HUBUNGAN MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DENGAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH : Studi deskriptif di sekolah menengah atas negeri 10 Bandung.

(1)

HUBUNGAN MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DENGAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH (Studi Deskriptif di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Perpustakaan dan Informasi

Oleh

LISNA NURHALISMA 0901676

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

HUBUNGAN MANAJEMEN KEPALA

SEKOLAH DENGAN PENYELENGGARAAN

PERPUSTAKAAN SEKOLAH

(Studi Deskriptif di Sekolah Menengah

Atas Negeri 10 Bandung)

Oleh Lisna Nurhalisma

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lisna Nurhalisma 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Lisna Nurhalisma (0901676), Hubungan manajemen kepala sekolah dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah (studi deskriptif di sekolah menengah atas negeri 10 Bandung). Skripsi, Program Studi Perpustakaan dan Informasi, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 2013.

Masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Inti kajiannya difokuskan pada salah satu faktor yang menghubungkan manajemen kepala sekolah dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Berdasarkan hal tersebut, pokok masalah diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan manajemen kepala sekolah dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu manajemen kepala sekolah dan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Manajemen kepala sekolah diukur melalui indikator leading, planning, organizing

dan controlling. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah diukur melalui indikator layanan, koleksi dan anggaran. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 10 Bandung, dengan sampel 95 orang yang dihitung berdasarkan rumus Yamane dengan metode simple random sampling. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup dengan skala lima kategori Likert dengan analisis korelasi, serta wawancara terstruktur untuk melengkapi data dari angket. Berdasarkan hasil analisis data diketahui manajemen kepala sekolah berhubungan cukup kuat dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Secara garis besar manajemen kepala sekolah SMAN 10 Bandung termasuk dalam kategori baik. Hasil pengujian manajemen kepala sekolah terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah menunjukkan indikator leading dan organizing berada pada kategori sedang, sementara indikator planning dan controlling berada pada kategori kuat.


(5)

ABSTRAK

Lisna Nurhalisma (0901676), The Connection Of Management Principals With Implementation School Library (Description Study In SMAN 10 Bandung). Skripsi, Library And Information Study, Departement Curriculum And Technology Education, Faculty Of Education, Indonesia University Of Education. The trouble careful is implementation school library. The trouble focus for that one of factor connection management principals with implementation school library. Based on that issue will be revaeled in this study in how conection management principlals with the implementation or the school library. This study consisted of two variables the pricipal management and implementation of school library. Management principals measured through indicators of leading, planning, organizing and controlling. Implementation the school library through indicators of colection, services, and budgeting. Population in this study were students

SMAN 10 Bandung with a sample of 95 people who Yamane formula is calculated based on simple random sampling method. Research metods by use of descriptive method with a quentitative approach. Data colection technique using closed questionnaire with likert scale with five categories of correction analysis, as well as structured interviews to supplement the data from the questionare. Based on the results of data analysis known management principals associated of strong with the implementation school library. Outline management principal of

SMAN 10 Bandung included in both categories. Test results management principals to the school library managemen indicate indicator leading and organizing be in category medium, while indicator planning and controlling be in category strong.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR BAGAN x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 8

E. Struktur Organisasi Skripsi 9

BAB II HUBUNGAN MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DENGAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

A. Kajian Pustaka 10

B. Kerangka Pemikiran 28

C. Asumsi 29

D. Hipotesis 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel 30

B. Desain Penelitian 33

C. Metode Penelitian 33

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 34

E. Instrumen Penelitian 36

F. Proses Pengembangan instrumen 39

G. Teknik Pengumpulan Data 45


(7)

iv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian 52

B. Pembahasan Hasil Penelitian 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 109

B. Saran 110

DAFTAR PUSTAKA 112


(8)

DAFTAR TABEL Tabel

3.1 Statistik Kunjungan Perpustakaan Maret 2013 32

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Siswa 37

3.3 Skala Penilaian Jawaban Angket 38

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara 39

3.5 Jumlah Item Uji Coba Angket 40

3.6 Uji Validitas Variabel Manajemen Kepala Sekolah 41

3.7 Uji Validitas Variabel Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah 43

3.8 Reliability Statistic X 45

3.9 Reliability Statistic Y 45

3.10 Uji Normalitas Variabel X 49

3.11 Uji Normalitas Variabel Y 49

3.12 Interpretasi Koefisien Korelasi 51

4.1 Karakteristik pengguna perpustakaan berdasarkan jenis kelamin 52

4.2 Karakteristik siswa berdasarkan usia 53

4.3 Karakteristik siswa berdasarkan kelas 53

4.4 Karakteristik responden berdasarkan keanggotaan perpustakaan 54

4.5 Karakteristik responden berdasarkan intensitas berkunjung ke perpustakaan 55

4.6 Kepala sekolah mendukung penyelenggaraan perpustakaan sekolah 56

4.7 Kepala sekolah membuat peraturan yang mendukung penyelenggaraan perpustakaan sekolah 57

4.8 Kepala sekolah mengumumkan peraturan-peraturan baru yang dibuat 57

4.9 Kepala sekolah memerintahkan perpustakaan sekolah untuk membuat kegiatan yang dapat meningkatkan kunjungan 58


(9)

4.11 Kepala sekolah selalu bekerja sama dengan bawahannya 60 4.12 Kepala sekolah mengizinkan bawahan untuk melanjutkan

pendidikannya 60

4.13 Kepala sekolah mempererat hubungan dengan guru, orang tua

siswa dan masyarakat 61

4.14 Kepala sekolah merencanakan berbagai hal berdasarkan

pertimbangan baik buruknya 62

4.15 Kepala sekolah memberi izin kepada pengelola perpustakaan untuk menciptakan suasana perpustakaan yang akrab dan

bersahabat 63

4.16 Kepala sekolah menjelaskan tanggung jawab bawahannya

dalam melaksanakan tugasnya 63

4.17 Kepala sekolah memperhatikan kebutuhan sumber belajar siswa

untuk mendukung kegiatan belajar siswa 64 4.18 Kepala sekolah memberikan kebebasan kepada siswa untuk

memberikan saran dan kritik terhadap layanan perpustakaan 65 4.19 Sekolah membiayai penyelenggaraan perpustakaan sekolah 66 4.20 Kepala sekolah merencanakan koleksi apa saja yang dibutuhkan

untuk kegiatan belajar mengajar 67

4.21 Koleksi dan layanan perpustakaan selalu meningkat 67 4.22 Kepala sekolah memberikan hadiah kepada bawahannya yang

berprestasi 68

4.23 Kepala sekolah memperbaharui kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan perpustakaan sekolah 69

4.24 Kepala sekolah menentukan layanan yang harus diberikan

oleh perpustakaan sekolah 70 4.25 Terdapat koordinasi yang jelas antara perpustakaan sekolah


(10)

4.26 Pengadaan, pengolahan dan pelayanan dilakukan sepenuhnya

oleh pengelola perpustakaan 71

4.27 Terdapat koordinasi yang jelas antara perpustakaan sekolah

dengan bidang-bidang lainnya yang ada di sekolah 72 4.28 Penetapan tujuan perpustakaan dilakukan untuk meningkatkan

kualitas penyelenggaraan perpustakaan sekolah 73 4.29 Jumlah pengunjung perpustakaan ditargetkan terus meningkat 73 4.30 Kepala sekolah merencanakan layanan perpustakaan dengan

melihat kemajuan teknologi 74 4.31 Kepala sekolah mewajibkan bawahannya untuk mengikuti

pelatihan secara rutin 75

4.32 Kepala sekolah melakukan rapat rutin untuk memantau kegiatan

di sekolah 76

4.33 Kepala sekolah membuat aturan untuk semua kegiatan di sekolah 77 4.34 Kepala sekolah membuat tahapan-tahapan yang harus dicapai

dalam sebuah kegiatan 77

4.35 Kepala sekolah mewajibkan bawahannya untuk membuat laporan

secara bertahap 78

4.36 Koleksi perpustakaan sangat bermanfaat dalam kegiatan belajar

mengajar 79

4.37 Layanan perpustakaan diberikan kepada seluruh, guru dan staf

sekolah 80

4.38 Perpustakaan memiliki koleksi yang mendukung kegiatan

belajar mengajar 80

4.39 Perpustakaan dijadikan tempat rujukan yang baik bagi siswa

dalam menyelesaikan tugas 81

4.40 Perpustakaan sekolah memiliki koleksi yang mendukung semua


(11)

