PERANAN KEPALA CABANG DINAS PENDIDIKAN TERHADAP MANAJEMEN KINERJA EFEKTIF KEPALA SEKOLAH DASAR DALAM RANGKA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA : Studi Kasus Tentang Peranan Kepala Cabang Dinas Pendidikan di Kota Bandung.

# 277
PERANAN KEPALA CABANG DINAS PENDIDIKAN TERHADAP
MANAJEMEN KINERJA EFEKTIF KEPALA SEKOLAH DASAR
DALAM RANGKA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

(Studi Kasus Tentang Peranan Kepala Cabang
Dinas Pendidikan di Kota Bandung)

TESIS
Oiajukan untuk memenuhi sebagian

Syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

Drs. MUSA SUWENDI
999782

PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2001

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan

judul "Peranan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Terhadap
Manajemen Kinerja Efektif Kepala Sekolah Dasar Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia", beserta seluruh isinya
adalah

benar-benar

karya

saya

sendiri,


dan

saya

tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang

tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi

yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini,
atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

gustus 2001

Disetujui dan disyahkan oleh:


Pern

bimrjinig
•V

w

Prof.Dr.H. Engkoswara, M.Ed.

Pembimbing II

Prof.Dr.H. Supandi Kartamihardja

_

%! > JV.1V
7

''liiiJ i


4

PROGRAM PASflASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN IND' )NES1A
PROGRAM PASCASARJAN V
BANDUNG
2001/2002

ABSTRAK

Peranan yang dilaksanakan oleh Kepala Cabang Dinas
Pendidikan terhadap manajemen kinerja efektif pada kepala
sekolah dasar, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia sebagai unsur pimpinan dalam

penyelenggaraan pendidikan pada level sekolah. Permasalahan
dalam penelitian ini adalah" Sejauhmana peranan yang
dilakukan Kepala Cabang Dinas Pendidikan dalam mewujudkan


manajemen kinerja kepala sekolah yang efektif di sekolah
dasar?".

Rumusan

masalah tersebut,

dijabarkan

ke

dalam

pertanyaan penelitian sebagai berikut
Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode
deskriptif analitik dengan pendekatan penelitian kualitatif. Yang
menjadi subyek penelitian ini adalah Kepala Cabang Dinas
Pendidikan se Kota Bandung dan Kepala Sekolah Dasar yang


mewakili setiap Cabang Dinas Pendidikan se Kota Bandung.
Beberapa temuan dari penelitian ini, dapat dirumuskan
sebagai berikut:

1. Peranan yang dilaksanakan oleh Kepala Cabang Dinas
Pendidikan dalam membina komitmen kepala sekolah dasar

dimaksudkan sebagai upaya untuk menanamkan dan
membina pribadi kepala sekolah untuk senantiasa memiliki

sikap komitmen pada tugasnya selaku pemimpin pendidikan
pada level sekolah dasar.

2. Supervisi yang dilaksanakan oleh Kepala Cabang Dinas
Pendidikan dimaksudkan sebagai upaya untuk menggali,

menghimpun, dan menganalisis berbagai permasalahan,
potensi, dan karakteristik penyelenggaraan pendidikan pada
masing-masing sekolah dasar yang ada di wilayah kerja
Kepala Cabang Dinas Pendidikan masing-masing


3. Mengoperasionalisasikan kinerja kepala sekolah dasar yang
dilakukan oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan dimaksudkan

sebagai upaya pembinaan yang memfokuskan pada
penjabaran kebijakan-kebijakan penyelenggaraan pendidikan
sesuai dengan visi dan misi Dinas Pendidikan Kota Bandung.
4. Evaluasi program kerja dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui efektifitas dan tingkat keberhasilan dari program
kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kepala Cabang Dinas
Pendidikan dalam upayanya untuk mewujudkan manajemen
kinerja kepala sekolah yang efektif.

IV

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

iv
v
viii
xii
xiv
xv

PENDAHULUAN

1


A. Latar Belakang

BAB II

1

B. Rumusan Masalah

11

C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian

13
13

E. Manfaat Penelitian

15


F. Paradigma Penelitian

17

KAJIAN PUSTAKA

20

A. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan
1. Pengertian Administrasi Pendidikan
2. Pengertian dan Fungsi Administrasi Personil .
B. Manajemen Kinerja Kepala Sekolah

20
20
25
30

1. Langkah-Langkah Analisis Kinerja

2. Strategi Peningkatan Manajemen Kinerja
Kepala Sekolah Yang Efektif
C. Pembinaan Manajemen Kinerja Efektif
Kepala Sekolah
1. Membina Komitmen Kepala Sekolah
2. Melakukan Supervisi Sekolah
3. Operasionalisasi Tugas Kinerja Kepala

30

Sekolah

34
50
52
55
56

4. Evaluasi Kinerja Kepala Sekolah
D. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia
1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia di
Sekolah Dasar

66
67
67

2. Komponen Pengelolaan Sumber Daya
Manusia

70

E. Telaah Studi Terdahulu Yang Relevan
F. Kesimpulan Hasil Kajian Pustaka

XH

76
79

BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian

BAB IV

81
81

B. Lokasi dan Subyek Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Langkah-Langkah Penelitian
E. Proses Analisa dan Interpretasi

83
85
87
89

DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

93

A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

93
93

2. Peranan Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Dalam Membina Komitmen Kinerja Kepala
Sekolah Dasar

97

3. Peranan Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Dalam Melaksanakan Supervisi Pendidikan.

4. Peranan Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Dalam Mengoperasionalisasikan Kinerja
Kepala Sekolah Dasar
5. Peranan Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Dalam Mengevaluasi Kinerja Kepala
Sekolah Dasar
B. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V

114

126

131
135

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI .... 144
A. Kesimpuian
144
1. Kesimpuian Umum
144

2. Kesimpuian Khusus
B. Implikasi

146
149

C. Rekomendasi

151

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xm

DAFTAR TABEL

Hal

TABEL 1; DAFTAR KEPALA CABANG DINAS PENDIDIKAN
SE KOTA BANDUNG

94

TABEL 2; UPAYA YANG DILAKUKAN KEPALA CABANG DINAS
PENDIDIKAN DALAM MEMBINA KOMITMEN

KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR

97

TABEL 3; UPAYA YANG DILAKUKAN KEPALA CABANG DINAS
PENDIDIKAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN

TENTANG KINERJA KEPALA SEKOLAH

114

TABEL 4; UPAYA YANG DILAKUKAN KEPALA CABANG DINAS
PENDIDIKAN DALAM MENGOPERASIONALISASIKAN

KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR

127

TABEL 5; UPAYA YANG DILAKUKAN KEPALA CABANG DINAS
PENDIDIKAN DALAM MENGEVALUASI KINERJA

KEPALA SEKOLAH DASAR

132

TABEL 6; PROFIL KINERJA KEPALA CABANG DINAS
PENDIDIKAN SE KOTA BANDUNG

136

TABEL 7; ANALISIS ANTARA TEORI DENGAN TEMUAN
LAPANGAN DALAM PEMBINAAN MANAJEMEN
KINERJA EFEKTIF KEPALA SEKOLAH

xiv

141

DAFTAR GAMBAR

Hal

GAMBAR 1; PARADIGMA PENELITIAN

19

GAMBAR 2; WILAYAH KERJA ADMINISTRASI PENDIDIKAN ..

