PENGARUH METODE STORYTELLING DENGAN MEDIA PANGGUNG BONEKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA ANAK USIA DINI :Studi Eksperimen Quasi di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rivai, Nana Sudjana. (2009). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Bachri Bachtiar. (2005). Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak-kanak Teknik dan Prosedurnya. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Boevee George. (2009). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Jogjakarta: Aaruzz Media Group.

Brewer, Jo An. (2007). Introduction to Early Child-Nood Education Presholl Throught Primary Grades, United States of Amerika. Pearson.

D.S. Agus. (2008). Mendongeng Barang Ka Agus Ds. Jogjakarta : Kanisius

Dhieni Nurbiana, dkk. (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.

Eliyawati Cucu, Hernawan. Hery Asep, Zaman Badru. (2007). Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta : Universitas Terbuka.

Fatimah, Enung. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : CV Pustaka Setia. Maidar, G Arsjad Mukti US. (1998). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa

Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Musbihin, Imam. (2004). Buku Pintar PAUD. Jogjakarta : Laksana.

Mustakin, Muh,. Nur. (2005). Peranan Cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak TK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembina Pendidikan Tenaga Kependidikan atau Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Departemen Pendidikan Nasional (2009).Bermain sambil Mengasah Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jendral Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional.

Musthafa Bachrudin. (2008). Dari Iliterasi Dini ke Literasi Teknologi. Jakarta: Yayasan Crest Bandung dan New Concept English Education Centre.

Nurikhsan, Juntika. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(2)

Depatremen Pendidikan Nasional, (2010). tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009

Singgih Santoso (2003) (Statisticts Product and Service Solutions) SPSS Mengolah Data Statistik secara Profesional Jakarta:. PT Alexmedia Komputindo . Kementerian Pedidikan Dasar dan Menengah. Pedoman Pengembangan Program

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. (2010). Jakarta: Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.

Sa’ud, Udin S dan Satori Djam’an. (2007). Inovasi Pendidikan Dasar. Bandung: Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sa’ud, Udin S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana,. Ibrahim, (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan . Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D .Bandung: Alfabeta

Suharsiwi. (2007). Metodologi Pengembangan Bahasa di Taman Kanak-kanak PGTK Bandung ; Darul Qolam

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Sujiono Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara : Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa, Bandung: Angkasa.

Targian, Henry Guntur. (2008). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tedjo N, Reksoatmodjo ,(2007) Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan Bandung: . Refika Aditama .


(3)

Ulfah Meuthia (2004). Efektivitas Pembelajaran dengan Media Panggung Boneka dan Komik Transparansi dalam Membentuk Sikap Moral Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Vol 5 No. 1 2004, 11-21.

Undang-undang RI. No. 20. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media.

Wright Andrew. (2009). Storytelling With Children. Oksford University Press. Yuda Andi. (2007). Cara Pintar Mendongeng. Bandung : Mizan Budaya Kreatif. Zubaedah, Enny. (2006). “Tehnik Mendongeng dan Manfaat Dongeng Bagi Anak”.


(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai salah satu bagian terpenting dalam proses pembangunan nasional merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai suatu investasi dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dalam rangka mengembangkan misi yang cukup luas, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, pikiran, kesehatan, keterampilan sampai kepada kepercayaan atau kenyakinan. Dalam konteks pendidikan dikembangkan melalui pendidikan humanistik dialektis antara individu dengan lingkungan. Sistem pendidikan yang dianut bukan lagi suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, melainkan suatu upaya pembuatan kesadaran yang disengaja dan terencana yang menuntut proses perubahan dan perkembangan.


(5)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada koordinasi motorik halus dan kasar, kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh Anak Usia Dini.

Usia dini merupakan masa kritis yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak pada dimasa dewasanya. Kebutuhan tumbuh kembang anak yang mencakup gizi, kesehatan dan pendidikan harus merupakan suatu kesatuan intervensi yang utuh. Bila anak ditelantarkan, seperti kurang asupan gizi, perlindungan kesehatan dan rangsangan pendidikan, maka perkembangan kecerdasannya tidak akan optimal.

Pendidikan Anak Usia Dini pada dasarnya merupakan kegiatan bermain sambil belajar, karena pada masa ini anak sangat membutuhkan keleluasaan untuk bermain dan mengembangkan fungsi psikologis yang berkaitan dengan permainannya. Peluang anak dalam melibatkan diri diberbagai kegiatan bermain dinikmatinya sebagai suasana yang menyenangkan.

Kegiatan bermain dilakukan di lingkungannya dengan menggunakan sarana, alat permainan edukatif, dan memanfaatkan sumber belajar. Kegiatan bermain juga harus menyenangkan, sehingga akan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dunianya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini, khususnya TK, perlu menyediakan beragam kegiatan dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi aspek


(6)

moral dan nilai agama, seni, kognitif, bahasa, sosial, emosi, kemandirian, dan fisik motorik.

Bahasa perlu disajikan dengan mempertimbangkan karakteristik anak. Bahasa sangat vital karena merupakan alat komunikasi verbal utama dalam keseharian. Dalam buku yang berjudul Teknik Menulis Cerita Anak yang diterbitkan oleh tiga penerbit sekaligus penerbit Pusbuk, Pink Books dari Taman Melati Jogyakarta pernah ditulis bahwa “Bahasa memiliki kekuatan yang sangat mengikat dan mempengaruhi perkembangan hidup manusia dari sejak lahir sampai meninggal dunia” (Sabrur R Soenardi, 2003).

Bahasa untuk anak usia dini berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan, mengembangkan kemampuan intelektual, mengembangkan ekspresi anak dan menyatakan perasaan buah pikiran kepada orang lain.

Bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan, ide, gagasan dan dapat membantu memecahkan masalah untuk memposisikan dirinya sebagai mahluk Tuhan seperti dikemukakan oleh Suhartono (2005:12) bahwa:

Bahasa sebagai alat komunikasi dan merupakan sarana utama untuk berfikir serta bernalar. Manusia berfikir dengan menggunakan otak dan mengolah pikirannya tersebut melalui bahasa. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan hasil pemikiran atau penalaran, sikap, serta perasaannya. Ia dapat bergaul dan berkomunikasi, mencari informasi, serta mengendalikan pikiran, sikap dan perbuatan sesamanya dengan menggunakan bahasa.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk menyatakan pikiran, perasaan keinginannya untuk mencari informasi dan ilmu pengetahuan. Bahasa sangat mempengaruhi perkembangan hidup manusia dari sejak lahir sampai meninggal dunia. Tarigan (1994:6) mengutip hasil penelitian Berd, bahwa perkembangan bahasa di Stepene


(7)

College Cirl sebagai berikut: menyimak 42%, berbicara 25%, membaca 15% dan menulis 18%. Rankin dalam penelitiannya tentang perkembangan bahasa, menyimak 42%, berbicara 32%, membaca 15% dan menulis 11%. (Tarigan, 1994:7)

Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara lebih besar dari kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang harus dikembangkan pada anak usia dini. Kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki anak. Tanpa menyimak akan banyak mengalami hambatan dalam kemampuan berbicara seperti yang. dikemukakan oleh Tarigan (2008:3) bahwa “Keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.”

