PENGARUH METODE STORYTELLING DENGAN MEDIA PANGGUNG BONEKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA ANAK USIA DINI :Studi Eksperimen Quasi di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
KATA MUTIARA
ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ix
DAFTAR BAGAN.. ........................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
9
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
10
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
10
E. Hipotesis Penelitian ...................................................................
12
F. Definisi Operasional ..................................................................
12
G. Metode Penelitian ......................................................................
15
H. Lokasi dan Subjek Penelitian ....................................................
17
v
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Metode storytelling dengan Media
Panggung Boneka ......................................................................
18
B. Media Panggung Boneka ...........................................................
43
C. Menyimak dan Berbicara ..........................................................
54
D. Hubungan Menyimak dengan Kemampuan
Berbahasa Lainnya ....................................................................
66
E. Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini ....................................
67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ......................................................................
81
B. Alur Penelitian ...........................................................................
82
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ....................................................
86
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
86
E. Proses Perlakuan ........................................................................
88
F. Instrumen Penelitian ..................................................................
90
G. Pengujian Instrumen Penelitian .................................................
93
H. Teknik Analisis Data .................................................................
95
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Hasil Penelitian ..........................................................................
99
B. Hasil Pembahasan ......................................................................
134
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ....................................................................................
144
B. Rekomendasi .............................................................................
146
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
147
vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Menyimak ......
150
3.2
Pedoman Observasi Kemampuan Menyimak .......................
151
3.4
Pedoman Observasi KemampuanBerbicara ..........................
152
3.5
Satuan Kegiatan Mingguan ...................................................
154
3.6
Satuan kegiatan Harian .........................................................
156
3.7
Skenario Cerita ......................................................................
166
3.8
Proses Metode Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran Storytelling Dengan Media Panggung
Boneka ...................................................................................
189
Reability Menyimak ..............................................................
192
3.10 Reability Berbicara ................................................................
193
3.9
4.1
Uji Normalitas Data Homogenitas dan Uji Beda Dua
Rerata ....................................................................................
194
4.2
Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Kontrol Pretes ............
250
4.3
Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Kontrol Posttes ...........
251
4.4
Hasil Perhitungan (N Gain) Setiap Aspek Kemampuan
Menyimak Pada Pretes dan Posttes Kelas Kontrol ...............
4.5
252
Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan
Menyimak Pada Pretes dan Posttes Kelas Kontrol ...............
253
4.6
Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Eksperimen Pretes ......
254
4.7
Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Eksperimen Posttes ....
255
4.8
Hasil Perhitungan Ngain Setiap Aspek Kemampuan
Menyimak Pretes-Posttes Kelas Eksperimen .......................
4.9
256
Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan
Menyimak Pretes-Posttes Kelas Eksperimen .......................
257
4.10 N Gain Pretes-Posttes Kemampuan Menyimak Kelas
Kontrol dan Eksperimen .......................................................
258
4.11 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol Pretes ..............
259
412 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol Posttes .............
260
vii
4.13 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Aspek Kemampuan
Berbicara Kelas Kontrol Pretes-Posttes ................................
261
4.14 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan
Berbicara Kelas Kontrol Pretes-Posttes ................................
262
4.15 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen Pretes .......
263
4.16 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen Posttes ......
264
4.17 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Aspek Kemampuan
Berbicara Kelas Eksperimen .................................................
265
4.18 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan
Berbicara Kelas Eksperimen Pretes-Posttes .........................
266
4.19 N Gain Pretes dan Posttes Kemampuan Berbicara Kelas
Kontol dan Eksperimen .........................................................
267
4.20 Dokumen Kegiatan Pembelajaran Metode Storytelling
Dengan Media Panggung Boneka .........................................
268
4.21 Keputusan Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia Tentang Pengangkatan Pembimbing
Penulisan tesis Program Magister S2 ....................................
269
4.22 Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan Penelitian ..
270
4.23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari TK
Negeri Pembina Kabupaten Majalengka ...............................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
271
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai salah satu bagian terpenting dalam proses pembangunan
nasional merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai suatu investasi dalam pengembangan
sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan
merupakan
suatu
sistem
yang
teratur
dalam
rangka
mengembangkan misi yang cukup luas, yaitu segala sesuatu yang berhubungan
dengan pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, pikiran, kesehatan, keterampilan
sampai
kepada
kepercayaan
atau
kenyakinan.
Dalam
konteks
pendidikan
dikembangkan melalui pendidikan humanistik dialektis antara individu dengan
lingkungan. Sistem pendidikan yang dianut bukan lagi suatu upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa, melainkan suatu upaya pembuatan kesadaran yang disengaja dan
terencana yang menuntut proses perubahan dan perkembangan.
1
2
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada koordinasi motorik halus
dan kasar, kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku beragama), bahasa dan komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh Anak Usia
Dini.
Usia dini merupakan masa kritis yang keberhasilannya sangat menentukan
kualitas anak pada dimasa dewasanya. Kebutuhan tumbuh kembang anak yang
mencakup gizi, kesehatan dan pendidikan harus merupakan suatu kesatuan intervensi
yang utuh. Bila anak ditelantarkan, seperti kurang asupan gizi, perlindungan
kesehatan dan rangsangan pendidikan, maka perkembangan kecerdasannya tidak akan
optimal.
Pendidikan Anak Usia Dini pada dasarnya merupakan kegiatan bermain sambil
belajar, karena pada masa ini anak sangat membutuhkan keleluasaan untuk bermain
dan mengembangkan fungsi psikologis yang berkaitan dengan permainannya.
Peluang anak dalam melibatkan diri diberbagai kegiatan bermain dinikmatinya
sebagai suasana yang menyenangkan.
Kegiatan bermain dilakukan di lingkungannya dengan menggunakan sarana,
alat permainan edukatif, dan memanfaatkan sumber belajar. Kegiatan bermain juga
harus menyenangkan, sehingga akan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik
pengalaman dengan dunianya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Oleh
karena itu, pendidikan anak usia dini, khususnya TK, perlu menyediakan beragam
kegiatan dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi aspek
3
moral dan nilai agama, seni, kognitif, bahasa, sosial, emosi, kemandirian, dan fisik
motorik.
Bahasa perlu disajikan dengan mempertimbangkan karakteristik anak. Bahasa
sangat vital karena merupakan alat komunikasi verbal utama dalam keseharian.
Dalam buku yang berjudul Teknik Menulis Cerita Anak yang diterbitkan oleh tiga
penerbit sekaligus penerbit Pusbuk, Pink Books dari Taman Melati Jogyakarta pernah
ditulis bahwa “Bahasa memiliki kekuatan yang sangat mengikat dan mempengaruhi
perkembangan hidup manusia dari sejak lahir sampai meninggal dunia” (Sabrur R
Soenardi, 2003).
Bahasa untuk anak usia dini berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi
dengan lingkungan, mengembangkan kemampuan intelektual, mengembangkan
ekspresi anak dan menyatakan perasaan buah pikiran kepada orang lain.
Bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan, ide, gagasan dan
dapat membantu memecahkan masalah untuk memposisikan dirinya sebagai mahluk
Tuhan seperti dikemukakan oleh Suhartono (2005:12) bahwa:
Bahasa sebagai alat komunikasi dan merupakan sarana utama untuk berfikir
serta bernalar. Manusia berfikir dengan menggunakan otak dan mengolah
pikirannya tersebut melalui bahasa. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan
hasil pemikiran atau penalaran, sikap, serta perasaannya. Ia dapat bergaul dan
berkomunikasi, mencari informasi, serta mengendalikan pikiran, sikap dan
perbuatan sesamanya dengan menggunakan bahasa.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan alat
komunikasi yang sangat penting untuk menyatakan pikiran, perasaan keinginannya
untuk mencari informasi dan ilmu pengetahuan. Bahasa sangat mempengaruhi
perkembangan hidup manusia dari sejak lahir sampai meninggal dunia. Tarigan
(1994:6) mengutip hasil penelitian Berd, bahwa perkembangan bahasa di Stepene
4
College Cirl sebagai berikut: menyimak 42%, berbicara 25%, membaca 15% dan
menulis 18%. Rankin dalam penelitiannya tentang perkembangan bahasa, menyimak
42%, berbicara 32%, membaca 15% dan menulis 11%. (Tarigan, 1994:7)
Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menyimak
dan kemampuan berbicara lebih besar dari kemampuan membaca dan menulis.
Kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang
harus dikembangkan pada anak usia dini. Kemampuan menyimak dan kemampuan
berbicara merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki anak. Tanpa menyimak
akan banyak mengalami hambatan dalam kemampuan berbicara seperti yang.
dikemukakan oleh Tarigan (2008:3) bahwa “Keterampilan menyimak berarti pula
membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.”
Permasalahan yang sering ditemui dalam perkembangan bahasa di Taman
Kanak-kanak yaitu kesukaran menerima bahasa yang dibicarakan dikarenakan
bermacam-macam bahasa yang diterima anak, baik dilingkungan keluarga,
masyarakat atau pun disekolah. Anak sulit memahami bicara orang lain karena ia
bilingual yaitu anak yang menggunakan dua bahasa secara bersamaan di usia Taman
Kanak-kanak. Bilingualisme merupakan hambatan untuk belajar berbicara secara
benar seperti yang dikutip dari buku perkembangan anak seri Ayah Bunda dari
redaksi Ayah Bunda (1998:80) “Bilingualisme merupakan hambatan untuk belajar
berbicara secara benar.”
Berdasarkan pendapat Tarigan (2008:15) menyatakan bahwa “Berbicara adalah
kemampuan
mengucapkan
bunyi-bunyi
artikulasi
atau
kata-kata
untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.”
5
Tetapi pada kenyataanya anak mengalami kesulitan untuk mengucapkan bunyi
artikulasi serta menyampaikan buah pikiran dan perasaan, dikarenakan metode dan
media pembelajaran yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak kurang menarik.
Berdasarkan permasalahan dilapangan, anak usia Taman Kanak-kanak juga
berhadapan dengan sejumlah masalah pada aspek bahasa. Anak kurang mampu untuk
mengungkapkan pesan yang disampaikan guru dikarenakan metode dan media
pembelajaran yang kurang menarik, seperti yang dikemukakan para peneliti Suparno,
dkk. (1997:15:83). “Ada sejumlah kesulitan yang dihadapi anak-anak merasa malu
berkomunikasi belum berani menyimpulkan ide gagasan secara spontan.”
Beberapa hasil studi yang dilakukan mengenai kemampuan anak dalam
memahami isi komunikasi hasil tersebut menegaskan bahwa “Anak-anak yang tidak
mendengar tetapi tidak mengarah perhatian terhadap isi pesan yang tidak jelas, anak
tidak mampu mengungkapkan pesan yang tidak dipahaminya” (Iman Musbikin,
210:151), dari buku Pintar Paud dalam perspektif Islam. Dalam kemampuan
berbicara, anak dihadapkan pada permasalahan yang rumit gangguan bicara yang
diderita pada anak, akan menimbulkan perasaan minder, anak takut untuk berbicara
seperti yang dikemukakan oleh Suhartono, (2005:25) bahwa :
Gangguan bicara pada anak merupakan suatu persoalan yang rumit, baik bagi si
anak atau orang tua, gangguan bicara yang diderita pada anak akal menjadi beban
mental berdasarkan dari mereka, misal timbul perasaan minder atau pun anak
dikucilkan oleh teman-temannya.
