HUBUNGAN PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU : Studi Deskriptif - Analitik pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-Jawa Barat.

HUBl NGAN PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH
DENG AN KINER.IA Gl Rl

Studi Deskriptif- Analitik pada
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
se-Jawa Barat

TESIS

Diajukan lintuk Memenuhi Pers\

atan

Penyelesaian Program Magister daian "rogram
Studi Administrasi Pendidiks

Oleh

Otji S. Wiharjadi
MM : 989553


((^s"*;^ \
V. ci '

-

.' h

- If
%
f

$$
PROGRAM PASCASARJANA

I NIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2000

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING TESIS

PROF. H. ACHMAD SANUSI. SH. M.PA. Ph D

PEMBIMBING I

PROF. DR.H.DJAM'AN SATORI MA
PEMBIMBING II

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2000

MENYETUJUI

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

I

PROF. DR. H. ABIN SYAMSUDIN MAKMUN, MA

ABSTRAK


Tesis Otji S. Wiharjadi Pascasarjana UPI2000.

Hubungan Pembinaan oleh Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru.
(Studi deskriptif- Analitikpada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-Jawa Barat)

Terdapat pemahaman bersama dikalangan para praktisi dan teoritisi organisasi
dan manajemen bahwa kinerja dapat dipelajari, diatur, atau diperbaiki melalui
perencanaan dan pembinaan kinerja. Alasan untuk menerapkan proses manajemen

kinerja dalam setiap organisasi adalah karena secara empirik manajemen kinerja dapat
memberikan dampak positif antara lain terhadap peningkatan efektivitas dan efisiensi
organisasi, perubahan budaya kerja, peningkatan motivasi, peningkatan produktifitas dan
peningkatan upah/gaji.

Di Indonesia, keluhan masyarakat dan dunia usaha/industri terhadap rendahnya
mutu lulusan SMK membuat pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan

Nasional, untuk terus menerus melakukan perbaikan dalam rangka mengatasi
kesenjangan tersebut. Selama kurang lebih 20 tahun terakhir ini telah dilakukan


berbagai upaya pembenahan mulai dari peningkatan kualitas sarana dan prasarana,
perbaikan kurikulum, peningkatan mutu guru melalui berbagai pelatihan dan magang
industri sampai pada pelatihan Kepala Sekolah untuk meningkatkan kinerja mereka.
Pertanyaannya adalah apakah semua upaya yang dilakukan itu telah berkontribusi positif
untuk menjawab kesenjangan tersebut seperti dikatakan diatas ? Kenyataan dilapangan
menunjukan bahwa keluhan tentang mutu lulusan SMK masih saja terdengar melalui
berbagai kesempatan.

Studi ini diarahkan untuk mencermati kinerja guru SMK menurut persepsi
Kepala Sekolahnya, serta upaya Kepala Sekolah untuk membina para guru dalam rangka
meningkatkan kinerja mereka.

Kinerja gum dan pembinaan yang dilakukan Kepala Sekolah menjadi fokus utama studi
ini karena sumber daya manusia diyakini sebagai faktor determinan dalam
pembangunan.

Penelitian ini dilakukan pada 73 SMK Negeri yang tersebar diseluruh wilayah
Jawa Barat. Subyek studi ini terdiri dari 40 Kepala Sekolah Menengah Kejuruan sebagai
responden sampel.


Kinerja dalam penelitian ini diartikan sebagai hasil dari fungsi suatu pekerjaan
atau kegiatan tertentu selama suatu periode tertentu. Sedangkan pembinaan diartikan
sebagai suatu hal, cara, atau hasil pekerjaan membina yang meliputi aspek-aspek :
mendirikan, membangun, memelihara, mengembangkan, atau menyempurnakan sesuatu
menjadi lebih baik.

Dalam penelitian ini, variabel pembinaan yang secara hipotetis dianggap dapat
memberi kontnbusi nyata terhadap peningkatan kinerja guru akan dapat diamati melalui
beberapa aspek yaitu (1) penyusunan program pembinaan, (2) pelaksanaan program
pembinaan, (3) monitoring dan evaluasi program pembinaan, dan (4) tindak lanjut
pembinaan. Kemudian kinerja guru akan dilihat dari beberapa aspek yaitu : (1) kehadiran
guru, (2) persiapan mengajar (3) pengelolaan kelas (4) pengelolaan KBM dan (5)
Pengelolaan interaksi belajar mengajar.

Studi ini diarahkan untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tentang Profil pembinaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah untuk meningkatkan kinerja guru disekolahnya ?
IX

2. Bagaimana gambaran tentang profil kinerja guru menurut persepsi kepala

sekolahnya ?

3. Adakah hubungan yang signifikan antara pembinaan yang dilakukan selama
ini oleh kepala sekolah dengan kinerja guru SMK se-Jawa Barat ?
Untuk dapat menjawab ketiga pertanyaan tersebut diatas disusun sebuah

instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang berfungsi untuk
mengumpulkan data tentang dua peran yang berbeda tetapi dari satu sumber data, yaitu
peran Kepala Sekolah dalam pelaksanaan pembinaan untuk meningkatkan kinerja guru.
Secarasingkat, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

1 Sebagian besar Kepala Sekolah telah melaksanakan pembinaan dengan hasil cukup.
Hal ini ditunjukan dengan data, dimana sebanyak 68,85% Kepala Sekolah telah dapat
menyusun program pembinaan, melaksanakan program pembinaan, melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan program pembinaan, serta melakukan evaluasi dan
tindak lanjutterhadap program pembinaan.

2. Secara umum, kinerja guru SMK se-Jawa Barat dipersepsi oleh Kepala Sekolahnya
sebagai kinerja yang cukup. Hal ini terbukti dari ditemukannya sebanyak 64,58 %
Kepala sekolah mempersepsinya seperti itu. Walaupun demikian, kinerja guru seperti

ini belum baik jika ditilik dari tiap aspek, misalnya dari aspek penguasaan bahan
pelajaran, 53,5% Kepala Sekolah mengatakan bahwa penguasaan bahan pelajaran
tidak terlihat dalam kinerja mereka. Masih terdapat 55,52 % guru yang belum
memperlihatkan kinerja yang baik, dan hal ini masih jauh dari gambaran ideal
seorang guru yang baik.

