Hubungan Achievement Emotions Dan Self-regulation Mahasiswa Dalam Mengerjakan Skripsi.

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION
MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI

LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN
SURYA CAHYADI

ABSTRAK
Pengerjaan skripsi adalah hal yang harus dilalui mahasiswa sebagai syarat kelulusan.
Dalam proses pengerjaannya, berbagai emosi dapat dialami mahasiswa sebagai reaksi
terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi. Emosi-emosi yang muncul dalam pelaksanaan
belajar dan berprestasi (atau dikenal sebagai achievement emotions) dapat mempengaruhi
proses belajar dan pada akhirnya akan berdampak pada prestasi yang dicapai (Pekrun et.al.
2007). Penelitian ini bertujuan melihat hubungan achievement emotions dan self-regulation of
learning mahasiswa dalam mengerjakan skripsi.
Responden penelitian ini adalah 443 orang mahasiswa Universitas Padjadjaran, yang
ditentukan dengan teknik cluster proportionate sampling . Data diperoleh dengan
menyebarkan Kuesioner Achievement Emotions dan Kuesioner Self-regulation dalam
pengerjaan skripsi. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik korelasi Pearson.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa semua emosi positif yang diukur pada
penelitian ini (menikmati, bangga, berharap, dan lega) memiliki hubungan yang positif
dengan self-regulation dalam belajar (r = 0,499 – 0,580). Pada emosi negatif, tiga dari lima

emosi yang memiliki hubungan negatif dengan self-regulation dalam belajar yaitu bosan (r =
-0,203), putus asa (r = -0,193), dan marah (r = -0,106), sedangkan dua emosi negatif lainnya
(cemas dan malu) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan self-regulation dalam
belajar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum emosi-emosi positif yang
dirasakan mahasiswa dalam pengerjaan skripsi akan meningkatkan self-regulation mahasiswa
tersebut, sebaliknya emosi-emosi negatif yang dirasakan mahasiswa dalam pengerjaan skripsi
akan melemahkan self-regulation mahasiswa tersebut. Oleh karena itu penting untuk
menciptakan iklim yang dapat mendorong munculnya emosi-emosi positif dan mengurangi
munculnya emosi-emosi negatif guna mengoptimalkan pelaksanaan pengerjaan skripsi.
Kata kunci : emosi, achievement emotion, regulasi diri, mahasiswa, skripsi

PENDAHULUAN
Skripsi adalah salah satu mata kuliah yang wajib diikuti sebagai syarat kelulusan oleh
para mahasiswa. Berbeda dengan mata kuliah lainnya, mata kuliah skripsi tidak dijadwalkan
secara rutin dan pelaksanaannya lebih banyak melibatkan aktivitas pengerjaan mandiri. Oleh
1

karena itu, Penting bagi mahasiswa untuk memiliki regulasi diri yang baik dalam pengerjaan
skripsi, agar mereka dapat mengontrol diri dan usaha mereka dalam mencapai hasil yang

diinginkan dalam mata kuliah ini. Dalam Psikologi pengaturan diri dalam belajar dikenal
dengan istilah self-regulation of learning (Zimmerman, 2002).
Dalam pelaksanaan pengerjaan skripsi, mahasiswa akan menghadapi berbagai situasi
yang dapat memicu munculnya emosi. Pada survey awal yang dilakukan terhadap 70 orang
mahasiswa Universitas Padjadjaran yang sedang mengerjakan skripsi, didapati bahwa emosi
yang paling banyak dirasakan dalam pengerjaan skripsi mereka adalah emosi cemas (71,4%)
dan emosi berharap (70%). Hal ini menunjukkan bahwa pengerjaan skripsi tidak hanya
menimbulkan emosi negatif, namun juga emosi positif.
Emosi yang terkait dengan kegiatan belajar dan berprestasi dikenal dengan istilah
achievement emotions (Pekrun et al., 2002; Pekrun et al., 2007; Pekrun, 2014). Pekrun

