PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH :Penelitian Deskriptif Analitik di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-Jawa Barat.
xi DAFTAR ISI
H
HAALLAAMMAANN JJUUDDUULL ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. P
PEERRNNYYAATTAAAANN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A.Latar Belakang Penelitian... Error! Bookmark not defined. B.Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. C.Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D.Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E.Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Anggapan Dasar ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A.Produktivitas ... Error! Bookmark not defined. 1. Definisi Produktivitas ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengukuran Produktivitas ... Error! Bookmark not defined. 3. Produktivitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined. B.Sistem Manajemen Mutu ... Error! Bookmark not defined. 1. Konsep Mutu ... Error! Bookmark not defined.
(2)
2. Model-Model Mutu ... Error! Bookmark not defined. 3. Konsep Sistem Manajemen Mutu ... Error! Bookmark not defined. 4. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ... Error! Bookmark not
defined.
5. Model Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ... Error! Bookmark not defined.
6. Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ... Error! Bookmark not defined.
C.Kepemimpinan Transformasional ... Error! Bookmark not defined. 1. Konsep Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengukuran Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined. 3. Konsep Kepemimpinan Transformasional Kepala SMK ... Error!
Bookmark not defined.
D.Konsep Administrasi Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 1. Definisi Administrasi Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 2. Fungsi dan Komponen Administrasi PendidikanError! Bookmark not
defined.
3. Mengenal Pendidikan Kejuruan (SMK) ... Error! Bookmark not defined.
E.Penelitian Sebelumnya ... Error! Bookmark not defined. F. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. G.Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A.Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B.Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C.Definisi dan Operasionalisasi Variabel .... Error! Bookmark not defined.
(3)
1. Definisi Variabel Produktivitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined.
2. Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined. D.Populasi dan Sampel... Error! Bookmark not defined. E.Prosedur Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. F. Uji Coba Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. G.Teknis Analisis Data... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A.Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Profil Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Jawa Barat ... Error!
Bookmark not defined.
2. Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined. 3. Deskripsi Variabel Produktivitas Sekolah (Y) ... Error! Bookmark not
defined.
4. Deskripsi Variabel Sistem Manajemen Mutu (X1) ... Error! Bookmark
not defined.
5. Deskripsi Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X2) ... Error! Bookmark not defined.
6. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 7. Pengujian Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B.Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. 1. Tingkat Produktivitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined. 2. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008Error! Bookmark
not defined.
3. Tipe Kepemimpinan Transformasional Kepala SMKN... Error! Bookmark not defined.
(4)
4. Pengaruh Sistem Manajemen Mutu dan Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined. 5. Pengaruh Sistem Manajemen Mutu terhadap Produktivitas Sekolah
... Error! Bookmark not defined. 6. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap
Produktivitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined. 7. Model Produktivitas Sekolah, Sistem Manajemen Mutu, dan
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah di SMKN ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .. Error! Bookmark not defined. A.Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B.Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenjang Pendidikan (2006-2010) ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.3 Koefisien korelasi menurut Guilford .. Error! Bookmark not defined. Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Produktivitas Sekolah (Y) .. Error!
Bookmark not defined.
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Sistem Manajemen Mutu (X1)
... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah (X2) ... Error! Bookmark not defined.
(5)
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Reliabilitas Setiap Variabel .... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.1 Daftar SMK di Jawa Barat yang Menerapkan ISO 9001:2008 .. Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.2 Variabel Produktivitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.3 Agregat Rata-Rata Produktivitas Sekolah ... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.4 Variabel Sistem Manajemen Mutu ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.5 Agregat Rata-Rata Sistem Manajemen Mutu ... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.6 Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.7 Agregat Rata-Rata Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.8 Uji Normalitas Model ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolineritas ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas ... Error! Bookmark not defined.
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sutermeister’s Productivity Circle .... Error! Bookmark not defined. Gambar 1.2 Turunan Pohon Faktor Sutermeister’s Productivity Circle pada
Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. Gambar 1.3 Paradigma Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.1 Skema Pencapaian Tujuan Produktivitas Pendidikan ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 3.1 Diagram Jalur: X1,X2 terhadap Y ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.1 Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.2 Penyebaran Responden Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3 Penyebaran Responden Berdasarkan Masa Kerja ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4 Penyebaran Responden Berdasarkan Status Sertifikasi ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.5 Rata-Rata setiap Dimensi pada Variabel Produktivitas Sekolah Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.6 Agregat Rata-Rata Produktivitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.7 Rata-Rata setiap Dimensi pada Variabel Sistem Manajemen Mutu ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.8 Agregat Rata-Rata Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.9 Rata-Rata setiap Dimensi pada Variabel Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah .... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.10 Agregat Rata-Rata Kepemimpinan Transformasional Kepala
(7)
Gambar 4.11 Pengujian Model Analisis Jalur: Sistem Manajemen Mutu dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap
Produktivitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.12 Model Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, dan Produktivitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined.
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Bandung 2. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian di 31 SMKN di Provinsi
Jawa Barat
3. Contoh Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian
4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 5. Tabulasi data 31 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se Jabar
a. Karakteristik Responden
b. Tabulasi data mentah Variabel (Produktivitas Sekolah) c. Tabulasi data mentah Variabel (Sistem Manajemen Mutu)
d. Tabulasi data mentah Variabel (Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah)
e. Rekapitulasi Data 186 responden
f. Rekapitulasi Data 31 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se Jawa Barat
6. Perhitungan Analisis Jalur (path analysis) a. Gambar Model Analisis Jalur
b. Output Perhitungan Analisis Jalur 7. Riwayat Hidup
(9)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada era globalisasi ini, kualitas dipandang sebagai salah satu alat untuk mencapai keunggulan kompetitif, karena kualitas merupakan salah satu faktor utama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengelolaan suatu lembaga menuju organisasi yang efektif dan efisien merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan semakin dituntut menjadi organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna.
Salah satu misi pembangunan nasional adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing dengan mengedepankan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Daya saing suatu bangsa tidak bisa dipisahkan dari mutu dan kualitas SDM bangsa tersebut. Kualitas SDM yang diinginkan adalah SDM yang mampu melaksanakan pembangunan nasional secara inovatif, kreatif dan produktif dengan semangat kerja dan disiplin tinggi. Jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai lebih dari 237 juta jiwa merupakan potensi sumber daya manusia yang strategis bagi pelaksanaan pembangunan.
Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Sejumlah pembicara dalam berbagai seminar, diskusi atau tulisan di media masa mengisyaratkan bahwa, secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini masih
(10)
ketinggalan dan berada di belakang SDM negara-negara maju dan negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand. Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Padahal, “peningkatan kualitas pendidikan khususnya di bidang pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri” (Umaedi, 1999:2).
Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), dijelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas, 2006:72).
Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta dan masyarakat bersama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas, antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pencapaian kualitas ditentukan sejauh mana sistem di bidang sumber daya manusia sanggup menunjang dan memuaskan keinginan seluruh fungsi yang
(11)
terlibat dalam proses pendidikan antara lain: guru, kepala sekolah, karyawan, siswa, orang tua, supervisi, stakeholder dengan meningkatkan pencapaian kualitas kinerja dan produktivitas lembaga sekolah.
Kenyataannya, pemerintah saat ini kurang mampu dalam meningkatkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing sumber daya manusia nasional, menyebabkan semakin terpuruknya posisi Indonesia dalam persaingan global. Di sektor pendidikan, belum terpenuhinya tuntutan standar pendidik dan tenaga kependidikan dampaknya telah lama dirasakan oleh masyarakat antara lain mutu hasil pendidikan yang semakin menurun, serta sulitnya para lulusan untuk memperoleh lapangan pekerjaan disebabkan karena tidak bisa memenuhi tuntutan kualifikasi dunia usaha dan industri. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya tingkat pengangguran terbuka di Indonesia.
