KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT.

(1)

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

(Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh:

DIAH RATNA SHABARWATI 0804199

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

(Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)

Oleh

DIAH RATNA SHABARWATI 0804199

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M. Ed.

Pembimbing II

Dra. Iim Siti Masyithoh, M. Si NIP. 196201021986082001

Diketahui Oleh:

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Syaifullah, S.Pd., M.Si. NIP. 197211121999031001


(3)

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

Oleh

DIAH RATNA SHABARWATI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

© DIAH RATNA SHABARWATI 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

ABSTRAK

Diah Ratna Shabarwati (0804199). Penelitian ini berjudul “Kajian terhadap Upacara Adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai Pelaksanaan Kewajiban Adat.”

Penelitian ini dilatarbelakangi keingintahuan penulis tentang ketaatan pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu untuk melaksanakan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum terhadap perilaku yang mengikuti upacara adat ini sangat positif. Karena di dalamnya sarat akan nilai-nilai atau pesan-pesan moral. Nilai tersebut diantaranya membangun rasa kebersamaan, persatuan, menerima apa adanya, membaur dengan alam, serta melatih kesabaran. Pentingnya mengkaji nilai-nilai budaya tersebut, untuk menjadikan warga negara yang baik, memiliki kesadaran yang tinggi, serta untuk membangun kemajuan masyarakat Indonesia yang modern tanpa harus meninggalkan nilai-nilai budaya lokal itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana posisi eksistensi masyarakat adat? 2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat? 3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung pada upacara adat? 4. Bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan ketaatan masyarakat adat? 5. Bagaimana upaya masyarakat adat untuk mewarisi upacara adat? 6. Bagaiman kontribusi upacara adat dalam membangun warga negara yang baik? 7. Bagaimana upaya dari pemerintah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah terkait pelestarian upacara adat?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif pendekatan kualitatif dengan data-data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Pada masyarakat adat Masyarakat adat tidak memiliki KTP, hal ini disebabkan karena agar tidak terdaftar sebagai warga negara, sehingga mereka terbebas dari pemerintahan, 2. Masyarakat adat ini mengadakan upacara dengan dua cara, yaitu Laku Pepe dan Laku Kungkum yang dilaksanakan malam Jum’at Kliwon pada setiap bulannya, 3. Nilai yang terkandung di dalamnya yaitu membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya, membaur dengan alam, serta bermakna pula guna meminta keselamatan kepada Sang pencipta dan penguasa alam, 4. Upacara adat hanya diikuti oleh masyarakat adat yang bersedia untuk melaksanakan, tidak ada paksaan dari pihak manapun, 5. Pelaksanaan upacara adat, selalu melibatkan anak-anak dengan tujuan agar anak-anak dapat mewarisi dan melestarikan upacara adaT, 6. Pelaksanaan upacara adat mengandung nilai-nilai luhur, diantaranya membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya Dengan adanya nilai luhur tersebut, dapat memberikan efek positif bagi kehidupan bermasyarakat di wilayah masyarakat adat yang kemudian akan menghasilkan warga negara yang baik, 7. Belum ada upaya dari pemerintah setempat dalam memajukan kebudayaan pada masyarakat adat.


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ...i

PERNYATAAN ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

UCAPAN TERIMAKASIH...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR GAMBAR ...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Penjelasan Istilah ...7

F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...9

G. Lokasi dan Sampel Penelitian ...15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Kebudayaan 1. Pengertian Kebudayaan ...16

2. Unsur dan Wujud Kebudayaan ...18

3. Sifat Kebudayaan ...20

4. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat ...21

5. Ideologi Agama Sebagai Sistem suatu budaya ...21

B. Kajian tentang Nilai Budaya 1. Pengertian Nilai ...23

2. Sumber Nilai ...24

3. Kategorisasi Nilai ...24


(6)

C. Kajian tentang Upacara Tradisional pada Masyarakat

1. Makna Upacara Tradisional ...27

2. Fungsi Upacara Tradisional ...29

3. Maksud dan Tujuan Upacara Tradisional ...31

4. Unsur-unsur Ritual Upacara Tradisional ...32

D. Kajian tentang Kesadaran Masyarakat terhadap Adat 1. Pengertian Kesadaran Hukum ...32

a. Pengertian Kesadaran ...32

b. Pengertian Hukum ...36

c. Pengertian Kesadaran Hukum ...39

E. Kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan 1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ...41

2. Maksud dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ...44

F. Kajian tentang Masyarakat adat 1. Pengertian Masyarakat ...49

2. Pengertian Masyarakat Adat ...51

3. Susunan Masyarakat Hukum Adat ...52

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian ...55

B. Teknik Pengumpulan Data ...57

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ...60

D. Tahap-tahap Penelitian ...65

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...68

F. Analisis Data ...70

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian ...72

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...77

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...86


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...97 B. Saran ...99

DAFTAR PUSTAKA ...101 Lampiran


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Desa Krimun sebagai wilayah administratif Masyarakat Adat

Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ...72

Gambar 4.2 Contoh Dayak Preman ...75

Gambar 4.3 Contoh Dayak Seragam ...76


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Masyarakat berasal dari sejumlah individu yang berdiam di suatu tempat tertentu dengan sistem nilai (value system) tertentu pula, mengatur pola-pola interaksi antar anggota masyarakat. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (2009: 118) yang menyatakan bahwa “Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.”

Istilah masyarakat sering kali dikaitkan dengan konsep budaya, meskipun sesungguhnya keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Berkenaan dengan keterkaitan antara konsep masyarakat dengan konsep budaya Dayakisni Tri (2008: 9) menyatakan bahwa:

Masyarakat adalah sebuah institusi sosial yang memiliki karakteristik struktur sosial yang jelas, tersusun atas anggota-anggota, diorganisir oleh administrator (pemerintah), dan diatur oleh sekelompok peraturan atau sistem tertentu. Dalam suatu masyarakat, mereka menampilkan suatu gaya hidup tertentu yang kemudian dipahami sebagai budaya. Oleh karena itu, term masyarakat dianggap sangat dekat dengan term budaya.

Konsep masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan konsep budaya, terlebih pada masyarakat multikultural yang memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat dengan masyarakat yang multikultural. Masyarakat adat dan sejumlah keanekaragamannya merupakan salah satu kekayaan yang


(10)

dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Kekayaan multikultural ini merupakan modal sosial yang sangat berharga untuk membangun bangsa.

Bangsa Indonesia sampai pada saat ini masih mempertahankan adat istiadat dan tradisi asli leluhurnya. Masyarakat adat itu sendiri adalah masyarakat yang masih menjaga dan melestarikan adat dan kebudayaan asli daerahnya serta mengembangkan ciri-ciri khas hukum adat. Namun secara definitive “Masyarakat itu adalah sekelompk mausia yang menjalani kehidupan terintegrasi dengan kebudayaan sebagai alat.” (E. Hiller dalam Ranidar Darwis, 2008 : 100)

Ter Haar dalam Ranidar Darwis (2008 : 102) mendefinisikan masyarakat hukum adat sebagai berikut:

Masyarakat hukum adat adalah kesatuan manusia yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa-penguasa, dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan untuk selama-lamanya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan masyarakat adat adalah masyarakat yang hidup teratur, menetap di suatu daerah tertentu, memiliki ketua adat atau pemimpin serta mempunyai kekayaan baik kekayaan yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Kekayaan masyarakat adat yang berwujud tersebut dapat berupa prasasti, benda-benda pusaka, mesin-mesin, perabot, gedung-gedung, dan lain sebagainya, sedangkan kekayaan masyarakat adat yang tidak berwujud salah satunya adalah adanya tradisi adat yang ada dan dilestarikan dalam suatu kelompok masyarakat. Dalam masyarakat adat ini, mempunyai pandangan bahwasanya tradisi dari cara-cara mereka jaga dan lestarikan merupakan sesuatu yang sangat baik dan benar sehingga tradisi tersebut selalu dipelihara dan dilestarikan sampai ke generasi selanjutnya.