22

GAMBAR 3; STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA
CABANG DINAS PENDIDIKAN

xv

96

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan

sumber

daya

manusia

dalam

sektor

pendidikan merupakan salah satu isyu strategik yang sedang
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Pengembangan
sumber daya manusia dipandang sebagai kunci utama untuk

mengembangkan mutu pendidikan. Pola manajemen Sumber
Daya

Manusia

(SDM)

di

sektor

pendidikan

dewasa

ini

mengembangkan prinsip pengembangan (developing) daripada
mengontrol (controlling). Melalui pengembangan sumber daya
manusia

tersebut,

pembangunan

maka

upaya

pendidikan

lebih

percepatan

(akselerasi)

memungkinkan

untuk

diwujudkan. Dalam konsep pengembangan sumber daya dalam
sektor pendidikan salah satunya dikembangkan pula konsep

penghargaan atas prestasi kerja yang ditunjukkan oleh personil
pendidikan.

Melalui

konsep

pengembangan

sumber

daya

manusia tersebut maka peningkatan mutu pendidikan dapat
lebih diwujudkan secara nyata.

Pembangunan sumber daya manusia mempunyai peranan

yang sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan

pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu, pembangunan dan

peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak diperhatikan

dan dirancang secara seksama berdasarkan pemikiran yang

matang, yang dimulai sejak dari fundamen pendidikan nasional,
yakni pada jenjang pendidikan di Sekolah Dasar.
Sekolah

pendidikan

Dasar merupakan salah satu

pada

jenjang

menyelenggarakan

bentuk satuan

pendidikan

program

pendidikan

dasar

enam

yang

tahun.

Keberadaannya sangat urgen bagi kepentingan pengembangan
sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan di sekolah
dasar, seseorang dikembangkan untuk menguasai berbagai

kemampuan dasar sebagai bekal bagi dirinya untuk berkembang
lebih

lanjut pada

masa yang

akan datang.

Keberhasilan

mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar sangat menentukan
keberhasilan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
keberhasilan di Sekolah Dasar.

Secara

konseptual

yang

bertanggungjawab

atas

penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar adalah Kepala
Sekolah.

Kepala

Sekolah

harus

bertanggungjawab

atas

pengelolaan pendidikan secara mikro, yakni suatu tahapan yang
membahas dan melaksanakan proses belajar mengajar, di mana

guru sebagai pengelola utama pendidikan.

Kepala

sekolah

adalah

pemimpin

pendidikan

yang

mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan

kualitas pendidikan di Sekolah dasar. Berkembangnya semangat

kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan
pendidikan,

suasana

kerja

yang

menyenangkan

serta

perkembangan kualitas profesional guru banyak ditentukan oleh
Kepala Sekolah. Oleh karena itu, tuntutan manajemen kinerja
kepala sekolah yang efektif merupakan kemampuan yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah. Dalam posisi seperti ini, Kepala

Cabang Dinas Pendidikan memiliki peranan yang strategis dalam
mendorong terwujudnya manajemen kinerja yang efektif pada
kepala sekolah dasar. Upaya yang dilaksanakan oleh Kepala
Cabang

Dinas

Pendidikan

Kecamatan

dalam

mewujudkan

manajemen kinerja kepala sekolah yang efektif, dapat dilakukan
dengan merumuskan program kerja yang merupakan penjabaran

dari tugas pokok dan fungsinya selaku pimpinan pendidikan'di
tingkat kecamatan.

Secara

struktural

organisasi,

upaya

pembinaan

manajemen kinerja kepala sekolah yang efektif, merupakan
salah satu tugas pokok dan fungsi dari Cabang Dinas Pendidikan

setempat. Peranan yang dilaksanakan oleh Kepala Cabang Dinas
Pendidikan Kecamatan merupakan upaya untuk menjabarkan visi
dan misi Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten. Dalam hal ini,

Kepala Cabang Dinas Pendidikan bertugas untuk merencanakan,
melaksanakan,

dan

mengawasi

serta

melakukan

evaluasi

penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar yang berada di
daerah kecamatan di mana ia bertugas. Kepala Cabang Dinas

Pendidikan kecamatan pada hakikatnya adalah seorang manajer

yang harus mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain di dalam

kerjanya

dengan

menggunakan

kekuasaan.

Menurut Stonner (1988), seperti yang dikutip Nanang Fatah

(2000: 23), mengemukakan bahwa "semakin banyak jumlah
sumber kekuasaan yang tersedia bagi pimpinan, akan makin
besar potensi kepemimpinan yang efektif".
Para ahli manajemen berpendapat bahwa kepemimpinan

merupakan suatu konsep manajemen di dalam kehidupan
organisasi mempunyai kedudukan strategis dan merupakan

gejala sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok.
Mempunyai

kedudukan

strategis

karena

kepemimpinan

merupakan titik sentral dan dinamisator seluruh kegiatan operasi

pendidikan, sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sentral
di dalam menentukan dinamika sumber-sumber yang ada.

Di samping kedudukannya yang strategis, kepemimpinan

mutlak diperlukan di mana terjadi interaksi kerjasama antar dua

orang

atau

lebih

dalam

mencapai

tujuan

organisasi.

Kepemimpinan merupakan gejala sosial dan selalu diperlukan di
dalam kehidupan kelompok. Manifestasi dari konsep tersebut,

nampak dalam peranan kepala Cabang Dinas Pendidikan untuk
melakukan pembinaan terhadap kepala sekolah dasar.
Untuk dapat melaksanakan kepemimpinannya, seorang

pemimpin harus memiliki kompetensi dalam mempergunakan
berbagai

cara

yang

didasarkan

atas

pengetahuan

dan

pengalamannya. Pemimpin harus cepat dalam memilih dan
mempergunakan tindakan, sikap, prosedur kerja yang sesuai
dan kondisi kerja yang dihadapinya.

