T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kerajaan Gowa dalam Perniagaan Abad XVII T1 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori
1. Perniagaan
a. Definisi Perniagaan
Suatu usaha untuk menagih dan menukarkan barang yang berbentuk barang
fizkal atau perkhidmatan atau kedua-duanya dari pemilik asal kepada pengguna
terakhir pada tempat dan harga yang berpautan. Usaha pemindahan dan
pertukaran yang telah disetujui oleh pemilik asal dan pengguna terakhir.
Pertukaran yang sedemikian akan membawa faedah dan keuntungan kepada
semua pihak yang terlibat dalam usaha itu (Ronald J. Ebert,1998).
Sejak tahun 500 SM, jaringan perdagangan antara Asia dengan Laut Tengah
dilakukan melalui darat. Rutenya mulai dari Tiongkok, melalui Asia Tengah.
Jalur ini digunakan oleh para pedagang dari India. Jalur darat yang paling tua ini
sering disebut “Jalur Sutera”. (Burgher 1992). Seiring perkembangan sistem
navigasi laut, jalur dagang tersebut beralih melalui laut. Bermula dari Tiongkok
dan Nusantara melalui Sekat Malaka ke India, seterusnya ke laut Tengah melalui
dua jalur. Pertama, Teluk Persia melalui Suriah ke laut Tengah. Kedua, Laut
Merah, melalui Mesir hingga tiba di laut Tengah. Jalur ini mulai diperdagangkan
pada abad 1M. Barang-barang rumah tangga, peralatan, bahan-bahan mentah ,

barang-barang mahal, rempah-rempah dan pewangi, obat-obatan dan pewarna,
budak, dan barang-barang mewah (Dick-Read, 2005:43).
b. Pelayaran dan Perniagaan Laut
Kegiatan Maritim yang menggunakan perahu dan kapal layar dipengaruhi oleh
angin muson, yaitu muson barat laut dan muson timur. Muson barat laut
berlangsung pada bulan September sampai Mei, dan muson itu terseling muson
utara pada bulan januari sampai awal februari. Begitu juga saat muson timur laut,
bertiup angin muson tenggara dalam bulan juni. Kondisi muson tersebut diikuti
pengaruh angin darat dan angin laut serta arus laut yang selalu mengikuti arah
angin, sehingga menciptakan pola pelayaran dan perdagangan maritime di
Indonesia (Edward Poelinggomang, 2004:44).

Perubahan muson tersebut menciptakan dua jalur pelayaran dan perdagangan,
yaitu timur-barat dan utara selatan. Jalur timur-barat menciptakan dua jalur
penting. Pertama, dari Malaka menyusuri pesisir utara pulau Pulau Sumatera
dan Pulau Jawa, terus ke Nusa Tenggara sampai Pulau Flores dan berlayar
memasuki Maluku bagi yang mencari rempah-rempah dan juga ke Timor dan
Sumba (Nusa Tenggara Timur) untuk memperoleh kayu cendana. Playaran balik
mengikuti jalur yang sama. Kedua, dari Malaka ke Tanjung pura kemudian ke
Makassar terus menuju Buton sampai ke Maluku, dan kembali dengan jalur yang

sama.
Ketika Bandar Niaga Makassar berkembang, jalur perdagangan pelaut dan
pedagang Sulawesi Selatan ke berbagai daerah produksi juga berkembang.
Menurut catatan Tome Pires, kapal-kapal dari Makassar berlayar ke Jawa,
Malaka, Kalimantan, dan Siam serta semua tempat antara Pahang dan Siam
(Sutherland, 2004:6-7).
2. Pelabuhan
a. Definisi Pelabuhan
Pelabuhan (Port) adalah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang
dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat
bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran (crane) untuk bongkar muat
barang, gudang laut (transito) dan tempat penyimpanan dimana kapal
membongkar muatannya, gudang-gudang dimana menunggu pengiriman ke
daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi dengan jalan kereta
api/atau jalan raya (Bambang Triatmodjo, 2012:3).
Pelabuhan merupakan pintu gerbang untuk masuk ke suatu wilayah atau
Negara dan sebagai prasarana penghubung antar pulau atau bahkan antar Negara,
benua dan bangsa. Dengan fungsi-fungsinya tersebut maka pembangunan
pelabuhan harus dapat dipertanggung jawabkan baik secara ekonomis maupun
teknis.

