ANALISA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2569 K/PDT/2008 TENTANG UJIAN NASIONAL

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hak setiap warga untuk dapat merasakan pendidikan baik kelas menengah maupun kelas atas, negara wajib memberikan fasilitas terhadap warganya untuk mendapatkan akses pendidikan. Pendidikan merupakan modal utama dalam mewujudkan sebuah wibawa bangsa terutama dalam kanca internasional. Sistem pendidikan nasional merupakan suatu sistem yang dapat mengimplementasikan serta melaksanakan pendidikan secara merata di seluruh wilayah Indonesia sehingga dapat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Praktik sistem pendidikan di Indonesia, ada pro-kontra dalam memberikan penilaian terhadap kemajuan serta keberhasilan pendidikan Indonesia baik dari segi infrasturktus, sarana prasarana, kualitas guru, gaji guru, serta anggaran untuk pendidikan, yang pro menilai pendidikan di Indonesia telah mengalami kemajuan sejak era reformasi yang telah memiliki standar pendidikan nasional yang tentu dapat menjadikan nantinya bangsa Indonesia menjadi negara maju, sedangkan masyarakat yang kontra memandang bahwa pendidikan di Indonesia tidak memiliki kemajuan apa-apa baik dari segi infrastruktur maupun kualitas pendidikan itu sendiri terutama dalam hal kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan Ujian Nasional. Dalam konteks pelaksanaan Ujian Nasional pemerintah telah mengeluarkan sebuah regulasi hukum sebagai payung hukum atas pelaksanaan Ujian nasional yakni Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standarisasi Pendidikan Nasional.


(2)

2 Ujian Nasional telah banyak menyisahkan persoalan secara sistematis terhadap para siswa baik tingkat SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat baik secara psikologi, tekanan batin dan juga akses fasilitas sarana pendidikan hampir tidak merata di seluruh wilayah Indonesia terutama sekolah-sekolah yang ada di pelosok-pelosok desa, dan tentunya berbeda dengan akses pendidikan yang ada di sekolah perkotaan. beberapa contoh kasus pelaksanaan Ujian Nasional yang terungkap di media massa di antaranya :

1. Kasus contekan massal pada saat ujian nasional, hal ini terjadi di SDN 2 Gadel Surabaya Jawa Timur, yang di laporkan oleh orang tua murid Siami.1

2. Kasus siswa gantung diri karena ujian nasional Fanny Wijaya (16), siswa SMP PGRI Pondok Petir, Kota Depok Jawa Barat karena takut tidak akan lulus ujian nasional (UN).2

3. Kasus guru melakukan kecurangan pada saat Ujian Nasional dengan menginditimasi murid pintar untuk memberikan/berbagi jawaban kepada murdi lainnya hal ini terjadi di SDN Pesanggarahan Jakarta, yang dilaporkan orang tua murid Irma.

4. Kasus ketika Ujian Nasional sudah dilaksanakan, pihak sekolah meminta kepada para pengawas, bahwa amplop lembar jawaban akan dilem diruangan kepala sekolah. Kepala sekolah pun sudah mempesiapkan beberapa guru yang akan menghapus jawaban salah pada lembar jawaban milik peserta didiknya, dan menggantinya dengan jawaban yang benar.

1

Suaraislam.http://www.suaraislam.com/read/2011/07/05/1864739/guru-terlibat-kecurangan-un. di akses 09 Juli 2013

2Okezone. http://www.okezone.com/read/2013/05/23/1186254/komnas-anak-kawal-kasus-siswa-gantung-diri-karena-un. Di akses tanggal 10 Juli 2013


(3)

3 5. Kasus pada saat pelaksanaan Ujian Nasional di mana pembagian lembar soal dan jawaban tidak merata di seluruh sekolah-sekolah Indonesia hal ini disebabkan karna keterlambatan distribusi oleh pemerintah pusat.

Dari contoh kasus Ujian Nasional tersebut, substansi dalam amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah diselewengkan oleh pemerintah ditambah keluarnya regulasi Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standarisasi Pendidikan Nasional menambah keyakinan bahwa pemerintah nampak kurang serius dalam menata sistem pendidikan Indonesia yang lebih baik sebagaimana yang di amanahkan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jelas bukan Ujian Nasional yang dibutuhkan oleh pendidikan Indonesia saat ini. Ujian Nasional itu instrumen untuk mengukur hasil pendidikan Indonesia secara nasional yang memang sangat tidak adil jika dipakai sebagai standar kelulusan yang disamakan antara Jakarta dan Papua. Bagaimana mungkin Papua yang masih menghadapi masalah buta huruf diwajibkan memiliki standar kelulusan yang sama dengan Jakarta? Bagaimana mungkin kinerja sekolah di pelosok Indonesia yang gedungnya mau roboh dan gurunya sangat kurang dan jarang datang, tak punya buku, peserta didik masih belum lancar membaca diminta bisa bersaing dengan sekolah di Jakarta? Semestinya Ujian Nasional pertama-tama dijadikan sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja pemerintah (dalam hal ini dinas pendidikan) di daerah seluruh Indonesia dalam menyelenggarakan pendidikan, jadi bukan untuk mengukur kinerja siswa dulu. Menurut Jamaluddin siswa hanya menerima pelayanan pendidikan dan bukan pelaku yang menentukan kualitas pelayanan


(4)

4 pendidikan itu sendiri, siswalah yang harus menerima resiko jika pelayanan pendidikan di daerah buruk.3

Mengingat kebijakan Ujian Nasional di Indonesia sudah berlangsung lama sejak 1965 hingga lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka seharusnya pemerintah meninjau kembali atas kebijakan Ujian Nasional dan mengubah reorientasi atas penyelenggaraan Ujian Nasional yang di mana selama ini Ujian Nasional dijadikan ukuran kelulusan peserta didik ditiap jenjang pendidikan baik tingkat SMP/sederajat maupun SMA/sederajat.