Jumlah pengangguran terutama pengangguran terbuka menurut pendidikan tampak dalam Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenjang Pendidikan (2006-2010) Tingkat
Pendidikan
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
<SD 2,163,426 3,419,614 2,744,943 2,485,236 2,459,925 SLTP 1,416,646 2,643,062 2,166,619 1,700,456 1,725,682 SLTA 3,991,502 3,745,035 3,369,959 4,012,937 3,426,709
Diploma 322,836 330,316 519,867 292,491 151,835
Universitas 385,418 409,890 626,202 353,445 425,679 8,279,828 10,547,917 9,427,590 8,844,564 8,189,830
(12)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2006-2010 didominasi oleh mereka dengan tingkat pendidikan SLTA (SMA/SMK/MA). Tingkat pengangguran terbuka 2006-2010 ini sempat mencapai puncaknya pada tahun 2007 dan berangsur menurun sampai tahun 2010. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan, khususnya di tingkat SLTA belum sepenuhnya produktif. Dengan kata lain, peningkatan produktivitas sekolah saat ini telah menjadi fokus pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Produktivitas sekolah berbeda dengan hasil produksi benda dan jasa yang mudah dihitung dan diukur. Produktivitas sekolah berkaitan dengan bagaimana menghasilkan lulusan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pada akhirnya diperoleh lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman. Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sejauh mana pencapaian produktivitas pendidikan dapat dilihat dari output pendidikan yang berupa prestasi, serta proses pendidikan yang berupa suasana pendidikan.
Prestasi dapat dilihat dari masukan yang merata, jumlah lulusan yang banyak, mutu lulusan yang tinggi, relevansi yang tinggi dan dari sisi ekonomi yang berupa penyelenggaraan penghasilan. Sedangkan proses atau suasana tampak dalam kegairahan belajar, dan semangat kerja yang tinggi serta kepercayaan dari berbagai pihak. Satu hal yang perlu disadari adalah bahwa produktivitas pendidikan harus dimulai dari menata SDM tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Hal kedua adalah bahwa penataan SDM harus dilaksanakan
(13)
dengan prinsip efektivitas dan efisiensi karena kedua hal tersebut adalah kriteria dan ukuran yang mutlak bagi produktivitas pendidikan.
Untuk mencapai tingkat produktivitas tertentu, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan suatu sistem pengelolaan yang profesional dalam menghasilkan SDM yang berkualitas. Sekolah formal sebagai organisasi nirlaba telah banyak mengalami redefenisi dalam hal bagaimana seharusnya sekolah dapat tetap beroperasi dalam iklim hypercompetitive, yang dapat senantiasa memuaskan kebutuhan pelanggannya (siswa dan masyarakat). Di lain pihak pengelolaan suatu lembaga menuju organisasi yang efektif dan efisien merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi tersebut.
Sekolah sebagai salah satu organisasi jasa saat ini mengalami suatu perubahan yang fundamental. Perubahan kurikulum, perubahan metode pengajaran, dan sebagainya berdampak antara lain pada kualitas lulusan. Perubahan ini dilakukan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan terutama dalam menyambut era globalisasi. Perubahan ini bukan hanya disebabkan karena pesatnya perkembangan ilmu, teknologi dan budaya, melainkan juga karena perubahan ekspektasi masyarakat terhadap peranan sekolah dalam merintis hari depan bangsa dan negara.
Berbagai perubahan ini perlu diantisipasi. Pemerintah dengan dukungan masyarakat berupaya meningkatkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan yang bermutu. Terkait dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3 yang menyatakan “Pemerintah dan/atau pemerintahan daerah
(14)
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”. Hal ini diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat(1) menyatakan bahwa: ‘’Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf Internasional.
Zamroni (2007: 2) menyatakan bahwa peningkatan produktivitas sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.
Salah satu standar yang bisa diterapkan untuk menjadi sekolah bermutu adalah dengan memenuhi persyaratan ISO khususnya Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001: 2008. Untuk memperoleh sertifikat tersebut, sekolah harus menunjukkan proses belajar mengajar yang terpadu antara teori dan praktek, pelayanan kepada siswa, orang tua dan masyarakat, termasuk dunia usaha dan industri serta pemerintah.
(15)
ISO 9001 adalah sebuah Standar Internasional untuk Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) yang diakui secara Internasional yang memiliki delapan prinsip dimana salah satu prinsip pada pendekatan proses sehingga dengan menerapkan standar ISO 9001:2008 maka suatu sekolah diharapkan memiliki konsistensi di dalam mengelola sekolah sesuai dengan peraturan yang berlaku, visi dan misi sekolah serta program-program sekolah yang telah dicanangkan dan disebarluaskan kepada masyarakat. Di samping itu diharapkan ada suatu proses penyempurnaan berkelanjutan (Continual
Improvement) terhadap kinerja sekolah sehingga kualitas, produktivitas dan
output sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan selalu menjadi lebih baik dan sempurna dari waktu ke waktu.
Pada dasarnya, keluarga ISO 9000 merupakan suatu kesepakatan internasional mengenai praktik-praktik manajemen yang berkualitas. ISO 9000 ini mencakup standar dan pedoman yang berkaitan dengan sistem manajemen kualitas dan standar-standar lainnya yang terkait. ISO 9001:2008 merupakan standar yang memberikan sejumlah persyaratan terstandar untuk suatu sistem manajemen mutu, terlepas dari apa yang dilakukan organisasi, besarnya ukuran organisasi, atau apakah organisasi itu merupakan organisasi publik atau swasta. ISO 9001 ini hanya merupakan standar yang digunanakan dalam berbagai jenis-jenis organisasi yang pada akhirnya dapat diberi pengakuan dengan sertifikat, walaupun sertifikasi di sini bukan merupakan syarat wajib dari standar tersebut.
Dalam hal ini, organisasi hendaknya menerapkan Sistim Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan mengacu pada prinsip pertama Customer Focus (kepuasan
(16)
konsumen). Suatu organisasi dianggap berada dalam keadaan yang terancam bila organisasi tersebut tidak dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggannya.Untuk menjaga agar konsumen tetap puas, organisasi perlu memenuhi berbagai tuntutan mereka. Di sini, standar ISO 9001:2008 memberikan suatu "kerangka uji coba dan teruji" untuk mengambil suatu "pendekatan
sistematis "dalam mengelola proses organisasi sehingga proses tersebut dapat
secara konsisten menghasilkan produk yang dapat memuaskan harapan konsumen (http://www.iso.org/iso/iso_9000_essentials).
Terkait dengan implementasi ISO 9001:2008 di SMK, dalam rencana tindak pembangunan jangka menengah (2010-2014), Kemendiknas menyatakan bahwa pada tahun 2010 persentase SMK di seluruh Indonesia yang bersertifikat ISO 9001:2000 atau 9001:2008 berjumlah 7,0%. Pada tahun 2011, persentase ini diharapkan naik menjadi 25,6%. Berturut-turut pada tahun 2012 dan 2013 diharapkan dapat mencapai 71,0% dan 81,4% sampai pada akhirnya mencapai 100,00% pada tahun 2014 (Renstra Kemendiknas 2010-2014). Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi sekolah untuk terus meningkatkan produktivitas sekolah yang didukung oleh sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.
Penerapan sistem manajemen mutu dalam dunia pendidikan dan persekolahan tidak terlepas dari peran kepala sekolah, yaitu orang yang melakukan koordinasi dan bertanggung jawab demi terlaksananya tujuan sebuah lembaga pendidikan. Dalam hal ini, yang lebih berhak dalam pengelolaan sekolah adalah kepala sekolah karena sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah.
(17)
Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh pengelolaan kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya.
Hal ini ditegaskan oleh Mulyasa (2005: 90) bahwa kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang sifatnya transformasional merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan produktivitas sekolah. Berbekal penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang efektif, gaya kepemimpinan Kepala sekolah transformasional diharapkan meningkatkan produktivitas sekolah secara berkelanjutan.
B. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah, fokus utama penelitian ini adalah belum optimalnya produktivitas sekolah di SMK. Banyak permasalahan yang terkait dengan produktivitas sekolah. Merujuk pada hasil kajian Puskur (2007) persoalan-persoalan tersebut bermuara pada sembilan aspek yaitu: (1) manajemen kurikulum; (2) organisasi dan manajemen sekolah; (3) ketenagaan; (4)
(18)
sarana dan prasarana; (5) peserta didik; (6) pembiayaan; (7) peran serta masyarakat; (8) lingkungan dan kultur sekolah; dan (9) unit produksi.
Fokus penelitian ini adalah pada produktivitas sekolah yang dipengaruhi oleh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah. Teori yang mendasari penelitian ini mengacu pada lingkaran produktivitas dari Sutermeister (1976), bahwa produktivitas itu dipengaruhi oleh berbagai faktor.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, dapat dikemukakan bahwa produktivitas sekolah dipengaruhi sistem manajemen mutu dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Dengan demikian, pokok permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai keterkaitan antara produktivitas sekolah dengan faktor yang mempengaruhinya, dengan dibatasi pada faktor Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah. Adapun permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, dan Produktivitas Sekolah pada SMKN se-Jawa Barat?
2. Bagaimana pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah pada SMKN se-Jawa Barat?
(19)
3. Bagaimana pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 terhadap Produktivitas Sekolah pada SMKN se-Jawa Barat?
4. Bagaimana pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah pada SMKN se-Jawa Barat?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggali, menganalisis dan mengetahui secara lebih mendalam tentang pengaruh sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap produktivitas sekolah. Dari tujuan bersifat umum kemudian dijabarkan dalam bentuk rumusan tujuan-tujuan yang secara khusus yang operasional sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, dan Produktivitas Sekolah pada SMKN se-Jawa Barat.
2. Mengukur pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah pada SMKN se-Jawa Barat.
3. Mengukur pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 terhadap Produktivitas Sekolah pada SMKN se-Jawa Barat.
4. Mengukur pengaruh keberasilan perilaku Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah pada SMKN se-Jawa Barat.
(20)
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi, baik secara teoretis maupun secara praktis, sebagai berikut:
1) Kegunaan Teoretis
Kegunaan teoretis dari hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi ilmu administrasi pendidikan. Temuan-temuan ini dapat dijadikan bahan pengembangan teoretik, atau dijadikan bahan kajian untuk mengkaji berbagai teori yang selama ini telah terakumulasi, sehingga dapat melahirkan kembali temuan ilmiah yang lebih produktif.
2) Kegunaan Praktis
Secara praktis bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini berguna sebagai bahan informasi untuk dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran di sekolah, sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan produktivitas sekolah (penyediaan sarana prasarana, proses pembelajaran, kinerja guru, mutu lulusan). Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan berdasarkan bukti-bukti empiris tentang bagaimana Produktivitas Sekolah dipengaruhi oleh Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam mengimplementasikan perencanaan sekolah. Sedangkan bagi para pengambil keputusan (komite sekolah, dinas pendidikan, pemerintah, dan masyarakat umum), penelitian ini merupakan bahan masukan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan Produktivitas Sekolah yang
(21)
berakar dari penerapan sistem dan keterkaitan proses Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah.
F. Anggapan Dasar
Bertitik tolak dari kerangka berpikir yang mengacu kepada kajian teori sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa anggapan dasar sebagai berikut.
1. Produktivitas sekolah berbeda dengan hasil produksi benda dan jasa yang mudah dihitung dan diukur. Produktivitas sekolah berkaitan dengan bagaimana menghasilkan lulusan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pada akhirnya diperoleh lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat, industri jasa, dan bisnis sesuai perkembangan jaman. 2. ISO 9001:2008 merupakan standar Internasional yang memberikan sejumlah
persyaratan terstandar untuk suatu sistem manajemen mutu, terlepas dari apa yang dilakukan organisasi, besarnya ukuran organisasi, atau apakah organisasi itu merupakan organisasi publik atau swasta.
3. Kepemimpinan Transformasional Kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap dalam meningkatkan produktivitas sekolah.
(22)
77 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh manajemen mutu ISO 9001:2008 dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebagai variabel eksogen dan produktivitas sekolah sebagai variabel endogen. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah tanggapan responden tentang implementasi manajemen mutu ISO 9001:2008, kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan produktivitas sekolah di SMKN yang sudah menerapkan ISO 9001:2008 di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah guru di SMKN di Jawa Barat yang menjadi sampel. Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, maka metode pengembangan yang dipergunakan adalah
cross-sectional. Menurut Uma Sekaran (2006: 315), “Penelitian cross-sectional
adalah penelitian dimana data dikumpulkan hanya sekali (yang dilakukan selama periode hari, minggu, atau bulan) untuk menjawab pertanyaan penelitian.” Dalam hal ini, penelitian dilakukan kurang dari satu tahun, yaitu mulai pada bulan Januari 2011 sampai bulan Mei 2011.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Suharsimi Arikunto (2009:160) . Adapun
(23)
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah didasarkan pada tiga hal. Pertama, berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, kedua, berdasarkan jenis metode penelitian, dan ketiga, berdasarkan kurun waktu penelitian.
Berdasarkan variabel yang diteliti maka jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:11) menjelaskan bahwa: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Tujuan dari penelitian deskripsi adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Penelitian verifikatif diterangkan oleh Suharsimi Arikunto (2004:7) sebagai berikut: “Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran melalui pengumpulan data di lapangan.”
Berdasarkan jenis penelitiannya, yakni deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian yang akan digunakan adalah metode explanatory survey. Survei informasi dari sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh Nana Syaodih (2008:82) bahwa: “Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil”.
(24)
C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel
1. Definisi Variabel Produktivitas Sekolah
Produktivitas dalam dunia pendidikan didefinisikan sebagai keseluruhan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sejauh mana pencapaian produktivitas pendidikan dapat dilihat dari output pendidikan yang berupa prestasi, serta proses pendidikan yang berupa suasana pendidikan.
Sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 merupakan suatu Standar Internasional untuk Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) yang diakui secara Internasional yang memiliki delapan prinsip dimana salah satu prinsip pada pendekatan proses sehingga dengan menerapkan standar ISO 9001:2008 maka suatu sekolah diharapkan memiliki konsistensi di dalam mengelola sekolah sesuai dengan peraturan yang berlaku, visi dan misi sekolah serta program-program sekolah yang telah dicanangkan dan disebarluaskan kepada masyarakat.
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah merujuk kepada proses membangun komitmen atas sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada para pengikut dan bawahannya untuk mencapai sasaran-sasaran sekolah. Konsep kepemimpinan transformational memiliki kemiripan dengan konsep kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan inspirasional, dan kepemimpinan visioner.
(25)
2. Operasionalisasi Variabel
Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, sedangkan variabel endogen adalah Produktivitas Sekolah.