4.41 Penyusunan koleksi di rak memudahkan pencarian 83

4.42 Perpustakaan menyusun koleksinya menggunakan sistem tertentu 83

4.43 Perpustakaan melakukan pengadaan koleksi secara rutin 84

4.44 Jam buka perpustakaan disesuaikan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah 85

4.45 Siswa diperbolehkan untuk meminjam koleksi perpustakaan, kecuali untuk koleksi-koleksi tertentu 86

4.46 Jumlah kunjungan perpustakaan selalu meningkat pada setiap bulannya 86

4.47 Perpustakaan memiliki kegiatan menarik yang dapat membuat siswa berkunjung ke perpustakaan 87

4.48 Pemberian sanksi diberikan kepada siswa yang telat mengembalikan koleksi perpustakaan 88

4.49 Perpustakaan memiliki koleksi beragam 89

4.50 Koleksi perpustakaan berasal dari pembelian 89

4.51 Koleksi perpustakaan berasal dari hadiah 90

4.52 Sebagian besar koleksi perpustakaan berupa fiksi 91

4.53 Sebagian kecil koleksi perpustakaan berupa buku teks 91

4.54 Sebagian kecil koleksi perpustakaan berupa buku-buku panduan mengajar 92

4.55 Semua jenis layanan perpustakaan selalu ramai dimanfaatkan siswa 93

4.56 Perpustakaan menggunakan anggaran sesuai dengan kebutuhan 93

4.57 Perpustakaan membuat perencanaan kebutuhan yang jelas 94

4.58 Hasil uji korelasi X terhadap Y 100

4.59 Kesimpulan uji korelasi 100

4.60 Hasil uji korelasi antara indikator X terhadap variabel Y 101


(12)

DAFTAR BAGAN Bagan


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia adalah faktor terpenting dalam pembangunan suatu bangsa, karena manusia yang merancang, melaksanakan, sekaligus merasakan hasil akhir dari pembangunan tersebut. Dari kualitas sumber daya manusia, juga dapat menggambarkan kualitas suatu bangsa.

Pengembangan sumber daya manusia terus menerus dilakukan disetiap negara. Pengembangan sumber daya manusia merupakan proses peningkatan keterampilaan teknis, teoritis, konseptual dan moral melalui pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Tujuan dari pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan adalah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kreatifitas, kepekaan akan keberlangsungan lingkungan, ketaqwaan, etika, tanggung jawab serta rasa memiliki dan keinginan untuk mengembangkan bangsanya sendiri.

Penyelenggaraan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu formal, non formal dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang berjenjang, sistematis dan terencana yang ditempuh berdasarkan tingkatan jenjang yang saling berhubungan misalnya dari jenjang sekolah dasar ke jenjang sekolah menengah pertama dan seterusnya. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang dan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Pendidikan formal di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib bagi seluruh warga negaranya tanpa terkecuali. Pendidikan pada lembaga formal ini setidak-tidaknya adalah 9 tahun atau sampai pada jenjang SMP/MTs.

Fungsi pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 hal. 3 yaitu:


(14)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Fungsi pendidikan dapat tercapai dengan adanya sistem manajemen pendidikan yang baik. Secara umum manajemen adalah sebuah pengetahuan dan kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan yang dijalankan pada satu periode kerja.

Manajemen dapat juga diterapkan dalam pendidikan yaitu manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan dan sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yeng telah ditentukan.

Manajemen pendidikan yang dilakukan pada pendidikan formal oleh seorang kepala sekolah untuk mengatur penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Para pengajar dapat melaksanakan tugasnya untuk mengajar dan pelajar dapat belajar. Pada satuan pendidikan formal, yang berkewajiban untuk melakukan kegiatan manajemen adalah seorang kepala sekolah. Kepala sekolah adalah orang yang menjalankan tugas-tugas seorang pemimpin pada satuan pendidikan formal.

Kemampuan manajemen yang baik yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah akan berperan penting dalam kemajuan sekolah pada khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya. Kepala sekolah menjadi kunci keberhasilan dari sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah harus memiliki perhatian atas apa yang dibutuhkan siswa dan guru serta apa yang dipkirkan oleh masyarakat tentang sekolah tempatnya memimpin.

Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah sudah seharusnya dapat mendukung semua kegiatan yang berjalan di sekolah dan semua unsur yang ada di sekolah dapat bersinergi dengan baik demi terciptanya pelaksanaan pendidikan seperti yang diharapkan.


(15)

Hal-hal yang diatur oleh kepala sekolah salah satunya mengenai sarana prasarana sekolah. Sarana prasarana merupakan pendukung kemajuan sekolah dan yang mendukung kegiatan belajar mengajar.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 Bab IX Pasal 35 hal. 11-12 menyebutkan bahwa “standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala...”.

Sarana yang harus ada di sekolah ialah sumber belajar dan perpustakaan adalah salah satu sumber belajar yang harus terselenggara di sekolah. Batasan perpustakaan menurut Sulistyo Basuki (1993: 3) perpustakaan merupakan “...sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, atau gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual”.

Perpustakaan berdasarkan lembaga tempat naungannya dibagi menjadi lima, yakni perpustakaan nasional, umum, sekolah/madrasah, perguruan tinggi dan perpustakaan khusus. Perpustakaan sekolah ialah perpustakaan yang berada di lingkungan sekolah.

Perpustakaan sekolah memiliki tugas untuk menunjang kegiatan belajar mengajar serta ikut serta dalam mencapai tujuan umum sekolah. Pada dasarnya perpustakaan sekolah bukanlah satu-satunya sumber belajar di sekolah yang dapat di manfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar, namun perpustakaan sekolah adalah sumber belajar yang harus ada di lingkungan sekolah.

Keberadaan perpustakaan di lingkungan sekolah diatur dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VIII Pasal 35 hal. 8 yakni bahwa “setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat harus menyediakan sumber belajar”. Salah satu dari sumber belajar yang harus ada di sekolah yaitu perpustakaan.

Perpustakaan sekolah dapat dimanfaatkan pelajar untuk memperoleh pengetahuan mengenai teori ilmu pengetahuan, ataupun mengenai sebuah sejarah


(16)

perkembangan kehidupan. Pada umumnya tujuan perpustakaan sekolah adalah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yakni sebagai penyedia sumber belajar ataupun rujukan.

Penyelenggaraan perpustakaan sekolah tidak dapat diselenggarakan secara semena-mena. Penyelenggaraannya diatur dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Bab VII Pasal 23 yakni pada ayat 1 – 5, yang mencakup tiga hal, yakni koleksi, layanan dan anggaran.

Koleksi perpustakaan terdiri dari koleksi tercetak dan non cetak. Koleksi tercetak meliputi buku, majalah, terbitan berseri, brosur, peta, pamplet dan lain sebagainya. Sedangkan koleksi non cetak terdiri dari film, compact disk, mikrofilm, mikrofis, kaset dan koleksi digital.

Koleksi perpustakaan pada setiap jenis perpustakaan umumnya tidak jauh berbeda, hanya ada koleksi wajib yang harus tersedia sesuai dengan jenisnya masing-masing. Seperti pada perpustakaan sekolah koleksi wajib yang harus ada yakni berupa buku pelajaran pokok dan buku pelajaran penunjang.

Layanan perpustakaan dikelompokkan menjadi dua yaitu layanan teknis dan layanan pemustaka. Layanan teknis terdiri dari kegiatan yang berhubungan dengan persiapan penyajian bahan pustaka seperti pemesanan, pendataan, pengelompokkan, penjilidan, penomoran dan sampai pada penyusunan bahan pustaka di rak yang berarti bahan pustaka siap untuk dilayankan. Dalam memberikan layanan harus memperhatikan kualitas, karena layanan merupakan penghubung antara koleksi dengan pemustaka.

Kualitas layanan merupakan sesuatu yang penting dimana layanan merupakan penghubung antara koleksi perpustakaan dan pemustaka. Layanan yang diberikan harus memudahkan pemustaka dalam mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkannya secara cepat, tepat dan akurat.

