Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Waktu Luang Petani dan Keluarga untuk Usaha Kerajinan Rogo-Rege Beserta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi T1 522009013 BAB IV

(1)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi penelitian berada di Desa Plumutan. Desa yang terletak di Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang ini memiliki batas- batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Desa Bantal, Kecamatan Bancak Timur : Karesidenan Surakarta

Selatan : Desa Lembu, Kecamatan Bancak

Barat : Desa Rejosari dan Desa Jlumpang, Kecamatan Bancak

Wilayah desa Plumutan terbagi atas enam dusun yakni dusun Karang Wuni, dusun Kalisari, Krajan Plumutan (dukuh Dawung, dukuh Krangkeng, dukuh Gandri), dusun Karet (dukuh Wonosari), dusun Jatisari (dukuh Gagan) dan dusun Randusari (dukuh Muningsari).

4.1.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

Jumlah penduduk desa Plumutan sampai dengan bulan Januari 2013 menurut data monografi berjumlah 2. 650 jiwa yang terdiri dari 1. 321 jiwa penduduk laki- laki dan 1329 penduduk perempuan dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 922 KK.

Tabel 4. 1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur No. Kelompok Umur

(Tahun)

Laki- Laki Perempuan Jumlah

1. 0- 1 88 87 175

2. 1- 5 137 147 284

3. 5- 10 138 138 276

4. 11- 15 135 137 272

5. 16- 20 136 138 274

6. 21- 25 144 138 282

7. 26- 30 137 137 274

8. 31- 40 134 134 268

9. 41- 50 134 133 267

10. 51- 60 100 102 202

11. 60 keatas 38 38 76

Jumlah 1321 1329 2650


(2)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di desa Plumutan yang memiliki rentang umur antara 1-5 tahun merupakan jumlah terbanyak dan umur 60 tahun keatas memiliki jumlah paling sedikit. Distribusi umur berdasarkan usia kerja produktif menurut Hernanto (1988) yakni antara 14- 50 tahun berjumlah 1627 jiwa.

4.1.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi penduduk desa Plumutan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Jenis Pendidikan Laki- Laki Perempuan Jumlah

1. Tidak Sekolah 85 111 196

2. TPQ/ Diniyah 44 54 98

3. TK/Play Group 26 38 64

4. Belum Tamat SD 108 208 316

5. Tidak Tamat SD 57 59 116

6. Tamat SD 417 344 761

7. Tamat SLTP/sederajat 47 32 79

8. Tamat SLTA/sederajat 26 27 53

9. Tamat Akademi/Diploma 3 4 7

10. Tamat Sarjana Keatas 2 1 3

Jumlah 815 878 1693

Sumber: Monografi Desa Plumutan per Januari 2013

Berdasarkan tabel 4. 2 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Plumutan hanya tamatan SD (Sekolah Dasar) yakni sebesar 761 jiwa, sedangkan pendidikan tertinggi yakni sarjana/ sederajat hanya berjumlah 3 jiwa.

4.1.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Mata pencaharian penduduk desa Plumutan cukup beragam yang meliputi PNS, TNI, POLRI, pegawai swasta, pensiunan, pengusaha, buruh bangunan, buruh industri, buruh tani, petani dan peternak. Berikut gambaran mengenai distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan.


(3)

Tabel 4. 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Laki- Laki Perempuan Jumlah

1. PNS 4 6 10

2. TNI 5 0 5

3. POLRI 1 0 1

4. Pegawai Swasta 8 9 17

5. Pensiunan 9 3 12

6. Pengusaha 14 13 27

7. Buruh Bangunan 29 11 40

8. Buruh Industri 6 18 24

9. Buruh Tani 413 312 725

10. Petani 416 314 730

11. Peternak 4 3 7

13. Lain- lain 413 639 1052

Jumlah 1322 1328 2650

Sumber: Monografi Desa Plumutan per Januari 2013

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pekerjaan dengan jenis lain- lain memiliki kontribusi terbesar yakni 1052 jiwa, sedangkan posisi kedua baru ditempati mata pencaharian petani dan buruh tani yakni 730 dan 725 jiwa. Menurut penuturan salah seorang pamong desa, jenis pekerjaan lain- lain merupakan pekerjaan tidak tetap yang dimiliki penduduk seperti diperantauan, menyambi membuat kerajinan maupun kerja lepas (freelance) lainnya.