Sehubungan dengan tuntutan keterampilan manajerial
kinerja kepala sekolah, maka ada beberapa keterampilan yang
perlu dimiliki oleh kepala sekolah, yakni sebagai berikut:
1. Keterampilan dalam kepemimpinan

Tindakan/penampilan sebagai pemimpin harus cepat dan

tepat serta terampil, dengan kompetensi yang harus dimiliki
seperti:

a. Menyusun rencana bersama

b. Mengajak anggota kelompoknya berpartisipasi
c. Memberikan bantuan yang diperlukan para anggotanya

d. Menimbulkan dan memupuk moral kelompok yang tinggi

e. Turut

serta

dengan

kelompoknya

dalam

menyusun

keputusan bersama

f. Membagi-bagi dan memindahkan tanggung jawab

g. Mempertinggi kreativitas anggota kelompoknya

h. Menghilangkan rasa malu dan rendah diri pada anggotanya

supaya mereka berani tampil di muka.
2. Keterampilan dalam hubungan insani
Dalam

hubungan antar manusia, kita dapat membedakan

adanya hubungan fungsional/formal dan pribadi. Hubunganhubungan fungsional adalah hubungan antara orang yang
disebabkan

mereka.

karena

Hubungan

adanya

hubungan

pribadi

yaitu

fungsi/tugas

hubungan

antara

yang

tidak

didasarkan atas pekerjaan/jabatan, tetapi didasarkan atas
hubungan

lain,

seperti

persahabatan,

kekeluargaan,

kesenangan, hobi, dan sebagainya. Hubungan insani yang baik
tidak dapat diminta atau dipaksakan melainkan timbul secara
wajar.

3. Keterampilan dalam proses kelompok

Proses

kelompok dimaksudkan

bagaimana

meningkatkan

partisipasi anggota setinggi-tingginya, sehingga potensi yang
dimiliki para anggota dapat diefektifkan secara maksimal.
4. Keterampilan memilih personel

Seorang pemimpin harus menguasai administrasi personel

sekolah. Administrasi personel mencakup segala usaha untuk

menggunakan

keahlian

dan

kesanggupan

yang

dimiliki

personel secara efektif dan efisien, dimulai dari seleksi,

pengangkatan,

penempatan,

penugasan,

pengawasan,

bimbingan, dan pengembangan.

Untuk

dapat memilih

personel

yang tepat bagi

suatu

tugas/pekerjaan tertentu, pertama-tama pemimpin harus
menguasai benar bidang pekerjaannya. la harus tahu secara
mendalam tentang:

a. Tujuan yang akan dicapai oleh usaha yang dipimpinnya
b. Jenis kegiatan dan cara bekerja yang digunakan

c. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam
lingkup pekerjaan yang dipimpinnya.

d. Macam dan jenis serta lembaga pendidikan yang dapat

menghasilkan bermacam pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan dalam lingkungan pekerjaan itu.

e. Keadaan masyarakat .lingkungan ia bekerja yang dapat
mempengaruhi situasi bekerja dan sikap para petugas.

f. Teknik yang dapat dipakai untuk menemukan sifat dan
keterampilan pada orang-orang yang diperlukan.

Dalam kenyataannya bahwa keterampilan seperti di atas
belumlah mencukupi sebagai dasar kompetensi kemampuan

manajerial kinerja kepala sekolah yang efektif. Sehubungan

dengan hal tersebut, Joseph Reitz, dalam Siagian (1983: 12)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepemimpinan, yakni:

efektifitas

1. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pinipi®.
ini mencakup nilai-nilai, latar belakang, dan pengalar
akan mempengaruhi pilihan dan gaya kepemimpinan yang
digunakannya.

2. Penghargaan dan perilaku atasannya.

3. Karakteristik, harapan, dan perilaku bawahan mempengaruhi
terhadap gaya kepemimpinan.

4. Kebutuhan

tugas,

setiap

tugas

bawahan

juga

akan

mempengaruhi gaya kepemimpinan.

5. Ikim dan kebijaksanaan organisasi mempengaruhi harapan
dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.

Kerangka konseptual yang dapat dijadikan rujukan dalam

mencermati
Kecamatan

Sekolah

peranan
dalam

Dasar

Kepala

Cabang

Dinas

mewujudkan manajemen

yang

efektif,

dapat

Pendidikan

kinerja

menggunakan

kepala

pola

pengembangan sumber daya manusia yang dikemukakan oleh
para pakar manajemen pendidikan, seperti yang dikemukakan
oleh Engkoswara (1999: 26), yakni sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning), terdiri dari aspek sebagai berikit:
a. Perencanaan yang baik sangat diharapkan karena lungsi

personel atau sumber daya manusia merupakan sesuatu
yang kompleks.

b. Rekruitmen (pengadaan), dimaksudkan sebagai upaya

pencarian calon Kepala Sekolah yang memenuhi syarat
dan jumlah tertentu.

c. Seleksi, adalah proses yang dilaksanakan oleh Kepala

Cabang

Dinas Pendidikan Kecamatan untuk memilih

calon-calon Kepala Sekolah Dasar.

2. Pelaksanaan, terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut:

a. Induction (penempatan), merupakan suatu usaha agar

Calon Kepala Sekolah Dasar dapat ditempatkan pada
formasi yang disediakan.

b. Pengembangan,

dimaksudkan

sebagai

upaya

untuk

merespon kebutuhan akan jabatan Kepala Sekolah Dasar.

c. Compensation (imbalan), adalah proses untuk memberikan
kesejahteraan kepada Kepala Sekolah Dasar.

3. Pengawasan, terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut:

a. Appraisal

(penilaian),

merupakan

aktivitas

untuk

membantu Kepala Sekolah Dasar.

b. Continuity (kesinambungan), berkenaan dengan suatu

jaminan tentang suatu kesinambungan Kepala Sekolah
Dasar dalam pekerjaannya.

c. Information (information), adalah data dan informasi apa

saja yang perlu diketahui oleh seluruh Kepala Sekolah
Dasar dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

Sejalan

dengan

terjadinya

perubahan ^S

..^

manajemen pendidikan dan tingkat kesadaran publik ve^ggg.v
mutu

pendidikan,

memiliki

maka

kemampuan

kepala

manajerial

sekolah

semakin

kinerjanya

dituntut

secara

efektif.

Paradigma manajemen pendidikan berbasis sekolah sebagai
konsekuensi pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun
1999 tentang Otonomi Daerah, menghendaki manajemen kinerja

kepala sekolah secara efektif, sehingga dalam memberdayakan
potensi sekolah secara maksimal dalam rangka mencapai mutu

pendidikan yang diharapkan. Kesadaran publik, menghendaki
pertanggungjawaban sekolah kepada masyarakat atas perolehan
prestasi pendidikan yang dicapai oleh anak-anaknya. Sementara
di pihak lain, sekolah diberikan kewenangan dan otonomi yang

cukup luas untuk memberdayakan potensi lingkungan sekolah,
dalam

rangka

memenuhi

tuntutan

publik

tentang

mutu

pendidikan.

Dengan kemampuan manajerial kinerja kepala sekolah

yang efektif, diharapkan adanya tuntutan mutu pendidikan dari
publik dan diberikannya kewenangan pengelolaan sekolah dapat

dipertanggungjawabkan secara baik. Menyadar akan posisi dan
tuntutan kinerja kepala sekolah, maka upaya pembinaannya

perlu dilakukan secara berkelanjutan. Dalam posisi seperti ini,
keberadaan

Kepala

Cabang

Dinas

Pendid kan

Kecamatan

11

memegang

peranan

yang

strategis

dalam

mewujudkan

manajemen kinerja kepala sekolah dasar secara efektif.