Salah satu aspek layanan yang baik adalah dengan adanya keberagaman koleksi oleh karena itu perpustakaan harus memiliki anggaran. Peraturan pemerintah menyatakan bahwa sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang diluar belanja pegawai dan belanja modal untuk mengembangkan


(17)

perpustakaan. Anggaran diperlukan untuk mengembangkan perpustakaan baik itu untuk melengkapi koleksi bahan pustaka atau untuk sarana dan prasarana penunjang perpustakaan.

Penyelenggaraan perpustakaan diharapkan dapat sesuai dengan standar nasional perpustakaan, dengan tetap memperhatikan standar nasional pendidikan. Standar nasional perpustakaan mencakup standar koleksi, sarana dan prasarana, standar pelayanan perpustakaan, standar tenaga perpustakaan, standar penyelenggaraan dan standar pengelolaan.

Penyelenggaraan perpustakaan sekolah yang sesuai dengan standar nasional perpustakaan perlu untuk diwujudkan, maka dari itu diperlukan sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang pengelolaan perpustakaan. Baik dari segi pendidikan maupun pengalaman, dan hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 25 Tahun 2008 tentang standar tenaga perpustakaan sekolah/ madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) ini berisi aturan-aturan mengenai kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pengelola perpustakaan dan kepala perpustakaan. Tujuannya adalah agar pengelolaan perpustakaan dilaksanakan oleh orang-orang berlatar belakang pendidikan atau orang-orang yang memang memiliki kemampuan dalam mengelola perpustakaan. Namun, peraturan undang-undang dan permendiknas masih belum cukup untuk mewujudkan penyelenggaraan perpustakaan sekolah sesuai standar nasional perpustakaan.

Berawal dari kenyataan di lapangan bahwa belum semua sekolah memiliki perpustakaan dan belum semua perpustakaan sekolah terselenggara sesuai standarnya. Dengan kata lain pengimplementasian Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Bab VII pasal 23 belum maksimal. Maka pada penelitian ini akan mengkaji masalah tersebut dengan melihat dari sisi manajemen seorang kepala sekolah sebagai orang yang memiliki kekuasaan tertinggi di sekolah.

Dalam penelitian ini akan dilihat seberapa jauh hubungan dari manajemen kepala sekolah dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Penelitian mengenai masalah ini akan dilakukan pada lembaga pendidikan formal


(18)

khususnya sekolah menengah atas. Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah Sekolah Mengengah Atas Negeri 10 Bandung.

SMA Negeri (SMAN) 10 Bandung, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Provinsi Jawa Barat, berlokasi di Bandung Timur Jalan Cikutra Nomor 77. Dari sekian banyak fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar yang tersedia di SMAN 10 Bandung salah satunya ada fasilitas perpustakaan.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Untuk merumuskan permasalahan yang akan dikaji maka dilakukan identifikasi masalah terlebih dahulu berdasarkan dari permasalahan-permasalahan yang timbul dari judul penelitian. Berikut hasil identifikasi masalah yang dilakukan.

a. Belum semua sekolah memiliki perpustakaan sekolah

b. Belum semua kebijakan kepala sekolah mendukung pelaksanaan perpustakaan yang baik

c. Perpustakaan sekolah yang ada belum sesuai standar

d. Kurangnya sosialisasi standar nasional tentang perpustakaan

e. Implementasi Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Bab VII pasal 23 belum terselenggara dengan baik.

Berdasarkan judul penelitian yang diambil, yang menjadi variabel X yaitu manajemen kepala sekolah dan variabel Y yaitu penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Untuk menghindari perbedaan persepsi, dibawah ini dijelaskan pengertian dari variabel X, variabel Y, dan variabel X terhadap variabel Y, yakni sebagai berikut.

a. Manajemen kepala sekolah

Diartikan sebagai sebuah proses kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan. Sedangkan orang yang melakukan manajemen disebut dengan manajer. Dalam lingkungan sekolah yang menjadi manajer adalah kepala sekolah.


(19)

Dalam buku pengelolaan pendidikan (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010: 137) “fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik“. Untuk melaksanakan fungsi tersebut maka seorang kepala sekolah harus menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam kepemimpinannya. “...manajemen dalam suatu organisasi sekolah merujuk pada proses penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan non manusia” (Sudarwan Danim dan Suparno, 2009: 14).

b. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung

Menurut Sulistyo (1993: 50) perpustakaan sekolah adalah “...perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya”.

Tujuan penyelenggaraan perpustakaan erat kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional. Hadirnya perpustakaan di sekolah diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi siswa, guru-guru ataupun staf sekolah untuk mendapatkan informasi dan memperdalam pengetahuannya. Dari definisi di atas akan dikaji bagaimana penyelenggaraan perpustakaan sekolah di SMAN 10 Bandung.

c. Hubungan Manajemen Kepala Sekolah dengan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah SMAN 10 Bandung

Yakni berupa pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen kepala sekolah yang diterapkan pada penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung.

2. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dikaji pada penelitian ini dibagi menjadi dua yakni masalah umum dan masalah khusus. Masalah umum dari penelitian ini yakni Bagaimana hubungan manajemen kepala sekolah dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah di SMAN 10 Bandung? dengan masalah khususnya sebagai berikut.


(20)

a. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung?

b. Bagaimana perencanaan kepala sekolah terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung?

c. Bagaimana pengorganisasian kepala sekolah terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung?

d. Bagaimana pengawasan kepala sekolah terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini disesuaikan dengan masalah yang akan dikaji yakni tujuan umum: Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan manajemen kepala sekolah dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung, dan tujuan khusunya sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung; 2. Untuk memperoleh gambaran tentang perencanaan kepala sekolah

terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung; 3. Untuk memperoleh gambaran tentang pengorganisasian kepala sekolah

terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung; 4. Untuk memperoleh gambaran tentang pengawasan kepala sekolah

terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah SMAN 10 Bandung. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan disiplin ilmu manajemen kepala sekolah dan pengembangan ilmu perpustakaan khususnya mengenai penyelenggaraan perpustakaan sekolah.


(21)

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai hubungan manajemen kepala sekolah dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah;

b. Sebagai salah satu referensi yang diharapkan memberikan kontribusi nyata kepada lembaga pendidikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen yang sesuai dan bagi penyelenggaraan perpustakaan di masa yang akan datang;

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi perpustakaan sekolah dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah sebagai salah satu sumber belajar.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan skripsi ini dibagi dalam V bab seperti di bawah ini.

BAB I yakni pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II berupa kajian teori, kerangka pemikiran, asumsi, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting, kajian teori menunjukkan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoretik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis.

BAB III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk lokasi, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV berisi hasil penelitian serta pembahasan yakni berupa pemaparan data dan pembahasan data.


(22)

BAB V berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta rekomendasi atau saran dari kekurangan yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian.


(23)

30

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel

1. Lokasi

Pertama kali berdiri, SMA Negeri 10 merupakan filial dari SMA Negeri 3 Bandung yang berlokasi di Jalan Belitung. Sebagai sekolah filial, pengelolaan manajemen SMAN 10 Bandung berada dibawah manajemen SMAN 3 Bandung. Selain itu, untuk operasional sehari-hari, SMAN 10 Bandung masih menggunakan semua fasilitas yang dimiliki SMAN 3 Bandung, termasuk gedung untuk keperluan proses belajar mengajar.

Pada tahun 1967, SMA Negeri 10 Bandung berpindah ke lokasi baru di Sekolah Dasar Sentrum yang sekarang menjadi Sekolah Dasar Cicadas Timur. Kepindahan itu terjadi sebagai realisasi dari surat bernomor 031/D.26/K.67 tertanggal 1 Juli 1967 perihal usulan pemisahan diri dari SMA Negeri 3 Bandung. Sejak kepindahan itu SMA Negeri 10 tidak bergantung kepada SMA Negeri 3, masing-masing berdiri sendiri baik secara organisasi maupun administrasi. Munculnya SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki otoritas penuh disahkan oleh Drs. Waskito atas nama Mentri Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk memimpin sekolah yang baru tersebut diserahkan kepada Drs. A. S. Setiadi. Beliaulah kepala sekolah SMAN 10 Bandung yang pertama.