4.2Gambaran Umum Responden

Gambaran mengenai keadaan umum responden dipaparkan berdasarkan hasil pengumpulan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan 60 responden serta dari data sekunder berdasarkan monografi desa. Sampel diambil secara acak dari beberapa dukuh dan dusun yang masih dalam satu wilayah Desa Plumutan dan dikhususkan untuk keluarga petani yang mampu membuat kerajinan Rogo- Rege.

Wawancara dilakukan di dukuh Gagan, dusun Jatisari, desa Plumutan. Didukuh ini terdapat paling banyak jumlah penduduk dan memanfaatkan sebagian besar waktu luangya untuk membuat kerajinan Rogo- Rege sehingga jumlah jam kerja dalam membuat kerajinan cukup banyak bila dibandingkan dengan dusun lainnya.


(4)

4.3Hasil Analisis Uji Komputasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui besarnya pengaruh variabel luas lahan (X1), jumlah tenaga kerja (X2), pendapatan (X3), pendidikan (X4), umur KK (X5), jumlah anggota keluarga (X6) yang mempengaruhi variabel jumlah jam kerja (Y) dapat dilihat pada tabel 4. 4 berikut:

Tabel 4. 4 Distribusi T- Hitung dengan T- Tabel Model Koefisien

Regresi

T- Hitung T- Tabel

(Constant) 6,197 6,333

Luas lahan -0,263 -1,958* t. 10=1,671

t. 050=2,000

Jumlah TK -0,045 -0,243

Pendapatan -0,563 -4,062**

Pendidikan -0,172 -0,418

Umur KK -0,622 -2,011**

Jumlah Anggota

Keluarga 0,651 2,161**

Sumber: Data Primer, 2013 Keterangan:

* = signifikan pada tingkat kepercayaan 90% ** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95%

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja (X2) tidak

mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja yang digunakan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (-0,243 < 1,671). Begitu pula pada variabel pendidikan (X4) juga tidak memiliki

pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja petani dan keluarga yang dicurahkan untuk membuat kerajinan karena nilai t hitung kurang dari t tabel atau kurang dari 1,671 yakni -0,418 (X4). Nilai koefisien regresi pada variabel bebas yang tidak mempunyai

pengaruh nyata terhadap variabel tak bebas tidak mempunyai arti apapun atau sama dengan nol (0).

Variabel yang mempunyai pengaruh nyata terhadap pemanfaatan waktu luang berdasarkan jumlah jam kerja petani dan keluarga yang dicurahkan untuk membuat kerajinan Rogo- Rege dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (tanpa memperhatikan tanda negatif) adalah variabel luas lahan (X1) yakni -1,958 > 1,671;


(5)

variabel pendapatan (X3) yakni -4,062> 2,000; variabel umur kepala keluarga (X5)

yakni -2,011> 2,000 dan variabel jumlah anggota keluarga (X6) yakni 2,161> 2,000 .

Tabel 4. 5 Uji statistik F

Model F Hitung F Tabel

1 Regresi 4,768 2,24

Residual Total Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 4,768 artinya hasil regresi dinyatakan signifikan karena nilai F hitung lebih besar daripada F tabel (4,768 > 2,24) sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas (luas lahan (X1), jumlah

tenaga kerja (X2), pendapatan (X3), pendidikan (X4), umur KK (X5) dan jumlah

anggota keluarga (X6) berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (jumlah jam

kerja (Y) ).

Besar kontribusi pengaruh jumlah anggota keluarga, luas lahan, umur, pendidikan, pendapatan dan jumlah tenaga kerja terhadap jumlah jam kerja yang dimanfaatkan petani untuk membuat kerajinan Rogo- Rege dapat dilihat berdasarkan nilai R Square pada tabel berikut:

Tabel 4. 6 Kontribusi variabel bebas terhadap variabel tidak bebas

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 0,611a 0,373 0,295 0,19470479

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut dapat dilihat pada nilai R Square yang nilainya 0,373, artinya bahwa jumlah anggota keluarga, luas lahan, umur KK, pendidikan, pendapatan dan jumlah tenaga kerja memberikan kontribusi pengaruh sebesar 37,3% terhadap jumlah jam kerja, sehingga 62,7% jumlah jam kerja dipengaruhi oleh faktor- faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(6)

Tabel 4. 7 Distribusi Jumlah Jam Kerja Berdasarkan Rata- Rata

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Jumlah jam kerja 60 12. 00 121. 00 82. 5167 25. 31730 Valid N (listwise) 60

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa jumlah jam kerja minimum petani dan keluarga dalam membuat kerajinan adalah 12 jam/ bulan, jumlah jam kerja maksimum 121 jam/ bulan dan rata- rata jumlah jam kerja masing- masing petani dan keluarga adalah 83 jam/ bulan.