Meskipun banyak kelompok masyarakat baik LSM, komunitas guru, serta para pengamat pendidikan dengan sangat tegas menolak kebijakan pelaksanaan Ujian Nasionaldiselenggarakan oleh pemerintah dengan dalil bahwa Ujian Nasional merupakan suatu ketentuan yang harus dilaksanakan untuk melihat kualitas pendidikan Indonesia. Oleh sebab itu kelompok masyarakat yang menolak akan kebijakan pemerintah terhadap pelaksanaan Ujian Nasional yang dianggap bertentangan dengan kehendak masyarakat dan lebih banyak merugikan masyarakat dari pada kebaikan itu sendiri, meskipun pihak masyarakat (yang menolak) dengan pemerintah telah beberapa kali melakukan pertemuan /diskusi guna untuk menyampaikan aspirasi masyarakat berkenaan Ujian Nasional, namun hasilnya pemerintah tetap bersikeras tetap melaksanakan Ujian Nasional tanpa mendengarkan aspirasi masyarakat sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan Ujian Nasional hingga akhirnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 Tentang Standarisasi Pendidikan Nasional sebagai regulasi pemerintah dalam melaksanakan ujian nasional tahun 2013.

Dengan bersikukuhnya pemerintah mengeluarkan kebijakan pelaksanaan Ujian Nasional tidak membuat masyarakat diam dalam mengawal Ujian Nasional hingga

3Jamaluddin.2008. Kebijakan Ujian Nasional (Analisi Kritis).Jakarta. Jurnal PPS Uninus. Volume 2 Nomor 2.


(5)

5 akhirnya masyarakat mengajukan sebuah gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hingga proses kasasi di Mahkamah Agung, permohonan kasasi yang diajukan oleh pihak pemohon kasasi ditolak oleh Mahkamah Agung dengan kata lain putusan Mahkamah Agung membenarkan atas putusan Pengadilan Negeri (tingkat pertama), Mahkamah Agung dengan mengeluarkan putusan nomor : 2596 K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional.

Sejak keluarnya putusan Mahkamah Agung tentang Ujian Nasional pemerintah tidak mengindahkan putusan Mahkamah Agung sebagai pertimbangan hukum terhadap pemerintah sebelum mengeluarkan kebijakan penyelenggaran Ujian Nasional meskipun pemerintah sempat akan melakukan upaya hukum luar biasa yakni Peninjaun Kembali (PK).

Pemerintah lewat Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Republik Indonesia menyelenggarakan konvensi Ujian Nasional yang berlangsung selama dua hari yakni 26 – 27 September 2013 di Jakarta. Konvensi Ujian Nasional diselenggarakan untuk mencari model penyelenggaraan Ujian Nasional yang berkualitas. Tentunya konvensi ini dihadiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penyelenggaraan Ujian Nasional mulai dari perwakilan kelompok guru / kepala sekolah swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (Federasi Serikat Guru Independen, Persatuan Guru Indonesia) yang peduli terhadap pendidikan, dewan pendidikan, komite sekolah, hingga para perwakilan dinas pendidika provensi serta pengamat pendidikan. Konvensi Ujian Nasional yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tidak membahas apakah penyelenggaraan Ujian Nasional tetap dilaksanakan atau tidak sebagaimana putusana Mahkamah Agung, akan tetapi membahas tentang format yang ideal terhadap penyelenggaraan Ujian Nasional tahun 2014


(6)

6 Dalam ketentuan hukum, putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap (incracht) suatu peradilan maka dalam ketentuannya pihak yang kalah harus mematuhi putusan tersebut yang dimana dalam hal ini pihak Pengadilan Negeri atas kewenangannya dapat melakukan eksekusi atas putusan tersebut dengan memanggil pihak yang kalah dalam hal ini pihak tergugat (pemerintah), hal ini sebagaimana di jabarkan dalam pasal 195 ayat (1) HIR sebagai berikut :“Hal menjalankan keputusan pengadilan negeri, pada perkara tingkat pertama diperiksa oleh pengadilan negeri, adalah atas perintah dan dengan pimpinan ketua pengadilan negeri yang pada tingkat pertama memeriksa perkara itu,

menurut cara yang di atur dalam pasal selanjutnya.”4

Dalam prakteknya dilapangan pihak pengadilan negeri Jakarta Pusat sudah memberikan peringatan (Aanmaning) kepada 4 pihak tergugat yakni Presiden, Wakil Presiden, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk melaksanakan putusan pengadilan. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melalui penetapannya melalui Penetapan No. 114/2011.Eks , pemerintahterkesan tidak peduli terhadap putusan tersebut.

Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang akan dilaksanakan tahun 2014 cacat hukum sebab Mahkamah Agung telah mengeluarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2569K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional, Putusan ini menguatkan putusan sebelumnya yakni Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dan Putusan Negeri Jakarta Pusat. Dalam Putusan Mahkamah Agung ditegaskan bahwa menolak permohonan Kasasi yang diajukan oleh pihak pemohon kasasi yang sebelumnya sebagai pihak tergugat. Ditolaknya permohonan kasasi yang diajukan oleh pihak tergugat (pemerintah) maka secara yuridis yang berlaku adalah putusan pengadilan tingkat pertama yakni Pengadilan

4


(7)

7 Negeri Jakarta Pusat. Dalam Putusannya menyatakan bahwa pemerintah sebelum mengeluarkan kebijakan penyelenggaran Ujian Nasional terlebih dahulu meingkatkan kualitas guru, kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, akses informasi yang lengkap diseluruh daerah se-Indonesia. Selain Putusan Mahkamah Agung, pemerintah juga telah melanggar pasal 58 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dengan tegas mengatur bahwa : “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta

didik secara berkesinambungan”.5

Dalam kehidupan bernegara, salah satu hal yang harus di tegakkan adalah berjalan setiap ketentuan hukum yang ada baik masyarakat biasa termasuk pemerintah itu sendiri. Maka penulis melihat ada sesuatu yang salah terhadap hukum di Indonesia yang dimana sebuah produk hukum /putusan setingkat Mahkamah Agung yang merupakan induk dari pada peradilan di Indonesia pemerintah tidak melaksanakan putusan yang di keluarkan oleh Mahkamah Agung terkait kebijakan Ujian Nasional. Hal ini dapat dikatakan bahwa pemerintah telah memberikan contoh yang tidak baik terhadap masyarakat Indonesia dalam mentaati suatu putusan hukum, hal ini dalam merendahkan kewibawaan hukum itu sendiri dalam menegakkan supremasi hukum di Indonesia.

Melihat kondisi yang demikian, penulis merasa perlu untuk melakukan kajian lebih lanjut berkaitan dengan putusan Mahkamah Agung Nomor: 2596K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional. Sehingga penulis mengambil judul tulisan “ANALISA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 2596 K/PDT/2008 TENTANG

UJIAN NASIONAL”

5


(8)

8

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Akibat Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2596 K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional terhadap pelaksanaan Ujian Nasional?

2. Bagimana Akibat yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2596 K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional yang tidak dilaksanakan oleh pihak Pemohon Kasasi (Pemerintah)?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami / mengetahui akibat yuridis putusan Mahkamah Agung Nomor : 2596 K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. 2. Untuk memahami / mengetahui akibat yuridis putusan Mahkamah Agung Nomor :

2596 K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional Yang Tidak dilaksanakan oleh pihak Pemohon Kasasi (Pemerintah).

D. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Penulisan Hukum ini adalah : a. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan meningkatkan sifat kritis dalam menanggapi masalah-masalah Putusan Ujian Nasional dan untuk persyaratan mengajukan gelar kesarjanaan 1 (satu) di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

b. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi berkenaan dengan penjelasan dan petunjuk tentang akibat hukum terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 2569/K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional.


(9)

9 c. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) untuk dapat melaksanakan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2569/K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional

2. Kegunaan Penulisan Hukum ini adalah :

Untuk menambah penelaahan ilmiah yang dapat dipergunakan dan dimanfaatkan di dalam upaya pengembangan ilmu hukum terutama berkaitan dengan Putusan Pengadilan.

E. Metode Penelitian.

Dalam suatu penelitian, untuk mencapai hasil yang optimal maka diperlukan metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan pokok permasalahan yang menjadi topik penelitian. Adapun metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis, yang artinya melakukan penelitian hukum kepustakaan (Library Research).

Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka hal ini di namakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.6 Pendekatan Yuridis digunakansebagai rujukan dalam mengkaji dan menganalisa putusan Mahakamah Agung nomor : 2596K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional putusan Pengadilan Tinggi nomor 377/PDT/2007/PT.DKI, putusan Pengadilan Negeri nomor 228/Pdt.G/2006/PN.JKT.PST.

6


(10)

10 2. Jenis bahan hukum penelitian.

Dikarenakan jenis penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis maka untuk itu bahan dasar penelitian ini adalah bahan hukum sekunder yaitu bahan yang diperoleh dari bahan pustaka. Adapun jenis-jenis bahan yang dipakai sebagai bahan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Bahan Hukum Primer, adalah bahan hukum yang berupa peraturan hukum yang terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim. Dalam penulisan ini bahan hukum primer antara lain Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2013 Tentang Standarisasi Pendidikan Nasional, dan putusan Mahkamah Agung Nomor : 2596K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional

b. Bahan Hukum sekunder, adalah bahan yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti buku-buku, makalah, jurnal, hasil penelitian, artikel atau pun blog di internet yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini sebagai bahan penunjang dalam menganalisis hasil-hasil kajian yuridis.

c. Bahan Hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder ; contohnya adalah kamus, ensiklopedi, indeks kumulatif, dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum :

a. Studi Kepustakaan : merupakan teknik pengumpulan bahan hukum dengan cara menelaah atau mempelajari buku-buku, jurnal, hasil penelitian, media (baik media online dan media cetak), dan situs internet. Misalnya dengan mencari


(11)

11 teori-teori, pendapat para ahli/pengamat, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan permaslahan yang diteliti.

b. Dokumentasi : merupakan teknik pengumpulan peraturan-peraturan atau regulasi yang masih berlaku dan berbagai sumber pustaka yang serta arsip yang berhubungan dengan penelitian ini.