Kemampuan menyimak merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki
anak, tanpa kemampuan ini anak akan banyak mengalami hambatan dalam
kemampuan bahasanya. Sebagai contoh anak usia SD yang mengalami kemampuan
membaca dan memahami bacaan, karena ia kurang mendapatkan stimulasi pada
6
pengembangan aspek menyimak pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Anak
kesulitan mengartikan kata yang ia baca, karena ia tidak bisa menyimak, memahami
isi bacaan. Menurut laporan TIM IEA keterampilan membaca siswa kelas IV SD di
Indonesia berada pada peringkat rendah, rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD
adalah sebagai berikut 75 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6
(Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai
30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal
berbentuk uraian yang memerlukan penalaran (Wasliman, 2007:22). Berdasarkan
pengamatan dilapangan, anak usia dini kadang memang tidak memahami pesan-pesan
kebahasaan yang disampaikan guru sehingga tidak mampu untuk mengungkapkan
pesan.
Kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara di Taman Kanak-kanak
perlu metode yang menarik dan menyenangkan serta sesuai dengan perkembangan
anak. Metode yang sesuai dan tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
menyimak dan berbicara adalah metode storytelling. Menurut Muh Nur Mustakim,
dalam Loban (1972:521) bahwa “Storytelling dapat menjadi suatu motivasi untuk
mengembangkan daya kesadaran, memperluas imajinasi anak, orang tua atau
menggiatkan kegiatan storytelling pada berbagai kesempatan.” Suparno, dkk., Joan
Brewer (2007:256) merekomendasikan bahwa untuk pengembangan kemampuan
menyimak dan berbicara perlu disediakan aktifitas storytelling menurutnya aktivitas
ini memberikan keuntungan karena anak-anak akan menjadi penyimak dan pembicara
aktif.
7
Syekh Muhammad Al-Hazzaa dalam bukunya di Saaliibun Nabiiyi Shalallahu
Alaibi Wassallam Fitta’lim pernah menulis tentang apa yang pernah dilakukan oleh
Rosullulloh Saw. Ketika mengajar Rosullulloh Saw, seringkali menyampaikan dalam
bingkai cerita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kaum-kaum terdahulu. Beliau
menggunakan metode ini karena cerita yang disampaikan mampu meninggalkan
bekas yang sangat dalam pada jiwa peserta didik (Iman Musbikin, 2010:276).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa storytelling merupakan metode
yang tepat untuk peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara. Diperkuat juga
dari pendapat Enny Zubaedah dari jurnal Ilmiah Anak usia Dini (2006) bahwa dengan
mendongeng anak memperoleh kesenangan dan mengembangkan bahasa, kognitif,
kepribadian dan keterampilan sosial.
Kemampuan menyimak dan berbicara perlu ditunjang dengan media yang
menarik, karena media pembelajaran merupakan salah satu diharapkan efektif
menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat konvensional.
Salah satu media yang efekif untuk anak-anak yaitu media panggung boneka. Seperti
yang diungkapkan oleh Meuthia (2004:11-12) bahwa “Media panggung boneka dapat
mengembangkan komunikasi beberapa arah, sehingga dapat mengaktifkan kognitif
dan panca indra.” dari Jurnal Pendidikan Dasar.
Menurut Saud (2008:198) “Pemanfaatan teknologi informasi baik sebagai
sumber belajar maupun media pembelajaran merupakan salah satu cara diharapkan
efektif menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat
konvensional.”
8
Berkaitan dengan media pembelajaran menurut Wina Sanjaya, (2006:160)
mengemukakan bahwa “Dengan menggunakan media komunikasi bukan saja dapat
mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga membuat
proses pembelajaran lebih menarik.” Salah satu pembelajaran yang menarik dalam
pembelajaran di Taman Kanak-Kanak adalah dengan menggunakan media panggung
boneka seperti yang dikatakan oleh Moesliehatun bahwa media panggung boneka
dapat dilaksanakan di Taman Kanak-kanak dan sekolah dasar kela rendah.
Berdasarkan uraian di atas media pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara di Taman Kanak-kanak adalah
media panggung boneka karena media panggung boneka, lebih menarik dan sesuai
dengan usia Taman Kanak-kanak. Berdasarkan pedoman spesifikasi alat bermain di
Taman Kanak-kanak bahwa media panggung boneka merupakan salah satu media
yang digunakan di Taman kanak kanak (Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dari Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Tahun
2010).
Lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia saat ini belum merata memiliki
sarana dan prasarana yang memadai. Rendahnya tingkat ketersediaan sarana dan
prasarana ini, menurut Sa’ud (2007:35), satu dari banyak problem pendidikan di
negeri ini. Kadang kenyataan di lapangan media yang dimiliki lembaga pendidikan
anak usia dini cukup memadai tetapi tidak memberikan stimulasi, dikarenakan
masih banyak guru di lapangan enggan untuk menggunakan media dengan dalih
malas untuk membereskannya kembali. Anak-anak dibiarkan bermain seadanya,
Masalah tersebut muncul sebagai salah satu akibat kurang tersosialisasikannya
9
penelitian mengenai pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka
terhadap peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara. Berangkat dari
pentingnya metode dan penggunaan media, peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian bagaimana pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka
terhadap peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini. Penelitian
ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan lokasi pada TKN Pembina
Kabupaten Majalengka.
Ditinjau dari permasalahan yang terjadi maka peneliti mengadakan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Metode Storytelling dengan Media Panggung Boneka
terhadap Peningkatan Kemampuan Menyimak dan Berbicara Anak Usia Dini”
(Studi Eksperimen Quasi Di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka).
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pembelajaran metode storytelling dengan media panggung
boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara Anak Usia
Dini di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan menyimak
antara anak usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling
dengan
media
panggung
boneka
dibandingkan
dengan
menggunakan
pembelajaran konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka?
10
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan berbicara
antara anak usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling
dengan
media
panggung
boneka
dibandingkan
dengan
menggunakan
pembelajaran konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, secara khusus tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran metode storytelling dengan media
panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara
anak usia dini di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.
2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan menyimak antara anak
usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media
panggung
boneka
dibandingkan
dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.
3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berbicara antara anak usia
dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media
panggung
boneka
dibandingkan
dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:
11
a. Memberikan pembuktian terhadap teori metode storytelling dengan media
panggung boneka untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara.
b. Memberikan penerapan dan pengembangan konsep-konsep metode storytelling
dengan media panggung boneka dalam peningkatan kemampuan menyimak dan
berbicara pada anak usia dini.
c. Memberikan sumbangan pemikiran untuk mendukung hasil-hasil penelitian orang
lain tentang objek dan kondisi yang berbeda.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Digunakan sebagai bahan masukan bagi para guru TK Negeri Pembina Kabupaten
Majalengka pada khususnya, dan Guru TK lain pada umumnya untuk memilih
dan mengunakan metode storytelling dengan media panggung boneka sebagai
upaya meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara pada anak usia dini.
b. Digunakan sebagai bahan masukan pengelola TK Negeri Pembina Kabupaten
Majalengka pada khususnya, dan TK lain pada umumnya dalam rangka
pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran.
c. Digunakan sebagai bahan masukan bagi para perencana pendidikan dan program
pendidikan usia dini untuk mengembangkan penerapan metode storytelling dengan
media panggung boneka yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan
berbicara anak usia dini.
12
E. Hipotesis
Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenaranya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang
kita cari atau yang kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara
sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal
dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah
keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks (Moh.
Nazir, 2003:151).
Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan menyimak antara
anak yang belajar dengan metode storytelling dengan media panggung boneka
dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan berbicara antara
anak yang belajar dengan metode storytelling dengan media panggung boneka
dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional
F. Definisi operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda secara
operasional peneliti mendefinisikan variabel penelitian sebagai berikut:
1. Metode Storytelling dengan media panggung boneka
Metode Storytelling dengan media panggung boneka dengan beberapa buah
boneka dan panggung dalam pelaksanaannya, percakapan dilakukan antar boneka
yang sedang memerankan tokoh tertentu dan biasanya menggunakan panggung serta
13
ada prolog atau pendahuluan dan pengiring, sementara anak-anak menyimak jalan
ceritanya (Suharsiwi, 2001:36). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
Metode storytelling dengan media panggung boneka adalah kegiatan guru dan anak
didik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan menceritakan kisah yang dilakukan
oleh pencerita kepada pendengar dengan menggunakan boneka dan panggung boneka
sebagai media.
Adapun beberapa indikator yang diharapkan muncul dari pengaruh metode
storytelling dengan media panggung boneka adalah :
a. Melatih perhatian anak
b. Melatih daya konsentrasi
c. Membantu perkembangan fantasi
d. Menciptakan suasana menyenangkan dikelas (Suharsiwi, 2001:35)
Media panggung boneka adalah panggung boneka yang cukup besar terbuat
dari kayu dan triplek dicat berwarna warni, ditambah kain untuk tirai panggung.
Ukuran panggung : tinggi 150 cm, lebar 100 cm, ukuran lubang panggung 40 cm x 60
cm. boneka tangan yang berbentuk manusia atau hewan terbuat dari kayu, akrilik atau
kain. Baju dan tangan boneka terbuat dari kain, ukuran sesuai kebutuhan atau sesuai
proporsi orang atau binatang, warna baju yang menarik.
Cara menggunakan media panggung boneka adalah: Guru menyiapkan boneka
dan panggung boneka; untuk menjelaskan jalannya suatu cerita, serta untuk
menciptakan suasana cerita itu di dalam prolog dan pengiring dengan nada dan suara
yang berlainan sewaktu melakukan dialog; pemunculan boneka harus disamping kiri
atau kanan.
14
2. Kemampuan menyimak
Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian
serta apresiasi (Russel & Russell, 1959, Tarigan, 2008:30). Menurut Tarigan
(2008:31) menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta menyatakan untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Kemampuan menyimak merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati
lingkungan sekitarnya dan mendengar orang lain dengan indera pendengaran.
Kemampuan ini terkait dengan kesanggupan anak dalam menangkap isi pesan secara
benar dari orang lain (Nurbiana, 2007:3.17).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Menyimak adalah suatu
proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi non bahasa dan bunyi bahasa dengan
penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta interpretasi, dengan menggunakan
aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang diperdengarkan untuk memperoleh
informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut.