Permasalahan yang sering ditemui dalam perkembangan bahasa di Taman Kanak-kanak yaitu kesukaran menerima bahasa yang dibicarakan dikarenakan bermacam-macam bahasa yang diterima anak, baik dilingkungan keluarga, masyarakat atau pun disekolah. Anak sulit memahami bicara orang lain karena ia bilingual yaitu anak yang menggunakan dua bahasa secara bersamaan di usia Taman Kanak-kanak. Bilingualisme merupakan hambatan untuk belajar berbicara secara benar seperti yang dikutip dari buku perkembangan anak seri Ayah Bunda dari redaksi Ayah Bunda (1998:80) “Bilingualisme merupakan hambatan untuk belajar berbicara secara benar.”

Berdasarkan pendapat Tarigan (2008:15) menyatakan bahwa “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.”


(8)

Tetapi pada kenyataanya anak mengalami kesulitan untuk mengucapkan bunyi artikulasi serta menyampaikan buah pikiran dan perasaan, dikarenakan metode dan media pembelajaran yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak kurang menarik.

Berdasarkan permasalahan dilapangan, anak usia Taman Kanak-kanak juga berhadapan dengan sejumlah masalah pada aspek bahasa. Anak kurang mampu untuk mengungkapkan pesan yang disampaikan guru dikarenakan metode dan media pembelajaran yang kurang menarik, seperti yang dikemukakan para peneliti Suparno, dkk. (1997:15:83). “Ada sejumlah kesulitan yang dihadapi anak-anak merasa malu berkomunikasi belum berani menyimpulkan ide gagasan secara spontan.”

Beberapa hasil studi yang dilakukan mengenai kemampuan anak dalam memahami isi komunikasi hasil tersebut menegaskan bahwa “Anak-anak yang tidak mendengar tetapi tidak mengarah perhatian terhadap isi pesan yang tidak jelas, anak tidak mampu mengungkapkan pesan yang tidak dipahaminya” (Iman Musbikin, 210:151), dari buku Pintar Paud dalam perspektif Islam. Dalam kemampuan berbicara, anak dihadapkan pada permasalahan yang rumit gangguan bicara yang diderita pada anak, akan menimbulkan perasaan minder, anak takut untuk berbicara seperti yang dikemukakan oleh Suhartono, (2005:25) bahwa :

Gangguan bicara pada anak merupakan suatu persoalan yang rumit, baik bagi si anak atau orang tua, gangguan bicara yang diderita pada anak akal menjadi beban mental berdasarkan dari mereka, misal timbul perasaan minder atau pun anak dikucilkan oleh teman-temannya.

Kemampuan menyimak merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, tanpa kemampuan ini anak akan banyak mengalami hambatan dalam kemampuan bahasanya. Sebagai contoh anak usia SD yang mengalami kemampuan membaca dan memahami bacaan, karena ia kurang mendapatkan stimulasi pada


(9)

pengembangan aspek menyimak pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Anak kesulitan mengartikan kata yang ia baca, karena ia tidak bisa menyimak, memahami isi bacaan. Menurut laporan TIM IEA keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia berada pada peringkat rendah, rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD adalah sebagai berikut 75 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran (Wasliman, 2007:22). Berdasarkan pengamatan dilapangan, anak usia dini kadang memang tidak memahami pesan-pesan kebahasaan yang disampaikan guru sehingga tidak mampu untuk mengungkapkan pesan.

Kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara di Taman Kanak-kanak perlu metode yang menarik dan menyenangkan serta sesuai dengan perkembangan anak. Metode yang sesuai dan tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara adalah metode storytelling. Menurut Muh Nur Mustakim, dalam Loban (1972:521) bahwa “Storytelling dapat menjadi suatu motivasi untuk mengembangkan daya kesadaran, memperluas imajinasi anak, orang tua atau menggiatkan kegiatan storytelling pada berbagai kesempatan.” Suparno, dkk., Joan Brewer (2007:256) merekomendasikan bahwa untuk pengembangan kemampuan menyimak dan berbicara perlu disediakan aktifitas storytelling menurutnya aktivitas ini memberikan keuntungan karena anak-anak akan menjadi penyimak dan pembicara aktif.


(10)

Syekh Muhammad Al-Hazzaa dalam bukunya di Saaliibun Nabiiyi Shalallahu Alaibi Wassallam Fitta’lim pernah menulis tentang apa yang pernah dilakukan oleh Rosullulloh Saw. Ketika mengajar Rosullulloh Saw, seringkali menyampaikan dalam bingkai cerita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kaum-kaum terdahulu. Beliau menggunakan metode ini karena cerita yang disampaikan mampu meninggalkan bekas yang sangat dalam pada jiwa peserta didik (Iman Musbikin, 2010:276).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa storytelling merupakan metode yang tepat untuk peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara. Diperkuat juga dari pendapat Enny Zubaedah dari jurnal Ilmiah Anak usia Dini (2006) bahwa dengan mendongeng anak memperoleh kesenangan dan mengembangkan bahasa, kognitif, kepribadian dan keterampilan sosial.

Kemampuan menyimak dan berbicara perlu ditunjang dengan media yang menarik, karena media pembelajaran merupakan salah satu diharapkan efektif menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Salah satu media yang efekif untuk anak-anak yaitu media panggung boneka. Seperti yang diungkapkan oleh Meuthia (2004:11-12) bahwa “Media panggung boneka dapat mengembangkan komunikasi beberapa arah, sehingga dapat mengaktifkan kognitif dan panca indra.” dari Jurnal Pendidikan Dasar.

Menurut Saud (2008:198) “Pemanfaatan teknologi informasi baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran merupakan salah satu cara diharapkan efektif menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat konvensional.”


(11)

Berkaitan dengan media pembelajaran menurut Wina Sanjaya, (2006:160) mengemukakan bahwa “Dengan menggunakan media komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga membuat proses pembelajaran lebih menarik.” Salah satu pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak adalah dengan menggunakan media panggung boneka seperti yang dikatakan oleh Moesliehatun bahwa media panggung boneka dapat dilaksanakan di Taman Kanak-kanak dan sekolah dasar kela rendah.