mengemukakan bahwa terdapat 9 emosi yang paling sering dirasakan dalam konteks
akademik, yang dibagi kedalam 4 kategori yaitu positive activating emotion (menikmati,
bangga, dan berharap), positive deactivating emotion (lega), negatif activating emotion
(cemas, marah, dan malu), serta negative deactivating emotion (putus asa dan bosan).
Pekrun mengatakan bahwa emosi-emosi yang dirasakan oleh pelajar dapat
mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran, termasuk regulasi diri (Pekrun et al., 2002;
Pekrun et al., 2007; Pekrun, 2014). Menurut Pekrun, emosi yang positif belum tentu selalu
berdampak positif, dan emosi negatif belum tentu selalu berdampak negatif. Dampak dari
masing-masing emosi ini juga mungkin akan berbeda-beda pada setiap orang. Mengacu pada

hal tersebut, maka pada penelitian ini akan diselidiki hubungan antara ke sembilan macam
achievement emotions dengan self-regulation mahahasiswa dalam pengerjaan skripsi untuk

mendapatkan gambaran empirik mengenai hal tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Lazarus (1999, dalam Schutz & Pekrun, 2007) mengatakan bahwa emosi adalah salah
satu cara yang dilakukan manusia untuk mengungkapkan keadaan internalnya berdasarkan
keadaan fisik atau indra sensoris. Emosi yang dirasakan terkait kegiatan belajar dan
berprestasi dapat disebut dengan achievement emotion (Pekrun et al., 2002; Pekrun et al.,
2007; Pekrun, 2014). Pekrun mengajukan 9 macam emosi yang paling sering dirasakan dalam
kegiatan akademik, yaitu berharap, bangga, lega, menikmati, marah, bosan, malu, cemas,
serta putus asa. Kesembilan emosi ini kemudian dapat digolongkan dalam berbagai kategori,

2

yaitu valensi, object focus-nya, maupun berdasarkan activation-nya. Valensi berbicara
mengenai apakah emosi tersebut dirasakan menyenangkan (positif) atau tidak (negatif).
Object focus berbicara apakah emosi tersebut berkaitan dengan kegiatan pembelajaran


(activity focused) atau dengan hasil pembelajaran (outcome focused); dirasakan sebelum
(prospective outcome ), selama (activity outcome ), atau sesudah proses pembelajaran
(retrospective outcome ). Sedangkan activation berbicara apakah emosi tersebut mendorong
(activating) pelajar, atau menghambat (deactivating) pelajar untuk melakukan sesuatu terkait
hal akademik yang sedang ia hadapi. The control theory yang diajukan Pekrun juga melihat
emosi sebagai rangkaian proses psikologis yang saling berhubungan dan memiliki 4
komponen yaitu afektif, kognitif, motivasi, dan fisiologis (Pekrun et al., 2011). Emosi-emosi
yang muncul pada situasi belajar dapat mempengaruhi berbagai fungsi psikologis, termasuk
di dalamnya self-regulation, serta pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi (Pekrun et.al.
2007).
Zimmerman (2002) melihat belajar (learning) sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
secara proaktif oleh pelajar untuk mencapai tujuannya dalam pembelajaran. Sedangkan
regulasi diri (self-regulation) dalam belajar adalah bagaimana seorang pelajar dapat mengatur
pikiran, perasaan, serta tingkah lakunya untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu untuk
kepentingan akademik (Zimmerman, 2002). Self-regulation adalah sebuah proses yang terus
berputar dan saling mempengaruhi (siklik), yang terdiri dari 3 fase, yaitu forethought,
performance, dan self-reflection. Fase pertama (forethought) adalah fase dimana seseorang

menentukan tujuan dan menentukan cara atau langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Fase kedua (performance) adalah fase pelaksanaan dari langkahlangkah yang sudah direncanakan, sedang fase ketiga ( self-reflection) adalah fase dimana