Secara rinci Operasionalisasi Variabel untuk menjawab rumusan masalah pada Bab 1 dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Jumlah
Item Nomor Item Produktivitas Sekolah (Y) produktivitas sekolah terdiri dari tiga fungsi (a) fungsi administratif atau membina fungsi pelayanan yang memberikan kepuasan kepada konsumen (peserta didik, masyarakat, atau stakeholder); (b) fungsi pisikologis yaitu terbinanya perilaku positif peserta didik yang merupakan hasil pembelajaran di sekolah secara efektif; (c) fungsi ekonomis yaitu peserta didik memiliki akses untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari hasil pendidikan yang diterimanya J.Allan Thomas (1972)
1. Administratif
1.1. Kualitas dan kuantitas sarana prasarana pembelajaran
2 1,2
1.2. Kualitas dan kuantitas guru 2 3,4
2. Perubahan tingkah laku (psikologis)
2.1 Peningkatan kemampuan akademik dan non-akademik siswa
2 7,8
2.2 Peningkatan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai agama dan kebudayaan
2 9,10
3. Ekonomis
3.1 Kualitas dan kuantitas
lulusan 2 15,16
Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 (X1)
Persyaratan standar untuk menilai kemampuan organisasi
1.Qualitu Management Sustem (Sistem Manajemen Mutu)
1.1 Documentation
requirements (persyaratan dokumentasi)
2 19,20
(26)
Variabel Dimensi Indikator Jumlah Item Nomor Item memenuhi persyaratan pelanggan, peraturan dan persyaratan perundangan yang terkait dengan produk, dan persyaratan– persyaratan organisasi itu sendiri (Technical Committee, Chairman Advisory Group, 2008) responsibility (Tanggung jawab manajemen) (Tanggung jawab management) 3. Resource Management (Manajemen Sumber Daya) 4. Product realization (Realisasi produk)
4.1 Customer related processes (Proses yang berhubungan dengan pelanggan)
2 29,30
5. Measurement, Analysis and improvement (pengukuran analisis dan peningkatan)
5.1 Seluruh bagian dalam Sekolah dilihat secara terpadu dan ada saling ketergantungan
2 31,32
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X2) mengistilahkan kepemimpinan transformasional sebagai “Fours I’s”, yang meliputi “pengaruh individual (individualized influence), motivasi inspiratif (inspirational motivation), stimulasi intelektual (intellectual stimulation), dan pertimbangan individual individualized consideration)”. Avolio dan Bass (2002)
1. Idealized influence
1.1 Menimbulkan rasa hormat 1 37
1.2 Menimbulkan rasa percaya
diri 1 38
2. Inspirational motivation
2.1 Memberi tantangan kepada
bawahan 1 41
3. Intellectual stimulation
3.3 Memiliki Visi ke depan 1 46
4. Individualized consideration
4.1 Peka terhadap bawahan 1 47
(27)
D. Populasi dan Sampel
Unit analisis dalam penelitian ini adalah semua SMKN di Jawa Barat yang sudah menerapkan ISO 9001:2008, yang berjumlah 34 sekolah sebagai populasi. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random
sampling. Artinya, dari populasi tersebut, diambil sampel sebanyak minimal 31
sekolah sehingga didapatkan 31 SMKN yang telah menerapkan ISO 9001:2008. Data setiap sekolah diambil dari rata-rata responden guru yang telah mengikuti pelatihan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 sebanyak 6 orang per sekolah. Dengan demikian terdapat 186 responden guru untuk 31 sekolah.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur Pengumpulan Data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Kuesioner, yaitu serangkaian pernyataan untuk mengetes skala sikap dari setiap responden.
b) Dokumentasi, dilakukan dengan menelaah dan mengkaji dokumen dan catatan-catatan yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu, kepemimpinan, dan produktivitas sekolah yang relevan dengan penelitian.
F. Uji Coba Instrumen Penelitian
Untuk menentukan kualitas instrumen penelitian dilakukan pengujian, terhadap instrumen yang akan digunakan terlebih dahulu. Adapun pengujian terhadap instrumen
(28)
penelitian dilakukan dengan cara pengujian validitas instrumen dan pengujian Reliabilitas Instrumen.
a) Pengujian Validitas Instrumen
Untuk memperoleh instrument yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi diperlukan terlebih dahulu analisis item. Analisis item diperlukan untuk mengetahui item-item kuesioner penelitian agar alat ukur memenuhi kaidah secara teoretis (theoretically sounds) dan secara empiric dapat teruji kualitasnya. Untuk kepentingan tersebut dilakukan uji beda dari setiap item untuk melihat konsistensi antara skor item dengan skor secara keseluruhan yang dapat dilihat dengan besarnya koefisien korelasi antar setiap item dengan skor keseluruhan.
Untuk menghitung korelasi dari setiap item digunakan korelasi product moment sebagai berikut:
)
2 2 2 2 ) ( ( ) ( ( ) )( ( Y Y n X X n Y X XY n rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ= (Arikunto,S, 1998: 138)
Untuk melihat hasil analisis korelasi dari perhitungan di atas, maka bila koefisien korelasi untuk seluruh item, dilihat berapa skor korelasi yang terkecil dan dilihat apakah skor kecil tersebut termasuk kelompok yang cukup tinggi hal ini dilakukan untuk melihat konsistensi skor item dan skor keseluruhan. Kriteria utama pemilihan item yang baik adalah jika memiliki koefisien korelasi yang tinggi, sedangkan koefisien yang rendah berdasarkan kriteria tertentu atau yang mendekati nol dibuang.
(29)
Untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, bila hasil menyatukan” item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,20”. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,20 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Masri Singarimbun,1995:124). Tipe validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk yang menentukan validitas dengan cara mengkorelasikan antar skor yang diperoleh dari masing-masing item berupa pernyataan dengan skor totalnya. Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan semua skor item. Korelasi antar skor item dengan skor totalnya harus signifikan.
Oleh karena itu penentuan kriteria koefisien korelasi didasarkan pada kriteria Guilford (1956) dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Koefisien korelasi menurut Guilford Koefisien Korelasi
Indikator keterangan korelasi Kurang dari 0,02
0,20 – kurang dari 0,40 0,40 – kurang dari 0,70
0,60 – kurang dari 0,90 0,80 – kurang dari 1,00
1,00
Tidak ada korelasi Korelasi rendah Korelasi sedang Korelasi tinggi Korelasi tinggi sekali
Korelasi sempurna Sumber : Sugiyono, (2004: 214)
(30)
Oleh karena i kriteria Guilford (195 Oleh karena itu ad dihilangkan dan digan
Untuk menentukan vali
t= (Sidney
Dengan taraf signifi dibandingkan dengan dipakai adalah sebaga
1. Jika 2. Jika
Perhitungan u dapat dilihat pada tabe
Hasil Penguj No Item 1 2 3 4 5 6 7 8
a itu dalam penelitian ini kriteria item yang b 956) adalah yang mempunyai koefisien korel ada item yang langsung digunakan, diperb
anti dengan instrumen lainnya.
aliditas sebuah pernyataan dilakukan uji t student, d
ey Siegel, 1992:263)
nifikansi 95% atau alpha = 0.05,
an dengan derajat kebebasan (dk=2). gai berikut:
, maka pernyataan tersebut adalah valid , maka pernyataan tersebut adalah tidak v
uji validitas untuk masing-masing item pada abel-tabel berikut:
Tabel 3.3
gujian Validitas Variabel Produktivitas Seko Korelasi thitung ttabel Validitas K
0.541 3.407 2.048 Valid Dipa
0.382 2.190 2.048 Valid Dipa
0.548 3.464 2.048 Valid Dipa
0.392 2.252 2.048 Valid Dipa
0.649 4.513 2.048 Valid Dipa
0.605 4.022 2.048 Valid Dipa
0.632 4.316 2.048 Valid Dipa
0.376 2.149 2.048 Valid Dipa
baik berdasarkan relasi di atas 0,20.