Berdasarkan uraian di atas media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara di Taman Kanak-kanak adalah media panggung boneka karena media panggung boneka, lebih menarik dan sesuai dengan usia Taman Kanak-kanak. Berdasarkan pedoman spesifikasi alat bermain di Taman Kanak-kanak bahwa media panggung boneka merupakan salah satu media yang digunakan di Taman kanak kanak (Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dari Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Tahun 2010).

Lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia saat ini belum merata memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Rendahnya tingkat ketersediaan sarana dan prasarana ini, menurut Sa’ud (2007:35), satu dari banyak problem pendidikan di negeri ini. Kadang kenyataan di lapangan media yang dimiliki lembaga pendidikan anak usia dini cukup memadai tetapi tidak memberikan stimulasi, dikarenakan masih banyak guru di lapangan enggan untuk menggunakan media dengan dalih malas untuk membereskannya kembali. Anak-anak dibiarkan bermain seadanya, Masalah tersebut muncul sebagai salah satu akibat kurang tersosialisasikannya


(12)

penelitian mengenai pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka terhadap peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara. Berangkat dari pentingnya metode dan penggunaan media, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian bagaimana pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka terhadap peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan lokasi pada TKN Pembina Kabupaten Majalengka.

Ditinjau dari permasalahan yang terjadi maka peneliti mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Storytelling dengan Media Panggung Boneka terhadap Peningkatan Kemampuan Menyimak dan Berbicara Anak Usia Dini”

(Studi Eksperimen Quasi Di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka).

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran metode storytelling dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan menyimak antara anak usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media panggung boneka dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka?


(13)

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan berbicara antara anak usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media panggung boneka dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran metode storytelling dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.

2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan menyimak antara anak usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media panggung boneka dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.

3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berbicara antara anak usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media panggung boneka dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis


(14)

a. Memberikan pembuktian terhadap teori metode storytelling dengan media panggung boneka untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara. b. Memberikan penerapan dan pengembangan konsep-konsep metode storytelling

dengan media panggung boneka dalam peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara pada anak usia dini.

c. Memberikan sumbangan pemikiran untuk mendukung hasil-hasil penelitian orang lain tentang objek dan kondisi yang berbeda.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Digunakan sebagai bahan masukan bagi para guru TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka pada khususnya, dan Guru TK lain pada umumnya untuk memilih dan mengunakan metode storytelling dengan media panggung boneka sebagai upaya meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara pada anak usia dini. b. Digunakan sebagai bahan masukan pengelola TK Negeri Pembina Kabupaten

Majalengka pada khususnya, dan TK lain pada umumnya dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran.

c. Digunakan sebagai bahan masukan bagi para perencana pendidikan dan program pendidikan usia dini untuk mengembangkan penerapan metode storytelling dengan media panggung boneka yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini.


(15)

E. Hipotesis

Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenaranya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks (Moh. Nazir, 2003:151).

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan menyimak antara anak yang belajar dengan metode storytelling dengan media panggung boneka dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan berbicara antara anak yang belajar dengan metode storytelling dengan media panggung boneka dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional

F. Definisi operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda secara operasional peneliti mendefinisikan variabel penelitian sebagai berikut:

1. Metode Storytelling dengan media panggung boneka

Metode Storytelling dengan media panggung boneka dengan beberapa buah boneka dan panggung dalam pelaksanaannya, percakapan dilakukan antar boneka yang sedang memerankan tokoh tertentu dan biasanya menggunakan panggung serta


(16)

ada prolog atau pendahuluan dan pengiring, sementara anak-anak menyimak jalan ceritanya (Suharsiwi, 2001:36). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Metode storytelling dengan media panggung boneka adalah kegiatan guru dan anak didik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan menceritakan kisah yang dilakukan oleh pencerita kepada pendengar dengan menggunakan boneka dan panggung boneka sebagai media.

Adapun beberapa indikator yang diharapkan muncul dari pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka adalah :

a. Melatih perhatian anak b. Melatih daya konsentrasi

c. Membantu perkembangan fantasi

d. Menciptakan suasana menyenangkan dikelas (Suharsiwi, 2001:35)

Media panggung boneka adalah panggung boneka yang cukup besar terbuat dari kayu dan triplek dicat berwarna warni, ditambah kain untuk tirai panggung. Ukuran panggung : tinggi 150 cm, lebar 100 cm, ukuran lubang panggung 40 cm x 60 cm. boneka tangan yang berbentuk manusia atau hewan terbuat dari kayu, akrilik atau kain. Baju dan tangan boneka terbuat dari kain, ukuran sesuai kebutuhan atau sesuai proporsi orang atau binatang, warna baju yang menarik.

Cara menggunakan media panggung boneka adalah: Guru menyiapkan boneka dan panggung boneka; untuk menjelaskan jalannya suatu cerita, serta untuk menciptakan suasana cerita itu di dalam prolog dan pengiring dengan nada dan suara yang berlainan sewaktu melakukan dialog; pemunculan boneka harus disamping kiri atau kanan.


(17)

2. Kemampuan menyimak

Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russel & Russell, 1959, Tarigan, 2008:30). Menurut Tarigan (2008:31) menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta menyatakan untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Kemampuan menyimak merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati lingkungan sekitarnya dan mendengar orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini terkait dengan kesanggupan anak dalam menangkap isi pesan secara benar dari orang lain (Nurbiana, 2007:3.17).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi non bahasa dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta interpretasi, dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut.

Adapun beberapa indikator dari kegiatan ini, adalah (a) Menunjukkan ekspresi, antusias dan konsentrasi ketika menyimak, (b) Meniru kembali 3-5 urutan kata, (c) Menirukan dan membedakan suara binatang dan alam, (d) Melakukan 3-5 perintah secara berurutan, (e) Mengulang kalimat yang telah di dengarnya.

3. Kemampuan Berbicara

Menurut Grenne & Petty (1971) dalam Tarigan (1986:4) keterampilan berbicara adalah kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan sebagai media dalam


(18)

menyampaikan suatu ide, gagasan atau pendapat serta pemikirannya kepada orang lain untuk berbagai kepentingan. Menurut Arsjad dan Mukti (1998:23) keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat dipahami oleh orang lain. Berbicara anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang lain yang ada dan mendengar disekitarnya. (Suhartono, 2005:12).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan bunyi-bunyi bahasa dan non bahasa dalam berkomunikasi secara lisan sebagai media dalam menyampaikan suatu ide gagasan atau pendapat serta pemikirannya kepada orang lain untuk berbagai kepentingan.