4. Analisa Bahan Hukum

Dari bahan hukum yang telah terkumpul nantinya akan dianalisis dengan pendekatan yuridis dengan kerangka berfikir secara sistematis. Kemudian untuk mempertajam analisis dilakukan analisaisi (content analysis) yaitu analisa mendalam dan kritis terhadap aturan hukum yang berkaitan dengan topik yang diangkat maupun dari literature-literatur yang diperoleh sehingga penulisan hokum ini terarah sesuai dengan tujuan studi analisis yang dimaksud dan analisa komparatif berbagai perundang-undangan yang berkenaandengan putusan Mahkamah Agung. Dan analisis juga menggunakan metode interpretasi hokum dengan menggunakan metode interpretasi historis yaitu penafsiran hokum menurut sejarah terbentuknya putusan tersebut. Analisa bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yakni memaparkan bahan hukum yang paling relevan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.


(12)

12

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang yang berisi tentang dasar pemikiran pengambilan judul skripsi seperti halnya yang dipaparkan oleh penulis. Permasalahan, berisi tentang titik-titik masalah hukum yang akan dibahas oleh penulis dalam penulisan hokum ini. Tujuan penulisan, berisi tentang tujuan penulisan hokum ini. Manfaat penulisan, berisi tentang manfaat penulisan hokum ini bagi berbagai pihak mulai dari penulis sendiri sampai pada kalangan praktisi dan masyarakat pada umunya. Metode penelitian, berkaitan dengan metode yang akan dipakai untuk penulisan hokum baik metode analisa maupun jenis bahan hukum dan metode pengumpulan bahan hukum. Sistematika penulisan merupakan kerangka dari penulisan hokum inin antinya.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisikan diskripsi atau uraian tentang bahan-bahan teori, doktrin, atau pendapat sarjana dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, yang terkait langsung dan menjadi kerangka ilmiah permasalahan yang menjadi obyek penulisan hokum yakni berisikan tentang tinjauan umum mengenai Mahkamah Agung, tinjauan umum putusan pengadilan, dan tinjauan mengenai eksekusi putusan, dan tinjauan tentang Ujian Nasional.


(13)

13

BAB III : PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang uraian pembahasan permasalahan yang diutarakan serta dianalisa secara teoritis-yuridis berkaitan dengan permasalahan topik yaitu akibat hukum putusan Mahkamah AgungNomor 2569/K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional dan akibat hukum terhadap putusan Mahkamah Agung Nomor 2569/K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional yang tidak dilaksanakan oleh pemohon kasasi (pemerintah)

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan permasalahan yang dibahas dalam bab sebelumnya, dan saran yang dihasilkan oleh penulis.


(14)

ANALISA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2569 K/PDT/2008 TENTANG UJIAN NASIONAL

PENULISAN HUKUM

Oleh :

FIRDAUS ABDULLAH 08400174

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM


(15)

PENULISAN HUKUM

ANALISA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2569 K/PDT/2008 TENTANG UJIAN NASIONAL

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh :

FIRDAUS ABDULLAH 08400174

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM


(16)

(17)

(18)

(19)

MOTO

Yaa Allah Tuhan Rabbiku

Muhammad Junjunganku

Al Islam Agamaku

Muhammadiyah Gerakanku

Berilmu, beramal, dan berakhlak mulia

Lantang Bicara, Berani Aksi, dan Bertanggung Jawab!!


(20)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi Rabbil`aalamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Tugas Akhir/Skripsi yang berjudul “KATEGORISASI PENERAPAN DIVERSI DALAM TINDAK PIDANA DENGAN PELAKU ANAK DITINJAU DARI ASAS NONDISKRIMINASI”, dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan / Strata 1 (S1) dalam bidang Ilmu Hukum.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, arahan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada yang berjasa dalam penyelesaian tugas penulisan skripsi, antara lain :

1. Keluarga penulis, khususnya Orang tua penulis Ibunda Nurhaedah Sanusi tercinta yang tidak pernah mengenal kata lelah dalam membimbing penulis dalam menjalani kehidupan ini, serta almarhum Ayahanda Abdullah yang sebelum menghembuskan nafas terakhirnya berpesan agar kami anaknya disekolahkan setinggi-tingginya, serta saudara-saudara penulis yang senantiasa mengingatkan penulis untuk fokus menyelesaikan studi.

2. Bapak Dr. Sulardi SH., M.Si Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus dosen pembimbing I, yang telah memberikan banyak waktu diskusi yang menyenangkan dan bersahabat kepada penulis selama penulisan tugas akhir /skripsi


(21)

3. Ibu Catur Wido Haruni, SH., M.Si.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan masukan yang bermanfaat kepada Penulis untuk memperoleh hasil penulisan yang baik.

4. Bapak Bayu Dwiwiddy Jatmiko, SH.,M.Hum selaku dosen wali yang senantiasa memberikan arahan dan pencerahan kepada Penulis untuk studi dengan tepat waktu. 5. Adinda Nurul Annisa, yang tanpa lelah mengingatkan penulis untuk tetap semangat

menyelesaikan Tugas Akhir/Skripsi.