pelajar mengevaluasi proses yang sudah dilakukan, untuk kemudian menentukan apa yang
akan ia lakukan selanjutnya untuk dapat mencapai tujuan awal. Zimmerman (2002)
mengajukan 8 strategi yang dapat menjadi indikator untuk melihat apakah seorang pelajar
sudah menjadi self-regulated learner , yaitu : (1) menentukan tujuan yang spesifik, proksimal,
serta menantang, (2) mengadopsi strategi yang tepat untuk mencapai tujuan, (3) memantau
performa diri secara selektif untuk melihat adanya pengingkatan, (4) menyesuaikan
lingkungan fisik dan sosial dengan keadaan seseorang untuk mencapai tujuannya, (5)
mengelola waktu secara efisien, (6) mengevaluasi metode yang sudah digunakan, (7)
menentukan causal attribution atau menilai penyebab dari hasil yang sudah didapat, serta (8)
mengadaptasi metode yang akan digunakan.
3

Emosi yang muncul selama situasi belajar akan menjaga atensi seseorang terhadap
objek yang berkaitan dengan emosi tersebut (Pekrun, 2014). Ketika emosi yang dirasakan
bervalensi positif, maka seseorang akan dapat lebih fokus terhadap suatu tugas yang ia
kerjakan. Fokus tersebut akan mendorong pelajar untuk membuat tujuan yang ingin dicapai
terkait pembelajarannya, dan juga untuk mengusahakan pencapaian tersebut. Pelajar akan
dapat berpikir lebih fleksibel dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi selama proses
pembelajaran (Pekrun, 2007). Ketika pelajar berhasil menyelesaikan masalahnya, maka
pelajar pun akan semakin merasakan emosi-emosi yang bervalensi positif.

Sedang munculnya emosi yang memiliki valensi negatif, akan mengalihkan fokus
seseorang kepada subjective feeling -nya, terkait bagaimana cara menghilangkan perasaan
yang tidak menyenangkan tersebut (Hascher, 2010). Hal ini membuat pelajar menjadi tidak
fokus terhadap apa yang ingin dicapai pada proses pembelajarannya. Pelajar cenderung tidak
tertarik dan menjauhi tugasnya tersebut karena menimbulkan emosi yang tidak
menyenangkan (Pekrun, 2014). Maka, pelajar menjadi tidak terdorong untuk berlama-lama
dengan tugas pembelajarannya dan akhirnya menggunakan sistem pembelajaran yang kaku
untuk menyelesaikan tugasnya. Semakin pelajar menjauhi tugas tersebut, maka pelajar akan
cenderung merasakan emosi-emosi yang bervalensi negatif.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasional.
Dalam penelitian korelasional tujuan utama penelitian adalah untuk mendeskripsikan dua
derajat hubungan dari variable-variabel yang diteliti (Christensen, 2007). Penelitian ini
melihat hubungan variabel achievement emotion dan self-regulation pada mahasiswa
Universitas Padjadjaran yang sedang mengerjakan skripsi. Responden pada penelitian ini
adalah 443 orang mahasiswa Universitas Padjadjaran yang dijaring dengan menggunakan
teknik cluster proportionate sampling .
Data diperoleh dengan menyebarkan dua buah kuesioner yaitu Kuesioner
Achievement Emotions Dalam Pengerjaan Skripsi yang disusun berdasarkan sembilan jenis

achievement emotion dan Kuesioner Self-regulation Dalam Pengerjaan Skripsi yang disusun

berdasarkan delapan strategi self-regulation. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
korelasi Pearson.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Pengukuran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum emosi positif yang dialami
mahasiswa dalam pengerjaan skripsi lebih tinggi dibanding emosi-emosi negatif. Jika dilihat
berdasarkan persebaran frekuensinya, mayoritas responden merasakan emosi bangga
(62,98%), berharap (64,33%), dan lega (81,94%) dengan intensitas tinggi atau sering
dirasakan, emosi putus asa dirasakan dengan intensitas rendah (49,44%) atau jarang
dirasakan, sedangkan emosi lainnya mayoritas dirasakan dengan intensitas sedang atau biasa
saja. Gambaran lebih rinci mengenai achievement emotion pada mahasiswa Universitas
Padjadjaran yang sedang mengerjakan skripsi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Gambaran Achievement Emotion
Tinggi