Adapun indikator dari kegiatan ini adalah meliputi (a) Menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, mengapa dan berapa, (b) Melanjutkan cerita yang telah di dengar sebelumnya, (c) Menceritakan kembali secara urut, (d) Melakukan percakapan atau komunikasi dengan teman sebaya, (e) Berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang terdiri dari 5-6 kalimat.

G. Metode Penelitian

Masalah sentral yang ingin peneliti pecahkan dalam penelitian ini adalah pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka terhadap peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara pada anak Taman Kanak-Kanak. Untuk memecahkan masalah tersebut metode yang digunakan adalah metode eksperimen


(19)

semu (kuasi eksperimen) dengan desain non-equivalent control group. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini di Taman Kanak-kanak serta aktivitas guru dan anak selama pembelajaran dengan menggunakan metode storytelling dengan media panggung boneka untuk peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara.

Data penelitian diperoleh dari tes awal dan tes akhir anak kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol yang dilakukan guru, sebagai aktivitas guru dan anak selama pembelajaran dengan metode storytelling dengan media panggung boneka. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi.

Desain penelitian ini menggunakan desain non-equivalent control group. Bagan untuk desain ini adalah sebagai berikut. (Millan dan Schumacher, 2007:467)

TABEL 1.1

DESIGN NONEQUIVALENT CONTROL GROUPS PRETEST POSTEST

Kelompok Perlakuan

A B

01 03

02 04 Waktu

1

X

2

X


(20)

H. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka yang beralamat Jl. Raya Sukahaji-Maja Desa Cikalong Kecamatan Sukahaji dengan akreditasi A.

Sampel dari penelitian ini adalah sebanyak satu kelas dengan jumlah 30 anak diambil dari kelompok B1. adapun pembagian sampel sebagai berikut Kelompok B1 Mawar sebanyak 15 anak dalam pembelajarannya dengan metode storytelling menggunakan media panggung boneka, sebagai kelas eksperiment. Sedangkan kelompok B1 Anggrek sebanyak 15 anak diberi pembelajaran konvensional dengan membacakan cerita sebagai kelas kontrol.


(21)

81

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen digunakan untuk mengetahui perbandingan atau pebedaan kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak usia dini yang menerapkan metode storytelling dengan media panggung boneka dengan membacakan buku cerita atau pembelajaran konvensional.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini jenis Quasi-exsperimental designs, disini peneliti tidak menggunakan random assignment (membagi sampel secara acak) dalam penarikan sampelnya, tetapi menggunakan kelompok atau kelas yang sudah tersedia atau terbentuk sebagai kelompok eksperimen dan kelompok control (Furqon dan Emilia E. 2010:20). Sebelum diberi perlakuan, masing-masing kelompok diberi pretest dengan maksud untuk mengetahui homogenitas dan normalitas, kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan metode storytelling dengan media panggung boneka sementara kelompok kontrol diberi perlakuan membacakan cerita, pada akhirnya dua kelompok tersebut diberikan postest untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa.

Desain kuasi eksperimen dilukiskan pada tabel di bawah ini :

TABEL 3.1

DESIGN NONEQUIVALENT PRETEST-POSTTEST CONTROL DESIGN

Group Pretest Treatment Postest

A O1 X1 O2

B O3 X2 O4


(22)

Keterangan :

A : Kelas eksperimen yang mendapat perlakuan B : Kelas Kontrol mendapat perlakuan konvensional

O1 : Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen O2 : Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas kontrol O3 : Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas kontrol O4 : Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas kontrol X1 : Metode storytelling dengan media panggung boneka X2 : Metode pembelajaran konvensional

B. Alur Penelitian

Dengan membandingkan hasil observasi antara tes awal dengan tes akhir akan diketahui seberapa besar perubahannya sebagai indikator keefektifan perlakuan (Arikunto, 1988:86). Adapun langkah-langkah desain atau alur penelitian sebagai berikut :


(23)

Alur penelitian yang digunakan ditunjukkan pada bagan 3.1

BAGAN 3.1 ALUR PENELITIAN Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Metode Storytelling dengan media panggung boneka untuk peningkatan

kemampuan menyimak dan berbicara

Penyusunan instrument

1. Pedoman observasi kemampuan

menyimak

2. Pedoman observasi kemampuan

berbicara

Melatih guru TK Negeri Pembina

1. Menyiapkan anak didik kelompok B

2. Konsep metode Storytelling dengan

media panggung boneka

3. Penyusunan perangkat pembelajaran

RKM dan RKH Uji coba, validasi

Kelompok kontrol Pre-test Kelompok eksperimen

Pembelajaran tanpa metode Storytelling dgn media panggung boneka atau membacakan cerita

Pos-test Penerapan metode

Storytelling dengan

media panggung boneka

Pengolahan Dan analisis

data

Pembahasan


(24)

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Dengan studi literature mengenai pembelajaran dengan menerapkan metode storytelling dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini, sekaligus mengidentifikasi permasalahan dilapangan, agar dapat mengetahui apa yang terjadi dilapangan sehingga peneliti dapat menerapkan penelitian yang tepat sasaran untuk mengatasi permasalahan dilapangan. Kemudian menentukan tempat dan lokasi penelitian melakukan uji coba instrumen di TK Negeri Pembina Kecamatan Cigasong. Melatih guru TK Negeri Pembina tentang konsep metode storytelling dengan media panggung boneka untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini, menyiapkan anak didik, menyusun Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian. Dilanjutkan dengan menyusun instrument berupa pedoman observasi kemampuan menyimak dan pedoman observasi kemampuan berbicara anak usia dini.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan diawali dengan memberikan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal anak dalam kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak sebelum diberikan perlakuan, dilanjutkan dengan memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu metode storytelling dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak usia dini sebanyak 10 kali tatap muka, dan memberi perlakuan pada kelompok kontrol pembelajaran konvensional dengan membacakan cerita. Pada kelas eksperimen peneliti mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh


(25)

guru, serta mengamati responden dalam melaksanakan metode storytelling dengan media panggung boneka, peneliti mengamati responden membacakan cerita. Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai, memberikan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini antara yang menggunakan metode storytelling dengan media panggung boneka dengan pembelajaran konvesional melalui membacakan cerita. Dalam tahap pelaksanaan, dilakukan penerapan metode storytelling dengan media panggung boneka yang telah dituangkan dalam rencana pembelajaran dengan jadwal kegiatan tercantum sebagaimana tabel berikut :

