PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MEMBENTUK SIKAP MAHASISWA TENTANG PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL : Studi Quasi Eksperimen pada mahasiswa Jurusan IPS FKIP Unpatti.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK. ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Struktur Organisasi Tesis ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

A. Problem Based Learning ... 16

1. Pengertian Problem Based Learning ... 18

2. Karakteristik Problem Based Learning ... 18

3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 20

4. Langkah-Langkah Pendekatan PBL ... 21

5. Teori Belajar Yang Mendukung ... 22

B. Konflik Sosial ... 24

1. Pengertian Konflik Sosial ………... ... 24

2. Teori Tentang Penyelesaian Konflik ………... ... 26

C. Pengertian Sikap ………. ... 29

1. Sikap ……… ... 29

2. Karakteristik Sikap ………... 32

3. Sikap Penyelesaian Konflik Sosial ……….. ... 33

D. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 36

E. Penelitian Terdahulu ... 44

F. Kerangka Pikir ... 46

G. Hipotesis ... 49


(2)

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 50

B. Desain Penelitian ... 50

C. Metode Penelitian ... 51

D. Definisi Operasional ... 52

1. Metode Problem Based Learning ... 53

2. Sikap Mahasiswa ……… ... 53

E. Instrumen Penelitian ... 54

1. Lembar Observasi ………... ... 54

2. Skala Sikap ………... 55

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 55

1. Validitas Instrumen ……… ... 55

2. Reliabilitas Instrumen ……… ... 56

3. Pengolahan Data Skala Sikap ……… ... 57

G. Alur Penelitian ... 59

H. Teknik Analisis Data... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 66

B. Hasil Penelitian……….. ... 67

1. Pre-test hasil uji sikap mahasiswa ... 67

2. Post-test sikap mahasiswa ... 71

3. Pre-test dan post-test sikap mahasiswa kelas eksperimen ... 74

4. Pre-test dan post-test sikap mahasiswa kelas kontrol... 76

5. Peningkatan kemampuan sikap mahasiswa... 78

6. Sikap Mahasiswa ... 80

7. Observasi dosen dan mahasiswa serta tanggapan mahasiswa selama pembelajaran dengan menggunakan problem based learning ... 91

C. Pembahasan ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 102

Kesimpulan ... 102

Rekomendasi ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

2.1 Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah ………….. 21

3.1 Desain Penelitian ……….. 51

3.2 Klasifikasi Koefisien Validitas ………... 56

3.3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ………... 57

3.4 Persentase Kuesioner Sikap Mahasiswa ……….. 58

4.1 Hasil Pre-test Pengukuran Sikap Mahasiswa ……..………... 67

4.2 Hasil Uji Perbedaan Pre-test Group Statistik ………... 69

4.3 Independent Samples Test ………... 70

4.4 Hasil Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……….. 71

4.5 Hasil Uji Perbedaan Post-test Group Statistik ………. 73

4.6 Independent Samples Test ………... 73

4.7 Hasil Pre-test dan Post-test Sikap Mahasiswa Kelas Eksperimen ……..…. 74

4.8 Hasil Uji t Perbedaan Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen ………….. 75

4.9 Paired Samples Test (Sampel memasangkan Test) ……….. 76

4.10 Hasil Pre-test dan Post-test Sikap Mahasiswa Kelas Kontrol ……….. 77

4.11 Hasil Uji t Perbedaan pre-test dan Post-test Kelas Kontrol ………. 77

4.12 Paired Samples Test (sampel Memasangkan test) ………... 78

4.13 Hasil Uji Perbedaan Gain ………. 79

4.14 Independent Samples Test (Sampel Test Bebas) ……… 80


(4)

4.16 Persentase Sikap Mahasiswa untuk setiap Pernyataan ………. 83 4.17 Skor pre-test, post-test dan Gain setiap indikator skala sikap mahasiswa 89


(5)

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK

No Judul Hal

2.1 Kerangka Pemikiran ……… 48

4.1 Hasil Pre-test Sikap Mahasiswa Kelas Eksperimen ……….... 68

4.2 Hasil Pre-test Sikap Mahasiswa Kelas Kontrol ……….. 68

4.3 Hasil Post-test Sikap Mahasiswa Kelas Eksperimen ………... 72


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

A Gambar Kegiatan Penelitian ……… 102

B Instrumen Penelitian ……… 115

C Data Penelitian ………. 124


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dimanapun dan kapanpun di dunia pasti terdapat pendidikan. Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia. Dengan demikian urusan pertama pendidikan adalah manusia. Perbuatan mendidik diarahkan kepada manusia untuk mengembangkan potensi-potensi dasar manusia agar menjadi nyata dan meningkat. Menurut Ismail (2002:10), pendidikan seharusnya lebih berorientasi ke depan dengan mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi era global yang penuh dengan tantangan dan persaingan. Sekolah/Lembaga pendidikan sebagai sebuah sistem sosial merupakan suatu tempat yang memiliki iklim yang baik untuk mendukung proses pembelajaran.

Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika lingkungan fisik dan psikhis sangat kondusif. Lingkungan yang damai dan menyenangkan adalah sangat kondusif untuk memfasilitasi proses belajar yang lebih baik. Sebaliknya, konflik dan kekerasan dalam iklim sosial sekolah atau kampus dapat memberikan dampak negatif terhadap proses belajar siswa atau mahasiswa.

Jika diperhatikan keadaan saat ini, iklim sekolah atau kampus tidak selamanya damai dan aman. Hal ini karena konflik sering terjadi pula di sekolah dan kampus perguruan tinggi apakah dalam bentuk yang sederhana ataupun yang lebih serius. Apapun bentuknya, jika konflik hadir, maka konflik tersebut


(8)

setidaknya akan mengganggu proses belajar dan kemudian akan memperlemah proses dan prestasi belajar siswa/mahasiswa. (Maftuh, 2008:9).