6. Sahabat-sahabatku baik di Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Malang Raya yang telah bersedia untuk diskusi dengan penulis seputar tema penulisan Tugas Akhir dan persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia.

Penulis sadar betul bahwa penulisan hukum ini tidaklah mungkin lepas dari ketidaksempurnaan. Maka Penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif., dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi para pemerhati hukum dan aktifis pendidikan di Indonesia.

Nuun, Wal Qalami Wama Yasthuruun Fastabiqul Khairat

Malang, 07 Februari 2014


(22)

DAFTAR ISI

Lembar sampul dalam……… i

Lembar Pengesahan………... ii

Surat PernyataanPenulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat . .………. iii

Motto………. iv

Abstraksi……… ... v

Abstract . . . vi

Kata Pengantar……….. vii

Daftar Isi……….……….. ix

BAB I PENDAHULUAN………. . . 1

A.Latar Belakang………. . . 1

B.Rumusan Masalah……… ... 8

C.Tujuan Penelitian………. ……… ... 8

D.Manfaat dan Kegunaan dan Penelitian ...……… . 8

E. Metode Penelitian………. ………...…… 9

F. Sistematika Penulisan………. . . . 12

BAB IITINJAUAN PUSTAKA………. . . . 14

A.Tinjauan Mengenai Mahkamah Agung . . . 14

1. Mahkamah Agung Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia . . . 14

2. Kewenangan Mahkamah Agung………..……….. 16

3. Kasasi Oleh Mahkamah Agung………. . . 17

B.Tinjauan Umum Tentang Putusan Pengadilan. . . 20

1. Pengertian Putusan Pengadilan. . . 20

2. Jenis-Jenis Putusan Pengadilan. . . 27

C.Tinjauan Umum Tentang Eksekusi. . . 34

1. Pengertian Eksekusi..……… . . . 34

2. Ruang Lingkup Eksekusi………. . . 36

D.Tinjauan Umum Tentang Ujian Nasional. . . 38

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. . . 40

A.Posisi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 2569 K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional. . . 40

B.Akibat Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 2569 K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional Terhadap Pelaksanaan Ujian Nasional. . . 43

1. Pemohon Kasasi (Pemerintah) tetap Melaksanakan Ujian Nasional. . . 50

2. Pelaksanaan Ujian Nasional Batal Demi Hukum (Nietig Van Recht Wege) . . . . . .. . . 53

C.Akibat Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 2569 K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional Tidak Dilaksanakan Oleh Pihak Pemohon Kasasi (Pemerintah).. . . 57

1. Pelaksanaan Putusan Mahkamah Agung Oleh Pemohon Kasasi (Pemerintah). . . 57


(23)

b. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Pendidikan Indonesia. . . 61

c. Akses Informasi Yang Lengkap. . . 63

2. Pemerintah Telah Melakukan Perbuatan Melawan Hukum Pemerintah (Onrechtmatige Overheidsdaad). . . 64

BAB IV PENUTUP.………. 77

A.Kesimpulan………. 77

B.Saran……… 78

Daftar Pustaka ……….. 79

Indeks……….... 82 Lampiran-lampiran


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku:

Achmad Ali. 2012. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) : Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Jakarta. Prenada Media Group

Ahmad Rifai. 2011. Penemuan Hukum Oleh Hakim : Dalam ersfektif Hukum Progresif,

Jakarta. Sinar Grafika.

A. Mukti Arto. 2001. Konsepsi Ideal Mahkamah Agung. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Bambang Sutiyoso. 2005. Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan Kehakiman Di

Indonesia. Yogyakarta. UII Pres.

Harun M. Husein. 1998. Kasasi Sebagai Upaya Hukum. Jakarta. Sinar Grafika.

Jimly Asshiddiqie. 2010. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta.Sinar Grafika.

Kansil, 2005. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Leden Marpaung, 1995. Putusan Bebas: Masalah dan Pemecahannya. Jakarta. Sinar Grafika,

Lilik Mulyadi. 2007. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana (Teori, Praktik, teknik penyusunan dan permasalahannya). Bandung. Citra Aditya Bakti.

---. 2009. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung. Citra Aditya.

Moh. Taufik Makarao. 2004. Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata. Jakarta. PT.Rineka Cipta.

Muhammad Djais. 2000. Pikiran Dasar Putusan Eksekusi. Semarang. Fak. Hukum Universitas Diponegoro

M. Yahya Harahap. 2008. Hukum Acara Perdata (tentang : Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan). Jakarta. Sinar Grafika.

---. 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP : Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali.

Jakarta. Sinar Grafika

---. 2010. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Jakarta. Sinar Grafika.


(25)

Pontang Moerad B.M. 2005. Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan Dalam Perkara Pidana. Bandung. PT.Alumni.

Satjipto Rahardjo. 2003. Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Indonesia. Jakarta. Kompas. ---. 2008. Membedah Hukum Progresif. Jakarta. Kompas.

Soepomo. 2000. Hukum Acara Perdata di Pengadilan Negeri. Jakarta. Pradya Paramita Sophar Maru Hutagalung. 2010. Praktik Peradilan Perdata : Teknis Menangani

Perkara di Pengadilan. Jakarta. Sinar Grafika

Sudikno Mertokusumo. 2002. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta. Liberty Susanto. (et.al.,). 2005. Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek. Bandung.

