Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Spiritual-Feminis terhadap Tamar dalam II Samuel 13 : 1-22 T1 712011042 BAB II

I.

PEREMPUAN DARI PERSPEKTIF SPIRITUAL-FEMINIS DAN
PEREMPUAN DI KEHIDUPAN ISRAEL KUNO
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang Perempuan dari Perspektif Spiritual-

Feminis dan Kedudukan Perempuan di Israel Kuno. Adapun uraiannya, sebagai berikut:
Perempuan dari Perspektif Spiritual-Feminis
Secara khusus, perempuan dari perspektif spiritual-feminis membahas tentang harga diri
spiritual, gerakan feminis dan kajian spiritual-feminis.
Harga Diri Spiritual (Spiritual Self-Esteem)
Secara etimologi, spiritual berasal dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti roh, jiwa dan
semangat.1 Menurut Wiryasaputra, spiritual adalah aspek yang mengacu pada keberadaan di luar
dari diri manusia yang tampak (intangible) dan berkaitan dengan jati diri manusia untuk
menemukan makna hidupnya. 2 Sedangkan menurut Melton, manusia memiliki kemampuan
untuk menyikapi dan memaknai dirinya ketika berhadapan dengan berbagai persoalan yang
datang dari dalam maupun luar dirinya.3 Stoyles memahami spiritualitas sebagai kapasitas dan
keunikan,yang mendorong seseorang untuk bergerak melampaui diri sendiri, mencari makna dan
menyatu dalam keterhubungan dengan dunia kehidupan nyata. 4 Kata spiritual dapat diartikan
sebagai energi kehidupan, yang membuat manusia dapat hidup, bernapas dan bergerak. 5
Roussseau melihat spiritualitas sebagai upaya atau kemampuan individu untuk menemukan

jawaban akhir atas pertanyaan tentang kehidupan, makna hidup, dan pengalaman transenden.6
Berdasarkan definisi di atas, terjadi upaya pergeseran pemahaman sejak tahun 2005 hingga 2014
tentang spiritualitas; spiritual dipahami sebagai roh lalu menjadi energi atau kekuatan sehingga
seseorang dapat bergerak mencari makna hidupnya dalam kondisi apapun.
1

Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama, dan Spiritualitas. (Kanisius, 2005).64
Totok Wiryasaputra, Rini Handayani. Pengantar Konseling Pastoral. Indonesian Association of Pastoral
Counselors.2006.9.
3
A. Melton & S. Schulenberg. O The Measuri g of Mea i g: Logotherapy’s E piri al Co tri utio s to Humanistic
Phyhology”. The Humanistic Psychology, Vol.36, pp 31-34.2008.
4
Stoyles., Sta ford., Caputi., Keati g, ”A Measure of Spiritual Se sitivity for Childre .” International Journal of
Childre ’s Spirituality. Vol. 7, No. , 5,
.
5
Krauss Stephen Hood Jr., Ralph W, ”Religio , Spirituality, Co duct of life: Ma ers Custo s” International Series in
the Psychology of religion. Vol 16, 8-9, 2013.
6

DavidRousseau, ”A Syste s Model of Spirituality: Self, Spirituality, a d Mysticis ,” The Joint Publication Board of
Zygon, vol. 49, no 2481, 2014.
2

Di dalam dimensi spiritual, harga diri (self-esteem) merupakan salah satu aspek yang
dapat mempengaruhi individu sehingga mampu untuk menentukan kebebasannya memilih,
menemukan makna dan tujuan hidupnya. Harga diri spiritual atau spiritual self-esteem (SE) ialah
perasaan atau emosi yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan seseorang,
memungkinkan menuju peningkatan atau perubahan sikap. Secara konseptual Engel menjelaskan,
bahwa harga diri adalah reputasi individu dalam perspektif diri sendiri. Harga diri (reputasi diri)
diartikan sebagai keyakinan untuk menggambarkan kemampuan diri spiritual (self-efficacy)
dalam mengatasi tantangan hidup, dan perasaan nilai diri spiritual (self-respect) untuk mencapai
kebahagiaan 7 Branden menyatakan bahwa harga diri adalah keyakinan kapasitas pribadi dan
perasaan nilai terhadap diri sendiri yang memiliki nilai spiritual.8 Oleh karena itu, Spiritual Selfesteem atau harga diri spiritual adalah penilaian oleh individu untuk menunjukkan sikap

menerima atau tidak menerima keadaan dirinya, dan upaya individu percaya bahwa dirinya
mampu, sukses, dan berharga. Dengan demikian, harga diri spiritual merupakan upaya
menyadari adanya energi atau kekuatan dalam diri individu untuk bergerak menemukan makna
hidupnya.
Lebih lanjut, harga diri spiritual memiliki tiga dimensi nilai yaitu nilai kreatif, nilai