4.4 Pembahasan

4. 4. 1 Pengaruh Luas Lahan Terhadap Jumlah Jam Kerja

Berdasarkan hasil penghitungan uji komputasi luas lahan (X1) mempunyai

pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja yang digunakan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Besar koefisian regresi pada variabel luas lahan (X1)

adalah -0.263 artinya setiap kenaikan luas lahan sebesar 1% akan menyebabkan penurunan 0,347% pada jumlah jam kerja dan berlaku sebaliknya bila terjadi penurunan luas lahan 1% maka akan terjadi kenaikan luas lahan sebesar 0,347% dengan tingkat kepercayaan 90% pada α 0,10. Nilai t hitung sebesar -1,958 dengan arah negatif artinya jika luas lahan tinggi maka jumlah jam kerja akan rendah, begitu pula sebaliknya jika luas lahan rendah maka jumlah jam kerja akan tinggi. Pernyataan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Sutrisno (1982) bahwa luas lahan usaha tani mempengaruhi besar kecilnya waktu luang yang dicurahkan untuk membuat kerajinan.

Petani dengan luas lahan sempit akan lebih banyak memiliki waktu luang sehingga jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk membuat Rogo- Rege lebih banyak. Sebaliknya, petani akan lebih sedikit mencurahkan jam kerja karena luas lahan yang luas. Petani yang memiliki garapan sempit akan lebih cepat menyelesaikan pekerjaan usaha taninya sehingga ketika pulang dari sawah ataupun tegalan, mereka memiliki banyak waktu untuk membuat kerajinan dibandingkan yang


(7)

memiliki luas lahan lebih besar yang waktu luangnya sebagian besar dicurahkan untuk mengurusi lahannya yang luas.

4. 4. 2 Pengaruh Jumlah Tenaga kerja Terhadap Jumlah Jam Kerja

Variabel jumlah tenaga kerja tidak memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja yang digunakan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Besar koefisien regresi jumlah tenaga kerja (-0,045) tidak dapat menjelaskan kenaikan maupun penurunan jumlah tenaga kerja sehingga dapat diartikan nol (0) karena tidak terdapat pengaruh nyata. Begitu pula besar nilai t hitung (0,248) yang kurang dari t tabel (1,671) membuktikan bahwa jumlah tenaga kerja tidak signifikan terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk membuat kerajinan Rogo- Rege.

Seperti yang dijelaskan Hernanto (1988) bahwa batas usia kerja anak- anak minimal 14 tahun. Hal ini berarti petani yang walaupun memiliki jumlah tenaga kerja yang telah masuk usia kerja, belum dapat memberikan kontribusi banyak terhadap jumlah jam kerja. Hal ini disebabkan salah satunya adalah sebagian tenaga kerja masih merupakan pelajar yang harus bersekolah selama satu minggu dan harus belajar atau mengerjakan PR ketika malam tiba yang biasanya orang dewasa tetap dapat menganyam sambil menonto tv meskipun malam. Walaupun mereka (tenaga kerja yang masih pelajar) mampu membuat kerajinan, tetapi waktu luang mereka kecil sehingga membuat kerajinan hanya dapat mereka lakukan ketika libur sekolah. Selain itu tidak semua tenaga kerja keluarga dewasa memanfaatkan waktu luangnya untuk membuat kerajinan. Beberapa dari mereka ada yang memanfaatkan untuk pekerjaan sampingan lain seperti berjualan keliling, jadi tukang ojek, ataupun buruh bagi tenaga kerja dewasa yang tidak sekolah.