Walaupun sudah resmi sebagai sekolah yang mandiri, namun masih terdapat hal lain yang masih perlu diperjuangkan, yaitu memiliki gedung sendiri. Hal tersebut perlu diperjuangkan karena di lokasi yang baru status penggunaan bangunan masih bersifat meminjam, yaitu meminjam ke SD Cicadas Timur.

Pada awal tahun 1968 pimpinan Sekolah mengajukan permohonan kepada Pemerintah untuk mempunyai bangunan yang lebih memadai dan dimiliki sendiri. Pada bulan oktober 1968 keluarlah surat izin membangun dengan nomor 348/UKK/3/1968 tanggal 22 Oktober 1968. Dengan surat ijin itu, pada awal tahun 1969 dimulailah pelaksanaan pembangunan gedung SMA Negeri 10 Bandung.


(24)

31

Pelaksana pembangunan di-serahkan kepada CV. HARUMAN Lokasinya di jalan Cikutra Nomor 77 Bandung.

Sejak kepindahan ke gedung baru pada tahun 1969 hingga sekarang, lokasi SMAN 10 Bandung tidak berubah lagi, yaitu di Jalan Cikutra No. 77 Kota Bandung.

Saat kurikulum 1994 SMA diberlakukan, nama SMAN 10 Bandung berubah menjadi SMU Negeri 10 Bandung. Nama SMUN 10 Bandung bertahan hingga munculnya Kurikulum baru, yaitu kurikulum 2004.

Pada kurikulum 2004, nama SMU diubah lagi menjadi SMA. Karena itulah, dengan SK Dinas Pendidikan Kota Bandung tanggal 24 Desember 2003 No. 421/4419-TU/2003, nama SMUN 10 Bandung diubah kembali menjadi SMAN 10 Bandung. Sejak itu hingga saat ini nama resmi yang digunakan masih tetap, yaitu SMA Negeri 10 Bandung.

2. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, dari subjek penelitian, peneliti akan mendapatkan data sesuai kebutuhannya. Menurut M. Burhan Bungin (2010: 99) “... populasi penelitian merupakan keseluruhan (Universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian”.

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2012: 80). Dalam penelitian ini populasinya adalah SMAN 10 Bandung.

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, dimana sampel yang diambil harus dapat mewakili populasinya. Menurut Sugiyono (2012: 81) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pengunjung perpustakaan SMAN 10 Bandung.


(25)

32

Adapun teknik sampling yang digunakan yaitu propability sampling yakni “...teknik pengambilan sampel yang memberi peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel” (Sugiyono, 2012: 82). Sedangkan teknik propability sampling yang digunakan yaitu simple random sampling yakni “...pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu” (Sugiyono, 2012: 82).

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah pengelolaan perpustakaan sekolah serta pengunjung perpustakaan. Pengelola perpustakaan sekolah terdiri dari dua orang yakni kepala perpustakaan dan seorang staf perpustakaan, sedangkan jumlah pengunjung perpustakaan yang dijadikan sampel diperoleh dari jumlah kunjungan bulan terakhir (Maret 2013), berikut statistik kunjungannya:

Tabel 3.1

Statistik Kunjungan Perpustakaan Maret 2013

No Kelas Siswa

1 X 632

2 XI 816

3 XII 420

Jumlah 1868

Sumber : Perpustakaan SMAN 10 Bandung

Alasan pengambilan data kunjungan bulan terakhir adalah untuk keterbaruan data kunjungan yang ada di perpustakaan. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel menggunakan rumus Yamane (M. Burhan Bungin, 2010: 105) dengan menggunakan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Berikut rumus yang akan digunakan:

Dimana: n = Jumlah Sampel

N = Populasi

d = Presisi yang ditetapkan 10% Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung besarnya sampel sebagai berikut:


(26)

n=

Dari hasil penghitungan tersebut maka jumlah sampel yang akan diambil adalah 95 orang dari jumlah pengunjung 1868 pada bulan maret 2013 di SMAN 10 Bandung.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam membuat sebuah perencanaan penelitian serta menganalisisnya. Mendesain berarti membuat perencanaan sehingga desain dapat dikatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan sebelum pekerjaan siap dilaksanakan. Husein Umar (2008: 6) mendefinisikan desain penelitian sebagai

Suatu rencana kerja yang terstruktur dalam hal hubungan-hubungan antar variabel secara komperehensif, sedemikian rupa agar hasil risetnya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan riset. Rencana tersebut mencakup hal-hal yang akan dilakukan periset, mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai pada analisis akhir. Terdapat macam-macam desain penelitian yang disesuaikan dengan dengan tiga macam tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui, mendeskripsikan, mengukur, atau kombinasi ketiganya. Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini maka desain penelitian yang akan dipakai yaitu desain deskrptif.

Menurut Husein Umar (2008: 8) “...studi dengan desain deskriptif dapat dilakukan secara sederhana atau rumit dan dapat melibatkan data kuantitatif yang dilengkapi dengan data kualitatif”. Lebih jelasnya lagi dalam penelitian ini digunakan desain penelitian dengan metode pengembangan. Dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang perkembangan suatu objek tertentu dalam kurun waktu tertentu.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian diperlukan dalam pelaksanaan suatu penelitian, karena dapat dijadikan pedoman selama kegiatan penelitian. Oleh karena itu penggunaan metode yang tepat, maka tujuan penelitian dapat tercapai.


(27)

Menurut Sugiyono (2011: 2) “metode penelitian pada dasarnya cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi dan variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.

Metode deskriptif atau penelitian deskriptif menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2009: 44) “... yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Ia juga bersifat komperatif dan korelatif”.

Pendekatan kuantitatif atau penelitian kuantitatif menurut Husein Umar (2008: 2) adalah penelitian yang “... disusun untuk membangun/memperoleh ilmu pengetahuan keras (hard science) yang berbasis pada objektivitas dan kontrol yang beroperasi dengan aturan-aturan ketat termasuk mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, aksioma, dan prediksi”.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berlandasan pada teori yang kebenarannya sudah dibuktikan. Teori yang digunakan disesuaikan dengan variabel yang ada pada penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang akan dikaji adalah variabel X dan Y.

a. Variabel X manajemen Kepala sekolah dengan sub variabel X nya yaitu fungsi operatif dari manajemen menurut Lewis A. Allen yakni leading,

planning, organizing dan controlling.

b. Variabel Y yakni penyelenggaraan perpustakaan sekolah dengan sub variabel Y yakni koleksi, layanan, dan anggaran yang merupakan inti dari Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Bab VII pasal 23 mengenai penyelenggaraan perpustakaan sekolah berdasarkan standar nasional perpustakaan.


(28)

Berikut digambarkan pada bagan variabel di bawah ini. Bagan 3.1

Bagan Variabel Penelitian

2. Definisi Operasional

Definisi operasional dibuat untuk membatasi pengertian dari variabel-variabel yang ada dalam judul atau masalah untuk menghindari kesalahan penafsiran antara peneliti dan pembaca hasil penelitian serta untuk membatasi penelitian itu sendiri. Berikut definisi operasional dari variabel-variabel yang terdapat pada judul penelitian ini.

1. Manajemen

Manajemen merupakan serangkaian kegiatan pada sebuah kelompok, lembaga atau organisasi yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki wewenang dan kewajiban untuk memimpin, merencanakan, mengorganisasikan, dan mengawasi.

2. Kepala sekolah

Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi pada satuan pendidikan di lingkungan sekolah yang memiliki wewenang dan kewajiban untuk melakukan kegiatan-kegiatan manajemen, serta mengelola sekolah agar dapat terselenggara secara maksimal baik dari segi sarana prasarana maupun kegiatan belajar mengajar.

3. Manajemen kepala sekolah

Manajemen kepala sekolah adalah fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan oleh kepala sekolah pada penyelenggaraan sekolah yang dipimpinnya.