Jika dianalisis dari persentase skor totalnya, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah berada pada kategori cukup dalam
pengelompokan persentil dengan nilai persentase sebesar 68,85 % seperti yang telah
dikatakan diatas. Sedangkan besaran persentase total kinerja guru juga masuk dalam
kategori cukup yaitu 64,58 %. Meski keduanya berada pada kelompok persentil yang
sama tetapi kualitas keduanya berbeda. Secara kuantitatif, kinerja guru terpaut 4,27%.
Artinya menurut pengakuan Kepala Sekolah, kinerja guru tidak lebih berkualitas jika
dibandingkan dengan upaya pembinaan yang telah dilakukannya.
3. Hasil analisis korelasional menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pembinaan
oleh Kepala Sakolah dengan kinerja guru. Hal ini tampak dari koefisien korelasi
kedua variabel tersebut sebesar 0,78 %. Dari t - tabel dan t - hitung ditemukan
derajat keeratan kedua variabel pada tingkat signifikansi dan kepercayaan 99 %.
Berdasarkan analisis korelasi dan tingkat kebermaknaannya dapat dikatakan bahwa


derajat keeratan hubungan antara pembinaan yang dilakukan Kepala Sekolah dengan
kinerja guru cukup tinggi. Dapat pula dikatakan bahwa semakin baik pembinaan yang
dilakukan Kepala Sekolah kepada guru SMK, kecenderungannya akan semakin baik
pula kinerja yang ditunjukkan guru. Analisis ini menunjukan kebergantungan (inter
dependensi) yang cukup tinggi antara kinerja guru dengan pembinaan Kepala Sekolah.
Hasil studi ini menunjukkan pentingnya pembinaan yang dilakukan secara
sistematis terutama untuk mendorong guru meningkatkan kinerjanya.
Studi ini hanya menemukan sebagian kecil penentu kinerja guru. Studi lebih
lanjut yang mendalam masih diperlukan untuk lebih memahami variabel lain yang juga
berpengaruh secara nyata terhadap kinerja guru tetapi masih belum terungkapkan dalam
penelitian ini.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERrMAKASIH..

,
jv


DAFTARTABEL

vjj

DAFTAR GAMBAR

xijj

ABSTRAK
DAFTAR ISI

'_'.".

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.



vi

^\t

1

Latar Belakang Masalah
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Pentingnya Masalah YangDiteliti
Kegunaan Penelitian
Hipotesis Penelitian

1
10
^3
15
-| g

1g

G. Variabel Penelitian...j.!'..., ...........;

20

H. Devinisi Operasional Variabel
I. Kerangka Pikir Penelitian

22
24

BAB n TINJAUAN KEPUSTAKAAN

27

A. Menghampiri Berbagai Pemahaman Tentang
Administrasi Pendidikan

27

B. Supervisi dan Pembinaan
1. Pengertian Supervisi
2. Tujuan Supervisi
3. Supervisi Sebagai Teknik Pembinaan

30
30
3-j
32

C. Peningkatan Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja
2. Tujuan Peningkatan Kinerja Guru
3. Manajemen Kinerja Guru
4. Beberapa Studi Terdahulu Tentang Kinerja

XI

35
37
38

38
41

D.

Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
2. Ciri-ciri Kepemimpimnan Efektif
3. Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
4. Kepemimpinan Guru di Kelas

41
41
43
46
51

E.

Berbagai Pemahaman Tentang Motivasi
1. Pengertian Motivasi
2. Tujuan Motivasi
3. Fungsi Motivasi
4. Beberapa Teori Motivasi
5. Implikasi Teori Motivasi dalam Pendidikan

56
55
58
53
53
62

F.
G

Telaahan Studi-studi Terdahulu yang Relevan
Kepala Sekolah sebagai Manajer

62
65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

68

A.

Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
2. Sampel Penelitian,

68
68
69

B.

Metode Penelitian
1. Metode Deskriptif
2. Studi Kepustakaan

73
73
74

C. Teknik Pengumpulan Data
1. Penentuan Alat Pengumpul Data
2. Penyusunan AlatPengumpul Data

74
75
76

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
1. Uji Coba Angket
2. Penyebaran Angket
3. Pengumpulan Angket

77
77
79
80

E. Teknik Pengolahan Data

80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.

Proses Pengolahan Data
1. Verifikasi Data

82
82
82

xii

B.

2. Penyekoran
3. Pengujian Asumsi Statistik

82
83

Hasil Penelitian
1. Profil Pembinaan Oleh Kepala Sekolah
2. Profil Kinerja Guru SMK

84
84
86

3. Hubungan Pembinaan Oleh Kepala Sekolah Dengan
Kinerja Guru.SMK

C.

89

Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan Tentang Profil Pembinaan Yang
Dilakukan Kepala Sekolah
2. Pembahasan Tentang Profil Kinerja Guru SMK
Dalam Persepsi Kepala Sekolahnya
3. Perbandingan Antara Pembinaan Yang Dilakukan
Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru

91
91

93
94

4. Pembahasan Atas Hubungan Antara Pembinaan Oleh Kepala
Sekolah SMK dengan Kinerja Guru-Gurunya
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

95
98

A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA

98
102
104
106

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pengujian Asumsi-asumsi Statistik

111
111

Profil Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah

122

Profil Kinerja Guru
Curicullum Vitae
Kisi-kisi
Perencanaan Kinerja Guru SMK
Angket Penelitian

123
124
126
130
131

XIII

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Data Jumlah SMK, Guru dan Pegawai Tata Usaha
SMK Negeri di Jawa Barat

53

2. Tingkat Pendidikan Guru dan Pegawai
SMK Negeri di Jawa Barat

55

3. Penyebaran Anggota Populasi Penelitian

71

4. Penyebaran Ukuran Sampel Penelitian

72

5. Nonnalitas Distribusi Frekuensi Kedua Variabel Penelitian...

83

6. Hasil Pengujian Linieritas Regresi Variabel Yatas X

84

7. Gambaran Pembinaan yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah.

85

8. Profil Kinerja Guru SMK se-Jawa Barat Dalam Persepsi
Kepala Sekolah

87

9. Harga-harga Statistik yang Diperlukan dalam Analisis
Korelasi Variabel X dengan Y

89

10. Normalitas Distribusi Frekuensi Variabel X skor

Variabel Pembinaan Kepala Sekolah

112

11. Tabel Perhitungan Distribusi Normal Skor Variabel

Kinerja Guru

113

12. Tabel Analisis Uji Linieritas Regresi

119

13. Profil Pembinaan yang Dilakukan Kepala Sekolah

122

14. Profil Kinerja Guru

123
vii

VIII

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Kerangka PikirPenelitian

26

2. Model Perencanaan Kinerja Guru SMK

no

VIII

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai fakta empirik telah membuktikan kepada kita bahwa tingkat

kemajuan yang dicapai oleh suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia bangsa itu. Seberapapun besarnya sumber daya alam, modal serta sarana
prasarana, pada akhirnya ditangan sumber daya manusia yang handal terletak
kemajuan yang ingin dicapai.

Dalam perspektif berpikir seperti itu, rasanya tidak mungkin suatu

organisasi atau suatu bangsa dapat mencapai kemajuan dibidang apapun tanpa
mempersoalkan kesiapan sumber daya manusia yang telah diyakini sebagai faktor
diterminan keberhasilan pembangunan.

Di Indonesia, Pembangunan Nasional merupakan " usaha peningkatan

kualitas manusia dan masyarakat yang dilakukan secara berkelanjutan,
berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta tantangan perkembangan global " (GBHN
: 1999).

Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian integral (tak

terpisahkan) dari keseluruhan aktifitas pembangunan nasional seperti dikatakan

diatas karena pembangunan itu sendiri ingin memanfaatkan kemajuan yang
dicapai dibidang pendidikan untuk mempercepat berbagai upaya pembangunan
yang tengah dan akan terus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.
Tesis Otji S.W. Pascasarjana UPI 2000

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

yang merupakan salah satu sub-

sistem dari sistem pendidikan nasional memiliki tujuan yang jelas seperti yang telah

diatur dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

nomor; 0490/1992 Bab II pasal 2 ayat (1) bahwa: pendidikan di SMK bertujuan
untuk :

1. "Mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi dan atau meluaskan pendidikan dasar ;

2. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial ,budaya
,dan alam sekitar ;

3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi, dan kesenian;
4. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan
sikap profesional.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa selama bertahun -tahun lamanya
kinerja lulusan SMK selalu di permasalahkan atau dikeluhkan oleh industri dan
dunia usaha.

Para pemakai (konsumen)lulusan menilai bahwa lulusanSMK tidak

memiliki ketrampilan yang memadai sebagaimana yang dibutuhkan mereka.

Berbagai

tudingan kemudian di alamatkan kepada SMK sebagai lembaga

pendidikan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang amat

diperlukan dalam mengisi berbagai lapangan kerja, atau bahkan menciptakan
lapangan kerja baru di masyarakat.

Tesis : Otji S. W. Pascasarjana UPI2000

Berbagai upaya telah di lakukan oleh pemerintah untuk mengatasi

kesenjangan ini, mulai dari perbaikan kurikulum, sarana dan prasarana, peningkatan

kemampuan guru melalui berbagai pelatihan baik di dalam maupun di luar negri
,serta menjalin hubungan kerja sama antara sekolah dengan dunia usaha/industri

untuk memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada pihak guru dan murid untuk
mengikuti program magang.

Pada batas-batas tertentu, tampak bahwa upaya pemeritah bersama-sama

, dengan masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam peningkatan mutu sumber daya
manusia di Indonesia melalui kegiatan pendidikan secara kuantatif telah

memberikan gambaran yang menggembirakan. Tetapi secara kualitatif, eksistensi

SMK masih terus digugat keberadaannya karena masih belum dapat memenuhi
keinginan berbagai pahak.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN)1999 Bab II, tentang masalah yang sedang kita hadapi di bidang pendidikan
saat ini ialah:

"Berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi
pengembangan pribadi dan watak peserta didik, yang berakibat

hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan.
Mata pelajaran yang berorientasi akhlak dan moralitas serta
pendidikan agama kurang diberikan dalam bentuk latihan-latihan

pengamalan untuk menjadi corak kehidupan sehari-hari. Karenanya,
masyarakat cenderung tidak memiliki kepekaan yang cukup untuk
membangun toleransi, kebersamaan, khususnya dengan menyadari
keberadaan masyarakat yang majemuk "

Mencermati permasalahan yang sedang kita hadapi di bidang pendidikan
seperti di katakan di atas rasanya kita sepakat bahwa pendidikan harus lebih

berusaha untuk menyentuh persoalan yang lebih mendasar dalam penyiapan sumber
Tesis : Otji S. W. Pascasarjana UP]2000

daya manusia pembangunan yang di perlukan untuk mengisi atau menjawab
tuntutan perkembangan yang kita perlukan.

Persoalan yang paling mendasar dalam pendidikan kita terletak pada upaya

untuk meningkatkan kualitas moral atau akhlak manusia yang di harapkan
berdampak positif terhadap sikap toleran, kebersamaan, sehingga siswa lebih
menyadari bahwa ia hidup dalam masyarakat yang serba majemuk yang oleh
karenanya hams menghargai dan menerima kemajemukan itu sebagai suatu rakhmat
sekaligus sebagai suatu kekayaan yang hams di syukuri. Ini berarti bahwa
pendidikan di sekolah tidak hanya diorientasikan untuk memenuhi kebetuhan

lapangan kerja dengan menjejali siswa melalui berbagai latihan keterampilan teknis
saja tetapi sekolah hams lebih menyentuh permasalahan yang bersifat substansial
dalam kehidupan bangsa.

Untuk hal itu, maka perlu lebih dibangun suatu kerangka pemikiran yang
bersifat sistemik bahwa pendidikan yang dilakukan disekolah hams melibatkan

semua komponen, semua sub-sistem, atau semua variabel yang diduga memiliki

andil dalam pengembangan pendidikan sehingga dapat mempercepat upaya
pengembangan pribadi dan watak peserta didik sekaligus pada saat yang sama

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesional mereka. Ini berarti pula

bahwa aktifitas pendidikan selama ini yang terkesan mengabaikan peranan bidang
study normatif dan layanan bimbingan konseling bagi siswa hams segera di akhiri.
Diakui bahwa variabel yang mempengamhi pengembangan mutu SMK

sangat kompleks, bersifat lintas sektoral, interdepartemental, interdisipliner dan

multidimensional. Walaupun demikian, di yakini, bahwa faktor gum dan manajemen
Tesis : Otji S.W. Pascasarjana UPI2000

sekolah tetap menjadi faktor determinan, sekaligus sebagai akslerator pencapaian
misi SMK sebagai lembaga pendidikan sumberdaya manusia yang dapat mengisi
kebutuhan pembangunan di segala bidang.
Fakta empirik yang sulit terbantahkan saat ini adalah kesulitan untuk

mendapatkan gum yang benar-benar mengabdikan diri dan mencurahkan waktu dan

perhatianya untuk melaksanakan tugas profesionalnya sebagai pendidik.
Gaji dan kesejahteraan guru yang rendah membuat para gum seakan-akan

tak mampu untuk menghadapi tuntutan yang.berat yang dibebankan kepadanya.
Mereka selalu terpuruk dan seakan-akan tak berdaya menghadapi hempasan badai
keras globalisasi yang melunturkan semangat pengabdian mereka.
Oleh karena itu, pendidikan kejuruan untuk masa depan Indonesia dalam
perspektif global seperti dikatakan di atas hams mengalami perubahan orientasi dan
merubah berbagai paradigma lama yang terns berkembang selama bertahun-tahun.
Jika pada masa lalu, SMK menganut "supply-driven" atas kebutuhan sosial

masyarakat luas, maka di masa depan hams di mbah menjadi sistem '-demand-

driven" yang berdasarkan pada kebutuhan pasar kerja. Sistem pengelolaan yang
berpusat dan di tandai dengan intervensi pusat yang beriebihan, hams di mbah
menjadi sistem pengelolaan yang terdesentralisasi dan berpusat di sekolah. Dalam

pandangan ini, pengelolaan sekolah dilakukan dengan prinsip "School Based

Management". Ini berarti bahwa sekolah memiliki otonomi yang besar untuk
merancang dan mendorong percepatan kemajuan sekolah sesuai dengan potensi
yang ada, baik internal maupun eksternal.