pengalaman dan nilai sikap. Nilai kreatif ialah apa yang dapat diberikan oleh indvidu melalui
dimensi spiritualnya dalam memisahkan diri dengan persoalan yang dihadapi. Nilai pengalaman
ialah apa yang didapatkan melalui dimensi spiritualnya dalam memahami pengalaman psikologis,
sosiologisnya dari pandangan dan pengalaman orang lain. Sedangkan nilai sikap ialah kesadaran
untuk mengubah sikap seseorang terhadap keadaan melalui evaluasi diri, introspeksi dan
penerimaan hal baru yang bertujuan menemukan makna baru dari pengalaman hidupnya. 9
Manusia dalam menjalani kehidupannya dapat kehilangan berbagai hal dalam hidupnya.
Akan tetapi manusia tidak kehilangan kebebasan untuk memilih melampaui masalahnya. Dalam
kebebasan memilih itu manusia dapat berjuang untuk menemukan dan memahami makna atau
tujuan hidupnya. Frankl mengatakan manusia memiliki kekuatan untuk memaknai hidupnya
bahkan dalam kondisi yang terpuruk atau menyedihkan sekalipun. Makna hidup merupakan
kesadaran individu untuk menyadari apa yang bisa dilakukan pada situasi tertentu. Keadaan yang

7

Jacob Daan Engel,Nilai Dasar…,8-9.
Jacob Daan Engel,Nilai Dasar…,3-5.
9
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar…, 2.


8

dihadapi untuk menemukan makna hidupnya berkaitan

dengan

nilai diri atau harga diri

spiritualnya sebagai manusia.

Gerakan Feminis
Pada rentan waktu yang panjang, perempuan menjadi kaum yang didominasi oleh lakilaki dalam berbagai praktek kehidupan.Salah satunya melalui budaya lalu di afirmasi melalui
tatanan sosial kemudian dilegalkan oleh undang-undang bahkan diyakini sebagai pemberian
Tuhan. 10 Pendominasian terhadap perempuan disebabkan perempuan lemah,ditakirkan untuk
melahirkan, menyusui, merawat dan melayani anggota keluarga, serta melakukan pekerjaan
rumah tangga. Sedangkan laki-laki dianggap lebih kuat, rasional dan bertugas sebagai pemberi
nafkah. Oleh karena itu, perempuan bergantung kepada laki-laki dan menjadi milik laki-laki.11
Ketergantungan itu karena laki-laki memiliki keunggulan yang melebihi perempuan, sehingga
segala sesuatu sering dipandang berdasarkan pada sisi maskulin (kelaki-lakian). Maksudnya,
keputusan yang dibuat selalu diputuskan oleh pihak laki-laki, sehingga kekuasaan dan

kepemimpinan berada di pihak laki-laki.12
Berkaitan dengan pernyataan di atas, Gadis Arivia mengembangkan konsep nature dan
nurture sebagai bagian dari konsep gender.13Nature atau kodrat alam yaitu perbedaan biologis

laki-laki dan perempuan menjadi hal yang wajar. Kodrat perempuan memiliki payudara, ovum,
dapat melahirkan, menyusui, dan menstruasi. Sedangkan kodrat sebagai laki-laki memiliki jakun,
sperma, dan yang pada dasarnya memiliki bentuk biologis sebagai laki-laki. Nurture atau
kebudayaan ialah konsep berpikir bahwa laki dan perempuan terbentuk melalui proses belajar
dari lingkungannya atau bentukan masyarakatnya. Kedua paham inilah yang cenderung
diperkuat oleh agama dan masyarakat sehingga perbedaan laki-laki dan perempuan dianggap
sebagai sesuatu yang dikodratkan. Perbedaan ini yang berujung pada berbagai macam
ketidakadilan pada perempuan.14
10

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial. (Jakarta: Pustaka Pelajar,1996).9
Aquarini P.Prabasmoro, Kajian Budaya Feminis;Tubuh,Sastra dan Budaya Pop. (Yogyakarta:JALASUTRAIKAPI,2006).50
12
Letty M.Russel, Perempuan dan Tafsir Kitab Suci. (Yogyakarta: Kanisius,1998).24
13
Gadis Arivia, Filsafat Berperspektif Feminis. (Yayasan Jurnal Perempuan (YJP), 2003).57

14
Gadis Arivia, Feminisme Sebuah Kata Hati. (Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS,2006). 5-6, 85-86.
11