B. Rumusan Masalah

Peranan Kepala

Cabang

Dinas

Pendidikan

Kecamatan

dalam mewujudkan manajemen kinerja kepala sekolah yang

efektif, tidak akan terlepas dari berbagai faktor intern dan faktor
ekstern. Yang dimaksud dengan faktor intern dalam konteks

penelitian ini, adalah Sruktur Oganisasi Cabang Dinas Pendidikan
Kecamatan yang memberikan ruang gerak kepada Kepala

Cabang

Dinas

Pendidikan

Kecamatan

dalam

melakukan

pengangkatan, penempatan, pengawasan, pembinaan,

dan

evaluasi, serta tindak lanjut dari hasil evaluasi. Sementara faktor
ekstern, adalah pola komunikasi antara Kepala Cabang Dinas

Pendidikan

dengan

para

Kepala

Sekolah

Dasar

dalam

menjalankan perannya selaku pembina kepala sekolah dasar.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan merupakan
administrator

pendidikan

di

tingkat

Kecamatan.

Sebagai

perpanjangan pelaksanaan tugas dari Kepala Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten yang membantu merencanakan, melaksanakan

dan mengawasi serta mengevaluasi pelaksanaan tugas di sektor
pendidikan.

12

Pembinaan

yang

dilakukan

Kepala

Cabang

Dinas

Pendidikan melalui manajemen kinerja efektif terhadap kepala

sekolah, pada dasarnya merupakan upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia pada level sekolah. Dalam hal ini, dapat
dikatakan

bahwa

pengembangan

sumber

daya

manusia,

dilakukan melalui kegiatan pembinaan, supervisi, dan promosi

jabatan melalui penilaian yang dilakukan secara obyektif. Untuk
menjalankan fungsi tersebut, Kepala Cabang Dinas Pendidikan
memiliki peranan yang strategis dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia di sektor pendidikan, yang dalam hal ini
yakni Kepala Sekolah Dasar.

Berangkat

dari

konsep

Manajemen

Kinerja sebagai

landasan operasional Kepala Sekolah Dasar, peranan dan

tantangan yang dihadapi oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan

banyak menentukan kemampuan kinerja kepala sekolah dasar,
sehingga permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: "Sejauhmana peranan yang dilakukan

Kepala Cabang Dinas Pendidikan terhadap Manajemen

Kinerja Efektif Kepala Setolah Dasar dalam rangka
pengembangan SDM di Kota Bandung?"

13

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk menjabarkan

manajemen kinerja efektif pada

Kepala Sekolah Dasar sebagaimana dinyatakan di atas, maka
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan oleh Kepala Cabang
Dinas

Pendidikan

dalam

membina

komitmen

kerja

pada

kepala sekolah dasar se Kota Bandung?

2. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan oleh Kepala Cabang
Dinas Pendidikan dalam melakukan supervisi terhadap kinerja

kepala sekolah dasar se Kota Bandung?

3. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan oleh Kepala Cabang
Dinas

Pendidikan

dalam

mengoperasionalisasikan

kinerja

kepala sekolah dasar se Kota Bandung?

4. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan oleh Kepala Cabang
Dinas Pendidikan dalam mengevaluasi kinerja kepala sekolah
dasar se Kota Bandung?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mend >skripsikan

sejauhmana peranan yang dilaksanakan oleh Kepcla Cabang
Dinas Pendidikan dalam mewujudkan Manajemen Kinerja Kepala

Sekolah yang efektif. Peranan Kepala Cabang Dinas Pendidikan
dalam konteks penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek

seperti: membina komitmen, supervisi, operasionalisasi kinerja,
dan evaluasi kinerja kepala sekolah dasar, dengan indikator

keberhasilan

pada

kemampuan manajemen kinerja

kepala

sekolah dasar yang efektif.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
data tentang aspek-aspek sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi peranan yang dilaksanakan Kepala Cabang
Dinas

Pendidikan

dalam

membina

komitmen

kerja

pada

kepala sekolah dasar se Kota Bandung, seperti; pemahaman
terhadap tujuan/misi/visi, pemahaman terhadap tanggung
jawab dan tugas, disiplin, dan loyalitas.

b. Mengidentifikasi peranan yang dilaksanakan Kepala Cabang
Dinas Pendidikan dalam melakukan supervisi terhadap kinerja

kepaala

sekolah

meningkatkan
mengenbangkan

dasar

motivasi,
rencana

se

Kota

Bandung,

mengidentifikasi
kegiatan,

dan

seperti;

masalah,

melaksanakan

keg iate n.

c. Mengic entifikasi peranan yang dilaksanakan Kepala Cabang
Dinas

Pendidikan

dalam mengoperasionalisasikan

kinerja

15

kepala

sekolah

dasar

se

Kota

Bandung,

seperti;

mengidentifikasi standar kinerja, mengidentifikasi kinerja, dan
mengimplementasikan program kerja.

d. Mengidentifikasi peranan yang dilaksanakan Kepala Cabang
Dinas Pendidikan dalam mengevaluasi kinerja kepala sekolah
dasar se Kota Bandung, seperti;

menentukan alat ukur,

pelaksanaan evaluasi, dan menindaklanjuti hasil dari evaluasi
program kerja.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk

mengembangkan

konsep-konsep

administrasi

pendidikan,

terutama mengenai konsep kepemimpinan, koordinasi program

kerja organisasi yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan, dan kajian pengelolaan sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

Secara aplikatif, hasil dari penelitian ini memiliki manfaat
sebagai berikut:

a. Sebagai bahan informasi bagi para kepala sekolah dasar
untuk meningkatkan manajenen kinerja efektif. Temuan

penelitian yang

mengungkap

manajemen

kinerja

efektif

16

kepala sekolah, secara tidak langsung dapat mendorong

terciptanya

pengelolaan

sekolah yang

menggambarkan

adanya koordinasi antara kepala sekolah dengan personel
sekolah

dan

pimpinan

pendidikan

pada

level birokrasi

berikutnya.

b. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung
tentang peranan yang telah dilakukan oleh Kepala Cabang
Dinas Pendidikan dalam mewujudkan Manajemen Kinerja

Kepala Sekolah yang efektif.

c. Sebagai bahan masukkan bagi para Kepala Cabang Dinas
Pendidikan tentang faktor-faktor yang menghambat dalam
melaksanakan perannnya untuk mewujudkan manajemen

kinerja Kepala Sekolah Dasar yang efektif. Hasil dari analisis
ini,

dapat

dijadikan.

bahan

pertimbangan

untuk

mengantisapinya, sehingga peran yang dijalankan oleh Kepala
Cabang Dinas Pendidikan untuk mewujudkan manajemen
kinerja Kepala Sekolah Dasar yang efektif dapat dijalankan
secara optimal.

d. Sebagai alternatif strafegi bagi upaya peningkatan peranan

Kepala

Cabang

Dinas

Pendidikan

untuk

mewujudkan

manajemen kinerja Kepala Sekolah Dasar yang efektif.