Peningkatan mutu pendidikan disemua lembaga pendidikan dapat ditempuh dengan pengembangan sumber daya manusia yang optimal. Melalui lembaga pendidikan maka dapat menghasilkan manusia pembangunan yang berkemampuan intelektual dan berkemampuan fisik. Dalam hal ini pemerintah telah berupaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu pendidikan dapat meningkat, diantaranya dengan perbaikan kuikulum mulai dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi, penataran guru, penyempurnaan buku-buku pelajaran maupun bahan ajar bagi seorang guru serta penambahan alat peraga. Sarana dan prasarana yang telah dibenahi, karena ini juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan.

Mutu pendidikan berhubungan erat dengan kegiatan belajar. Cronbach (Suryasubrata, 2010:231) menyatakan bahwa; “belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”. Senada dengan hal tersebut Winkel (Riyanto, 2010:5) mengatakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. pengetahuan ini bersifat secara relative konstan dan berbekas”. Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek, yaitu: bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat, ada penerapan pengetahuan,


(9)

menyimpilkan makna, menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas dan adanya perubahan sebagai pribadi.

Belajar adalah suatu proses yang di dalamnya terdiri dari berbagai prosedur dalam membentuk sistem belajar itu sendiri, yakni salah satunya adalah disiplin belajar. Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian.Winkel (1987:161) mengatakan bahwa “hasil belajar itu sangat erat dengan usaha pembiasaan, sedangkan pembiasaan itu sendiri berhasil atau tidaknya tergantung pada kemampuan untuk menciptakan atau memegang teguh kedisiplinan. Jadi faktor kedisiplinan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik”.

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah-laku, sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Belajar didefinisikan oleh Witherington (Purwanto, 2002) sebagai suatu perubahan di dalam keperibadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Senada dengan hal tersebut, Sudjana (1989:28) belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.

Diungkapkan pula oleh Walra (1999:24), belajar adalah merupakan aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku, dan pribadi yang bersifat permanen. Selanjutnya oleh Slameto (2003), belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungannya.


(10)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar bukan hanya berorientasi pada hasilnya saja, tetapi juga pada proses. Dengan demikian belajar dapat diartikan sebagai suatu tahapan menuju perubahan tingkah-laku seseorang secara permanen, dari semula yang belum tahu menjadi tahu karena proses yang terjadi di dalamnya.

Terkait dengan masalah belajar, maka dalam proses pembelajaran baik pada pendidikan dasar dan menengah maupun perguruan tinggi proses pembelajaran diupayakan untuk memotivasi peserta didik agar lebih aktif dan kreatif sehingga tidak terlihat bahwa dosen yang mendominasi proses pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk dapat berkreasi dan dapat menghubungkan masalah yang mereka peroleh pada proses pembelajaran dengan kehidupan nyata mereka.

Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindari dan selalu akan terjadi. Konflik selalu terjadi di dunia, dalam sistem sosial yang bernama Negara, bangsa, organisasi, perusahaan dan bahkan dalam sistem sosial terkecil yang bernama keluarga dan pertemanan. Konflik terjadi di masa lalu, sekarang, dan pasti akan terjadi di masa yang akan datang. Konflik juga terjadi karena masalah ekonomi atau penghidupan masyarakat. Konflik terjadi antara kelompok


(11)

masyarakat yang satu dan yang lainnya. misalnya di kota-kota besar, konflik karena memperebutkan lahan pakir dan penguasaan pasar oleh para preman sering terjadi. Konflik juga terjadi antara para mahasiswa dan pemerintah, misalnya mengenai kenaikan harga bahan bakar dan biaya pendidikan. Mahasiswa yang menyatakan diri sebagai bagian dari rakyat menganggap kenaikan harga bahan bakar akan membuat rakyat semakin miskin. Demikian juga, mahasiswa berpendapat biaya pendidikan yang terus meningkat membatasi kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan. Bahkan, konflik bisa terjadi antara kelompok mahasiswa yang satu dan yang lainnya, baik di universitas yang sama maupun di universitas yang berbeda.

Setelah era reformasi yang terjadi pada tahun 1998, karakter konflik yang terjadi di Makassar lebih banyak terjadi dalam kampus-kampus besar di Makassar, berbagai konflik internal dalam kampus semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari konflik yang terjadi di kampus-kampus besar seperti Universitas Hasanuddin, Universitas Islam Negeri Alauddin, Universitas 45 Makassar, Universitas Muslim Indonesia, dan Universitas Negeri Makassar. Di mana Universitas Negeri Makassar yang sampai sekarang masih sering terjadi konflik baik antara mahasiswa fakultas teknik, fakultas bahasa, fakultas olah-raga dan antara mahasiswa dengan masyarakat disekitarnya. Adapun penyebab terjadinya konflik ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti dendam, pengaruh minuman keras, doktrin senior, kebijakan pimpinan universitas, dan situasi akademik. Dalam menangani konflik ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, baik yang bersifat preventif dan represif, namun hal ini tampaknya tidak menyelesaikan


(12)

masalah yang terjadi, bahkan terkadang menimbulkan konflik lain yang bersifat vertikal.