erbaiki atau pun
t, dengan rumus:
yang diperoleh Ketentuan yang
k valid
da setiap variabel
kolah (Y) Ket Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
(31)
No Item Korelasi thitung ttabel Validitas Ket
9 0.666 4.727 2.048 Valid Dipakai
10 0.707 5.283 2.048 Valid Dipakai
11 0.557 3.552 2.048 Valid Dipakai
12 0.494 3.004 2.048 Valid Dipakai
13 0.737 5.770 2.048 Valid Dipakai
14 0.701 5.200 2.048 Valid Dipakai
15 0.702 5.221 2.048 Valid Dipakai
16 0.682 4.929 2.048 Valid Dipakai
17 0.720 5.492 2.048 Valid Dipakai
18 0.721 5.499 2.048 Valid Dipakai
N = 30
Tabel 3.4
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Sistem Manajemen Mutu (X1)
Hasil Pengujian Validitas
X1: SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008
No Item Korelasi thitung ttabel Validitas Ket
19 0.649 4.514 2.048 Valid Dipakai 20 0.790 6.809 2.048 Valid Dipakai 21 0.789 6.804 2.048 Valid Dipakai 22 0.756 6.105 2.048 Valid Dipakai 23 0.816 7.474 2.048 Valid Dipakai 24 0.834 8.014 2.048 Valid Dipakai 25 0.714 5.396 2.048 Valid Dipakai 26 0.478 2.879 2.048 Valid Dipakai 27 0.588 3.850 2.048 Valid Dipakai 28 0.611 4.080 2.048 Valid Dipakai 29 0.764 6.269 2.048 Valid Dipakai 30 0.697 5.149 2.048 Valid Dipakai 31 0.710 5.334 2.048 Valid Dipakai 32 0.821 7.611 2.048 Valid Dipakai 33 0.821 7.599 2.048 Valid Dipakai 34 0.749 5.980 2.048 Valid Dipakai 35 0.766 6.304 2.048 Valid Dipakai 36 0.879 9.763 2.048 Valid Dipakai N = 30
(32)
Tabel 3.5
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X2)
No Item Korelasi thitung ttabel Validitas Ket
37 0.475 2.853 2.048 Valid Dipakai
38 0.455 2.707 2.048 Valid Dipakai
39 0.714 5.401 2.048 Valid Dipakai
40 0.895 10.608 2.048 Valid Dipakai
41 0.819 7.541 2.048 Valid Dipakai
42 0.773 6.440 2.048 Valid Dipakai
43 0.838 8.124 2.048 Valid Dipakai
44 0.703 5.231 2.048 Valid Dipakai
45 0.790 6.813 2.048 Valid Dipakai
46 0.773 6.447 2.048 Valid Dipakai
47 0.909 11.541 2.048 Valid Dipakai
48 0.875 9.557 2.048 Valid Dipakai
49 0.835 8.027 2.048 Valid Dipakai
N = 30
b) Pengujian Reliabilitas Instrumen
Suatu alat tes selain harus valid juga harus reliabel. Arikunto (1998:81) menyatakan bahwa ”suatu tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya sebuah tes yang valid biasanya reliabel”. Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya dan sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan ukur (Measurement error) berarti, reliabilitas ialah kepercayaan hasil suatu pengukuran yang konsisten bila dilakukan pengukuran pada waktu yang berbeda terhadap responden.
Menurut Kaplan dan Saccuzzo (1993), besarnya koefisien reliabilitas minimal yang harus dipenuhi oleh suatu alat ukur ialah 0,70 dan metode perhitungan reliabilitas diantaranya ialah internal consistency.
Uji reliabilitas kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari kuesioner sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran
(33)
dapat dipercaya. Azwar (1992:4) mengemukakan hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran.
Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah Koefisien Alfa (α) dari Cronbach (1951).
Rumus : − −
=
∑
22
11 .1
1 t i k k r σ σ
Sumber: Azwar, Saefuddin (1992)
Dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel interpretasi dengan nilai r dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Nilai Koefisien Reliabilitas
Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas 0,000 - 0,199
0,200 - 0,399 0,400 - 0,599 0,600 -0,799 0,800 - 1,000
Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
(34)
Hasil dari uji reliabilitas untuk setiap variabel disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.7
Hasil Pengujian Reliabilitas Setiap Variabel Variabel Koefisien Signifikansi Keterangan
reliabilitas n = 30
Y 0.892 0,364 Reliabel
X1 0.950 0,364 Reliabel
X3 0.929 0,364 Reliabel
Tampak bahwa nilai koefisien reliabilitas setiap variabel lebih besar dibandingkan dengan nilai tabel koefisien reliabilitas (0,364 untuk n = 30). Dengan demikian semua variabel dalam penelitian ini memenuhi syarat reliabel. Dengan kata lain semua variabel bersifat reliabel.
G. Teknis Analisis Data
Semua data yang terkumpul akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Untuk melihat deskripsi dari setiap variabel yang diamati, maka setiap variabel yang mengandung beberapa indikator akan dicari ukuran statistiknya, yaitu untuk mengetahui ukuran gejala pusat pengelompokan (measurement of central tendency), yang di dalamnya termasuk menggunakan teknik Weight Mean Score (WMS), pengukuran Standar Deviasi (STD), dan persentase. Ukuran gejala pusat ini penting untuk membuat pengelompokan setiap indikator.
(35)
2) Setiap indikator yang membentuk variabel tertentu akan dikelompokkan menjadi lima kelas. Setiap kelas ini akan diberi skor 1 sampai 5 tergantung pada tinggi rendahnya kelas.
3) Untuk data yang ordinal akan dibuat interval dengan menggunakan
successive method. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian ini akan
menggunakan analisis jalur (path analysis), yaitu analisis regresi yang distandarkan (standardized regression).
Karena masalah yang akan diuji merupakan jaringan variabel yang mempunyai hubungan kausal antar variabel, maka untuk mendeteksi hubungan kausal antara variabel akan digunakan analisis jalur (path analysis).
Dalam analisis data ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh:
Tahap pertama, analisis deskripsi umum yaitu untuk mendeskripsikan
sistem manajemen mutu, kepemimpinan transformasional kepala sekolah, dan produktivitas sekolah secara kuantitatif maupun kualitatif.
Semua data yang berskala ordinal ditransformasi ke data berskala interval dengan menggunakan successive method (Hays, 1969) dengan langkah-langkah:
a) Berdasarkan hasil jawaban responden untuk setiap pernyataan, hitung frekuensi setiap pilihan jawaban.
b) Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pernyataan, hitung proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban
c) Berdasarkan proporsi tersebut, untuk setiap pernyataan, hitung proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban
d) Dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal Baku, menghitung nilai Z-tabel untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh
(36)
e) Menentukan nilai batas untuk setiap nilai z yang diperoleh (dari tabel normal).
f) Menentukan Nilai skala (scale value) untuk setiap nilai Z dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Density at lower Limit – Density at upper limit Scale value =
Area Under Upper Limit – Area Under Lower Limit
g) Menghitung nilai transformasi (Y) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Y = NS + k k = 1 + NSmin
Di mana Nilai skala yang nilainya terkecil diubah menjadi = 1
Tahap kedua, adalah uji dan analisis Pendahuluan terhadap variabel yang
diamati, khususnya antara variabel antesenden dengan variabel antesenden lainnya. Analisis ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat yang diperlukan dalam analisis jalur (path analysis). Syarat tersebut meliputi homoscedasticity, low
multicolinierity dan normality.
Tahap Ketiga, analisis pengaruh hubungan antar variabel, yaitu untuk
menguji hipotesis dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yang telah diidentifikasi. Karena masalah yang diuji merupakan jaringan variabel yang memiliki hubungan kausal, maka untuk mendeteksi hubungan antar variabel tersebut digunakan analysis jalur (path analysis). Analisis ini dapat menjelaskan akibat langsung dan tidak langsung dari variabel eksogen (penyebab) dan variabel endogen (variabel akibat). Hasil analisis jalur ini mempunyai dua keunggulan karena di samping dapat menunjukkan besarnya pengaruh
(37)
masing-masing variabel penyebab dan variabel akibat, juga dapat menunjukkan struktur antara variabel penyebab dan variabel akibat. Artinya, dapat diketahui variabel mana yang memberi sebab, dan variabel mana yang memberi akibat, sehingga analisis ini disebut juga causa modeling. Teknik pengolahan yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bantuan program statistik seperti SPSS for
Windows ver.17.0, Microsoft Excel (Plus Add-ins Successive Interval), LISREL
dan AMOS.