17

F. Paradigma Penelitian

Kepala Cabang Dinas Pendidikan mempunyai peranan

strategis dalam mewujudkan manajemen kinerja Kepala Sekolah
Dasar yang efektif, karena secara struktur organisasi Kepala
Cabang Dinas Pendidikan merupakan administrator pendidikan di
tingkat kecamatan yang mempunyai tugas sebagai perpanjangan

pelaksanaan urusan pembangunan pendidikan dari Kepala Dinas
Pendidikan

Kota/Kabupaten

sesuai

dengan

kewenangannya

(tugas pokok dan fungsinya).

Dalam menjalankan peranannya tersebut, Kepala Cabang
Dinas Pendidikan senantiasa harus menjadikan visi dan misi

pembangunan pendidikan sebagai landasan operasional dengan
ditunjang oleh kemampuan analisis lingkungan

kontekstual

pendidikan dan kemampuan. berkomunikasi dengan para kepala
sekolah

dan

membimbing,

instansi

terkait

mengarahkan,

lainnya.

dan

Kemampuan

mengevaluasi

seperti

merupakan

kompetensi dasar yang harus dimiliki Kepala Cabang Dinas
Pendidikan

dalam

mewujudkan

manajemen

kinjerja

Kepala

Sekolah Dasar yang efektif. Guna memudahkan pembinaan

manajemen kerje kepala sekolah yang efektif, maka Kepala
Cabang Dinas Per didikan dalam menjalankan peranannya perlu
memiliki acuan no -matif tenga kriteria kinerja yang efektif.

Menurut Richard Gorton (1983: 12), dikatakan bahwa

untuk

mengukur

kinerja

organisasi

yang

efektif,

dapat

menggunakan tiga pendekatan, yakni:
1. Pendekatan hasil (Outcome Approach), yaitu hasil

yang

diperoleh, seperti adanya perubahan perilaku dalam wujud
pengetahuan atau sikap (attitude) sumber daya manusia
akibat belajar.

2. Pendekatan Proses (Process Approach), yang berfokus pada

pengukuran kuantitas atau kualitas aktivitas yang dilakukan
organisasi. Pendekatan ini lebih berorientasi pada usaha
mengukur usaha-usaha daripada pengaruh (effect).
3. Pendekatan Struktural, yaitu mengkaji kapasitas yang dimiliki

organisasi untuk mencapai kinerja yang efektif. Dalam hal ini
sekolah dikaji

dari

kualitas fasilitas,

guru,

dan sarana

pendidikan.

Peran
Pendidikan

yang
dalam

dijalankan

oleh

Kepala

mewujudkan- manajemen

Cabang

Dinas

kinerja

Kepala

Sekolah Dasar yang efektif, akan dipengaruhi oleh faktor intern
dan

faktor

ekstern,

dan

hal

tersebut

sebenarnya

dapat

diberdayakan secara positif, manakala Kepala Cabang Dinas
Pendidikan tersebut memiliki kompetensi, kreativitas, dan jiwa
inovatif dalam menjalankan perannya tersebut.

19

Uraian

kerangka

berpikir di

atas,

dapat digambarkan

dalam paradigma penelitian berikut ini:

Faktor Interr

Proses

Pengem
Visi, Misi Dinas

Peranan Kepala

Pendidikan

Cabang Dinas

Kota Bandung

Pendidikan

bangan
Kinerja KS
Yang Efektif

Manajemen
Kinerja
KSD

Faktor Ekstern

Indikator
-Hasil
-Proses

-Struktural

Garribar 1

Paradigma Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan

Kepala Cabang Dinas Pendidikan dalam mewujudkan manajemen
kinerja sumber daya manusia kepala sekolah dasar se Kota
Bandung. Data dan informasi yang berkenaan dengan tujuan

penelitian

tersebut,

dianalisa

secara

kualitatif

dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik. Sehubungan

dengan hal tersebut, Nana Sudjana dan Ibrahim (1989: 64),
menjelaskan bahwa "penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang

terjadi saat sekarang di mana peneliti berusaha memotret

peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya untuk
kemudian digambarkan sebagaimana mestinya".
Tentang pendekatan penelitian kualitatif, dijelaskan oleh

Nasution (1992: 5), bahwa "penelitian kualitatif pada hakikatnya
adalah

mengamati

orang

dalam

lingkungan

hidupnya,

berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan
tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya".

Secara rinci Bogdan dan Biklen (1982), Lincoln dan Guba

(1985) dalam Moleong (1999: 4-8), menjelaskan ciri-ciri

82

penelitian kualitatif sebagai berikut: (1) Penelitian kualitatif
melakukan penelitian pada latar alamiah; (2) Peneliti merupakan

alat pengumpul data utama; (3) Menggunakan metode kualitatif;

(4) Analisis data secara induktif; (5) Teori dasar (Grounded
Theory); (6) Laporannya berisi kutipan-kutipan data (secara

deskriptif); (7) Lebih mementingkan proses daripada hasil; (8)

Adanya batas yang ditentukan oleh fokus; (9) Adanya kriteria
khusus untuk keabsahan data; (10) Desain bersifat sementara;

(11) Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Ciri-ciri

yang

senada

tentang

penelitian

kualitatif

dikemukakan oleh Nasution (1988: 9-12), yakni sebagai berikut:

(1) Sumber data ialah situasi wajar atau natural setting; (2)
Peneliti sebagai instrumen penelitian; (3) Sangat Deskriptif, (4)

Mementingkan proses maupun produk; (5) Mencari makna di
belakang kelakuan atau perbuatan sehingga dapat memahami
masalah suatu situasi; (6) Mengutamakan data langsung atau

firsthand; (7) Menonjolkan rincian kontekstual; (8) Subyek yang

diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti; (9)

Mengutamakan perspektif, artinya mementingkan pandangar

responden; (10) Verifikasi; (11) Sampling yang purpossive; (12;
Menggunakan audit trial; (13) Partisipasi tanpa menunggu; (14
Mengadakan analisis sejak awal penelitian; dan (15) Desair
penelitian tampil dalam proses penelitian.

83

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, bahwa penelitian

yang berusaha mengamati perilaku orang dan memahami
kehidupannya serta penafsirannya terhadap kehidupannya lebih
tepat menggunakan penelitian secara kualitatif di mana peneliti
secara langsung dapat berinteraksi dengan responden.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Kantor Cabang
Dinas Pendidikan dan sekolah dasar se Kota Bandung, dengan

fokus yang akan diteliti adalah peranan Kepala Cabang Dinas
Pendidikan dalam mewujudkan manajemen kinerja sumber daya
manusia kepala sekolah dasar.

Terdapat perbedaan mendasar antara teknik sampling

dalam penelitian kuantitatif dengan teknik sampling dalam
penelitian kualitatif. Pada penelitian kuantitatif sampel dipilih dari

suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan
generalisasi. Dengan cara seperti itu, maka sampel telah
dianggap kuat mewakili ciri-ciri suatu populasi.