Pelabuhan mempunyai daerah pengaruh (hinterland), yaitu daerah yang
mempunyai kepentingan hubungan ekonomi, sosial dan lain lain dengan
pelabuhan tersebut. Misalnya Jawa Barat dan bahkan Indonesia merupakan
daerah daerah dari Pelabuhan Tanjung Priok, atau Pelabuhan Makassar
mempunyai daerah pengaruh berupa pulau-pulau dan laut-laut disekitarnya.
Barang-barang Import, misalnya mobil masuk ke Indonesia melalui Tanjung

Priok yang selanjutnya akan didistribusikan ke seluruh wilyah Indonesia. Selain
untuk kepentingan sosial, ekonomi, ada pula pelabuhan yang dibangun untuk
kepentingan pertahanan. Pelabuhan ini dibangun untuk tegaknya suatu negara.
Dalam hal ini pelabuhan disebut dengan pangkalan angkatan laut atau pelabuhan
militer (Bambang Triatmodjo, 2012:3-4).
b. Arti Penting Pelabuhan
Indonesia sebagai negara kepulauan/maritim, peranan pelayaran adalah sangat
penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan/keamanan,
dan sebagainya. Bidang kegiatan pelayaran sangat luas yang meliputi angkutan
penumpang dan barang, penjagaan pantai, hidrografi, dan masih banyaklagi jenis
pelayaran lainnya. Bidang kegiatan pelayaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pelayaran niaga ban non niaga. Pelayaran niaga adalah usaha pengangkutan
barang, terutama barang dagangan, melalui laut antar pulau kapal patroli, survei,

kelautan, dan sebagainya (Bambang Triatmodjo, 2010:2).
Kapal sebagai sarana pelayaran mempunyai peran sangat penting dalam sistem
angkutan laut. Hampir semua barang impor,ekspor dan dalam jumlah sangat
besar diangkut dengan menggunakan kapal laut, walaupun diantara tempattempat dimana pengangkutan dilakukan terdapat fasilitas pengangkutan darat dan
udara. Hal ini mengingatkan bahwa kapal mempunyai kapasitas yang jauh lebih
besar daripada sarana angkutan lainnya. Sebagai contoh pengangkutan minyak
yang mencapai puluhan ribu ton, apabila harus diangkut dengan tangki
diperlukan ribuan kendaraan dan tenaga kerja (Bambang Triatmodjo, 2012:2).
Untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut diperlukan prasarana yang
berupa pelabuhan. Pelabuhan merupakan tempat pemberhentian (terminal) kapal
setelah melakukan pelayaran. Di pelabuhan ini kapal melakukan berbagai
kegiatan seperti menaik-turunkan penumpang, bongkar muat barang, pengisian
bahan bakar dan air tawar, melakukan reparasi, mengadakan perbekalan, dan
sebagainya. Untuk bisa melaksanakan berbagai kegiatan tersebut pelabuhan
harus dilengkapai dengan fasilitas seperti pemecah gelombag, dermaga, peralatan
tambatan,peralatan bongkar muat barang,gudang-gudang, lapangan untuk
menimbunkan barang-barang, perkantoran baik untuk pengelola pelabuhan
maupun untuk maskapai pelayaran, ruang tunggu bagi penumpang, perlengkapan
pengisian bahan bakar dan penyediaan air bersih, dan lain sebagainya (Bambang
Triatmodjo,2012:3).


c. Macam Pelabuhan
Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada
sudut tujuannya, yaitu dari segi penyelenggaraanya, pengusahaanya, fungsi
dalam perdagangan nasional dan internasional, segi kegunaanya dan letak
geografisnya (Bambang Triatmodjo, 2012:6).

1.) Ditinjau dari segi penyelenggaraanya
i.) Pelabuhan Umum
Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayaran
masyarakat umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh
pemerintah dan pelakasanaanya dapat dilimpahkan kepada badan usaha
milik Negara yang didirikan untuk maksud tersebut.
ii.) Pelabuhan Khusus
Peleabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna
untuk menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan
untuk kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin
pemerintah maupun swasta, yang berfungsi untuk prasarana pengiriman
hasil produksi perusahaan tersebut.
2.) Ditinjau dari segi pengusahaanya

a.) Pelabuhan yang di usahakan
Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas
yang diperlukan oleh kapalyang memasuki pelabuhan untuk melakukan
kegiatan bongkar muat barang, menaik-turunkan penumpang serta
kegiatan lainya. Pemakaian pelabuhan ini dikenakan biaya-biaya, seperti
biaya jasa labuh, jasa tambat, jasa pemanduan, jasa penundaan, jasa
pelayaran air bersih, jasa penumpukan, bongkar-muat, dan sebagainya.
b.) Pelabuhan yang tidak diusahakan
Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgahan kapal, tanpa fasilitas
bongkar-muat, bea cukai, dan sebagainya. Pelabuhan ini merupakan

pelabuhan kecil yang disubsidi oleh pemerintah dan dikelola oleh Unit
Pelaksana Teknis Derektorat Jenderal Perhubungan Laut.