Variabel Y

Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah

 Koleksi

 Layanan

 Anggaran Variabel X

Manajemen Kepala Sekolah

Leading

Planning

Organizing


(29)

4. Penyelenggaraan

Penyelenggaraan adalah pelaksanaan serta pengelolaan suatu kegiatan, lembaga atau organisasi yang disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Perpustakaan sekolah

Perpustakaan sekolah adalah salah satu sumber belajar yang berada di lingkungan sekolah yang memiliki tugas untuk menyediakan, mengelola, memberikan pelayanan serta memelihara sumber informasi, yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar.

6. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah

Penyelenggaraan perpustakaan sekolah ialah pelaksanaan dan pengelolaan perpustakaan sekolah untuk mendukung tujuan sekolah dan mendukung pelaksanaan belajar mengajar. Mengacu pada Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Bab VII pasal 23 mengenai penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Isinya mencakup koleksi dan pengembangannya, layanan serta pengembangan layanan seiring kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta anggaran pengelolaan perpustakaan.

E. Instrumen Penelitian

Setelah merancang desain penelitian, maka langkah berikutnya adalah merancang instrumen penelitian. Instrumen penelitian dibuat untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang akan diamati atau untuk mengukur variabel-variabel yang ada dalam sebuah penelitian.

M. Burhan Bungin (2010: 94) menyebutkan ada tiga pengertian dasar dari instrumen penelitian yaitu

Pertama, instrumen penelitian menempati posisi teramat penting dalam hal bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk memperoleh data dilapangan. Kedua, instrumen penelitian adalah bagian paling rumit dari keseluruhan proses penelitian. Kesalahan pada bagian ini, dapat dipastikan suatu penelitian akan gagal atau berubah dari konsep semula. Ketiga, bahwa pada dasarnya instrumen penelitian kuantitatif memiliki dua fungsi yakni sebagai substitusi dan suplemen.


(30)

Menurut Sugiyono (2012: 102) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Jumlah instrumen yang digunakan tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti”. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner (angket) dan interview (wawancara).

1. Kuisioner (angket)

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang akan digunakan salah satunya angket. Angket menjadi hal yang sangat penting karena bagi beberapa penelitian angket merupakan wakil peneliti di lapangan. Berikut kisi-kisi instrumen berdasarkan hasil pengembangan dari manajemen kepala sekolah dan pengelolaan perpustakaan sekolah.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Angket Siswa

Hubungan Manajemen Kepala Sekolah Terhadap Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah SMAN 10 Bandung

No Masalah Indikator No. Item

1. Manajemen kepala sekolah di SMAN 10 Bandung

 Menggambarkan kepemimpinan kepala sekolah

1, 2, 3, 5, 7, 11, 17, 26

 Menggambarkan perencanaan kepala sekolah

4, 9, 12, 14, 15, 18, 19, 23, 24, 25, 28, 29

 Menggambarkan

pengorganisasian kepala sekolah

6, 8, 10, 20, 21, 22

 Menggambarkan pengawasan kepala sekolah

13, 16, 27, 30

2. Penyelenggaraan Perpustakaan di SMAN 10 Bandung

 Menggambarkan koleksi yang dimiliki perpustakaan sekolah

31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 44, 45, 46, 47, 48, 49

 Menggambarkan layanan perpustakaan sekolah

32, 39, 40, 41, 42, 43, 50

 Menggambarkan anggaran perpustakaan sekolah


(31)

Pernyataan yang dijawab oleh responden mendapat nilai sesuai dengan alternatif jawaban yang bersangkutan. Skala penilaian jawaban angket yang digunakan adalah skala ordinal dengan menggunakan lima kategori yakni model Likert (Sugiyono, 2012: 94), tiap alternatif jawaban diberi skor sebagai berikut:

Tabel 3.3

Skala Penilaian Jawaban Angket Alternatif Jawaban Nilai

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

(Sugiyono, 2012: 94)

Penyebaran angket akan ditujukan kepada pengguna perpustakaan yakni siswa SMAN 10 Bandung.

2. Interview (wawancara)

Interview atau wawancara digunakan pada pengumpulan data yang respondennya sedikit dan untuk mendapatkan hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur.

Menurut Sugiyono (2012: 138) “...wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui data pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh”.

Dalam pelaksanaan wawancara peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pernyataan-pernyataan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disiapkan. Setiap responden akan mendapatkan pertanyaan yang sama dan peneliti menuliskan jawaban yang diberikan responden tersebut.

Pernyataan-pernyataan yang akan diajukan sama halnya dengan pernyataan pada angket yang akan diberikan kepada pemustaka, hanya saja dengan menggunakan kalimat yang berbeda. Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian ini ditujukan kepada kepala perpustakaan serta stafnya sebagai responden.


(32)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Wawancara

Hubungan Manajemen Kepala Sekolah Terhadap Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah SMAN 10 Bandung

N o

Masalah Indikator No. Item

1. Manajemen kepala sekolah di SMAN 10 Bandung

 Menggambarkan kepemimpinan kepala sekolah

1, 2, 3, 5, 7, 8, 22, 23, 37,

 Menggambarkan perencanaan kepala sekolah

4, 10, 15, 18, 19, 20, 21, 25, 26, 32, 33, 34, 36, 39, 40

 Menggambarkan

pengorganisasian kepala sekolah

6, 9, 13,14, 27, 28, 29, 30, 31

 Menggambarkan pengawasan kepala sekolah

11,12, 16,17, 24, 35,38, 41 2. Penyelenggaraan

Perpustakaan di SMAN 10 Bandung

 Menggambarkan koleksi yang dimiliki perpustakaan sekolah

42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65

 Menggambarkan layanan perpustakaan sekolah

43, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 66

 Menggambarkan anggaran perpustakaan sekolah

67, 68, 69, 70,71 F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Pengujian Validitas, Reliabilitas Instrumen dan Uji Normalitas

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa instrumen penelitian berupa angket. Bagi beberapa penelitian angket menjadi satu-satunya wakil peneliti dilapangan dalam mendapatkan data, maka instrumen yang digunakan harus benar dan sesuai dengan kebutuhan informasi yang ingin didapat.

Untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliable maka peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. Uji coba angket dilakukan pada


(33)

saat angket sudah tersedia dan pengujiannya dilakukan sebelum angket sebenarnya disebarkan kepada responden.

Angket yang diujicobakan dalam penelitian ini terdiri dari angket untuk mengukur variabel manajemen kepala sekolah dan angket untuk mengukur variabel penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Penyebaran jumlah item angket pada masing-masing variabel tampak pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Jumlah Item Uji Coba Angket

No. Variabel Jumlah Item Angket

1 Manajemen Kepala Sekolah 35

2 Penyelenggaraan Perpustakaan sekolah 26

Jumlah 61

Sumber : Data Penelitian

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah item yang akan diujicobakan sebanyak 61 item.

a. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dalam suatu penelitian, serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Dengan kata lain uji validitas dilakukan untuk mengetahui tepat atau tidaknya angket yang disebar.

Uji validitas instrumen ditujukan untuk menunjukkan tingkat keabsahan dari instrumen yang akan dipakai pada penelitian. Penghitungan uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS dan Microsoft Office Excel. Setelah r hitung diperoleh, kemudian dibandingkan pada r tabel dengan taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05 dengan dk = n-2 (dk = 32-2 = 30)= 0,361. Jika r hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan valid dan jika r hitung < r tabel maka item tersebut dinyatakan tidak valid.

Uji validitas pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni uji validitas

manajemen kepala sekolah dan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Berikut data hasil uji validitas yang dilakukan peneliti.


(34)

1) Uji Validitas Variabel X

Manajemen Kepala Sekolah merupakan variabel X pada penelitian ini, dan uji validitas yang penulis gunakan untuk variabel X yaitu terdiri dari empat indikator yaitu Leading, Planning, Organizing, dan Controlling. Ke empat indikator tersebut kemudian diuraikan menjadi 35 butir pernyataan angket.

Berikut rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas Manajemen Kepala Sekolah (Variabel X) dengan menggunakan bantuan SPSS dan Microsoft Office Excel.