Beberapa asumsi yang diperlukan dalam analisis jalur (Heise,1968:44-57) sehubungan dengan digunakannya multiple regression” maka syarat-syarat yang diperlukan dalam regresi multiple juga diperlukan dalam path analysis (Suwarno, 1983:1). Asumsi-asumsi tersebut meliputi:
a. Variabel harus diukur dengan “interval level of measurement”
b. Variabel yang sedang diamati mempunyai hubungan yang linear, artinya perubahan yang terjadi pada variabel adalah merupakan fungsi perubahan linear dari variabel lainnya.
c. Variabel yang sedang diamati mempunyai sifat “additive” artinya variabel yang mempunyai sifat ”multiplicative” dan eksponensial tidak dapat dipergunakan.
d. Independent sampling, artinya harus dipakai random sampling, agar
unit-unit sampel tidak saling terkait (independent) antara yang satu dengan yang lain.
(38)
e. Homoscedasticity, low multicolinierity dan normality.
f. Tidak ada hubungan bolak-balik(feedback-loop)
g. ”Error of dependent variable” tidak saling terkorelasi antara yang satu dengan yang lain.
Ada lima langkah dalam menggunakan analisis jalur: (1) Menyusun Model Kausal
(2) Menyusun Persamaan Struktural.
(3) Menghitung Efek Langsung (direct effect) dengan rumus 1 R− 2 yang menunjukkan bagian persentase yang tidak dijelaskan oleh model, sedangkan path coefficient untuk residual term adalah 1 R− 2
(4) Menghitung efek tidak langsung (indirect effect) dapat dilakukan dengan mengalikan koefisien path.
(5) Menguji signifikansi pengaruh X terhadap Y.
(1) Menyusun Model Kausal dan Menyusun Persamaan Struktural (Structural Equation)
(39)
Struktur Diagram Ja
rX1X2
X1 = Sistem Manajem
X2 = Kepemimpinan
Y = Produktivitas Sek
ε = Epsilon (error) rX1X2 = koefisien kor
ρYX1 = koefisien jalu
ρYX2 = koefisien jalu
R2Y.X1X2 = pengaruh to
Persamaan struktural: Y = ρyx1+ ρyx2 + ε
(2) Menghitung Efek (3) Menguji signifika a. Menghitung peng
b. Keputusan peneri Rumusan hipotesis op Yє1 = √ 1- R
Jalur
ρYX
1
ρYX2
X
1X
2Y
R2Y.X1X2
Gambar 3.1
Diagram Jalur: X1,X2 terhadap Y
emen Mutu ISO 9001:2008
n Transformasional Kepala Sekolah Sekolah
orelasi antara X1 dan X2
alur X1 ke Y
alur X2 ke Y
h total X1 dan X2 terhadap Y
al:
fek Langsung (direct effect) dan tidak langsung. ikansi pengaruh X1 X2 terhadap Y
ngaruh variabel lain (ε) dengan rumus sebagai
erimaan atau perolehan Ho operasional:
R2Y ( , ...Y)
ε
Y
ng.
(40)
Ho : YX1= Xj =0
Hi : Sekurang-kurangnya ada sebuah YX1 ≠ Xj ;i ≠j
Statistik Uji mengikuti distribusi F-Snedecor dengan derajat bebas V1=k dan V2 = n-k-1, dengan rumus
) 1 ( ) ) 1 ( 2 1 2 2 1 2 x yx R k x yx R k n F − − −
= (Nirwana SK Sitepu, 1994: 38)
Kriteria pengujian: Ditolak H0 jika nilai hitung F lebih besar dari nilai tabel F.
(Fa > Ftabel(k, n-k-1)).
Hasil F-hitung dibandingkan dengan tabel distribusi F Snedecor, apabila Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dengan demikian dapat diteruskan pada pengujian secara individual, statistik yang digunakan adalah rumus t:
) 1 )( 1 ( ) 1 ( 1 2 2 2 1 2 1 1 X X R k n X YX R PYX t − − − −
= (Nirwana SK Sitepu, 1994: 39)
Dimana:
K= banyaknya variabel eksogen dalam substruktur yang sedang diuji. Untuk mengetahui pengaruh dari variabel lain (e) digunakan rumus
1 2 u(1, 2,..., k)
u x x x x
x R
(41)
134 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Temuan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa (a) Produktivitas sekolah di SMKN Negeri se-Jawa Barat yang sudah mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 pada umumnya menunjukkan tingkat yang baik, walaupun masih terdapat beberapa SMKN yang tingkat produktivitas sekolahnya dinilai relatif rendah, terutama pada aspek produktivitas administratif; (b) Sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 pada umumnya telah diterapkan secara optimal, walaupun ada beberapa SMKN yang belum begitu optimal dalam implementasinya, terutama pada aspek management
responsibility, sehingga semua pihak yang terlibat baik kepala sekolah, guru,
dan warga sekolah lainnya harus dengan sadar dan kemauan yang kuat untuk melaksanakan sistem jaminan mutu; (c) Kepemimpinan kepala sekolah dinilai sudah mengarah pada gaya kepemimpinan transformasional, walaupun masih banyak yang belum optimal dalam pelaksanaannya, terutama pada aspek
individualized consideration.
2. Temuan hasil analisis verifikatif menunjukkan bahwa Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
(42)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produktivitas Sekolah. Dalam hal ini, pengaruh Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 secara langsung terhadap Produktivitas Sekolah lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah secara langsung.
3. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produktivitas Sekolah sebesar 40,04%. Namun demikian, belum seluruh kepala sekolah memiliki management responsibility (tanggung jawab manajemen) dan komitmen yang tinggi dalam menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008
4. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produktivitas Sekolah sebesar 14,76%. Namun demikian, masih ada kecenderungan perilaku kepala sekolah yang belum menimbulkan rasa hormat (respect) dan rasa percaya diri (trust) guru.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan tersebut di atas, untuk lebih mengoptimalkan peningkatan produktivitas sekolah, implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, dan kepemimpinan yang mengarah pada gaya transformasional, berikut ini diajukan beberapa rekomendasi.
1. Aspek produktivitas administrasi dalam Produktivitas Sekolah belum menunjukkan tingkat yang optimal sehingga dapat menimbulkan kendala-kendala administratif yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana pembelajaran, kualitas dan kuantitas guru, serta kualitas dan
(43)
intensitas pelayanan pembelajaran siswa. Kendala tersebut dapat diantisipasi melalui penambahan sarana/prasarana pembelajaran, meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan, serta menjadi pelopor untuk melakukan layanan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.
2. Aspek management responsibility (tanggung jawab manajemen) dalam Sistem Manajemen Mutu belum menunjukkan tingkat yang optimal sehingga dimungkinkan adanya inconsistency dalam implementasi sistem manajemen mutu dan rendahnya komitmen warga sekolah dalam mengimplementasikan sistem manajemen mutu tersebut. Dalam hal ini, Kepala Sekolah sebagai top
management harus menunjukkan komitmennya untuk pengembangan dan
penerapan sistem dengan mengkomunikasikan kepada seluruh pihak sekolah tentang pentingnya memenuhi persyaratan pelanggan yakni siswa, guru, orangtua siswa, dan masyarakat. Kepala Sekolah harus menjamin bahwa Kebijakan Mutu telah sesuai dengan tujuan Sekolah dengan membuat perencanaan strategis yang lebih matang dalam implementasi sistem manajemen mutu, serta evaluasi sistem manajemen mutu secara berkelanjutan
(continuous improvement).
3. Aspek Idealized Influence dalam Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah belum menunjukkan tingkat yang optimal yang disebabkan oleh rendahnya rasa hormat (respect) dari warga sekolah terhadap kepala sekolah dan rendahnya rasa percaya diri guru sebagai bawahan karena merasa ada jarak dari kepala sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk lebih peka terhadap
(44)
bawahan, memperhatikan masukan dari bawahan, dan menindaklanjuti umpanbalik dari bawahan. Dalam hal ini kepala sekolah dapat mengubah diri dengan upaya menerapkan kepemimpinan yang lebih berorientasi pada hubungan, kharismatik, inspiratif, dan visioner.