Akhir-akhir ini adanya upaya baru telah diusahakan guna mengatasi hal ini yaitu penyelesaian konflik yang bersifat Bottom Up dimana masyarakat berperan aktif dalam menyelesaikan konflik tersebut. Dengan menggunakan cara ini diharapkan terjadinya win-win solution diantara pihak yang berkonflik. Walaupun dalam hukum positif Indonesia tidak mengenal adanya penyelesaian non litigasi tetapi dalam prespektif sosioligi hukum dengan melihat efektivitas berjalannya hukum di masayarakat dan kemanfaatannya maka non litigasi dibenarkan dalam pencegahan konflik.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Napoleon Feut bahwa penyelesaian konflik yang paling mujarab di tingkat lokal dapat dilakukan melalui jalan lembaga lokal sebagai mediasi antar masyarakat maupun antara pemerintah dengan masyarakat. Mediator (fasilitator) dalam konflik ini juga harus mendapat kepercayaan dari pihak yang berkonflik. Dalam penyelesaian konflik ini peran mediator dapat diambil dari mahasiswa, pihak rektorat dan kepolisian setempat. Mediator bertugas untuk memfasilitasi adanya dialog antara pihak yang berkonflik, sehingga semuanya dapat saling memahami posisi maupun kepentingan dan kebutuhan masing-masing, dan dapat memperhatikan kepentingan bersama. Sehingga dari sana akan muncul jalan keluar atau penyelesaian konflik menurut usulan dari pihak-pihak yang berkonflik. Sebagaimana di singgung sebelumnya bahwa Universitas yang besar merupakan salah satu daerah yang rawan konflik di Makassar, hal yang terakhir menjadi


(13)

perhatian publik yaitu masalah konflik antara mahasiswa, pihak birokrasi kampus dan masyarakat.

Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki kepentingan, kehendak, serta cita-cita konflik senantiasa “mengikuti mereka”. Oleh karena dalam upaya untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang menghalangi, dan halangan tersebut harus disingkirkan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan-benturan kepentingan antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini terjadi, maka konflik merupakan sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat.

Konflik antarbudaya ataupun multidimensional yang sering muncul dan mencuat dalam berbagai kejadian yang memprihatinkan dewasa ini bukanlah konflik yang muncul begitu saja. Akan tetapi, merupakan akumulasi dari ketimpangan-ketimpangan dalam menempatkan hak dan kewajiban yang cenderung tidak terpenuhi dengan baik. Konflik merupakan gesekan yang terjadi antara dua kubu atau lebih yang disebabkan adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan, kelangkaan sumber daya, serta distribusi yang tidak merata, yang dapat menimbulkan konflik di masyarakat. Konflik dan kehidupan manusia tidak mungkin untuk dapat dipisahkan dan keduanya berada bersama-sama karena perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan keterbatasan sumber daya itu memang pasti ada dalam masyarakat. Konflik akan selalu kita dijumpai dalam kehidupan manusia atau kehidupan masyarakat sebab untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan berbagai usaha yang dalam pelaksanaannya selalu


(14)

dihadapkan pada sejumlah hak dan kewajiban. Jika hak dan kewajiban tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka besar kemungkinan konflik terjadi.(wirawan 2010:4) Tidak mudah untuk menentukan pilihan tindakan penyelesaian konflik sosial yang tepat bagi suatu sistem sosial. Solusi konflik sosial pun tidak dapat generik, dalam arti sebuah rumusan yang berlaku bagi suatu sistem sosial komunitas akan berlaku juga bagi sistem sosial komunitas yang lain. Secara umum resolusi konflik sepantasnya harus dimulai dengan pengetahuan yang mencukupi tentang peta atau profil konflik sosial yang terjadi. Dengan demikian segala kemungkinan dan peluang resolusi konflik diperhitungkan dengan cermat, sehingga setiap manfaat dan kerugiannya dapat dikalkulasikan dengan baik.

Permasalah konflik sosial merupakan salah satu yang dapat dikaji dalam perkuliahan. Pengkajian masalah konflik ini dapat dilakukan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran bebasis masalah sangat baik dalam penyelesain konflik sosial yang ada.

Memerhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggaraan pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. untuk menunjang tercapainya tujuan IPS tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kodusif. iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh dosen mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar mahasiswa (Wahab, 1986:12). Dengan demikian, pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi


(15)

mahasiswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang dosen.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dapat membantu dosen menghubungkan materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Larson (dalam Ibrahim dan Nur, 2004:23) mengatakan bahwa Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Menurut Arends (2008:18), pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Pada pembelajaran dosen berperan untuk mengajukan permasalahan atau pertanyaan, memberikan dorongan, motivasi menyediakan fasilitas yang diperlukan. Selain itu, dosen memberikan scaffolding berupa dukungan dalam upaya meningkatkan kemampuan inkuiri dan perkembangan intelektual peserta didik.


(16)

Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Peran dosen dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. PBL merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Problem Based Learning yaitu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini peseta didik dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru. Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada peserta didik situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

Dalam model pembelajaran PBL dosen membantu mahasiswa menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku yang baik dalam bekerja sama, termasuk kepemimpinan, pengembangan kepercayaan, berkomunikasi, menyelesaikan masalah, menyampaikan kritik, dan perasaan-perasaan sosial sehingga metode ini dapat digunakan dalam membentuk sikap mahasiswa dalam menyelesaikan


(17)

konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat maupun dalam lingkungan universitas melalui pendidikan ilmu pengetahuan sosial.

Bertolak dari latar belakang di atas, maka sangat menarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Problem Based Learning dalam membentuk sikap mahasiswa tentang Penyelesaian Konflik Sosial Pada mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar mahasiswa Jurusan IPS FKIP Unpatti”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan umum dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan yang signifikan penerapan pendekatan problem based learning dalam membentuk sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial?

Secara rinci rumusan masalah di atas dapat dikemukakan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pre-test)?

2. Apakah terdapat perbedaan sikap mahasiswa dalam penyelesaian konflik sosial antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post-test)?


(18)

3. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pre-tes dengan post-test pada sikap mahasiswa dalam penyelesaian konflik sosial pada kelas yang mengunakan Problem Based Learning (kelas eksperimen)?

4. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pre-test dengan post-test sikap mahasiswa dalam penyelesaian konflik sosial pada kelas yang tidak menggunakan Problem Based Learning (kelas kontrol)?

5. Apakah terdapat perbedaan sikap mahasiswa dalam penyelesaian konflik sosial antara yang mendapat perlakuan Problem Based Learning dengan mahasiswa yang tanpa perlakuan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap mahasiswa tentang penyelesain konflik sosial antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pre-test).

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post-test)?