Kehidupan perempuan dalam sistem tersebut menyebabkan perempuan menjadi individu
sebagai pihak dikuasai dan dieksploitasi. Perempuan mengalami berbagai tindakan kekerasan di
ranah domestik maupun ranah publik. Maka pada tahun 1800an dan tahun 1970an menjadi waktu
bagi para perempuan untuk menunjukkan eksistensi dan memberikan dampak bagi
perkembangan kehidupan perempuan yang disebut sebagai gerakan feminis atau feminisme.
Berikut ini tiga gelombang gerakan feminis15 yaitu :
Gerakan sebagai aksi konflik sosial dengan tujuan untuk mendobrak patriarki dan aksi
kesadaran perempuan di Barat secara kolektif sebagai golongan yang tertindas. Gelombang
pertama gerakan ini telah diawali pada tahun 1789 oleh para pekerja perempuan atau buruh di
Prancis. Karena pada saat itu berlaku sistem kerajaan sebagai para elit yang menguasai lahan dan
pekerjaan lokal. Pada tahun 1793, Jacobin’s Women yang menutut perceraian. Di Amerika yang
muncul protes para perempuan terhadap hak-hak politik bagi para perempuan dan para budak.
Pada tahun 1960an diadakan Konferensi Persamaan Hak Kesempatan Kerja, berlanjut pada
NOW atau National Organization for Women yang berwujud demo terhadap diskriminisi
perempuan di tempat kerja dan menghentikan diskriminasi seks. Gerakan feminisme pada masa
ini menghadirkan feminis liberal, feminis radikal, feminis marxis dan sosialis.

Pada tahun 1970an Gelombang kedua feminisme muncul feminis eksistensialis (Simone
De Beauvoir dan gelombang ketiga gerakan feminism yaitu feminisme postmodern (Jacques
Lacan, Helene Cixous, Julis Cristeva), feminisme multikultural dan global, ekofeminis. Selain itu,
bangkitnya feminis dunia ketiga oleh para perempuan kulit hitam yang menyerukan persoalan
penindasan secara politik dan ekonomi. Kekerasan pada perempuan tidak sekedar ketimpangan
seks dan gender. Gelombang pertama gagal memperhatikan hubungan politik dan ekonomi yang
menjadi bagian dari penindasan terhadap perempuan. Generasi feminis ketiga ini memakai
pendekatan feminis yang melihat perbedaan individual tanpa menghilangkan kefeminisannya
seperti feminis postmodern.16
Gerakan Feminis berusaha untuk menjelaskan berbagai bentuk penindasan dan
mendobrak sistem yang tidak seimbang dalam kehidupan manusia baik laki-laki dan perempuan.
Sistem patriarki tidak saja menindas perempuan. Sistem ini menindas laki-laki yang dituntut
untuk bekerja sesuai dengan bentukkan dari patriarki. Laki-laki harus lebih kuat, harus

15
16

Gadis Arivia,Filsafat Berperspektif…… 85-154.
Aquarini Prabasmoro, Kajian Budaya Feminis…, 40.


memenuhi kebutuhan keluarga, dan bekerja lebih banyak. Marie Claire Barth-Frommel
menegaskan perjuangan kesetaraan ini tidak saja dilakukan oleh perempuan tetapi juga oleh lakilaki.17
Sepaham dengan Marie Claire, feminis diartikan oleh Anne M. Clifford sebagai
perjuangan perempuan menemukan jati diri sebagai subjek serta membebaskan diri dari aturan
dan kungkungan yang dibuat oleh laki-laki.18Lalu Judith Butler dengan teori feminis konstruktif
menjelaskan bahwa penindasan dan kekerasan terhadap perempuan dikonstruksi oleh budaya.
Konstruksi budaya mempengaruhi peran dan fungsi perempuan dalam keluarga dan masyarakat.
Konstruksi budaya membentuk berbagai stereotype terhadap perempuan. Maka ketika kekerasan
dan penindasan terjadi pada tubuh perempuan, menjadi kesalahan yang harus ditanggung oleh
perempuan. 19 Bagi kaum esensialist, tokohnya Helena Cixous menyatakan perempuan punya
cara untuk tahu dan menjadi dirinya sendiri dari laki-laki asalkan perempuan harus memahami
dirinya. Paham ini akan menolong perempuan untuk berbicara dari pengalaman mereka sendiri.
Karena pengalaman mereka indentik dengan penindasan atau kekerasan berdasarkan kodrat
alamiah

untuk

melahirkan,

menstruasi.


Esensi

perempuan

berdasarkan

pengalaman

20

perempuan. Berkaitan dengan esensi perempuan, feminis esensialis strategis yang diwadahi
oleh Irigaray menyatakan perempuan harus menjadi dirinya sendiri untuk menunjukkan bahwa
dia mampu membetengi diri dari berbagai permainan atau penindasan apapun. 21 Artinya,
perempuan harus menyadari posisinya secara strategis, guna menghindari penindasan.
Feminis juga menganalisa pandangan dan perlakuan terhadap perempuan dalam agama
dan masyarakat, serta menjabarkan pesan kekristenan di dalam bahasa dan tindakan. Upaya ini
merupakan kesadaran untuk membebaskan kaum perempuan termasuk semua orang yang
termarginalkan.22 Selain itu, feminis menguraikan tentang berbagai bentuk pengalaman di dalam
perkembangan dan kemajuan perempuan. Kesadaran ini menurut Aquarini dapat diusahakan

untuk menciptakan rekonstruksi relasi yang seimbang. 23 Tujuannya agar dapat membudaya
dalam masyarakat.