Tesis : Otfi S.W. Pascasarjana UPI2000

Berbagai perubahan besar yang terjadi di masyarakat dan tuntutan kualitas

yang di harapkan oleh industri memberi beban ekstra bagi para gum. Beban yang
berat itu akan mustahil dapat di pikul sendiri oleh guru walaupun diatas di katakan

bahwa gum dan manajemen sekolah mempakan variabel determinan dan sekaligus
sebagai akselerator tercapainya tujuan sekolah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa visi masyarakat Indonesia masa depan,
minimal untuk lima tahun yang akan datang, seperti yang tertera dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 adalah:

"Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis
,berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah
negara kesatuan republik Indonesia yang di dukung oleh manusia
indonesia yang mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia,

cinta tanah air, berdasarkan hukum, dan lingkungan, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi
serta berdisiplin.

Dalam rumusan visi tersebut temngkap bahwa terdapat lima belas

karakter kondisi kemajuan bangsa yang ingin di capai dalam lima tahun yang akan

datang. Semua karakter tersebut menuntut adanya kesungguhan dan tanggung jawab
seluruh komponen bangsa, termasuk dunia pendidikan untuk mewujudkannya
kedalam kegiatan nyata.

Aspek cinta damai, demokratis, keadilan, berdaya saing, maju dan
sejahtera, kemandirian, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air,

berdasrkan hukum dan lingkungan, menguasai IPTEK, memiliki etos kerja yang
tinggi, dan berdisiplin merupakan hal-hal yang bersifat normatif dan
bersinggungan secara langsung dengan dunia pendidikan.

Tesis: OtjiS. W. Pascasarjana UPI2000

Untuk mencapai visi tersebut di atas, rasanya dunia pendidikan kejuruan

tidak mampu memberikan kontribusi yang sigmfkan jika SMK belum mampu keluar

dan persoalan ketidak berdayaan yang melilit kehidupan gum dan manajemen

diseputar kemampuan profesional yang sangat di perlukan untuk mempercepat
pencapaian mutu SMK.

Saat ini rata-rata gum SMK belum memiliki pengalaman industri yang
memadai padahal pengalaman industri mi sangat di perlukan untuk menaikkan

kreadibilitas program pendidikan kejuruan (Wardiman Djojonegoro:1997). Selain
itu, rendahnya gaji dan kesejahteraan gum yang dirasakan menjadi kendala utama
mendorong para gum untuk mencari penghasilan tambahan di luar. Kondisi ini
diduga telah mempengaruhi kinerja gum.

Untuk mengatasi permasalahan yang melilit kehidupan gum sekarang
maupun nanti, masih terdapat sisa optimisme sebagai "katup pengaman" jika Kepala

Sekolah mampu memposisikan dirinya sebagai pimpinan sejati yang mampu
melakukan fungsi pembinaan, pengawasan dan bimbingan untuk terus menems

mencari dan melakukan upaya kreatif dan inovatif untuk mencapai kondisi ideal
pemberdayaan gum sebagai mana yang diharapkan.

Kekhawatiran Oteng Sutisna (1993) tentang para Kepala Sekolah yang
tidak merancang waktu mereka untuk melakukan supervisi, konsultasi, baik untuk
gum, mund, maupun orang tua, karena mereka kebanyakan menghabiskan waktu

untuk pekerjaan tulis menulis perlu menjadi pemikiran bersama. Hal ini dapat
menjadi kendala terbesar bahkan mungkin dapat menjadi ancaman senus duma

pendidikan, termasuk SMK. Padahal telah terbukti, fungsi pembinaan yang
Tesis : Otji S.W. Pascasarjana UPI2000

dilakukan secara teratur dan sistematis akan menghindari kemungkinan terjadinya
penyimpangan, kesalahan, atau kelalaian.

Kekhawatiran yang hampir sama dikemukakan oleh Dedi Supriadi

(1985) dalam satu temuannya, bahwa sekolah pada umumnya lebih cendemng
mengedepankan fungsi layanan administratif dan layanan pengajaran, sedangkan

fungsi layanan bimbingan baik yang dilakukan oleh gum kepada siswa maupun oleh
Kepala Sekolah terhadap selumh tenaga kependidikan ternyata masih kurang
mendapat perhatian.

Dalam studi-studi tentang bagaimana Kepala Sekolah membagi

waktu bekerjanya terdapat indikasi bahwa terialu banyak waktu Kepala Sekolah

dipakai untuk mengerjakan tugas-tugas mtin kantor, sedangkan supervisi gum-gum

dan perbaikan pengajaran hanya menerima bagian kecil saja dari waktu Kepala
Sekolah (Oteng Sutisna, 1993). Selanjutnya Oteng Sutisna berpendapat
bahwasannya peraturan-peraturan melibatkan Kepala Sekolah dengan pekerjaan tulis
menulis, tidak berarti bahwa pekerjaan ini hams dilaksanakan sendiri oleh Kepala
Sekolah. Sering para Kepala Sekolah mengerjakan sendiri catatan-catatan dari

laporan-laporan, dikarenakan mereka tidak bemsaha untuk mendesain prosedurprosedur dan melatih personil kantor untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan mtin.
Peranan Kepala Sekolah untuk melakukan berbagai upaya administratif

sekolah sering terhambat selain karena hambatan yang berasal dari dalam dirinya
sendiri, juga disebabkan karena hambatan dari luar, misalnya dan jajaran birokrasi

yang berada di Kandep dan Kanwil padahal kompleksitas permasalahan yang
melmgkupi kehidupan sekolah pada umumnya menuntut kepala sekolah sebagai
Tests : Otji S. W. Pascasarjana UPI2000

f'S

P.



r

-

*

*>

seorang administrator untuk mempersepsi, mencennati, dan mengarifi kemajuan

sekolah secara holistik, sistemik dan terpadu dan selanjutnya melakukan berbagai
upaya pembinaan manajemen kinerja gum dan tenaga pendidikan lainnya secara
holistik, sitemik dan terpadu pula.

GBHN juga menekankan bahwa pendidikan di Indonesia hams di arahkan

untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara
terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktip oleh selumh

komponen agar kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan secar optimal.
Kompleksitas permasalahan pendidikan dan berbagai tuntutan yang

melatarbelakanginya menuntut seorang kepala sekolah mengembangkan fungsifungsi kepemimpinanya menjadi lebih dinamis, efektif dan produktif -Kemampuan
manajerial seperti yang dipersyaratkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuman adalah :

"Kemampuan mengorganisasi dan mengoptimalkan sumber daya yang
ada di sekolah, kemampuan mengelola dan mengimplementasikan
kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar, kemampuan merencanakan pengembangan sekolah dan memelihara hubungan dan kerja
sama industri, serta kemampuan mendelegasikan secara cepat dan jelas
tugas-tugas yang harus dilakukan serta harus dapat menentukan
prioritas kebutuhan (IATVEP:B,1995).

Mengingat Kepala Sekolah Menengah Kejuman adalah variabel yang

sangat dominan dalam mempercepat terjadinya proses perubahan menuju kemajuan

di sekolah maka peran dan fungsinya hams benar-benar optimal. Untuk itu Kepala
Sekolah Menengah Kejuman hams didorong untuk dapat mengembangkan fungsifungsi kepemimpinanya secara optimal.