(11)

Dalam setiap tradisi yang dilestarikan masyarakat adat mempunyai tujuan dan fungsi tertentu, dimana masing-masing tradisi yang dilestarikan di suatu masyarakat adat yang satu dengan yang lainnya pasti mempunyai perbedaan. Salah satu tujuan dari tradisi adat yang dilestarikan ialah adanya harmonisasi antara kehidupan yang nyata dengan kehidupan yang ada di alam ghaib, melestarikan adat kebiasaan turun temurun, serta sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Upacara adat merupakan kekayaan tidak berwujud yang dimiliki oleh masyarakat adat. Upacara merupakan bentuk kegiatan manusia dalam hidup bermasyarakat yang didorong oleh hasrat untuk memperoleh ketentraman batin untuk mencari keselamatan. Bentuk upacara yang bertalian dengan adat atau kehidupan beragama, mencerminkan sistem kepercayaan alam pikiran serta pandangan hidup masyarakatnya.

Di Pesisir Pantai Utara, Kabupaten Indramayu, di sepanjang lajur sebelah kanan jalan by pass dari arah Jakarta ke Cirebon, terdapat sebuah jalan kecil yang bila ditelusuri menuju ke lokasi pemukiman sebuah masyarakat adat yang menamakan dirinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Orang luar sering juga menyebutnya dengan istilah “Dayak Losarang”, atau “Dayak Indramayu”. Masyarakat adat ini bermukim di Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.

Tradisi yang terus dijaga dan dipelihara oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu diantaranya adalah upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang diadakan setiap malam Jum’at Kliwon setiap bulannya. Laku Kungkum adalah ritual yang dilakukan dengan cara berendam di sungai sebatas leher sejak pukul 24:00 WIB sampai dengan pagi hari, kemudian dilanjutkan dengan ritual Laku Pepe, yaitu berjemur di bawah terik matahari hingga siang hari. Seluruh ritual ini dilakukan atas dasar keinginan dan kemampuan tanpa adanya paksaan. Selain untuk melesterikan adat kebiasaan turun temurun, upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum juga dimaksudkan sebagai ritual untuk menyatukan diri dengan alam, pengabdian


(12)

pada keluarga, membiasakan hidup jujur, serta untuk melatih kesabaran pada masyarakat adat tersebut.

Oleh karena itu, upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini terus dijaga dan dilestarikan secara turun temurun oleh setiap generasi yang ada di masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu sebagai bentuk untuk menyatukan diri dengan alam, pengabdian pada keluarga, hidup jujur, serta melatih kesabaran. Selain itu juga, untuk terus melestarikan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.

Berangkat dari pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai tradisi adat yang ada dan dilestarikan pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Hal tersebut dilatarbelakangi pula oleh suatu keyakinan bahwa tradisi yang ada dan dilestarikan dalam masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu merupakan kebiasaan atau cara-cara yang sesuai dengan keyakinan adat istiadat leluhur Pulau Jawa, khsuusnya Jawa Indramayu.

Oleh karena itu, penulis mengambil judul Kajian Terhadap Upacara Adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai Pelaksanaan Kewajiban Adat (Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu asal mula pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang masih dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu hingga saat ini. Proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang dianggap memiliki nilai-nilai penting bagi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.


(13)

Dengan demikian, yang menjadi fokus penelitian ini adalah “Mengapa upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dianggap sebagai bentuk pelaksanaan kewajiban adat?”

Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka pokok permasalahan tersebut dijabarkan menjadi rumusan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana posisi eksistensi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu?

2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu?

3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung pada upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu?

4. Bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan ketaatan masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?

5. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam mewarisi dan memelihara upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?

6. Bagaimana kontribusi upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum dalam membangun warga negara yang baik?

7. Bagaimana upaya dari pemerintah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah terkait pelestarian upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Dengan tujuan, maka tindakan akan terarahkan secara fokus, begitupun dalam penelitian ini memiliki tujuan.


(14)

1. Tujuan Secara Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menggambarkan mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai pelaksanaan kewajiban adat masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.

2. Tujuan Secara Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus untuk mengungkapkan dan menggambarkan hal-hal berikut:

a. Posisi eksistensi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.

b. Proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. c. Nilai yang terkandung dalam upacara adat Laku Pepe dan Laku

Kungkum masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.

d. Bentuk dan proses ketaatan masyarakat adat terhadap upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum.

e. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam memelihara upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum.

f. Kontribusi upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum dalam membangun warga negara yang baik.

g. Upaya yang dilakukan pemerintah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah terkait peelstarian upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis


(15)

a. Memberikan wawasan keilmuan bagi penulis khusunya melatih diri dalam menyusun karya ilmiah yang benar dan mampu memberikan sumbangan konsep-konsep baru, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menunjang terhadap pewarisan nila-nilai budaya. b. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan terhadap ilmu pendidikan,

khususnya dala, membangun nilai-nilai positif eksistensi adat istiadat bagi pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan kemasyarakatan

(civic community) serta dapat hidup sesuai dengan kebudayaan dan

mengembangkan kebudayaan untuk kehidupan yang lebih baik. 2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan berupa saran kepada masyarakat adat untuk memberdayakan dirinya sesuai dengan perkembangan zaman.

b. Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam upaya pelestarian dan pembinaan nilai- nilai budaya masyarakat adat. Selain itu juga, untuk menjadi bahan masukan bagi pemerintahan atau pemegang keputusan sebagai pengembang pariwisata dapat dilihat dari banyaknya pengunjung luar daerah yang dating untuk menyaksikan jalannya upacara adat tersebut.

c. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi peneliti lain.

E. Penjelasan Istilah

Menurut Surakhmad (Arikunto, Suharsimi, 1998: 60) menyatakan bahwa asumsi atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Berdasarkan pendapat tersebut, asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 1990: 146).


(16)

2. Adat berarti kebiasaan, yaitu perilaku masyarakat yang selalu terjadi berulang kali (Ranidar Darwis, 2008: 3).

3. Masyarakat adat merupakan kesatuan manusia yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa- penguasa dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud, dimana para anggota kesatuan masing- masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorangpun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh itu atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan itu untuk selama- lamanya (Teer Haar, dalam Muhammad, 2002:21).

4. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman pedoman serta prinsip- prinsip umum dalam bertindak dan bertingkahlaku (Theodorson, dalam Felly, 1994:101).

5. Budaya merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhannya dari hasil budi dan karyanya itu (Koentraningrat, 1994: 9).