4. 4. 3 Pengaruh Pendapatan Terhadap Jumlah Jam Kerja

Pendapatan keluarga mempunyai pengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% pada α 0,05 dengan besar koefisien regresi sebesar -0.563 menggambarkan bahwa pendapatan keluarga mempunyai pengaruh yang nyata sebesar 0.563%. Arah negatif, artinya setiap kenaikan pendapatan 1% menyebabkan penurunan jumlah jam kerja


(8)

sebesar 0,251% begitu pula jika terjadi penurunan pendapatan 1%, maka akan terjadi kenaikan jumlah jam kerja sebesar 0, 251%. Nilai t hitungnya (-4,062) lebih besar daripada t tabel (2,000). Nilai negatif pada t hitung menunjukkan bahwa besar pendapatan tehadap jumlah jam kerja berbanding terbalik artinya bila pendapatan tinggi maka jumlah jam kerja rendah, begitu pula sebaliknya, jika pendapatan rendah maka jumlah jam kerja akan tinggi.

Semakin meningkatnya pendapatan keluarga maka jumlah jam kerja yang digunakan untuk membuat kerajinan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, kecilnya pendapatan petani dan keluarga mendorong mereka untuk dapat memperoleh penghasilan lebih yakni dengan lebih banyak mencurahkan sebagian besar waktunya untuk membuat kerajinan agar dihasilkan pemasukan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Meskipun membuat kerajinan merupakan pekerjaan sampingan dan hanya menambah sebagian kecil pemasukan mereka. Seperti yang telah dijelaskan Ariawan (2002) bahwa bila pendapatan rendah, petani dan keluarga akan cenderung mencari pendapatan lain meskipun hasilnya kecil. Seberapapun uang yang mereka hasilkan dari membuat kerajinan dapat membuat mereka merasa telah berpartisipasi dalam melestarikan Rogo- Rege yang merupakan warisan turun temurun.

4. 4. 4 Pengaruh Pendidikan Terhadap Jumlah Jam Kerja

Variabel pendidikan tidak memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja petani dan keluarga yang dicurahkan untuk membuat kerajinan Rogo- Rege karena nilai t hitung (0,418) kurang dari t tabel (1,671) sehingga besar koefisien regresi -0,172 tidak dapat menjelaskan pengaruh yang diberikan kepada jumlah jam kerja. Pendidikan kepala keluarga yang rendah nyatanya tidak membuat petani dan keluarga memanfaatkan jumlah jam kerja dari waktu luangnya untuk membuat kerajinan. Begitu pula pendidikan kepala keluarga yang tinggi juga tidak mempunyai pengaruh untuk mengarahkan keluarganya untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak dan penghasilan yang lebih tinggi dari pada membuat kerajinan. Sebagian besar penduduk Desa Plumutan hanya tamatan Sekolah Dasar dapat dilihat pada tabel 4.2 (distribusi


(9)

penduduk berdasarkan tingkat pendidikan). Kerajinan Rogo- Rege merupakan warisan turun temurun yang telah ada dan akan terus lestari dan bukan hanya digunakan untuk kebutuhan finansial tetapi juga sebagai ciri khas dari Desa Plumutan itu sendiri, sehingga tinggi rendah pendidikan kepala keluarga tidak akan mempengaruhi petani dan keluarga untuk tetap membuat kerajinan tersebut. Besar kecilnya jumlah jam kerja untuk membuat kerajinan tidak dipengarui oleh pendidikan kepala keluarga, karena tanpa harus sekolah tinggi pun kepala keluarga dapat mengarahkan membuat kerajinan ini dengan belajar dari sesepuh dan keluarga atau pun tidak mengarahkan membuat kerajinan dengan malah mengarahkan pada pekerjaan lainnya.

4. 4. 5 Pengaruh Umur Kepala Keluarga (KK) Terhadap Jumlah Jam Kerja

Variabel umur KK memiliki pengaruh nyata dengan koefisien regresi sebesar -0,622 dan mempunyai arah negatif dengan tingkat signifikansi 95% pada α 0,05 terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Nilai negatif disini artinya setiap kenaikan umur KK 1% menyebabkan penurunan jumlah jam kerja sebesar 0,622%, sebaliknya jika terjadi penurunan umur KK 1% maka akan terjadi kenaikan jumlah jam kerja sebesar 0,622%. Seperti yang dijelaskan pada kajian teori, menurut Astuti (2006) semakin tua umur (30-50 tahun) kepala keluarga, maka semakin rendah jumlah jam kerja yang dicurahkan. Hal ini disebabkan kemampuan beraktifitas yang semakin kecil dan tidak agresif dalam melakukan pekerjaan secara lama sehingga orang yang lebih tua lebih cepat lelah dalam melakukan aktifitas yang banyak. Hal tersebutlah yang menyebabkan semakin tua umur KK maka jumlah jam kerja akan semakin kecil. Umur KKyang semakin tua juga tidak akan lebih banyak mengatur anaknya untuk melakukan atau memaksakan anaknya membuat kerajinan.