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara hasil pre-test dengan post-test sikap mahasiswa dalam penyelesaian konflik sosial pada kelas yang mengunakan Problem Based Learning (kelas eksperimen)?


(19)

4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara hasil pre-test dengan post-test sikap mahasiswa dalam penyelesaian konflik sosial pada kelas yang tidak menggunakan Problem Based Learning?

5. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap mahasiswa dalam penyelesain konflik sosial antara yang mendapat perlakuan Problem Based Learning dengan mahasiswa yang tanpa perlakuan?

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan informasi dan bahan pertimbangan alternatif metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa melalui metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

2. Memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa dengan pembelajaran metode pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL) dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

3. Sebagai bahan masukan pertimbangan bagi dosen untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

4. Memberikan pengalaman dan keterampilan kepada dosen dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar mahasiswa dan pemahaman tentang penyelesaian konflik sosial.


(20)

5. Mendorong pimpinan fakultas (Dekan) untuk menyarankan kepada dosen-dosen di fakultasnya bahwa metode pembelajaran berbasis Problem Based Learning dapat digunakan sebagai alternatif dalam upaya mengaktifkan mahasiswa dalam belajar.

6. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi fakultas dalam membentuk sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan ini dituankan dalam bentuk tesis dengan struktur sebagai berikut : BAB I . PENDAHULUAN

Bab ini memberikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis.

BAB II. KAJIAN TEORITIS

Bab ini mengupas teori-teori yang berhubungan dengan variabel penelitian antara lain problem based learning, pengertian konflik sosial, teori tentang penyelesaian konflik, pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian.

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini berisi penjabaran rinci mengenai Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisis data.


(21)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan disampaikan analisa terhadap data-data penelitian (hasil penelitian) serta pembahasan atau analisis data.

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi sehubungan dengan penulisan ini.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada empat kelas program studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura yang selanjutnya akan dijadikan dalam dua kelas (kelas kontrol dan kelas eksperimen). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan setelah peneliti melakukan studi awal penelitian dan telah mendapat persetujuan dari pihak-pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura untuk dilaksanakannya kegiatan penelitian.

Populasi penelitian ini adalah semua kelas di empat (4) program studi di FKIP Unpatti. Sementara itu sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 1 kelas dari program studi Pendidikan Ekonomi sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas dari Program Studi Sejarah untuk kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental. Menurut Sumadi Suryabrata (2004:32-36) desain quasi experimental, yaitu

“Bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan desain dimana secara nyata ada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan membandingkan hasil perlakuan dengan kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan”.

Dalam penelitian ini kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini mempunyai bentuk


(23)

desain penelitian adalah nonequivalent groups pre-test-post-test design. Desain ini dipilih dalam penelitian ini, karena desain ini dianggap tepat untuk mencari pengaruh penerapan metode PBL terhadap sikap mahasiswa. Juga dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa sesuatu kondisi terjadi serta hubungan sebab akibat antara beberapa variabel.

Desain quasi eksperimen digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode problem based learning (PBL) terhadap sikap mahasiswa pada pembelajaran ISBD. Desain penelitian ini dapat digambarkan pada table 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pre-tes Perlakuan Post-Tes

Eksperimen O X O

Kontrol O O

Sumber Data: Schumacher, 2001:342 Keterangan:

O : Tes Kompetensi dan Sikap mahasiswa tentang penyelesai konflik sosial pada mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

X: Pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning pada kelas eksperimen.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Dalam arti yang lebih luas, Sugiyono (2001:1) mengemukakan bahwa metode penelitian dapat diartikan sebagai :

“Cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang obyektif, valid, dan reliabel, dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk


(24)

memahami, memecahkan,dan mengantisipasi masalah dalam bidang administrasi.”

Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan, yaitu Metode Kuantitatif. Metode Kuantitatif adalah pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisaan hasil penelitian secara eksak dengan perhitungan statistik. Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran berbasis Problem Based Learning dalam membentuk sikap mahasiswa tentang penyelesain konflik sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011:7), yang mengatakan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.

D. Definisi Operasional

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:60). Variabel bebas (independent) atau variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran berbasis masalah atau Problem based learning (PBL) yang selanjutnya dianggap sebagai (X), sedangkan variabel terikat (dependent), yaitu sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial.


(25)

1. Metode Problem Based Learning

Metode Problem based learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga mahasiswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Menurut Fogarty (1997:3) tahap-tahap metode pembelajaran berbasis masalah adalah tahap merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan fakta, menyusun hipotesis (dugaan sementara), melakukan penyelidikan, menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan, menyimpulkan alternatif pemecahan masalah secara kolaboratif, dan melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.

Dengan demikian, PBL memiliki gagasan terhadap pencapaian hasil yang maksimal jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan autentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki pengalaman sebagaimana nantinya mereka menghadapi kehidupan propesional.

2. Sikap Mahasiswa Tentang Penyelesaian Konflik Sosial

Zaim El Mubarok (2009: 47) mengemukakan “Sikap adalah bentuk

evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling bereaksi


(26)

Dalam pendidikan resolusi konflik, sikap yang perlu ditumbuhkan adalah sikap positif terhadap resolusi konflik. Hal ini dilakukan dengan cara membentuk sikap positif terhadap resolusi konflik tersebut, atau dengan mengubah sikap yang telah ada. Perubahan sikap yang telah ada diarahkan dengan meningkatkan derajat kepositipan sikap, yakni dari sikap positif menjadi sangat positif terhadap resolusi konflik, atau dengan mengubah sikap dari yang semula negatif menjadi positif dengan resolusi konflik (Maftuh, 2008:76).

Mahasiswa diharapakan mampu meningkatkan sikap tentang penyelesaian konflik sosial. Membentuk sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial dapat dilihat dari mahasiswa yang mempunyai inisiatif, mencoba mengatasi rintangan-rintangan, mencoba mengarahkan tingkah laku kearah yang lebih baik.