33,41 %
62,98 %
64,33 %

Frekuensi
Sedang
61,17 %
35,44 %
34,99 %

Rendah
5,42 %
1,58 %
0,68 %

81,94 %

17,16 %

0,90 %


Cemas
Marah
Malu

23,02 %
7,67 %

56,88 %
46,28 %

20,09 %
46,05 %

5,19 %

59,59 %

Putus Asa
Bosan


5,87 %
12,64 %

44,70 %
66,82 %

Achievement Emotion

Positive
Emotion

Negative
Emotion

Menikmati
Bangga
Berharap
Lega


Rerata
3,39
3,85
3,88
4,12

Std.
Deviasi
0,65
0,66
0,58
0,58

35,21 %

3,06
2,51
2,60

0,84
0,82
0,61

49,44 %
20,54 %

2,37
2,86

0,74
0,68

Pada self-regulation dalam mengerjakan skripsi, penelitian ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden (50,56%) memiliki self-regulation yang tinggi, dengan rata-rata
penggunaan self-regulation 3,65. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa
Universitas Padjadjaran sudah memiliki self-regulation yang baik dalam pengerjaan
skripsinya dan self-regulation tersebut digunakan dengan intensitas yang tinggi. Jika dilihat
berdasarkan sebaran frekuensi, maka didapati bahwa penggunaan strategi yang mayoritas
selalu dilakukan adalah menetapkan tujuan & merencanakan strategi (66,82%), mengatur
lingkungan (60,50%), menilai penyebab (69,75%), serta strategi mengadaptasi metode
(56,88%). Gambaran lebih rinci mengenai self-regulation of learning pada mahasiswa
Universitas Padjadjaran yang sedang mengerjakan skripsi dapat dilihat pada Tabel 2.

5

Tabel 2 Gambaran Self-Regulation of Learning
Frekuensi

Self Regulation of
Learning

Tinggi

Regulasi Diri secara
Keseluruhan
Menetapkan Tujuan &
Merencanakan Strategi
Mengadopsi Strategi
Belajar
Mengecek Performa

Sedang

Rendah

Rerata
3,65

Std.
Deviasi
0,49

50,56 %

48,31 %

1,13 %

66,82 %

29,80 %

3,39 %

3,49

0,79

46,05 %

51,92 %

2,03 %

3,63

0,59

47,18 %

51,24 %

1,58 %

Mengatur Lingkungan
Mengelola Waktu

60,50 %
39,50 %

37,25 %
55,98 %

2,26 %
4,51 %

3,56
3,69

0,58
0,65

Mengevaluasi Diri
Menilai Penyebab

39,28 %
69,75 %

57,11 %
29,57 %

3,61 %
0,68 %

3,39
3,52

0,66
0,64

Mengadaptasi Metode

56,88 %

41,53 %

1,58 %

3,66
3,95

0,61
0,62

Hubungan Achievement Emotion dan Self-Regulation dalam Pengerjaan Skripsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua emosi positif (menikmati, bangga,
berharap, dan lega) memiliki hubungan yang bernilai positif terhadap self-regulation, dengan
nilai korelasi berkisar antara 0,499 hingga 0,590. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
munculnya perasaan menikmati, bangga, berharap, atau lega dalam pengerjaan skripsinya,
maka self-regulation mereka pun akan semakin baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa semua emosi positif memiliki hubungan yang positif dengan ke delapan strategi selfregulation dalam pengerjaan skripsi. Artinya, semakin tinggi munculnya perasaan

menikmati, bangga, berharap, atau lega dalam pengerjaan skripsinya, maka penggunaan
strategi-strategi self-regulation mereka pun akan semakin meningkat.