Pada kepala keluarga yang masih muda (< 30 tahun) cenderung agresif dan produktif. Selain itu umur KK yang masih muda mampu melakukan berbagai hal fisik lebih lama sehingga aktifitas yang banyakpun tidak menghambat mereka untuk membuat kerajinan lebih banyak. Kemampuan melakukan aktifitas fisik inilah yang


(10)

menyebabkan jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk membuat kerajinan meningkat. Meskipun siang hari mereka bekerja diluar rumah, baik menggarap sawah maupun melakukan pekerjaan sampingan lainnya, tetapi mereka tetap mampu mebuat kerajinan ketika mereka pulang maupun ketika malam hari tiba. Kegiatan membuat

Rogo- Rege nyatanya dapat dilakukan sambil menonton TV. Selain itu tidak membutuhkan waktu lama untuk memperoleh banyak Rogo- Rege, karena hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk menyelesaikan satu buah Rogo- Rege berukuran sedang (diameter 20-25 cm).

4. 4. 6 Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Jumlah Jam Kerja

Variabel jumlah anggota keluarga (X6) mempunyai pengaruh nyata terhadap

jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan

Rogo- Rege. Nilai koefisien regresi sebesar 0,651 artinya jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh yang nyata sebesar 0,651% terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Karena nilai t hitung (2,161) lebih besar dari t tabel (2,000) maka arah persamannya positif sehingga dapat diartikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ghazali (2012) bahwa semakin banyak jumlah keluarga, maka semakin banyak anggota keluarga yang diarahkan untuk melakukan usaha lain seperti membuat kerajinan. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil jumlah anggota keluarga maka jumlah jam kerja untuk membuat kerajinanpun semakin kecil.

Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula beban tanggungan kepala keluarga, semakin besar beban tanggungan keluarga maka kepala keluarga akan berfikir keras agar dapat memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Meskipun hasil membuat kerajinan ini kecil, tetapi setidaknya mampu mengurangi beban tanggungan anggota keluarga yang dapat dipikul secara bersama-sama yakni dengan membuat kerajinan secara bergotong royong dalam satu keluarga.


(11)

Begitu pula sebaliknya, jumlah anggota keluarga yang sedikit, maka beban tanggungan kepala keluargapun akan kecil sehingga membuat kerajinan tidak dijadikan sebagai hal pokok bagi mereka yang memiliki beban tanggungan keluarga kecil. Mereka membuat hanya untuk mengisi waktu luang dan tidak menjadikan kerajinan sebagai patokan yang harus dikerjakan setiap waktu. Beban tanggungan yang kecil tentunya akan meringankan kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga masih dapat dipenuhi dari hasil pertanian saja ataupun membuat kerajinan tetapi dengan jumlah yang lebih sedikit.

Dari berbagai aspek dan faktor yang telah diteliti, maka dapat dikatakan bahwa jumlah jam kerja dipengaruhi banyak faktor lain selain jumlah tenaga kerja, pendapatan dan umur kepala keluarga, sedangkan faktor- faktor seperti luas lahan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga tidak mempengaruhi. Hal ini dapat diteliti lebih lanjut dikemudian hari agar dapat diketahui faktor lain apa yang mempengaruhi jumlah jam kerja petani dan keluarga yang dicurahkan untuk membuat kerajinan


(1)

Tabel 4. 7 Distribusi Jumlah Jam Kerja Berdasarkan Rata- Rata

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Jumlah jam kerja 60 12. 00 121. 00 82. 5167 25. 31730 Valid N (listwise) 60

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa jumlah jam kerja minimum petani dan keluarga dalam membuat kerajinan adalah 12 jam/ bulan, jumlah jam kerja maksimum 121 jam/ bulan dan rata- rata jumlah jam kerja masing- masing petani dan keluarga adalah 83 jam/ bulan.