Tesis : Otji S. W. Pascasarjana UPI2000

Menjadi pertanyaan, sejauh manakah Kepala Sekolah dapat menyediakan

waktunya untuk melakukan fungsi pembinaan dalam rangka pengembangan

kemampuan personil sekolah, termasuk guru, agar mereka dapat meningkatkan

kinerja, mereka sebagai gum profesional ? Pola pembinaan yang bagaimana yang
selama ini dilakukan oleh KepalaSekolah Menengah Kejuman? Sejauh mana gum
mempersepsi pembinaan yang di lakukan Kepala Sekolah sebagai alat pendidikan

dalam proses manajemen untuk meningkatkan kualitas personil sekolah? Sejauh
mana pembinaan yang di lakukan dan dirasakan bermakna bagi perbaikan kinerja

gum? Gambaran persoalan yang diketengahkan diatas menjadi latar belakang
penelitian ini.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan gambaran pada latar belakang masalah di atas, penulis

melakukan identifikasi masalah yang di mmuskan dalam beberapa butir
permasalahan sebagai berikut:

1. Ada kecendemngan, bahwa Kepala Sekolah hanya mementingkan tugastugas administratif dan layanan kegiatan belajar-mengajar sedangkan tugastugas sepervisi dan pembinaan gum pada umunya jarang di lakukan.

2. Pembinaan yang di lakukan cendemng tidak terprogram, tidak teratur,dan

tidak sistematis. Jika terjadi demikian, dapat diperkirakan bahwa kinerja guru
sulit dikendalikan, dan hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu
sekolah secara keselumhan.

3. Terdapat kecendemngan yang cukup kuat disekolah bahwa Kepala Sekolah
seringkali sibuk dalam kegiatan dan rapat-rapat dinas serta tugas-tugas mtin
Tesis : Otji S. W. Pascasarjana UPI2000

sehingga iatak dapat melakukan tugas-tugas pengembangan yang bersifat kreatif
dan inovatif untuk memikirkan dan melakukan pembinaan gum

4. Inti kegiatan pendidikan di sekolah terletak dikelas, bengkel, laboratorium. atau
perpustakaan. Tempat dimana kegiatan belajar berlangsung seperti dikatakan

diatas jarang mendapat perhatian Kepala Sekolah. Akibatnya, Kepala Sekolah

tidak mengetahui secara pasti apa yang terjadi dikelas, siapa yang mengajar

dikelas, dan bagaimana proses belajar terjadi dalam kualitas yang diinginkan
sehingga dapat, dikontrol mutu belajar sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Dengan demikian, banyak kelas yang sering kosong kerana gum vang
sehamsnya mengajar temyata tidak hadir. Materi pelajaran seringkali dibenkan
kepada siswa melalui guru lain untuk dicatat.

5. Kesetiaan gum terhadap profesinya mengalami tantangan, ujian, dan godaan
materialisme. Akibatnya, ia tidak dapat mengembangkan tugas profesinya

dengan baik. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia hams mengajar pada

beberapa sekolah sehingga ia seakan-akan kehabisan tenaga untuk mengejar
kebutuhan hidup keluarganya. Dapat dipastikan, jika kondisi guru seperti itu,
kita tidak bisa mengharapkan banyak dari kegiatan pendidikan kita disekolah.

Berdasarkan beberapa butir permasalahan yang dapat dimmuskan diatas,

tampak adanya kesenjangan antara apa yang benar-benar terjadi (das sein) dan apa
yang sehamsnya terjadi (das solen) di sekolah. Kesenjangan inilah yang ingin
dicermati melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut:

" Sejauhmanakah dampak pembinaan Kepala Sekolah terhadap kinerja
guru ?
Tesis : Otji S.W. Pascasarjana UPI2000

Kinerja gum dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu manivestasi dari

suatu pekerjaan. Timbul pertanyaan, apa yang dimaksudkan dengan kinerja itu ?
Pengertian ini tidak akan diuraikan panjang lebar disini karena baru akan dibahas

pada Bab II. Akan tetapi, untuk keperluan perumusan masalah penelitian, penulis
merasa perlu menjelaskan secara singkat pengertian istilah tersebut diatas berikut
ini.

Mengenai pengertian kinerja, Bemandindan Russel dalam J.P Sianipar (1999)

berpendapat bahwa kjnerja adalah hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan
tertentu selama satu periode waktu tertentu. James Grosvener (1997), Ian More
(1996), Dennis William (1995) sepakat bahwa kinerja (performance) adalah suatu
tampilan kerja yang diperiihatkan seseorang berupa hasil karya dalam satu satuan
waktu.

Terdapat berbagai faktor yang memungkinkan kinerja seseorang menjadi baik,

antara lain kejelasan tugas yang hams dilakukan,target dan sasaran yang jelas,

kejelasan hasil yang akan dicapai, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan,iklim yang kondusif, manajemen kinerja yang handal yang merupakan
suatu proses untuk menciptakan pemahamanbersama mengenai apa yang hams

dicapai, bagaimana hal tersebut dapat dicapai, serta bagaimana mengatur orang
dengan cara yang tepat agar dapat mencapai tujuan tersebut (Frank Hartle:1996).

Berbagai

penelitian

membuktikan

bahwa

kinerja

dapat

diperbaiki,

ditingkatkan, atau disempumakan melalui proses pembiasaan, latihan, dan
pendidikan .Ini berarti bahwa kinerja gum dapat ditingkatkan melalui pembinaan
baik yang dilakukan oleh Kepala Sekolah maupun oleh pihak lain.
Tesis : OtjiS. W. Pascasarjana UPI 2000

Proses pembinaan dalam rangka manajemen kinerja akan memberikan dampak
positif terhadap:

"Peningkatan efektivitas organisasi,

motivasi

pegawai,

pembahanbudaya kerja, kenaikan gaji atas kinerja, pemberian upah atas dasar

perkembangan ketrampilan, dukungan manajemen kualitas, dan loyalitas staf ahli

(J.P Sianipar, 1999). Untuk mengetahui apakah pembinaan Kepala Sekolah terhadap
gum dapat berdampak terhadap kinerja mereka antara lain dapat dilihat dari disiplin
kehadiran, disiplin mengajar, disiplin mengerjakan tugas-tugas, murid-murid

berminat dan tertarik kepada pelajaran yang diajarkan, dan keberhasilan gum untuk
mendorong siswa agar tidak mendapat hambatan ketika mempelajari tingkat yang
lebih tinggi pada mata pelajaran yang diajarkan, dan keberhasilan gum untuk

mendorong siswa agar tidak mendapat hambatan ketika mempelajari tingkat yang
lebih tinggi pada mata pelajaran tersebut maupun ketika mempelajari yang telah
dilaluinya, murid memperoleh hasil tes yang baik serta mampu mengerjakan tugas
atau pekerjaan mmah dengan baik.