Adapun beberapa indikator dari kegiatan ini, adalah (a) Menunjukkan
ekspresi, antusias dan konsentrasi ketika menyimak, (b) Meniru kembali 3-5 urutan
kata, (c) Menirukan dan membedakan suara binatang dan alam, (d) Melakukan 3-5
perintah secara berurutan, (e) Mengulang kalimat yang telah di dengarnya.
3. Kemampuan Berbicara
Menurut Grenne & Petty (1971) dalam Tarigan (1986:4) keterampilan
berbicara adalah kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan sebagai media dalam
15
menyampaikan suatu ide, gagasan atau pendapat serta pemikirannya kepada orang
lain untuk berbagai kepentingan. Menurut Arsjad dan Mukti (1998:23) keterampilan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan katakata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat dipahami oleh orang lain.
Berbicara anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang lain yang ada
dan mendengar disekitarnya. (Suhartono, 2005:12).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara
adalah kemampuan bunyi-bunyi bahasa dan non bahasa dalam berkomunikasi secara
lisan sebagai media dalam menyampaikan suatu ide gagasan atau pendapat serta
pemikirannya kepada orang lain untuk berbagai kepentingan.
Adapun indikator dari kegiatan ini adalah meliputi (a) Menjawab pertanyaan
apa, siapa, dimana, mengapa dan berapa, (b) Melanjutkan cerita yang telah di dengar
sebelumnya, (c) Menceritakan kembali secara urut, (d) Melakukan percakapan atau
komunikasi dengan teman sebaya, (e) Berbicara lancar dengan menggunakan kalimat
yang terdiri dari 5-6 kalimat.
G. Metode Penelitian
Masalah sentral yang ingin peneliti pecahkan dalam penelitian ini adalah
pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka terhadap peningkatan
kemampuan menyimak dan berbicara pada anak Taman Kanak-Kanak. Untuk
memecahkan masalah tersebut metode yang digunakan adalah metode eksperimen
16
semu (kuasi eksperimen) dengan desain non-equivalent control group. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak dan
berbicara anak usia dini di Taman Kanak-kanak serta aktivitas guru dan anak selama
pembelajaran dengan menggunakan metode storytelling dengan media panggung
boneka untuk peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara.
Data penelitian diperoleh dari tes awal dan tes akhir anak kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol yang dilakukan guru, sebagai aktivitas guru
dan anak selama pembelajaran dengan metode storytelling dengan media panggung
boneka. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi.
Desain penelitian ini menggunakan desain non-equivalent control group.
Bagan untuk desain ini adalah sebagai berikut. (Millan dan Schumacher, 2007:467)
TABEL 1.1
DESIGN NONEQUIVALENT CONTROL GROUPS PRETEST POSTEST
Kelompok
Pretes
Perlakuan
Postes
A
01
X1
02
B
03
X2
04
Waktu
17
H. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian adalah di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka yang
beralamat Jl. Raya Sukahaji-Maja Desa Cikalong Kecamatan Sukahaji dengan
akreditasi A.
Sampel dari penelitian ini adalah sebanyak satu kelas dengan jumlah 30 anak
diambil dari kelompok B1. adapun pembagian sampel sebagai berikut Kelompok B1
Mawar sebanyak 15 anak dalam pembelajarannya dengan metode storytelling
menggunakan media panggung boneka, sebagai kelas eksperiment. Sedangkan
kelompok B1 Anggrek sebanyak 15 anak diberi pembelajaran konvensional dengan
membacakan cerita sebagai kelas kontrol.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.
Metode kuasi eksperimen digunakan untuk mengetahui perbandingan atau pebedaan
kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak usia dini yang menerapkan
metode storytelling dengan media panggung boneka dengan membacakan buku cerita
atau pembelajaran konvensional.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini jenis Quasiexsperimental designs, disini peneliti tidak menggunakan random assignment
(membagi sampel secara acak) dalam penarikan sampelnya, tetapi menggunakan
kelompok atau kelas yang sudah tersedia atau terbentuk sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok control (Furqon dan Emilia E. 2010:20). Sebelum diberi
perlakuan, masing-masing kelompok diberi pretest dengan maksud untuk mengetahui
homogenitas dan normalitas, kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan
metode storytelling dengan media panggung boneka sementara kelompok kontrol
diberi perlakuan membacakan cerita, pada akhirnya dua kelompok tersebut diberikan
postest untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa.
Desain kuasi eksperimen dilukiskan pada tabel di bawah ini :
TABEL 3.1
DESIGN NONEQUIVALENT PRETEST-POSTTEST CONTROL DESIGN
Group
A
B
Pretest
O1
O3
Treatment
X1
X2
(Schumacher, 2001:333)
81
Postest
O2
O4
82
Keterangan :
A
: Kelas eksperimen yang mendapat perlakuan
B
: Kelas Kontrol mendapat perlakuan konvensional
O1
: Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen
O2
: Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas kontrol
O3
: Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas kontrol
O4
: Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas kontrol
X1
: Metode storytelling dengan media panggung boneka
X2
: Metode pembelajaran konvensional
B. Alur Penelitian
Dengan membandingkan hasil observasi antara tes awal dengan tes akhir akan
diketahui seberapa besar perubahannya sebagai indikator keefektifan perlakuan
(Arikunto, 1988:86). Adapun langkah-langkah desain atau alur penelitian sebagai
berikut :
83
Alur penelitian yang digunakan ditunjukkan pada bagan 3.1
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Metode Storytelling dengan media panggung boneka untuk peningkatan
kemampuan menyimak dan berbicara
Penyusunan instrument
1. Pedoman observasi kemampuan
menyimak
2. Pedoman observasi kemampuan
berbicara
Melatih guru TK Negeri Pembina
1. Menyiapkan anak didik kelompok B
2. Konsep metode Storytelling dengan
media panggung boneka
3. Penyusunan perangkat pembelajaran
RKM dan RKH
Uji coba, validasi
Kelompok kontrol
Pre-test
Pembelajaran tanpa
metode Storytelling dgn
media panggung boneka
atau membacakan cerita
Pos-test
Pengolahan
Dan analisis
data
Pembahasan
Kesimpulan
BAGAN 3.1 ALUR PENELITIAN
Kelompok eksperimen
metode
Storytelling
dengan
media panggung boneka
Penerapan
84
Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Dengan studi literature mengenai pembelajaran dengan menerapkan metode
storytelling dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan
menyimak dan berbicara anak usia dini, sekaligus mengidentifikasi permasalahan
dilapangan, agar dapat mengetahui apa yang terjadi dilapangan sehingga peneliti
dapat menerapkan penelitian yang tepat sasaran untuk mengatasi permasalahan
dilapangan. Kemudian menentukan tempat dan lokasi penelitian melakukan uji coba
instrumen di TK Negeri Pembina Kecamatan Cigasong. Melatih guru TK Negeri
Pembina tentang konsep metode storytelling dengan media panggung boneka untuk
meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini, menyiapkan anak
didik, menyusun Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian.
Dilanjutkan dengan menyusun instrument berupa pedoman observasi kemampuan
menyimak dan pedoman observasi kemampuan berbicara anak usia dini.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan diawali dengan memberikan pretest pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal anak dalam kemampuan
menyimak dan kemampuan berbicara anak sebelum diberikan perlakuan, dilanjutkan
dengan memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu metode storytelling
dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan
kemampuan berbicara anak usia dini sebanyak 10 kali tatap muka, dan memberi
perlakuan pada kelompok kontrol pembelajaran konvensional dengan membacakan
cerita. Pada kelas eksperimen peneliti mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh
85
guru, serta mengamati responden dalam melaksanakan metode storytelling dengan
media panggung boneka, peneliti mengamati responden membacakan cerita. Setelah
seluruh kegiatan pembelajaran selesai, memberikan posttest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini antara yang menggunakan
metode storytelling dengan media panggung boneka dengan pembelajaran
konvesional melalui membacakan cerita. Dalam tahap pelaksanaan, dilakukan
penerapan metode storytelling dengan media panggung boneka yang telah dituangkan
dalam rencana pembelajaran dengan jadwal kegiatan tercantum sebagaimana tabel
berikut :
TABEL 3.2
JADWAL PENELITIAN
No
Hari/Tanggal
Kegiatan
Keterangan
1
4, 5, 6 Mei Uji instrumen
2011
TK. Negeri Pembina
Cigasong
2
7 Mei 2011
Guru kelas eksperimen
3
Melatih guru tentang metode
storytelling dengan media panggung
boneka
9, 10, 11 Mei Pretest
20011
Kelas eksperimen dan
kelas kontrol anak TK
Negeri Pembina
Majalengka
Kelas eksperimen
4
12 s/d 25 Mei Pelaksanaan pembelajaran dengan
2011
metode storytelling dengan media
panggung boneka
5
12 s/d 25 Mei Tidak diterapkan metode storytelling
2011
dengan media panggung boneka
tetapi konvensional
kelas kontrol
6
12 s/d 25 Mei Posttest
2011
Kelas control dan kelas
eksperimen
86
3. Tahap Analisis Data
Pembelajaran metode storytelling dengan media panggung boneka selesai, data
hasil observasi yang telah terkumpul dianalisis dan diolah secara statistik dengan cara
melaksanakan pengolahan dan analisis data dengan membandingkan skor
kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak pada pretest dan posttest
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian adalah Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kecamatan
Sukahaji Kabupaten Majalengka. Subjek populasi berjumlah 30 anak dengan usia
berkisar 5 tahun pada kelompok B1, pembagian populasi pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen adalah perbandingan 15:15.
Alasan mengambil lokasi ini adalah karena metode storytelling dengan media
panggung boneka jarang diterapkan. Anak-anak pada umumnya memiliki ciri-ciri
yang homogen kemampuannya terutama dalam kemampuan menyimak dan
kemampuan berbicara, guru-guru sangat responsive dan mau berkembang sehingga
berkeinginan untuk menerapkan metode storytelling dengan media panggung boneka
untuk mengembangkan kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak usia
dini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pendataan yang mendukung penelitian ini, peneliti menyusun dan menjelaskan
satu teknik pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah
observasi.
87
Penelitian ini menggunakan satu macam cara pengumpulan data yaitu melalui
observasi. Observasi dipilih sebagai teknik utama dalam penelitian ini, karena
penelitian ini akan meneliti kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak
usia dini, juga mengukur dengan menggunakan observasi. Menurut Sugiyono
(2008:203) menyatakan bahwa “Observasi digunakan bila penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.”
Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data,
kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan istrument yang digunakan.
Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.3.
