Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri di sdn 3 mudal Boyolali 9.JURNAL. 9.JURNAL
commit to user
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI
SDN 3 MUDAL BOYOLALI
Effect of Health Education on Menstrual Knowledge of Female adolescents at State Primary School 3 of Mudal Boyolali.
Desi Rachmawati1) , Ika Sumiyarsi 2) , Angesti Nugraheni 3) Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS
ABSTRACT
Effect of Health Education on Menstrual Knowledge of Female adolescents at State Primary School 3 of Mudal Boyolali. The Study Program of Diploma IV in Midwife Educator, the Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta May 2015.
Background: Confusion and anxiety always embody the feelings of female adolescents who have first time menstruation, and there is a misperception among parents that menstrual knowledge is taboo to discuss, which contributes to the complexity of the issue. In an effort to improve the menstrual knowledge, health education is therefore required. This research aims at determining effect of health education on menstrual knowledge of the female adolescents of State Primary School 3 of Mudal Boyolali.
Methods: This research used the quasi experimental method with the one group pre-test – posttest design. The samples of research consisted of 31 students and were taken by using the non-probability sampling technique. The data of research were collected through questioner and were analyzed by using the Wilcoxon test aided with the computer program of SPSS Version 22.0 for windows.
Results: The average score of pre-test is 62.32, and that of post-test is 84.26. The minimum and maximum scores based on the Wilcoxon test on the pre-test and post-test are 53-80 and 53-96 respectively at the significance level of p = 0.000. Conclusion: Health education has a significant effect on menstruation knowledge of the female adolescents of State Primary School 3 of Mudal Boyolali.
(2)
commit to user
PENDAHULUAN
Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan seorang remaja yang mengalami menstruasi untuk pertama kali, serta adanya anggapan orang tua yang salah bahwa pengetahuan tentang menstruasi adalah hal yang tabu untuk diperbincangkan dan menganggap bahwa anak akan tahu dengan sendirinya, menambah rumitnya permasalahan. Remaja putri akan kesulitan dalam menghadapi menstruasi jika belum memiliki pengetahuan tentang menstruasi (Kusmiran, 2011).
Pengetahuan tentang menstruasi sangat penting bagi remaja putri dengan melihat fenomena sekarang dimana usia menstruasi pertama kali (menarche) cenderung bertambah muda yaitu usia 10-16 tahun, jika dibandingkan dengan kondisi 50 tahun lalu yang rata-rata terjadi pada usia antara 15-19 tahun (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan terhadap menstruasi maka perlu adanya pendidikan kesehatan bagi para remaja putri khususnya siswi sekolah dasar (SD). Cakupan penjaringan pelayanan kesehatan untuk siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan/guru unit kesehatan sekolah (UKS)/kader kesehatan sekolah di Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 70,08%, menurun dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 (78,72%) (Dinkes Jateng,
2012), sementara itu untuk wilayah Boyolali pada tahun 2012 data menunjukan sebesar 32,96%, dimana untuk daerah Mudal yang termasuk dalam wilayah kerja Boyolali III hanya sebesar 15,72% (DKK Boyolali, 2012). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala sekolah SDN 3 Mudal Boyolali mengatakan bahwa belum pernah ada pemberian pendidikan kesehatan tentang menstruasi dari tenaga kesehatan dan tidak ada kegiatan ekstrakurikuler mengenai kesehatan reproduksi remaja (KRR) di SD tersebut.
Bertolak dari paparan di atas, maka penulis tertarik mengambil judul penelitian “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Menstruasi Pada Remaja Putri di SDN 3 Mudal Boyolali”.
SUBJEK DAN METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy experiment dengan pendekatan one-group pratest – posttest design. Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Mudal Boyolali pada bulan November 2014 - Mei 2015. Populasi target dalam penelitian ini adalah semua remaja putri SDN 3 Mudal Boyolali. Populasi Aktual Siswi kelas IV, V dan VI SDN 3 Mudal Boyolali sejumlah 31 orang. Dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Pada penelitian ini tujuan
(3)
commit to user
digunakan analisis univariat untuk mengetahui karakteristik responden yaitu umur, pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan sebelumnya dan sumber informasi pertama tentang menstruasi. Analisis bivariat yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang menstruasi menggunakan Uji wilcoxon karena data berdistribusi tidak normal.
