pendidikan Ilmu Sosial. Bandung: Anggita Pustaka Mandiri. Mutiara. (2011). Studi Tentang Tekhnik Belajar Yang Tepat. Semarang: Permata.

Nur,M. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivisme dalam pengajaran. Surabaya: Universitas negeri Surabaya.

Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual. (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM press.

Ratnawilis, D. (2001). Teori-teori Belajar. Jakarta : Airlangga.

Pepkin, K. 2000. Creative Problem Solving in Math . [Online]. Tersedia:

http://www.artofproblemsolving.com. [10 Maret 2015]. Purwanto, Ngalin. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Karya

Prawiradilaga, S.D. (2008). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group. Rahman, B. (2009). Perbandingan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS) dengan Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Konvensional. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan. jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan diakses 12 maret 2012.

Reigeluth, Charles M. and Carr-Chellman, Alison A (2009). Instructional-Design Theories and Models. New York, London: Routledge Taylor and Francis, Publishers.

Reigeluth, Charles M. (ed) (1983) , Instructional Design, Theories and Models: An Overview of Their Current Status. New Jersay: Lawrence and Erlbaum Associates Publishers.

Richey, Rita C. (1986). Design and Development Research: Method, Stategies, and Issues. London New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publiser.

Robbins, P Stephen. (2001). Total Quality Management (TQM). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sanjaya,Wina. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana

Sampurno. (2007). Membangun Daya Saing. Farmasi Indonesia Menghadapi Harmonisasi Regulasi Farmasi ASEAN, dikutip 20 Desember 2014. Dari

Http://Srategic-manage.com.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta


(37)

Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Sugiyanto. (2009). Model-Model Pembelajaran inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi GuruRayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Suwarkono. (2004). Penilaian Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 2004. LPMP DKI Jakarta.

Suyitno. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Media Utama.

Silberman, M.L. 2001. Active Learning. Terjemahan oleh Sarjuli, Ammar, A., Suhisno, Ahmad,Z.A,, Muqowinr Yogyakarta: YI\PPENDIS.

Soekamto & Winatapura. (2010). Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : UT Skinner. (2010). Pengertian Belajar.

http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar (10 Desember 2014).

Slavin, R. E. (1992). Cooperative Learning. USA: Allyn and Bacon.

Spearman, C. & Wynn Jones, L.L. (1951). Human Ability. London: Macmillan & Co. LTD.

Sternberg R.J. ( 1985). Cognitive Approaches to Intelligence. In B.B. Wolan (editor), Handbook of Intelligence, Theories, Measurementas and Applicationas. New York: John Wiley & Sons.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progressif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Uno,B. Hamzah (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Winkel dalam Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Persada Media Group.

Wiwik Fetiana Indarwanti. (2009) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tps (Think Pair Share) Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IX SMP Penda Tawangmangu Pada Mata

Pelajaran IPS Terpadu Tahun Ajaran 2009/2010.

jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan diakses 12 maret 2015.

Zahrotus Sarifah (2010) “Penerapan Model Pembelajaran TPS (Think, Pair,

Share) Menggunakan Alat Peraga Sederhana untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Peserta Didik Kelas VIII, MTs Darul Istiqomah, Jepara pada Mata Pelajaran IPA Materi Pokok Getaran dan Gelombang”. jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan diakses 12 maret 2015.


(1)

Intelegensi tinggi, sedangkan model pembelajaran TPS lebih tepat digunakan bagi

siswa dengan Kecerdasan Intelegensi rendah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil

belajar IPS dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan

Kecerdasan Intelegensi siswa. Dalam hal ini antara guru dan siswa mempunyai

peranan yang sama dan berarti dalam meningkatkan hasil belajar IPS itu sendiri,

sehingga dengan demikian untuk mencapai hasil belajar yang maksimal maka

kedua variabel tersebut yaitu model pembelajaran dan Kecerdasan Intelegensi.

Konsekuensi logis dari interaksi model pembelajaran dan Kecerdasan

Intelegensi berimplikasi kepada guru dan siswa. Untuk guru, agar dapat

memahami dan tentunya melaksanakan dengan baik model pembelajaran di kelas

karena melalui penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar,

sedangkan untuk siswa agar selalu berupaya mengembangkan Kecerdasan

Intelegensi dengan membuka diri dan wawasan dalam belajar.