Tabel 3.6

Uji Validitas Variabel Manajemen Kepala Sekolah

No. Bulir r hitung r tabel Kesimpulan

1 0,617

0,361

Valid

2 0,599 0,361 Valid

3 0,427 0,361 Valid

4 0,225 0,361 Tidak Valid

5 0,412 0,361 Valid

6 0,547 0,361 Valid

7 0,459 0,361 Valid

8 0,14 0,361 Tidak Valid

9 0,591 0,361 Valid

10 0,428 0,361 Valid

11 0,264 0,361 Tidak Valid

12 0,521 0,361 Valid

13 0,494 0,361 Valid

14 0,659 0,361 Valid

15 0,681 0,361 Valid

16 0,594 0,361 Valid

17 0,528 0,361 Valid

18 0,681 0,361 Valid

19 0,628 0,361 Valid

20 0,51 0,361 Valid

21 0,58 0,361 Valid

22 0,469 0,361 Valid


(35)

24 0,232 0,361 Tidak Valid

25 0,686 0,361 Valid

26 0,324 0,361 Tidak Valid

27 0,669 0,361 Valid

28 0,649 0,361 Valid

29 0,637 0,361 Valid

30 0,618 0,361 Valid

31 0,549 0,361 Valid

32 0,761 0,361 Valid

33 0,648 0,361 Valid

34 0,426 0,361 Valid

35 0,606 0,361 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Keterangan : Yang Tidak Valid Dihilangkan (dihapus)

Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh data bahwa dari 35 item butir soal pada angket untuk variabel X yaitu Manajemen Kepala Sekolah terdapat lima butir soal yang dinyatakan tidak valid yang berarti kelima butir soal tersebut tidak dapat digunakan dan dihilangkan atau dihapus. Butir soal yang dihilangkan ialah nomor 4, 8, 11, 24 dan 26. Sedangkan untuk 30 item butir soal yang dinyatakan

valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. 2) Uji Validitas Variabel Y

Setelah melakukan uji validitas terhadap variabel X (Manajemen Kepala Sekolah), maka selantunya adalah uji validitas untuk variabel Y (Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah). Varaiabel Y ini terdiri dari tiga indikator yaitu: koleksi, layanan dan anggaran. Ketiga indikator tersebut diuraikan menjadi 26 butir pertanyaan.

Berikut hasil perhitungan uji validitas variabel Y (Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah) dengan menggunakan bantuan Software SPSS dan


(36)

Tabel 3.7

Uji Validitas Variabel Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah

No. Bulir r hitung r tabel Kesimpulan

36 0,651 0,361 Valid

37 0,57 0,361 Valid

38 0,725 0,361 Valid

39 0,762 0,361 Valid

40 0,701 0,361 Valid

41 0,81 0,361 Valid

42 0,639 0,361 Valid

43 0,416 0,361 Valid

44 0,581 0,361 Valid

45 0,142 0,361 Tidak Valid

46 0,389 0,361 Valid

47 0,571 0,361 Valid

48 0,43 0,361 Valid

49 0,343 0,361 Tidak Valid

50 0,498 0,361 Valid

51 0,644 0,361 Valid

52 0,769 0,361 Valid

53 0,467 0,361 Valid

54 0,461 0,361 Valid

55 0,613 0,361 Valid

56 0,466 0,361 Valid

57 0,28 0,361 Tidak Valid

58 0,328 0,361 Tidak Valid

59 0,671 0,361 Valid

60 0,628 0,361 Valid

61 0,727 0,361 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Keterangan : Yang Tidak Valid Dihilangkan (Dihapus)

Berdasarkan tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa ada 4 item butir pernyataan pada angket yang tidak valid. Keempat item butir tersebut dianggap tidak dapat digunakan dan dihilangkan atau dihapus dari angket. Keempat pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu pernyataan nomor 45, 49, 57 dan nomor 58.


(37)

Sedangkan untuk 22 item butir soal pada angket yang dinyatakan valid, dianggap dapat digunakan sebagai alat pengumpula data.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui ketepetan nilai angket, artinya instrumen penelitian reliable bila diujikan pada kelompok yang sama walaupun waktu yang berbeda tetapi hasilnya akan tetap sama. Menurut Husein Umar (2008: 54) “...uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakna lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama”.

Untuk uji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakna uji Cronbach’s

Alpha dengan bantuan SPSS 16.0 adapun rumus yang penghitungan secara manual yakni sebagai berikut:

(

)

Di mana:

∑ ∑

=

reliabilitas instrumen

k

= banyak butir pertanyaan

= Variansi total

= jumlah variansi butir

n

= jumlah responden

X

= nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pernyataan)


(38)

1) Uji Reliabilitas Variabel X

Berikut hasil rekapitulasi hasil penghitungan uji reliabilitas manajemen kepala sekolah (Varibel X) dengan menggunakan bantuan software SPSS.

Tabel 3.8 Reliability Statistics X

Cronbach's

Alpha N of Items

.935 35

2) Uji Reliabilitas Variabel Y

Berikut hasil rekapitulasi hasil penghitungan uji reliabilitas

penyelenggaraan perpustakaan sekolah (Variabel Y) dengan menggunakan bantuan software SPSS.

Tabel 3.9 Reliability Statistics Y

Cronbach's

Alpha N of Items

.921 26

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui data-data yang diperoleh melalui interview dan kuisioner. Kuisioner yang diberikan bersifat tertutup atau terstruktur.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dari angket yang disebarkan kepada responden serta data dari hasil interview dengan kepala perpustakaan beserta stafnya.


(39)

1) Kuisioner

Kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan diberikan kepada responden, yang dalam hal ini adalah siswa yang berkunjung ke perpustakaan. Kuesioner digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti.

Menurut Mardalis (2009: 67) “Angket atau kuisioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pernyataan-pernyataan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau kelompok orang yang mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti”

Adapun cara mendapatkan data melalui kuesioner adalah dengan menyebarkan kuesioner tersebut kepada sampel dan hasilnya kemudian dioleh untuk mendapatkan kesimpulan akan data yang didapat apakah sesuai dengan yang dibutuhkan atau tidak seperti pendapat Sugiyono (2012: 142) “... Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

2) Mengumpulkan Berbagai Literatur (Studi Pustaka)

Teknik mengumpulkan literatur merupakan teknik penelitian dengan mencari sumber-sumber yang menjadi referensi dalam penelitian.

3) Melakukan interview / wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data, dengan melakukan interview

atau wawancara kepada responden. Wawancara yang dilakukan dapat dilakukan secara langsung (tatap muka). Jenis pertanyaan yang diberikanpun dapat berupa pertanyaan terstruktur atau bukan.

H. Analisis Data

Data yang telah terkumpul melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden akan dianalisis dan diuji. Instrumen yang baik harus memenuhi 2 persyaratan yaitu valid dan reliable. Skala pengukuran dalam pengumpulan data penelitian seluruhnya diukur menggunakan skala ordinal, dimana data dipisahkan menurut tingkatan datanya atau data dibuat berjenjang dimana sesuatu “lebih”


(40)

atau “kurang” dari data yang lain. M. Burhan Bungin (2010: 121) menyatakan bahwa “data ordinal menunjukkan data dalam suatu urutan tertentu atau dalam satu seri”.

Dalam kegiatan analisis data terdapat tahapan-tahapan analisis dan teknik analisis data, berikut penjabarannya.

1. Tahapan-Tahapan Analisis Data

Menurut M. Burhan Bungin (2010: 164) terdapat tahapan-tahapan dalam melakukan analisis data penelitian meliputi “...menyiapkan data, editing, pengkodean, dan tabulasi (proses pembeberan)”.

a. Menyiapkan data

Dalam proses ini kegiatan yang dilakukan ialah mengecek kelengkapan data seperti identitas responden, kelengkapan data (isi instrumen dan kelengkapan lembar instrumen), dan mengecek macam isian data (data yang tidak dibutuhkan dalam penelitian maka item perlu didrop).

b. Editing

Kegiatan editing dalam analisis data sangat penting untuk dilakukan, karena kadang kala data yang terhimpun belum memenuhi harapan peneliti. Menurut M. Burhan Bungin “editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan”.

c. Pengkodean

Pengkodean adalah kegiatan mengklasifikasikan data-data yang telah melalui tahap editing. Maksud dari pengkodean yaitu pemberian identitas pada data yang telah melalui tahap editing sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. Contohnya dengan membuat tabel yang berisi nomor instrumen kemudian halaman, poin dan catatan koreksinya.

d. Tabulasi (Proses Pembeberan)

Menurut M. Burhan Bungin (2010: 168) “maksud tabulasi adalah memasukan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya”. Penginputan data dilakukan berdasarkan skor yang diperoleh dari responden.