TABEL 3.3
INSTRUMEN DATA
1
Sumber
Data
Anak
2
Anak
3
Anak dan
guru
4
Guru
No
Jenis Data
Teknik Data
Instrumen
Kemampuan menyimak
anak sebelum
mendapatkan perlakuan
dan setelah mendapat
perlakuan
Kemampuan berbicara
anak sebelum
mendapatkan perlakuan
dan setelah mendapat
perlakuan
Foto-foto rekaman
kegiatan pembelajaran
Pretest dan
posttest
Pernyataan pedoman
observasi tentang
kemampuan
menyimak anak
Pretest dan
posttest
Pernyataan
observasi tentang
kemampuan
berbicara anak
Dokumentasi
Data perencanaan
pembelajaran
Dokumentasi
Alat yang
dibutuhkan untuk
mengambil foto atau
rekaman seperti
kamera
Prencanaan tema
dan sub tema
88
E. Proses Perlakuan
Penelitian ditentukan dua kelas sebagai subjek penelitian, kelas pertama sebagai
kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol. Pertama, masing-masing
kelompok diberi pretest dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal adakah
perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Selanjutnya pada
kelas eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran penerapan metode
storytelling dengan media panggung boneka sebanyak 10 pertemuan dengan langkah
pembelajaran sebagai berikut :
1. Tahap persiapan, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Guru menata lingkungan kelas untuk mendukung kegiatan metode storytelling
dan media panggung boneka.
b. Guru dan anak mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan berupa
panggung boneka dan beberapa boneka
c. Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi tempat duduk
2. Tahap awal, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Anak-anak berbaris kemudian masuk kelas dan duduk melingkar
b. Guru membimbing anak untuk berdoa, mengucapkan surat-surat pendek serta
menyanyi dan mengabsen anak didik
c. Guru memberikan informasi kepada anak tentang kegiatan yang akan
dilakukan
d. Guru memberikan motivasi kepada anak untuk mengikuti kegiatan
89
3. Tahap inti, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Anak memperhatikan guru yang sedang bercerita dengan media panggung
boneka.
b. Anak memperhatikan guru yang sedang bercerita dengan memainkan tokoh
boneka.
c. Anak secara seksama menyimak cerita dengan media panggung boneka.
d. Anak diberi kesempatan dan keluasaan untuk mengamati cerita dan
berkomentar.
e. Anak diberi kesempatan untuk bertanya jawab mengenai cerita.
4. Tahap penutup, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Anak melaksanakan tanya jawab tentang cerita yang disampaikan guru
b. Guru memberi kesempatan pada anak yang lain untuk mengungkapkan atau
berpendapat tentang kegiatan serta pengalaman anak setelah menonton cerita
dengan media panggung boneka.
c. Guru dan anak dapat bertanya tentang isi cerita, isi gambar, dan memberi
kesempatan pada anak yang lain untuk menceritakan kembali urutan cerita
tersebut.
d. Guru dapat mereview (mengulang) kembali cerita yang sudah disampaikan
oleh anak
e. Guru membimbing anak untuk berdoa.
Materi yang diberikan dalam kelas eksperimen tentang kemampuan
menyimak dan berbicara dengan metode storytelling dan media panggung
boneka tema maupun judulnya bervariasi agar tidak membosankan, juga
untuk menarik minat anak agar ada ketertarikan untuk mengikuti kegiatan
90
setiap hari. Metode storytelling dengan media panggung boneka judul cerita
setiap hari berganti, ada 10 judul cerita yang akan digunakan antara lain: 1).
Mengabaikan nasihat teman, 2). Popi yang sombong, 3). Kueh Untuk Nenek,
4). Tersesat dihutan, 5). Kucing yang nakal, 6). Kelinci dan singa tua, 7).
Damai itu indah, 8). Sirarong yang rakus, 9). Akibat tidak patuh 10). Lala dan
lili, sedangkan dalam kelas kontrol materi cerita sama tetapi dengan
membacakan cerita tanpa menggunakan metode storytelling dan media
panggung boneka atau secara konvensional.
F. Instrumen Penelitian
Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasional
dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur, dari indikator ini
kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono,
2008:149).
Pengembangan instrument penelitian yang dimaksud adalah untuk mengetahui
kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak di Taman Kanak-kanak
Negeri Pembina Kabupaten Majalengka, maka disusun butir pertanyaan atau
pernyataan yang dikembangkan dari indikator yang disusun dalam kisi-kisi
instrument.
91
TABEL 3.4
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
KEMAMPUAN MENYIMAK
SUB
VARIABEL
VARIABEL
Kemampuan
Menyimak
-
-
-
INDIKATOR
TEKNIK/
PULTA
RESPOND
EN
Kelompok B
Mendengarka
n dan
membedakan
bunyi dan
suara
1. Menirukan
suara binatang
dan bunyi alam
2. Membedakan
suara binatang
(harimau dan
srigala)
Observasi
Mengamati
apa yang
diceritakan
oleh orang
lain melalui
indra
penglihatan
dengan
penuh
perhatian
1. Menunjukkan
antusias ketika
akan
mengamati
cerita
2. Menunjukkan
ekspresi ketika
mengamati
cerita
3. Menunjukkan
konsentrasi
ketika
mengamati
cerita
Observasi
Mengerti
beberapa
perintah
secara
bersamaan
1. Melakukan 3-5
perintah secara
berurutan
dengan benar
2. Meniru
kembali 3-5
urutan kata
1. Mengulang
kalimat yang
telah
didengarnya
dari kalimat
yang ada dalam
cerita yang
disampaikan
guru
Observasi
Mengulang
kembali
kalimat yang
telah
disampaikan
atau
diceritakan
oleh guru
BUTIR
SOAL
1,2
3
Kelompok B
4
5
6
Kelompok B
7,8,9
10,11,12
Observasi
Kelompok B
13, 14, 15
92
TABEL 3.5
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
KEMAMPUAN BERBICARA
SUB
VARIABEL
VARIABEL
-
Menjawab
pertanyaan
dari cerita
yang
disampaikan
INDIKATOR
1.
2.
3.
4.
5.
Kemampuan
Berbicara
-
Melanjutkan
sebagian
cerita atau
dongeng
yang telah
didengarnya
Dapat
berkomunik
asi atau
berbicara
lancar
dengan lafal
yang benar
1.
2.
1.
2.
Menjawab
pertanyaan
apa,
Menjawab
pertanyaan
siapa,
Menjawab
pertanyaan
berapa,
Menjawab
pertanyaan
dimana, dan
Menjawab
pertanyaan
mengapa.
Melanjutkan
cerita yang
telah didengar
sebelumnya
Menceritakan
kembali cerita
secara urut
Berbicara
lancar dengan
menggunakan
kalimat yang
terdiri dari 5-6
kalimat
Melakukan
percakapan
atau
komunikasi
dengan teman
sebaya
TEKNIK/
PULTA
RESPOND
EN
BUTIR
SOAL
Observasi
Kelompok B
1, 2, 3, 4, 5
Observasi
Kelompok B
6, 7, 8
Observasi
Kelompok B
9,10, 11,
12, 13, 14,
15
Keterangan :
Instrumen ini diukur dengan skala yang telah dibuat oleh peneliti dengan mengacu
pada skala Likeart yaitu skala yang digunakan untuk mengubah sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penelitian
menggunakan skala Likeart ini untuk jawaban terhadap suatu permasalahan yang
93
ditanyakan. Dengan hanya menggunakan empat interval yaitu pernyataan “sangat
mampu”, “Mampu, kurang mampu dan tidak mampu” untuk mengungkapkan
kejelasan suatu sikap atau sifat yang diteliti. Jawaban responden skor tertinggi
bernilai (4) dan skor terendah (1). Misalnya untuk jawaban sangat mampu (4),
jawaban mampu (3) kurang mampu (2) dan tidak mampu (1).
G. Pengujian Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting
yaitu validitas dan realibilitas (Arikunto, 1999:160). Untuk memperoleh data dalam
penelitian ini digunakan instrumen tes. Salah satu ciri tes yang baik adalah valid
dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat ke validan atau
kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa uji validitas merupakan suatu langkah
pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan
untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam penelitian.
Adapun langkah uji validitas menurut Hidayat (2007) adalah sebagai berikut:
1. Menghitung harga korelasi setiap butir pertanyaan (observasi) yang akan
digunakan dalam penelitian dengan rumus :
rhitung =
n.(ΣXY ) − (ΣX ) .(Σy )
{n.ΣX
2
}{
− (ΣX ) 2 . n.ΣY 2 − (ΣY ) 2
}
94
Keter
eterangan
rhitung
ng
: koefisien korelasi
ΣXi
: jumlah skor item
ΣYi
: jumlah skor total (item)
n
: jumlah responden
2. Meng
enghitung harga t dengan rumus :
Keter
eterangan :
t
: nilai t hitung
r
: koefisien korelasi hasil r hitung
ung
n : jumlah responden
3. Cari
ri t tabel dengan melihat tabel t dengan
de
dk = n – 2, α = 0,05
Apabila nilai t hitung > t tabell berarti
be
valid dan apabila nilai t hi
hitung < t tabel
berar
rarti tidak valid
4. Uji
ji R
Reliabilitas
Realibilitas menunjuk pada satu
sa pengertian bahwa suatu ins
instrumen cukup
dapat
pat dipercaya untuk digunakan
n sebagai
se
alat pengumpul data kare
karena instrumen
tersebut
rsebut sudah baik. Instrumen yang
ng baik tidak akan bersifat tendens
ndensius mengarah
kepada
pada responden untuk merujuk jawaban-jawaban
jaw
tertentu (Arikunt
kunto, 1998:170).
Instrum
nstrumen yang sudah dapat diperca
rcaya atau reabel akan dapat meng
enghasilkan data
yang
ng dapat dipercaya. Apabila datan
tanya memang berat sesuai deng
ngan kenyataan,
maka
aka beberapa kali pun diambil akan
kan tetap
t
sama.
95
Pengujian reliabilitas dilakuka
kukan dengan menggunakan tekni
eknik split half
(spear
pearman brown) dengan rumus sebagai
seba berikut.
Keter
eterangan :
ri : reliabilitas internal seluruh inst
nstrumen
rb : korelasi product moment antara
ntara belahan pertama dan kedua.
H
Hasil pengujian validitas terlampi
mpir.
H. Tekn
eknik Analisis Data
Unt
Untuk menganalisis data yang tela
elah diperoleh sehingga dapat dig
digunakan dalam
menjawa
wab rumusan permasalahan, maka
ka langkah-langkahnya sebagai be
berikut :
1. Penin
ningkatan kemampuan menyim
yimak dan berbicara anak
Peni
Peningkatan yang terjadi sebelum
um dan sesudah pembelajaran dihi
dihitung dengan
rumus g ffaktor (N-Gain) dengan rumus
us Hake
H
(Cheng, et, al, 2004:35):
g=
S post
pos − S pre
S mak
aks − S pre
Keteranga
ngan :
Spost
= Skor Postes
Spre
= Skor Pretes
Smaks
= Skor Maksimum Ideal
Ga
Gain yang dinormalisasi ini diinte
interprestasikan untuk menyatakan
kan peningkatan
kemampua
puan menyimak dan berbicaraa dan
da anak dengan kriteria seper
perti pada Tabel
3.11.