3.) Ditinjau dari fungsi perdagangan Nasional dan Internasional
a) Pelabuhan Laut
Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapalkapal berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan
utama di suatu daerah yang dilabuhi oleh kapal-kapal yang membawa
barang untuk ekspor-impor secara langsung dari luar negri. Di Indonesia
terdapat lebih dari seratus pelabuhan seperti ini. Contohnya adalah

pelabuhan Gorontalo, Tarakan, Tanjung Mas Semarang, Tanjung Intan
Cilacap, dan masih banyak lagi.
b) Pelabuhan Pantai
Pelabuhan

pantai

adalah

pelabuhan

yang

disediakan

untuk

perdagangan dalam negri oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh
kapal berbendera asing. Kapal asing dapat masuk ke pelabuhan ini
dengan meminta ijin terlebih dahulu.

4.) Ditinjau dari segi penggunaannya
a) Pelabuhan ikan
Pelabuhan ikan menyediakan tempat bagi kapal-kapal ikan untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan dan memberikan pelayanan yang
diperlukan. Berbeda dengan pelabuhan umum dimana semua kegiatan
seperti bongkar muat barang, pengisian perbekalan, perawatan dan
perbaikanringan yang dilakukan di dermaga yang sama, pada pelabuhan
ikan sarana dermaga disediakan secara terpisah untuk berbagai kegiatan.
Hal ini mengingat bahwa hasil tangkapan ikan adalah produk yang mudah
busuk sehingga perlu penanganan secara cepat. Disamping itu jumlah
kapal yang berlabuh di pelabuhan ini cukup banyak sehingga penggunaan
fasilitas pelabuhan terutama dermaga, tempat penangkapan ikan (TPI),
tangki Bahan Bakar Minyak (BBM), pabrik es, ruang pendingin, tempat
pelayanan/perbaikan kapal, dan tempaat penjemuran jalan (Bambang
Triadmodjo, 2012:9).
b) Pelabuhan Minyak

Untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari
keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga
atau pangkalan yang dapat menahan muatan vertikal yang besar,

melainkan cukup membuat jembatan perancah atau tambatan yang dibuat
menjorok ke laut untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup besar.
Bongkar muat dilakukan dengan pipa-pipa dan pompa-pompa. Pipa-pipa
penyalur diletakkan di bawah jembatan agar lalu lintas di jembatan tidak
terganggu. Pada tempat-tempat di dekat kapal yang merapat, pipa
dinaikkan ke atas jembatan untuk memudahkan penyambungan pipa-pipa.
Biasanya

jembatan

tersebut

juga

ditempatkan

pipa

uap


untuk

membersihkan tangki kapal dan pipa air untuk suplai air tawar. Untuk
menghindari benturan antara dermaga dengan kapal dibuat breasting
dolpin yang digunakan untuk menahan benturan kapal dan mooring
dolphin untuk menambatkan kapal (Bambang Triatmodjo, 2012:12).
c) Pelabuhan Barang
Di pelabuhan ini terjadi perpindahan moda transportasi, yaitu dari
angkutan laut ke angkutan darat dan sebaliknya. Barang dibongkar dari
kapal dan diturunkan di dermaga. Selanjutnya barang tersebut diangkut
angsung dengan menggunakan truk atau kereta api ke tempat tujuan.
Demikian pula sebaliknya, barang-barang dari pengirim ditempatkan di
gudang penumpukan sebelum dimuat ke kapal dan diangkut ke pelabuhan
tujuan (Bambang Triatmodjo, 2012:12-15).

d) Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan atau terminal penumpang digunakan oleh orang-orang yang
berpergian dengan menggunakan kapal penumpang. Terminal penumpang
dilengkapi dengan stasiun penumpang yang melayani segala kegiatan
yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang berpergian, seperti

ruang tunggu, kantor maskapai pelayaran, tempat penjualan tiket,
mushola, toilet, kantor imigrasi, kantor bea cukai, keamanan, direksi
pelabuhan, dan sebagainya. Barang-barang yang perlu dibonkar muat
tidak begitu banyak, sehingga gudang barang tidak terlalu besar. Untuk
kelancaran masuk keluarnya penumpang dan barang, sebaiknya jalan

masuk atau keluar dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas dengan
menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedangkan barang-barang
melalui dermaga. Pada pelabuhan dengan tinggi pasang surut besar,
dibuat jembatan apung yang digunakan oleh penumpang untuk masuk ke
kapal dan sebaliknya .
e) Pelabuhan Militer
Pelabuhan mempunyai daerah perniagaan yang cukup luas untuk
memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak
bangunan cukup terpisah. Konstruksi tambahan maupun dermaga hampir
sama dengan pelabuhan barang, hanya saja situasi dan perlengkapannya
agak lain. Pada pelabuhan barang letak atau kegunaan barang harus
efisien, sedangkan pada pelabuhan militer bangunan-bangunan pelabuhan
harus

dipisah-pisah

yang

letaknya

agak

berjauhan

(Bambang

Triatmodjo, 2012:21).