TABEL 3.2 JADWAL PENELITIAN

No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan

1 4, 5, 6 Mei

2011

Uji instrumen TK. Negeri Pembina

Cigasong

2 7 Mei 2011 Melatih guru tentang metode

storytelling dengan media panggung boneka

Guru kelas eksperimen

3 9, 10, 11 Mei

20011

Pretest Kelas eksperimen dan

kelas kontrol anak TK Negeri Pembina Majalengka

4 12 s/d 25 Mei

2011

Pelaksanaan pembelajaran dengan

metode storytelling dengan media

panggung boneka

Kelas eksperimen

5 12 s/d 25 Mei

2011

Tidak diterapkan metode storytelling

dengan media panggung boneka tetapi konvensional

kelas kontrol

6 12 s/d 25 Mei

2011

Posttest Kelas control dan kelas


(26)

3. Tahap Analisis Data

Pembelajaran metode storytelling dengan media panggung boneka selesai, data hasil observasi yang telah terkumpul dianalisis dan diolah secara statistik dengan cara melaksanakan pengolahan dan analisis data dengan membandingkan skor kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak pada pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. Subjek populasi berjumlah 30 anak dengan usia berkisar 5 tahun pada kelompok B1, pembagian populasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah perbandingan 15:15.

Alasan mengambil lokasi ini adalah karena metode storytelling dengan media panggung boneka jarang diterapkan. Anak-anak pada umumnya memiliki ciri-ciri yang homogen kemampuannya terutama dalam kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara, guru-guru sangat responsive dan mau berkembang sehingga berkeinginan untuk menerapkan metode storytelling dengan media panggung boneka untuk mengembangkan kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak usia dini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pendataan yang mendukung penelitian ini, peneliti menyusun dan menjelaskan satu teknik pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah observasi.


(27)

Penelitian ini menggunakan satu macam cara pengumpulan data yaitu melalui observasi. Observasi dipilih sebagai teknik utama dalam penelitian ini, karena penelitian ini akan meneliti kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak usia dini, juga mengukur dengan menggunakan observasi. Menurut Sugiyono (2008:203) menyatakan bahwa “Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.”

Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan istrument yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.3.

TABEL 3.3 INSTRUMEN DATA

No Sumber

Data Jenis Data Teknik Data Instrumen

1 Anak Kemampuan menyimak anak sebelum

mendapatkan perlakuan dan setelah mendapat perlakuan Pretest dan posttest Pernyataan pedoman observasi tentang kemampuan menyimak anak 2 Anak Kemampuan berbicara

anak sebelum

mendapatkan perlakuan dan setelah mendapat perlakuan

Pretest dan posttest

Pernyataan observasi tentang kemampuan berbicara anak 3 Anak dan

guru

Foto-foto rekaman kegiatan pembelajaran

Dokumentasi Alat yang

dibutuhkan untuk mengambil foto atau rekaman seperti kamera

4 Guru Data perencanaan pembelajaran

Dokumentasi Prencanaan tema dan sub tema


(28)

E. Proses Perlakuan

Penelitian ditentukan dua kelas sebagai subjek penelitian, kelas pertama sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol. Pertama, masing-masing kelompok diberi pretest dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Selanjutnya pada kelas eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran penerapan metode storytelling dengan media panggung boneka sebanyak 10 pertemuan dengan langkah pembelajaran sebagai berikut :

1. Tahap persiapan, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :

a. Guru menata lingkungan kelas untuk mendukung kegiatan metode storytelling dan media panggung boneka.

b. Guru dan anak mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan berupa panggung boneka dan beberapa boneka

c. Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi tempat duduk 2. Tahap awal, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :

a. Anak-anak berbaris kemudian masuk kelas dan duduk melingkar

b. Guru membimbing anak untuk berdoa, mengucapkan surat-surat pendek serta menyanyi dan mengabsen anak didik

c. Guru memberikan informasi kepada anak tentang kegiatan yang akan dilakukan


(29)

3. Tahap inti, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :

a. Anak memperhatikan guru yang sedang bercerita dengan media panggung boneka.

b. Anak memperhatikan guru yang sedang bercerita dengan memainkan tokoh boneka.

c. Anak secara seksama menyimak cerita dengan media panggung boneka. d. Anak diberi kesempatan dan keluasaan untuk mengamati cerita dan

berkomentar.

e. Anak diberi kesempatan untuk bertanya jawab mengenai cerita. 4. Tahap penutup, dengan langkah kegiatan sebagai berikut :

a. Anak melaksanakan tanya jawab tentang cerita yang disampaikan guru

b. Guru memberi kesempatan pada anak yang lain untuk mengungkapkan atau berpendapat tentang kegiatan serta pengalaman anak setelah menonton cerita dengan media panggung boneka.

c. Guru dan anak dapat bertanya tentang isi cerita, isi gambar, dan memberi kesempatan pada anak yang lain untuk menceritakan kembali urutan cerita tersebut.

d. Guru dapat mereview (mengulang) kembali cerita yang sudah disampaikan oleh anak

e. Guru membimbing anak untuk berdoa.

Materi yang diberikan dalam kelas eksperimen tentang kemampuan menyimak dan berbicara dengan metode storytelling dan media panggung boneka tema maupun judulnya bervariasi agar tidak membosankan, juga untuk menarik minat anak agar ada ketertarikan untuk mengikuti kegiatan


(30)

setiap hari. Metode storytelling dengan media panggung boneka judul cerita setiap hari berganti, ada 10 judul cerita yang akan digunakan antara lain: 1). Mengabaikan nasihat teman, 2). Popi yang sombong, 3). Kueh Untuk Nenek, 4). Tersesat dihutan, 5). Kucing yang nakal, 6). Kelinci dan singa tua, 7). Damai itu indah, 8). Sirarong yang rakus, 9). Akibat tidak patuh 10). Lala dan lili, sedangkan dalam kelas kontrol materi cerita sama tetapi dengan membacakan cerita tanpa menggunakan metode storytelling dan media panggung boneka atau secara konvensional.

F. Instrumen Penelitian

Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasional dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur, dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2008:149).

Pengembangan instrument penelitian yang dimaksud adalah untuk mengetahui kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara anak di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten Majalengka, maka disusun butir pertanyaan atau pernyataan yang dikembangkan dari indikator yang disusun dalam kisi-kisi instrument.