4.4 Pembahasan

4. 4. 1 Pengaruh Luas Lahan Terhadap Jumlah Jam Kerja

Berdasarkan hasil penghitungan uji komputasi luas lahan (X1) mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja yang digunakan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Besar koefisian regresi pada variabel luas lahan (X1) adalah -0.263 artinya setiap kenaikan luas lahan sebesar 1% akan menyebabkan penurunan 0,347% pada jumlah jam kerja dan berlaku sebaliknya bila terjadi penurunan luas lahan 1% maka akan terjadi kenaikan luas lahan sebesar 0,347% dengan tingkat kepercayaan 90% pada α 0,10. Nilai t hitung sebesar -1,958 dengan arah negatif artinya jika luas lahan tinggi maka jumlah jam kerja akan rendah, begitu pula sebaliknya jika luas lahan rendah maka jumlah jam kerja akan tinggi. Pernyataan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Sutrisno (1982) bahwa luas lahan usaha tani mempengaruhi besar kecilnya waktu luang yang dicurahkan untuk membuat kerajinan.

Petani dengan luas lahan sempit akan lebih banyak memiliki waktu luang sehingga jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk membuat Rogo- Rege lebih banyak. Sebaliknya, petani akan lebih sedikit mencurahkan jam kerja karena luas lahan yang luas. Petani yang memiliki garapan sempit akan lebih cepat menyelesaikan pekerjaan usaha taninya sehingga ketika pulang dari sawah ataupun tegalan, mereka memiliki banyak waktu untuk membuat kerajinan dibandingkan yang


(2)

memiliki luas lahan lebih besar yang waktu luangnya sebagian besar dicurahkan untuk mengurusi lahannya yang luas.

4. 4. 2 Pengaruh Jumlah Tenaga kerja Terhadap Jumlah Jam Kerja

Variabel jumlah tenaga kerja tidak memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja yang digunakan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Besar koefisien regresi jumlah tenaga kerja (-0,045) tidak dapat menjelaskan kenaikan maupun penurunan jumlah tenaga kerja sehingga dapat diartikan nol (0) karena tidak terdapat pengaruh nyata. Begitu pula besar nilai t hitung (0,248) yang kurang dari t tabel (1,671) membuktikan bahwa jumlah tenaga kerja tidak signifikan terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk membuat kerajinan Rogo- Rege.

Seperti yang dijelaskan Hernanto (1988) bahwa batas usia kerja anak- anak minimal 14 tahun. Hal ini berarti petani yang walaupun memiliki jumlah tenaga kerja yang telah masuk usia kerja, belum dapat memberikan kontribusi banyak terhadap jumlah jam kerja. Hal ini disebabkan salah satunya adalah sebagian tenaga kerja masih merupakan pelajar yang harus bersekolah selama satu minggu dan harus belajar atau mengerjakan PR ketika malam tiba yang biasanya orang dewasa tetap dapat menganyam sambil menonto tv meskipun malam. Walaupun mereka (tenaga kerja yang masih pelajar) mampu membuat kerajinan, tetapi waktu luang mereka kecil sehingga membuat kerajinan hanya dapat mereka lakukan ketika libur sekolah. Selain itu tidak semua tenaga kerja keluarga dewasa memanfaatkan waktu luangnya untuk membuat kerajinan. Beberapa dari mereka ada yang memanfaatkan untuk pekerjaan sampingan lain seperti berjualan keliling, jadi tukang ojek, ataupun buruh bagi tenaga kerja dewasa yang tidak sekolah.

4. 4. 3 Pengaruh Pendapatan Terhadap Jumlah Jam Kerja

Pendapatan keluarga mempunyai pengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% pada α 0,05 dengan besar koefisien regresi sebesar -0.563 menggambarkan bahwa pendapatan keluarga mempunyai pengaruh yang nyata sebesar 0.563%. Arah negatif, artinya setiap kenaikan pendapatan 1% menyebabkan penurunan jumlah jam kerja


(3)

sebesar 0,251% begitu pula jika terjadi penurunan pendapatan 1%, maka akan terjadi kenaikan jumlah jam kerja sebesar 0, 251%. Nilai t hitungnya (-4,062) lebih besar daripada t tabel (2,000). Nilai negatif pada t hitung menunjukkan bahwa besar pendapatan tehadap jumlah jam kerja berbanding terbalik artinya bila pendapatan tinggi maka jumlah jam kerja rendah, begitu pula sebaliknya, jika pendapatan rendah maka jumlah jam kerja akan tinggi.