C.

Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan maka

disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1.

Dalam upaya peningkatan hasil belajar IPS, maka guru yang mengasuh mata

pelajaran IPS disarankan agar menggunakan model pembelajaran yang tepat

dan variatif dalam menyajikan materi dan aplikasi IPS dalam kegiatan

pembelajaran di kelas.


(2)

2.

Disarankan kepada guru agar memperhatikan karakteristik siswa khususnya

Kecerdasan Intelegensi yang dimiliki siswa sehingga dapat berpengaruh pada

hasil belajar siswa.

3.

Disarankan kepada pihak pengambil kebijakan dilingkungan SMP

As-Syafi’iyah Medan untuk mengadakan pelatihan bagi guru-guru tentang

penggunaan model pembelajaran yang tepat dan dapat dijadikan alternatif

dalam menyampaikan materi melalui (MGMP) musyawarah guru mata

pelajaran, untuk pembelajaran IPS yang lebih baik.

4.

Guna penelitian lebih lanjut pada penggunaan model pembelajaran di samping

guru yang menjadi mitra peneliti, perlu disosialisasikan terlebih dahulu kepada

siswa bagaimana tahapan model pembelajaran sehingga pengguna waktu

dapat dimaksimalkan seefesien mungkin serta keefektifan pembelajaran dapat

tercapai.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amir,M.T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana .

Anastasia, A dan Susana Arbina. (2001). Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik. Jakarta: PT. Prenhalindo.

Arends,R. (1989). Learning to Teach, New York: Me Graw Hill Book Company. Ahmadi, Abu. (1991) Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmad, Susanto. (2014) Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta:Prenadamedia Group.

Arikunto. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Aneka Cipta. Agus Suprijono. (2010). Metode dan Model-Model Belajar. Bandung: Alfabeta.

Azizah, Nur. (2008). Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair and Share. Bandung: Yrama Widya.

Azwar, Saifuddin. (2006). Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bloom,B.S (1984)

Taxonomy of Education Objektives

. New York:Longman. Inc.

Bruner,J.S. (1960). The Process of Education. London: Harvard University Press.

Chaplin, J.P. (1992). Fungsi Pengembangan dan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaplin,J.P.(1974). Dictionary of Psychology. New York: Harcount Brace and Co. Dalyono. M. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdikbud. (2002). Model-Model Pembelajaran Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. PGSM.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dewi, E P. 2008. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem

Solving (CPS) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan

Penalaran Adaptif Matematika Siswa SMA . FPMIPA UPI. Bandung:

tidak diterbitkan. jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan diakses 12 maret

2015.

Dimyati & Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.


(4)

Gagne, R.M. (1975). Essentials of Learning for Instructions. Illinois: The Dryden Press. Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction. New York:

Holt Rinehart and Winston.

Glassersfeld, Van. (1989). Environment and Communication. (ERIC Document Reproduction Service No. ED 295850).

Ginsburg, H. & Magoon, R.A (1972). Educational Psychology: An Integration of

Psychology and educational Practices. Colombus, Ohio: Charles E. Merril

Publishing Company.

Hamid, Abdul. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan : Pustaka Pribadi. Hasan,Said Hamid (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Depdikbud.

Http://www.wikipedia.go.id/pengertianbelajarips.htm

l.

Http://pendidikansains.

/2008/06/pengembangan-model-creative

-problem.html

).Diakses 20 Desember 2014.

Ibrahim, M. et. All (2000).

Pembelajaran Kooperatif

. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya.

Isjoni. (2009).

Pembelajaran Kooperatif

. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jarolimek,J. & Forste,C.D (1976). Teaching and Learning The Elementary School. London: Mc. Millan Pub.Co.Inc.

Johnson & Johnson. (1994) Cooperatif Learning in The Classroom. Virginia, Association for Supervision and Curriculum Development.

Johnson, E.B. (2002) Contekxtual Teaching and Learning.California: Convin Press, Inc. Joyce,B., Well.M. Calhoun, E (2000). Model of Teaching. London: Allyn and Bacon.