(41)

Tabulasi dilakukan untuk lebih menjelaskan data sesuai dengan klasifikasi data yang sudah ditetapkan dengan cara menghitung frekuensi jawaban untuk setiap item pertanyaan dilihat berdasarkan karakteristik responden yang selanjutnya dimasukan ke dalam tabel untuk memudahkan dalam menganalisis data.

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis, data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan berskala ordinal. Menurut Sugiyono (2012: 243) “karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia”.

Dalam kegiatan analisis data penelitian, peneliti melakukan uji normalitas, analisis deskriptif, analisis koefisien korelasi, uji signifikansi dan uji regresi linear sederhana. Berikut teknik analisis data yang dilakukan.

a. Uji Normalitas

Uji normaltas dilakukan sebagai salah satu cara untuk menentukan apakah penelitian akan menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Menurut Husein Umar (2008: 77) “uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak”.

Setelah data ordinal dirubah menjadi data interval maka uji normalitaspun dapat dilakukan. Jika hasil dari uji normalitas menunjukkan bahwa data yang dimiliki peneliti berdistribusi normal maka statistik yang dipakai adalah statistik parametrik dan peneliti dapat melakukan pengujian berikutnya. Jika data hasil uji normalitas menunjukkan data peneliti tidak berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik.

Pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji Liliofers. Dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.0. Hasil pengujian dikatakan normal apabila nilai sig.> α, pada uji normalitas α yang digunakan yaitu 0,05.


(42)

Berikut hasil uji normalitas yang dilakukan peneliti terhadap data yang diperoleh dari kuesioner menggunakan Software SPSS.

Tabel 3.10

Uji Normalitas Variabel X (Manajemen Kepala Sekolah) Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Manajemen Kepala Sekolah

.066 95 .200*

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance

Dan dibawah ini hasil uji normalitas dari variabel Y (Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah).

Tabel 3.11

Uji Normalitas Variabel Y (Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah) Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Penyelenggaraan Perpustakaan

Sekolah

.075 95 .200*

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance

Dari tabel 3.10 dan 3.11 maka dapat diketahui bahwa nilai signifikan dari kedua variabel penelitian bernilai 0,200. Maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Variabel X yaitu manajemen kepala sekolah, hasil uji normalitasnya adalah 0,200 yang berarti nilai sig. lebih besar dari nilai alpha maka dapat dikatakan bahwa variabel X berdistribusi normal.

2) Variabel Y yaitu penyelenggaraan perpustakaan sekolah, hasil uji normalitasnya adalah 0,200 yang berarti nilai sig. Lebih besar dari nilai alpha, maka dapat dikatakan variabel Y berdistribusi normal.


(43)

b. Uji Hipotesis (Korelasi)

Uji hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup jelas dan dapat dipercaya antara variabel independen dengan variabel dependen, yang apda akhirnya akan diambil suatu kesimpulan penerimaan atau penolakan dari pada hipotesis yang telah dirumuskan.

Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu statistik deskriptif. “...statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”(Sugiyono, 2012: 147).

Sedangkan untuk pengujian hipotesis dilakukan menggunakan pengujian hipotesis assosiatif (hubungan). Menurut Sugiyono (2012: 182) “...hipotesis assosiatif diuji dengan teknik korelasi Pearson Product moment”. Pengujian hipotesis dilakukan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya hubungan antara variabel X (Manajemen Kepala Sekolah) terhadap variabel Y (Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah).

Rumus yang digunakan peneliti untuk menguji hipotesis yaitu rumus korelasi product moment yakni sebagai berikut

(Sugiyono, 2012: 183 )

Setelah nilai r diketahui maka selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap hasil r tersebut dengan pedoman penilaian r menurut Husein Umar (2008: 112-113) sebagai berikut:

1) Nilai korelasi r diantara angka -1 sampai +1 (nilai r menuju +1 menunjukkan korelasi menuju kuat dan positif, sebaliknya nilai r menuju -1 menunjukkan korelasi menuju kuat dan negatif)

2) Menguji hipotesis korelasi pearson, menggunakan statistik t dengan rumus:

Hitung statistik t melalui tabel tuntuk tertentu, misal 10%, dengan derajat kebebasan (dk) atau degree of freedom (df) = n-2. Kesimpulannya adalah jika nilai maka Ho ditolak dan korelasi memiliki arti/signifikan.


(44)

Adapun pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.12

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sugiyono, 2012: 184)


(45)

109

Lisna Nurhalisma, 2013

Hubungan Manajemen Kepala Sekolah Dengan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Studi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui hubungan manajemen kepala sekolah yang meliputi leading, planning, organizing

dan controlling terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah di SMAN 10 Bandung, maka dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen kepala sekolah memiliki hubungan kuat dengan penyelenggaraan perpustakaan. Hal ini ditunjukkan oleh unsur leading, planning, organizing dan controlling. Masing-masing unsur tersebut dinilai cukup mampu untuk meningkatkan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Karena melalui penerapan manajemen yang baik oleh kepala sekolah akan mendukung terselenggaraanya perpustakaan sekolah yang berkualitas.

Dengan demikian ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima yang berarti manajemen kepala sekolah memiliki hubungan yang signifikan dengan penyelenggaraan perpustakaan.

Kesimpulan dari hasil pengujian setiap indikator X terhadap variabel Y yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Indikator leading kepala sekolah SMAN 10 Bandung terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur leading. Aspek-aspek tersebut adalah pengambilan keputusan, pengkomunikasian, pemberian motivasi, penyeleksian orang-orang dan pengembangan orang-orang. Aspek yang paling berpengaruh pada leading kepala sekolah SMAN 10 Bandung yakni pada pengambilan keputusan.

Indikator planning kepala sekolah SMAN 10 Bandung terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur


(46)

110

Lisna Nurhalisma, 2013

Hubungan Manajemen Kepala Sekolah Dengan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Studi

planning. Aspek-aspek tersebut adalah peramalan, penetapan sasaran, pemrograman, penjadwalan, penganggaran, pengembangan prosedur, penetapan dan penapsiran kebijakan. Aspek yang paling berpengaruh dalam planning kepala sekolah SMAN 10 Bandung yaitu penetapan sasaran.

Indikator organizing kepala sekolah SMAN 10 Bandung terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur

organizing. Aspek-aspek tersebut adalah perencanaan struktur organisasi, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, dan penentuan hubungan-hubungan. Aspek yang paling berpengaruh dalam organizing kepala sekolah SMAN 10 Bandung yaitu perencanaan struktur organisasi.

Indikator controlling kepala sekolah SMAN 10 Bandung menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari aspek-aspek yang digunakan untuk megukur controlling. Aspek-aspek tersebut adalah pengembangan standar prestasi, pengukuran prestasi, penilaian hasil, dan pengambilan tindakan. Aspek yang paling berpengaruh dari controlling kepala sekolah SMAN 10 Bandung yaitu penilaian hasil.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dan temuan yang telah dihasilkan, maka peneliti menyatakan beberapa hal dengan harapan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Beberapa hal tersebut yaitu dalam rangka memaksimalkan penerapan manajemen kepala sekolah SMAN 10 Bandung, maka kebutuhan-kebutuhan dari semua unsur yang ada di sekolah perlu diperhatikan. Peraturan-peraturan yang ada diharapkan dapat mendukung semua kegiatan yang dilakukan sekolah. Disertai dengan koordinasi yang jelas yang dapat membuat semua bidang ikut terlibat dalam penerapan peraturan. Untuk itu semua diperlukan kerja sama pada semua bidang, dengan adanya kerja sama maka diharapkan


(47)

peraturan-111

Lisna Nurhalisma, 2013

Hubungan Manajemen Kepala Sekolah Dengan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Studi peraturan yang dibuat dapat sesuai dengan kebutuhan dan dapat saling menguntungkan.