HASIL PENELITIAN A. Data Karakteristik
Tabel 1. Hasil Perhitungan Umur Umur
(tahun)
Frekuensi Prosentase (%) 10
11 12 13 Jumlah
14 11 5 1 31
45,20% 35,50% 16,10% 3,20% 100% Berdasarkan tabel 1 menunjukkan jumlah responden berdasarkan umur, jumlah responden terbanyak berumur 10 tahun yaitu sejumlah 14 orang (45,20%) dan responden paling sedikit berumur 13 tahun yaitu sejumlah 1 orang (3,20%).
Tabel 2. Hasil Perhitungan Status Pemberian Pendidikan Kesehatan Sebelumnya dari Tenaga Kesehatan.
Status Frekuensi Prosentase (%) Belum
Sudah Jumlah
31 0 31
100% 0% 100% Berdasarkan tabel 2 menunjukkan seluruh responden penelitian sebanyak 31 orang (100%) belum pernah mendapat pendidikan kesehatan tentang menstruasi sebelumnya dari tenaga kesehatan.
Tabel 3.Hasil Perhitungan Berdasarkan Akses Informasi Pertama Akses informasi
pertama
Frekuen si
Prosenta se (%) 1. Orang Tua
2. Bahan Bacaan 3.Televisi/Radio 4. Teman 5. Internet 6. Guru Jumlah
19 3 1 4 0 4 31
61,30% 9,70% 3,20% 12,90% 0% 12,90% 100%
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan responden penelitian rata – rata mendapat informasi pertama tentang menstruasi dari orang tua sebanyak 19 orang (61,30%) dan tidak ada yang mendapat informasi dari internet (0%).
(4)
commit to user
B. Data Pengetahuan Responden Tentang Menstruasi
Tabel 4.Hasil Perhitungan Berdasarkan Nilai Pratest dan Posttest
Pengetahua n Responden
Hasil Pratest dan Posttest Pratest Posttest
f % f %
Baik Cukup Kurang Jumlah
3 21
7 31
9,68% 67,74% 22,58% 100%
27 3 1 31
87,09% 9,68% 3,23% 100% Dari data tabel 1 menunjukkan bahwa hasil pratest dan posttest dengan frekuensi jumlah responden 31 siswi, saat pratest responden terbanyak memiliki pengetahuan cukup sebanyak 21 orang (67,74%) dan paling sedikit memiliki pengetahuan baik sebanyak 3 orang (9,68%). Sedangkan saat posttest responden terbanyak memiliki pengetahuan baik sebanyak 27 orang (87,09%) dan paling sedikit memiliki pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (3,23%).
Tabel 5.Rata – Rata Hasil Pratest dan Posttest Pengetahuan tentang Menstruasi
Kategori N Mean Standard
Deviation
Pratest 31 62,32 8,043
Posttest 31 84,26 9,055
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan rata – rata hasil pratest adalah 62,32 sementara
rata – rata hasil posttest adalah 84,26.