5.) Ditinjau segi peranannya
a) Pelabuhan Transito
Pelabuhan ini adalah pelabuhan yang mengerjakan kegiatan-kegiatan
transshipment cargo, tempat dimana suatu barang produksi untuk
sementara waktu ditransitkan setelah itu akan di distribusikan kepada
Negara-negara

yang

akan

membeli

barang

tersebut

(Bambang

Triatmodjo, 2012:23).
b) Pelabuhan Ferry
Pelabuhan

ini

adalah

pelabuhan

yang

mengerjakan

kegiatan

penyeberangan, tempat mengangkut penumpangdan barang untuk
menyeberangi selat, sungai, atau terusan; kapal penyeberang khusus (di
selat, sungai, terusan) yang bagian buritan dan lambungnya dapat dibuka
untuk menaikkan (menurunkan) penumpang, barang, serta kendaraan,
kapal tambang (Bambang Triatmodjo, 2012: 2012:24).
Apabila ditinjau dari fungsi perdagangan nasional dan Internasional
maka pelabuhan Kerajaan Gowa dalam hal ini bandar niaga kerajaan
Gowa (Bandar Somba Opu) bebas dimasuki oleh kapal berbendera asing

dan dikarenakan oleh penguasanya dalam hal ini raja telah menerapkan
sistem Mare Liberium (perdagangan laut bebas). Pelabuhan/ bandar
Somba Opu sekaligus menjadi pelabuhan utama bagi kerajaan Gowa dan
dilabuhi kapal-kapal yang membawa barang untuk keperluan eksporimpor secara langsung kedalam dan luar Nusantara.
Bila ditinjau dari segi peranannya bandar niaga Kerajaan Gowa di abad
XVII/ Bandar Somba Opu

masuk dalam kategori pelabuhan

transito,dikarenakan bandar niaga Kerajaan Gowa pada waktu itu banyak
disinggahi oleh kapal-kapal baik dari berbagai wilayah Nusantara maupun
dari berbagai berbagai Negara guna untuk melakukan kegiatan
transshipment cargo, tempat dimana suatu barang produksi untuk
sementara waktu ditransitkan setelah itu akan didistribusikan kepada
wilayah maupun negara-negara yang akan membeli barang tersebut.
B. Penelitian Yang Relavan
Berikut ini dikemukakan penelitian yang relevan dengan bahasan penelitian ini, yaitu:
Dalam penelitian yang berjudul (Bandar Somba Opu Sebagai Sumber Penghasilan
Kerajaan Gowa sampai tahun 1667) oleh Yuliani Umar, S.S, 1990. Kesimpulan dalam
penelitian adalah ada beberapa faktor yang menyebabkan Bandar Somba Opu sebagai
Bandar yang memberi pemasukan dalam hal ekonomi bagi Kerajaan Gowa:
1. Jatuhnya Bandar Malaka sebagai Bandar Internasional ke tangan Portugis pada tahun
1511.
2. Adanya peperangan yang berlangsung tahun 1600-1625, antara Kerajaan Mataram
(jawa Tengah) dan Kerajaan di Jawa Timur (bekas taklukan Majapahit).
3. Faktor geografis sangat menunjang Bandar Somba Opu sebagai pangkalan Maritim.
4. Karakter penduduk Kerajaan Gowa yang notabene suku bugis Makassar yang terkenal
sebagai pelaut yang ulung dalam mengarungi lautan untuk berlayar dan berdagang.
Kesamaaan penelitian yang berjudul (Bandar Somba Opu Sebagai Sumber
Penghasilan Kerajaan Gowa sampai 1677) oleh Yuliani Umar, S.S, 1990 adalah samasama membahas kemajuan sektor perniagaan Kerajaan Gowa yang berkisar abad XVIXIX. Sedangkan perbedaanya ialah penelitian ini mengkaji peran kerajaan gowa dalam
perniagaan abad XVII serta menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mendukung
kerajaan gowa sehingga menjadi kota niaga maritim.