Dalam rangka memaksimalkan penyelenggaraan perpustakaan sekolah, maka sumber daya yang ada khususnya di perpustakaan sekolah lebih dimaksimalkan. Pemanfaatan sumber daya baik manusia maupun non manusia dapat meningkatkan penyelenggaraan perpustakaan, tanpa menunggu kebijakan-kebijakan baru yang diharapkan menguntungkan perpustakaan. Dengan demikian perpustakaan SMAN 10 Bandung diharapkan lebih mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki. Dibandingkan dengan terus mengharapkan perubahan pada manajemen kepala sekolah.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan maka bukan tidak mungkin hasil yang didapat sekarang tidak akan bermakna dimasa yang akan datang. Maka dari itu kegiatan utama sebelum melakukan penelitian ialah mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan terlebih dahulu, dari identifikasi masalah yang ada maka perumusan masalah yang sesuaipun dapat dilakukan.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Amtu, Onisimus. 2011. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah: konsep, strategi dan implementasi. Bandung: Alfabeta

B Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Bafadal, Ibrahim. 2009. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Bumi

Aksara

Basuki, Sulistyo. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Bungin, M. Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Danim, Sudarwan dan Suparno. 2009. Manajemen dan Kepemimpinan

Transformasional Kekepalasekolahaan . Jakarta : Rineka Cipta

Indonesia. 2007. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan . Jakarta : Perpustakaan Nasional.

Indonesia. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0489 Tahun 1993 tentang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional .

Indonesia.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah

Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

Kurniati, Etin. 2007. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Sd It Daarul Fikri Bandung. Bandung: UPI

Mardalis. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara


(49)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kalitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sule, Erni Trisnawati dan Saefullah, Kurniawan. 2009. Pengantar Manajemen.

Jakarta: Kencana

Sutarno NS. 2006. Manajemen Perpustakaan: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Sagung Seto

Sutarno NS. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. 2010. Pengelola Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan

Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta: Rajawali Pers

Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah: dalam organisasi pembelajar (learning organization). Bandung: Alfabeta

Yuniarti, Ayu Dewi. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di Smpn 1 Wanaraja, Smpn 1 Pangatikan Dan Smpn 1 Sucinaraja Kabupaten Garut.Bandung: UPI

Yusuf, Pawit M dan Yaya Suhendar. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah . Jakarta : Kencana Prenada Media Group


(1)

Adapun pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.12

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sugiyono, 2012: 184)


(2)

109

Lisna Nurhalisma, 2013

Hubungan Manajemen Kepala Sekolah Dengan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Studi Deskriptif di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui hubungan manajemen kepala sekolah yang meliputi leading, planning, organizing

dan controlling terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah di SMAN 10

Bandung, maka dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen kepala sekolah memiliki hubungan kuat dengan penyelenggaraan perpustakaan. Hal ini ditunjukkan oleh unsur leading, planning, organizing dan controlling. Masing-masing unsur tersebut dinilai cukup mampu untuk meningkatkan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Karena melalui penerapan manajemen yang baik oleh kepala sekolah akan mendukung terselenggaraanya perpustakaan sekolah yang berkualitas.

Dengan demikian ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima yang berarti manajemen kepala sekolah memiliki hubungan yang signifikan dengan penyelenggaraan perpustakaan.

Kesimpulan dari hasil pengujian setiap indikator X terhadap variabel Y yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Indikator leading kepala sekolah SMAN 10 Bandung terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur leading. Aspek-aspek tersebut adalah pengambilan keputusan, pengkomunikasian, pemberian motivasi, penyeleksian orang-orang dan pengembangan orang-orang. Aspek yang paling berpengaruh pada leading kepala sekolah SMAN 10 Bandung yakni pada pengambilan keputusan.

Indikator planning kepala sekolah SMAN 10 Bandung terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur


(3)

planning. Aspek-aspek tersebut adalah peramalan, penetapan sasaran, pemrograman, penjadwalan, penganggaran, pengembangan prosedur, penetapan dan penapsiran kebijakan. Aspek yang paling berpengaruh dalam planning kepala sekolah SMAN 10 Bandung yaitu penetapan sasaran.

Indikator organizing kepala sekolah SMAN 10 Bandung terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur

organizing. Aspek-aspek tersebut adalah perencanaan struktur organisasi,

pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, dan penentuan hubungan-hubungan. Aspek yang paling berpengaruh dalam organizing kepala sekolah SMAN 10 Bandung yaitu perencanaan struktur organisasi.

Indikator controlling kepala sekolah SMAN 10 Bandung menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari aspek-aspek yang digunakan untuk megukur controlling. Aspek-aspek tersebut adalah pengembangan standar prestasi, pengukuran prestasi, penilaian hasil, dan pengambilan tindakan. Aspek yang paling berpengaruh dari controlling kepala sekolah SMAN 10 Bandung yaitu penilaian hasil.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dan temuan yang telah dihasilkan, maka peneliti menyatakan beberapa hal dengan harapan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Beberapa hal tersebut yaitu dalam rangka memaksimalkan penerapan manajemen kepala sekolah SMAN 10 Bandung, maka kebutuhan-kebutuhan dari semua unsur yang ada di sekolah perlu diperhatikan. Peraturan-peraturan yang ada diharapkan dapat mendukung semua kegiatan yang dilakukan sekolah. Disertai dengan koordinasi yang jelas yang dapat membuat semua bidang ikut terlibat dalam penerapan peraturan. Untuk itu semua diperlukan kerja sama pada semua bidang, dengan adanya kerja sama maka diharapkan


(4)

peraturan-111

Lisna Nurhalisma, 2013

Hubungan Manajemen Kepala Sekolah Dengan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Studi Deskriptif di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peraturan yang dibuat dapat sesuai dengan kebutuhan dan dapat saling menguntungkan.

Dalam rangka memaksimalkan penyelenggaraan perpustakaan sekolah, maka sumber daya yang ada khususnya di perpustakaan sekolah lebih dimaksimalkan. Pemanfaatan sumber daya baik manusia maupun non manusia dapat meningkatkan penyelenggaraan perpustakaan, tanpa menunggu kebijakan-kebijakan baru yang diharapkan menguntungkan perpustakaan. Dengan demikian perpustakaan SMAN 10 Bandung diharapkan lebih mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki. Dibandingkan dengan terus mengharapkan perubahan pada manajemen kepala sekolah.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan maka bukan tidak mungkin hasil yang didapat sekarang tidak akan bermakna dimasa yang akan datang. Maka dari itu kegiatan utama sebelum melakukan penelitian ialah mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan terlebih dahulu, dari identifikasi masalah yang ada maka perumusan masalah yang sesuaipun dapat dilakukan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amtu, Onisimus. 2011. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah: konsep,

strategi dan implementasi. Bandung: Alfabeta

B Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Bafadal, Ibrahim. 2009. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Bumi

Aksara

Basuki, Sulistyo. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Bungin, M. Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Danim, Sudarwan dan Suparno. 2009. Manajemen dan Kepemimpinan

Transformasional Kekepalasekolahaan . Jakarta : Rineka Cipta

Indonesia. 2007. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007

tentang Perpustakaan . Jakarta : Perpustakaan Nasional.

Indonesia. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0489 Tahun 1993 tentang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional .

Indonesia.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah

Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

Kurniati, Etin. 2007. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap

Kepuasan Kerja Pegawai Sd It Daarul Fikri Bandung. Bandung: UPI

Mardalis. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara


(6)

Lisna Nurhalisma, 2013

Hubungan Manajemen Kepala Sekolah Dengan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Studi Deskriptif di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kalitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sule, Erni Trisnawati dan Saefullah, Kurniawan. 2009. Pengantar Manajemen.

Jakarta: Kencana

Sutarno NS. 2006. Manajemen Perpustakaan: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Sagung Seto

Sutarno NS. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. 2010. Pengelola Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan

Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta: Rajawali Pers

Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah: dalam organisasi pembelajar

(learning organization). Bandung: Alfabeta

Yuniarti, Ayu Dewi. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di Smpn 1 Wanaraja, Smpn 1 Pangatikan

Dan Smpn 1 Sucinaraja Kabupaten Garut.Bandung: UPI

Yusuf, Pawit M dan Yaya Suhendar. 2007. Pedoman Penyelenggaraan