Jika kita sepakat bahwa bahwa pembinaan yang dilakukan secara teratur dan

sistematis akan dapat meningkatkan kinerja gum, dan bahwa kinerja gum yang baik
akan dapat meningkatkan mutu pembelajaran, maka pengamh program pembinaan
Kepala Sekolah terhadap kinerja gum SMK sah untuk dipermasalahkan.
C. Tujuan Penelitian.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
empirik tentang pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah serta
pengamhnya terhadap kinerja gum SMK di Jawa Barat.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :
Tesis : Otji S. W. Pascasarjana UPI2000

1. Mengetahui strategi pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah untuk
dampaknya terhadap kinerja guru SMK di wilayah Jawa Barat.

2. Mengetahui program pembinaan yang disusun oleh Kepala Sekolah serta proses
implementasinya dilapangan.

3. Mengetahui sampai sejauh mana KepalaSekolah telah melakukan fungsi

pembinaan yang meliputi: pengawasan, bimbingan, teguran, penghargaan,
keteladanan, pemberian kesempatan untuk berkembang, dan hukuman bagi guru
untuk meningkatkan kinerja mereka.

4. Mengetahui derajat kualitas pembinaan Kepala Sekolah terhadap kinerja gum
SMK di Jawa Barat.

5. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari proses pembinaan yang dilakukan
Kepala Sekolah untuk meningkatkan kinerja gum SMK di Jawa Barat.
6. Mengetahui kesulitan yang dihadapi Kepala Sekolah dalam pelaksanaan

pembinaan sehingga dapat dipikirkan solusi yang tepat untuk mengatasi
permasalahan tersebut.

Tanpa mengabaikan arti pentingnya upaya dan keinginan gum untuk
melakukan berbagai aktivitas secara mandiri untuk memperbaiki kinerjanya,

studi ini diarahkan untuk mencermati kualitas pembinaan Kepala Sekolah yang
diyakini dapat meningkatkan kinerja gum.

Ketentuan yang mengatur tugas Kepala Sekolah dan membatasi satukali

masa jabatannya hanya empat tahun akan menjadi sumber motivasi Kepala
Sekolah untuk terus menems melakukan fungsi pembinan bagi guru agar kinerja

Tesis : ()tji S. W. Pascasarjuna UPI 2000

mereka menjadi lebih baik yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan
kinerja sekolah secara keseluruhan.

Disamping

itu, rasa malu dan takut gagal, serta dilandasi dengan

keinginan untuk menjadi yang terbaik akan mendorong Kepala Sekolah untuk
selalu memberikan yang terbaik. Berbagai upaya pembinaan yang secara
akumulatif telah dilakukan selama ini akan dapat terpotret melalui penelitian ini.
D. Pentingnya Masalah yang Diteliti

Maslah kinerja gum dan faktor-faktor yang melatarbelakangi sangat
menarik untuk dicermati, paling tidak karena enam alasan pokok. Pertama,
Gum mempakan ujung tombak kegiatan pendidikan di sekolah. Selain itu,
dalam praktek pendidikan di Indonesia, guru adalah model keteladanan dan

penems nilai-nilai serta norma kehidupan yang dapat ditim oleh peserta didik.
Peranan gum yang begitu sentral dan menentukan tidak akan tergantikan oleh

faktor apapun. Media pendidikan yang serba canggih hanyalah sebagai alat

(tools) untuk mencapai tujuan. Jika gum sebagai sumber keteladanan yang
dapat ditim oleh anak didiknya tidak menampilkan contoh yang baik akan
memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan kepribadian peserta

didik. Oleh karena itu, sekali lagi, secanggih apapun sarana dan prasarana yang
ada di sekolah, pada akhirnya ditentukan oleh kualitas gum mengajar di kelas,

dibengkel, maupun di laboratonum. jika kualitas kinerjanya diragukan, maka

tidak ada jaminan bahwa mutu pendidikan kejuman akan meningkat sejalan
dengan tuntutan mutu lulusan SMK yang terus menems disuarakan oleh dunia

usaha dan industri sebagai pengguna/pemakai jasa pendidikan.
Tesis: OtjiS. W. Pascasarjana UPI 2000

Untuk itu pendidikan kejuruan sebagai bentuk transaksi pelayanan jasa

hams mampu menyediakan jasa yang bermutu sehingga customer (pelanggan)
menjadi puas. Kedua, penelitian mengenai kinerja guru SMK di Jawa Barat jarang

di lakukan jika dibandingkan dengan SMU atau jenis pendidikan lainnya.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Dikbud (sekarang

Diknas) tahun 19996 bahwa secara nasional, kualitas SMK di Jawa Barat menempati
rangking ke 7 dari 27 propinsi di tanah air. Terlepas dari valid dan tidaknya hasil
penelitian tersebut, paling tidak penelitian ini memberikan gambaran tentang sesuatu
masalah yang kurang pas dalam sistem pendidikan persekolahan SMK di Jawa
Barat.

Ketiga. Propinsi Jawa Barat yang berbatasan iangsung sekaligus sebagai
penyanggah ibu kota negara akan menjadi incaran para investor untuk menanamkan

modalnya (temtama investor asing) dalam berbagai usaha. Jika lulusan SMK sebagai
pencari kerja tidak memliki kualitas ketrampilan yang memadai maka otomatis kerja
yang di tawarkan akan jatuh ketangan pencari kerja dari luar Jawa Barat, bahkan

mungkin dari mancanegara pada saat kita benar-benar telah memasuki era pasar
bebas ditahun 2003 nanti. Disinilah pentinganya kualitas kinerja guru untuk

mendorong percepatan mutu SMK agar para lulusan benar-benar mampu bersaing
secara sehat di masa depan. Seperti apa kualitas kinerja gum dan kualitas pembinaan
Kepala Sekolah secara oprasional akan di uraikan dan diteliti dalam studi ini.

Keempat, Sekolah Menengah Kejuruan dibangun dengan dana yang

mahal, sebagian dan dana APBN dan sebagian lagi berasal dari dana pinjaman luar
negeri. Jika mvestasi yang begitu besar yang ditanamkan untuk mengembangkan
Tesis : Otji S. W. Pascasarjana UPI2000

kualitas manusia Indonesia melalui pendidikan di SMK tidak memenuhi tuntutan

masyarakat pengguna jasa maupun pemerintah maka tidak mustahil pada suatu saat,

diera reformasi dan keterbukaan sekarang ini, SMK akan diperhadapkan pada
akuntabilitas publik yang dapat berakibat terhadap eksistensi SMK di masa depan.
Kelima, Kepala Sekolah sebagai "Key Person" memiliki fungsi dan peran
yang sangat menentukan keberhasilan sekolah. Berbagai penelitian membuktikan

bahwa menentukan orang yang pas untuk jabatan yang pas berarti telah
menyelesaikan sebagian besar persoalan manajemen.