17

Marie Claire Barth-Frommel, Hati Allah…., 12.
Anne M.Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis…, 28.
19
Serene Jones. Feminist theory and Christian theology: Cartographies of grace. Fortress Press, 2000.32-40
20
Serene Jones. Feminist theory…,25-31
21
John Lechte. 50 Filsuf Kontemporer: Dari Dtrukturalisme Sampai Postmodernitas. Kanisius, 2001.251-253
22
E. S. Fiorenza. But She Said: Feminist Practices of Biblical Interpretation. Beacon Press. 1993. 8.
23
Aquarini P.Prabasmoro, Kajian Budaya…,
18

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa merokonstruksi relasi yang seimbang dapat

menjadi pembaharuan bagi perempuan dan laki-laki di kehidupan mendatang. Kehidupan tanpa
adanya diskriminasi, penindasan termasuk eksploitasi. Dengan demikian, perempuan dan lakilaki dapat memaknai dan menemukan dirinya serta memberdayakan dirinya dalam keluarga
maupun masyarakat atau dalam kesetaraan yang holistik dan seimbang.

Kajian Spiritual-Feminis
Kajian spiritual-feminis merupakan kekuatan spiritual yang bersumber pada harga diri
yang berfungsi untuk memberdayakan perempuan. Adapun kekuatan harga diri spiritual yang
menggambarkan perkembangan spiritual perempuan;24pertama , kesadaran diri yaitu kemampuan
mengatasi masalah dari dalam diri untuk perubahan sikap dan perilaku sehat. Perubahan yang
berhubungan dengan suara hati sehingga memberikan pandangan yang berbeda antara pikiran,
perasaan, emosi untuk meningkatkan kesadaran diri. Kesadaran diri merupakan dasar utama bagi
pengendalian diri seseorang dan pemberdayaan yang memiliki kekuatan untuk mencapai
eksplorasi diri. Kedua , penerimaan diri yaitu kemampuan untuk menerima keberhasilan dan
kegagalan atau kekurangan diri dari persoalan yang dihadapi sebagai kekuatan untuk mengatasi
persoalan hidupnya sehingga ia tertantang untuk melampaui diri dan keadaan itu. Mampu untuk
bergerak ke arah positif dari kepribadian yang rapuh atau dari pengalaman menyakitkan . 25
Ketiga , ketegasan diri yaitu sikap dan perasaan terbuka yang konsisten untuk mengembangkan

daya spiritual yang ada dalam dirinya seperti cita-cita dan harapan masa depan. Ketegasan diri
mendorong seseorang berperilaku, bertindak sesuai standar, tujuan dan kemampuan pengambilan
keputusan (termasuk standar berbicara) dan menjaga jarak terhadap masalah yang dialaminya
(self-detachment).
Keempat, tujuan hidup yaitu kemampuan menetapkan dan mengembangkan diri serta

menunjukkan bahwa setiap orang memiliki harkat dan martabat untuk mencapai makna hidup
dan penghargaan atas dirinya, mencapai, menemukan makna di luar dirinya sendiri atau
transendensi diri (self-transendence). Kelima , tanggung jawab diri yaitu kemampuan untuk
mengontrol diri terhadap pilihan, tindakan yang menentukan nilai-nilai sikap untuk
mengintrospeksi diri sehingga individu menumbuhkan kekuatan dan kepercayaan menghadapi
24

Jacob Daan Engel,Nilai Dasar…,11, 12.
Shraddha Sharma and Surila Agarwala. "Contribution of Self-Esteem and Collective Self-Esteem in Predicting
Depression." Psychological Thought 6.1 (2013): 117-123.
25

tantangan dan masalah hidupnya. Keenam, integritas diri yaitu kemampuan perasaan dan berpikir
untuk menemukan makna dirinya secara jujur dan benar sehingga dapat terjadi transfer of
meaning dalam hidupnya.26 Ketujuh, orientasi diri ialah tingkat kekuatan harga diri spiritual

untuk membentuk kepribadian seimbang yang memberi makna bagi kehidupannya. Pada tahap
ini, seseorang menemukan meaning of life.
Berdasarkan ketujuh kekuatan spiritual self-esteem tersebut, perempuan mampu untuk
mengembangkan dimensi spiritualnya yang terintegrasi melalui potensi diri, aktivitas diri dan
evaluasi diri.