Pada penelitian kualitatif, menurut Licoln dan Guba yang

dikutip oleh Lexy J. Moleong (1999:165), dijelaskan bahwa

peneliti mulai dengan asumsi bahwa konteksnya sendiri. Selain
itu dalam penelitian kualitatif peneliti sangat erat kaitannya

dengan faktor-faktor kontekstual. Dalam hal ini sampling

84

diharapkan mampu menjaring sebanyak mungkin informasi dari
berbagai macam sumber. Tujuannya adalah untuk merinci
kekhususan yang adadalam rumusan konteks yang unik dan

menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan
teori yang muncul.

Sampel

diambil secara

pupossive

(bertujuan),

yaitu

pengambilan subyek sebagai sampel penelitian yang didasarkan
kepada adanya tujuan tertentu. Teknik

sampling tersebut

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Lexy J. Moleong, 1999:165166):

a. Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih
dahulu.

b. Pemilihan sampel secara berurutan, teknik "Snowball
Sampling", dengan cara responden diminta menunjuk
orang lain yang dapat memberiakn informasi dan
responden berikutnya diminta pula menunjuk lagi dan
begitu seterusnya,. sehingga makin lama sampling akan
semakin banyak.

c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada mulanya
setiap sampel dapat sama kegunaannya, Pada saat
informasi semakin banyak diperoleh dan semakin

mengembangkan hipotesis kerja, sampel dipilih atas
dasar fokus penelitian. -

d

Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan, jika
tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka
penarikan sampel dihentikan.

Sampel penelitian ini adalah subyel: yang memiliki

berbagai karakteristik, unsur, nilai yang berkaitan dengan

peranan Kepala Cabang Dinas Pendidikan d^lam mewujudkan
manajemen kinerja sumber daya manusia kepi la sekolah dasar.

85

Berangkat dari kerangka konseptuai di atas dan tujuan

penelitian ini, maka yang menjadi subyek penelitian, adalah
Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah Dasar se
wilayah Tegallega Kota Bandung.

Subyek penelitian di atas dapat berkembang tergantung

pada tujuan (purpossive) dan pertimbangan (considerance)
informasi

sesuai

dengan

data

yang

diperlukan

sehingga

mencapai ketuntasan.

Sejalan dengan maksud pengambilan subyek penelitian,
Nasution (1988: 32-33), menjelaskan sebagai berikut:
Bahwa untuk memperoleh informasi tertentu, sampling
dapat diteruskan sampai pada taraf Redadancy atau
kejenuhan, artinya
bahwa dengan menggunakan
responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru yang berarti, dengan kata lain

sampel dianggap memadai bila tidak ditemukan pola
tertentu dan informasi.yang dikumpulkan pada saat ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis pendekatan penelitian yang digunakan

yaitu penelitian kualitatif, maka peneliti sendiri merupakan
instrumen utama penelitian.

Dalam hal ini, Lincoln dan Guba (1985: 39) dalam Imron

Arifin (1996: 119), mengemukakan bahwa "seorang peneliti
naturalistik

memilih

menggunakan

instrument pengumpul

data

sendiri

primer.

sebagai

human

Dalam kedudukannya

86

sebagai instrumen utama, maka peneliti dapat menangkap
secara utuh situasi yang sesungguhnya serta dapat memberikan
makna atas apa yang diamatinya itu".

Pendapat di atas, diperkuat dengan penyataan Nasution

(1988:

55-56) tentang ciri-ciri manusia (peneliti) sebagai

instrumen penelitian, yaitu: (1) Peneliti sebagai alat peka dan
dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang

harus diperkirakan bermakna; (2) Peneliti sebagai alat dapat

menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan

aneka

data

sekaligus;

(3)

Tiap

situasi

merupakan suatu keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen

berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan
situasi kecuali manusia; (4) Suatu situasi yang melibatkan
interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan
semata-mata.

Untuk memahami,

kita

perlu

merasakannya,

menyelaminya berdasarkan penghayatan kita; (5)
sebagai

instrumen

dapat segera

menganalisis data

Peneliti
yang

diperoleh dan menafsirkannya; (6) Hanya manusia sebagai
instrumen yang dapat mengamtil kesimpuian berdasarkan data

yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya
sebagai balikan untuk mempt roleh penegasan, perubahan,
perbaikan dan penolakan. Peneliti sebagai instrumen utama

87

penelitian, maka menggunakan berbagai teknik pengumpulan
data sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap obyek yang sedang diteliti yakni kegiatan Kepala
Cabang Dinas Pendidikan dalam mewujudkan manajemen

kinerja yang efektif pada Kepala Sekolah Dasar di wilayah
Tegallega Kota Bandung

2. Wawancara, yaitu melaksanakan tanya jawab tatap muka
atau

mengkonformasikan

subyek

penelitian

dengan

menggunakan pedoman wawancara. Wawancara ini bertujuan
untuk menggali data dan informasi dari subyek penelitian
semua dengan permasalahannya.

3. Studi dokumentasi, bertujuan untuk melengkapi data yang
bersumberkan bukan dari manusia yang dapat mengecek
kesesuaian data secara triangulasi.

Untuk pengumpulan data secara cermat dan lengkap
dalam penelitian ini digunakan alat pengumpul data, yaitu

pedoman

observasi,

pedoman

wawancara,

dan

studi

dokumentasi.

D. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam
adalah sebagai berikut:

penelitian ini

1. Tahap Orientasi

Tahap ini merupakan tahap pendahuluan (\
artinya tahap ini seorang peneliti mengadakan penjajagaTTTTari

mengatur strategi pada tahap selanjutnya. Tahapan ini berfungsi
untuk memahami situasi latar penelitian.

2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini merupakan tahapan tindak lanjut dari tahapan

sebelumnya,

jika

tahapan

orientasi

lebih

merupakan

perencanaan, maka tahap eksplorasi lebih merupakan langkah
implementasi dari yang sudah direncanakan. Tujuannya ialah ...
to obtain information in depth about those elements determined

to be solient (Guba, 1978: 233). Artinya, penulis terjun dalam

kancah penelitian dan melakukan penelitian secara intensif.
3. Tahap Member-Check Data

Pada tahap ini peneliti mengadakan triangulasi , artinya

mengadakan

bermacam-macam data yang telah dihimpun

sehingga dapat ditemukan kadar kebenaran dan kepastiannya.

Selanjutnya apabiia masih ada data-data yang kurang lengkap,
mengandung bias, dan dipandang belum sampai memadai, maka

perlu diadakan member-cheek. Ini sebenarnya berfungsi untuk
meyakinkan
meyakinkan.

dilakukan

analisis

dan

interpretasi

yang

89

4. Tahap Analisis dan Interpretasi Data

Tahapan analisis dan interpretasi data ini ada yang
dilakukan di lokasi, dan sebaliknya dilaksanakn penafsiran di luar

lokasi. Data yang langsung dianalisa dan ditafsirkan di lokasi,

yaitu

terutama

data

yang

direkam

secara

manual

(non

elektronik). Artinya baik melalui observasi, wawancara, hasil
dokumentasi, bimbingan sosial perorangan (social case work),

maupun dengan problem solving, peneliti langsung mengadakan

langkah-langkah seperti modifikasi, klasifikasi dan simplikasi
kasus perkasus terhadap data-data yang bersifat abstrak dan
fenomenologis, sehingga mengandung pesan-pesan tersendiri
dan kemudian akan dianalisis dan ditafsirkan kembali secara

matang di luar lokasi.