Beberapa temuan dilapangan membuktikan bahwa pada tingkat tertentu

Kepala Sekolah dapat menjadi faktor penghambat kemajuan sekolah. Banyak guru
yang mengalami kesulitan untuk mengembangkan kemampuan kreatif dan inovatif

mereka karena tidak mendapatkan apresiasi yang wajar dari Kepala Sekolah karena

Kepala Sekolah tidak memiliki kemampuan yang memadai sebagai seorang
pemimpin: Ia (Kepala Sekolah) tidak memiliki pengetahuan yang bersifat
komprehensif dan mendalam

mengenai hakekat manusia, bahwa "manusia

merupakan unsur terpenting dalam seluruh proses administrasi dan manajemen "
terlepas dalam organisasi apa proses tersebut berlangsung (Sondang P. Siagian :
1996). Ditekankan pula oleh Sondang P. Siagian, bahwa begitu pentingnya sumber

daya manusia dalam sebuah organisasi sehingga seorang pemimpin hams
memahami berbagai pendekatan yang bersifat multidimensional agar ia dapat
melakukan tugas dan peran kepemimpinannya secara efektif
Keenam, pada saat SMK berbenah diri untuk menjawab berbagai tuntutan

masyarakat tentang kualitas lulusan SMK, dunia kita sedang ditandai dengan
Tesis : Otji S. W. Pascasarjana UPI2000

berbagai gejolak sosial, politik, ekonomi dan moneter, serta keamanan baik yang
berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari mancanegara bempa ledakan

informasi dan komunikasi serta kemajuan yang dicapai secara spektakuler melalui

sains dan teknologi sehingga membuat dunia yang sangat luas seakan-akan tidak lagi
memiliki sekat atau pembatas suatu bangsa dengan bangsa lain.
Ini semua telah membah wajah kehidupan umat manusia, secara

spektakuler termasuk wajah pendidikan kejuruan, sehingga diperkirakan telah
menggeser berbagai norma dan nilai-nilai kehidupan yang selama ini dianut oleh
para gum di sekolah.

Jika permasalahan seperti ini tidak dicermati secara seksama maka besar

kemungkinan persoalan yang lebih besar akan muncul kepermukaan dan akan lebih
memperparah kondisi pendidikan ditanah air, termasuk pendidikan kejuruan di Jawa

Barat. Melalui penelitian seperti ini dapat diketahui berbagai persoalan yang
menyebabkan terjadinya kondisi seperti dikatakan diatas untuk kemudian dicarikan

solusi atau jalan keluar untuk mengatasi kesenjangan tersebut.
Demikian enam alasan pokok mengapa penelitian yang berjudul :
"HUBUNGAN

PEMBINAAN

OLEH

KEPALA

SEKOLAH

DENGAN

KINERJA GURU" pentinguntukdilaksanakan.
E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki setidak-tidaknya dua kegunaan atau manfaat yaitu :

Pertama, kegunaan dari segi ilimiah dalam kerangka pengembangan ilmu,
(manfaat teoritis) dan kedua kegunaan praktis.

Tesis : Otji S. W. Pascasarjana UPI2000

Ditinjau dari aspek pengembangan ilmu (manfaat teoritis), penelitian ini

berguna untuk mengembangkan ilmu administrasi

personil sekolah yang

berkaitan dengan upaya untuk menemukan berbagai konsep maupun pengertian
bam kearah pengembangan sumber daya manusia yang amat diperlukan dalam
menjawab tantangan pembangunan Indonesia dimasa depan.
Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi

pengembangan Sekolah Menengah Kejuman di Wilayah Jawa Barat, khususnya

bagi para pengawas pendidikan menengah .kejuruan agar selalu meningakatkan
pengawasan dan evaluasi fungsi dan peran manajemen Kepala Sekolah serta

gum agar mereka selalu dapat meningkatkan kinerja mereka mendorong SMK

menuju pencapaian mutu sebagai mana yang diharapkan berbagai pihak.
F. Hipotesis Penelitan

Hipotesis

mempakan

suatu jawaban

sementara

terhadap

suatu

permasalahan yang masih hams di buktikan kebenarannya. Artinya,suatu
pernyataan yang

pernyataan tersebut

bersipat hipotesis

belum tentu benar. Oleh karena itu

masih harus di buktikan kebenarannya melalui suatu

penelitian sampai benar-benar terbukti secara sah dan meyakinkan.

Sehubungan dengan hal ini, Suharsimi Arikunto (1989:62) berpendapat
bahwa hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Senada dengan
Suharsimi, Rodger Thomas, seperti yang di kutip oleh Yusak Burhanudin

(1998:25) berpendapat bahwa hipotesis adalah sebuah praduga yang belum

Tesis : OtfiS. W. Pascasarjana UPI2000

tentu benar sepanjang belum ada suatu penelitan ilmiah untuk membuktikan
hal itu.

Hipotesis tunggal yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: Pembinaan Kepala Sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja
Guru. Dengan hipotesis tunggal inibukan berarti bahwa meningkatnya kinerja
gum semata-mata

disebabkan karena adanya pembinaan yang dibenkan oleh

Kepala Sekolah. Masih terdapat variabel lain yang ikut menentukan tinggi
rendahnya kinerja gum tetapi tidak diukur dalam.penelitian ini, misalnya faktor

kepuasan kerja seperti yang dikemukakan oleh Keith Davis sebagai \mana yang
dikutip Anwar Parbu M ( 1993:68), kreatifitas, dan internal motivation (John
Backley: 1990:56).
G. Variabel Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian diatas, maka variabel yang akan diuji

adalah pembinaan Kepala Sekolah sebagai variabel X atau variabel pengamh,
dan peningkatan kinerja gum sebagai variabel Y atau variabel terpengaruh.
Ditilik dari sudut pandang manajemen pendidikan, seperti yang
dikemukakan oleh Tilaar, (1997), bahwa kinerja gum dikelas akan optimal jika
Kepala Sekolah terns menems meningkatkan fungsi pembinaan melalui
supervisi kelas. Dengan supervisi kelas, menumt Tilaar, dapat dilihat apakah

pembinaan Kepala Sekolah dalam rangka peningkatan kualitas PBM berjalan
ataukah tidak.

*

Pengertian pembinaan itu sendiri, menumt Departemen Pertahanan dan
Keamanan ( 1970:59), adalah : Segala upaya dan tidakan yang berhubungan
Tesis : OtjiS. W. Pascasarjana DPI 2000

langsung dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan, pengembangan,
pengarahan, penggunaan serta pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna
dan berhasil guna.

Berkaitan dengan variabel pembinaan yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah, Rodger Thomas dan Ian More ( 1997:25) berpendapat bahwa indikator
pembinaan Kepala Sekolah dapat dilihat dari : (1) perencanaan program yang
jelas, (2) jadwal kegiatan pembinaan, (3) pelaksanaan supervisi kelas, (4)
teguran dan bimbingan, (5) sistem promosi dan perencanaan karir, serta (6)
tindak lanjut pembinaan.