27

Potensi diri merupakan kemampuan perempuan untukmengembangkan diri,

mengatasi keadaan yang terburuk dan menemukan makna hidup. Seperti yang di jelaskan oleh
Frankl bahwa hidup memiliki potensi untuk memiliki makna dalam keadaan apapun, baik
kondisi terpuruk, sulit dan menyedihkan. Potensi diri menjadi kekuatan dalam berbagai keadaan.
Kekuatan untuk mengatasi kelemahan serta bergerak maju. 28 Aktivitas diri merupakan proses
transendensi diri sebagai upaya menemukan makna diri menjadi prestasi diri. Sedangkan
Evaluasi diri merupakan nilai-nilai diri yang dapat mengubah pandangan sosial atau menjadi
agen perubahan (agent of change).
Pemahaman yang telah dijelaskan di atas mengimplikasikan bahwa meskipun terdapat
diskriminasi dalam bentuk kekerasan, penindasan dan ketidakadilan yang di alami kaum
perempuan terhadap perempuan. Namun hal itu menjadi pengalaman yang memperlihatkan
kekuatan yang besar dari dalam diri perempuan.29 Kekuatan yang dimaksudkan seperti bertahan,
melawan tindakan yang merendahkan atau menindas kehidupannya. Kekuatan dari harga diri
spiritual sebagai spiritual perempuan atau spiritual feminist. Spiritual feminis menjadi salah satu
bentuk atau cara perempuan untuk mengusahakan keutuhan dirinya. 30

Keutuhan sebagai

perempuan tentang realitas dan keberadaan dirinya. Menemukan kembali gambaran dan kisah
yang memberdayakan kaum perempuan sehingga menjadi pribadi yang utuh dan sejati serta
mencapai integritas diri untuk menemukan orientasi makna dari persoalan atau penderitaannya.

26

Jacob Daan Engel,Nilai Dasar…,19-26.
Jacob Daan Engel,Nilai Dasar…, 27-30.
28
V.E.Frankl. The Unheard Cry for Meaning:Psychotherapy and Humanism. Washington: Washington Square Press.
1985.162.
29
Mandy Morrill, "Sibling Sexual Abuse: An Exploratory Study of Long-term Consequences for Self-esteem and
Counseling Considerations." Journal of Family Violence 29.2 (2014): 205-213.
30
Anne M.Clifford, Me perke alka …,296.
27

Oleh karena itu, dibutuhkan kemauan dari dalam diri perempuan untuk berjuang.
Perjuangan perempuan bertujuan untuk mendobrak sistem yang menindas kehidupan mereka.
Sistem yang dimaksud adalah patriarki berdasarkan kekuatan, energi, dan kesadaran akan harga
diri mereka sebagai perempuan secara maksimal dalam kehidupannya. Dilihat dari teks 2 Samuel
13:1-22 dan berdasarkan konteks penindasan yang terjadi pada masa Israel Kuno. Berkaitan
dengan penulisan ini dari teks 2 Samuel 13:1-22, maka akan dipaparkan tentang kedudukan
perempuan di Israel Kuno sebagai bagian dari tatanan yang mengatur kehidupan perempuan pada
konteks tersebut.

Kedudukan Perempuan Di Israel Kuno
Israel merupakan bangsa yang mendasarkan kehidupan sosial mereka dengan sistem
patriarki. Secara etimologi, patriarkhi berasal dari kata pater yang artinya bapak dan arkhe
artinya asal mula yang menentukan. Berdasarkan arti tersebut, patriarkhi adalah sistem yang
ditentukan oleh laki-laki atau laki-laki memiliki posisi yang lebih unggul dari perempuan.Carol
Meyer dalam tulisannya Discovering Eve menyatakan :
Patriarchy has been discussed as an ideology which arose out of men'spower to exchange women
between kinship groups; as a symbolic maleprinciple; and as the power of the father (its literal
meaning). It has beenused to express men's control over women's sexuality and fertility; and
todescribe the institutional structure of male domination. Recently thephrase "capitalist
patriarchy" has suggested a form peculiar to capitalism. 31

Dalam Dictionary of Feminist Theory, Maggie Humm menyatakan bahwa patriarkhi
adalah suatu sistem otoritas laki-laki yang menindas perempuan melalui institusi sosial, politik,
ekonomi dan berbagai sisi kehidupan perempuan yang berdasarkan pada gender sehingga
kekuatan dari akses laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.

32

Sepaham dengan

pernyataan tersebut, Marrie Claire Barth menuliskan bahwa patriarki sebagai sistem mengatur
laki-laki lebih kuat dari perempuan, laki-laki yang mengatur perempuan, serta perempuan
menjadi kepunyaan laki-laki. Perempuan bertugas sebagai perawat, melahirkan, dan melakukan
berbagai pekerjaan domestik bahkan keputusan yang menentukan kehidupan di ambil oleh lakilaki (ayah) sebagai kepala keluarga atau pemimpin.33Hal ini dapat terjadi pada pasangan yang

Carol Meyers, Dis o eri g E e…, 26
Maggie Humm, Dictionary of Feminist Theory.(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002).332.
33
Maria Claire Barth-Frommel,Hati Allah ..,.7
31

