Mitigasi Bencana.

- --

-----------

- - - - - - -

Pikiran Rakyat
-

o S!.lasa

4

5
20

o Mar

o Kamis
8
23


6
21

9

OJun

OApr

0

Jumat

10
24

11
25


o Sabtu o Minggu
12

26

0 Jul 0 Ags

14

13
27

.Sep

28
OOkt

15
29


16
30

ONov

Mitigasi Bencana
Kurikulum pendidikan berbasis mitigasi bencana ini masih tersisih dari sistem pendidikan nasional kita. Untuk menelaah masalah ini, perlu kiranya dikaji kembali visi dan misi pendidikan nasional kita, terutama di wilayah-wilayah yang
secara geografi rentan terhadap
bencana gempa dan tsunami.
Masalah kerentanan terhadap bencana ini haruslah menjadi fokus utama pemerintah,
untuk mengubah keadaan bencana gempa dan tsunami dari
situasi kerentanan tinggi ke kapasitas rendah. Penting kita
melakukan
assesment
dan
mengolaborasi kemampuan 10kal sebagai dasar utama dari
aktivitas pengelolaan bencana.
Selama ini, masalah bencana
tidak pemah ditangani menyeluruh. Hal ini disebabkan beberapa hal, di antaranya tidak
adanya kebijakan pemerintah

yang integral sehingga bencana
ditangani secara parsial, bahkan antardepartemen sering tidak terjalin koordinasi. Lebih
parah lagi, bencana hanya ditangani dengan pendekatan tanggap darurat. Pascabencana,
rakyat dibiarkan dengan penderitaan yang menimpanya.
Kasus gempa dan tsunami
Aceh menjadi bukti nyata, rakyat dibiarkan beberapa bulan
tanpa aktivitas dan hidup di penampungan. Selain itu, pemerintah tidak hanya lambat. Namun, juga jarang menyertakan

Oleh MAHFUD
demikian, korban dapat terselamatkan dan upaya untuk pemulihan pascabencana dapat
dilakukan dengan cepat.

ENOMENA alam yang
terjadi sungguh tak dapat diterka dan sering di
luar logika kita. Ini dapat dilihat dalam peristiwa gempa, Rabu (2/9), di wilayah yang meliputi Jawa, Bali, dan Sumatra.
Gempa berkekuatan 7,3 pada
skala Richter seperti dicatat Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG) telah
merenggut harta, nyawa, dampak trauma psikologis yang
mendalam, dan meninggalkan

monumen murka alamo
Bencana ini menjadi pelajaran sekaligus guru yang berharga, selain berserah diri kepadaNya, juga perlu ada suatu upaya konkret secara faktual dalam
memahami dan mengantisipasi kondisi alam secara teoretis
dan logis. Salah satu wujudnya,
melalui manajemen penanganan bencana yang terarah dan
terpadu. Yang terpenting dari
manajemen bencana adalah
langkah konkret dalam mengendalikan bencana. Dengan

F

Pendidikan mitigasi
Posisi geografis kepulauan
Indonesia yang sangat unik
menyebabkan Indonesia termasuk daerah yang rawan terhadap bencana. Kepulauan Indonesia termasuk wilayah Pacific ring affire (deretan gunung
berapi Pasifik), juga terletak di
pertemuan dua lempeng tektonik dunia dan dipengaruhi tiga
gerakan, yaitu gerakan sistem
Sunda di bagian barat, gerakan
sistem pinggiran Asia Timur,

dan gerakan sirkum Australia.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan Indonesia rentan terhadap letusan gunung berapi dan
gempa bumi.
Bayang-bayang bencana selalu menghantui setiap warga
yang tinggal di wilayah tersebut, karena bisa terjadi setiap
saat dan kapan saja. Maka, perlu kiranya ada penataan atau
perencanaan tentang bencana
beserta penanggulangannya
yang terarah dan terpadu, karena penanggulangan yang dilakukan selama ini belum terarah, sistematis, dan terencana.
Diperlukan suatu upaya pengurangan risiko bencana yang
berbasis komunitas pendidikan
sebagai salah satu usaha untuk
mengurangi risiko bencana. Salah satunya dengan memasukkan materi pelajaran tentang
gempa dan tsunami sebagai
mata pelajaran wajib bagi setiap siswa di semua tingkatan.

Kliplng

Humos


Un pod

.

masyarakatuntuk membahas

persoalan yang dibutuhkan dan
yang seharusnya dilakukan.
Selain itu, faktor analisis kerentanan juga kurang diperhatikan. Korban seharusnya bisa
diminimalisasi apabila ada ana---lisis kerentanan yang disertai
- -

200Q

31

ODes

kehati-hatian dini, sehingga
rakyat terhindar bila teIjadi

bencana. Banyak pengalaman
berharga yang dapat diambil
dari kejadian bencana alam,
mulai dari cara penanganan
korban yang selamat sampai
penguburan korban yang meninggal. Saat itu, penanganannya relatif lamban dan saling
melemparkan tanggung jawab.
Hal ini teIjadi karena belum
ada ketentuan mengenai siapa
atau lembaga mana yang paling
berkompeten melakukan tindakan kontigensi.
Berbasiskan masyarakat
Perlu kiranya dikaji tentang
rencana pembentukan organisasi kebencanaan di tingkat kecamatan dan kota. Lembaga kontigensi harus segera dibentuk,
sebagai perintab
UU No.
24/2.007, karena posisi geografis Indonesia yang amat rentan
bencana alamo Berdasarkan semangat tersebut, pemerintab
daerah harus membentuk badan.penan~angan
bencana

daerab. Selain itu, komitmen
antarpemerintab kabupatenfkota untuk membentuk lembaga
kontigensi mitigasi bencana di
daerabnya masing-masing.
Petaka di Aceh yang skala kerusakannya amat mengejutkan
dunia, semeStinya menjadi pelajaran tentang betapa tak berdayanya suatu negara jika tak
memiliki persiapan apa-apa.
Oleh karena itu, baiknya kita
berusaba hidup menyesuaikan
diri. Jepang dan AS adalab contoh negara yang penduduknya
telab memabami benar dan siap menghadapi bencana gempa
dan tsunami. ltu sebagai kompensasi dari trauma akibat tsu_ nami yan,j.Te~Ijang

Onagawa

dan Hawaii pada 1960.
Semua upaya penanggulangan itu akan terpulang pada kepedulian masyarakat dan program pemerintab dalam mengurangi dampak bencana yang ditimbulkan. Masyarakat penting
diberi pengetahuan tentang
tanda-tanda kedatangan gelombang tsunami dan cara menyelamatkan diri. Bagi pemerintab setempat, perlu kiranya
segera menetapkan tata ruang

yang aman dari serangan gempa dan tsunami. ***
Penulis, staf pengajar mata kuliah hukum internasional
pada Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Darusallam,
Banda Aceh, sedang mengambil Program Doktor pada Universitas Padjadjaran di Bidang Kajian Utama Hukum
lnternasional.