Mandar Maju.

Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis.Yogyakarta. Graha Ilmu

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum perdata

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung

Undang-Undang RI No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Putusan Mahkamah Agung No. 2569 K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang Standar Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri No. 3 Tahun 2013 tentang Kelulusan Peserta Didik dari satuan Pendidikan dan Penyelenggaran Ujian Sekolah/ Madrasah/ Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional

Kamus

Kamus Hukum Belanda. 2008. Semarang. CV Aneka Ilmu

Jurnal

Jamaluddin.2008. Kebijakan Ujian Nasional (Analisi Kritis).Jakarta. Jurnal PPS Uninus. Volume 2 Nomor 2.


(26)

Makalah/Opini Media Massa

Dian Rosita, 2011, Sistem Peradilan Indonesia, disampaikan dalam seminar nasional

“poteret peradilan Indonesia pada tanggal 11 November 2011. BEM UI Jakarta. Darmaningtyas,2013, Menggugat Konvensi Ujian Nasional. Koran Tempo. edisi 26

September 2013, Jakarta

Hafid Abbas. 2013. Misteri Pelaksanaan Sertifikasi Guru. kompas. edisi 12 Juni 2013. Jakarta

Ichsan Yasin Limpo. 2013.Reposisi UN. Republika. edisi 6 November 2013. Jakarta

Internet

Kompas.com.http://edukasi.kompas.com/read/2013/11/27/16335967/Konvensi.UN.Ini. Dia.27Poin.Hasil.Konvensi.Kompas.com.htm . diakses 29 September 2013 Kompas.comhttp://edukasi.kompas.com/read/2013/09/27/1334144/Ini.Dia.27.Poin.Hasi

l.Konvensi.UN. diakses tanggal 06 Februari 2014

Kompas.com.http://edukasi.kompas.com/read/2013/06/12/11363332/Misteri.Pelaksanaa n.Sertifikasi.Guru. diakses tanggal 27 Januari 214

Merdeka.com. http://www.merdeka.com/read/2013/04/27/UN-dan-potret-muram-sistem-pendidikan-Indonesia.html Diakses tanggal 10 Januari 2014

Okezone. http://www.okezone.com/read/2013/05/23/1186254/komnas-anak-kawal-kasus- siswa-gantung-diri-karena-un. Di akses tanggal 10 Juli 2013

Suaraislam. http://www.suaraislam.com/read/2011/07/05/1864739/guru-terlibat-kecurangan-un. di akses 09 Juli 2013

Website. http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/guru. diakses tanggal 27 Januari 2014

Website.http://dindik.jatimprov.go.id/pusatdata/?p=program&idm=13. diakses tanggal 24 Januari

Website. http://www.kemendikbud.go.id/kemendikbud/guru. diakses tanggal 28 Januari 2014

Wabsite BSNP. http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=109/. diakses tanggal 27 Januari 2014


(27)

KemenPP dan PA. 2011. “Anak Korban Kekerasan Dan Perlakuan Salah”,

(http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&Itemi d=116 diakses pada tanggal 25 Mei 2011)

Kompas. 2011. “LPSK Beri Izin Orang Tua Arumi Bachsin Temui Anaknya”,

(http://entertainment.kompas.com/read/2011/03/03/12084397/LPSK.Beri.Izin.Or tu.Arumi.Bachsin.Temui.Anaknya diakses pada tanggal 29 Juli 2011)

Republika. 2010. “Kekerasan Terhadap Anak Semakin Meningkat”,

(http://www.republika.co.id/data_kekerasan_anak.html diakses pada tanggal 25 Mei 2011)


(28)

INDEX

A

akses pendidikan· 1, 2, 51, 55, 71, 78, 80, 96

B

BSNP· 7, 49, 57, 62, 64, 76, 85

C

Contravenieren· 80, 88, 90, 93, 95

E

evaluasi· 46, 50, 54, 55, 56, 61, 67, 72, 90

H

Hak Asasi manusia· 88

hakim· 12, 18, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 45, 48, 52, 70, 71, 72, 80, 89, 92

J

Judicial review· 95

K

kasasi· 5, 8, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 36, 40, 48, 49, 51, 52, 54, 57, 60, 61, 69, 70, 82, 83, 85, 86, 87, 89, 92, 93

kekuasaan kehakiman· 17, 18, 24, 29, 36, 81, 84, 89, 91

kekuatan hukum tetap· 20, 22, 29, 40, 54, 57, 66, 68, 69, 84, 89, 93

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia· 6, 7, 11, 50, 53, 56, 65, 71, 74, 75, 78, 79, 80, 83, 86, 87, 96

konvensi Ujian Nasional· 58, 62

kualitas guru· 1, 8, 51, 54, 59, 70, 71, 72, 74, 75, 80, 82, 91, 96

M

Mahkamah Agung· 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 29, 48, 49, 51, 52, 54, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 65, 68, 69, 70, 71, 72, 81, 82, 83, 84, 85, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96

melanggar hukum· 20, 88, 90, 92, 93, 94, 95

moratorium· 91

N

negara· 1, 17, 18, 20, 25, 26, 29, 31, 35, 45, 49, 51, 56, 60, 66, 75, 81, 82, 88

negara hukum· 18, 29, 31, 81

P

pemerintah· 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 15, 18, 45, 46, 47, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 76, 77, 78, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 95, 96

pemohon kasasi· 5, 8, 15, 48, 49, 52, 53, 56, 70, 72, 77, 80, 89, 91, 93, 94, 95

Pendidikan· 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 45, 46, 47, 48, 50, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 62, 64, 65, 66, 67, 68, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 90, 93, 94, 95, 96