32

telah menikah, kaum pria memiliki porsi dan kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan
kegiatan di luar rumah.
Kehidupan perempuan di masa lalu mengalami perubahan dan berpengaruh bagi
kehidupan perempuan hingga saat ini. Kehidupan perempuan di Israel berubah setelah orang
Israel berhenti berperang dan tinggal di antara orang Kanaan. Israel menjaga komunitas, budaya,
dan agama mereka sendiri. Penduduk Kanaan bergabung dengan Israel dan salah satunya
perkawinan campur sebagai bagian dari upaya meningkatkan kekuasaan dan kehidupan ekonomi
serta cara menguasai Kanaan. Kaum Israel hidup dengan mengembangkan pertanian. Seiring
berjalannya waktu, Israel mengalami krisis dan ladang mereka direbut ketika diserang oleh orang
Kanaan. Hal ini menyebabkan orang Israel membutuhkan anggota lebih banyak untuk bekerja.
Peristiwa ini mempengaruhi kehidupan perempuan untuk meningkatkan kelahiran dan bekerja di
rumah demi menghindarkan perempuan dari keguguran.

34

Guna meningkatkan dan

mempertahankan kehidupan maka anak laki-laki merupakan tenaga bantuan yang sangat
diperlukan untuk bidang pertanian. Anak perempuan hanya akan membantu ibu bekerja di
rumah.35 Selain itu, tindakan poligami dapat meningkatkan jumlah kelahiran untuk menambah
populasi komunitas. Peristiwa ini dianggap sebagai kehendak Tuhan.36
Kehidupan perempuan di Israel kuno tidak terlepas dari pengawasan dan otoritas laki-laki
yang mendominasi dalam keluarga. Aturan semacam ini berdasarkan pada sistem sosial yang
disebut bet av.37Bet av berasal dari kata dasar keluarga besar. Secara harafiah disebut rumah atau
rumah tangga sang bapa .

38

Dengan demikian, seorang anak perempuan berada dalam

kepemilikan ayahnya dan berada di rumah ayahnyasampai ia menikah.39Menjadi milik saudara
laki-laki jika ayahnya meninggal. 40 Setelah menikah perempuan menjadi milik suaminya dan
menjadi milik anak laki-lakinya jika suaminya meninggal. Bet av terdiri atas anggota keluarga
anak-anaknya laki-laki beserta dengan istri-istri mereka dan anak-anak mereka. Anak-anak lakilaki maupun perempuan yang belum menikah maupun anak-anak perempuan yang telah

34

Jon L. Berquist,, Reclaiming her story: The witness of women in the Old Testament. Chalice Press. 1992.14-17.
P. J.King & L. E. Stager, Life in biblical Israel…,
36
Jon L. Berquist, Reclaiming…., 49.
37
Leo G Perdue.,ed. Families in ancient Israel. Westminster John Knox Press. 1997.174
38
P. J.King & L. E. Stager, Life in biblical Israel…,5
39
Carol Meyers, Discovering Eve: Ancient Israelite Women In Context. New York: Oxford University Press. 1998.38
40
Mary J. Evans, Women In The Bible:An O er ie or All The Cru ial Passages o Wo e ’s Role. Illinois:
Intervarsity Press. 1997.24.
35

dikembalikan oleh suami mereka atau yang telah menjadi janda. Bet av merujuk pada patriarki,
menunjukkan sang ayah atau laki-laki sebagai kepala keluarga. Kepala keluarga yaitu lakilakidisapa sebagai ba’al, yang artinya tuan.41Sistem ini melegitimasi otoritas laki-laki sebagai
pusat dalam rumah tangga dan juga peranan perempuan dalam keluarga.42
Dalam struktur kehidupan tersebut di atas, apabila sang ayah meninggal maka anak-anak
laki adalah ahli waris yang sah. Karena itu, kelahiran anak-anak laki-laki sebagai yang tertua
merupakan keberuntungan sang keluarga. 43 Apabila tidak memiliki anak laki-laki, maka anak
perempuan akan dinikahkan dengan laki-laki dari kerabat sang ayah, untuk tetap menjaga garis
keturunan dan warisan dalam keluarga.