Tabel 3 Hubungan Achievement Emotion dan Self-Regulation of Learning
Achievement Emotion

Strategi Self-Regulation

SRL

GSP
Positive
Emotion

Negative
Emotion

Menikmati 0,499* 0,326*
Bangga
0,515* 0,412*
Berharap
0,580* 0,409*
Lega
0,564* 0,438*
Cemas
0,024 0,019
Marah
-0,106* -0,123*
Malu
0,002 -0,036

AS

MO

ER

TM

SE

CA

AM

0,455*
0,489*
0,541*
0,526*
-0,064
-0,159*
-0,053

0,478*
0,443*
0,501*
0,468*
-0,044
-0,105*
0,01

0,399*
0,374*
0,434*
0,405*
0,062
-0,057
0,035

0,433*
0,343*
0,439*
0,381*
0,011
-0,094*
-0,018

0,378*
0,427*
0,460*
0,407*
-0,005
-0,023
0,004

0,235*
0,295*
0,335*
0,376*
0,087
-0,073
0,029

0,399*
0,436*
0,477*
0,477*
0,055
-0,013
0,04

Putus Asa

-0,193* -0,139* -0,237* -0,162* -0,114* -0,151* -0,139* -0,138* -0,107*

Bosan

-0,203* -0,166* -0,252* -0,207* -0,147* -0,154* -0,121* -0,112* -0,111*

6

Catatan :
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
SRL : Self-regulation of Learning; GSP: Goal Setting & Strategic Planning; AS : Adopting Strategy; MO :
Monitoring; ER : Environmental Restructuring; TM : Time Management; SE : Self Evaluating; AM : Adapting
Method

Hasil perhitungan korelasi antara emosi positif dengan self-regulation pada penelitian
ini sejalan dengan Control-Value Theory of Achievement Emotion (Pekrun, 2014; Pekrun et
al., 2007) yang mengungkapkan bahwa emosi positif activating (menikmati, bangga, dan
lega) yang dirasakan oleh pelajar akan membuat pelajar memiliki usaha yang baik dalam
mengatur dirinya agar dapat memahami materi. Dalam konteks pengerjaan skripsi, emosiemosi postitif yang muncul mendorong mahasiswa untuk mengatur usahanya dan dapat
memanfaatkan lingkungan (sumber daya yang ada) untuk dapat membantunya dalam
mencapai tujuan belajarnya, yaitu memahami materi pembelajaran.
Dalam proses pengerjaan skripsi, ketika mahasiswa mengalami emosi-emosi positif
baik emosi positif activating (menikmati, bangga, dan berharap) maupun positif deactivating
(lega), maka hal tersebut akan mendorong mahasiswa dapat menentukan tujuan dan
merencanakan sendiri strategi-strategi yang sesuai untuk mencapai tujuannya dalam
pengerjaan skripsi tersebut. Dalam pelaksanaan pengerjaan skripsi, emosi-emosi positif
tersebut akan mendorong mahasiswa untuk memilih dan menggunakan strategi belajar yang
tepat dan sesuai dengan dirinya untuk mencapai tujuan, mengatur lingkungan untuk
mendukung proses pengerjaan skripsinya, dan mengelola penggunaan waktu yang ia miliki
dengan baik, serta memantau usaha yang dilakukan dan hasil pengerjaan skripsi. Setelah
selesai melakukan aktivitas pengerjaan skripsi, emosi-emosi positif yang dialami mahasiswa
mendorongnya melakukan evaluasi dan mengadaptasi metode pengerjaan skripsi agar dapat
mencapai tujuan yang ia inginkan dalam pengerjaan skripsinya yang akan dilakukan di waktu
berikutnya.
Pada emosi negatif deactivating (putus asa dan bosan), penelitian ini menunjukkan
bahwa emosi-emosi tersebut memiliki hubungan yang negatif dengan self-regulation dan
keseluruhan strategi self-regulation mahasiswa dalam mengerjakan skripsi. Hal ini sejalan
dengan pandangan Pekrun dalam Control-Value Theory of Achievement Emotion yang
menyatakan bahwa emosi negatif deactivating membuat pelajar cenderung tidak tertarik
dengan materi yang sedang ia pelajari atau tidak termotivasi menyelesaikan tugas yang ia
kerjakan, karena akan menimbulkan emosi yang tidak menyenangkan (Pekrun, 2014). Dalam