6. Nilai budaya merupakan konsepsi- konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal- hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup (Koentraningrat, 1994: 25). 7. Kebudayaan berarti segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran

(logika), kemauan (etika), serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka perkembangan kepribadian manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (Daoed Joesoef, dalam Burhanuddin Salam, 1996: 116).

8. Tradisi merupakan adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat atau suatu penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik (Depdiknas, 2001 : 1208). 9. Laku Pepe adalah melakukan ritual dengan cara menjemur diri dibawah


(17)

10.Laku kungkum pelaksanaan ritual dengan cara berendam di dalam air (sampai sebatas leher).

F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2010: 9) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Secara umum, penelitian deskriptif mempunyai cirri-ciri yaitu memusatkan penelitian pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yaitu masalah aktual dan data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.

Dengan demikian, penelitian ini berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi (Pengamatan), yaitu suatu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002 : 133). Dengan melakukan observasi peneliti dapat memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang sedang diteliti dan dapat memberikan deskripsi mengenai gambaran umum tentang objek yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi pengamatan peneliti adalah tradisi masyarakat adat yaitu pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai pelaksanaan kewajiban adat.

2. Wawancara (Interview), merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab yang dilakukan oleh dua pihak yaitu


(18)

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan informan atau yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada tokoh adat, tokoh masyarakat, aparat desa, dan masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu.

3. Studi dokumentasi, yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis. Studi dokumentasi dilakuakn dengan mengumpulkan, menganalisis dokumen- dokumen, catatan- catatan penting dengan tujuan untuk membantu memecahkan permasalahan dalam penelitian. Studi dokumenter dengan mengumpulkan dokumentasi dokumentasi atau arsip-arsip.

4. Studi literatur, yaitu penelitian dilakukan melalui kepustakaan, mengmpulkan data- data dan keterangan melalui buku buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah- masalah yang diteliti. Studi literatur ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui buku-buku yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.


(19)

MATRIKS HASIL PENELITIAN

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI

PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

(Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)

No Rumusan Masalah Metode

Penelitian Hasil Penelitian dan Pembahasan Kesimpulan Saran

1

2

Bagaimana posisi eksistensi

masyarakat adat Suku Dayak Hindu

Budha Bumi

Segandu Indramayu?

Bagaimana proses pelaksanaan

upacara adat Laku Pepe dan Laku

Kungkum pada

masyarakat adat Suku Dayak Hindu

Budha Bumi

Segandu Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskkriptif, pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa observasi (pengamatan, wawancara

1. Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, berada dalam kawasan pemerintahan desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Akan tetapi, meskipun secara demografi berada dalam kawasan pemerintahan Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, namun secara administrated masyarakat adat ini tidak tercatat. Kondisi ini terjadi karena masyarakat adat ini tidak memiliki KTP. Alasan masyarakat adat tidak memiliki KTP diantaranya karena masyarakat adat ini tidak ikut

Kesimpulan:

a. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu tidak memiliki KTP, hal ini disebabkan karena agar mereka tidak terdaftar sebagai warga negara, sehingga mereka terbebas dari pemerintahan, dalam artian mereka bebas untuk

tidak mendukung

pemerintahan, contohnya dalam hal pemilihan umum, karena mereka beranggapan hidup ini

Saran

a. Bagi pemerintah setempat, perlu melakukan pendekatan yang intensif, untuk bisa

membuka wawasan dan

pikiran masyarakat adat tersebut akan pentingnya memiliki identitas diri yang berupa KTP, sebagai bukti identitas diri yang resmi sehingga bisa bergabung dan terlibat dalam pemerintahan. b. Bagi masyarakat adat Suku

Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, agar turut berpartisipasi dalam


(20)

3

4

Indramayu?

Nilai-nilai apa saja yang terkandung pada upacara adat Laku Pepe dan

Laku Kungkum

pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Indramayu?

Bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan ketaatan masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?

(interview), studi

dokumentasi, serta studi literatur.

serta dalam pemerintahan, dalam artian masyarakat adat ini selalu golput pada setiap kali diadakannya pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah. Selain itu juga karena dalam pembuatan KTP, harus diisi format agama, dan mengenakan foto, sedangkan masyarakat adat ini tidak mempunyai agama, hanya menganut kepercayaan, dan hanya mengenakan celana tanpa baju.

2. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini memiliki upacara adat yang dinamakan Laku Pepe dan Laku Kungkum yang dilaksanaan pada

Jum’at Kliwon pada setiap bulannya.

Laku Pepe dilaksanakan pada siang hari sambil berjemur dibawah terik matahari, sedangkan Laku Kungkum dilaksanakan pada dini hari sambil beremdam di parit berisi air. tujuan

harus didasarii oleh rassa keadilan.

b. Masyarakat adat ini

mengadakan ritual

menyembah Sang pencipta dan penguasa alam dengan dua cara, yaitu Laku Pepe dan Laku Kungkum. c. Upacara dat Laku Pepe

dan Laku Kungkum, nilai yang terkandung di dalamnya yaitu untuk

membangun rasa

kebersamaan, persatuan,

melatih kesabaran,

menerima apa adanya atau ikhlas, dapat membaur dengan alam, serta bermakna pula guna meminta keselamatan kepada Sang pencipta dan penguasa alam.

program-program pemerintah. Salah satunya dengan adanya kepemilikan KTP, karena hal

ini akan memberikan

keuntungan bagi mereka sendiri. Contohnya dalam hal mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah setempat.

c. Dalam melaksanakan upacara

dat Laku Kungkum,

sebaiknya menggunakan air yang bersih, agar terhindar dari penyakit yang terrdapat dalam air kotor. Selain itu juga, masyarakat adat ini

hendaknya dalam

membersihkan badan, akan lebih baik jika batinnya pun turut dibersihkan dengan cara shalat.


(21)

5

6

7

Bagaimana upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu

Budha Bumi

Segandu Indramayu dalam mewarisi dan memelihara upacara dat Laku Pepe dan Laku Kungkum? Bagaimana

kontribusi upacara adat Laku Pepe dan

Laku Kungkum

dalam membangun warga negara yang baik?

Bagaimana upaya dari pemerintah setempat dalam memajukan

kebudayaan daerah

diadakannya upacara adat ini adalah untuk melatih kesabaran, meminta keselamatan, serta membersihkan diri dari kotoran-kotoran yang menempel pada tubuh.

3. Nilai yang tekandung dalam upacara adat ini adalah membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya atau ikhlas, dapat membaur dengan alam.

4. Pelaksanaan upacara adat ini, hanya dilakukan oleh masyarakat adat berjenis kelamin laki-laki. dalam melaksanakan upacara adat ini, masyarakat sangat taat, tidak ada paksaan dari pihak manapun, semuanya karena kesadaran dari masing-masing individu.