44

Sehingga penindasan pada perempuan adalah

penindasan oleh struktur ekonomi yang dibangun karena kepemilikan, sistem pewarisan, dan
asal-usul keluarga dalam masyarakat yang menutup kepentingan tertentu dari pihak penguasa
yang memiliki kekuatan sebagai kaum kapitalis dan kolonialis.45
Peranan perempuan dalam kehidupan Israel kuno bagi keluarga atau rumah tangga yaitu
sebagai ibu dan istri. Perempuan berperan untuk membesarkan anak, menyediakan makanan dan
pakaian untuk anggota keluarga, menimba air untuk keluarga dan ternak. Pekerjaan lain yang
dilakukan yaitu bekerja di ladang dan menjadi peratap (Yeremia 9:17). 46 Dapat dikatakan fungsi
perempuan dalam Israel Kuno sebagai properti dan perempuan hanyalah bagian dari laki-laki.47
Sebagai properti, berbagai pekerjaan domestik dilakukan oleh perempuan sebagai bentuk
pelayanan pribadi terhadap laki-laki (kepala rumah tangga). 48 Perempuan sebagai bagian dari
laki-laki artinya secara efektif perempuan dikuasai dan perempuan bergantung pada laki-laki.
Oleh karena itu, mode produksi domestik mengatur laki-laki menjadi kelas yang superior
sedangkan perempuan adalah kelas yang inferior.49
Stratifikasi atau kelas perempuan sebagai yang inferior tidak berubah sejak masa Israel
kuno hingga pada masa kerajaan. Kerajaan Israel di bawah pemerintahan Daud, menjadikan
Yerusalem sebagai pusat keagamaan yang dikenal dengan kultus Sion. Sentralisasi ini merubah
41

P. J.King & L. E. Stager, Life in biblical Israel…,
Marrie Claire Barth-Frommel, Hati Allah…,
43
P. J.King & L. E. Stager, Life in biblical Israel…, ,
44
Nawal EL Saawadi, The Hidden Face of Eve. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar-IKAPI, 1997).36
45
R.F. Bhanu Viktorahadi, Jejak-jejak mendekati Firman Tuhan. (Yogyakarta: Kanisius,2014).80,84.
46
P. J.King & L. E. Stager, Life in biblical Israel…,
47
Leo G Perdue.,ed. Families in…,174
48
Alice Bach, Wo e i …,344
49
Stevi Jackson & Jackie Jones. Contemporary Feminist Theory.( New York University Press, 1998).29.242.
42

kehidupan termasuk bagi perempuan. Bagi perempuan di desa, tugas yang hanya mengurus
keluarga dikurangi untuk bekerja. Sedangkan di perkotaan, pertanian tidak lagi menjadi
pekerjaan perempuan, mereka di batasi di dalam rumah. 50 Dalam penjelasannya, Berquist
menjelaskan bahwa kedudukan perempuan dalam kerajaan tidak setara dengan laki-laki,
walaupun sebelumnya pernah bekerja bersama di ladang. Sehingga perempuan pada masa
kerajaan telah termarjinalkan. 51 Sedangkan perempuan yang berada di dalam istana, sebagai
seorang isteri berada di bawah otoritas suaminya yaitu mendengar dan melakukan apa yang
diperintahkan suaminya. Pada masa ini, laki-laki tetap diperbolehkan memiliki banyak isteri
termasuk gundik jika isterinya tidak dapat memberikan keturunan.52
Selanjutnya berkaitan dengan kedudukan perempuan dalam kehidupan Israel Kuno, maka
status perempuan dan seksualitas dalam alkitab menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam pembahasan ini. Seksualitas perempuan menjadi bagian penting yang mengatur kehidupan
komunitas. Selain itu, seksualitas dikonstruksikan sebagai sebuah realitas di dalam keluarga.Hal
yang perlu diperhatikan sebagai perempuan ialah kehormatan keluarga atau nama baik keluarga.
Kehormatan dengan menjagakesucian atau keperawanannya sampai ia menikah dengan laki-laki
yang menjadi suaminya. Keperawanan adalah aturan moral atau batasan yang diterapkan pada
perempuan. Keutuhan seksualitas perempuan dalam menjaga keperawanannya menandakan
bahwa perempuan tersebut sebagai perempuan yang baik. 53 Dalam budaya patriarkal, seorang
perempuan bernilai dari kecantikan, keanggunan, kesucian atau keperawanan, menguasai
pekerjaan domestik, dan memberikan keturunan (khususnya anak laki-laki). 54 Jadi terdapat
hubungan yang erat di antara tubuh individu dan tubuh sosial dari rumah tangga terutama di
dalam struktur pengaturan nilai-nilai seksual bagi masyarakat Israel kuno.
Di dalam kebudayaan Israel, seorang perempuan dianggap mengawali kehidupannya di
dalam keadaan suci namun dapat menjadi tidak suci melalui kontak secara seksual. Berquist
menjelaskan bahwa melalui kontak seksual para perempuan menerima di dalam diri mereka
cairan-cairan laki-laki yang memang hanya dimaksudkan untuk rumah tangga sang laki-laki