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan semua data tentang aktivitas mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning. Lembar observasi merupakan suatu alat pengamatan yang digunakan untuk melihat dan mengukur aktivitas mahasiswa dan dosen dalam proses belajar mengajar. Dalam observasi diperoleh data dengan harapan hal-hal yang tidak teramati oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung dapat ditemukan.


(27)

2. Skala Sikap

Model skala sikap digunakan untuk memperoleh informasi mengenai sikap mahasiswa terhadap penyelesaian konflik sosial dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Based Learning. Kuesioner diberikan sebelum kegiatan pembelajaran (pre-test) dan sesudah kegiatan pembelajaran (post-test) baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Skala sikap ini dibuat dengan berpedoman pada skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Validitas Instrumen

Validitas merupakan salah hal yang penting dalam menentukan instrumen penelitian. Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009:121). Sejalan dengan hal tersebut Ruseffendi (1994) mengatakan bahwa suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur.

Untuk mengetahui tingkat validitas suatu instrumen (dalam hal ini validitas isi), dapat digunakan koefisien korelasi dengan menggunakan rumus Produk Moment dari Pearson dengan rumus sebagai berikut:


(28)

 

 

  2 2 2 2 , Y Y n X X n Y X XY n

rxy (Arikunto, 2008 : 72)

Keterangan: rx,y : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X : skor item Y : skor total

Selanjutnya koefisien korelasi hasil perhitungan diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:

Table 3.2

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien Validitas Interpretasi

0,90 < rxy  1,00 Validitas sangat tinggi 0,70 < rxy  0,90 Validitas tinggi 0,40 < rxy  0,70 Validitas sedang 0,20 < rxy  0,40 Validitas rendah 0,00 < rxy  0,20 Validitas sangat rendah

rxy = 0,00 Tidak Valid

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Jadi skor-skor yang ada pada butir soal dikorelasikan dengan skor total.

2. Reliabilitas Instrumen

Selain validitas, reliabilitas juga mempengaruhi terhadap pemilihan instrumen. Reliabilitas suatu instrumen menunjukkan keajegan suatu instrumen yang digunakan. Sebagaimana dikemukakan oleh Ruseffendi


(29)

(1994), reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau konsistensi mahasiswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut.

Tes yang reliabel adalah tes yang menghasilkan skor yang konsisten (tidak berubah-ubah). Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:                

2

2 11 1 t i i n n r  

, (Arikunto, 2008 : 109) Keterangan: r 11 : reliabilitas yang dicari

2

i

 : jumlah varians skor tiap-tiap item 2

t

 : varians total

Selanjutnya nilai r di atas diinterpretasikan sebagai berikut: 11 Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Validitas Interpretasi

0,90 < r11  1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0,70 < r11  0,90 Derajat reliabilitas tinggi 0,40 < r11  0,70 Derajat reliabilitas sedang 0,20 < r11  0,40 Derajat reliabilitas rendah

r11  0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

Dengan demikian, tes tersebut dikatakan reliabel jika nilai yang diperoleh mahasiswa berada pada level tinggi dan sangat tinggi.

3. Pengolahan data skala sikap

Dalam menganalisis hasil skala sikap dilakukan dengan membandingkan rerata skor sikap netralnya dengan rerata skor sikap


(30)

mahasiswa lebih besar dari rerata skor netralnya, sebaliknya mahasiswa mempunyai sifat negatif jika rerata skor sikap lebih kecil dari rerata skor netralnya. pemberian nilai dibedakan antara pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. untuk pernyataan yang bersifat positif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Pernyataan negatif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4.

Data hasil skala sikap ini kemudian dibuat bentuk persentase untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternative jawaban yang diberikan. Dalam penglahan data, digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:

P = Persentase jawaban f = frekuensi jawaban n = Banyaknya responden

Selanjutnya persentase yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi persentase sebagai berikut:

Tabel 3.4

Persentase Kuesioner Sikap Mahasiswa Besar Persentase Interpretasi

0% Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil

26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian Besar

76% - 99% Pada umumnya


(31)

G. Alur Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam mewujudkan desain penelitian tersebut ditunjukkan dalam alur penelitian:

Identifikasi Masalah

Metode Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning dalam membentuk Sikap mahasiswa Tentang Penyelesaian Konflik Sosial

Penentuan Subyek

Penentuan Sampel

Kelompok Eksprimen Kelompok Kontrol

Prestes

Posttes Metode Pembelajaran Berbasis

Problem Based Learning

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan Analisis Data Pembelajaran Konvensional

Pengolahan dan Analisis Data Kesimpulan Observasi


(32)

Pelaksanaanya melalui tahapan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi permasalahan di lapangan.

2. Menyiapkan teori metode pembelajaran berbasis Problem Based Learning sekaligus mempersiapkan materi dan instrumen pembelajaran dengan metode pembelajaran berbasis Problem Based Learning.

3. Menentukan subyek dan sampel penelitian.

4. Melakukan observasi terhadap pembelajaran pembentukan sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial yang dilakukan dosen untuk memperoleh informasi awal tentang penggunaan metode pembelajaran yang dilaksanakan 5. Bersama dosen menyepakati penerapan metode pembelajaran berbasis

Problem Based Learning yang akan dilaksanakan oleh dosen yang bersangkutan. Peneliti bertugas sebagai observer dan partner dosen. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. 6. Memberikan training pada dosen tentang pelaksanaan metode pembelajaran

berbasis Problem Based Learning.

7. Mengadakan pretes sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial kepada kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui hasil awal kompetensi mahasiswa dalam pembelajaran pembentukan sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial.