Semakin meningkatnya pendapatan keluarga maka jumlah jam kerja yang digunakan untuk membuat kerajinan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, kecilnya pendapatan petani dan keluarga mendorong mereka untuk dapat memperoleh penghasilan lebih yakni dengan lebih banyak mencurahkan sebagian besar waktunya untuk membuat kerajinan agar dihasilkan pemasukan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Meskipun membuat kerajinan merupakan pekerjaan sampingan dan hanya menambah sebagian kecil pemasukan mereka. Seperti yang telah dijelaskan Ariawan (2002) bahwa bila pendapatan rendah, petani dan keluarga akan cenderung mencari pendapatan lain meskipun hasilnya kecil. Seberapapun uang yang mereka hasilkan dari membuat kerajinan dapat membuat mereka merasa telah berpartisipasi dalam melestarikan Rogo- Rege yang merupakan warisan turun temurun.

4. 4. 4 Pengaruh Pendidikan Terhadap Jumlah Jam Kerja

Variabel pendidikan tidak memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja petani dan keluarga yang dicurahkan untuk membuat kerajinan Rogo- Rege karena nilai t hitung (0,418) kurang dari t tabel (1,671) sehingga besar koefisien regresi -0,172 tidak dapat menjelaskan pengaruh yang diberikan kepada jumlah jam kerja. Pendidikan kepala keluarga yang rendah nyatanya tidak membuat petani dan keluarga memanfaatkan jumlah jam kerja dari waktu luangnya untuk membuat kerajinan. Begitu pula pendidikan kepala keluarga yang tinggi juga tidak mempunyai pengaruh untuk mengarahkan keluarganya untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak dan penghasilan yang lebih tinggi dari pada membuat kerajinan. Sebagian besar penduduk Desa Plumutan hanya tamatan Sekolah Dasar dapat dilihat pada tabel 4.2 (distribusi


(4)

penduduk berdasarkan tingkat pendidikan). Kerajinan Rogo- Rege merupakan warisan turun temurun yang telah ada dan akan terus lestari dan bukan hanya digunakan untuk kebutuhan finansial tetapi juga sebagai ciri khas dari Desa Plumutan itu sendiri, sehingga tinggi rendah pendidikan kepala keluarga tidak akan mempengaruhi petani dan keluarga untuk tetap membuat kerajinan tersebut. Besar kecilnya jumlah jam kerja untuk membuat kerajinan tidak dipengarui oleh pendidikan kepala keluarga, karena tanpa harus sekolah tinggi pun kepala keluarga dapat mengarahkan membuat kerajinan ini dengan belajar dari sesepuh dan keluarga atau pun tidak mengarahkan membuat kerajinan dengan malah mengarahkan pada pekerjaan lainnya.

4. 4. 5 Pengaruh Umur Kepala Keluarga (KK) Terhadap Jumlah Jam Kerja Variabel umur KK memiliki pengaruh nyata dengan koefisien regresi sebesar -0,622 dan mempunyai arah negatif dengan tingkat signifikansi 95% pada α 0,05 terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Nilai negatif disini artinya setiap kenaikan umur KK 1% menyebabkan penurunan jumlah jam kerja sebesar 0,622%, sebaliknya jika terjadi penurunan umur KK 1% maka akan terjadi kenaikan jumlah jam kerja sebesar 0,622%. Seperti yang dijelaskan pada kajian teori, menurut Astuti (2006) semakin tua umur (30-50 tahun) kepala keluarga, maka semakin rendah jumlah jam kerja yang dicurahkan. Hal ini disebabkan kemampuan beraktifitas yang semakin kecil dan tidak agresif dalam melakukan pekerjaan secara lama sehingga orang yang lebih tua lebih cepat lelah dalam melakukan aktifitas yang banyak. Hal tersebutlah yang menyebabkan semakin tua umur KK maka jumlah jam kerja akan semakin kecil. Umur KKyang semakin tua juga tidak akan lebih banyak mengatur anaknya untuk melakukan atau memaksakan anaknya membuat kerajinan.