E. Proses Analisa dan Interpretasi

Dalam penelitian yang dimaksud bahwa, sesuai dengan
sifatnya

naturalistic-fenomenologis-kualitatif, tentunya semua

transformais yang dijaring dengan bermacam-macam alat dalam

studi ini berupa "tumpukan data mentah", tentu pula tidak

semua data yang mentah itu akan dipindahkan dalam laporan

penelitian, melainkan perlu dipilih, direduksi, dielaborasi dan
dianalisis berdasarkan tujuan penelitian. Jelasnya apa yang

dimaksud

dengan

analisis

dan

interpretasi

data

adalah

90

merupakan proses penyederhanaan dan transformasi timbunan
data mentah, sehingga menjadi kesimpulanOkesimpulan yang

singkat, padat dan bermakna. Untuk memperoleh kesimpuian

yang demikian itu, maka seluruh pekerjaan dalam proses analisis
data kualitatif, sebagaimana ditawarkan oleh Guba (1978) dan
Bogdan (1973).

Sebagai langkah dan teknik yang ditempuh dalam proses
analisis dan interpretasi, yaitu:

1. Proses Analisis

Proses analisis data bersifat holistic dan berkesinambungan

dan tidak terpisah dalam tahapan pengumpulan data melainkan
mencakup dalam banyak hal yang bersifat sejalan, dan harmonis
serta bersifat utuh. Sebagai tahapannya, yaitu:
a. Teorisasi

Teorisasi

(teorizing)

merupakan

proses

untuk

mengabstrakan fenomena-fenomena, membuat katefgorisasi,
dan menentukan saling keterkaitannya. Menurut pengertian

sederhana, bahwa teorisasi dapat diartikan sebagai kegiatan
untuk membahas akan apa yang diteliti. Kegiatan tersebut telah

dimulai dari perekaman data, terutama data-data yang direkam
secara

manual.

Secara

lebih

spesifiknya,

bahwa

teorisasi

merupakan proses pencatatan data, dalam lembaran-lembaran

yang telah dipersiapkan peneliti. Sebagaimana dapat dipahami
bahwa, kecuali human orally data, banyak dijumpai data yang
tidak berbicara (silent data). Oleh sebab itu, data itu hendaknya
bias dibahasakan oleh seorang peneliti.
b. Analisa Induksi

Analisa induksi

(induction analysis) ditempuh setelah

tahapan teorisasi, maksudnya setelah dalam teorisasi informasi
dan fenomena disusun menjadi konstruk-konstruk (kesimpuian

tentative), maka konstruk-konstruk itu perlu dianalisis secara
induktif. Jadi yang disebut analisis induktif ialah merupakan

suatu proses untuk mereduksi dan memodifikasi data-data yang
telah teorisasi sehingga sesuai dengan kebutuhan penelitian

serta fokus dan tujuan penelitian. Dengan cara tersebut, maka

akan tergambar bahwa analisis induksi dimaksudkan untuk
penyederhanaan, memilah-milah (kategorisasi) data, sehingga

dapat terwujud kesimpulan-kesimpulan (tentative) yang lebih
singkat, padat, dan jelas. Proses analisis ini, dilakukan setelah
diperoleh data-data secara keseluruhan.
c. Analisa Tipologi

Analisis tipologi

adalah

merupakan

kegiatan

untuk

membandingkan, menarik implikasi dan membentuk kategorisasi
baru setelah analisi induksi. Data yang telah diperoleh dari

berbagai sumber data yang telah dianalisa secara induktif, masih
bersifat terpisahkan, sehingga belum dapat tergambarkan saling
keterkaitannya sesuai dengan butir-butir yang dicari dalam fokus

penelitian. Jadi yang dimaksud analisis tipologi ini adalah
merupakan pengelompokkan baru yang disesuaikan dengan
keperluan penelitian.

2. Proses Interpretasi

Dalam proses analisis bersifat deskriptif dan informative,

maka proses interpretasi bersifat reformatif dan transformatif.
Dalam proses interpretative ini peneliti dituntut untuk memiliki
kemampuan
konteks,

dalam

referensi

menafsirkan,
konsep

dan

mengadakan
membangun

keterkaitan
pemahaman-

pemahaman baru. Dengan demikian, maka akan tergambar
proses

interpretasi

ini

diperlukan

analisis

dan

sistesis

multidisipliner, yakni menghubungkan atau mengkomunikasikan

hasil-hasil penelitian dengan landasan teori (konseptualisasi)
yang menjadi kerangka acuan (frame of referencew) peneliti dan
keterkaitannya dengan temuan-temuan dari penelitian lainnya
yang relevan.

144

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa kesimpuian
dan

rekomendasi

yang

didasarkan

atas

penelitian

dan

analisisnya, terutama yang berkenaan dengan peranan kepala
cabang dinas pendidikan se kota Bandung dalam mewujudkan
manajemen kinerja yang efektif dalam rangka pengembangan
sumber daya manusia kepala sekolah dasar.

A. Kesimpuian

1. Kesimpuian Umum

Kepala Cabang Dinas Pendidikan memegang peranan

strategis dalam melakukan pembinaan, monitoring, dan evaluasi

kerja kepala sekolah dasar. Sebelum kebijakan otonomi daerah
diberlakukan di Kota Bandung, ruang lingkup atau wilayah kerja

dari Cabang Dinas Pendidikan didasarkan pada PP No. 65 Tahun
1951. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, disebutkan bahwa

ruang lingkup kerja Cabang Dinas Pendidikan Kota Bandung,
adalah mengelola pembinaan menyangkut "3M" (Man, Money,

Material).

Sementara

menyangkut

teknik

edukatif

145

pengelolaannya

diserahkan

kepala

Kantor

Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Setelah kebijakan otonomi daerah dilaksanakan pada

pemerintahan Kota Bandung, maka diadakan penggabungan
atau fusi antara Dinas P dan K dengan Kandepdikbud menjadi

Dinas

Pendidikan.

Dengan

adanya

kebijakan

tersebut,

sebenarnya memberikan peluang yang lebih besar bagi Kepala
Cabang

Dinas

monitoring,

dan

Pendidikan
evaluasi

untuk
kerja

melakukan
kepala

pembinaan,

sekolah.

Untuk

mengefektifkan peranan yang dilakukan oleh Kepala Cabang
Dinas Pendidikan tersebut, maka dalam prakteknya memerlukan

acuan

normatif, sebagai patokan untuk mengukur kriteria

keberhasilan kinerja kepala sekolah. Dengan menggunakan
acuan normatif tersebut, Kepala Cabang Dinas Pendidikan dapat

melakukan pembinaan, monitoring, dan evaluasi program kerja
sekolah secara konseptual dan obyektif.