8. Menerapkan metode pembelajaran berbasis Problem Based Learning kepada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional kepada kelas kontrol. 9. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(33)

10. Melakukan analisis data kuantitatif dengan menggunakan uji-t terhada rerata skor pretes dan rerata skor postes.

11. Melakukan analisis data observasi dengan mahasiswa.

H. Teknik Analisis Data 1. Perhitungan Gain

Untuk mengetahui sikap mahasiswa tentang materi penyelesain koflik sosial pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan analisis terhadap hasil tes awal dan tes akhir. Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi rata-rata (average normalized gain) oleh Hake (2007) yang dianggap lebih efektif sebagai berikut:

 

 

  

 

pre pre post

g

% % 100

% %

Keterangan:

<g> : gain ternormalisasi rata-rata <%pre> : persentase skor pre-test rata-rata <%post> : persentase skor post-tes rata-rata. Kriteria tingkat gain adalah: g > 0,7 : Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 : Sedang


(34)

2. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah uji kecocokan 2 (Chi-kuadrat) dengan rumus sebagai berikut:

e e o

f f f 2 2

 (Russefendi, 1993 : 372)

Dengan fo : frekuensi observasi

fe : frekuensi ekspektasi

nilai 2yang diperoleh dengan rumus di atas disebut sebagai 2hitung

kemudian dibandingkan dengan 2table dengan derajat kebebasan (dk) = J-3

dalam hal ini J menyatakan banyaknya kelas interval. Jika 2hitung <2table,

maka dapat dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

3. Uji homogenitas

Uji homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda. Uji statistiknya menggunakan Uji-F dengan rumus:

kecil besar

s s F 2

2

Keterangan:

besar

S2 = Varians terbesar

kecil

S2 = Varians terkecil

Nilai F yang diperoleh dengan rumus di atas, disebut dengan Fhitung,


(35)

dan dk2 = n2 – 2. Jika Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua

distribusi memiliki varians yang tidak berbeda (Russefendi, 1993 : 374). 4. Uji hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada perbedaan sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial

antara kelompok eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pre-test)?

Ha: Terdapat perbedaan sikap mahasiswa dalam penyelesaian konflik sosial

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post-test)?

H0: Terdapat perbedaan antara hasil pre-tes dengan post-test pada sikap

mahasiswa dalam penyelesaian konflik sosial pada kelas yang mengunakan Problem Based Learning (kelas eksperimen?

Ha: Terdapat perbedaan antara hasil pre-test dengan post-test sikap

mahasiswa dalam penyelesaian konflik sosial pada kelas yang tidak menggunakan Problem Based learning (kelas kontrol)?

H0: Terdapat perbedaan sikap mahasiswa dalam penyelesaian konflik sosial

antara yang mendapat perlakuan Problem Based Learning dengan mahasiswa yang tanpa perlakuan.

Hipotesis operasionalnya adalah:

2 1

2 1 0

: :

 

 

 

a

H H


(36)

Keterangan: :

1

 rata-rata gain populasi kelompok eksperimen :

2

 rata-rata gain populasi kelompok kontrol

Jika populasi kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t, dengan rumus:

2 1 2 1 1 1 n n s x x t    

dengan

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan:

s : Simpangan baku gabungan dari dua kelompok s12 : Varians gain sampel kelompok eksperimen

s12 : Varians gain sampel kelompok kontrol

n1 : Jumlah mahasiswa pada kelompok eksperimen

n2 : Jumlah mahasiswa pada kelompok kontrol 

1

x : Rata-rata sampel kelompok eksperimen 2

x : Rata-rata sampel kelompok kontrol Kriteria pengujian:

Terima H0 jika tt1dimana dk = (n1+ n2 - 2). Dalam hal ini H0 ditolak jika t

mempunyai harga-harga yang lain.

Namun jika setelah dilakukan pre-test hasil yang didapat bahwa variansi tidak homogen maka rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut:


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan pada BAB IV, secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap mahasiswa terhadap penyelesaian konflik sosial dengan problem based learning adalah positif pada derajat sangat setuju. Secara khusus kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebelum dilakukan pemberian perlakuan penelitian ternyata mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan dalam sikap mahasiswa terhadap penyelesaian konflik sosial.

2. Setelah dilakukan pemberian perlakuan penelitian ternyata antara mahasiswa kelas ekperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan dalam sikap mahasiswa terhadap penyelesaian konflik sosial

3. Pembelajaran dengan menggunakan metode problem based learning pada dasarnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap mahasiswa terhadap penyelesaian konflik sosial. Dari data yang dianalisis didapat peningkatan respon mahasiswa terhadap penyelesaian konflik sosial dari sikap yang positif menjadi sangat positif terhadap resolusi konflik.

4. Pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan dengan metode konvensional yaitu dengan menggunakan sumber sekunder berupa buku teks pelajaran juga mempunyai derajat yang cukup signifikan. Di kelas ini juga mengalami kenaikan respon mahasiswa terhadap penyeleaian konflik


(38)

sosial, meskipun tidak sebesar kelas eksperimen / kelas yang diberi perlakuan.

5. Penggunaan metode Problem Based Learning memberikan hasil yang lebih signifikan terhadap sikap mahasiswa terhadap penyelesaian konflik sosial dari metode konvensional. Metode konvensional kurang meningkatkan wawasan dan keaktivan mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa rekomendasi yang diberikan yaitu : 1. Penggunaan metode problem based learning terbukti memberi pengaruh

dalam membentuk sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial. Oleh karena itu metode ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan sikap mahasiswa.

2. Penggunaan metode problem based learning memerlukan banyak persiapan terutama dalam waktu. Untuk itu dosen hendaknya membuat perencanaan waktu yang lebih baik, sehingga mahasiswa dapat lebih banyak mencari pengetahuannya sendiri.

3. Pembelajaran dengan metode problem based learning memerlukan pengelolaan kelas yang baik, yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran baik secara kelompok maupun individu.

4. Metode problem based learning dapat digunakan peneliti lain untuk menjajaki pengembangan kemampuan sikap terhadap permasalahan lainnya dan dalam bidang pembelajaran lainnya.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Bagaimana Pendidikan Memberdayakan Pembelajaran di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arends Richard I., (2008). Belajar untuk Mengajar. Edisi ke tujuh Alih Bahasa oleh Helly Prayitno dan Sri Mulyantini Prayitnodari judul Learning to Teach. seven edition. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian. Jakarta :PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. (1998). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boud, D, and Felleti G. (1997). The Challenge of problem based learning. London: Kogan Page.