Pada kepala keluarga yang masih muda (< 30 tahun) cenderung agresif dan produktif. Selain itu umur KK yang masih muda mampu melakukan berbagai hal fisik lebih lama sehingga aktifitas yang banyakpun tidak menghambat mereka untuk membuat kerajinan lebih banyak. Kemampuan melakukan aktifitas fisik inilah yang


(5)

menyebabkan jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk membuat kerajinan meningkat. Meskipun siang hari mereka bekerja diluar rumah, baik menggarap sawah maupun melakukan pekerjaan sampingan lainnya, tetapi mereka tetap mampu mebuat kerajinan ketika mereka pulang maupun ketika malam hari tiba. Kegiatan membuat

Rogo- Rege nyatanya dapat dilakukan sambil menonton TV. Selain itu tidak membutuhkan waktu lama untuk memperoleh banyak Rogo- Rege, karena hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk menyelesaikan satu buah Rogo- Rege berukuran sedang (diameter 20-25 cm).

4. 4. 6 Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Jumlah Jam Kerja

Variabel jumlah anggota keluarga (X6) mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan

Rogo- Rege. Nilai koefisien regresi sebesar 0,651 artinya jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh yang nyata sebesar 0,651% terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Karena nilai t hitung (2,161) lebih besar dari t tabel (2,000) maka arah persamannya positif sehingga dapat diartikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ghazali (2012) bahwa semakin banyak jumlah keluarga, maka semakin banyak anggota keluarga yang diarahkan untuk melakukan usaha lain seperti membuat kerajinan. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil jumlah anggota keluarga maka jumlah jam kerja untuk membuat kerajinanpun semakin kecil.

Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula beban tanggungan kepala keluarga, semakin besar beban tanggungan keluarga maka kepala keluarga akan berfikir keras agar dapat memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Meskipun hasil membuat kerajinan ini kecil, tetapi setidaknya mampu mengurangi beban tanggungan anggota keluarga yang dapat dipikul secara bersama-sama yakni dengan membuat kerajinan secara bergotong royong dalam satu keluarga.


(6)

Begitu pula sebaliknya, jumlah anggota keluarga yang sedikit, maka beban tanggungan kepala keluargapun akan kecil sehingga membuat kerajinan tidak dijadikan sebagai hal pokok bagi mereka yang memiliki beban tanggungan keluarga kecil. Mereka membuat hanya untuk mengisi waktu luang dan tidak menjadikan kerajinan sebagai patokan yang harus dikerjakan setiap waktu. Beban tanggungan yang kecil tentunya akan meringankan kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga masih dapat dipenuhi dari hasil pertanian saja ataupun membuat kerajinan tetapi dengan jumlah yang lebih sedikit.

Dari berbagai aspek dan faktor yang telah diteliti, maka dapat dikatakan bahwa jumlah jam kerja dipengaruhi banyak faktor lain selain jumlah tenaga kerja, pendapatan dan umur kepala keluarga, sedangkan faktor- faktor seperti luas lahan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga tidak mempengaruhi. Hal ini dapat diteliti lebih lanjut dikemudian hari agar dapat diketahui faktor lain apa yang mempengaruhi jumlah jam kerja petani dan keluarga yang dicurahkan untuk membuat kerajinan


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita Stunting di Kelurahan Sidorejo Kidul Salatiga T1 462011033 BAB IV

0 2 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Waktu Luang Petani dan Keluarga untuk Usaha Kerajinan Rogo-Rege Beserta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi T1 522009013 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Waktu Luang Petani dan Keluarga untuk Usaha Kerajinan Rogo-Rege Beserta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi T1 522009013 BAB II

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Waktu Luang Petani dan Keluarga untuk Usaha Kerajinan Rogo-Rege Beserta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi T1 522009013 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Waktu Luang Petani dan Keluarga untuk Usaha Kerajinan Rogo-Rege Beserta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Waktu Luang Petani dan Keluarga untuk Usaha Kerajinan Rogo-Rege Beserta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga T1 462007076 BAB IV

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa dalam Penggunaan Kartu Kredit T1 212005032 BAB IV

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Buah Jeruk di Pasar Johar Semarang T1 522010022 BAB IV

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menjual Sayuran di Pasar

0 0 14