96
TABEL 3.6
KATEGORI TINGKAT GAIN YANG DINORMALISASI
Batasan
Kategori
g > 0,7
Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7
Sedang
g < 0,3
Rendah
Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan meto
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
KATA MUTIARA
ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ix
DAFTAR BAGAN.. ........................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
9
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
10
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
10
E. Hipotesis Penelitian ...................................................................
12
F. Definisi Operasional ..................................................................
12
G. Metode Penelitian ......................................................................
15
H. Lokasi dan Subjek Penelitian ....................................................
17
v
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Metode storytelling dengan Media
Panggung Boneka ......................................................................
18
B. Media Panggung Boneka ...........................................................
43
C. Menyimak dan Berbicara ..........................................................
54
D. Hubungan Menyimak dengan Kemampuan
Berbahasa Lainnya ....................................................................
66
E. Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini ....................................
67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ......................................................................
81
B. Alur Penelitian ...........................................................................
82
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ....................................................
86
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
86
E. Proses Perlakuan ........................................................................
88
F. Instrumen Penelitian ..................................................................
90
G. Pengujian Instrumen Penelitian .................................................
93
H. Teknik Analisis Data .................................................................
95
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Hasil Penelitian ..........................................................................
99
B. Hasil Pembahasan ......................................................................
134
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ....................................................................................
144
B. Rekomendasi .............................................................................
146
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
147
vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Menyimak ......
150
3.2
Pedoman Observasi Kemampuan Menyimak .......................
151
3.4
Pedoman Observasi KemampuanBerbicara ..........................
152
3.5
Satuan Kegiatan Mingguan ...................................................
154
3.6
Satuan kegiatan Harian .........................................................
156
3.7
Skenario Cerita ......................................................................
166
3.8
Proses Metode Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran Storytelling Dengan Media Panggung
Boneka ...................................................................................
189
Reability Menyimak ..............................................................
192
3.10 Reability Berbicara ................................................................
193
3.9
4.1
Uji Normalitas Data Homogenitas dan Uji Beda Dua
Rerata ....................................................................................
194
4.2
Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Kontrol Pretes ............
250
4.3
Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Kontrol Posttes ...........
251
4.4
Hasil Perhitungan (N Gain) Setiap Aspek Kemampuan
Menyimak Pada Pretes dan Posttes Kelas Kontrol ...............
4.5
252
Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan
Menyimak Pada Pretes dan Posttes Kelas Kontrol ...............
253
4.6
Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Eksperimen Pretes ......
254
4.7
Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Eksperimen Posttes ....
255
4.8
Hasil Perhitungan Ngain Setiap Aspek Kemampuan
Menyimak Pretes-Posttes Kelas Eksperimen .......................
4.9
256
Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan
Menyimak Pretes-Posttes Kelas Eksperimen .......................
257
4.10 N Gain Pretes-Posttes Kemampuan Menyimak Kelas
Kontrol dan Eksperimen .......................................................
258
4.11 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol Pretes ..............
259
412 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol Posttes .............
260
vii
4.13 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Aspek Kemampuan
Berbicara Kelas Kontrol Pretes-Posttes ................................
261
4.14 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan
Berbicara Kelas Kontrol Pretes-Posttes ................................
262
4.15 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen Pretes .......
263
4.16 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen Posttes ......
264
4.17 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Aspek Kemampuan
Berbicara Kelas Eksperimen .................................................
265
4.18 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan
Berbicara Kelas Eksperimen Pretes-Posttes .........................
266
4.19 N Gain Pretes dan Posttes Kemampuan Berbicara Kelas
Kontol dan Eksperimen .........................................................
267
4.20 Dokumen Kegiatan Pembelajaran Metode Storytelling
Dengan Media Panggung Boneka .........................................
268
4.21 Keputusan Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia Tentang Pengangkatan Pembimbing
Penulisan tesis Program Magister S2 ....................................
269
4.22 Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan Penelitian ..
270
4.23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari TK
Negeri Pembina Kabupaten Majalengka ...............................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
271
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai salah satu bagian terpenting dalam proses pembangunan
nasional merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai suatu investasi dalam pengembangan
sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan
merupakan
suatu
sistem
yang
teratur
dalam
rangka
mengembangkan misi yang cukup luas, yaitu segala sesuatu yang berhubungan
dengan pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, pikiran, kesehatan, keterampilan
sampai
kepada
kepercayaan
atau
kenyakinan.
Dalam
konteks
pendidikan
dikembangkan melalui pendidikan humanistik dialektis antara individu dengan
lingkungan. Sistem pendidikan yang dianut bukan lagi suatu upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa, melainkan suatu upaya pembuatan kesadaran yang disengaja dan
terencana yang menuntut proses perubahan dan perkembangan.
1
2
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada koordinasi motorik halus
dan kasar, kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku beragama), bahasa dan komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh Anak Usia
Dini.
Usia dini merupakan masa kritis yang keberhasilannya sangat menentukan
kualitas anak pada dimasa dewasanya. Kebutuhan tumbuh kembang anak yang
mencakup gizi, kesehatan dan pendidikan harus merupakan suatu kesatuan intervensi
yang utuh. Bila anak ditelantarkan, seperti kurang asupan gizi, perlindungan
kesehatan dan rangsangan pendidikan, maka perkembangan kecerdasannya tidak akan
optimal.
Pendidikan Anak Usia Dini pada dasarnya merupakan kegiatan bermain sambil
belajar, karena pada masa ini anak sangat membutuhkan keleluasaan untuk bermain
dan mengembangkan fungsi psikologis yang berkaitan dengan permainannya.
Peluang anak dalam melibatkan diri diberbagai kegiatan bermain dinikmatinya
sebagai suasana yang menyenangkan.
Kegiatan bermain dilakukan di lingkungannya dengan menggunakan sarana,
alat permainan edukatif, dan memanfaatkan sumber belajar. Kegiatan bermain juga
harus menyenangkan, sehingga akan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik
pengalaman dengan dunianya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Oleh
karena itu, pendidikan anak usia dini, khususnya TK, perlu menyediakan beragam
kegiatan dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi aspek
3
moral dan nilai agama, seni, kognitif, bahasa, sosial, emosi, kemandirian, dan fisik
motorik.
Bahasa perlu disajikan dengan mempertimbangkan karakteristik anak. Bahasa
sangat vital karena merupakan alat komunikasi verbal utama dalam keseharian.
Dalam buku yang berjudul Teknik Menulis Cerita Anak yang diterbitkan oleh tiga
penerbit sekaligus penerbit Pusbuk, Pink Books dari Taman Melati Jogyakarta pernah
ditulis bahwa “Bahasa memiliki kekuatan yang sangat mengikat dan mempengaruhi
perkembangan hidup manusia dari sejak lahir sampai meninggal dunia” (Sabrur R
Soenardi, 2003).
Bahasa untuk anak usia dini berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi
dengan lingkungan, mengembangkan kemampuan intelektual, mengembangkan
ekspresi anak dan menyatakan perasaan buah pikiran kepada orang lain.
Bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan, ide, gagasan dan
dapat membantu memecahkan masalah untuk memposisikan dirinya sebagai mahluk
Tuhan seperti dikemukakan oleh Suhartono (2005:12) bahwa:
Bahasa sebagai alat komunikasi dan merupakan sarana utama untuk berfikir
serta bernalar. Manusia berfikir dengan menggunakan otak dan mengolah
pikirannya tersebut melalui bahasa. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan
hasil pemikiran atau penalaran, sikap, serta perasaannya. Ia dapat bergaul dan
berkomunikasi, mencari informasi, serta mengendalikan pikiran, sikap dan
perbuatan sesamanya dengan menggunakan bahasa.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan alat
komunikasi yang sangat penting untuk menyatakan pikiran, perasaan keinginannya
untuk mencari informasi dan ilmu pengetahuan. Bahasa sangat mempengaruhi
perkembangan hidup manusia dari sejak lahir sampai meninggal dunia. Tarigan
(1994:6) mengutip hasil penelitian Berd, bahwa perkembangan bahasa di Stepene
4
College Cirl sebagai berikut: menyimak 42%, berbicara 25%, membaca 15% dan
menulis 18%. Rankin dalam penelitiannya tentang perkembangan bahasa, menyimak
42%, berbicara 32%, membaca 15% dan menulis 11%. (Tarigan, 1994:7)
Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menyimak
dan kemampuan berbicara lebih besar dari kemampuan membaca dan menulis.
Kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang
harus dikembangkan pada anak usia dini. Kemampuan menyimak dan kemampuan
berbicara merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki anak. Tanpa menyimak
akan banyak mengalami hambatan dalam kemampuan berbicara seperti yang.
dikemukakan oleh Tarigan (2008:3) bahwa “Keterampilan menyimak berarti pula
membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.”
Permasalahan yang sering ditemui dalam perkembangan bahasa di Taman
Kanak-kanak yaitu kesukaran menerima bahasa yang dibicarakan dikarenakan
bermacam-macam bahasa yang diterima anak, baik dilingkungan keluarga,
masyarakat atau pun disekolah. Anak sulit memahami bicara orang lain karena ia
bilingual yaitu anak yang menggunakan dua bahasa secara bersamaan di usia Taman
Kanak-kanak. Bilingualisme merupakan hambatan untuk belajar berbicara secara
benar seperti yang dikutip dari buku perkembangan anak seri Ayah Bunda dari
redaksi Ayah Bunda (1998:80) “Bilingualisme merupakan hambatan untuk belajar
berbicara secara benar.”
Berdasarkan pendapat Tarigan (2008:15) menyatakan bahwa “Berbicara adalah
kemampuan
mengucapkan
bunyi-bunyi
artikulasi
atau
kata-kata
untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.”
5
Tetapi pada kenyataanya anak mengalami kesulitan untuk mengucapkan bunyi
artikulasi serta menyampaikan buah pikiran dan perasaan, dikarenakan metode dan
media pembelajaran yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak kurang menarik.
Berdasarkan permasalahan dilapangan, anak usia Taman Kanak-kanak juga
berhadapan dengan sejumlah masalah pada aspek bahasa. Anak kurang mampu untuk
mengungkapkan pesan yang disampaikan guru dikarenakan metode dan media
pembelajaran yang kurang menarik, seperti yang dikemukakan para peneliti Suparno,
dkk. (1997:15:83). “Ada sejumlah kesulitan yang dihadapi anak-anak merasa malu
berkomunikasi belum berani menyimpulkan ide gagasan secara spontan.”
Beberapa hasil studi yang dilakukan mengenai kemampuan anak dalam
memahami isi komunikasi hasil tersebut menegaskan bahwa “Anak-anak yang tidak
mendengar tetapi tidak mengarah perhatian terhadap isi pesan yang tidak jelas, anak
tidak mampu mengungkapkan pesan yang tidak dipahaminya” (Iman Musbikin,
210:151), dari buku Pintar Paud dalam perspektif Islam. Dalam kemampuan
berbicara, anak dihadapkan pada permasalahan yang rumit gangguan bicara yang
diderita pada anak, akan menimbulkan perasaan minder, anak takut untuk berbicara
seperti yang dikemukakan oleh Suhartono, (2005:25) bahwa :
Gangguan bicara pada anak merupakan suatu persoalan yang rumit, baik bagi si
anak atau orang tua, gangguan bicara yang diderita pada anak akal menjadi beban
mental berdasarkan dari mereka, misal timbul perasaan minder atau pun anak
dikucilkan oleh teman-temannya.