C.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Menstruasi Pada Remaja Putri
Tabel 6. Hasil Uji Wilcoxon Pratest dan Posttest tentang Menstruasi
Kelompok Data
N Median
(Minimun – Maksimum)
p
Pratest 31 63,00
(53-80)
0.000
Posttest 31 86,00
(53-96)
Berdasarkan hasil analisis dengan uji wilcoxon didapatkan nilai minimum dan maksimum dari nilai pratest yaitu 53-80 dan nilai posttest yaitu 53-96 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. Oleh karena (p < 0.05) maka terdapat pengaruh yang bermakna terhadap pengetahuan antara sebelum pendidikan kesehatan dengan setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden 1. Usia Responden
Berdasarkan tabel. 1 menunjukkan jumlah responden berdasarkan umur, jumlah responden terbanyak berumur 10 tahun yaitu sejumlah 14 orang (45,20%) dan responden paling
(5)
commit to user
sedikit berumur 13 tahun yaitu sejumlah 1 orang (3,20%). Berdasarkan pendapat Kusmiran (2011), bahwa umur 10-13 tahun termasuk dalam masa remaja awal dengan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat dan keingintahuan tentang nilai dan hal-hal baru sangat besar. Pada umur 10-13 tahun dimana remaja putri mulai mengalami menarche sangat membutuhkan informasi tentang menstruasi, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Proverawati dan Misaroh (2009), bahwa pengetahuan tentang menstruasi sangat penting bagi remaja putri dengan melihat fenomena sekarang dimana usia menstruasi pertama kali (menarche) cenderung bertambah muda yaitu usia 10-16 tahun, jika dibandingkan dengan kondisi 50 tahun lalu yang rata-rata terjadi pada usia antara 15-19 tahun. 2. Status Pemberian Pendidikan
Kesehatan Sebelumnya
Berdasarkan tabel. 2 menunjukkan responden bahwa sebanyak 31 orang (100%)
belum pernah mendapat
pendidikan kesehatan tentang menstruasi sebelumnya dari tenaga kesehatan. Berdasarkan data tersebut maka perlu adanya kegiatan pendidikan kesehatan bagi para siswi hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
(2007), pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan bahwa adanya pesan tersebut masyarakat atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
3. Akses Informasi
Berdasarkan tabel. 3
menunjukkan responden penelitian rata – rata mendapat
informasi pertama tentang menstruasi dari orang tua sebanyak 19 orang (61,30%). Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Budiman dan Riyanto (2013), informasi yang diperoleh biasanya berasal dari lingkungan yaitu segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial contohnya orang tua. Orang tua akan berpengaruh terhadap proses masuknya informasi kedalam individu. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan.
(6)
commit to user
B.Pengetahuan Responden Tentang Menstruasi Sebelum
Pendidikan Kesehatan
Pada tabel. 4 menunjukkan bahwa hasil pratest dari 31 siswi yang memiliki pengetahuan baik yaitu 3 orang (9,68%), sedangkan siswi yang memiliki pengetahuan cukup terdapat 21 orang (67,74%), sementara itu untuk pengetahuan kurang yaitu 7 orang (22,58%). Hasil pratest tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden tentang menstruasi yang terbanyak dalam kategori cukup, setelah itu kategori selanjutnya responden memiliki pengetahuan kurang terutama dalam pernyataan tentang kelainan menstruasi. Hal tersebut dikarenakan informasi yang mereka peroleh mengenai menstruasi masih sangat terbatas dan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan dimana sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiman dan Riyanto (2013), bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh informasi yang diterima, apabila informasi yang diterima terbatas maka pengetahuannya tidak sebaik orang yang memiliki informasi luas.
Hasil pratest juga menunjukkan bahwa terdapat responden yang memiliki pengetahuan baik sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
berjumlah 3 orang yang merupakan siswi kelas VI dan berumur 12 tahun serta 13 tahun, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2011), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi. Umur akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah umur semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada masa usia madya individu akan lebih berperan aktif, selain itu informasi yang didapat mengenai menstruasi bukan hanya dari orang tua namun juga berasal dari guru karena materi menstruasi sudah diajarkan pada siswi kelas VI, hal ini sejalan dengan teori dari Budiman dan Riyanto (2013), bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh informasi yang diterima, semakin luas informasi yang diperoleh maka semakin baik pengetahuannya.