4. Disarankan bagi penelitian selanjutnya agar variabel Kepemimpinan transformasional kepala sekolah hendaknya dapat dijadikan sebagai variabel driver atau pemicu untuk mendorong implementasi Sistem Manajemen Mutu yang lebih efektif dan efisien sehingga pada gilirannya produktivitas sekolah dapat lebih meningkat. Peneliti lain juga disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi produktivitas sekolah dilihat dari faktor-faktor individu dalam organisasi.
(45)
138
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional, (2001), Sistem Manajemen Mutu –
Persyaratan, Jakarta : BSN; (SNI 19-9001-2001)
[BSN] Badan Standardisasi Nasional, (2001), Sistem Manajemen Mutu – Dasar –
dasar dan Kosakata, Jakarta : BSN; (SNI 19-9000-2001)
[BSN] Badan Standardisasi Nasional, (2001), Sistem Manajemen Mutu – Panduan
untuk Perbaikan Kinerja, Jakarta : BSN; (SNI 19-9004-2001)
Aan Komariah dan Cepi Triatna (2005). Visionary Leadership: Menuju Sekolah
Efektif. Bandung: Bumi Aksara.
Allan, J. Thomas. (1971). The Productivity School: A System Analysis Approach
to Education Administration. Toronto, Canada: John & Son, Inc.
Anwar, Moch. Idochi, (2004) Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Anwar, Moch. Idochi. (2009). Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Byram, H.M. & Wenrich, R.C. (1956). Vocational Education and Practical Arts
in the Community School. New York: The Macmillan Company.
Dini Irawati, (2009), Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu International
Standard Organization (ISO) dan Kepemimpinan terhadap Produktivitas Kerja Pegawai : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Djamin, Awaloedin (1999). Peningkatan Profesionalisme Guru Indonesia Pada
Abad 21. [Online] Tersedia: http://bppndik.tripod.com/guru21.htm [14
April 2010]
Djohar, A. (2007). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Dalam Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press. Hal. 1285-1300.
Engkoswara (2002). Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.
Fattah, N. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gaspersz Vincent, (2001), Sistem manajemen kualitas (Quality Management
System)Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Gaspersz, Vincent, (2002), Manajemen Bisnis Total dalam Era Globalisasi, Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.
(46)
Greenberg J. & Baron RA., (1996). Behavior in Organizations: Understanding & Managing The Human Side of Work, Prentice Hall International Inc., pp.283 – 322.
Hamalik, O. (1990). Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan,
Kewirausahaan dan Manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Handoko, T.Hani (1990), Management Yogjakarta :BPE-UGM
Hoy,W.K. & Miskel , C.G (1996) Educational Administration : Theory, research
and practice. 5 th edition, New York : Mc.Graw-Hill.
Irawati, Dini (2009). Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu International Standard Organization (ISO) 9001:2000 dan Kepemimpinan terhadap Produktivitas Kerja Pegawai (Studi Deskriptif di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten)– Pasca UPI - 2009
Janice Putnam, (1977) Syllabus selection (Inovasi Kegiatan Belajar) New York: General Press
Juran, M., J. (1995). Merancang Mutu, Buku 5, Jakarta: PT. Pustaka Binawan Presindo.
Kasua, Muzdalifah (2010). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah: Studi pada Madrasah Aliyah Kota dan Kabupaten Sorong. Tesis. SPS UPI. McShane Steven L and Mary Ann von Glinow (2000). Organizational Behavior:
Emerging Realities for the Workplace Revolution. International Edition.
McGraw-Hill.
Muliati A.M. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu
Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan (2005/2007). [Online]. Tersedia: http://www.damandiri.or.id/file/ muliatyunjbab.pdf.
Mulyasa, E, (2003), Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK Bandung :Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana, R. Ibrahim. 2000. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Nana Syaodih S, Ayi Novi J., dan Ahman, (2006) Pengendalian Mutu
Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen).
Bandung: Penerbit Rafika Aditama.
(47)
Nurharjadmo, W. (2008). Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda Di Sekolah Kejuruan. Spirit Publik. 4(2), 215-228. [Online]. Tersedia: http://fisip.uns.ac.id/publikasi/sp4_2_wahyu.pdf.
Octavian, Henry Sumurung. (2005). Manajemen pemasaran sekolah sebagai salah satu kunci keberhasilan persaingan sekolah. Jurnal Pendidikan Penabur No.05/Th.IV/Desember 2005.
Permana, T. (2007). Pemahaman Konsep PSG dan Intensitas Bimbingan terhadap Kemampuan Membimbing Siswa PSG. INVOTEC, 3 (7). 33 – 39. [Online]. Tersedia: http://pkk.upi.edu/invotec_33-39.pdf.
Puskur. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum SMK. [Online] Tersedia: http://www.puskur.net/download/prod2007/45_Kajian%20 Kebijakan%20Kurikulum%20SMK.pdf.
Rafferty, Alananah E. & Griffin, Mark A. (2004). “Dimension of Transformational Leadership: Conceptual and Empirical Extensions”. The Leadership Quaterly 15(2004) pp. 329-354.
Rantanen, H & J. Ukko, & M. Rehn, (2001), Dimensions of Performance Measurement in SMEs in Finland. Department of Industrial Engineering and Management: Lappeenranta University of Technology, Finland.
Razik & Swanson, (1995). Fundamental Concept of Educational Leadership and
Management. New Jersey: Prentice Hall.
Rifa'i, M (2003). Pengantar Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Baru.
Rowe, A. , et al. (1995). Strategic Management: Concept and Application. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.
Sanjaya, Wina. (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana
Sanusi, A. (1998), Pendidikan Alternatif. Bandung: PT Grafindo Media Pratama Sanusi,A. (1994), Segi-segi Keprofesian dalam Pendidikan, Bandung : IKIP. Siagian, S.P, (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta:Bumi Aksara. Siagian, S.P, (2002), Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja Jakarta:Bumi
Aksara.
Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian (editor), (1995). Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.
Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
(48)
Steers, M Richard (1985). Organization Effectiveness (terjemahan). Jakarta: Saptodadi.
Suardi, Rudi, (2003), Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 penerapannya
untuk mencapai TQM, Jakarta:Teruna Grafica.
Sudarwo, Iman,(2003), Sistem Manajemen Mutu (SNI 19-9000-2001), dipresentasikan dalam Pertemuan Tim ISO 9000 BSN, 17 Pebruari 2003, Jakarta : BSN
Sudira, Putu, MP. (2009). Pendidikan Vokasi Suatu Pilihan. [Online]. Tersedia:
http://blog.uny.ac.id/putupanji/2009/03/17/pendidikan-vokasi-suatu-pilihan/
Sutermeister (1976). People and Productivity. USA: McGraw-Hill, Inc.
Tangen, Stevan, (2000). Understanding the Concept of Productivity. Proceeding of the 7th Asia Pacific Industrial Engineering and Management System Conference (APIEMS 2000), Taipei.
Tead, Ordway (1953). The Art of Administration. New York, McGraw-Hill. Umaedi (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah. Jakarta: Dikdasmen.
Wahjosumidjo. (2008). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers.
http://media.diknas.go.id/media/document/4518.pdf http://www.iso.org/iso/iso_9000_essentials
(1)
intensitas pelayanan pembelajaran siswa. Kendala tersebut dapat diantisipasi melalui penambahan sarana/prasarana pembelajaran, meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan, serta menjadi pelopor untuk melakukan layanan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.
2. Aspek management responsibility (tanggung jawab manajemen) dalam Sistem Manajemen Mutu belum menunjukkan tingkat yang optimal sehingga dimungkinkan adanya inconsistency dalam implementasi sistem manajemen mutu dan rendahnya komitmen warga sekolah dalam mengimplementasikan sistem manajemen mutu tersebut. Dalam hal ini, Kepala Sekolah sebagai top management harus menunjukkan komitmennya untuk pengembangan dan penerapan sistem dengan mengkomunikasikan kepada seluruh pihak sekolah tentang pentingnya memenuhi persyaratan pelanggan yakni siswa, guru, orangtua siswa, dan masyarakat. Kepala Sekolah harus menjamin bahwa Kebijakan Mutu telah sesuai dengan tujuan Sekolah dengan membuat perencanaan strategis yang lebih matang dalam implementasi sistem manajemen mutu, serta evaluasi sistem manajemen mutu secara berkelanjutan (continuous improvement).