Pengadilan Negeri· 5, 7, 8, 12, 28, 32, 40, 42, 44, 45, 49, 51, 54, 55, 57, 71, 82, 83, 85, 86, 87

Pengadilan Tinggi· 8, 12, 21, 23, 29, 49, 51, 86, 87

Peraturan Pemerintah· 2, 3, 5, 12, 46, 48, 50, 52, 58, 59, 60, 61, 65, 66, 67, 68, 84, 86, 94, 96

peringatan· 7, 83

peserta didik· 4, 8, 46, 47, 49, 50, 51, 53, 54, 55, 56, 58, 61, 63, 66, 67, 72, 73, 75, 80, 90, 92

Presiden· 7, 48, 57, 65, 81, 82, 85, 88, 91

produk hukum· 9, 61, 66, 68, 84, 88, 94, 95

Putusan· 8, 9, 10, 11, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 48, 49, 51, 52, 54, 57, 58, 59, 60, 62, 65, 68, 69, 70, 71, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 94, 95, 96


(29)

S

sarana dan prasarana· 8, 59, 70, 71, 76, 77, 78, 80, 81, 91, 96

Sertifikasi guru,· 74

Sistem pendidikan· 1, 12

U

Ujian Nasional· 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 70, 71, 76, 78, 81, 82, 83, 84, 86, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96

Undang-Undang· 1, 3, 4, 8, 12, 17, 18, 20, 21, 23, 29, 30, 31, 38, 45, 47, 48, 49, 50, 52, 54, 55, 56, 60, 61, 62, 65, 67, 68, 69, 71, 72, 84, 90, 93, 94, 95

Y

yuridis· 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 24, 50, 65, 67, 68, 70, 82, 90, 94, 95


(30)

(1)

Pontang Moerad B.M. 2005. Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan Dalam

Perkara Pidana. Bandung. PT.Alumni.

Satjipto Rahardjo. 2003. Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Indonesia. Jakarta. Kompas.

---. 2008. Membedah Hukum Progresif. Jakarta. Kompas.

Soepomo. 2000. Hukum Acara Perdata di Pengadilan Negeri. Jakarta. Pradya Paramita

Sophar Maru Hutagalung. 2010.

Praktik Peradilan Perdata : Teknis Menangani

Perkara di Pengadilan. Jakarta. Sinar Grafika

Sudikno Mertokusumo. 2002. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta. Liberty

Susanto. (et.al.,). 2005.

Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek. Bandung.

Mandar Maju.

Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis.Yogyakarta. Graha Ilmu

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum perdata

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung

Undang-Undang RI No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Putusan Mahkamah Agung No. 2569 K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional

Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang Standar Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri No. 3 Tahun 2013 tentang Kelulusan Peserta Didik dari satuan

Pendidikan dan Penyelenggaran Ujian Sekolah/ Madrasah/ Pendidikan

Kesetaraan dan Ujian Nasional

Kamus

Kamus Hukum Belanda. 2008. Semarang. CV Aneka Ilmu

Jurnal

Jamaluddin.2008. Kebijakan Ujian Nasional (Analisi Kritis).Jakarta. Jurnal PPS Uninus.

Volume 2 Nomor 2.


(2)

Makalah/Opini Media Massa

Dian Rosita, 2011,

Sistem Peradilan Indonesia, disampaikan dalam seminar nasional

“poteret peradilan Indonesia

pada tanggal 11 November 2011. BEM UI Jakarta.

Darmaningtyas,2013,

Menggugat Konvensi Ujian Nasional. Koran Tempo. edisi 26

September 2013, Jakarta

Hafid Abbas. 2013. Misteri Pelaksanaan Sertifikasi Guru. kompas. edisi 12 Juni 2013.

Jakarta

Ichsan Yasin Limpo. 2013.Reposisi UN. Republika. edisi 6 November 2013. Jakarta

Internet

Kompas.com.http://edukasi.kompas.com/read/2013/11/27/16335967/Konvensi.UN.Ini.

Dia.27Poin.Hasil.Konvensi.Kompas.com.htm . diakses 29 September 2013

Kompas.comhttp://edukasi.kompas.com/read/2013/09/27/1334144/Ini.Dia.27.Poin.Hasi

l.Konvensi.UN. diakses tanggal 06 Februari 2014

Kompas.com.http://edukasi.kompas.com/read/2013/06/12/11363332/Misteri.Pelaksanaa

n.Sertifikasi.Guru. diakses tanggal 27 Januari 214

Merdeka.com.

http://www.merdeka.com/read/2013/04/27/UN-dan-potret-muram-sistem-pendidikan-Indonesia.html Diakses tanggal 10 Januari 2014

Okezone.http://www.okezone.com/read/2013/05/23/1186254/komnas-anak-kawal-kasus- siswa-gantung-diri-karena-un. Di akses tanggal 10 Juli 2013