Juwita Sari (2011) Penerapan Model Pembelajaran

Creative Problem Solving

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP

Negeri 12 Malang”. jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan diakses 12

maret 2015.

Khairil, S.D. (2010). Psikologi Pendidikan. Alfabeta : Bandung.

Lie,A. (2002) Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.

Made, Wena. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Gramedia. Made, Wena. (2009). Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka.

Maslow, Abraham H. “A Theory of Human Motivation”. Psychological Review, 50 : 370,396, 1943.


(5)

Morgan,dkk (2010). Pengertian Belajar .http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar (10 Desember 2014).

Mursid, R. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Medan : Unimed Press.

Muttakin, Awan (1992) Pendidikan Ilmu Sosial. Bandung: Anggita Pustaka Mandiri. Mutiara. (2011). Studi Tentang Tekhnik Belajar Yang Tepat. Semarang: Permata.

Nur,M. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivisme

dalam pengajaran. Surabaya: Universitas negeri Surabaya.

Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual. (Contextual Teaching and Learning/CTL)

dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM press.

Ratnawilis, D. (2001). Teori-teori Belajar. Jakarta : Airlangga.

Pepkin, K. 2000.

Creative Problem Solving in Math

. [Online]. Tersedia:

http://www.artofproblemsolving.com

. [10 Maret 2015].

Purwanto, Ngalin. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Karya

Prawiradilaga, S.D. (2008). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group.

Rahman, B. (2009). Perbandingan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa yang

Pembelajarannya Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS)

dengan Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model

Konvensional. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan diakses 12 maret 2012.

Reigeluth, Charles M. and Carr-Chellman, Alison A (2009). Instructional-Design Theories and Models. New York, London: Routledge Taylor and Francis, Publishers.

Reigeluth, Charles M. (ed) (1983) , Instructional Design, Theories and Models: An

Overview of Their Current Status. New Jersay: Lawrence and Erlbaum

Associates Publishers.

Richey, Rita C. (1986). Design and Development Research: Method, Stategies, and Issues. London New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publiser.

Robbins, P Stephen. (2001). Total Quality Management (TQM). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sanjaya,Wina. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana

Sampurno. (2007). Membangun Daya Saing. Farmasi Indonesia Menghadapi Harmonisasi Regulasi Farmasi ASEAN, dikutip 20 Desember 2014. Dari Http://Srategic-manage.com.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta


(6)

Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Sugiyanto. (2009). Model-Model Pembelajaran inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi GuruRayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Suwarkono. (2004). Penilaian Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 2004. LPMP DKI Jakarta.

Suyitno. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Media Utama.

Silberman, M.L. 2001. Active Learning. Terjemahan oleh Sarjuli, Ammar, A., Suhisno, Ahmad,Z.A,, Muqowinr Yogyakarta: YI\PPENDIS.

Soekamto & Winatapura. (2010). Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : UT Skinner. (2010). Pengertian Belajar.

http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar (10 Desember 2014).

Slavin, R. E. (1992). Cooperative Learning. USA: Allyn and Bacon.

Spearman, C. & Wynn Jones, L.L. (1951). Human Ability. London: Macmillan & Co. LTD.

Sternberg R.J. ( 1985). Cognitive Approaches to Intelligence. In B.B. Wolan (editor), Handbook of Intelligence, Theories, Measurementas and Applicationas. New York: John Wiley & Sons.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progressif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Uno,B. Hamzah (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Winkel dalam Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Persada Media Group.

Wiwik Fetiana Indarwanti. (2009) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tps

(

Think Pair Share

) Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan

Prestasi Belajar Siswa Kelas IX SMP Penda Tawangmangu Pada Mata

Pelajaran

IPS

Terpadu

Tahun

Ajaran

2009/2010.

jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan diakses 12 maret 2015.

Zahrotus Sarifah (2010) “Penerapan Model Pembelajaran TPS (

Think, Pair,

Share

) Menggunakan Alat Peraga Sederhana untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Peserta Didik Kelas VIII, MTs Darul Istiqomah,

Jepara pada Mata Pelajaran IPA Materi Pokok Getaran dan Gelombang”.

jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan diakses 12 maret 2015.