3. Aspek Idealized Influence dalam Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah belum menunjukkan tingkat yang optimal yang disebabkan oleh rendahnya rasa hormat (respect) dari warga sekolah terhadap kepala sekolah dan rendahnya rasa percaya diri guru sebagai bawahan karena merasa ada jarak dari kepala sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk lebih peka terhadap
(2)
137
bawahan, memperhatikan masukan dari bawahan, dan menindaklanjuti umpanbalik dari bawahan. Dalam hal ini kepala sekolah dapat mengubah diri dengan upaya menerapkan kepemimpinan yang lebih berorientasi pada hubungan, kharismatik, inspiratif, dan visioner.
4. Disarankan bagi penelitian selanjutnya agar variabel Kepemimpinan transformasional kepala sekolah hendaknya dapat dijadikan sebagai variabel driver atau pemicu untuk mendorong implementasi Sistem Manajemen Mutu yang lebih efektif dan efisien sehingga pada gilirannya produktivitas sekolah dapat lebih meningkat. Peneliti lain juga disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi produktivitas sekolah dilihat dari faktor-faktor individu dalam organisasi.
(3)
138
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional, (2001), Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan, Jakarta : BSN; (SNI 19-9001-2001)
[BSN] Badan Standardisasi Nasional, (2001), Sistem Manajemen Mutu – Dasar – dasar dan Kosakata, Jakarta : BSN; (SNI 19-9000-2001)
[BSN] Badan Standardisasi Nasional, (2001), Sistem Manajemen Mutu – Panduan untuk Perbaikan Kinerja, Jakarta : BSN; (SNI 19-9004-2001)
Aan Komariah dan Cepi Triatna (2005). Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif. Bandung: Bumi Aksara.
Allan, J. Thomas. (1971). The Productivity School: A System Analysis Approach to Education Administration. Toronto, Canada: John & Son, Inc.
Anwar, Moch. Idochi, (2004) Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Anwar, Moch. Idochi. (2009). Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Byram, H.M. & Wenrich, R.C. (1956). Vocational Education and Practical Arts in the Community School. New York: The Macmillan Company.
Dini Irawati, (2009), Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu International Standard Organization (ISO) dan Kepemimpinan terhadap Produktivitas Kerja Pegawai : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Djamin, Awaloedin (1999). Peningkatan Profesionalisme Guru Indonesia Pada
Abad 21. [Online] Tersedia: http://bppndik.tripod.com/guru21.htm [14 April 2010]
Djohar, A. (2007). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press. Hal. 1285-1300.
Engkoswara (2002). Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.
Fattah, N. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gaspersz Vincent, (2001), Sistem manajemen kualitas (Quality Management System)Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Gaspersz, Vincent, (2002), Manajemen Bisnis Total dalam Era Globalisasi, Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.
(4)
139
Greenberg J. & Baron RA., (1996). Behavior in Organizations: Understanding & Managing The Human Side of Work, Prentice Hall International Inc., pp.283 – 322.
Hamalik, O. (1990). Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan, Kewirausahaan dan Manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Handoko, T.Hani (1990), Management Yogjakarta :BPE-UGM
Hoy,W.K. & Miskel , C.G (1996) Educational Administration : Theory, research and practice. 5 th edition, New York : Mc.Graw-Hill.
Irawati, Dini (2009). Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu International Standard Organization (ISO) 9001:2000 dan Kepemimpinan terhadap Produktivitas Kerja Pegawai (Studi Deskriptif di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten)– Pasca UPI - 2009
Janice Putnam, (1977) Syllabus selection (Inovasi Kegiatan Belajar) New York: General Press
Juran, M., J. (1995). Merancang Mutu, Buku 5, Jakarta: PT. Pustaka Binawan Presindo.
Kasua, Muzdalifah (2010). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah: Studi pada Madrasah Aliyah Kota dan Kabupaten Sorong. Tesis. SPS UPI. McShane Steven L and Mary Ann von Glinow (2000). Organizational Behavior:
Emerging Realities for the Workplace Revolution. International Edition. McGraw-Hill.
Muliati A.M. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan (2005/2007). [Online]. Tersedia: http://www.damandiri.or.id/file/ muliatyunjbab.pdf.
Mulyasa, E, (2003), Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK Bandung :Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana, R. Ibrahim. 2000. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Nana Syaodih S, Ayi Novi J., dan Ahman, (2006) Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen). Bandung: Penerbit Rafika Aditama.
(5)
Nurharjadmo, W. (2008). Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda Di Sekolah Kejuruan. Spirit Publik. 4(2), 215-228. [Online]. Tersedia: http://fisip.uns.ac.id/publikasi/sp4_2_wahyu.pdf.
Octavian, Henry Sumurung. (2005). Manajemen pemasaran sekolah sebagai salah satu kunci keberhasilan persaingan sekolah. Jurnal Pendidikan Penabur No.05/Th.IV/Desember 2005.
Permana, T. (2007). Pemahaman Konsep PSG dan Intensitas Bimbingan terhadap Kemampuan Membimbing Siswa PSG. INVOTEC, 3 (7). 33 – 39. [Online]. Tersedia: http://pkk.upi.edu/invotec_33-39.pdf.
Puskur. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum SMK. [Online] Tersedia: http://www.puskur.net/download/prod2007/45_Kajian%20 Kebijakan%20Kurikulum%20SMK.pdf.
Rafferty, Alananah E. & Griffin, Mark A. (2004). “Dimension of Transformational Leadership: Conceptual and Empirical Extensions”. The Leadership Quaterly 15(2004) pp. 329-354.
Rantanen, H & J. Ukko, & M. Rehn, (2001), Dimensions of Performance Measurement in SMEs in Finland. Department of Industrial Engineering and Management: Lappeenranta University of Technology, Finland.
Razik & Swanson, (1995). Fundamental Concept of Educational Leadership and Management. New Jersey: Prentice Hall.
Rifa'i, M (2003). Pengantar Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Baru.
Rowe, A. , et al. (1995). Strategic Management: Concept and Application. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.
Sanjaya, Wina. (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana
Sanusi, A. (1998), Pendidikan Alternatif. Bandung: PT Grafindo Media Pratama Sanusi,A. (1994), Segi-segi Keprofesian dalam Pendidikan, Bandung : IKIP. Siagian, S.P, (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta:Bumi Aksara. Siagian, S.P, (2002), Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja Jakarta:Bumi
Aksara.
Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian (editor), (1995). Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.
Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
(6)
141
Steers, M Richard (1985). Organization Effectiveness (terjemahan). Jakarta: Saptodadi.
Suardi, Rudi, (2003), Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 penerapannya untuk mencapai TQM, Jakarta:Teruna Grafica.
Sudarwo, Iman,(2003), Sistem Manajemen Mutu (SNI 19-9000-2001), dipresentasikan dalam Pertemuan Tim ISO 9000 BSN, 17 Pebruari 2003, Jakarta : BSN
Sudira, Putu, MP. (2009). Pendidikan Vokasi Suatu Pilihan. [Online]. Tersedia:
http://blog.uny.ac.id/putupanji/2009/03/17/pendidikan-vokasi-suatu-pilihan/
Sutermeister (1976). People and Productivity. USA: McGraw-Hill, Inc.
Tangen, Stevan, (2000). Understanding the Concept of Productivity. Proceeding of the 7th Asia Pacific Industrial Engineering and Management System Conference (APIEMS 2000), Taipei.
Tead, Ordway (1953). The Art of Administration. New York, McGraw-Hill. Umaedi (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah. Jakarta: Dikdasmen.
Wahjosumidjo. (2008). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers.
http://media.diknas.go.id/media/document/4518.pdf http://www.iso.org/iso/iso_9000_essentials