Suaraislam.http://www.suaraislam.com/read/2011/07/05/1864739/guru-terlibat-kecurangan-un. di akses 09 Juli 2013

Website.

http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/guru. diakses tanggal 27 Januari

2014

Website.http://dindik.jatimprov.go.id/pusatdata/?p=program&idm=13. diakses tanggal

24 Januari

Website. http://www.kemendikbud.go.id/kemendikbud/guru. diakses tanggal 28 Januari

2014

Wabsite BSNP. http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=109/. diakses tanggal 27 Januari

2014


(3)

KemenPP dan PA. 2011. “Anak Korban Kekerasan Dan Perlakuan Salah”,

(http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&Itemi

d=116 diakses pada tanggal 25 Mei 2011)

Kompas. 2011. “LPSK Beri Izin Orang Tua Arumi Bachsin Temui Anaknya”,

(http://entertainment.kompas.com/read/2011/03/03/12084397/LPSK.Beri.Izin.Or

tu.Arumi.Bachsin.Temui.Anaknya diakses pada tanggal 29 Juli 2011)

Republika.

2010.

“Kekerasan

Terhadap

Anak

Semakin

Meningkat”,

(http://www.republika.co.id/data_kekerasan_anak.html diakses pada tanggal 25

Mei 2011)


(4)

INDEX

A

akses pendidikan· 1, 2, 51, 55, 71, 78, 80, 96

B

BSNP· 7, 49, 57, 62, 64, 76, 85

C

Contravenieren· 80, 88, 90, 93, 95

E

evaluasi· 46, 50, 54, 55, 56, 61, 67, 72, 90

H

Hak Asasi manusia· 88

hakim· 12, 18, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 36,

37, 38, 39, 41, 42, 43, 45, 48, 52, 70, 71, 72, 80, 89, 92

J

Judicial review· 95

K

kasasi· 5, 8, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 36, 40, 48, 49, 51, 52, 54, 57, 60, 61, 69, 70, 82, 83, 85, 86, 87, 89, 92, 93

kekuasaan kehakiman· 17, 18, 24, 29, 36, 81, 84, 89, 91

kekuatan hukum tetap· 20, 22, 29, 40, 54, 57, 66, 68, 69, 84, 89, 93

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia· 6, 7, 11, 50, 53, 56, 65, 71, 74, 75, 78, 79, 80, 83, 86, 87, 96

konvensi Ujian Nasional· 58, 62

kualitas guru· 1, 8, 51, 54, 59, 70, 71, 72, 74, 75, 80, 82,

91, 96

M

Mahkamah Agung· 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18,

19, 20, 21, 22, 23, 24, 29, 48, 49, 51, 52, 54, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 65, 68, 69, 70, 71, 72, 81, 82, 83, 84, 85, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96

melanggar hukum· 20, 88, 90, 92, 93, 94, 95 moratorium· 91

N

negara· 1, 17, 18, 20, 25, 26, 29, 31, 35, 45, 49, 51, 56, 60, 66, 75, 81, 82, 88

negara hukum· 18, 29, 31, 81

P

pemerintah· 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 15, 18, 45, 46, 47, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 76, 77, 78, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 95, 96

pemohon kasasi· 5, 8, 15, 48, 49, 52, 53, 56, 70, 72, 77, 80, 89, 91, 93, 94, 95

Pendidikan· 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 45, 46, 47, 48,

50, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 62, 64, 65, 66, 67, 68, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 90, 93, 94, 95, 96

Pengadilan Negeri· 5, 7, 8, 12, 28, 32, 40, 42, 44, 45, 49, 51, 54, 55, 57, 71, 82, 83, 85, 86, 87

Pengadilan Tinggi· 8, 12, 21, 23, 29, 49, 51, 86, 87 Peraturan Pemerintah· 2, 3, 5, 12, 46, 48, 50, 52, 58, 59,

60, 61, 65, 66, 67, 68, 84, 86, 94, 96

peringatan· 7, 83

peserta didik· 4, 8, 46, 47, 49, 50, 51, 53, 54, 55, 56, 58, 61, 63, 66, 67, 72, 73, 75, 80, 90, 92

Presiden· 7, 48, 57, 65, 81, 82, 85, 88, 91

produk hukum· 9, 61, 66, 68, 84, 88, 94, 95

Putusan· 8, 9, 10, 11, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 48, 49, 51, 52, 54, 57, 58, 59, 60, 62, 65, 68, 69, 70, 71, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 94, 95, 96


(5)

S

sarana dan prasarana· 8, 59, 70, 71, 76, 77, 78, 80, 81,

91, 96

Sertifikasi guru,· 74

Sistem pendidikan· 1, 12

U

Ujian Nasional· 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 45,

46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 70, 71, 76, 78, 81, 82, 83, 84, 86, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96

Undang-Undang· 1, 3, 4, 8, 12, 17, 18, 20, 21, 23, 29, 30,

31, 38, 45, 47, 48, 49, 50, 52, 54, 55, 56, 60, 61, 62, 65, 67, 68, 69, 71, 72, 84, 90, 93, 94, 95

Y

yuridis· 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 24, 50, 65, 67, 68, 70, 82, 90, 94, 95


(6)

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH TENTANG EKSEKUSI PUTUSAN BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL (BASYARNAS) OLEH MAHKAMAH AGUNG (PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 3071 K/PDT/2013).

0 0 17