C.Hasil Pengetahuan tentang Menstruasi Setelah Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian pada tabel. 4 setelah pemberian pendidikan
kesehatan menunjukkan dari 31
siswi yang memiliki pengetahuan baik 27 orang (87,09%), sedangkan siswi yang memiliki pengetahuan cukup 3 orang
(7)
commit to user
(9,68%), sementara itu untuk pengetahuan kurang yaitu 1 orang (3,23%). Dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengetahuan responden tentang menstruasi setelah dilakukan pendidikan kesehatan adalah baik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan setelah pendidikan kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2011), peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal seperti pendidikan kesehatan. Pernyataan ini juga didukung oleh
pendapat Notoatmodjo (2007),
pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan bahwa adanya pesan tersebut masyarakat atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Hasil posttest juga menunjukkan bahwa terdapat responden yang masih memiliki pengetahuan cukup dan kurang terutama dalam pernyataan tentang perawatan diri selama menstruasi setelah dilakukan pendidikan kesehatan berjumlah 4 orang yang merupakan siswi kelas IV dimana materi menstruasi
belum diajarkan pada jenjang kelas tersebut, hal ini sejalan dengan teori dari Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan kesehatan salah satunya adalah subjek belajar, pengalaman belajar seorang individu akan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional, serta dapat mengembangkan penalaran secara ilmiah dan etik.
D.Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan tentang Menstruasi pada Remaja Putri SDN 3 Mudal Boyolali
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon membuktikan adanya pengaruh yang bermakna pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri di SDN 3 Mudal Boyolali hal ini ditunjukan hasil penelitian pada tabel. 6 dengan nilai p value 0.000. Hasil penelitian pada tabel. 5 mengenai rata – rata hasil pratest dan posttest didapatkan hasil nilai rata – rata pratest tentang menstruasi sebesar 62,32 sedangkan nilai rata – rata posttest
sebesar 84,26. Hasil nilai
minimum dan maksimum pada tabel. 6 nilai pratest yaitu 53-80 dan nilai posttest yaitu 53-96. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan setelah dilakukannya pendidikan kesehatan dan sejalan
(8)
commit to user
dengan teori dari Maulana (2009), menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri dapat disimpulkan :
1. Pengetahuan responden
tentang menstruasi sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan rata-rata dalam kategori cukup (67,74%).
2. Pengetahuan responden
tentang menstruasi setelah dilakukan pendidikan kesehatan rata-rata dalam kategori baik (87,09%).
3. Berdasarkan hasil pratest dan posttest didapatkan hasil nilai rata – rata pratest tentang menstruasi sebesar 62,32 sedangkan nilai rata – rata posttest sebesar 84,26 dan dari uji wilcoxon diperoleh nilai significancy p value
0.000 sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh
pendidikan kesehatanterhadap pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri di SDN 3 Mudal Boyolali.
B. Saran
1. Bagi Pihak Sekolah
a. Memfungsikan Unit
Kesehatan Sekolah secara
maksimal sehingga program-program
kesehatan dapat di berikan secara optimal bagi para siswa.
b. Mengadakan kerjasama antara UKS dengan tenaga kesehatan (bidan di wilayah kerja setempat) sehingga siswa akan lebih
banyak mendapat pengetahuan tentang menstruasi dan kesehatan reproduksi lainnya.
2. Bagi Siswa Sekolah Dasar
Diharapkan siswa mampu menerapkan ilmu yang didapatkan tentang kesehatan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam hal menghadapi menstruasi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan dalam
penelitian selanjutnya
untuk mengembangkan penelitian dengan metode wawancara langsung kepada responden.
b. Diharapkan pada
penelitian selanjutnya untuk mengembangkan metode pendidikan
kesehatan dalam
meningkatkan
pengetahuan lainnya
(9)
commit to user
menggunakan metode role play, snow balling, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani P., 2012. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menstruasi di SDN 2 Glodogan Klaten. Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Kebidanan. Klaten.
Arief M., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press pp. 125.
Benita N., 2012. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji. Eprints.undip.ac.id. 45-7.
Budiman dan A. Riyanto., 2013. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika p. 4-7.