Kemampuan menyimak merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki
anak, tanpa kemampuan ini anak akan banyak mengalami hambatan dalam
kemampuan bahasanya. Sebagai contoh anak usia SD yang mengalami kemampuan
membaca dan memahami bacaan, karena ia kurang mendapatkan stimulasi pada
6
pengembangan aspek menyimak pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Anak
kesulitan mengartikan kata yang ia baca, karena ia tidak bisa menyimak, memahami
isi bacaan. Menurut laporan TIM IEA keterampilan membaca siswa kelas IV SD di
Indonesia berada pada peringkat rendah, rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD
adalah sebagai berikut 75 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6
(Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai
30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal
berbentuk uraian yang memerlukan penalaran (Wasliman, 2007:22). Berdasarkan
pengamatan dilapangan, anak usia dini kadang memang tidak memahami pesan-pesan
kebahasaan yang disampaikan guru sehingga tidak mampu untuk mengungkapkan
pesan.
Kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara di Taman Kanak-kanak
perlu metode yang menarik dan menyenangkan serta sesuai dengan perkembangan
anak. Metode yang sesuai dan tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
menyimak dan berbicara adalah metode storytelling. Menurut Muh Nur Mustakim,
dalam Loban (1972:521) bahwa “Storytelling dapat menjadi suatu motivasi untuk
mengembangkan daya kesadaran, memperluas imajinasi anak, orang tua atau
menggiatkan kegiatan storytelling pada berbagai kesempatan.” Suparno, dkk., Joan
Brewer (2007:256) merekomendasikan bahwa untuk pengembangan kemampuan
menyimak dan berbicara perlu disediakan aktifitas storytelling menurutnya aktivitas
ini memberikan keuntungan karena anak-anak akan menjadi penyimak dan pembicara
aktif.
7
Syekh Muhammad Al-Hazzaa dalam bukunya di Saaliibun Nabiiyi Shalallahu
Alaibi Wassallam Fitta’lim pernah menulis tentang apa yang pernah dilakukan oleh
Rosullulloh Saw. Ketika mengajar Rosullulloh Saw, seringkali menyampaikan dalam
bingkai cerita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kaum-kaum terdahulu. Beliau
menggunakan metode ini karena cerita yang disampaikan mampu meninggalkan
bekas yang sangat dalam pada jiwa peserta didik (Iman Musbikin, 2010:276).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa storytelling merupakan metode
yang tepat untuk peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara. Diperkuat juga
dari pendapat Enny Zubaedah dari jurnal Ilmiah Anak usia Dini (2006) bahwa dengan
mendongeng anak memperoleh kesenangan dan mengembangkan bahasa, kognitif,
kepribadian dan keterampilan sosial.
Kemampuan menyimak dan berbicara perlu ditunjang dengan media yang
menarik, karena media pembelajaran merupakan salah satu diharapkan efektif
menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat konvensional.
Salah satu media yang efekif untuk anak-anak yaitu media panggung boneka. Seperti
yang diungkapkan oleh Meuthia (2004:11-12) bahwa “Media panggung boneka dapat
mengembangkan komunikasi beberapa arah, sehingga dapat mengaktifkan kognitif
dan panca indra.” dari Jurnal Pendidikan Dasar.
Menurut Saud (2008:198) “Pemanfaatan teknologi informasi baik sebagai
sumber belajar maupun media pembelajaran merupakan salah satu cara diharapkan
efektif menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat
konvensional.”
8
Berkaitan dengan media pembelajaran menurut Wina Sanjaya, (2006:160)
mengemukakan bahwa “Dengan menggunakan media komunikasi bukan saja dapat
mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga membuat
proses pembelajaran lebih menarik.” Salah satu pembelajaran yang menarik dalam
pembelajaran di Taman Kanak-Kanak adalah dengan menggunakan media panggung
boneka seperti yang dikatakan oleh Moesliehatun bahwa media panggung boneka
dapat dilaksanakan di Taman Kanak-kanak dan sekolah dasar kela rendah.
Berdasarkan uraian di atas media pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara di Taman Kanak-kanak adalah
media panggung boneka karena media panggung boneka, lebih menarik dan sesuai
dengan usia Taman Kanak-kanak. Berdasarkan pedoman spesifikasi alat bermain di
Taman Kanak-kanak bahwa media panggung boneka merupakan salah satu media
yang digunakan di Taman kanak kanak (Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dari Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Tahun
2010).
Lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia saat ini belum merata memiliki
sarana dan prasarana yang memadai. Rendahnya tingkat ketersediaan sarana dan
prasarana ini, menurut Sa’ud (2007:35), satu dari banyak problem pendidikan di
negeri ini. Kadang kenyataan di lapangan media yang dimiliki lembaga pendidikan
anak usia dini cukup memadai tetapi tidak memberikan stimulasi, dikarenakan
masih banyak guru di lapangan enggan untuk menggunakan media dengan dalih
malas untuk membereskannya kembali. Anak-anak dibiarkan bermain seadanya,
Masalah tersebut muncul sebagai salah satu akibat kurang tersosialisasikannya
9
penelitian mengenai pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka
terhadap peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara. Berangkat dari
pentingnya metode dan penggunaan media, peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian bagaimana pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka
terhadap peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini. Penelitian
ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan lokasi pada TKN Pembina
Kabupaten Majalengka.
Ditinjau dari permasalahan yang terjadi maka peneliti mengadakan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Metode Storytelling dengan Media Panggung Boneka
terhadap Peningkatan Kemampuan Menyimak dan Berbicara Anak Usia Dini”
(Studi Eksperimen Quasi Di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka).
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pembelajaran metode storytelling dengan media panggung
boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara Anak Usia
Dini di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan menyimak
antara anak usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling
dengan
media
panggung
boneka
dibandingkan
dengan
menggunakan
pembelajaran konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka?
10
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan berbicara
antara anak usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling
dengan
media
panggung
boneka
dibandingkan
dengan
menggunakan
pembelajaran konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, secara khusus tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran metode storytelling dengan media
panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara
anak usia dini di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.
2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan menyimak antara anak
usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media
panggung
boneka
dibandingkan
dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.
3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berbicara antara anak usia
dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media
panggung
boneka
dibandingkan
dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:
11
a. Memberikan pembuktian terhadap teori metode storytelling dengan media
panggung boneka untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara.
b. Memberikan penerapan dan pengembangan konsep-konsep metode storytelling
dengan media panggung boneka dalam peningkatan kemampuan menyimak dan
berbicara pada anak usia dini.
c. Memberikan sumbangan pemikiran untuk mendukung hasil-hasil penelitian orang
lain tentang objek dan kondisi yang berbeda.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Digunakan sebagai bahan masukan bagi para guru TK Negeri Pembina Kabupaten
Majalengka pada khususnya, dan Guru TK lain pada umumnya untuk memilih
dan mengunakan metode storytelling dengan media panggung boneka sebagai
upaya meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara pada anak usia dini.
b. Digunakan sebagai bahan masukan pengelola TK Negeri Pembina Kabupaten
Majalengka pada khususnya, dan TK lain pada umumnya dalam rangka
pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran.
c. Digunakan sebagai bahan masukan bagi para perencana pendidikan dan program
pendidikan usia dini untuk mengembangkan penerapan metode storytelling dengan
media panggung boneka yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan
berbicara anak usia dini.
12
E. Hipotesis
Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenaranya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang
kita cari atau yang kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara
sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal
dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah
keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks (Moh.
Nazir, 2003:151).
Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan menyimak antara
anak yang belajar dengan metode storytelling dengan media panggung boneka
dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan berbicara antara
anak yang belajar dengan metode storytelling dengan media panggung boneka
dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional
F. Definisi operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda secara
operasional peneliti mendefinisikan variabel penelitian sebagai berikut:
1. Metode Storytelling dengan media panggung boneka
Metode Storytelling dengan media panggung boneka dengan beberapa buah
boneka dan panggung dalam pelaksanaannya, percakapan dilakukan antar boneka
yang sedang memerankan tokoh tertentu dan biasanya menggunakan panggung serta
13
ada prolog atau pendahuluan dan pengiring, sementara anak-anak menyimak jalan
ceritanya (Suharsiwi, 2001:36). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
Metode storytelling dengan media panggung boneka adalah kegiatan guru dan anak
didik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan menceritakan kisah yang dilakukan
oleh pencerita kepada pendengar dengan menggunakan boneka dan panggung boneka
sebagai media.
Adapun beberapa indikator yang diharapkan muncul dari pengaruh metode
storytelling dengan media panggung boneka adalah :
a. Melatih perhatian anak
b. Melatih daya konsentrasi
c. Membantu perkembangan fantasi
d. Menciptakan suasana menyenangkan dikelas (Suharsiwi, 2001:35)
Media panggung boneka adalah panggung boneka yang cukup besar terbuat
dari kayu dan triplek dicat berwarna warni, ditambah kain untuk tirai panggung.
Ukuran panggung : tinggi 150 cm, lebar 100 cm, ukuran lubang panggung 40 cm x 60
cm. boneka tangan yang berbentuk manusia atau hewan terbuat dari kayu, akrilik atau
kain. Baju dan tangan boneka terbuat dari kain, ukuran sesuai kebutuhan atau sesuai
proporsi orang atau binatang, warna baju yang menarik.
Cara menggunakan media panggung boneka adalah: Guru menyiapkan boneka
dan panggung boneka; untuk menjelaskan jalannya suatu cerita, serta untuk
menciptakan suasana cerita itu di dalam prolog dan pengiring dengan nada dan suara
yang berlainan sewaktu melakukan dialog; pemunculan boneka harus disamping kiri
atau kanan.
14
2. Kemampuan menyimak
Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian
serta apresiasi (Russel & Russell, 1959, Tarigan, 2008:30). Menurut Tarigan
(2008:31) menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta menyatakan untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Kemampuan menyimak merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati
lingkungan sekitarnya dan mendengar orang lain dengan indera pendengaran.
Kemampuan ini terkait dengan kesanggupan anak dalam menangkap isi pesan secara
benar dari orang lain (Nurbiana, 2007:3.17).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Menyimak adalah suatu
proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi non bahasa dan bunyi bahasa dengan
penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta interpretasi, dengan menggunakan
aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang diperdengarkan untuk memperoleh
informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut.