5. Keberadaan upacara adat ini sangat dijaga kelestariannya, sehingga dalam setiap pelaksanaan upacara

d. Upacara dat Laku Pepe dan Laku Kungkum hanya diikuti oleh masyarakat adat yang bersedia untuk melaksanakan upacara tersebut, tidak ada paksaan dari pihak manapun.

e. Setiap pelaksanaan

upacara adat, selalu melibatkan anak-anak dengan tujuan agar anak-anak dapat mewarisi dan terus melestarikan upacara adat iini.

f. Pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku

Kungkum mengandung

nilai-nilai luhur, yaitu

diantaranya untuk

membangun rasa

kebersamaan, persatuan,

melatih kesabaran,

lebih taat lagi dalam setiap pelaksanaan upacara adat

Laku Pepe dan Laku

Kungkum, agar tercipta suasana kehidupan yang lebih baik lagi.

e. Hendaknya masyarakat adat

dapat menjaga dan

melestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya masyarakat tersebut. f. Bagi pemerintah setempat,

hendaknya lebih

memperhatikan keberadaan budaya yang ada pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, agar budaya yang telah ada dapat dikembangkan sebagai

fungsi ekonomi yang

memanfaatkan kesempatan ini dengan cara berjualan di area


(22)

terkait pelestarian upacara dat Laku Pepe dan Laku Kungkum?

adat, selalu melibatkan anak-anak walau hanya melihat pada saat upacara adat berlangsung.

6. efek positif dalam pelaksanaan upacara adat tersebut dapat menjaga kelestarian alam, hidup rukun dengan sesame, dan terbangunnya gotong royong, serta terbangunnya rasa persaudaraan yang semakin erat. 7. Sejauh ini tidak ada upaya yang

dilakukan oleh pemerintah setempat untuk menjaga budaya yang ada dalam masyarakat adat ini. Namun, meskipun tidak adanya upaya untuk melestarikan kebudayaan dari pemerintah, masyarakat adat tersebut tetap berusaha keras untuk memajukan dan melestarikan kebudayaan yang telah ada.

menerima apa adanya atau ikhlas, serta dapat membaur dengan alam. Dengan adanya nilai luhur tersebt, maka dapat memberikan efek positif

bagi kehidupan

bermasyarakat di wilayah masyarakat adat yang

kemudian akan

menghasilkan warga

negara yang baik.

g. Belum da upaya dari pemerintah setempat dalam melestarikan serta memajukan kebudayaan yang ada pada masyarakat adat.

pelaksanaan upacara adat, dengan menjual souvenir-souvenir khas masyarakat adat tersebut.

g. Diharapkan ada peneliti lain yang dapat mengkaji lebih dalam berkenaan dengan pelaksanaan Upacara adat

Laku Pepe dan Laku

Kungkum di masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.


(23)

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Menurut Sukardi (2003: 53), bahwa yang dimaksud dengan lokasi penelitian atau tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses studi yang dilakukan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.

Adapun lokasi penelitian ini terletak di RT 13 RW 03, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, atau 300 m dari jalur utama Pantura Indramayu. Sedangkan sampel penelitiannya adalah masyarakat adat Suku Dayak Hindu- Budha Bumi Segandu Indarmayu.

2. Sampel Penelitian

Nasution (1992: 32), mengemukakan bahwa sampel penelitian adalah sumber penelitian yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposive dan bertalian dengan tujuan tertentu. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini mengkaji metode dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Adapun fokus kajian yang dibahas dalam bab ini, yaitu, pertama mengenai metode penelitian dan pendekatan penelitian. Kedua, prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Ketiga, mengenai lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data hasil penelitian.

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Best (Sukardi, 2003: 157) mengemukakan metode deskriptif yaitu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, atau sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan yang diselidiki. Penelitian deskriptif merupaka metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Hal itu sejalan dengan pandangan Endang Danial dan Nanan Wasriah (2009: 62) yang mengatakan metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik suatu situasi, kondisi objek bidang kajian pada suatu waktu secara akurat. Tujuan metode ini adalah untuk memperlihatkan keberadaan suatu fenomena yang ada.

Arikunto. S (2009: 234) menjelaskan penelitian deskriptif sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk megumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Dengan demikian, penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu gejala atau keadaan.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang bertujuan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Endang Danial dan Nanan Wasriah (2009: 60) mengungkapkan pendekatan kualitatif berdasarkan fenomenologis menuntut


(25)

pendekatan yang holistik, artinya menyeluruh, mendudukan suatu kajian dalam suatu konstruksi yang ganda. Melihat suatu objek dalam suatu konteks secara natural apa adanya. Penelitian ini menghubungkan antara teori dan data. Data dianggap sebagai sumber teori. Teori yaitu penjelasan dari fenomena sebenarnya dikembangkan oleh peneliti selama ia mengadakan penelitian dari data yang dikumpulkan.

Perhatian dalam penelitian kualitatif lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Margono (2004: 35) mengungkapkan di dalam penelitian kualitatif, peneliti merasa tidak tahu mengenai apa yang tidak diketahuinya, sehingga desain penelitian yang dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang dilakukan dan lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya. Data yang diperoleh (berupaka kata atau tindakan) pada penelitian kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan teori yang timbul dari hipotesis-hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif. Atas dasar itu, penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hypothesis theory, sehingga teori yang dihasilkan berupa teori substantif.

Denzin dan Lincoln (Herdiansyah, 2010: 7) mengatakan penelitian kualitatif lebih ditujukan untk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus daripada mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah populasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan penjelasan tersirat, terstruktur, tatanan, dan pola yang luas yang terdapat dalam suatu kelompok partisipan.

Jihn W. Creswell (Herdiansyah, 2008: 8) mengemukakan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Qualitatif research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem. The researcher build a complex, holistic picture, analize word, report detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.


(26)

Creswell mengatakan penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam seting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa pun dari peneliti.

Sedangkan Banister et al (Herdiansyah, 2010: 8) mengungkapkan tentang penelitian kualitatif adalah:

Qualitative research is : a). an attempt to capture the sense that lies within, and that structures what we say about whay we do; b). an exploration, elaboration and systematization of the significance of an identified phenomenon; c). the illuminative representations of the meaning of a delimited issued or problem.

Berdasarkan definisi Baster, inti dari penelitian kualitatif yaitu sebagai suatu metode yang menangkap dan memberikan gambaran terhadap suatu fenomena, sebagai metode untuk mengekplorasi fenomena, dan sebagai metode untuk memberikan penjelasan dari suatu fenomena yang diteliti.

B. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan diantaranya sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dalam penelitian dimaksudkan agar peneliti sebagai instrumen yang utama mendapatkan gambaran yang diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung terhadap apa yang sedang diteliti. Tujuan ini sejalan dengan pendapat Nasution (2003: 60) yang menyebutkan dengan berada secara pribadi di lapangan, peneliti mempunyai kesempatan untuk memperoleh data yang kaya, yang dapat dijadikan dasar untuk memperoleh data lebih banyak, lebih rinci, dan lebih cermat.

Observasi digunakan untuk menyimpulkan data tentang tinjauan langsung Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum dengan ketaatan masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Pelaksanaa


(27)

observasi dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi pertisipasi langsung yang ditandai dengan intensitas peran peneliti sepanjang terjadinya aktivitas masyarakat dalam pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum dilakukan dengan tujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang relevan dengan permasalahan penelitian. Dengan pengamatan langsung, diharapkan dapat menjawab rumusan masalah melalui data yang diperoleh sesuai dengan kondisi lapangan. Adapun yang menjadi alat dalam observasi ini adalah pedoman observasi. Selain itu, penelitian yang memanfaatkan metode pengamatan perlu alat bantu karena pengamatan manusia pada hekekatnya sangat terbatas (Burhan Bungin: 2001: 96). Harsya W. Bachtiar menuliskan alat bantu yang diperlukan diantaranya alat pemotret, teropong lensa jauh, kamera, dan alat perekam suara. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat kamera dan perekam suara sebagai alat bantu dalam mencari data di lapangan.