Dahlan S., 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3 Deskriptif, Bivariat dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika pp. 48.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Tumbuh Kembang Usia Remaja. http://www. Depkes.go.id/index.phpberita/p erss-release/460-tumbuh-kembang-usia-remaja.html. (8 November 2014)
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun2012. http://www.dinkesjateng.org. (8 November 2014)
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2012. Profil
Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2012. Laporan Profil Kesehatan Tahunan. Boyolali.
Fitriani S., 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu pp. 20.
Florence A., 2010. Effect of Sexuality Education on the Improvement of Health Status of Young People in the University of Ado-Ekiti, Nigeria. Ac.els.cdn. 5: 1009-016.
Hidayat A. A., 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika pp. 61-103.
Kusmiran E., 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika p. 3-5.
Machfoedz I., 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan,
Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya pp. 157.
Manuaba I, dkk., 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi kedua. Jakarta: EGC pp. 57-9.
(10)
commit to user
Maulana H., 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC pp. 45-50.
Miyarsih., 2007. Perbedaan Tingkat Pengetahuaan Remaja Putri Tentang Menstruasi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan di SMPN 3 Jatinom Klaten. Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Kebidanan. Klaten.
Murti B., 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press pp. 42-5.
Notoatmodjo S., 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta pp. 95- 8.
., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta pp. 73.
., 2012.
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta pp. 138.
Proverawati dan Misaroh., 2009. Menarche-Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika pp. 58-65.
Sugiyono., 2012. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan kedua
puluh satu. Jakarta: Alfabeta pp. 68.
Wawan dan Dewi., 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika pp. 16.
Widoyoko E.P., 2012. Teknik
Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar pp. 51-141.
Wiknjosastro H., 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP pp. 131.
Yaacob N., 2012. Parents or Caregivers’ Perception on Menstrual Care in Individuals with Down Syndrom. ac.els.cdn. 36: 128-36.
(1)
commit to user
sedikit berumur 13 tahun yaitu sejumlah 1 orang (3,20%). Berdasarkan pendapat Kusmiran (2011), bahwa umur 10-13 tahun termasuk dalam masa remaja awal dengan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat dan keingintahuan tentang nilai dan hal-hal baru sangat besar. Pada umur 10-13 tahun dimana remaja putri mulai mengalami
menarche sangat membutuhkan
informasi tentang menstruasi, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Proverawati dan Misaroh (2009), bahwa pengetahuan tentang menstruasi sangat penting bagi remaja putri dengan melihat fenomena sekarang dimana usia menstruasi pertama kali (menarche)
cenderung bertambah muda yaitu usia 10-16 tahun, jika dibandingkan dengan kondisi 50 tahun lalu yang rata-rata terjadi pada usia antara 15-19 tahun. 2. Status Pemberian Pendidikan
Kesehatan Sebelumnya
Berdasarkan tabel. 2 menunjukkan responden bahwa sebanyak 31 orang (100%)
belum pernah mendapat
pendidikan kesehatan tentang menstruasi sebelumnya dari tenaga kesehatan. Berdasarkan data tersebut maka perlu adanya kegiatan pendidikan kesehatan bagi para siswi hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
(2007), pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan bahwa adanya pesan tersebut masyarakat atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
3. Akses Informasi
Berdasarkan tabel. 3
menunjukkan responden penelitian rata – rata mendapat
informasi pertama tentang menstruasi dari orang tua sebanyak 19 orang (61,30%). Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Budiman dan Riyanto (2013), informasi yang diperoleh biasanya berasal dari lingkungan yaitu segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial contohnya orang tua. Orang tua akan berpengaruh terhadap proses masuknya informasi kedalam individu. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan.