(31)

TABEL 3.4

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN KEMAMPUAN MENYIMAK

VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR

TEKNIK/ PULTA RESPOND EN BUTIR SOAL Kemampuan Menyimak - Mendengarka n dan membedakan bunyi dan suara 1. Menirukan suara binatang dan bunyi alam 2. Membedakan

suara binatang (harimau dan srigala)

Observasi Kelompok B 1,2

3 - Mengamati apa yang diceritakan oleh orang lain melalui indra penglihatan dengan penuh perhatian 1. Menunjukkan antusias ketika akan mengamati cerita 2. Menunjukkan ekspresi ketika mengamati cerita 3. Menunjukkan konsentrasi ketika mengamati cerita

Observasi Kelompok B 4

5 6 - Mengerti beberapa perintah secara bersamaan

1. Melakukan 3-5 perintah secara berurutan dengan benar 2. Meniru kembali 3-5 urutan kata

Observasi Kelompok B 7,8,9

10,11,12 - Mengulang kembali kalimat yang telah disampaikan atau diceritakan oleh guru 1. Mengulang kalimat yang telah didengarnya dari kalimat yang ada dalam cerita yang disampaikan guru


(32)

TABEL 3.5

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN KEMAMPUAN BERBICARA

VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR

TEKNIK/ PULTA RESPOND EN BUTIR SOAL Kemampuan Berbicara - Menjawab pertanyaan dari cerita yang disampaikan 1. Menjawab pertanyaan apa, 2. Menjawab pertanyaan siapa, 3. Menjawab

pertanyaan berapa, 4. Menjawab

pertanyaan dimana, dan

5. Menjawab

pertanyaan mengapa.

Observasi Kelompok B 1, 2, 3, 4, 5

- Melanjutkan sebagian cerita atau dongeng yang telah didengarnya 1. Melanjutkan cerita yang telah didengar sebelumnya 2. Menceritakan kembali cerita secara urut

Observasi Kelompok B 6, 7, 8

- Dapat berkomunik asi atau berbicara lancar dengan lafal yang benar 1. Berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang terdiri dari 5-6 kalimat 2. Melakukan percakapan atau komunikasi dengan teman sebaya

Observasi Kelompok B 9,10, 11, 12, 13, 14, 15

Keterangan :

Instrumen ini diukur dengan skala yang telah dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada skala Likeart yaitu skala yang digunakan untuk mengubah sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penelitian menggunakan skala Likeart ini untuk jawaban terhadap suatu permasalahan yang


(33)

ditanyakan. Dengan hanya menggunakan empat interval yaitu pernyataan “sangat mampu”, “Mampu, kurang mampu dan tidak mampu” untuk mengungkapkan kejelasan suatu sikap atau sifat yang diteliti. Jawaban responden skor tertinggi bernilai (4) dan skor terendah (1). Misalnya untuk jawaban sangat mampu (4), jawaban mampu (3) kurang mampu (2) dan tidak mampu (1).

G. Pengujian Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu validitas dan realibilitas (Arikunto, 1999:160). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrumen tes. Salah satu ciri tes yang baik adalah valid dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat ke validan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa uji validitas merupakan suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam penelitian.

Adapun langkah uji validitas menurut Hidayat (2007) adalah sebagai berikut: 1. Menghitung harga korelasi setiap butir pertanyaan (observasi) yang akan

digunakan dalam penelitian dengan rumus :

{

2 2

}{

2 2

}

) ( . . ) ( . ) .( ) ( ) .( Y Y n X X n y X XY n rhitung Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =


(34)

Keter rhitung ΣXi ΣYi n 2. Meng

Keter t : r : n : 3. Cari t

berar 4. Uji R

dapat tersebut kepada Instrum yang maka eterangan

ng : koefisien korelasi : jumlah skor item : jumlah skor total (item) : jumlah responden enghitung harga t dengan rumus :

eterangan : : nilai t hitung

: koefisien korelasi hasil r hitung : jumlah responden

ri t tabel dengan melihat tabel t de Apabila nilai t hitung > t tabel be rarti tidak valid

ji Reliabilitas

Realibilitas menunjuk pada sa pat dipercaya untuk digunakan se rsebut sudah baik. Instrumen yang pada responden untuk merujuk jaw nstrumen yang sudah dapat diperca

ng dapat dipercaya. Apabila datan aka beberapa kali pun diambil akan t

ung

dengan dk = n – 2, α = 0,05 l berarti valid dan apabila nilai t hi

satu pengertian bahwa suatu ins n sebagai alat pengumpul data kare

ng baik tidak akan bersifat tendens jawaban-jawaban tertentu (Arikunt rcaya atau reabel akan dapat meng tanya memang berat sesuai deng kan tetap sama.

t hitung < t tabel

instrumen cukup karena instrumen ndensius mengarah kunto, 1998:170). enghasilkan data ngan kenyataan,


(35)

(spear

Keter ri : rb : H H. Tekn Unt menjawa 1. Penin Peni rumus g f

mak pos S S g = Keteranga

Spost =

Spre = Smaks = Ga kemampua 3.11.

Pengujian reliabilitas dilakuka pearman brown) dengan rumus seba

eterangan :

: reliabilitas internal seluruh inst : korelasi product moment antara Hasil pengujian validitas terlampi

eknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang tela wab rumusan permasalahan, maka

ningkatan kemampuan menyim

Peningkatan yang terjadi sebelum g faktor (N-Gain) dengan rumus H

pre aks pre post S S − − ngan :

= Skor Postes = Skor Pretes

= Skor Maksimum Ideal

Gain yang dinormalisasi ini diinte puan menyimak dan berbicara da

kukan dengan menggunakan tekni sebagai berikut.

nstrumen

ntara belahan pertama dan kedua. mpir.

elah diperoleh sehingga dapat dig ka langkah-langkahnya sebagai be

yimak dan berbicara anak

um dan sesudah pembelajaran dihi us Hake (Cheng, et, al, 2004:35):

interprestasikan untuk menyatakan a dan anak dengan kriteria seper

eknik split half

digunakan dalam berikut :

dihitung dengan

kan peningkatan perti pada Tabel


(36)

TABEL 3.6

KATEGORI TINGKAT GAIN YANG DINORMALISASI

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode storytelling dapat dilihat dari perbandingan nilai g (N-gain) kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan metode storytelling dengan media panggung boneka kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan g lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya.