Melalui peranan yang dilakukan oleh Kepala Cabang Dinas

Pendidikan tersebut, diharapkan dapat memberikan dampak

positif terhadap manajemen kinerja efektif kepala sekolah.
Melalui kegiatan-kegiatan seperti: membina komitmen kepala
sekolah, melakukan supervisi sekolah, mengoperasionalisasikan

kinerja kepala sekolah, dan mengevaluasi program kerja
sekolah, Kepala Cabang Dinas Pendidikan dapat menggali dan

146

menghimpun berbagai informasi yang diperlukan untuk kegiatan
pembinaan selanjutnya.

2. Kesimpuian Khusus

Kesimpuian khusus ini merupakan jawaban atas item-item

pertanyaan penelitian, yang dirumuskan sebagai berikut.
a.

Membina Komitmen Kepala Sekolah Dasar

Peranan yang dilaksanakan oleh Kepala Cabang Dinas
Pendidikan dalam membina komitmen kepala sekolah dasar

dimaksudkan sebagai upaya untuk menanamkan dan membina

pribadi

kepala sekolah untuk senantiasa

memiliki

sikap

komitmen pada tugasnya selaku pemimpin pendidikan pada level
sekolah dasar. Dari temuan penelitian ini, dapat disimpulkan

bahwa ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Kepala

Cabang Dinas Pendidikan se Kota Bandung, yakni; pemahaman

terhadap tujuan/visi/misi, pemahaman terhadap tanggungjawab
dan tugas, membina disiplin, dan membina loyalitas kepala
sekolah dasar.

Semua item-item kegiatan yang dilaksanakan oleh Kepala

Cabang Dinas Pendidikan tersebut, telah dijalankan hampir

dengan prosentase di atas rata-rata sebagaimana dinyatakan
dalam pembahasan bab IV.

147

b. Melaksanakan Supervisi Pendidikan

Supervisi yang dilaksanakan oleh Kepala Cabang Dinas
Pendidikan merupakan salah satu manifestasi dari peranannya

sebagai supervisor pendidikan, terutama dalam penyelenggaraan

pendidikan di jenjang sekolah dasar. Supervisi pendidikan yang
dilaksanakan oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan dimaksudkan

sebagai upaya untuk menggali, menghimpun, dan menganaiisis
berbagai

permasalahan,

potensi,

dan

karakteristik

penyelenggaraan pendidikan pada masing-masing sekolah dasar
yang ada di wilayah kerja Kepala Cabang Dinas Pendidikan
masing-masing.

Dalam

menjalankan

peranannya

sebagai

supervisor

pendidikan, berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Kepala
Cabang Dinas Pendidikan se Kota Bandung dalam mewujudkan

kinerja kepala sekolah yang efektif, adalah; meningkatkan
motivasi, mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh masing-

masing sekolah, mengembangkan rencana kegiatan, dan
melaksanakan kegiatan. Dari keseluruhan item-item pelaksanaan

supervisor, dapat dikatakan bahwa Kepala Cabang Dinas
Pendidikan se Kota Bandung telah menjalankan peranannya
secara maksimal.

148

c. Mengoperasionalisasikan Kinerja Kepala Sekolah Dasar
Mengoperasionalisasikan kinerja kepala sekolah dasar yang
dilakukan oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan dimaksudkan

sebagai upaya pembinaan yang memfokuskan pada penjabaran
kebijakan-kebijakan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
visi dan misi Dinas Pendidikan Kota Bandung. Dalam posisi

sepeti ini,

Kepala Cabang Dinas Pendidikan berperan sebagai

fasilitator bagi para kepala sekolah dasar dalam menjabarkan

program kerja sekolah secara garis besar. Intervensi Kepala
Cabang Dinas Pendidikan dalam merumuskan program kerja

kepala sekolah dasar lebih diarahkan pada pembinaan teknis,
dan konseptual, sehingga diharapkan kinerja kepala sekolah
dasar

tersebut

sejalan

dengan

kebijakan

pembangunan

pendidikan yang telah digariskan oleh Kepala Dinas Pendidikan
Kota Bandung.

Untuk mengoperasionalisasikan kinerja kepala sekolah
dasar, Kepala Cabang Dinas Pendidikan se Kota Bandung, telah

melaksanakan

kegiatan-kegiatan

seperti;

mengidentifikasi

standar kinerja, mengidentifikasi kinerja, dan mengimplementasikan program kerja.

149

d. Evaluasi Program Kerja

Evaluasi program kerja dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui efektifitas dan tingkat keberhasilan dari program
kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kepala Cabang Dinas
Pendidikan dalam upayanya untuk mewujudkan manajemen

kinerja kepala sekolah yang efektif. Dari hasil evaluasi kinerja
tersebut, Kepala Cabang Dinas Pendidikan dapat menemukenali

berbagai

permasalahan

dan

potensi

apa

yang

dapat

diberdayakan oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan untuk
mewujudkan manajemen kinerja yang efektif sesuai dengan
lingkungan kontekstual pendidikan setempat.

Sementara dalam mengevaluasi program kerja yang telah

dilaksanakan, Kepala Cabang Dinas Pendidikan melaksanakan

kegiatan-kegiatan seperti; menentukan alat ukur yang akan
digunakan

dalam

evaluasi,

melaksanakan

evaluasi,

dan

menindaklanjuti hasil dari kegiatan evaluasi tersebut.

B. Implikasi

Berangkat

dari

kesimpuian

yang

dihasilkan

dalam

penelitian ini, maka dirumuskan beberapa implikasi sebagai
berikut:

1. Komitmen seseorang terhadap tugas akan dimiliki manakala

yang bersangkutan memiliki pemahaman yang mendalam dan

150

menyeluruh mengenai hak dan kewajibannya. Sisi lain dari
komitmen ini menggambarkan kesanggupan mental pada

seseorang untuk loyalitas dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya. Oleh karena itu, apabiia Kepala Cabang Dinas
Pendidikan tidak melakukan pembinaan komitmen pada

kepala sekolah, maka dapat diperkirakan kepala sekolah
kurang loyalitas terhadap tugas pokok dan fungsinya.

2. Supervisi sekolah merupakan salah satu teknik yang dapat
menggali dan menghimpun berbagai permasalahan, dan
potensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam melakukan
pengelolaan sekolah yang dipimpinnya. Oleh karena itu,

supervisi sekolah merupakan kegiatan awal dan utama untuk
memahami secara obyektif dan empiris mengenai kinerja

kepala sekolah. Pembinaan terhadap kepala sekolah tanpa
didasarkan

menyentuh

pada

hasil

supervisi sekolah,

permasalahan-permasalahan

tidak

akan

aktual

dan

kontekstual.

3. Dalam batas-batas tertentu,

upaya

untuk menjabarkan

rumusan tugas pokok dan fungsi suatu jabatan tertentu,

memerlukan petu