Dahar, Ratna Wilis (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung:Gelora aksara Pratama Djahiri, K. dan Ma’mun, F. (1978). Pengajaran Studi Sosial (IPS). Bandung: FKIS

IKIP Bandung.

Depdiknas. (2006). Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan. Model Pembelajaran tematik Kelas Awal Sekolah Dasar..

Elmubarok, Zaim. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung. Alfabeta

Francis, Diana. (2006). Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial, Terjemahan: Hendrik Muntu, Yossy Suparyo, Yogyakarta: Quills.

Fogarty, R (1997). Problem based learning and other curriculum models for the multiple intelligences classroom. Arlington Heights, Illionis: Sky Light.

Ibrahim, Muslimin dan Nur. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA.


(40)

Indriantoro, N dan Bambang S.(1999). Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Ismail, (2002). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

Maftuh, Bunyamin. (2008). Pendidika Resolusi konflik. Membangun Generasi Muda yang Menyelesaikan Konflik secara Damai. Bandung: Prodi Pendidikan Kewarganegaraan & Sekolah Pasacasarjana UPI.

Mar’at. (1982). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Bandung: Ghalia Indonesia.

Maryani, Enok. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Muchtar, Suwarma Al (2007). Srategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung SPS UPI.

Mueler, D. J., (1992). Mengukur Sikap Sosial, Pegangan Untuk Peneliti Dan Praktisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta

Miall, Hugh, Olever Ramsbothan, dan Tom Woodhouse, (2002). Resolusi Damai Konflik Kontemporer, Menyelesaikan, Mencegah, Mengelola dan Mengubah Konflik Bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, terjemahan. Tri budhi Satrio, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mc.Millan & Schumacher. (2001). Research Education; A Conceptual Introduction (5thed). United States: Addison Wesley Longman, Inc.

Pruitt, Dean, G. dan Rubin, Jeffrey Z., (2009). Teori Konflik Sosial, Terjemahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, N, (2002). Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010, Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Riyanto, Yatim, (2010). Paradigma Baru Pembelajaran, Surabaya: Jakarta Kencana.


(41)

Russefendi, E.T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tidak diterbitkan.

Russefendi, E.T. (1993). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press.

Russefendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Ruseffendi, E.T. (1994). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung:IKIP Bandung Press.

Setyobroto, Sudibyo. (2004). Psikologi Kepelatihan. Jakarta: C.V. Jaya Sakti.

Somantri, M. Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Pascasarjana dan FPIPS UPT dengan PT Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Rosdakarya.

Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta. Jakarta

Sanusi, A (1971). Studi Sosial di Indonesia. Bandung:Badan Penerbit IKIP Bandung. Sapriya, (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Supriatna, Nana, (2000), Mengajarkan Keterampilan Sosial yang Diperlukan Siswa Memasuki Era Global, JPIS No. 19.

Sudjana, Nana. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensido.

Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.


(42)

Suryabrata, S. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Suryabrata, S. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suwarma, Al Muhtar. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung SPS:

UPI

Sumaatmadja, Nursid. (1980). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengatahuan Sosial. Bandung: Alumni.

Tan, Oon-Seng. (2003). Problem Based Learning: using Problem to Power Learning in 21 Century, Thomson Learning.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia Perspeftif Lokal, Nasional dan Global. Bandung: Historia Utama Press.

Wahab, Abdul Aziz. (2007). Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan, Bandung: Alfabeta.

Wahab,Abdul Aziz. (1998). Reorientasi Dan Revitalisasi Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Di Sekolah. Bandung: PPS IKIP Bandung.

Wirawan. (2010). Konflik Dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika.

Winataputra, Udin S. (2004). Kedudukan, Fungsi, Peran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Dan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Hispisi.

Walra, Rochmat. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirje Dikti.

Wawan A. dan Dewi M. (2010). Teori dan pengukuruan pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Wina, Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Winkel. W. S., (1987). Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.


(43)

Sumber: Jurnal, Makalah, Artikel

Hasan S. Hamid. (2007). Revitalisasi Pendidikan IPS dan ilmu Sosial untuk Pembangunan Bangsa, Makalah Seminar Nasional Revitalisasi Pendidikan IPS, 21 November 2007, Bandung: UPI.

Sumber Internet

Nurdin, H. M. Fadlil (2010), Penanganan Konflik Di Indonesia [online], Tersedia Hake,R.R.(2007).Should we measure change?yes

tersedia:http://www.physics.indiana.edu/~hake/measchanges.pdf [27 Sep] (http://teorionline.wordpress.com/2010/02/01/sikap-pada-pekerjaan/#more-160).

(http://niahidayati.net/cara-mengatasi-masalah-dan-konflik-dengan-memahami-perbedaan.html

(http://imaginativecenda.blogspot.com/2011/06/pendidikan-kewarganegaraan-konflik.html

http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/10/kekerasan-mahasiswa-fanatisme-kedaerahan-kental-di-kampus/http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik(Diakses 20 Oktober 2010)


(1)

sosial, meskipun tidak sebesar kelas eksperimen / kelas yang diberi perlakuan.

5. Penggunaan metode Problem Based Learning memberikan hasil yang lebih signifikan terhadap sikap mahasiswa terhadap penyelesaian konflik sosial dari metode konvensional. Metode konvensional kurang meningkatkan wawasan dan keaktivan mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa rekomendasi yang diberikan yaitu : 1. Penggunaan metode problem based learning terbukti memberi pengaruh

dalam membentuk sikap mahasiswa tentang penyelesaian konflik sosial. Oleh karena itu metode ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan sikap mahasiswa.