Pendapat lain seperti yang dikemukakan oleh Sianipar J.P (1999), pembinaan

Kepala Sekolah dapat diukur dari beberapa indikator seperti : (1) perencanaan
program yang jelas, (2) jadwal kegiatan pembinaan, (3) pelaksanaan supervisi kelas,

(4) teguran dan bimbingan, (5) sistem promosi dan perencanaan karir, serta (6)
tindak lanjut pembinaan.

Pendapat lain seperti yang di kemukakan oleh Sianipar J.P (1999), pembinaan
Kepala Sekolah dapat di ukur dari beberapa indikator seperti: (1) perencanaan
program pembinaan dan peningkatan kerja, (2) adanya pertemuan berkala, (3)

penegakan dissiplin / kehadiran gum, (4) pemeriksaan persiapan mengajar, (5)
pertemuan berkala dengan guru, (6) teguran dan bimbingan bagi guru yang

berkinerja buruk, dan (7) kesempatan bagi gum untuk mengikuti pelatihan dan
program studi lanjut.

Sebagai variabel yang terpengaruh, (Y) kinerja gum menumt Djam,an Satori
(1999) dapat di amati melalui beberapa indikator sebagai berikut: (1) kehadiran
Tesis : Otji S. W. Pascasarjana UPI2000

guru, (2) bekerja tuntas, (3) tidak melalaikan tugas, (4) mengajar baik, (5) hasil
belajar mund baik, (6) persiapan mengajar guru baik, (7) dan minat belajar murid
tinggi.

Menumt Bemadin dan Rusel seperti yang di kutip oleh Sianipar J.P, (1999)

berpendapat bahwa kinerja adalah suatu hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau
kagiatan tertentu selama periode waktu tertentu.
H. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan kesalahan interpretasi terhadap istilah yang di

gunakan dalam judul, berikut ini akan di kemukakan beberapa definisi operasional
menumt berbagai pakar mengenai istilah tersebut.

Pembinaan sering diartikan sama dengan manajemen kepegawaian atau
dalam bahasa asing disebut " Personal Management " atau Tata Personalia

(Musanef : 1991). Walaupun istilah-istilah tersebut tampak berbeda tetapi
sebenamya mempunyai pengertian yang sama. Hal itu dapat dilihat dari beberapa
pengertian sebagai berikut ini:

Dalam buku Pedoman Pembinaan Militer yang diterbitkan oleh Departemen
HANKAM, disebutkan bahwa :

" Pembinaan adalah suatu proses penggunaan manusia, alat peralatan, uang, waktu,
metode dan sistem untuk mencapai tujuan dan hasil yang sebesar-besamya ".
Pengertian lain dikemukakan oleh Manullang (1978), bahwa :

Personal Management adalah seni dan ilmu perencanaan, pelaksanaan dan
pengontrolan tenaga kerja untuk tercapainya tujuan yang ditentukan terlebih dahulu

dengan adanya kepuasan hati pada diri para pekerja ".
Tesis : Otji S. W. Pascasarjana UPI2000

Pendapat lain tentang Personal Management dikemukakan oleh Dennis William
(1994) sebagai berikut:

" Personal management is a planning, organizing, controling, and optimalize human
resourcing, and tools for the future organization ".

1 Pembinaan, menumt pedoman Direktorat Dikmenjur (1994) adalah:

Suatu upaya pengembangan, pembangunan, pengarahan, perencanan,
pengendalian, penyempurnaan, serta tindak manajemen yang dilakukan
secara sadar untuk lebih meningkatkan, atau memperbaiki segala sesuatu
menjadi lebih baik, lebih teratur, lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Untuk keperluan pembahasan tesis ini, pembinaan di maksudkan sebagai
suatu proses yang perlu di ambil oleh Kepala Sekolah sebagai seorang administrator,
manajer dan pemimpin untuk mengarahkan, memberikan motivasi serta tuntutan

yang bersifat mendidik dan mengajak para gum untuk mengembangkan profesional
mereka sehingga mereka dapat mengajar, mendidik, dan membimbing dan melatih

anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang di harapkan.
2. Kepala Sekolah, menumt pedoman Direktorat Dikmenjur (1994) adalah:
Pemimpin dan penanggung jawab organisasi atau suatu pendidikan
yang di pimpinnya sesuai dengan kemampuan yang di milikinya serta
berdasarkan kecakapan serta kepribadian yang di milikinya .

Istilah Kepala Sekolah menumt Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
RI NO. 0269/U/ 1996 tentang penegasan gum pegawai negeri sipil sebagai Kepala
Sekolah dilingkungan Depdikbud (sekarang Depdiknas), menyebutkan bahwa "

Kepala Sekolah adalah pegawai negeri sipil yang di percaya untuk memimpin
sekolah pada jenjang.pendidikan dasar dan menengah di lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan ",

Tesis : Otji S. W. Pascasarjanu UPI2000

3. Sekolah Menengah Kejuruan menurut Kep. Men. Dikbud NO. 080/U/1993
tentang Sekolah Menengah Kejuman Bab 1, menyebutkan bahwa "Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bentuk satuan pendidikan di jalur

pendidikan sekolahpada pendidikan menengah kejuruan ".
4. Guru menurut Abin Syamsudin (1981: 21) adalah orang dewasa yang karena

jabatanya secara formal yang selalu mengusahakan terciptanya situasi mengajar
yang tepat, sehingga memungkinkan bagi terjadinya proses pengalaman belajar

dari siswa dengan mengusahakan segala sumber dan menggunakan segala
sumber dan strategi belajar yang tepat.
Mengacu pada pendapat di atas, maka yang di maksud dengan gum dalam

penelitian ini adalah semua gum yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar
di seluruh SMK di Jawa Barat.

5. Kinerja menumt Bennett Silalahi, (1995: 1), adalah luaran kerja yang dapat di
ukur. Sedangkan menumt Bemadin & Russel sepertiyang di kutip oleh Sianipar
J.P, (1994:4), kinerja adalah hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan
tertentu selama satu periode waktu tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas, kinerja dalam penelitian ini diartikan sebagai

tampilan kerja yang diperlihatkan oleh guru melalui hasil belajar murid pada
akhir Catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun.

I.

Kerangka Pikir Penelitian

Dalam setiap penelitian, kerangka pikir penelitian merupakan suatu
acuan tentang cara pandang atau bagaimana memandang sesuatu masalah

berdasarkan sejumlah konsep teori. Sehubungan dengan hal ini, Bayley
Tesis : Otji S. W. Pascasarjana VPI 2000

(1978:18) berpendapat bahwa kerangka pikir penelitian merupakan sesuatu \ang

sebenamya sudah lama ada dalam penelitian sosial dan mempakan hal \ang
amat penting, karena kerangka pikir penelitian akan sangat membantu daiam

upaya untuk membuat kesimpulan. Jika kerangka pikir penelitian \ang
digunakan keliru maka kesimpulan yang akan diambil akan keliru.

Berdasarkan uraian diatas, maka secara sederhana kerangka pikir penelinan
ini dapat digambarkan dalam bentuk skema seba