2. Uji Hipotesis

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Untuk melihat normalitas data skor postes kelas kontrol dan eksperimen dilakukan uji normalitas data. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat dengan frekuensi pengujiannya jika X2 hitung < X2 tabel maka distribusi normal dan jika X2 hitung > X2 tabel maka distribusi tidak normal. Uji normalitas distribusi data kemampuan menyimak kemampuan berbicara untuk kelompok eksperimen dilakukan dengan persamaan (Sugiyono: 2007:241) :

=

e e o

f f f x ) ( ( 2

Dimana : fo : Frekuensi observasi fe : Frekuensi ekspektasi


(37)

data dikatakan berdistribusi normal jika x2hitung < x2tabel. b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data homogen atau tidak. Dalam hal ini berlaku. Ketentuan bila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel ( Fh ≤ Ft ), maka Ho diterima dan Ha ditolak, Ho ditemui varian homogen. Uji homogenitas ialah uji untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak. Uji homogenitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan persamaan : kecil S besar S F 2 2 =

Dengan S2 = varians

Data dikatakan homogen bila Fhitung ≤ Ftabel (Sugiyono : 2007:276) c. Uji Kesamaan Dua Rerata

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretest siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol, keadaan ini nilai rata-rata Posttest siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol, dan uji kesamaan rata-rata untuk g. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t).

Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Sudjana, 2005:207) sebagai berikut :

1. Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed):

        = − = ) 1 1 ( y x p n n S y x t


(38)

Dengan derajat kebebasan : nx + ny-2         − + − + − = 2 ) 1 ( ) 1

( 2 2

y x y y x x p n n S n S n S

Dimana nx = besar sampel pertama ny = besar sampel kedua

2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not assumed):

        = − = ) ( 2 2 y y x x p n S n S S y x t

Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney atau Wilcoxon (Ruseffensi, 1998:398).


(39)

144

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab V sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran metode storytelling dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara terdapat perubahan.

a. Penerapan pembelajaran dengan metode storytelling dapat meningkatkan pembelajaran secara signifikan terutama anak yang kategori rendah.

b. Anak semakin antusias dan tertarik dengan mengikuti pembelajaran metode storytelling dengan media panggung boneka, sehingga ada peningkatan yang signifikan dalam kemampuan menyimak dan berbicaranya

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menyimak antara anak yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media panggung boneka dibandingkan dengan pembelajaran konvensional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode storytelling dengan media panggung boneka terhadap kemampuan menyimak anak berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan menyimak anak. Hal ini dibuktikan dari kemampuan menyimak anak pada kelas eksperimen meningkat. Maka hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menyimak pada anak usia dini.


(40)

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berbicara antara anak usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media panggung boneka dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode storytelling dengan media panggung boneka terhadap kemampuan berbicara anak berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak. Hal ini dibuktikan kemampuan berbicara anak pada kelas eksperimen meningkat. Maka hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara pada anak usia dini.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode storytelling dengan media panggung boneka berpengaruh baik bagi peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara, oleh karena itu penulis merekomendasikan sebagai berikut:

1. Bagi guru agar menerapkan metode storytelling dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini. Karena metode dan media ini merupakan salah satu metode dan media yang efektif untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Sehingga guru harus terampil dan mahir dalam memainkan media panggung boneka dengan cara berlatih memainkan boneka, mengubah suara sesuai percakapan dialog, memainkan gerak-gerik tokoh boneka, membuat skenario cerita sesuai dengan dunia anak, memahami teknik–teknik pelaksanaan metode storytelling dengan media panggung boneka. Penerapan


(41)

metode storytelling dengan media panggung boneka agar disosialisasikan di gugus sekolah khususnya dan sekolah-sekolah secara umum.

2. Bagi pengelola mendapat kontribusi dalam peningkatan program pembelajaran ke arah yang lebih baik

3. Bagi para peneliti dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang anak usia dini, serta dapat meneruskan penelitian pada pengembangan lain seperti pengembangan moral, sosial, dan nilai nilai agama.


(42)

v

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

KATA MUTIARA

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN.. ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Hipotesis Penelitian ... 12

F. Definisi Operasional ... 12

G. Metode Penelitian ... 15


(43)

vi

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Metode storytelling dengan Media

Panggung Boneka ... 18

B. Media Panggung Boneka ... 43

C. Menyimak dan Berbicara ... 54

D. Hubungan Menyimak dengan Kemampuan Berbahasa Lainnya ... 66

E. Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini ... 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 81

B. Alur Penelitian ... 82

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 86

D. Teknik Pengumpulan Data ... 86

E. Proses Perlakuan ... 88

F. Instrumen Penelitian ... 90

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 93

H. Teknik Analisis Data ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 99

B. Hasil Pembahasan ... 134

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 144

B. Rekomendasi ... 146


(44)

vii

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Menyimak ... 150

3.2 Pedoman Observasi Kemampuan Menyimak ... 151

3.4 Pedoman Observasi KemampuanBerbicara ... 152

3.5 Satuan Kegiatan Mingguan ... 154

3.6 Satuan kegiatan Harian ... 156

3.7 Skenario Cerita ... 166

3.8 Proses Metode Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Storytelling Dengan Media Panggung Boneka ... 189

3.9 Reability Menyimak ... 192

3.10 Reability Berbicara ... 193

4.1 Uji Normalitas Data Homogenitas dan Uji Beda Dua Rerata ... 194

4.2 Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Kontrol Pretes ... 250

4.3 Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Kontrol Posttes ... 251

4.4 Hasil Perhitungan (N Gain) Setiap Aspek Kemampuan Menyimak Pada Pretes dan Posttes Kelas Kontrol ... 252

4.5 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan Menyimak Pada Pretes dan Posttes Kelas Kontrol ... 253

4.6 Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Eksperimen Pretes ... 254

4.7 Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Eksperimen Posttes .... 255

4.8 Hasil Perhitungan Ngain Setiap Aspek Kemampuan Menyimak Pretes-Posttes Kelas Eksperimen ... 256

4.9 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan Menyimak Pretes-Posttes Kelas Eksperimen ... 257

4.10 N Gain Pretes-Posttes Kemampuan Menyimak Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 258

4.11 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol Pretes ... 259


(45)

viii

4.13 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Aspek Kemampuan

Berbicara Kelas Kontrol Pretes-Posttes ... 261 4.14 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan

Berbicara Kelas Kontrol Pretes-Posttes ... 262 4.15 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen Pretes ... 263 4.16 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen Posttes ... 264 4.17 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Aspek Kemampuan

Berbicara Kelas Eksperimen ... 265 4.18 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan

Berbicara Kelas Eksperimen Pretes-Posttes ... 266 4.19 N Gain Pretes dan Posttes Kemampuan Berbicara Kelas

Kontol dan Eksperimen ... 267 4.20 Dokumen Kegiatan Pembelajaran Metode Storytelling

Dengan Media Panggung Boneka ... 268 4.21 Keputusan Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia Tentang Pengangkatan Pembimbing

Penulisan tesis Program Magister S2 ... 269 4.22 Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan Penelitian .. 270 4.23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari TK

Negeri Pembina Kabupaten Majalengka ... 271


(1)