7

konteks pengerjaan skripsi, jenis emosi ini membuat mahasiswa melemahkan upaya untuk
menerapkan strategi-strategi baik dalam melakukan penetapan tujuan dan perencanaan,
pengendalian diri dalam usaha pengerjaan skripsi yang dilakukan serta evaluasi hasil
pengerjaan skripsi. dan pemantauan usaha maupun dalam ketiga fase pada siklus selfregulation. Emosi negatif juga membuat pelajar cenderung tidak berpikir secara fleksibel

(Pekrun et al., 2007; Pekrun, 2014), sehingga ketika menghadapi masalah dalam pengerjaan
skripsinya, mahasiswa cenderung tidak mencari cara atau strategi lain untuk menyelesaikan
masalahnya. Dengan demikian secara umum bahwa emosi negatif deactivating (putus asa dan
bosan) yang muncul dalam pengerjaan skripsi akan membuat self-regulation mahasiswa
menjadi menurun.
Pada emosi negative activating (cemas, marah, dan malu) penelitian ini menunjukkan
bahwa hasil yang bervariasi mengenai hubungan antara emosi-emosi tersebut dengan selfregulation mahasiswa dalam mengerjakan skripsi. Dua emosi negatif activating (cemas dan

malu) pada penelitian ini tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan self-regulation.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan self-regulation mahasiswa dalam mengerjakan skripsi
tidak memiliki kaitan dengan perubahan yang terjadi pada kedua emosi tersebut. Pada
sebagian mahasiswa, munculnya perasaan cemas dan malu dalam mengerjakan skripsi akan
mendorong mahasiswa untuk mengatur dirinya dalam upaya pencapaian tujuan pengerjaan
skripsi. Akan tetapi untuk sebagian mahasiswa lainnya, munculnya perasaan cemas dan malu
dalam mengerjakan skripsi akan melemahkan usahanya untuk mengatur dirinya dalam upaya
pencapaian tujuan pengerjaan skripsi. Sebagai contoh, ketika muncul perasaan cemas atau
malu dalam pengerjaan skripsi, ada mahasiswa yang berusaha untuk mengatur dirinya untuk
tetap mengerjakan skripsi, namun ada pula mahasiswa yang melakukan hal sebaliknya yaitu
menghindari aktivitas pengerjaan skripsi.
Berbeda dengan kedua emosi negative activating lainnya, perasaan marah memiliki
hubungan yang positif dengan self-regulation mahasiswa dalam pengerjaan skripsi. Akan
tetapi, jika dicermati pada penggunaan strategi self-regulation secara lebih spesifik maka
perasaan marah hanya memiliki hubungan yang negatif terhadap empat penggunaan strategi
saja, yaitu goal setting & planning (menetapkan tujuan & merencanakan strategi), adopting
learning strategy (mengadopsi strategi belajar), monitoring (memantau performa belajar),

dan time management (mengelola waktu). Hal ini menunjukkan bahwa ketika mahasiswa
sedang merasa marah, maka self-regulation-nya akan menurun dan cenderung menggunakan
external regulation, yaitu pengaturan yang berasal dari orang lain. Mahasiswa tidak akan

8

menentukan sendiri tujuan atau target yang ingin dicapai, dan bisa jadi ia hanya akan
menggunakan target orang lain atau target yang orang lain inginkan atas dirinya, misalnya
orang tua atau dosen pembimbing. Target yang tidak ia tentukan sendiri dapat membuatnya
tidak merasa tertantang untuk mencapainya, dan juga tidak ada dorongan dari dalam diri
untuk mencapai target tersebut. Selanjutnya pada pelaksanaannya, jenis emosi negatif
activating membuat mahasiswa juga cenderung menggunakan strategi belajar yang kaku