2. Penggunaan metode problem based learning memerlukan banyak persiapan terutama dalam waktu. Untuk itu dosen hendaknya membuat perencanaan waktu yang lebih baik, sehingga mahasiswa dapat lebih banyak mencari pengetahuannya sendiri.

3. Pembelajaran dengan metode problem based learning memerlukan pengelolaan kelas yang baik, yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran baik secara kelompok maupun individu.

4. Metode problem based learning dapat digunakan peneliti lain untuk menjajaki pengembangan kemampuan sikap terhadap permasalahan lainnya dan dalam bidang pembelajaran lainnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Bagaimana Pendidikan Memberdayakan Pembelajaran di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arends Richard I., (2008). Belajar untuk Mengajar. Edisi ke tujuh Alih Bahasa oleh Helly Prayitno dan Sri Mulyantini Prayitnodari judul Learning to Teach. seven edition. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian. Jakarta :PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. (1998). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boud, D, and Felleti G. (1997). The Challenge of problem based learning. London: Kogan Page.

Dahar, Ratna Wilis (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung:Gelora aksara Pratama Djahiri, K. dan Ma’mun, F. (1978). Pengajaran Studi Sosial (IPS). Bandung: FKIS

IKIP Bandung.

Depdiknas. (2006). Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan. Model Pembelajaran tematik Kelas Awal Sekolah Dasar..

Elmubarok, Zaim. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung. Alfabeta

Francis, Diana. (2006). Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial, Terjemahan: Hendrik Muntu, Yossy Suparyo, Yogyakarta: Quills.

Fogarty, R (1997). Problem based learning and other curriculum models for the multiple intelligences classroom. Arlington Heights, Illionis: Sky Light.

Ibrahim, Muslimin dan Nur. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA.


(3)

Indriantoro, N dan Bambang S.(1999). Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Ismail, (2002). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

Maftuh, Bunyamin. (2008). Pendidika Resolusi konflik. Membangun Generasi Muda yang Menyelesaikan Konflik secara Damai. Bandung: Prodi Pendidikan Kewarganegaraan & Sekolah Pasacasarjana UPI.

Mar’at. (1982). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Bandung: Ghalia Indonesia.

Maryani, Enok. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Muchtar, Suwarma Al (2007). Srategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung SPS UPI.

Mueler, D. J., (1992). Mengukur Sikap Sosial, Pegangan Untuk Peneliti Dan Praktisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta

Miall, Hugh, Olever Ramsbothan, dan Tom Woodhouse, (2002). Resolusi Damai Konflik Kontemporer, Menyelesaikan, Mencegah, Mengelola dan Mengubah Konflik Bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, terjemahan. Tri budhi Satrio, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mc.Millan & Schumacher. (2001). Research Education; A Conceptual Introduction (5thed). United States: Addison Wesley Longman, Inc.

Pruitt, Dean, G. dan Rubin, Jeffrey Z., (2009). Teori Konflik Sosial, Terjemahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, N, (2002). Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010, Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Riyanto, Yatim, (2010). Paradigma Baru Pembelajaran, Surabaya: Jakarta Kencana.


(4)

Russefendi, E.T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tidak diterbitkan.

Russefendi, E.T. (1993). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press.

Russefendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Ruseffendi, E.T. (1994). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung:IKIP Bandung Press.

Setyobroto, Sudibyo. (2004). Psikologi Kepelatihan. Jakarta: C.V. Jaya Sakti.

Somantri, M. Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Pascasarjana dan FPIPS UPT dengan PT Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Rosdakarya.

Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta. Jakarta

Sanusi, A (1971). Studi Sosial di Indonesia. Bandung:Badan Penerbit IKIP Bandung. Sapriya, (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Supriatna, Nana, (2000), Mengajarkan Keterampilan Sosial yang Diperlukan Siswa Memasuki Era Global, JPIS No. 19.

Sudjana, Nana. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensido.

Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.


(5)

Suryabrata, S. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Suryabrata, S. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suwarma, Al Muhtar. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung SPS:

UPI

Sumaatmadja, Nursid. (1980). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengatahuan Sosial. Bandung: Alumni.

Tan, Oon-Seng. (2003). Problem Based Learning: using Problem to Power Learning in 21 Century, Thomson Learning.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia Perspeftif Lokal, Nasional dan Global. Bandung: Historia Utama Press.

Wahab, Abdul Aziz. (2007). Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan, Bandung: Alfabeta.

Wahab,Abdul Aziz. (1998). Reorientasi Dan Revitalisasi Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Di Sekolah. Bandung: PPS IKIP Bandung.

Wirawan. (2010). Konflik Dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika.

Winataputra, Udin S. (2004). Kedudukan, Fungsi, Peran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Dan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Hispisi.

Walra, Rochmat. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirje Dikti.

Wawan A. dan Dewi M. (2010). Teori dan pengukuruan pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Wina, Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Winkel. W. S., (1987). Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.


(6)

Sumber: Jurnal, Makalah, Artikel

Hasan S. Hamid. (2007). Revitalisasi Pendidikan IPS dan ilmu Sosial untuk Pembangunan Bangsa, Makalah Seminar Nasional Revitalisasi Pendidikan IPS, 21 November 2007, Bandung: UPI.

Sumber Internet

Nurdin, H. M. Fadlil (2010), Penanganan Konflik Di Indonesia [online], Tersedia Hake,R.R.(2007).Should we measure change?yes

tersedia:http://www.physics.indiana.edu/~hake/measchanges.pdf [27 Sep] (http://teorionline.wordpress.com/2010/02/01/sikap-pada-pekerjaan/#more-160). (http://niahidayati.net/cara-mengatasi-masalah-dan-konflik-dengan-memahami-perbedaan.html

(http://imaginativecenda.blogspot.com/2011/06/pendidikan-kewarganegaraan-konflik.html

http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/10/kekerasan-mahasiswa-fanatisme-kedaerahan-kental-di-kampus/http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik(Diakses 20 Oktober 2010)