145

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berbicara antara anak usia dini yang belajar dengan menggunakan metode storytelling dengan media panggung boneka dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode storytelling dengan media panggung boneka terhadap kemampuan berbicara anak berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak. Hal ini dibuktikan kemampuan berbicara anak pada kelas eksperimen meningkat. Maka hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara pada anak usia dini.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode storytelling dengan media panggung boneka berpengaruh baik bagi peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara, oleh karena itu penulis merekomendasikan sebagai berikut:

1. Bagi guru agar menerapkan metode storytelling dengan media panggung boneka dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini. Karena metode dan media ini merupakan salah satu metode dan media yang efektif untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Sehingga guru harus terampil dan mahir dalam memainkan media panggung boneka dengan cara berlatih memainkan boneka, mengubah suara sesuai percakapan dialog, memainkan gerak-gerik tokoh boneka, membuat skenario cerita sesuai dengan dunia anak, memahami teknik–teknik pelaksanaan metode storytelling dengan media panggung boneka. Penerapan


(2)

146

metode storytelling dengan media panggung boneka agar disosialisasikan di gugus sekolah khususnya dan sekolah-sekolah secara umum.

2. Bagi pengelola mendapat kontribusi dalam peningkatan program pembelajaran ke arah yang lebih baik

3. Bagi para peneliti dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang anak usia dini, serta dapat meneruskan penelitian pada pengembangan lain seperti pengembangan moral, sosial, dan nilai nilai agama.


(3)

v

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KATA MUTIARA

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN.. ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Hipotesis Penelitian ... 12

F. Definisi Operasional ... 12

G. Metode Penelitian ... 15


(4)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Metode storytelling dengan Media

Panggung Boneka ... 18

B. Media Panggung Boneka ... 43

C. Menyimak dan Berbicara ... 54

D. Hubungan Menyimak dengan Kemampuan Berbahasa Lainnya ... 66

E. Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini ... 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 81

B. Alur Penelitian ... 82

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 86

D. Teknik Pengumpulan Data ... 86

E. Proses Perlakuan ... 88

F. Instrumen Penelitian ... 90

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 93

H. Teknik Analisis Data ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 99

B. Hasil Pembahasan ... 134

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 144


(5)

vii

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Menyimak ... 150

3.2 Pedoman Observasi Kemampuan Menyimak ... 151

3.4 Pedoman Observasi KemampuanBerbicara ... 152

3.5 Satuan Kegiatan Mingguan ... 154

3.6 Satuan kegiatan Harian ... 156

3.7 Skenario Cerita ... 166

3.8 Proses Metode Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Storytelling Dengan Media Panggung Boneka ... 189

3.9 Reability Menyimak ... 192

3.10 Reability Berbicara ... 193

4.1 Uji Normalitas Data Homogenitas dan Uji Beda Dua Rerata ... 194

4.2 Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Kontrol Pretes ... 250

4.3 Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Kontrol Posttes ... 251

4.4 Hasil Perhitungan (N Gain) Setiap Aspek Kemampuan Menyimak Pada Pretes dan Posttes Kelas Kontrol ... 252

4.5 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan Menyimak Pada Pretes dan Posttes Kelas Kontrol ... 253

4.6 Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Eksperimen Pretes ... 254

4.7 Nilai Kemampuan Menyimak Kelas Eksperimen Posttes .... 255

4.8 Hasil Perhitungan Ngain Setiap Aspek Kemampuan Menyimak Pretes-Posttes Kelas Eksperimen ... 256

4.9 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan Menyimak Pretes-Posttes Kelas Eksperimen ... 257

4.10 N Gain Pretes-Posttes Kemampuan Menyimak Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 258

4.11 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol Pretes ... 259


(6)

4.13 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Aspek Kemampuan

Berbicara Kelas Kontrol Pretes-Posttes ... 261 4.14 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan

Berbicara Kelas Kontrol Pretes-Posttes ... 262 4.15 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen Pretes ... 263 4.16 Nilai Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen Posttes ... 264 4.17 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Aspek Kemampuan

Berbicara Kelas Eksperimen ... 265 4.18 Hasil Perhitungan N Gain Setiap Indikator Kemampuan

Berbicara Kelas Eksperimen Pretes-Posttes ... 266 4.19 N Gain Pretes dan Posttes Kemampuan Berbicara Kelas

Kontol dan Eksperimen ... 267 4.20 Dokumen Kegiatan Pembelajaran Metode Storytelling

Dengan Media Panggung Boneka ... 268 4.21 Keputusan Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia Tentang Pengangkatan Pembimbing

Penulisan tesis Program Magister S2 ... 269 4.22 Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan Penelitian .. 270 4.23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari TK

Negeri Pembina Kabupaten Majalengka ... 271


Dokumen yang terkait

the Influence of storytelling improving students' speaking ability : an experimental study at second grade students of Mts At-Taqwa 02 Bekasi

1 5 85

MEDIA AUDIOVISUAL BERPENGARUH TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK USIA DINI Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Keterampilan Menyimak Anak Usia Dini Di Kelompok B Tk Negeri Pembina Slogohimo.

0 4 11

PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK USIA DINI Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Keterampilan Menyimak Anak Usia Dini Di Kelompok B Tk Negeri Pembina Slogohimo.

0 4 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN MELALUI METODE BERCERITA DENGAN PANGGUNG BONEKA PADA ANAK Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan Melalui Metode Bercerita Dengan Panggung Boneka Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 1 Pandeyan Ngemplak Boyolali Tahun Pela

0 1 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK PERKATAAN ORANG LAIN MELALUI METODE BERCERITA DENGAN BONEKA TANGAN PADA Peningkatan Kemampuan Menyimak Perkataan Orang Lain Melalui Metode Bercerita Dengan Boneka Tangan Pada Anak Kelompok B TK ABA Kalikotes Ii Klaten Tahu

0 1 16

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN MELALUI METODE BERCERITA DENGAN PANGGUNG BONEKA DI TK ‘AISYIYAH Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Lisan Melalui Metode Bercerita Dengan Panggung Boneka Di Tk ‘Aisyiyah Bustanul Athfal I Basin Pada Anak Kelompok

0 0 14

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN METODE BERCERITA (STORYTELLING).

1 5 43

PENGARUH METODE STORYTELLING DENGAN MEDIA PANGGUNG BONEKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA ANAK USIA DINI :Studi Eksperimen Quasi di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka.

0 5 45

PENGARUH METODE CANTOL ROUDHOH TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK DAN MEMBACA ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2010-2011.

11 52 38

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Dengan Menggunakan Media Boneka Tangan pada Anak Kelompok B TK Pembina Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 6