(Isen, 2000 dalam Pekrun et al., 2007). Mahasiswa tidak berusaha mencari tahu dan
mengeksplor lebih dalam mengenai materi yang sedang ia pelajari. Jenis emosi ini juga akan
membuat mahasiswa tidak memantau kemajuan pengerjaan skripsinya, dan juga menurunkan
kemampuan mengelola waktu yang dimiliki. Meskipun begitu, emosi marah tidak
mengganggu kontrol mahasiswa terhadap lingkungan sekitarnya, penggunaan evaluasi
terhadap diri, penilaian penyebab, serta dalam hal mengadaptasi metode yang tepat dalam
belajar.

SIMPULAN DAN SARAN
Kehadiran emosi-emosi positif yang dirasakan mahasiswa dalam pengerjaan skripsi,
yaitu menikmati, bangga, berharap, dan lega akan meningkatkan self-regulation mahasiswa
dalam pengerjaan skripsi. Di sisi lain, kehadiran emosi-emosi negatif yang dirasakan
mahasiswa dalam pengerjaan skripsi memiliki hubungan yang bervariasi dengan selfregulation dalam pengerjaan skripsi. dalam hal ini perasaan bosan, putus asa, serta marah

akan melemahkan self-regulation mahasiswa dalam pengerjaan skripsi, sementara perasaan
malu dan cemas tidak memiliki keterkaitan dengan self-regulation mahasiswa dalam
pengerjaan skripsi.
Merujuk pada hasil penelitian ini maka disarankan untuk menciptakan iklim yang
mendorong munculnya emosi-emosi positif dalam pengerjaan skripsi sehingga akan
meningkatkan penggunaan self-regulation para mahasiswa dalam pengerjaan skipsinya. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
-

mahasiswa hendaknya memilih topik penelitian yang sesuai dengan minatnya;

-

mahasiswa menetapkan target-target pengerjaan skripsi yang tidak terlalu tinggi
ataupun terlalu rendah namun menantang sesuai dengan kemampuannya, serta
membuat langkah-langkah yang jelas agar dapat mencapai target-target tersebut;

-

mengembangkan interaksi yang terbuka dan dua arah antara pembimbing dan
mahasiswa;
9

-

mendorong mahasiswa untuk membentuk kelompok-kelompok kerja, misalnya
berdasarkan topik penelitian yang relatif sama agar tercipta support group; serta

-

memberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung bagi pengerjaan skripsi seperti tempat
pengerjaan skripsi yang nyaman, sumber referensi yang lengkap dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Christensen, Larry B. 2007. Experimental Methodology Tenth Edition. Boston : Pearson
Education Inc.
Hascher, T. 2010. Learning and Emotion : perspectives for theory and research. European
Educational Research Journal, Volume 9 Number 1.
Pekrun, R., Goetz, T., Frenzel, C., Barchfeld, P., & Perry, R. P. 2011. Measuring emotions in
students’ learning and performance : The Achievement Emotions Questionnaire (AEQ).
Contemporary Educational Psychology; 36
Pekrun, R. 2014. Emotions and Learning. International Academy of Education. Australia :
International Bureau of Education.
Pekrun, R., Frenzel, A.C., Goetz, T., & Perry, R.P. 2007. The Control-Value Theory of
Achievement Emotions : An Integrative Approach to Emotions in Education. Emotion in
education, 13-36.
Pekrun, R., Goetz, T., Titz, W., & Perry R.P. 2002. Positive Emotions In Education. Oxford :
Oxford University Press, 149-173.
Schutz, P.A., & Pekrun, R. 2007. Emotion in Education. London : Academic Press
Zimmerman, B.J. 2002. Becoming a Self-Regulated Learner : An Overview. Theory into
practice, vol 41, number 2. College of Education, The Ohio State University.

10