PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 244K/TUN/2012 ANTARA PT. MOBILE-8 TELECOM TBK DENGAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA MENGENAI BIAYA HAK PENGGUNAAN (BHP) FREKUENSI DITINJAU BERDASARKAN UU 36/1999.
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 244K/TUN/2012 ANTARA PT.
MOBILE-8 TELECOM TBK DENGAN MENTERI KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA MENGENAI BIAYA HAK PENGGUNAAN (BHP)
FREKUENSI DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI
ABSTRAK
Aryo Gutomo
110110070512
Perhitungan biaya spektrum frekuensi di Indonesia dinamakan Biaya
Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (BHP IPSFR).
Perhitungan tersebut mendasar pada perhitungan stasiun radio, namun
diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2010 menjadi
perhitungan berdasarkan lebar pita. Seperti kasus PT. Mobile-8 Telecom
Tbk yang menggugat Menkominfo (Menteri Komunikasi dan Informatika)
dilatarbelakangi besaran dan waktu pembayaran biaya hak penggunaan
frekuensi. Permasalahan terjadi karena penerapan perhitungan yang
dilakukan oleh Menkominfo tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitis, yaitu suatu
penelitian tentang hukum yang memberi gambaran dan pengetahuan
tentang biaya hak penggunaan frekuensi ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi. Pengumpulan data lebih
ditekankan pada studi kepustakaan berupa kaidah-kaidah hukum maupun
teori ilmu hukum dan Putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung pada
Perkara Nomor : 244K/TUN/2012 dianalisis dengan peraturan perundangundangan yang berlaku secara yuridis normatif.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 76 Tahun 2010 menerapkan kebijaksanaan Pemerintah terkait
dengan BHP Spektrum Frekuensi Radio kepada Penyelenggara Jaringan
Bergerak Seluler di Pita Frekuensi Radio 800 MHz, 900 MHz dan 1800
MHz. Kebijaksanaan tersebut diterapkan untuk optimalisasi pendapatan
Negara dan bertujuan untuk mendorong peningkatan layanan kepada
masyarakat. Pertimbangan Putusan Mahkamah Agung Nomor
244K/TUN/2012 mengenai BHP Frekuensi menyatakan permohonan
kasasi ditolak, bahwa keberatan atas penentuan besarnya biaya dalam
perkara a quo mengedepankan asas retroaktif dalam melakukan hak tagih
Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 yang
menimbulkan perhitungan baru dalam pertimbangan judex facti sudah
tepat dan benar.
iv
MOBILE-8 TELECOM TBK DENGAN MENTERI KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA MENGENAI BIAYA HAK PENGGUNAAN (BHP)
FREKUENSI DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI
ABSTRAK
Aryo Gutomo
110110070512
Perhitungan biaya spektrum frekuensi di Indonesia dinamakan Biaya
Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (BHP IPSFR).
Perhitungan tersebut mendasar pada perhitungan stasiun radio, namun
diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2010 menjadi
perhitungan berdasarkan lebar pita. Seperti kasus PT. Mobile-8 Telecom
Tbk yang menggugat Menkominfo (Menteri Komunikasi dan Informatika)
dilatarbelakangi besaran dan waktu pembayaran biaya hak penggunaan
frekuensi. Permasalahan terjadi karena penerapan perhitungan yang
dilakukan oleh Menkominfo tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitis, yaitu suatu
penelitian tentang hukum yang memberi gambaran dan pengetahuan
tentang biaya hak penggunaan frekuensi ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi. Pengumpulan data lebih
ditekankan pada studi kepustakaan berupa kaidah-kaidah hukum maupun
teori ilmu hukum dan Putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung pada
Perkara Nomor : 244K/TUN/2012 dianalisis dengan peraturan perundangundangan yang berlaku secara yuridis normatif.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 76 Tahun 2010 menerapkan kebijaksanaan Pemerintah terkait
dengan BHP Spektrum Frekuensi Radio kepada Penyelenggara Jaringan
Bergerak Seluler di Pita Frekuensi Radio 800 MHz, 900 MHz dan 1800
MHz. Kebijaksanaan tersebut diterapkan untuk optimalisasi pendapatan
Negara dan bertujuan untuk mendorong peningkatan layanan kepada
masyarakat. Pertimbangan Putusan Mahkamah Agung Nomor
244K/TUN/2012 mengenai BHP Frekuensi menyatakan permohonan
kasasi ditolak, bahwa keberatan atas penentuan besarnya biaya dalam
perkara a quo mengedepankan asas retroaktif dalam melakukan hak tagih
Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 yang
menimbulkan perhitungan baru dalam pertimbangan judex facti sudah
tepat dan benar.
iv