Adapun beberapa indikator dari kegiatan ini, adalah (a) Menunjukkan
ekspresi, antusias dan konsentrasi ketika menyimak, (b) Meniru kembali 3-5 urutan
kata, (c) Menirukan dan membedakan suara binatang dan alam, (d) Melakukan 3-5
perintah secara berurutan, (e) Mengulang kalimat yang telah di dengarnya.
3. Kemampuan Berbicara
Menurut Grenne & Petty (1971) dalam Tarigan (1986:4) keterampilan
berbicara adalah kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan sebagai media dalam
15
menyampaikan suatu ide, gagasan atau pendapat serta pemikirannya kepada orang
lain untuk berbagai kepentingan. Menurut Arsjad dan Mukti (1998:23) keterampilan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan katakata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat dipahami oleh orang lain.
Berbicara anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang lain yang ada
dan mendengar disekitarnya. (Suhartono, 2005:12).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara
adalah kemampuan bunyi-bunyi bahasa dan non bahasa dalam berkomunikasi secara
lisan sebagai media dalam menyampaikan suatu ide gagasan atau pendapat serta
pemikirannya kepada orang lain untuk berbagai kepentingan.
Adapun indikator dari kegiatan ini adalah meliputi (a) Menjawab pertanyaan
apa, siapa, dimana, mengapa dan berapa, (b) Melanjutkan cerita yang telah di dengar
sebelumnya, (c) Menceritakan kembali secara urut, (d) Melakukan percakapan atau
komunikasi dengan teman sebaya, (e) Berbicara lancar dengan menggunakan kalimat
yang terdiri dari 5-6 kalimat.
G. Metode Penelitian
Masalah sentral yang ingin peneliti pecahkan dalam penelitian ini adalah
pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka terhadap peningkatan
kemampuan menyimak dan berbicara pada anak Taman Kanak-Kanak. Untuk
memecahkan masalah tersebut metode yang digunakan adalah metode eksperimen
16
semu (kuasi eksperimen) dengan desain non-equivalent control group. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak dan
berbicara anak usia dini di Taman Kanak-kanak serta aktivitas guru dan anak selama
pembelajaran dengan menggunakan metode storytelling dengan media panggung
boneka untuk peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara.
Data penelitian diperoleh dari tes awal dan tes akhir anak kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol yang dilakukan guru, sebagai aktivitas guru
dan anak selama pembelajaran dengan metode storytelling dengan media panggung
boneka. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi.
Desain penelitian ini menggunakan desain non-equivalent control group.
Bagan untuk desain ini adalah sebagai berikut. (Millan dan Schumacher, 2007:467)
TABEL 1.1
DESIGN NONEQUIVALENT CONTROL GROUPS PRETEST POSTEST
Kelompok
Pretes
Perlakuan
Postes
A
01
X1
02
B
03
X2
04
Waktu
17
H. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian adalah di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka yang
beralamat Jl. Raya Sukahaji-Maja Desa Cikalong Kecamatan Sukahaji dengan
akreditasi A.
Sampel dari penelitian ini adalah sebanyak satu kelas dengan jumlah 30 anak
diambil dari kelompok B1. adapun pembagian sampel sebagai berikut Kelompok B1
Mawar sebanyak 15 anak dalam pembelajarannya dengan metode storytelling
menggunakan media panggung boneka, sebagai kelas eksperiment. Sedangkan
kelompok B1 Anggrek sebanyak 15 anak diberi pembelajaran konvensional dengan
membacakan cerita sebagai kelas kontrol.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.
Metode kuasi eksperimen digunakan untuk mengetahui perbandingan atau pebedaan
kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak usia dini yang menerapkan
metode storytelling dengan media panggung boneka dengan membacakan buku cerita
atau pembelajaran konvensional.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini jenis Quasiexsperimental designs, disini peneliti tidak menggunakan random assignment
(membagi sampel secara acak) dalam penarikan sampelnya, tetapi menggunakan
kelompok atau kelas yang sudah tersedia atau terbentuk sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok control (Furqon dan Emilia E. 2010:20). Sebelum diberi
perlakuan, masing-masing kelompok diberi pretest dengan maksud untuk mengetahui
homogenitas dan normalitas, kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan
metode storytelling dengan media panggung boneka sementara kelompok kontrol
diberi perlakuan membacakan cerita, pada akhirnya dua kelompok tersebut diberikan
postest untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa.
Desain kuasi eksperimen dilukiskan pada tabel di bawah ini :
TABEL 3.1
DESIGN NONEQUIVALENT PRETEST-POSTTEST CONTROL DESIGN
Group
A
B
Pretest
O1
O3
Treatment
X1
X2
(Schumacher, 2001:333)
81
Postest
O2
O4
82
Keterangan :
A
: Kelas eksperimen yang mendapat perlakuan
B
: Kelas Kontrol mendapat perlakuan konvensional
O1
: Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen
O2
: Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas kontrol
O3
: Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas kontrol
O4
: Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas kontrol
X1
: Metode storytelling dengan media panggung boneka
X2
: Metode pembelajaran konvensional
B. Alur Penelitian
Dengan membandingkan hasil observasi antara tes awal dengan tes akhir akan
diketahui seberapa besar perubahannya sebagai indikator keefektifan perlakuan
(Arikunto, 1988:86). Adapun langkah-langkah desain atau alur penelitian sebagai
berikut :
83
Alur penelitian yang digunakan ditunjukkan pada bagan 3.1
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Metode Storytelling dengan media panggung boneka untuk peningkatan
kemampuan menyimak dan berbicara
Penyusunan instrument
1. Pedoman observasi kemampuan
menyimak
2. Pedoman observasi kemampuan
berbicara
Melatih guru TK Negeri Pembina
1. Menyiapkan anak didik kelompok B
2. Konsep metode Storytelling dengan
media panggung boneka
3. Penyusunan perangkat pembelajaran
RKM dan RKH
Uji coba, validasi
Kelompok kontrol
Pre-test
Pembelajaran tanpa
metode Storytelling dgn
media panggung boneka
atau membacakan cerita
Pos-test
Pengolahan
Dan analisis
data
Pembahasan
Kesimpulan
BAGAN 3.1 ALUR PENELITIAN
Kelompok eksperimen
metode
Storytelling
dengan
media panggung boneka
Penerapan
84
Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Dengan studi literature mengenai pembelajaran dengan menerapkan metode
storytelling dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan
menyimak dan berbicara anak usia dini, sekaligus mengidentifikasi permasalahan
dilapangan, agar dapat mengetahui apa yang terjadi dilapangan sehingga peneliti
dapat menerapkan penelitian yang tepat sasaran untuk mengatasi permasalahan
dilapangan. Kemudian menentukan tempat dan lokasi penelitian melakukan uji coba
instrumen di TK Negeri Pembina Kecamatan Cigasong. Melatih guru TK Negeri
Pembina tentang konsep metode storytelling dengan media panggung boneka untuk
meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini, menyiapkan anak
didik, menyusun Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian.
Dilanjutkan dengan menyusun instrument berupa pedoman observasi kemampuan
menyimak dan pedoman observasi kemampuan berbicara anak usia dini.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan diawali dengan memberikan pretest pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal anak dalam kemampuan
menyimak dan kemampuan berbicara anak sebelum diberikan perlakuan, dilanjutkan
dengan memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu metode storytelling
dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan
kemampuan berbicara anak usia dini sebanyak 10 kali tatap muka, dan memberi
perlakuan pada kelompok kontrol pembelajaran konvensional dengan membacakan
cerita. Pada kelas eksperimen peneliti mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh
85
guru, serta mengamati responden dalam melaksanakan metode storytelling dengan
media panggung boneka, peneliti mengamati responden membacakan cerita. Setelah
seluruh kegiatan pembelajaran selesai, memberikan posttest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini antara yang menggunakan
metode storytelling dengan media panggung boneka dengan pembelajaran
konvesional melalui membacakan cerita. Dalam tahap pelaksanaan, dilakukan
penerapan metode storytelling dengan media panggung boneka yang telah dituangkan
dalam rencana pembelajaran dengan jadwal kegiatan tercantum sebagaimana tabel
berikut :
TABEL 3.2
JADWAL PENELITIAN
No
Hari/Tanggal
Kegiatan
Keterangan
1
4, 5, 6 Mei Uji instrumen
2011
TK. Negeri Pembina
Cigasong
2
7 Mei 2011
Guru kelas eksperimen
3
Melatih guru tentang metode
storytelling dengan media panggung
boneka
9, 10, 11 Mei Pretest
20011
Kelas eksperimen dan
kelas kontrol anak TK
Negeri Pembina
Majalengka
Kelas eksperimen
4
12 s/d 25 Mei Pelaksanaan pembelajaran dengan
2011
metode storytelling dengan media
panggung boneka
5
12 s/d 25 Mei Tidak diterapkan metode storytelling
2011
dengan media panggung boneka
tetapi konvensional
kelas kontrol
6
12 s/d 25 Mei Posttest
2011
Kelas control dan kelas
eksperimen
86
3. Tahap Analisis Data
Pembelajaran metode storytelling dengan media panggung boneka selesai, data
hasil observasi yang telah terkumpul dianalisis dan diolah secara statistik dengan cara
melaksanakan pengolahan dan analisis data dengan membandingkan skor
kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak pada pretest dan posttest
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian adalah Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kecamatan
Sukahaji Kabupaten Majalengka. Subjek populasi berjumlah 30 anak dengan usia
berkisar 5 tahun pada kelompok B1, pembagian populasi pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen adalah perbandingan 15:15.
Alasan mengambil lokasi ini adalah karena metode storytelling dengan media
panggung boneka jarang diterapkan. Anak-anak pada umumnya memiliki ciri-ciri
yang homogen kemampuannya terutama dalam kemampuan menyimak dan
kemampuan berbicara, guru-guru sangat responsive dan mau berkembang sehingga
berkeinginan untuk menerapkan metode storytelling dengan media panggung boneka
untuk mengembangkan kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak usia
dini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pendataan yang mendukung penelitian ini, peneliti menyusun dan menjelaskan
satu teknik pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah
observasi.
87
Penelitian ini menggunakan satu macam cara pengumpulan data yaitu melalui
observasi. Observasi dipilih sebagai teknik utama dalam penelitian ini, karena
penelitian ini akan meneliti kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak
usia dini, juga mengukur dengan menggunakan observasi. Menurut Sugiyono
(2008:203) menyatakan bahwa “Observasi digunakan bila penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.”
Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data,
kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan istrument yang digunakan.
Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.3.