50

Berquist, Reclaiming…,
-109
Berquist, Reclaiming…,
52
Leo G Perdue, Families in ancient Israel…,115
53
Alice Bach, Women in the Hebrew Bible: A reader. (Routledge, 1999).298
54
Sue Thornham, Teori Feminis dan Cultural Studies;Tentang Relasi yang Belum Terselesaikan.
(Yogyakarta:JALASUTRA,2010).221.
51

tersebut. 55 Seorang perempuan yang memasuki sebuah rumah tangga dengan membawa serta
dengannya cairan-cairan dari rumah tangga lain dianggap bersalah karena telah tercemar. Di sini,
tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa masyarakat Israel sangat menghargai para perempuan
yang masuk ke dalam rumah tangga di dalam keadaan perawan; ketika mereka tidak memiliki
kontak seksual apapun sebelumnya.Dalam kondisi seperti ini, maka seorang perempuan akan
berada di dalam posisi yang aman. Posisi aman karena tidak ada seorang laki-laki dari rumah
tangga yang lain telah lebih dahulu melanggar batasannya dan “masuk” ke dalam tubuh atau
dirinya perempuantersebut.56
Atas dasar seksualitas yang dimiliki laki-laki dan perempuan, maka orang Israel hidup
dalam hukum-hukum tentang hubungan seksual. Hukum seksualitas diberikan untuk mengontrol
perilaku-perilaku seksual dengan cara menggambarkan ukuran yang tepat bagi aktivitas seksual.
Aktivitas seksual yang tetap dan sesuai ialah ketika, ayah dari perempuan menginjinkan atau
memberikan anak perempuannya kepada laki-laki yang akan menikahi anaknya. Salah satu
syarat meminang dan menikahi seorang gadis dengan memberikan perhiasan dan hewan menjadi
kebiasaan Orang Israel (Misalnya, Ishak dan Ribka). Sehingga mengesahkan bawah si
perempuan menjadi milik laki-laki yang akan menjadi suaminya.57
Dalam kehidupan Israel kuno, seksualitas tanpa jalur yang tepat atau perzinahan yang di
lakukan baik laki-laki maupun perempuan harus mendapatkan hukuman, salah satunya ialah
pelacuran. Hukuman untuk pelanggaran semacam ini ialah dilempari batu hingga mati. 58Karena
perzinahan di ambil alih oleh orang lain yang bukan menjadi anggota keluarga dalam hal ini
suami atau istri yang sah, termasuk tindakan pemerkosaan. Pemerkosaan yang terjadi dilakukan
oleh laki-laki. Sehinggalaki-laki itu harus menikahi perempuan tersebut termasuk membayar
tebusan kepada ayah atau saudara laki-laki dari perempuan itu.59
Jalur seksual jenis lain yang diharamkan menjadi pelanggaran publik, salah satunya
adalah perzinahan satu darah.60 Hubungan seks antar sesama anggota keluarga sangat dilarang.
55

Berquist, Reclaiming…,
Data diperoleh melalui Kuliah Umum di STT Lewa-Sumba Timur oleh Ira D. Mangililo dengan topik: Perempuan,
Seks, dan Kekerasan Dalam Perjanjian Lama. Tanggal 10 Maret 2015.
57
Kejadian 24. Cerita tentang proses keluarga Ishak melalui perantara hamba Abraham meminang Ribka menjadi
Istri bagi
Ishak.
58
Imamat 18:9 dan 11.
59
Alice Bach, Women in…,
-301
60
P. J.King & L. E. Stager, Life in biblical Israel…,
56

Larangan tersebut dalam Imamat 18 dan 20; Ulangan 27. Hukum-hukum ini bertujuan untuk
menjelaskan tentang garis keluarga. Hubungan seks antar keluarga akan mengaburkan garis
keturunan di dalam keluarga dan akan berakibat hancurnya hubungan keluarga.61
Perzinahan menjadi ancaman bagi Israel. Tindakan pemerkosaan dan inses. menjadi
ancaman kecelakaan bagi perang dalam keluarga Daud karena melanggar aturan seksual.
Tindakan pribadi Daud memiliki konsekuensi publik. Daud berada dua antara keinginan pribadi
dan tugas publik, Politik dan seksualitas terintegrasi untuk menjadi satu. Atas dasar itu,
perempuan termasuk di dalam sistem ekonomi-politik. Pernikahan dengan raja putri atau selir
raja menjadi hal yang tidak kalah penting dalam

pertukaran atau penyatuan kekuasaan.

Pertukaran perempuan menetapkan hubungan kekuasaan antara laki-laki. Dominasi Daud atas
orang lain ditandai dengan penaklukan militer dan penaklukan seksual. Daud membawa
perzinahan dalam rumahnya sebagai pelanggaran hak properti. Walaupun dalam perzinahannya,
Daud telah melanggar seluruh rangkaian perintah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan
mencuri, jangan mengingini milik sesamamu.62
Setelah membahas kehidupan perempuan dalam tatanan masyarakat Israel Kuno, yaitu
peranan perempuan dalam keluarga, kedudukan perempuan dalam kerajaan, tubuh dan
seksualitas perempuan, serta peristiwa perzinahan dalam keluarga Daud; selanjutnya akan
dilakukan analisa berkaitan dengan landasan teori yang telah di bahas.

61

Imamat 20:10-27.
Alice Bach, Women in…,

62