(2)
commit to user
B.Pengetahuan Responden Tentang Menstruasi Sebelum
Pendidikan Kesehatan
Pada tabel. 4 menunjukkan bahwa hasil pratest dari 31 siswi yang memiliki pengetahuan baik yaitu 3 orang (9,68%), sedangkan siswi yang memiliki pengetahuan cukup terdapat 21 orang (67,74%), sementara itu untuk pengetahuan kurang yaitu 7 orang (22,58%). Hasil pratest tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden tentang menstruasi yang terbanyak dalam kategori cukup, setelah itu kategori selanjutnya responden memiliki pengetahuan kurang terutama dalam pernyataan tentang kelainan menstruasi. Hal tersebut dikarenakan informasi yang mereka peroleh mengenai menstruasi masih sangat terbatas dan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan dimana sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiman dan Riyanto (2013), bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh informasi yang diterima, apabila informasi yang diterima terbatas maka pengetahuannya tidak sebaik orang yang memiliki informasi luas.
Hasil pratest juga menunjukkan bahwa terdapat responden yang memiliki pengetahuan baik sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
berjumlah 3 orang yang merupakan siswi kelas VI dan berumur 12 tahun serta 13 tahun, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2011), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi. Umur akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah umur semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada masa usia madya individu akan lebih berperan aktif, selain itu informasi yang didapat mengenai menstruasi bukan hanya dari orang tua namun juga berasal dari guru karena materi menstruasi sudah diajarkan pada siswi kelas VI, hal ini sejalan dengan teori dari Budiman dan Riyanto (2013), bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh informasi yang diterima, semakin luas informasi yang diperoleh maka semakin baik pengetahuannya.
C.Hasil Pengetahuan tentang Menstruasi Setelah Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian pada tabel. 4 setelah pemberian pendidikan
kesehatan menunjukkan dari 31
siswi yang memiliki pengetahuan baik 27 orang (87,09%), sedangkan siswi yang memiliki pengetahuan cukup 3 orang
(3)
commit to user
(9,68%), sementara itu untuk pengetahuan kurang yaitu 1 orang (3,23%). Dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengetahuan responden tentang menstruasi setelah dilakukan pendidikan kesehatan adalah baik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan setelah pendidikan kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2011), peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal seperti pendidikan kesehatan. Pernyataan ini juga didukung oleh
pendapat Notoatmodjo (2007),
pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan bahwa adanya pesan tersebut masyarakat atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Hasil posttest juga menunjukkan bahwa terdapat responden yang masih memiliki pengetahuan cukup dan kurang terutama dalam pernyataan tentang perawatan diri selama menstruasi setelah dilakukan pendidikan kesehatan berjumlah 4 orang yang merupakan siswi kelas IV dimana materi menstruasi
belum diajarkan pada jenjang kelas tersebut, hal ini sejalan dengan teori dari Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan kesehatan salah satunya adalah subjek belajar, pengalaman belajar seorang individu akan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional, serta dapat mengembangkan penalaran secara ilmiah dan etik.
D.Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan tentang Menstruasi pada Remaja Putri SDN 3 Mudal Boyolali
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon membuktikan adanya pengaruh yang bermakna pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri di SDN 3 Mudal Boyolali hal ini ditunjukan hasil penelitian pada tabel. 6 dengan nilai p value 0.000. Hasil penelitian pada tabel. 5 mengenai rata – rata hasil pratest dan posttest didapatkan hasil nilai rata – rata pratest tentang menstruasi sebesar 62,32 sedangkan nilai rata – rata posttest
sebesar 84,26. Hasil nilai
minimum dan maksimum pada tabel. 6 nilai pratest yaitu 53-80 dan nilai posttest yaitu 53-96. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan setelah dilakukannya pendidikan kesehatan dan sejalan
(4)
commit to user
dengan teori dari Maulana (2009), menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri dapat disimpulkan :
1. Pengetahuan responden
tentang menstruasi sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan rata-rata dalam kategori cukup (67,74%).
2. Pengetahuan responden
tentang menstruasi setelah dilakukan pendidikan kesehatan rata-rata dalam kategori baik (87,09%).
3. Berdasarkan hasil pratest dan posttest didapatkan hasil nilai rata – rata pratest tentang menstruasi sebesar 62,32 sedangkan nilai rata – rata posttest sebesar 84,26 dan dari uji wilcoxon diperoleh nilai significancy p value
0.000 sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh
pendidikan kesehatanterhadap pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri di SDN 3 Mudal Boyolali.