TABEL 3.3
INSTRUMEN DATA
1
Sumber
Data
Anak
2
Anak
3
Anak dan
guru
4
Guru
No
Jenis Data
Teknik Data
Instrumen
Kemampuan menyimak
anak sebelum
mendapatkan perlakuan
dan setelah mendapat
perlakuan
Kemampuan berbicara
anak sebelum
mendapatkan perlakuan
dan setelah mendapat
perlakuan
Foto-foto rekaman
kegiatan pembelajaran
Pretest dan
posttest
Pernyataan pedoman
observasi tentang
kemampuan
menyimak anak
Pretest dan
posttest
Pernyataan
observasi tentang
kemampuan
berbicara anak
Dokumentasi
Data perencanaan
pembelajaran
Dokumentasi
Alat yang
dibutuhkan untuk
mengambil foto atau
rekaman seperti
kamera
Prencanaan tema
dan sub tema
88
E. Proses Perlakuan
Penelitian ditentukan dua kelas sebagai subjek penelitian, kelas pertama sebagai
kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol. Pertama, masing-masing
kelompok diberi pretest dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal adakah
perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Selanjutnya pada
kelas eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran penerapan metode
storytelling dengan media panggung boneka sebanyak 10 pertemuan dengan langkah
pembelajaran sebagai berikut :
1. Tahap persiapan, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Guru menata lingkungan kelas untuk mendukung kegiatan metode storytelling
dan media panggung boneka.
b. Guru dan anak mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan berupa
panggung boneka dan beberapa boneka
c. Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi tempat duduk
2. Tahap awal, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Anak-anak berbaris kemudian masuk kelas dan duduk melingkar
b. Guru membimbing anak untuk berdoa, mengucapkan surat-surat pendek serta
menyanyi dan mengabsen anak didik
c. Guru memberikan informasi kepada anak tentang kegiatan yang akan
dilakukan
d. Guru memberikan motivasi kepada anak untuk mengikuti kegiatan
89
3. Tahap inti, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Anak memperhatikan guru yang sedang bercerita dengan media panggung
boneka.
b. Anak memperhatikan guru yang sedang bercerita dengan memainkan tokoh
boneka.
c. Anak secara seksama menyimak cerita dengan media panggung boneka.
d. Anak diberi kesempatan dan keluasaan untuk mengamati cerita dan
berkomentar.
e. Anak diberi kesempatan untuk bertanya jawab mengenai cerita.
4. Tahap penutup, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Anak melaksanakan tanya jawab tentang cerita yang disampaikan guru
b. Guru memberi kesempatan pada anak yang lain untuk mengungkapkan atau
berpendapat tentang kegiatan serta pengalaman anak setelah menonton cerita
dengan media panggung boneka.
c. Guru dan anak dapat bertanya tentang isi cerita, isi gambar, dan memberi
kesempatan pada anak yang lain untuk menceritakan kembali urutan cerita
tersebut.
d. Guru dapat mereview (mengulang) kembali cerita yang sudah disampaikan
oleh anak
e. Guru membimbing anak untuk berdoa.
Materi yang diberikan dalam kelas eksperimen tentang kemampuan
menyimak dan berbicara dengan metode storytelling dan media panggung
boneka tema maupun judulnya bervariasi agar tidak membosankan, juga
untuk menarik minat anak agar ada ketertarikan untuk mengikuti kegiatan
90
setiap hari. Metode storytelling dengan media panggung boneka judul cerita
setiap hari berganti, ada 10 judul cerita yang akan digunakan antara lain: 1).
Mengabaikan nasihat teman, 2). Popi yang sombong, 3). Kueh Untuk Nenek,
4). Tersesat dihutan, 5). Kucing yang nakal, 6). Kelinci dan singa tua, 7).
Damai itu indah, 8). Sirarong yang rakus, 9). Akibat tidak patuh 10). Lala dan
lili, sedangkan dalam kelas kontrol materi cerita sama tetapi dengan
membacakan cerita tanpa menggunakan metode storytelling dan media
panggung boneka atau secara konvensional.
F. Instrumen Penelitian
Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasional
dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur, dari indikator ini
kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono,
2008:149).
Pengembangan instrument penelitian yang dimaksud adalah untuk mengetahui
kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak di Taman Kanak-kanak
Negeri Pembina Kabupaten Majalengka, maka disusun butir pertanyaan atau
pernyataan yang dikembangkan dari indikator yang disusun dalam kisi-kisi
instrument.
91
TABEL 3.4
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
KEMAMPUAN MENYIMAK
SUB
VARIABEL
VARIABEL
Kemampuan
Menyimak
-
-
-
INDIKATOR
TEKNIK/
PULTA
RESPOND
EN
Kelompok B
Mendengarka
n dan
membedakan
bunyi dan
suara
1. Menirukan
suara binatang
dan bunyi alam
2. Membedakan
suara binatang
(harimau dan
srigala)
Observasi
Mengamati
apa yang
diceritakan
oleh orang
lain melalui
indra
penglihatan
dengan
penuh
perhatian
1. Menunjukkan
antusias ketika
akan
mengamati
cerita
2. Menunjukkan
ekspresi ketika
mengamati
cerita
3. Menunjukkan
konsentrasi
ketika
mengamati
cerita
Observasi
Mengerti
beberapa
perintah
secara
bersamaan
1. Melakukan 3-5
perintah secara
berurutan
dengan benar
2. Meniru
kembali 3-5
urutan kata
1. Mengulang
kalimat yang
telah
didengarnya
dari kalimat
yang ada dalam
cerita yang
disampaikan
guru
Observasi
Mengulang
kembali
kalimat yang
telah
disampaikan
atau
diceritakan
oleh guru
BUTIR
SOAL
1,2
3
Kelompok B
4
5
6
Kelompok B
7,8,9
10,11,12
Observasi
Kelompok B
13, 14, 15
92
TABEL 3.5
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
KEMAMPUAN BERBICARA
SUB
VARIABEL
VARIABEL
-
Menjawab
pertanyaan
dari cerita
yang
disampaikan
INDIKATOR
1.
2.
3.
4.
5.
Kemampuan
Berbicara
-
Melanjutkan
sebagian
cerita atau
dongeng
yang telah
didengarnya
Dapat
berkomunik
asi atau
berbicara
lancar
dengan lafal
yang benar
1.
2.
1.
2.
Menjawab
pertanyaan
apa,
Menjawab
pertanyaan
siapa,
Menjawab
pertanyaan
berapa,
Menjawab
pertanyaan
dimana, dan
Menjawab
pertanyaan
mengapa.
Melanjutkan
cerita yang
telah didengar
sebelumnya
Menceritakan
kembali cerita
secara urut
Berbicara
lancar dengan
menggunakan
kalimat yang
terdiri dari 5-6
kalimat
Melakukan
percakapan
atau
komunikasi
dengan teman
sebaya
TEKNIK/
PULTA
RESPOND
EN
BUTIR
SOAL
Observasi
Kelompok B
1, 2, 3, 4, 5
Observasi
Kelompok B
6, 7, 8
Observasi
Kelompok B
9,10, 11,
12, 13, 14,
15
Keterangan :
Instrumen ini diukur dengan skala yang telah dibuat oleh peneliti dengan mengacu
pada skala Likeart yaitu skala yang digunakan untuk mengubah sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penelitian
menggunakan skala Likeart ini untuk jawaban terhadap suatu permasalahan yang
93
ditanyakan. Dengan hanya menggunakan empat interval yaitu pernyataan “sangat
mampu”, “Mampu, kurang mampu dan tidak mampu” untuk mengungkapkan
kejelasan suatu sikap atau sifat yang diteliti. Jawaban responden skor tertinggi
bernilai (4) dan skor terendah (1). Misalnya untuk jawaban sangat mampu (4),
jawaban mampu (3) kurang mampu (2) dan tidak mampu (1).
G. Pengujian Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting
yaitu validitas dan realibilitas (Arikunto, 1999:160). Untuk memperoleh data dalam
penelitian ini digunakan instrumen tes. Salah satu ciri tes yang baik adalah valid
dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat ke validan atau
kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa uji validitas merupakan suatu langkah
pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan
untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam penelitian.
Adapun langkah uji validitas menurut Hidayat (2007) adalah sebagai berikut:
1. Menghitung harga korelasi setiap butir pertanyaan (observasi) yang akan
digunakan dalam penelitian dengan rumus :
rhitung =
n.(ΣXY ) − (ΣX ) .(Σy )
{n.ΣX
2
}{
− (ΣX ) 2 . n.ΣY 2 − (ΣY ) 2
}
94
Keter
eterangan
rhitung
ng
: koefisien korelasi
ΣXi
: jumlah skor item
ΣYi
: jumlah skor total (item)
n
: jumlah responden
2. Meng
enghitung harga t dengan rumus :
Keter
eterangan :
t
: nilai t hitung
r
: koefisien korelasi hasil r hitung
ung
n : jumlah responden
3. Cari
ri t tabel dengan melihat tabel t dengan
de
dk = n – 2, α = 0,05
Apabila nilai t hitung > t tabell berarti
be
valid dan apabila nilai t hi
hitung < t tabel
berar
rarti tidak valid
4. Uji
ji R
Reliabilitas
Realibilitas menunjuk pada satu
sa pengertian bahwa suatu ins
instrumen cukup
dapat
pat dipercaya untuk digunakan
n sebagai
se
alat pengumpul data kare
karena instrumen
tersebut
rsebut sudah baik. Instrumen yang
ng baik tidak akan bersifat tendens
ndensius mengarah
kepada
pada responden untuk merujuk jawaban-jawaban
jaw
tertentu (Arikunt
kunto, 1998:170).
Instrum
nstrumen yang sudah dapat diperca
rcaya atau reabel akan dapat meng
enghasilkan data
yang
ng dapat dipercaya. Apabila datan
tanya memang berat sesuai deng
ngan kenyataan,
maka
aka beberapa kali pun diambil akan
kan tetap
t
sama.
95
Pengujian reliabilitas dilakuka
kukan dengan menggunakan tekni
eknik split half
(spear
pearman brown) dengan rumus sebagai
seba berikut.
Keter
eterangan :
ri : reliabilitas internal seluruh inst
nstrumen
rb : korelasi product moment antara
ntara belahan pertama dan kedua.
H
Hasil pengujian validitas terlampi
mpir.
H. Tekn
eknik Analisis Data
Unt
Untuk menganalisis data yang tela
elah diperoleh sehingga dapat dig
digunakan dalam
menjawa
wab rumusan permasalahan, maka
ka langkah-langkahnya sebagai be
berikut :
1. Penin
ningkatan kemampuan menyim
yimak dan berbicara anak
Peni
Peningkatan yang terjadi sebelum
um dan sesudah pembelajaran dihi
dihitung dengan
rumus g ffaktor (N-Gain) dengan rumus
us Hake
H
(Cheng, et, al, 2004:35):
g=
S post
pos − S pre
S mak
aks − S pre
Keteranga
ngan :
Spost
= Skor Postes
Spre
= Skor Pretes
Smaks
= Skor Maksimum Ideal
Ga
Gain yang dinormalisasi ini diinte
interprestasikan untuk menyatakan
kan peningkatan
kemampua
puan menyimak dan berbicaraa dan
da anak dengan kriteria seper
perti pada Tabel
3.11.
96
TABEL 3.6
KATEGORI TINGKAT GAIN YANG DINORMALISASI
Batasan
Kategori
g > 0,7
Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7
Sedang
g < 0,3
Rendah
Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan meto