2. Wawancara (interview)

Peneliti juga melakukan kegiatan wawancara untuk memperoleh dan mengumpulkan data mengenai bagaimana pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu serta mengetahui ketaatan masyarakat dalam melaksanakan upacara tersebut. Koentjaraningrat (1994: 129), menjelaskan metode wawancara mencakup cara yang dipergunakan oleh seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. Agar wawancara efektif, maka harus dipelihara komunikasi dua arah. Selain itu, agar wawancara lebih terarah maka digunakan pedoman wawancara.

Bentuk wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara semi terstrukutr. Haris Herdiansyah (2009: 123), mengemukakan didalam wawancara semi terstruktur pertanyaan ynag diajukan oleh peneliti lebih terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan. Hal ini memungkinkan subjek lebih bebas mengemukakan jawabn sepanjang


(28)

tidak keluar dari konteks pembicaraan. Namun tetap dibatasi oleh tema dan alur pembicaraan agar pembicaraan tidak melebar ke arah yang tidak diperlukan. Oleh karena itu, peneliti terlebih dahulu membuat rancangan pedoman wawancara sehingga dapat mempermudah dalam penelitian. Namun, peneliti memberi keleluasaan pada pihak yang diwawancarai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan secara panjang lebar mengenai pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum serta kewajiban masyarakat dalam upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum. Dengan wawancara semi terstruktur ini, maka data yang diperoleh akan lebih banyak dan bervariasi.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan (literature) adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku atau pun sumber lain yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian. Hamid Patilima (2005: 22) mengemukakan penggunaaan pustaka pada penelitian kualitatif merupakan bagian yang penting yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena melalui pustaka ini dapat mengetahui berbagai publikasi resmi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti atau direncanakan modelnya.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian. Dokumentasi terdiri dokumen pribadi dan dokumen resmi. Terdapat tiga dokumen pribadi yang dapat digunakan peneliti untuk dianalisis, yaitu catatan harian, surat pribadi, dan autobiografi. Sementara dokumen resmi ada dua macam, yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, dan hasil notulensi rapat keputusan pimpinan. Dokumen eksternal berupa majalah, Koran, bulletin, surat pernyataan yang dapat dijadikan bahan informasi penunjang dalam penelitian.


(29)

Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambaran mengenai aktivitas, keterlibatan individu pada komunitas tertentu. Dokumen ini sangat penting untuk membantu melengkapi data yang dikumpulkan diantaranya lokasi, kondisi geografis, serta persiapan dan pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum. Dengan demikian, studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari sudur pandang subjek melalui media tertulis dan dokumen lain yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Indramayu, tidak jauh dari Pantai Eretan Wetan, di sepanjang lajur sebelah kanan jalan by pass dari arah Jakarta menuju Kota Cirebon (Jalur Pantura), terdapat sebuah jalan kecil yang bila ditelusuri menuju pemukiaman sebuah masyarakat adat yang menamakan dirinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu.orang luar sering menyebutnya dengan istilah “Dayak Losarang”, atau “Dayak Indramayu”. Masyarakat adat ini tepatnya bermukim di RT 13 RW 03 Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, atau 300 meter dari jalur Pantura Indramayu. Alasan pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian didasarkan pada permasalahan yang ditemukan yaitu adanya tradisi upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum.

Subjek dalam penelitian ini antara lain, sebagai berikut:

1. Ketua adat, yang merupakan kepala adat yang mengetahui tentang seluk beluk pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum. Juru kunci merupakan informan yang paling tepat karena beliau adalah orang yang mengetahui seluk beluk tentang Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum.

2. Tokoh masyarakat sebagai orang yang mengetahui dan memahami segala sesuatu yang terdapat di masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.


(30)

3. Masyarakat adat di sekitar, yang melaksanakan upacara. Dengan mewawancarai masyarakat maka akan diperoleh informasi mengenai proses pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum.

4. Aparat desa, yang merupakan pemegang otoritas dalam kebijakan terhadap perkembangan budaya daerah.

5. Pemerintah Kabupaten, yang merupakan pemegang otoritas dalam kebijakan terhadap perkembangan budaya daerah.


(31)

KISI KISI PENELITIAN

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

No Rumusan Masalah Komponen Sub Komponen Indikator

Teknik Pengumpulan Data

Sumber Responden

Observasi Wawancar

a

Studi Dokumenta

si

1 Bagaimana posisi eksistensi

masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu Posisi eksistensi masyarakat adat Posisi eksistensi berkenaan dengan kepemilikan KTP  *Kepemilikan KTP  *Hubungan Sosial  Kerukunan Masyarakat

   Aparat

desa Tokoh adat Masyarakat adat Masyarakat desa

2 Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat laku pepe dan laku kungkum pada masyarakat adat A. Sejarah berdirinya masyarakat suku dayak hindu budha bumi 1) Asal mulaberdirinya masyarakat adat suku dayak hindu budha bumi segandu  *Pemimpin masyarakat adat suku dayak hindu budha bumi segandu indramayu

   Tokoh adat

Masyarakat adat


(32)

suku dayak hindu budha bumi segandu Indramayu

segandu indramayu

indramayu  *Sejak kapan

B. Proses upacara adat

2) Alas an diadakannya upacara adat

 *Kegiatan yang ada dalam pelaksanaan upacara adat laku pepe dan laku kungkum

   Tokoh adat

Masyarakat adat

3 Nilai apa saja yang terkandung dalam upacra adat laku pepe dan laku kungkum? Nilai terkandung dalam upacara adat Nilai terkandung dalam upacara adat

 Nilai yang terkandung dalam upacara adat laku pepe dan laku kungkum  Sumber, nilai

  Tokoh adat

Masyarakat adat

4 bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan

ketaatan masyarakat dalam upacara adat laku pepe dan laku kungkum

Bentuk dan proses ketaatan masyarakat

Bentuk sikap dan proses ketaatan masyarakat adat dalam upacara adat  Ketaatan masyarakat  Bentuk dan

wujud ketaatan

  Tokoh adat

Masyarakat adat

5 Bagaimana upaya yang dilakukan oleh

Upacara yang

Upaya yang diberikan kepada

 Keterlibatan

generasi muda  

Tokoh adat


(33)

masyarakat adat untuk mewarisi dan memelihara upacara laku pepe dan laku kungkum? dilakukan oleh masyarakat adat untuk memelihara upacara adat generasi muda oleh masyarakat adt untuk mewarisi dan memelihara upacara adat  Pendidikan khusus kepada generasi muda Masyarakat adat

6 Bagaimana

konstribusi upacara adat laku pepe dan laku kungkum dalam membangun masyarakat yang baik Konstribusi upacara adat laku pepe dan laku kungkum Konstribusi upacara adat laku pepe dan laku kungkum dilihat dari hakekat makna, serta seberapa penting pelaksanaannya  Hakekat  Makna  pentingnya

  Tokoh adat

Masyarakat adat

7 Bagaimana upaya dri pemerintah setempat dalam memajukan

kebudayaan daerah upacara laku pepe dan laku kungkum

Upaya pemerintah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah Upaya pemerintah dengan partisipasi masyarakat adat, hambatan dan cara menanggapi permasalahan  partisipasi masyarakat  hambatan pemerintah desa  cara menanggapi

permasalahan

   Pemerintah

desa Pemerintah kabupaten


(34)

D. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pra Penelitian

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Pada awal sebelum penelitian, peneliti telah mengamati aktivitas pada masyarakat yang dijadikan tempat penelitian. Berdasarkan pengamatan, peneliti mencoba mengkaji lebih dalam tentang kebudayaan yang terdapat pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu khususnya tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat yaitu upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. Selanjutnya peneliti membuat rancangan sebagai langkah awal dalam mengadakan penelitian. b. Menetapkan Sumber dan Lokasi Penelitian

Sumber dan lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Sumber penelitian ini adalah berupa sumber yang dapat memberikan informasi baik berupa benda, peristiwa, maupun manusia atau orang. Sumber peristiwa tentang keadaan dan kondisi yang sedang berlangsung yang dapat dibaca dan dipahami. Peristiwa yang diamati adalah aktivitas sebelum pelaksanaan upacara dan saat pelaksanaan upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Sumber lain yang menunjang adalah berupa foto-foto pada saat pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum, sumber lain yang penting adalah orang yang merupakan


(35)

sumber data yang adapat memberikan informasi secara langsung mengenai aktivitas upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum.

c. Mengurus Izin Penelitian

Izin penelitian dieprlukan untuk mempermudah dalam mencari dan mengumpulkan data di lapangan serta mempermudah mengkaji lebih dalam sesuai permasalahan penelitian. Adapun prosedur permohonan izin untuk mengadakan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada ketua jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Selanjutnya diserahkan kepada dekan FPIPS UPI melalui pembantu dekan I dilengkapi persyaratan lain yaitu seberkas proposal yang telah disetujui dan disahkan oleh dosen pembimbing, fotokopi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), dan fotokopi transkrip pembayaran SPP terakhir dari bank. Tujuannya untuk mendapatkan surat rekomendasi dari kepala bagian administrasi di fakultas FPIPS.

2) Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol dan Linmas) Kabupaten Indramayu.

3) Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol dan Linmas) Kabupaten Indramayu menegluarkan surat izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Indramayu.


(36)

d. Membuat Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti. Peneliti menjadi instrument utama dengan masuk ke lapangan secara langsung untuk memperoleh berbagai data yang diperlukan dengan dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara. Pedoman wawancara bertujuan untuk mengetahui gabaran mengenai kegiatan upacara Laku Peped an Laku Kungkum di masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.

e. Mengidentifikasi Informan

Penelitian ini berjalan dengan baik dan data-data terkumpul secara lengkap jika adanya informan yang berkompeten. Oleh Karena itu, diperlukan informan yang berkompeten dan mengalami langsung kegiatan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. Informan tersebut terdiri dari juru kunci (kuncen) di masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu yang merupakan peminpin dalam upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum, masyarakat yang melaksanakan upacara, dan aparat desa sebagai informan pendukung.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah pra penelitian selesai, penelitian dimulai dengan masuk ke lapangan untuk mengumpulkan data-data dari responden sebagai sumber penelitian. Sumber penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data hasil observasi dan studi dokumentasi di lapangan serta data melalui wawancara dengan responden.


(37)

E. Teknik Pengolahan

Pengolahan data dalam suatu penelitian penting untuk dilakukan. Pengolahan data ini dimaksudkan supaya data hasil penelitian dapat mengungkapkan jawaban dari pertanyaan penelitian. Setelah data diperoleh dari berbagai sumber antara lain melalui observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi, selanjutnya menganalisis data itu.

Mengenai analisis data, Lexy J Moleong (2006: 248) menjekaskan analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja.

Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

2. Menyusun data sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

3. Mendeskripsikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan umum, sekaligus menyusun temuan-temuan penelitian baik yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ataupun tidak.

4. Menyusun temuan yang dimunculkan.

5. Menganalisis hubungan data yang satu dengan yang lain. 6. Menyimpulkan laporan penelitian secara umum.

7. Memberikan komentar berupa tanggapan, dan tafsiran terhadap data secara konstekstual.


(38)

Analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian dan dimulai sesudah meninggalkan lapangan. Hal ini dilakukan karena jika pelaksanaan analisis baru dimulai ketika penelitian selesai maka akan sangat merepotkan peneliti apabila data yang diperlukan masih dianggap kurang. Hal ini sesuai dengan pandangan Nasution 1986 (2003: 129) menjelaskan dalam penelitian kualitatif, analisis data harus dimulai sejak awal, meskipun demikian secara intensif analisis data dilakukan pada saat setelah data yang diperlukan sudah terkumpul.

Adapun teknik analisis data menurut Miles Huberman 1994 (Haris Herdiansyah, 2010: 164) terdiri atas empat tahap, diantaranya sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, saat penelitian, dan bahkan diakhir penelitian. Intinya adalah proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan.

2. Reduksi Data

Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Hasil dari wawancara, hasil observasi, hasil studi dokumentasi dan/atau dari FGD diubah menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan format masing-masing.

3. Display Data

Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai dengan tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan dan diakhiri dengan memberikan kode (coding).

Dengan demikian, intinya display data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan akan memeberikan gambaran peneliti yang menyeluruh untuk mempermudah pemahaman terhadap


(39)

aspek-aspek yang telah direduksi. Aspek-aspek tersebut harus disajikan secara singkat dan jelas. Penyajian sebagai dasar untuk menafsirkan dan mengambil kesimpulan hasil penelitian.

4. Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan merupakan upaya untuk emncari arti dan makna yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis. Sedangkan verifikasi merupakan kekgiatan mempelajari data yang telah direduksi dan disajikan pada langkah-langkah sebelumnya dan dengan pertimbangan yang terus menerus sesuai dengan perkembangan data yang ada di lapangan. Pada akhirnya verifikasi akan menghasilkan kesimpulan atau mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, proses pengolahan dan analisis data harus dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan pengolahan data harus dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan pengolahan data yang sesuai. Melalui tahapan tersebut diharapkan akan diperoleh data-data yang sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian.

F. Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data tang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan etrus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut, mengakibatkan variasi data tinggi sekali (Sugiyono, 2010: 243).

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu data analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat


(40)

disimpulkan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau tidak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasrkan data yang dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

Dipihak lain, analisis data kualitatif menurut Seiddel dalam Moleong (2011: 248) prosesnya berjalan sebagai berikut:

“(1) mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir, dengan jalan memebuat agar data kategori itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.” Berdasarkan pendapat di atas dikemukakan bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menusun secara sistematis dari data yang terkumpul dan dari berbagai sumber, dengan mengkategorikannya agar mduah dipahami sehingga memperoleh suatu kesimpulan.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu,

berada dalam kawasan pemerintahan Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Akan tetapi, meskipun secara demografi berada dalam kawasan pemerintahan Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, namun secara administratif masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini tidak tercatat. Kondisi ini terjadi karena masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini tidak memiliki. Kartu Tanda Penduduk (KTP). Keengganan masyarakat adat untuk memiliki KTP adalah agar mereka tidak terdaftar sebagai warga negara, sehingga mereka terbebas dari pemerintahan, dalam artian mereka bebas untuk tidak mendukung pemerintahan contohnya dalam hal pemilihan umum (pemilu), karena mereka beranggapan hidup ini harus didasari oleh rasa keadilan.

2. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini

mengadakan ritual menyembah sang pencipta dan penguasa alam semesta dengan dua cara, yaitu Laku Pepe dan Laku Kungkum. Laku Pepe adalah melakukan ritual dengan cara menjemur diri di bawah terik sinar matahari dilakukan pukul 10:00 WIB sampai pukul 14: 00 WIB. Sedangakan Laku Kungkum adalah pelaksanaan upacara adat dengan cara berendam di dalam air sampai sebatas leher sejak pukul 24:00 WIB sampai dengan pukul 06:00 WIB. Upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini bertujuan untuk melatih kesabaran dan meminta keselamatan kepada Sang Pencipta dan penguasa alam semesta. Upacara adat ini dilaksanakan setiap malam Jum’at Kliwon pada setiap bulannya. Tempat yang digunakan dalam pelaksanaan upacara adat ini yaitu di parit yang berada di sekitar pesinggahan masyarakat adat tersebut.


(42)

3. Pada upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum, nilai yang terkandung didalamnya yaitu untuk membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya atau ikhlas, dapat membaur dengan alam, serta bermakna pula guna meminta keselamatan kepada sang pencipta dan penguasa alam.

4. Upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini diikuti hanya oleh masyarakat adat yang bersedia untuk melaksanakan upacara tersebut. Dalam artian tidak ada paksaan terhadap seluruh anggota masyarakat yang ada. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya hampir seluruh masyarakat adat mengikuti upacara adat tersebut. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini sangat mengabdi pada perempuan dan anak-anak. Bagi masyarakat adat ini, sosok perempuan dan anak-anak adalah segalanya.

5. Dalam setiap pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini

mereka selalu mengajak serta melibatkan anak-anak dengan tujuan agar anak-anak mereka dapat mewarisi dan terus melestarikan upacara adat tersebut. Pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini pada hakekatnya adalah untuk membangun kebersamaan, persatuan, menerima apa adanya atau ikhlas, serta melatih kesabaran. Dengan melihat hakekat yang ada dalam pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum itu, maka pelaksanaan upacara adatnya pun selalu dipertahankan, karena mengandung nilai-nilai yang sangat baik dalam kehidupan sehari-hari.

6. Pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum terkandung nilai

-nilai luhur yaitu diantaranya untuk membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya atau ikhlas, serta dapat membaur dengan alam. Dengan adanya nila-nilai luhur yang terkandung dalam upacara tersebut, maka hal ini dapat memberikan efek positif bagi kehidupan bermasyarakat di wilayah masyarakat adat yang kemudian akan menghasilkan nasyarakat yang baik. Efek positif tersebut diantaranya adalah dapat menjaga kelestarian alam, hidup rukun antar


(43)

sesama, dan terbangunnya gotong royong, serta terbangunnya rasa persaudaraan yang semakin erat.

7. Belum ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat dalam

melestarikan serta memajukan kebudayaan yang ada pada Masyarakat Adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, dikarenakan masyarakat adat tidak mengikuti sistem pemerintahan untuk menjadi warga negara.

B. SARAN

1. Bagi pemerintah setempat, perlu melakukan pendekatan yang intensif, untuk bisa membuka wawasan dan pikiran masyarakat adat tersebut akan pentingnya memiliki identitas diri yang resmi berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai bukti identitas diri yang resmi sehingga bisa bergabung dan terlibat dalam pemerintahan.

2. Bagi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, agar turut

berpartisipasi dalam program-program pemerintah. Salah satunya dengan adanya kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), karena hal ini akan memberikan keuntungan bagi mereka sendiri. Contohnya dalam hal mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah setempat.

3. Diharapkan untuk masyarakat adat agar segera menganut keyakinan yang

sesuai dengan ajaran selama ini, tentunya menganut ajaran agama yang diakui oleh negraa Republik Indonesia.

4. Kepada masyarakat adat, pelaksanaan upacara adat Laku Kungkum,

hendaknya menggunakan air yang bersih sehingga tidak menimbulkan gangguan atau iritasi pada kulit.

5. Hendaknya masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Indramayu agar dapat mengkaji lebih dalam dan berpikir secara rasional terhadap upacara adat tersebut pada setiap zamannya, namun nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini dapat terjaga dan terlestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam


(44)

budaya masyarakat adat tersebut, sehingga nilai-nilai yang telah ada tidak mudah terkikis oleh adanya modernisasi.

6. Hendaknya masyarakat adat lebih meningkatkan kembali dalam

membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya atau ikhlas, serta dapat membaur dengan alam. Hal ini karena dapat memberikan efek positif bagi kehidupan bermasyarakat di wilayah masyarakat adat yang kemudian akan menghasilkan warga negara yang baik.

7. Pemerintah setempat diharapkan memberikan masukan-masukan terhadap

upacara adat laku Pepe dan Laku Kungkum sehingga upacara adat tersebut memiliki fungsi nilai budaya dan fungsi ekonomi untuk mengangkat tingkat ekonomi masyarakat yang ada di sekitar berupa penjualan souvenir. Selain itu juga agar menjadi fungsi sebagai pengembang pariwisata dapat dilihat dari banyaknya pengunjung dari luar daerah yang sengaja datang untuk menyaksikan jalannya upacara.

8. Diharapkan ada peneliti lain yang mengkaji lebih dalam lagi mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang ada pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Wahyu. 1981. Hakim dan Penegakan Hukum. Bandung: Alumni

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

AW, Widjaja. 1984. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta: Era Swasta

Budimansyah, Dasim dan Karim, S. 2008. PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Busrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Busar, Muhammad. 2002. Azas-Azas Hukum Adat (Suatu Pengantar). Jakarta: PT. Pradnya Paramitha. Ss

Bronson, M.S. dkk. 1999. Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta: LkiS

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 2000. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Daniel, Endang dan Wasriah Nanan. 2009. Metode Penelitian Karya Ilmiah. Bandung: Alfabeta

Darmodiharjo, Darji. 1986. Nilai, Norma, Moral, dalam Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila. Universitas Machigan: Aries Lima

Darwis Ranidar. 2008. Hukum Adat. Bandung: Laboratorium PKn-FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

Dayakisni, Tri. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Malang. UMM. Press

Djahiri, Achmad Kosasih. 1984. Strategi Pengajaran Afektif, Nilai, Moral VCT

dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PMPKN IKIP Bandung

Garna, K Judistira. 1998. Pemikiran Modern dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Primaco Akademika

Felly, Usman, dan Asih Menanti. 2008. Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta: proyek Pembinaan dan Peningkatan Suatu Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti Depdikbud


(46)

Fox, J James, 2002. Indonesia, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Ihromi. 1996. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Kansil. C.S.T. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Koentjaraningrat. 1990. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT. Rineka Cipta Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Maftuh, B. dan Sapriya. 2005. “Pembelajaran PKn melalui Pemetaan Konsep”

Jurnal Civicus: Implementasi KBK dalam PKn berbagai konteks Margono. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Marzali, Amri. 2005. Antropologi Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana Mertokusumo, Sudikno. 1984. Meningkatkan Kesadaran Hukum. Jakarta: Liberty Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya

Mutakin, Awan, dkk. 2000. Mayarakat Indonesia dalam Dinamika. Bandung: Tarsito

Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Roatiyati, Ani. 1995. Fungsi Upacara Tradisional: Bagi Masyarakat

Pendukungnya Masa Kini, Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan

Nilai-Nilai Budaya Daerah Yogyakarta

Salam, Burhanudin. 1996. Filsafat Pancasilanisme. Jakarta: Rineka Cipta Salman, Otje dan Mustafa Haffas. 2001. Hukum Waris Islam. Bandung: Refika


(47)

Soegiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Soekanto, Soerjono. 1983. Mengenal Sosiologi Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Soekanto, Soerjono. 1985. Beberapa Aspek Sosial Yuridis Masyarakat. Bandung: Alumni

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Soekanto, Soerjono. 2007. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Somantri, M.N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi, dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sunardi H S dan Asy Mas’udi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kelas

VII SMP dan MTs. Solo: Tiga Serangkai

Sunjata, Pantja Wahjudi. 2008. Kupatan Jalasutra: Tradisi, Makna, dan

Simboliknya

Suseno. Filsafat Moral, Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung: CV. Karya

Widjaja, A.W. 1984. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta: Era Swasta

Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D. 2007. Civics Education Konteks,

Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi

Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Wirawan. 1993. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang

Wuryan, Sri dan Syaifullah. 2006. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan


(48)

(1)

Diah Ratna Shabarwati, 2013

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu | |

sesama, dan terbangunnya gotong royong, serta terbangunnya rasa persaudaraan yang semakin erat.

7. Belum ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat dalam

melestarikan serta memajukan kebudayaan yang ada pada Masyarakat Adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, dikarenakan masyarakat adat tidak mengikuti sistem pemerintahan untuk menjadi warga negara.

B. SARAN

1. Bagi pemerintah setempat, perlu melakukan pendekatan yang intensif,

untuk bisa membuka wawasan dan pikiran masyarakat adat tersebut akan pentingnya memiliki identitas diri yang resmi berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai bukti identitas diri yang resmi sehingga bisa bergabung dan terlibat dalam pemerintahan.

2. Bagi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, agar turut

berpartisipasi dalam program-program pemerintah. Salah satunya dengan

adanya kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), karena hal ini akan memberikan keuntungan bagi mereka sendiri. Contohnya dalam hal mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah setempat.

3. Diharapkan untuk masyarakat adat agar segera menganut keyakinan yang

sesuai dengan ajaran selama ini, tentunya menganut ajaran agama yang diakui oleh negraa Republik Indonesia.

4. Kepada masyarakat adat, pelaksanaan upacara adat Laku Kungkum,

hendaknya menggunakan air yang bersih sehingga tidak menimbulkan gangguan atau iritasi pada kulit.

5. Hendaknya masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Indramayu agar dapat mengkaji lebih dalam dan berpikir secara rasional terhadap upacara adat tersebut pada setiap zamannya, namun nilai-nilai

yang terkandung dalam upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini dapat terjaga dan terlestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam


(2)

budaya masyarakat adat tersebut, sehingga nilai-nilai yang telah ada tidak

mudah terkikis oleh adanya modernisasi.

6. Hendaknya masyarakat adat lebih meningkatkan kembali dalam

membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya atau ikhlas, serta dapat membaur dengan alam. Hal ini karena dapat memberikan efek positif bagi kehidupan bermasyarakat di wilayah masyarakat adat yang kemudian akan menghasilkan warga negara yang baik.

7. Pemerintah setempat diharapkan memberikan masukan-masukan terhadap

upacara adat laku Pepe dan Laku Kungkum sehingga upacara adat tersebut memiliki fungsi nilai budaya dan fungsi ekonomi untuk mengangkat tingkat ekonomi masyarakat yang ada di sekitar berupa penjualan souvenir. Selain itu juga agar menjadi fungsi sebagai pengembang pariwisata dapat dilihat dari banyaknya pengunjung dari luar daerah yang sengaja datang untuk menyaksikan jalannya upacara.

8. Diharapkan ada peneliti lain yang mengkaji lebih dalam lagi mengenai

upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang ada pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.


(3)

Diah Ratna Shabarwati, 2013

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Wahyu. 1981. Hakim dan Penegakan Hukum. Bandung: Alumni

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

AW, Widjaja. 1984. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta: Era Swasta

Budimansyah, Dasim dan Karim, S. 2008. PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Busrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Busar, Muhammad. 2002. Azas-Azas Hukum Adat (Suatu Pengantar). Jakarta: PT. Pradnya Paramitha. Ss

Bronson, M.S. dkk. 1999. Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta: LkiS

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 2000. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Daniel, Endang dan Wasriah Nanan. 2009. Metode Penelitian Karya Ilmiah. Bandung: Alfabeta

Darmodiharjo, Darji. 1986. Nilai, Norma, Moral, dalam Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Universitas Machigan: Aries Lima

Darwis Ranidar. 2008. Hukum Adat. Bandung: Laboratorium PKn-FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

Dayakisni, Tri. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Malang. UMM. Press

Djahiri, Achmad Kosasih. 1984. Strategi Pengajaran Afektif, Nilai, Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PMPKN IKIP Bandung

Garna, K Judistira. 1998. Pemikiran Modern dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Primaco Akademika

Felly, Usman, dan Asih Menanti. 2008. Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta: proyek Pembinaan dan Peningkatan Suatu Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti Depdikbud


(4)

Fox, J James, 2002. Indonesia, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Ihromi. 1996. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Kansil. C.S.T. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Koentjaraningrat. 1990. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT. Rineka Cipta Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Maftuh, B. dan Sapriya. 2005. “Pembelajaran PKn melalui Pemetaan Konsep”

Jurnal Civicus: Implementasi KBK dalam PKn berbagai konteks Margono. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Marzali, Amri. 2005. Antropologi Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana Mertokusumo, Sudikno. 1984. Meningkatkan Kesadaran Hukum. Jakarta: Liberty Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya

Mutakin, Awan, dkk. 2000. Mayarakat Indonesia dalam Dinamika. Bandung: Tarsito

Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Roatiyati, Ani. 1995. Fungsi Upacara Tradisional: Bagi Masyarakat

Pendukungnya Masa Kini, Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah Yogyakarta

Salam, Burhanudin. 1996. Filsafat Pancasilanisme. Jakarta: Rineka Cipta Salman, Otje dan Mustafa Haffas. 2001. Hukum Waris Islam. Bandung: Refika


(5)

Diah Ratna Shabarwati, 2013

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soegiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Soekanto, Soerjono. 1983. Mengenal Sosiologi Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Soekanto, Soerjono. 1985. Beberapa Aspek Sosial Yuridis Masyarakat. Bandung: Alumni

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Soekanto, Soerjono. 2007. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Somantri, M.N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi, dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sunardi H S dan Asy Mas’udi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kelas

VII SMP dan MTs. Solo: Tiga Serangkai

Sunjata, Pantja Wahjudi. 2008. Kupatan Jalasutra: Tradisi, Makna, dan Simboliknya

Suseno. Filsafat Moral, Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung: CV. Karya

Widjaja, A.W. 1984. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta: Era Swasta

Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D. 2007. Civics Education Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Wirawan. 1993. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang

Wuryan, Sri dan Syaifullah. 2006. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan


(6)