B. Saran
1. Bagi Pihak Sekolah
a. Memfungsikan Unit
Kesehatan Sekolah secara
maksimal sehingga program-program
kesehatan dapat di berikan secara optimal bagi para siswa.
b. Mengadakan kerjasama antara UKS dengan tenaga kesehatan (bidan di wilayah kerja setempat) sehingga siswa akan lebih
banyak mendapat pengetahuan tentang menstruasi dan kesehatan reproduksi lainnya.
2. Bagi Siswa Sekolah Dasar
Diharapkan siswa mampu menerapkan ilmu yang didapatkan tentang kesehatan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam hal menghadapi menstruasi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan dalam
penelitian selanjutnya
untuk mengembangkan penelitian dengan metode wawancara langsung kepada responden.
b. Diharapkan pada
penelitian selanjutnya untuk mengembangkan metode pendidikan
kesehatan dalam
meningkatkan
pengetahuan lainnya
(5)
commit to user
menggunakan metode role play, snow balling, dll.
DAFTAR PUSTAKA Andriani P., 2012. Gambaran
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menstruasi di SDN 2
Glodogan Klaten. Karya Tulis
Ilmiah. Jurusan Kebidanan. Klaten.
Arief M., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk
Ilmu Kesehatan. Surakarta:
LPP UNS dan UNS Press pp. 125.
Benita N., 2012. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji.
Eprints.undip.ac.id. 45-7.
Budiman dan A. Riyanto., 2013.
Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika p. 4-7.
Dahlan S., 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3 Deskriptif, Bivariat dan
Multivariat Dilengkapi
Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika pp. 48.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Tumbuh Kembang Usia Remaja. http://www. Depkes.go.id/index.phpberita/p erss-release/460-tumbuh-kembang-usia-remaja.html. (8 November 2014)
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun2012. http://www.dinkesjateng.org. (8 November 2014)
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2012. Profil
Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2012.
Laporan Profil Kesehatan Tahunan. Boyolali.
Fitriani S., 2011. Promosi
Kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu pp. 20.
Florence A., 2010. Effect of Sexuality Education on the Improvement of Health Status of Young People in the University of Ado-Ekiti, Nigeria. Ac.els.cdn. 5: 1009-016.
Hidayat A. A., 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan dan
Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika pp. 61-103.
Kusmiran E., 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan
Wanita. Jakarta: Salemba
Medika p. 3-5.
Machfoedz I., 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan,
Keperawatan, dan
Kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya pp. 157.
Manuaba I, dkk., 2009. Memahami
Kesehatan Reproduksi
Wanita. Edisi kedua. Jakarta:
(6)
commit to user
Maulana H., 2009. Promosi
Kesehatan. Jakarta: EGC pp.
45-50.
Miyarsih., 2007. Perbedaan Tingkat Pengetahuaan Remaja Putri Tentang Menstruasi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan di
SMPN 3 Jatinom Klaten. Karya
Tulis Ilmiah. Jurusan Kebidanan. Klaten.
Murti B., 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press pp. 42-5.
Notoatmodjo S., 2007. Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta pp. 95- 8.
., 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta pp. 73.
., 2012.
Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta pp. 138.
Proverawati dan Misaroh., 2009.
Menarche-Menstruasi Pertama
Penuh Makna. Yogyakarta:
Nuha Medika pp. 58-65.
Sugiyono., 2012. Statistika Untuk
Penelitian. Cetakan kedua
puluh satu. Jakarta: Alfabeta pp. 68.
Wawan dan Dewi., 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika pp. 16.
Widoyoko E.P., 2012. Teknik
Penyusunan Instrumen
Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar pp. 51-141. Wiknjosastro H., 2009. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: YBPSP
pp. 131.
Yaacob N., 2012. Parents or Caregivers’ Perception on Menstrual Care in Individuals with Down Syndrom.